Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

24
PENGARUH PENDAPATAN BUMD TERHADAP PAD DI KOTA KENDARI WULAN FAUZYNI 109084000030 JURUSAN ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA [email protected] Dosen : Tony S. Chendrawan, ST.,SE.,M.Si 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan dari sebuah pembangunan adalah menciptakan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut Pemerintahan Republik Indonesia harus bekerja ekstra keras dalam melaksanakan tugasnya Sistem pemeritahan sentralistik kurang tepat diharapkan di Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Salah satunya pemerintah daerah harus PAD nya guna kesejahteraan masyarakatnya. Pemerintah daerah dianggap sebagai tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat didaerahnya.Kemandirian keuangan daerah tampaknya tidak diartikan bahwa setiap tingkat pemerintahan daerah otonomi harus dapat membiayai seluruh keperluannya dari penerimaan asli daerah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya merupakan salah satu sumber penerimaan pengeluaran daerah,disamping penerimaan lainnya yang berupa, bagi hasil pajak dan bukan pajak,sumbangan dan bantuan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi serta pinjaman daerah (Bintoro, 1988). Terjadinya ketimpangan ekonomi regional di Indonesia selama pemerintah ordebaru, salah satu penyababnya karena berdasar UU no.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah; dalam pelaksanaannya pemerintah pusat terlalu dominan menguasai dan mengontrol hampir semua sumbersumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam yang dimiliki daerah. Akibatnya daerah-daerah tersebut tidak dapat menikmati hasilnya dengan dengan proporsional atau layak, seperti investasi, inflasi dan pengeluaran pemerintah di dalam negeri diatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah dari pada potensi ekonominya. Lebih lanjut Sunarti menyampaikan (2003:6) bahwa

Transcript of Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

Page 1: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

PENGARUH PENDAPATAN BUMD TERHADAP PAD DI KOTA

KENDARI

WULAN FAUZYNI

109084000030

JURUSAN ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

[email protected]

Dosen : Tony S. Chendrawan, ST.,SE.,M.Si

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Tujuan dari sebuah pembangunan adalah menciptakan kemakmuran dan keadilan bagi

seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut Pemerintahan Republik Indonesia

harus bekerja ekstra keras dalam melaksanakan tugasnya Sistem pemeritahan sentralistik

kurang tepat diharapkan di Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri

dari beribu-ribu pulau. Salah satunya pemerintah daerah harus PAD nya guna kesejahteraan

masyarakatnya.

Pemerintah daerah dianggap sebagai tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan

masyarakat didaerahnya.Kemandirian keuangan daerah tampaknya tidak diartikan bahwa

setiap tingkat pemerintahan daerah otonomi harus dapat membiayai seluruh keperluannya

dari penerimaan asli daerah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya merupakan salah satu

sumber penerimaan pengeluaran daerah,disamping penerimaan lainnya yang berupa, bagi

hasil pajak dan bukan pajak,sumbangan dan bantuan dari tingkat pemerintahan yang lebih

tinggi serta pinjaman daerah (Bintoro, 1988).

Terjadinya ketimpangan ekonomi regional di Indonesia selama pemerintah ordebaru,

salah satu penyababnya karena berdasar UU no.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok

pemerintah; dalam pelaksanaannya pemerintah pusat terlalu dominan menguasai dan

mengontrol hampir semua sumbersumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai

penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam yang dimiliki daerah.

Akibatnya daerah-daerah tersebut tidak dapat menikmati hasilnya dengan dengan proporsional atau layak, seperti investasi, inflasi dan pengeluaran pemerintah di dalam negeri

diatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah

dari pada potensi ekonominya. Lebih lanjut Sunarti menyampaikan (2003:6) bahwa

Page 2: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

konstalasi hubungan keuangan pusat dan daerah menyebabkan relatif kecilnya peranan

pendapatan asli daerah (PAD) di dalam struktur Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (

APBD).

Dengan kata lain kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam

bentuk bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan mendominasi konfigurasi

APBD. Sumber-sumber penerimaan yang relatif besar pada umumnya dikelola oleh

pemerintah pusat, sedangkan sumber-sumber penerimaan yang relatif kecil dikelola oleh

pemerintah daerah (Uppal,1986).

Diberlakukannya UU no.22 tahun 1999 dan UU no. 25 tahun1999 mendorong daerah

untuk berbenah dan menyiapkan diri untuk lebih mandiri karena selama ini daerah tidak

dimungkinkan untuk mandiri, faktor yang menentukan mampu tidaknya suatu daerah untuk

berotonomi yaitu kemampuan keuangan atau kapasitas dari potensi daerah. Artinya daerah

otonom harus memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri.

Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin , sehingga PAD harus

menjadi bagian keuangan sendiri terbesar (Tambunan,2001).

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab,

penyelenggaraan pemerintah pusat dan daerah secara bertahap akan semakin banyak

dilimpahkan kepada daerah. Dengan semakin meningkatnya kewenangan yang ada pada

daerah, peranan keuangan daerah sangat penting karena daerah dituntut untuk dapat lebih

aktif lagi dalam memobolisasi sumber dananya sendiri disamping mengelola dana yang

diterima dari pemerintahan pusat secara efisien. Untuk pemerintah daerah harus dapat

menggali potensi daerah masing-masing guna peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

agar pembangunan daerah tetap berjalan, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap

pemerintahan daerah otonom harus membiayai keseluruhan keperluan dari PAD.

Kegiatan pemerintahan dan pembangunan akan berjalan lancar apabila didukung oleh

tersedianya biaya yang memadai. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Kota Kendari

menyediakan biaya dari dua sumber : pertama bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD,

seperti penerimaan pajak-pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan dari dinas-dinas, bagian

laba dari perusahaan daerah yang berasal dari pemberian pemerintah atau instansi yang lebih

tinggi, penerimaan lain-lain, dan urusan kas dan perhitungan). Kedua, bersumber dari dana

perimbangan yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat. Sumber keuangan pemerintah daerah

Kota Kendari tahun ini pada prinsipnya sama saja dengan yang dilakukan pada tahun

sebelumnya, walaupun pada setiap tahunnya selalu dilakukan konsentrasi pada sumber-

sumber pendapatan tertentu yang masih memungkinkan untuk ditingkatkan guna

mengantisipasi tantangan kebutuhan yang terus meningkat sebagai dinamika dari pada

pembangunan itu sendiri.

Kapasitas pengelolaan keuangan daerah Kota Kendari menentukan kemampuan

Pemerintah Kota Kendari dalam menjalankan fungsi pelayanan masyarakat. Dimana

kemampuan pengelolaan keuangan diukur melalui penerimaan pendapatan daerah. Data

menunjukkan bahwa penerimaan pendapatan daerah Pemerintah Kota Kendari dari tahun ke

tahun cenderung menunjukkan peningkatan, namun kontribusi PAD terhadap penerimaan

masih relatif kecil dibanding dengan sumber penerimaan dari dana perimbangan. Kondisi

tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi dengan usaha keras agar

komposisi perimbangan PAD dan pendapatan dari pusat mencapai titik keseimbangan

(equilibrium).

Page 3: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

KENDARI: Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara menargetkan pendapatan asli

daerah (PAD) 2011 naik 184% dibandingkan perolehan tahun ini.

“Tahun ini target PAD kita hanya Rp20,5 miliar dan sudah terealisasi sebesar 80%

lebih. tetapi tahun depan kami naikkan hingga 184% menjadi Rp71 miliar,” kata Kepala

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah kota Kendari Zainal Arifin di Kendari, hari

ini.

Menurut Zainal, kenaikan target yang signifikan tersebut berdasarkan pertimbangan

pengalihan kewenangan pengelolaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Selain itu, berdasarkan hasil audit pendapatan yang dilakukan Badan Pemeriksa

Keuangan terhadap Dispenda juga menyebutkan adanya potensi pajak daerah yang belum

optimal dari sektor hotel dan restoran.

“Potensi PAD dari BPHTB ini sangat tinggi, kami akan optimalkan agar perolehan

pendapatan dari sektor itu bisa maksimal sedangkan dari hotel dan restoran kami juga akan

perketat pengawasannya, sebab menurut BPK banyak sekali pajak yang telah dibayar

masyarakat dari sektor itu yang tidak disetor ke kas daerah karena pengusaha melakukan

kecurangan,” ungkap Zainal.

Page 4: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

Data Pendapatan BUMD dan PAD kota Kendari dari tahun 2003-2008 (dalam jutaan

rupiah)

Sumber/Source: Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset

daerah Kota Kendari 2008

Maksimum Pendapatan BUMD kota Kendari terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,55

% ini disebabkan karena pada tahun itu banyak bermunculan koperasi-koperasi desa

yang memberikan laba sangat besar bagi daerah Kendari, dan banyak perusahaan daerah

yang lebih memanfaatkan sumber daya alam yang berada di kota Kendari sehingga laba

yang dihasilkan semakin tinggi dan melalui kebijakan pemberian Kredit Pemberdayaan

Ekonomi Kerakyatan pada sektor pertanian , perikanan/kelautan, dan koperasi,untuk

mencapai BUMD yang tinggi. Hasil BUMD tahun 2008 sangat tinggi juga dipengaruhi

oleh kemampuan manajerial pengusaha kecil yang semakin meningkat melalui pelatihan

maupun penyuluhan yang lebih intensif dan merata bagi semua sektor usaha dan daerah.

Dalam lingkup kemampuan manajerial, beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian

khusus adalah aspek organisasi, pemasaran, administrasi, dan aspek pembinaan usaha.

Sehingga hasil kerja mereka akan menjadi baik dan meningkatakan pendapatan BUMD

Maksimum PAD kota Kendari pada tahun 2008 terjadi karena Kebijakan di bidang

pendapatan daerah untuk tahun anggaran 2008 sangat tinggi karena paradigma

pandapatan daerah yang diserahkan untuk menciptakan keseimbangan baru antara

peningkatan pendapatan daerah dengan pelayanan masyarakat dan mendorong

Tahun

Pendapatan

BUMD

Persen (%)

PAD

Persen (%)

2003 11.301,85 0,11 226.037,09 22,60

2004 10.186,935 0,10 203.738,70 20,37

2005 16.848,089 0,17 210.601,11 21,06

2006 29.886,084 0,29 332.067,61 33,21

2007 31.333,417 0,32 391.667,71 39,17

2008 54.959,614 0,55 457.996,78 45,79

Page 5: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

berkembangnya kegiatan usaha yang mempunyai multiplayer efek yang tinggi antara lain

melalui kebijakan pemberian Kredit Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan pada sektor

pertanian , perikanan/kelautan, dan koperasi, yang dalam siklus panjang yang

menciptakan potensi pendapatan daerah pada tahun 2008 menjadi tinggi.

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah berfokus pada upaya mengoptimalisasikan

sumber-sumber pendapatan melalui strategi intensfikasi pendapatan daerah, optimalisasi dan

kekayaan pemerintah daerah serta pengembangan potensi pendapatan BUMD.

Pengelolaan Keuangan Daerah menganut prinsip-prinsip: (1) Potensial artinya lebih

menitikberatkan pada potensinya daripada jumlah atau jenis pungutan yang banyak, (2) Tidak

memberatkan masyarakat, (3) Tidak merusak lingkungan, (4) Mudah

diterapkan/diaplikasikan, mudah dilaksanakan, (5) Penyesuaian pendapatan baik mengenai

tarif dan materinya.

Pendapatan Daerah adalah unsur terpenting dalam melaksanakan program dan kegiatan

pembangunan daerah karena merupakan sumber pembiayaan yang strategis, melihat prediksi

lima tahun kedepan, ternyata presentasi kenaikan belanja lebih besar daripada kenaikan

pendapatan. Oleh karena itu harus ditempuh sejumlah langkah dalam upaya membiayai

pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

Kebijaksanaan Umum BUMD

1.2 Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya mengurai PAD dan BUMD di kota Kendari.

1.3 Identifikasi

1. Bagaimana gambaran BUMD kota Kendari

2. Bagaimana gambaran PAD kota Kendari

3. Bagaimana pengaruh BUMD terhadap PAD kota Kendari

1.4 Tujuan

Berdasarkan Ruang Lingkup tersebut yang akan dicapai dari penelitian ini adalah

:

1. Mengetahui gambaran PAD Kota Kendari

2. Mengetahui gambaran BUMD Kota Kendari.

3. Mengetahui pengaruh BUMD terhadap PAD kota Kendari

Page 6: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

2. Kajian Pustaka

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah yang akan dilakukan pada

tahun anggaran berkenan

Arah Kebijakan Perencanaan Pendapatan daerah Pemerintah Kota Kendari

direfleksikan dari praktek dan pengalaman kebijakan pengelolaan keuangan daerah pada lima

tahun terakhir (Periode Tahun 2003-2007), yang berfokus pada aspek: (1) Pendapatan; (2)

Belanja; (3) Pembiayaan Daerah dan (4) Capaian Kinerja yang diorientasikan pada arah

pencapaian visi dan misi yang terangkum dalam Perda Pemerintah Kota Kendari Nomor 10

Tahun 2001. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah berfokus pada upaya

mengoptimalisasi sumber-sumber pendapatan melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi

pendapatan daerah, optimalisasi aset dan kekayaan pemerintah daerah serta pengembangan

potensi pendapatan BUMD. Pengelolaan Keuangan Daerah menganut prinsip: (1) Potensial

artinya lebih menitik beratkan pada potensinya dari pada jumlah atau jenis pungutan yang

banyak; (2) Tidak memberatkan masyarakat; (3) Tidak merusak lingkungan; (4) Mudah

diterapkan/diaplikasikan, mudah dilaksanakan dan (5) Penyesuaian pendapatan baik

mengenai tarif dan materinya. Pendapatan daerah adalah unsur terpenting dalam pelaksanaan

program dan kegiatan pembangunan daerah karena merupakan sumber pembiayaan yang

sangat strategis; melihat prediksi lima tahun ke depan, ternyata persentasi kenaikan belanja

lebih besar dari pada kenaikan pendapatan. Oleh karena itu harus ditempuh sejumlah langkah

dalam upaya membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

Apabila APBD diperkirakan defisit, maka pembiayaan pembangunan dapat didanai

dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun lalu, transfer dari dana cadangan,

hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan melakukan pinjaman daerah. Secara

umum kebijakan perencanaan pendapatan daerah konsisten diarahkan pada optimalisasi

fungsi anggaran pemerintah daerah, yakni :

a. Fungsi Alokasi ; berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi

pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas

perekonomian.

b. Fungsi Distribusi ; berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa

keadilan dan kepatutan

c. Fungsi Stabilitas ; memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Meskipun demikian, kebijakan pembiayaan pembangunan melalui hutang harus memenuhi

syarat yaitu hutang tersebut dipergunakan untuk investasi dan/atau mempunyai dampak yang

luas terhadap kepentingan masyarakat.

Page 7: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

2.1.2 Pendapatan Asli daerah (PAD)

Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang

diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah”.

Menurut Guritno Mangkosubroto (1997) menyatakan bahwa pada umumnya penerimaan

pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pada umumnya

penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak.

Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman

pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam negeri maupun pinjaman pemerintah yang

berasal dari luar negeri.

PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Terdapat dua unsur penting dari konsep

PAD yaitu potensi asli daerah dan pengelolaannya sepenuhnya oleh daerah. Dalam konteks

pembiayaan pembangunan daerah, potensi asli daerah adalah seluruh sumber daya daerah

yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sehingga memberi nilai ekonomis yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah. Sedangkan pengelolaan

sepenuhnya oleh daerah adalah penyerahan seluruh hasil pengelolaan sumber daya tersebut

kepada daerah yang bersangkutan (Suhanda, 2007). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 Pasal 79 disebutkan bahwa PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang dipisahkan. Pasal 3 UU Nomor 33 Tahun 2004 PAD

bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan

otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Kemampuan

melaksanakan otonomi daerah diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh PAD

terhadap total APBD. PAD idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber

pendapatan lain relatif fluktuatif dan cenderung di luar kontrol pemerintah daerah

Sumber-sumber Pendapatan Asli daerah

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 disebutkan bahwa

kelompok PAD dibagi menurut jenis pendapatan terdiri atas:

1) Pajak daerah

Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU Nomor

18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pasal 1: pajak daerah adalah iuran wajib

yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraa pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Menurut Halim (2004: 67), pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari

pajak. Jadi pajak dapat diartikan biaya yang harus dikeluarkan seseorang atau suatu badan

untuk menghasilkan pendapatan disuatu negara, karena ketersediaan berbagai sarana dan

prasarana publik yang dinikmati semua orang tidak mungkin ada tanpa adanya biaya yang

dikeluarkan dalam bentuk pajak tersebut. Pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan tidak ada timbal balik langsung kepada

para pembayar pajak.

Menurut Adriani, pajak objektif dilihat pada objeknya (benda, keadaan, perbuatan

atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak) kemudian baru

dicari subjeknya baik yang berkediaman di Indonesia maupun tidak. Golongan pajak objektif

diantaranya: (a) Pajak yang dipungut karena keadaan diantaranya pajak kekayaan, pajak

pendapatan, pajak karena menggunakan benda yang kena pajak; (b) Pajak yang dipungut

Page 8: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

karena perbuatan diantaranya pajak lalu lintas kekayaan, pajak lalu lintas hukum, pajak lalu

lintas barang, serta pajak atas pemakaian; (c) Pajak yang dipungut karena peristiwa

diantaranya bea pemindahan di Indonesia contohnya pemindahan harta warisan.

Pajak daerah terdiri dari pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Dalam UU RI No.

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 2, jenis pajak provinsi

terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

d. Pajak Air Permukaan.

e. Pajak Rokok.

Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:

a. Pajak Hotel.

b. Pajak Restoran.

c. Pajak Hiburan.

d. Pajak Reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

g. Pajak Parkir.

h. Pajak Air Tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2) Retribusi daerah

Pengertian retribusi daerah dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut

Halim (2004: 67), retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi

daerah. Menurut Kaho dalam Syahputra (2010), secara umum keunggulan utama sektor

retribusi atas sektor pajak adalah karena pemungutan retribusi berdasarkan kontraprestasi, di

mana tidak ditentukan secara limitatif seperti halnya sektor pajak. Pembatas utama bagi

sektor retribusi adalah terletak pada ada tidaknya jasa yang disediakan pemerintah daerah.

Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya

dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Pasal 108 UU Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan objek retribusi terdiri dari:

a. Jasa Umum

Kriteria retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa

usaha atau retribusi perizinan tertentu.

Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang

diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan

umum, jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. Retribusi tidak bertentangan dengan

kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya, dapat dipungut secara efektif dan efisien,

serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial dan pemungutan

retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan

yang lebih baik. Jenis retribusi jasa umum dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110 adalah

retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi

penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan

pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi

Page 9: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat

pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi penyediaan dan/atau

penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair, retribusi pelayanan tera/tera ulang,

retribusi pelayanan pendidikan dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi. Jenis

Retribusi tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan

nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara Cuma cuma.

b. Jasa Usaha

Pada Pasal 126 UU Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa objek retribusi jasa

usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip

komersial yang meliputi pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah

sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Jenis retribusi jasa usaha adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar

grosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat

khusus parkir, retribusi tempat penginapan/ pesanggrahan/villa, retribusi rumah potong

hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi

penyeberangan di air dan retribusi penjualan produksi usaha daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada

daerah dalam rangka asas desentralisasi, perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna

melindungi kepentingan umum dan biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan

izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut

cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Menurut Halim (2004: 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil

perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan menurut obyek pendapatan

mencakup:

a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN.

c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok

usaha masyarakat.

Menurut Halim (2004: 68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan

berikut: 1) bagian laba perusahaan milik daerah, 2) bagian laba lembaga keuangan

bank, 3) bagian laba lembaga keuangan non bank, 4) bagaian laba atas penyertaan

modal/investasi. Dalam Mardiasmo (2004: 154), pemerintah daerah juga dapat

melakukan upaya peningkatan PAD melalui optimalisasi peran Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sidik et.al (2004: 85)

mengatakan BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan

daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung otonomi daerah. Besarnya

kontribusi laba BUMD pada PAD dapat menjadi indikator kuat atau lemahnya

BUMD dalam suatu daerah.

Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia,

karena sejak tahun 2001 tersebut telah terjadi perubahan yang sangat fundamental di

dalam pola pengaturan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pola

pengaturan hubungan antara Pusat dan Daerah yang semula bersifat sentralistik di

masa Orde Baru yang diterjemahkan melalui Undang – Undang No 5 tahun 1974,

Page 10: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

telah dirubah dalam suatu pola hubungan yang lebih bersifat desentralisasi,

dimanifestasikan melalui dasar hukum Undang - Undang No 22 tahun 1999 serta

Undang – Undang No 25 tahun 1999. Besaran perubahan yang dikehendaki dalam

reformasi tersebut dapat disimak dari pergeseran sejumlah model dan paradigma

pemerintahan daerah, dari “structural efficiency model“ yang menekankan efisiensi

dan keseragaman pemerintahan lokal dirubah menjadi “local democracy model“

dengan penekanan pada nilai-nilai demokrasi dan keberagaman di dalam

penyelenggaraan pemerintahan lokal (Bhenyamin Hoessein, 2002).

Di dalam TAP MPR No. IV/MPR/2000 ditegaskan bahwasanya “kebijakan desentralisasi

Daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan

kreativitas Pemda, keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah itu

sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan,

demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian

Daerah”. Sebagai konsekuensi dari pemberian otonomi yang luas maka sumber-sumber

keuangan telah banyak bergeser ke Daerah baik melalui perluasan basis pajak (taxing power)

maupun dana perimbangan. Hal ini sejalan dengan makna desentralisasi fiskal yang

mengandung pengertian bahwa kepada Daerah diberikan:

(1) kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri yang dilakukan dalam

wadahPendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber utamanya adalah Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dengan tetap mendasarkan batas kewajaran.

(2) didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

Sebagai salah satu tujuan yang hendak dicapai di dalam pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi Daerah, jargon tentang kemandirian Daerah bukan hal

yang baru. Secara teoritis pengukuran kemandirian Daerah diukur dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD).

Dari beberapa gambaran kondisi elemen pembentuk PAD di Indonesia seperti

yang diuraikan di atas, sekiranya harapan di era otonomi untuk mencapai kemandirin

daerah ternyata masih merupakan mimpi indah yang masih harus dibangun kembali

oleh bangsa Indonesia. Banyak realitas di lapangan yang menunjukkan bahwa daerah

seperti kebingungan di dalam menyikapi tuntutan otonomi. Filosofi dasar otonomi

untuk mendekatkan pelayanan kepada tingkat pemerintahan paling bawah justru

disikapi sebaliknya. Untuk beberapa daerah yang terbilang siap secara sumber daya

alam maupun sumber daya manusia, otonomi benar – benar menjadi arena

pembuktian bahwasanya mereka sanggup untuk mengelola daerahnya sendiri dengan

mengurangi campur tangan pusat. Ironisnya hampir di sebagian besar daerah di

Indonesia belum memiliki prasyarat kesiapan tersebut, sehingga akhirnya mereka

justru tenggelam di dalam euforia otonomi itu sendiri. Banyak kebijakan yang bersifat

merugikan dan sangat prematur hanya demi mengejar otonomi versi mereka.

Karenanya peran pusat dirasa masih sangat diperlukan dewasa ini. Hanya saja ada

beberapa elaborasi dan penyesuaian di beberapa aspek sehingga peran pemerintah itu

nantinya juga tetap berada dikoridor hukum, selaras dengan napas otonomi daerah.

Peran tersebut antara lain berupa penciptaan kondisi yang kondusif bagi

perkembangan pajak dan retribusi dengan tetap memperhatikan landasan hukum yang

sudah disepakati bersama. Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah pusat dapat

dibagi menjadi kebijakan dari sisi penciptaan pajak baik ekstensifikasi maupun

intensifikasi pajak dan retribusi serta kebijakan dari sisi penggunaannya.

2.1.3 Target Pendapatan Daerah meliputi Prndapatan Asli daerah (PAD), Dana

Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Page 11: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

Kapasitas pengelolaan keuangan daerah Kota Kendari menentukan kemampuan

Pemerintah Kota Kendari dalam menjalankan fungsi pelayanan masyarakat. Dimana

kemampuan pengelolaan keuangan diukur melalui penerimaan pendapatan daerah. Data

menunjukkan bahwa penerimaan pendapatan daerah Pemerintah Kota Kendari dari tahun ke

tahun cenderung menunjukkan peningkatan, namun kontribusi PAD terhadap penerimaan

masih relatif kecil dibanding dengan sumber penerimaan dari dana perimbangan. Kondisi

tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi dengan usaha keras agar

komposisi perimbangan PAD dan pendapatan dari pusat mencapai titik keseimbangan

(equilibrium). Di bawah ini digambarkan penerimaan pendapatan Kota Kendari dari Tahun

2003 s/d 2008 dan proyeksi pendapatan tahun 2009.

2.1.4 Strategi Pemerintah Daerah dalam Mencapai Target

Strategi Pemerintah Kota Kendari dalam pencapauian target pendapatan diarahkan untuk

memantapkan landasan ekonomi daerah yang mandiri; antara lain adalah :

a. Meminimalisasikan gejolak fluktuasi ekonomi dengan memberikan bantuan dan

proteksi kepada masyarakat miskin agar tetap mampu mencukupi kebutuhan dasar

minimumnya.

b. Mendorong pertumbuhan ekonomi secara adil dan merata dengan prioritas pada bidang

perdagangan dan jasa sebagai tulang punggung perkonomian daerah dengan memacu

wilayah pengembangan.

c. Mengembangan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kesempatan berusaha,

optimalisasi potensi ekonomi lokal, pemberdayaan usaha sektor informal, Koperasi dan

UKM serta keadilan kesempatan untuk berusaha dalam iklim yang kondusif.

d. Meningkatkan iklim investasi guna mendorong agar dapat mengurangi hambatan-

hambatan baik yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, permodalan, infrastruktur,

kelembagaan serta kepastian dan keamanan berinvestasi.

e. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dalam bentuk

pemantapan kehidupan beragama, pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas

kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak dengan memprioritaskan pada

golongan masyarakat miskin.

f. Mengembangkan iklim kondusif bagi peningkatan swadaya melalui pola/skema

kemitraan baik antara pemerintah daerah dengan masyarakat, pemerintah daerah dengan

swasta atau masyarakat dengan swasta.

g. Struktur ekonomi kota diarahkan untuk mewujudkan struktur perekonomian kota yang

kokoh dimana perdagangan dan jasa menjadi basis aktivitas perekonomian yang didukung

oleh aktivitas perekonomian lainnya.

h. Mengoptimalkan pendapatan melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversivikasi

sumber-sumber pendapatan tanpa membebani masyarakat.

i. Mengoptimalkan pengelolaan Asset dan kekayaan daerah agar dapat memberikan nilai

tambah bagi pendapatan daerah, melalui profesionalisme manajemen.

Page 12: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

j. Menumbuhkembangkan iklim yang sehat di BUMD sehingga mampu memberikan

kontribusi optimal bagi pendapatan daerah termasuk mendirikan BUMD dan/atau

perusahaan milik Pemerintah daerah yang profitable.

k. Mengoptimalkan pengelolaan pengeluaran daerah yang didasarkan pada standar

analisa belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal serta

memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas.

2.1.5 Peranan BUMD

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan milik pemerintah daerah yg

didirikan dengan Peraturan Daerah berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1962 dengan

modal seluruh atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan (BPS

2003:1).Berikut adalah fungsi dan peran BUMD dalam menunjang penyelenggaraan

pemerintah daerah :

Melaksanakan kebijakan pemerintah daerah di bidang ekonomi dan pembangunan.

Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan.

Mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha.

Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat.

Menjadi perintis kegiatan yg tak diminati masyarakat.

Tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik namun tak berarti

organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang bersifat finansial.

Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial akan tetapi hal tersebut

berbeda baik secara filosofis konseptual dan operasional dgn tujuan profitabilitas pada

sektor swasta. Tujuan finansial pada sektor swasta diorientasikan pada maksimasi

laba utk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham sedangkan pada sektor

publik tujuan finansial lebih pada maksimasi pelayanan publik karena untuk

memberikan pelayanan publik diperlukan dana.

a. Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut :

Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha,

Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan perusahaan,

Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan

perusahaan,

Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang,

Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan,

Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat,

Sebagai sumber pemasukan Negara,

Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara

Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public

Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank

Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan

b. Tujuan Pendirian BUMD :

Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas negara

Mengejar dan mencari keuntungan

Page 13: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

Pemenuhan hajat hidup orang banyak

Perintis kegiatan-kegiatan usaha

Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah

c. Bentuk-bentuk BUMD :

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Bank Pembangunan Daerah (BPD)

PT Bank Jateng

PT Bank DKI

PT Bank Mestika Medan

PERUMDA

PERSERODA

Perseroan Terbatas ( PT )

Dalam hubungan ini, sebagai sumber-sumber penerimaan daerah keseluruhannya

dalam pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini adalah: (a) Pendapatan Asli Daerah; (b)

Dana Perimbangan; (c) Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Dan

sumber PAD tersebut meliputi; (a) hasil pajak daerah; (b) hasil retribusi daerah; (c) hasil

perusahaan milik daerah dan hasil kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan (d) lain-

lain PAD yang sah. Sehubungan dengan itu, sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi

daerah yang bersumber dari hasil badan usaha milik daerah (BUMD) telah berjalan sejak

lama. BUMD tersebut dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan

Daerah, yang diperkuat oleh UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

di Daerah (Nota Keuangan dan RAPBN, 1997/1998). Tujuan dibentuknya BUMD

tersebut adalah untuk melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada

masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan

pemerintah daerah.

Dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa BUMD itu berdasarkan kategori sasarannya

dapat dibedakan dua golongan, yaitu perusahaan daerah untuk melayani kepentingan

umum dan perusahaan daerah untuk tujuan peningkatan penerimaan daerah dalam

PAD-nya. Dan BUMD itu bergerak dalam berbagai bidang usaha, yaitu jasa keuangan

dan perbankan (BPD dan Bank Pasar), jasa air bersih (PDAM) dan berbgai jasa dan

usaha produktif lainnya pada industri, perdagangan dan perhotelan, pertanian-

perkebunan, perparkiran, percetakan, dan lain-lain.

Kebijakan dari sisi pemberdayaan BUMD

1. Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah

dapat ditempuh melalui strategi :

Page 14: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

♦ Reformasi Misi BUMD :

a. BUMD sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset

daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;

b. BUMD adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan

kontinuitas pelayanan;

c. BUMD mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan

memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan

mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta

dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian

social;

d. BUMD mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi

yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam dan

luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya

membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC).

♦ Restrukturisasi BUMD

Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan BUMD, yaitu tindakan

yang ditujukan untuk membuat setiap BUMD menghasilkan laba termasuk mengubah

mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol secara

langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol

yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham

hanya menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance

indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE)

tertentu yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan

perusahaan sejenis;Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan BUMD,

karena selama ini BUMD dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga

korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat

menjadi salah satu sumber keuangan daerah;

Restrukturisasi BUMD dengan prinsip Good Corporate Governance dapat

dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :

a. Kelompok BUMD PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi

Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi

yang tersedia;

b. Kelompok BUMD Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan

berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan BUMD yang bersangkutan.

♦ Profitisasi BUMD

Profitisasi BUMD dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta

memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut

:

Page 15: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

a. Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan

meningkatkan kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;

b. Mengarahkan BUMD untuk dapat berbisnis secara terfokus dan terspesialisasi

dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;

c. Bagi BUMD yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial,

diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;

d. Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja

berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test;

e. Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga

produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk

menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.

♦ Privatisasi BUMD

Privatisasi utamanya bertujuan agar BUMD terbebaskan dari intervensi langsung

birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan

transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan

swasta akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis

dengan BUMD, dan bila memungkinkan untuk BUMD yang sehat dan 13

Page 16: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal

yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan BUMD yang

usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan

fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan,

profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha

yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan BUMD,

serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur

ekonomi nasional. Bagi BUMD yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan

umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.

BUMD infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga kinerjanya

dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan

dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi Stragis

dengan operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha

telekomunikasi yang kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi

logis implementasi otonomi daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah

satu stakeholder mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah

kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan

kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui

BUMD dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling

menguntungkan.

Untuk memelihara sense of belonging, daerah/BUMD dan masyarakat dapat diberi

peluang untuk memiliki sebagian saham BUMN tertentu yang berusaha di daerahnya

sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan

usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi

daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan

dan pengawasan di berbagai bidang.

Kebijakan dari sisi penggunaan

1. Meningkatkan mekanisme kontrol dari masyarakat dan LSM terhadap pelaksanaan

pengelolaan keuangan Daerah sebagai wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan

akuntabilitas fiskal.

2. Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran terhadap sumber - sumber

penerimaan baik PAD maupun transfer pusat. Adapun peran pusat hanya sekedar

memberikan arahan tentang hal yang seyogyanya dilakukan oleh Daerah. Semua

keputusan tentang mekanisme pelaksanaan alokasi anggaran sepenuhnya menjadi

kewenangan daerah sesuai dengan nafas otonomi itu sendiri. Adapun aturan alokasi

tersebut misalnya: PAD sampai prosentase tertentu digunakan untuk pembayaran gaji

pokok aparat Daerah dengan memberikan standar yang sama di seluruh Indonesia.

Untuk beberapa Daerah yang memiliki PAD tinggi dan kelebihan setelah digunakan

untuk pembayaran gaji pokok dapat dimanfaatkan sebagai kekayaan Daerah.

Sementara DAU yang diterima sampai prosentase tertentu digunakan untuk dana

operasional (tunjangan) aparat Daerah, pelayanan publik yang bersifat intangible

serta proyek pembangunan jangka pendek. Sementara DAK diarahkan untuk

mensukseskan program nasional yang bersifat prioritas serta pencapaian Standar

Pelayanan Minimal di masing-masing Daerah. Sementara untuk proyek

pembangunan Daerah jangka panjang diarahkan pada sumber dana Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan melalui Propinsi dan Menteri Teknis.

Page 17: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari
Page 18: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

Diharapkan dengan adanya beberapa pilihan kebijakan yang dapat diambil oleh pusat

tersebut dapat menghilangkan upaya daerah untuk menggali sumber-sumber PAD

yang berdampak distorsi terhadap perekonomian demi mengejar satu tujuan

kemandirian Daerah yang masih merupakan harapan jauh di angkasa.

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang Perananan BUMD

terhadap PAD yang sudah diteliti oleh peneliti lain. Dengan penelusuran penelitian

terdahulu maka akan dapat dipastikan ruang yang didapat oleh penelitian ini.

Beberapa penelitian mengenai BUMD dan PAD telah banyak dilakukan,

1. Tavip Agus Rayanto (1998) meneliti tentang Pemerintah Daerah BUMD(Badan Usaha

Milik Daerah BUMD) telah memberikan kontribusi yang sangat sedikit kepada

Pemerintah Daerah seluruh Pendapatan (Pendapatan Asli Daerah). Hal ini juga ironis

bahwa sepanjang eksistensi BUMD telah banyak bergantung pada peraturan pemerintah

dan diberi monopoli dalam bisnisnya. Misi ambigu BUMD â € "antara agen

pembangunan dan profit center â €" terbukti menjadi kendala utama untuk sistem

manajemen.

Dari perspektif manajemen strategis dan analisis SWOT, diketahui bahwa BUMD harus

mengadopsi berbelok-sekitar pendekatan, untuk meminimalkan kelemahan dan mencoba

untuk mendapatkan manfaat maksimal dari kesempatan yang terbuka lebar. Isu-isu

strategis yang akan ditangani oleh manajemen BUMD yang cukup kompleks. Tetapi

antara isu-isu yang paling penting adalah: kurangnya sumber daya manusia yang

profesional, struktur organisasi fleksibel dan produk rendah atau kualitas layanan. Untuk

mengatasi masalah ini, direkomendasikan bahwa BUMD akan datang dengan program

strategis pengembangan sumber daya manusia, untuk menerapkan struktur organisasi

yang lebih adaptif dan datar, dan mengadopsi Total Quality Management (TQM) sistem

agar lebih responsif terhadap pelanggan.

2. Abdul Halim (2001) Studi ini mencoba untuk membandingkan secara empiris dan

menganalisis peran (proporsi) dari Pemerintah Daerah Asli Realisasi Penerimaan

(Pendapatan Asti Daerah atau PAD) pada Pemerintah Daerah Realisasi Jumlah

Penerimaan Anggaran Pemerintah Daerah (anggaran Pendapatan Belanja Daerah klan

atau APBD). Hal ini juga menganalisis peran pajak daerah yang sebenarnya dan €

retributionsâ lokal "sebagai sumber utama PADA €" pada PAD. Menggunakan

pemerintah provinsi, studi ini melakukan perbandingan karena "tegangan fiskal" (yaitu,

krisis ekonomi dan peluncuran pajak daerah dan retribusi baru pada tahun 1997).

3. Agus Setyawan , Anton and Wahyono, Wahyono (2007) Saat ini, BUMD memainkan

peranan penting dalam pembangunan ekonomi daerah. Sebagai institusi bisnis yang

dimiliki oleh pemerintahan daerah, BUMD memiliki dua tujuan tertentu, mereka adalah

pelayan publik dan sumber daya keuntungan. Banyak BUMD di Indonesia memiliki

kinerja yang sangat buruk. Mereka tidak bisa memberikan kontribusi cukup tinggi untuk

anggaran governmentâs lokal. Sayangnya, mereka menjadi pusat biaya lembaga bukan

profit center. Kemudian lagi, BUMD memiliki sumber daya tersembunyi banyak yang

belum dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan terlalu menganalisis kinerja keuangan

BUMD. Menggunakan Analisis Data Supplier (DEA) untuk mengukur efisiensi keuangan

di BUMD di Sragen. Penelitian ini menganalisis empat BKK (suatu bentuk lembaga

Page 19: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

BUMD keuangan) di Sragen. Mereka adalah BKK dari Kalijambe, BKK dari Gemolong,

BKK dari Plupuh dan BKK dari Miri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari BKK

Gemolong dan BKK dari Plupuh tidak efisien. Analisis DEA dari BKK dari Gemolong

menunjukkan nilai keberatan 0,8597199 sedangkan nilai keberatan dari BKK Plupuh

adalah 0,6939977. Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah BKK Gemolong dan

BKK dari dari Plupuh telah untuk meningkatkan output mereka. BKK dari Gemolong

harus meningkatkan produksi mereka dengan kredit meningkat, sedangkan BKK dari

Plupuh harus meningkatkan aset mereka saat ini.

4. Tae, Yustinus Bere (2009) Meneliti tentang Peranan BUMD terhadap pendapatan asli daerah Nusa Tenggara Timur dengan studi kasus pada PD Flobamor. Sejak

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah, maka

persoalan kemampuan daerah baik secara ekonomi maupun politis perlu menjadi

perhatian Pemerintah Daerah. Isu penting yang menarik secara ekonomis untuk

diperbincangkan dan diteliti dalam era otonomi daerah ini adalah menyangkut sumber-

sumber pendapatan daerah yang perlu digali dalam upaya menggantikan penerimaan yang

diperoleh dari pemerintah pusat. Isu ini dapat dikatakan sangat strategis oleh karena

mengingat pelaksanaan otonomi daerah diartikan sebagai kemandirian daerah dari sisi

pembiayaan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD), mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Oleh karena itu BUMD perlu dikelola dengan

baik dan dioptimalkan pengelolaannya agar benar-benar menjadi suatu kekuatan ekonomi

yang handal sehingga dengan demikian dapat berperan secara aktif, baik dalam

menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai salah satu lembaga ekonomi di daerah yang

diharapkan dapat mencari laba atau keuntungan, selanjutnya dari laba tersebut dapat

dikontribusikan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mencapai sasaran dan

tujuan BUMD tersebut, maka BUMD perlu dikelola secara profesional baik dari segi

manajemen dan sumber daya manusia (SDM), maupun sarana dan prasarana yang

memadai sehingga memiliki kedudukan yang sejajar dengan kekuatan sektor

perekonomian lainnya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur dan

mengevaluasi kinerja PD. Flobamor selama periode tahun 2003 - 2007, menganalisis

kemungkinan pengembangan PD Flobamor sebagai perusahaan daerah milik Pemda

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mampu untuk mendatangkan laba sehingga

diharapkan dapat berkompetisi di masa yang akan datang. Selain daripada itu, tujuan

penelitian ini diharapkan juga memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak

manajemen PD Flobamor maupun pihak Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan

peran PD Flobamor dalam rangka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD

Provinsi NTT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan studi lapangan yakni melakukan

pengamatan pada obyek penelitian, wawancara dengan pihak manajemen perusahaan dan

pihak terkait lainnya. Data sekunder yang digunakan adalah necara keuangan PD

Flobamor, data keuangan mengenai laba/rugi dari unit-unit usaha yang dikelola oleh PD

Flobamor dan data non keuangan aspek operasional dan administrasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kinerja PD Flobamor rendah dan cenderung merugi dari tahun ke

tahun, di mana pada tahun 2003 kerugian perusahaan sebesar Rp209.105.253, tahun 2004

sebesar Rp161,005,932 dan pada tahun 2006 sebesar Rp1,154,969,738, kerugian ini

disebabkan oleh karena pengelolaan perusahaan yang belum maksimal dan biaya-biaya

operasional perusahaan terlalu tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan

perusahaan. Faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja perusahaan adalah masih

terdapat campur tangan dan lambannya pihak pemerintah dalam mengantisipasi

perubahan situasi dan kondisi bisnis. Berdasarkan kondisi perusahaan yang cenderung

Page 20: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

merugi, maka strategi yang ditawarkan adalah strategi penyehatan perusahaan, strategi

pengusahaan perusahaan dan strategi pertumbuhan sedangkan solusi alternatifnya adalah

redefinisi visi dan misi perusahaan, peningkatan kualitas SDM Karyawan, menetapkan

bisnis utama (Core Business), campur tangan birokrasi perlu dieliminir dan yang

terpenting adalah merevisi kembali Undang-undang Nomor 5 tahun 1962, di mana secara

konseptual menurut Undang-undang ini BUMD yang didirikan menganut dualisme fungsi

dan peranan yang saling tarik menarik atau dapat dikatakan sulit dipadukan antara fungsi

dan peranan BUMD sebagai lembaga ekonomi yang seharusnya mencari laba akan tetapi

disamping itu melekat pula fungsi pelayanan umum (Public Service).

3. Kerangka Penelitian

3.1 Bagan Penelitian

BUMD perlu dikelola dengan baik dan dioptimalkan pengelolaannya agar benar-

benar menjadi suatu kekuatan ekonomi yang handal sehingga dengan demikian dapat

berperan secara aktif, baik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai salah satu

lembaga ekonomi di daerah yang diharapkan dapat mencari laba atau keuntungan,

selanjutnya dari laba tersebut dapat dikontribusikan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk mencapai sasaran dan tujuan BUMD tersebut, maka BUMD perlu dikelola secara

profesional baik dari segi manajemen dan sumber daya manusia (SDM), maupun sarana dan

prasarana yang memadai sehingga memiliki kedudukan yang sejajar dengan kekuatan sektor

perekonomian lainnya.

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka diatas maka secara skema

kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 21: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

Mewujudkan Kota Kendari sebagai Kota Perikanan dan panorama laut yang indah serta mengenalkan kerajinan perhiasan perak yang terkenal dengan kerapian, keindahan, keanggunan dan kehalusannya yang memiliki aneka motif.

Menjadikan Kota Kendari sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara dengan mengembangkan sumber daya manusia dan ekonomi kerakyatan.

Masalah: Belum optimalnya pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kendari serta bagaimana cara meningkatkannya?

Jurnal: Kebijakan strategis BUMD untuk meningkatkan PAD

1. Isu-isu strategis yang akan ditangani oleh manajemen BUMD yang cukup

kompleks. Tetapi antara isu-isu yang paling penting adalah: kurangnya

sumber daya manusia yang profesional, struktur organisasi fleksibel dan

produk rendah atau kualitas layanan. Untuk mengatasi masalah ini,

direkomendasikan bahwa BUMD akan datang dengan program strategis

pengembangan sumber daya manusia, untuk meningkatkan PAD

Model: model ekonomi, baik hubungan secara langsung, tidak langsung maupun hubungan timbal balik (kausalitas).

Jurnal: Kebijakan strategis BUMD digunakan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sumber daya manusia yang handal dan struktur organisasi fleksibel untuk membentk BUMD dapat juga berpengaruh untuk meningkatkan PAD.

Page 22: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

3.2 Model Penelitian

Model Penelitian dalam Peranan BUMD terhadap PAD kota Kendari adalah dengan:

BUMD : Laba BUMD

PAD: Pendapatan Asli Daerah

Metode Penelitian

PAD = 0 + 1 + L BUMD + Keterangan :

0, 1 = Constanta L BUMD = Laba BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) PAD = Pendapatan Asli Daerah ε = Eror / Estimasi

∝ = 5

Metode Fungsi PAD = f (L BUMD )

4.Hipotesis

Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis penelitian.

Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini akan dapat dipakai sebagai masukan

dalam menentukan kebijakan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hipotesis adalah suatu

pernyataan yang dikemukakan dan masih lemah kebenarannya. Hipotesis juga dipandang

sebagai konklusi yang sifatnya sementara. Sesuai dengan masalah di atas dapat diambil

hipotesa sebagai berikut :

a. H0 yaitu Laba BUMD tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PAD di

Kota Kendari

b. H1 yaitu Laba BUMD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PAD di kota

Kendari.

Page 23: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

5. Daftar Pustaka

Adi, Priyo Hari. 2006a. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja

Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa- Bali.

Jurnal Kritis: Univeritas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Adi, Priyo Hari, dan Harianto. 2007b. Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja

Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita. Jurnal Kritis: Univeritas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Bambang, Kesit. 2004. Analisis Pengaruh DAU dan PAD terhadap Prediksi Belanja Daerah.

Jurnal Akuntansi. Universitas Islam Indonesia.

Kuncoro. 2007. Fenomena Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten/Kota

di Indonesia. Jurnal Kritis: Universitas Negeri Jakarta.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro: Semarang.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 55 tahun 2005 tentang Dana perimbangan. Sapir,

Abdurahman. 2007. Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah Studi pada

Kabupaten/Kota di Kalimantan. Skripsi tidak dipublikasikan: UMM.

Yustikasari, Yulia, dan Darwanto. 2007. Pengaruh Perumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengalokasian Anggaran

Belanja Modal. Jurnal Kritis: Univeritas GadjahMada Yogyakarta.

Page 24: Pengaruh an Bumd Terhadap Pad Di Kota Kendari

5. Ucapan Terima Kasih

Bismillahirrahmannirrahim

Metode Penelitian ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf

jika sekiranya dalam karangan ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara

pembuatannya yang masih banyak terdapat kesalahan.

Selama proses penulisan ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, baik

berupa peminjaman buku, sumbangan kertas maupun dorongan moril. Juga dari segenap staf

perpustakaan musium, bantuan yang diberikan sangat penulis hargai. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberi lindungan dan nikmat kesehatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas ini dan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW

2. Bapak Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si selaku dosen Ekonomi Wilayah Dan Kota

sekaligus Pembimbing karya ilmiah ini 3. Terima kasih kepada keluarga besar saya terutama untuk Mama dan Papa saya

tercinta juga untuk (Kaka, Ica, Iih, Om Agung, dan Uni ).

4. Sahabat-Sahabat saya ( devi, ka arin, sarah, sinta, indri, josie dan yudha) dan HOLLY

Walaupun demikian, semua kekurangan dan kesalahan pada penulisan ini adalah karena

kelalaian penulis sendiri, terutama kesalahan ketik dan cara-cara membuat catatan lain.

Sekali lagi penulis memohon maaf. Semoga metode penelitian yang sederhana ini akan ada

manfaatnya.

Jakarta, Mei 2011