SILVER WINNER BUMD MIGAS

60
Pemeriksaan IMO Masuki Tahap Akhir Memastikan Subsidi Listrik Tepat Jumlah dan Tepat Sasaran Memasuki Era Disrupsi dengan BPK Corpu 4 26 48 EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021 PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGAS SILVER WINNER PRIA AWARD 2021

Transcript of SILVER WINNER BUMD MIGAS

Page 1: SILVER WINNER BUMD MIGAS

Pemeriksaan IMO Masuki Tahap Akhir

Memastikan Subsidi Listrik Tepat Jumlah dan Tepat Sasaran

Memasuki Era Disrupsidengan BPK Corpu

4 26 48

EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGASSILVER WINNER

PRIA AWARD 2021

Page 2: SILVER WINNER BUMD MIGAS

DARI REDAKSI

2 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

TIM EDITORIAL

PengarahAgung Firman SampurnaAgus Joko PramonoBahrullah AkbarBahtiar Arif

Penanggung Jawab Selvia Vivi Devianti

Ketua Tim RedaksiDian Rosdiana

Kepala SekretariatTrisari Istiati

SekretariatBestantia IndraswatiKlara RansinginRidha SukmaSigit RaisFrenny Artiningrum SApriyanaSudarman

Alamat SekretariatGedung BPK-RIJalan Gatot Subroto no 31JakartaTelepon: 021-25549000Pesawat 1188/1187Email: [email protected]

Diterbitkan olehSekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Energi menjadi isu yang selalu hangat untuk dibicarakan. Banyak sekali masalah yang terkait dengan energi di In­donesia. Mulai dari yang terkait dengan sumber energi, penggunaan, subsidi, hingga upaya untuk mencari energi alternatif untuk mengganti bahan bakar fosil yang akan se­gera habis.

Karenanya, energi menjadi topik utama yang redaksi angkat dalam edisi April 2021 ini. Fokus pembahasan kali ini terkait dengan subsidi energi listrik dan mengenai tata kelola BUMD di sektor migas.

Di rubrik Sorotan, redaksi mengulas mengenai subsidi yang diberikan untuk meringankan beban mereka yang kurang mampu dalam memba­yar tagihan listrik. Setiap tahun, pemerintah menggelontorkan anggaran hingga puluhan triliun rupiah untuk subsidi listrik. Karenanya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pemeriksa negara, terus mengawal agar anggaran subsidi direalisasikan secara tepat jumlah, te­pat sasaran, dan tepat waktu.

Pemeriksaan subsidi listrik sangat penting dilakukan mengingat dari sisi nilai, jumlah anggarannya cukup besar. Dalam APBN 2020, misalnya, belanja subsidi listrik sebesar Rp54,8 triliun atau 2,15 persen dari total anggaran belanja Rp2.540,4 triliun. Nilai anggaran ini relatif tidak berbe­da jauh dalam lima tahun terakhir.

Di rubrik ini, redaksi juga mengulas mengenai temuan pemeriksaan BPK yang terkait dengan subsidi listrik. Temuan itu antara lain meliputi ketidakpatuhan entitas yang diperiksa terkait pendapatan, volume ener­gi, dan biaya. Rekomendasi ini yang mendorong perbaikan PT PLN (Per­sero) dalam melakukan usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi, serta penjualan tenaga listrik.

Selain subsidi listrik, redaksi juga menyiapkan laporan mengenai upa­ya BPK Perwakilan Jawa Tengah dalam mengawal dan memeriksa per­usahaan daerah di bidang migas. Pada semester II 2020, telah dilakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) terhadap BUMD migas yang bernilai signifikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap PT Sarana Patra Hulu Cepu (PT SPHC) dan PT Blora Patragas Hulu (BPH). Tujuan utama pe­meriksaan ini adalah menilai kepatuhan terhadap ketentuan­ketentuan terkait dengan pengelolaan participating interest (PI) dan terkait pe ­ngelolaan operasional perusahaan.

Simak juga upaya BPK yang akan menyusun sustainability report un­tuk pertama kalinya. Penerbitan laporan ini muncul dengan kesadaran bahwa indikator ekonomi tidak bisa menjadi satu­satunya ukuran kema­juan suatu bangsa. Bahwa dalam melakukan kegiatan, sebuah entitas juga harus memikirkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Yang menarik adalah BPK berpeluang menjadi SAI pertama yang mengeluarkan sustainability report. Ini sebagai upaya konkret untuk menjadi contoh bagi organisasi lain dalam pencapaian target SDGs.

Redaksi juga menyiapkan laporan­laporan lain yang tak kalah menarik. Seperti wawancara dengan Kepala Perwakilan Kalimantan Tengah, Ade Iwan Rusmana mengenai kemajuan BPK Perwakilan Kalimantan Tengah. Kemudian wawancara dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengenai upaya pemprov untuk menjaga kualitas laporan keuangan. Se­lamat menikmati. l

Pemeriksa BPK dilarang meminta/menerima uang/barang/fasilitas lainnya daripihak yang terkait dengan pemeriksaan. (Sumber: Peraturan BPK 4/2018 tentang Kode Etik BPK)

Page 3: SILVER WINNER BUMD MIGAS

DAFTAR ISI

3WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

4 MEMASTIKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT JUMLAH DAN TEPAT SASARAN

10 BPK LEBIH SIAP

13 PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGAS

15 BPK BERI REKOMENDASI PERBAIKAN TATA KELOLA BANK SUMUT

17 TUJUH ENTITAS JADI PERHATIAN

19 IHPS TAK SEKADAR RANGKUMAN PEMERIKSAAN

21 MENYUSUN SUSTAINABILITY REPORT PERDANA

26 PEMERIKSAAN IMO MASUKI TAHAP AKHIR

27 KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN BANGKA BELITUNG, IDA FARIDA MENGEJAR ZONA INTEGRITAS

30 MENTERI KEUANGAN, SRI MULYANI INDRAWATI AKUNTABILITAS HARUS TETAP TERJAGA

34 GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, ISRAN NOOR TINDAK LANJUT REKOMENDASI BPK JADI KUNCI

37 KOMPETENSI SDM JADI MODAL UTAMA

39 PEGAWAI PEREMPUAN PUNYA PERAN PENTING DI BPK

41 BERKREASI DENGAN ACTION FIGURE

44 BPK DORONG PEMERINTAH PERBAIKI PELAKSANAAN PROGRAM JKN

46 KETUA BPK INGATKAN TINDAK LANJUT SOAL DANA OTSUS PAPUA

48 MEMASUKI ERA DISRUPSI DENGAN BPK CORPU

50 AKN V GELAR WORKSHOP LFAR

52 BPK CORPORATE UNIVERSITY MODEL PEMBELAJARAN STRATEGIS

56 BERITA FOTO

24 MENDORONG KREDIBILITAS ANGGARAN MELALUI AUDIT

Pengukuran kinerja anggaran tidak dapat dilaksa­nakan hanya berdasarkan akurasi dan ketepatan tar­get pendapatan dan belanja. Pengukuran kinerja juga mencakup indikator yang lebih luas, termasuk peren­canaan kegiatan entitas.

Page 4: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

4 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Pemerintah setiap tahun mengge­lontorkan anggaran hingga puluhan triliun rupiah untuk subsidi listrik. Subsidi diberikan guna meri­ngankan beban masyarakat yang kurang mampu dalam membayar

tagihan listrik. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pemeriksa negara, terus mengawal agar anggaran subsidi direalisasikan secara tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat waktu.

Plt Auditor Utama Keuangan Negara VII R. Aryo Seto Bomantari mengatakan, pemeriksaan subsidi listrik sangat penting dilakukan. Dari sisi nilai, jumlah anggaran subsidi listrik cukup besar. Dalam APBN 2020, misalnya, belanja

subsidi listrik sebesar Rp54,8 triliun atau 2,15 persen dari total anggaran belanja Rp2.540,4 triliun. Nilai anggaran ini relatif tidak berbeda jauh dalam lima tahun terakhir.

“Belanja subsidi energi, salah satunya belanja subsidi listrik, memiliki porsi terbesar dalam total belanja subsidi,” kata Aryo kepada Warta Pemeriksa, akhir Maret.

Aryo mengatakan, PT PLN (Persero) mela­porkan bahwa realisasi pendapatan dari subsidi listrik tahun 2019 sebesar Rp51,7 triliun atau 15,8 persen dari total penjualan tenaga listrik Rp328 triliun. Dana kompensasi tahun 2019 yang diterima PLN dari pemerintah juga cukup signifikan, yaitu mencapai Rp22,2 triliun. Secara nilai, kata dia, pemeriksaan subsidi listrik tentu

MEMASTIKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT JUMLAH DAN TEPAT SASARANSebagian besar temuan pemeriksaan BPK berkaitan dengan ketidakpatuhan pengelolaan yang berakibat pada ketidakakuratan volume energi dan nilai biaya sebagai komponen utama yang menentukan nilai subsidi listrik.

SOROTAN

4 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021pok rie-pexels

Page 5: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

5WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

penting bagi pemerintah maupun bagi PLN.“Bagi masyarakat Indonesia, yang saat ini

sebagai besar merupakan pengguna layanan lis­trik PT PLN (Persero), keberadaan subsidi listrik tentu mempengaruhi nilai pengeluaran mereka untuk memperoleh tenaga listrik,” katanya.

Selain itu, nilai subsidi listrik yang mencapai 15,8 persen dari penerimaan PT (PLN) Persero tentu akan mempengaruhi kemampuan PLN (Persero) dalam menghasilkan tenaga listrik yang cukup dan berkualitas. Kesinambungan penyediaan tenaga listrik tentu juga bergantung dari pembayaran subsidi listrik dari pemerintah.

Aryo menjelaskan, pemeriksaan subsidi listrik yang dilaksanakan AKN VII merupakan pemeriksaan kepatuhan yang dlakukan untuk mendukung pemeriksaan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) dan Lapor­an Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Karena pemeriksaan ini merupakan dukungan atas pemeriksaan LKBUN dan LKPP, pemeriksaan terinci dilaksanakan pada semester I dan peme­riksaan pendahuluan atau pemeriksaan tahap pertama dilaksanakan pada semester Il tahun sebelumnya.

Pemeriksaan tersebut secara umum bertu­juan menilai kesesuaian perhitungan subsidi lis­trik terhadap peraturan perundangan­undangan

yang berlaku. Penilaian ini akan menghasilkan nilai subsidi yang seharusnya dibayarkan peme­rintah kepada badan usaha, dalam hal ini PLN. Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan untuk menilai kepatuhan PLN terhadap Peraturan Pe­merintahan Nomor 14 Tahun 2012 tentang Ke­giatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, mulai dari usaha pembangkitan sampai dengan usaha penjualan tenaga listrik.

Untuk itu, pemeriksa juga mengevaluasi pengendalian intern dan pelaksanaan good cor-porate governance di PT PLN.

Dalam menguji kesesuaian perhitungan sub­sidi listrik, BPK melakukan reviu dan koreksi atas komponen neraca energi, biaya, dan penjualan PLN. Salah satu kriteria yang digunakan untuk melakukan koreksi adalah Peraturan Menteri Keuangan tentang tata cara penyediaan, peng­hitungan, pembayaran, dan pertanggungjawab­an subsidi listrik. Hal ini untuk memastikan kewajaran nilai subsidi listrik yang dibayarkan pemerintah kepada PLN.

Ia menambahkan, nilai subsidi listrik meru­pakan selisih antara biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik dengan penjualan (tarif) tenaga listrik pada PT PLN. Untuk itu, sasaran pemeriksaan meliputi hal­hal yang membentuk nilai BPP dan nilai penjualan PT PLN.

SOROTAN

5WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Page 6: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

6 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Dalam menguji BPP, BPK memastikan pe­ngeluaran PLN yang dapat diperhitungkan dan yang tidak dapat diperhitungkan sebagai BPP. BPK juga memastikan jumlah tenaga listrik yang diproduksi dan dicatat dalam neraca energi untuk menghitung BPP per satuan tenaga listrik (kWh).

Dalam menguji penjualan, BPK memastikan volume dan nilai rupiah tenaga listrik yang di­salurkan kepada pelanggan. Hasil pengujian ini akan menghasilkan nilai wajar BPP maupun pen­jualan, yang mungkin saja nilainya sama dengan asersi PT PLN (Persero) ataukah berbeda dan memerlukan koreksi.

BPK lebih lanjut akan menentukan nilai sub­sidi listrik yang dapat dibayarkan pemerintah berdasarkan nilai BPP dan nilai penjualan yang telah diaudit. Sesuai ketentuan, subsidi listrik dibayarkan pemerintah secara bertahap se­panjang tahun berkenaan sesuai dengan asersi dan permintaan PLN. “Hasil pemeriksaan BPK akan dijadikan dasar untuk menetapkan nilai final subsidi listrik dan mengakui utang/piutang sebagai selisih lebih/kurang subsidi listrik yang dibayarkan pemerintah,” ujar dia.

BPP dan penjualan yang menjadi dasar penghitungan nilai subsidi listrik hanyalah yang dialokasikan PLN pada pelanggan golongan tarif subsidi. Secara berkala sesuai ketentuan untuk golongan tarif nonsubsidi, PLN dapat mengajukan penyesuaian tarif yang lama kepa­da Pemerintah untuk ditetapkan menjadi tarif yang baru. Jika penyesuaian tarif tidak disetujui dan terdapat selisih penjualan antara tarif yang ditetapkan dengan tarif yang seharusnya, maka pemerintah dapat membayarkan dana kompen­sasi kepada PT PLN (Persero) sebesar selisih ni­lai penjualan tersebut. Sesuai ketentuan, dalam penugasan pemeriksaan subsidi listrik BPK juga melakukan pengujian terhadap perhitungan penyesuaian tarif nonsubsidi yang dilakukan oleh PLN dan nilai dana kompensasi yang dapat dibayarkan oleh pemerintah.

Secara umum, kata Aryo, BPK melalui peme­riksaan yang dilakukan ingin memastikan bahwa subsidi listrik telah direalisasikan secara tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat waktu. “Pada akhirnya, sebagaimana realisasi belanja pada umumnya, BPK ingin memastikan bahwa reali­sasi belanja subsidi listrik dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui penyediaan tenaga listrik yang terjangkau, berkualitas, dan berkesi­nambungan,” ujar Aryo.

Temuan BPKBerdasarkan tujuan dan sasaran peme­

riksaan, temuan pemeriksaan BPK meliputi ketidakpatuhan entitas yang diperiksa terkait pendapatan, volume energi, dan biaya. Ketidak­patuhan ini dituangkan dalam bentuk koreksi perhitungan dan nilai subsidi yang seharusnya dibayarkan serta dalam bentuk temuan pe­meriksaan yang memuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. Re­komendasi ini mendorong perbaikan PT PLN (Persero) dalam melakukan usaha pembang­kitan, transmisi dan distribusi, serta penjualan tenaga listrik.

Aryo menjelaskan, sebagian besar temuan pemeriksaan BPK berkaitan dengan ketidak­patuhan pengelolaan yang berakibat pada ketidakakuratan volume energi dan nilai biaya sebagai komponen utama yang menentukan nilai subsidi listrik. Dengan kompleksnya orga­nisasi badan usaha maupun proses bisnis dalam penyediaan dan penyaluran listrik serta luasnya cakupan wilayah pelayanan tenaga listrik, PT PLN (Persero) memerlukan manajemen risiko dan pengendalian intern yang handal untuk memastikan pelaksanaan good corporate go-vernance di setiap lini dan memitigasi ketidak­patuhan tersebut.

Selain berupa koreksi atas perhitungan subsidi yang ditagihkan oleh BUMN operator, hasil pemeriksaan subsidi listrik juga mengung­kapkan permasalahan dalam implementasi kebijakan strategis pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan produksi, penyediaan dan penyaluran subsidi listrik. Dalam kebijakan pe­netapan tarif listrik, misalnya, BPK juga membe­rikan perhatian pada formula yang digunakan dalam perhitunga penyesuaian tarif listrik, ter­utama untuk golongan tarif nonsubsidi. “Hal ini untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia memperoleh energi dengan kualitas baik dan harga terjangkau, dan di sisi lain badan usaha tetap dapat menjaga kinerja keuangannya,” kata Aryo.

Rekomendasi yang dihasilkan BPK melalui pemeriksaan subsidi listrik ada yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang (sistemik). Secara umum, kata Aryo, PT PLN (Persero) telah menindaklanjuti rekomendasi BPK terkait peme­riksaan subsidi listrik selama ini. Namun demi­kian, masih ada tindak lanjut yang belum sesuai rekomendasi karena memerlukan waktu dan keterlibatan pihak eksternal PT PLN (Persero). l

Page 7: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

7WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Mengawal BUMN dan BUMD

Selain melakukan pemeriksaan laporan keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki mandat untuk melakukan pemeriksaan kinerja dan peme­riksaan dengan tujuan tertentu (PDTT). Setiap ta­hun, pemeriksaan kinerja dan PDTT pun dilakukan terhadap perusahaan badan usaha milik daerah

(BUMD) serta badan usaha milik daerah (BUMD).Berdasarkan Undang­Undang Nomor 15 Tahun 2004 ten­

tang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas penge­lolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas. BPK melaksanakan pemeriksaan kinerja untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan yang ada pada pengeloalan kegiat­an entitas yang diperiksa. Selanjutnya, BPK dapat memberikan rekomendasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja entitas.

Sedangkan PDTT merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Sesuai dengan tujuan pemerik­

saannya, hasil PDTT disajikan dalam dua kategori, yaitu sistem pengendalian intern (SPI) dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan­undangan.

Plt Auditor Utama Keuangan Negara VII BPK R. Aryo Seto Bomantari mengatakan, AKN VII sepanjang 2020 telah me­lakukan pemeriksaan terhadap 41 BUMN. “Pemeriksaan itu terdiri atas pemeriksaan kinerja terhadap empat BUMN dan pemeriksaan kepatuhan terhadap 37 BUMN,” kata Aryo kepa­da Warta Pemeriksa, Maret 2021.

Sementara, Auditor Utama Keuangan Negara V BPK Akh­sanul Khaq menyampaikan, AKN V pada 2020 melakukan pe­meriksan kinerja BUMD migas sebanyak 9 entitas, pemeriksaan kinerja bank pembangunan daerah (BPD) sebanyak 8 entitas, dan kepatuhan 1 entitas. Adapun khusus pemeriksaan BUMD DKI Jakarta, pemeriksaan dilakukan terhadap 5 entitas, yaitu PT Food Station Tjipinang Jaya, PT JIEP, PD Pasar Jaya, PT Transportasi Jakarta, dan PT Jakarta Propertindo. “Ke depan

kita mencoba mengidentifikasi seluruh BUMD yang ada di wilayah AKN V,” kata Akhsanul. l

PEMERIKSAAN BUMN 2020

Perum BulogPerum PerhutaniPT Angkasa Pura IPT Angkasa Pura IIPT Bank Mandiri (Persero)PT Bank Negara Indonesia (Persero)PT Bank Rakyat IndonesiaPT Bank Tabungan NegaraPT Biofarma (Persero)PT Bukit AsamPT Hutama KaryaPT Indofarma (Persero)PT Inhutani II dan III

PT Jamkrindo (Persero)PT Jasa MargaPT Kawasan Berikat NusanataraPT Kereta Api IndonesiaPT Kimia Farma (Persero)PT KPBNPT Pegadaian (Persero)PT Pelabuhan Indonesia IIPT Pelayaran Nasional IndonesiaPT Perkebunan Nusantara XIVPT PertaminaPT Pertamina Hulu EnergiPT Pertamina Patra Niaga

PT Petrokimia GresikPT PLNPT PLN BatubaraPT PNM (Persero)PT Pupuk Iskandar MudaPT Pupuk KaltimPT Pupuk KujangPT Pupuk Sriwijaya PalembangPT Riset Perkebunan NusantaraPT Taspen (Persero)PT Telekomunikasi Indonesia

PDTT

l PT Askrindo (Persero) l PT Patra Jasa l PT Reasuransi Indonesia Utama l SKK Migas

Pemeriksaan Kinerja

Page 8: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

8 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Objek pemeriksaan:l Efektivitas peningkatan kinerja PT Perkebunan Nusantara Grupl Efektivitas pelaksanaan fungsi pengendalian pengelolaan keuangan dan aset.

Jumlah temuan : 33Permasalahan ketidakefektifan : 32Permasalahan kerugian : 1 permasalahan senilai 16,8 miliar

Sejumlah hasil pemeriksaan PTPN Grup1. Kesimpulan pemeriksaan: PTPN III (Persero) Holding

tidak efektif dalam meningkatkan kinerja PTPN Grup tahun 2015­semester I tahun 2019.

2. Sejumlah temuan BPK:l Kinerja Keuangan PTPN Grup belum mengalami

perbaikan setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan.l Kinerja Keuangan PTPN Grup belum mengalami

perbaikan setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan.l Kinerja pabrik kelapa sawit dan karet pada bebera­

pa PTPN belum sesuai dengan norma standar PTPN III (Persero) dan komitmen bersama PTPN Grup.

Hasil pemeriksaan efektivitas PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI)1. Kesimpulan pemeriksaan: PT RNI Holding kurang

efektif dalam melakukan fungsi pengendalian penge­lolaan keuangan dan aset.

2. Sejumlah temuan BPKl Divisi Pengendalian Usaha Non Agro PT RNI Holding belum melakukan monitoring dan evaluasi

piutang dan persediaan pada anak perusahaan se­cara optimal.

l Fungsi pengendalian PT RNI Holding dalam pem­berian pinjaman kepada anak perusahaan belum memadai.

HASIL PEMERIKSAAN KINERJA (IHPS I 2020)

Page 9: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

9WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Pemeriksaan BUMD DKI Tahun 2020PEMERIKSAAN KINERJA

PEMERIKSAAN KEPATUHAN

Jumlah temuan Jumlah rekomendasi

Nilai temuan: Rp1.687.770.000 Nilai rekomendasi: Rp809.086.242

1121

1852

Nilai temuan: Rp4.024.380.000 Nilai rekomendasi: Rp4.024.396.937

13

22

Nilai temuan: Rp19.279.540.000 Nilai rekomendasi: Rp19.127.828.398

19

40

Nilai temuan: Rp63.740.097 Nilai rekomendasi: Rp63.740.097

24

Nilai temuan: Rp415.922.800.000 Nilai rekomendasi: Rp415.922.806.462

48

Nilai temuan: Rp341.923.270.0004

5

Sumber: AKN V

Jumlah entitas: 9 entitasEntitas yang diperiksa:l PT Petrogas Jatim Utama (PJU) Provinsi Jatiml PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) Kabupaten Bojonegorol PT Wirausaha Usaha Sumekar (WUS) Kabupaten Sumenepl PT Geliat Sampang Mandiri (GSM) Kabupaten Sampangl PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC) Provinsi Jatengl PT Blora Patragas Hulu (BPH) Kabupaten Bloral PT Sumsel Energi Gemilang (SEG) Provinsi Sumsell PT Bumi Siak Pusako (BSP) Provinsi Riaul PT Pembangunan Aceh (PEMA) Provinsi Aceh

1. Pemeriksaan kinerja BUMD Migas

4. Pemeriksaan BUMD di DKI Jakarta

l PT Bank Sumutl PT Bank Nagaril PT Bank Riau Kepril PT Bank Bengkulu

l PT Bank Jambil PT Bank Jatengl PT Bank Sumsel Babell PT Bank DKI

Entitas yang diperiksa: BPD Bank Jabar Banten

Jumlah entitas: 8 entitasEntitas yang diperiksa:

2. Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Pengelolaan Bank pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) tahun buku 2018-kuartal III 2020

3. Pemeriksaan kepatuhan

Jumlah entitas yang diperiksa: 5Entitas yang diperiksa:l PT Food Station Tjipinang Jayal PT JIEPl PD Pasar Jayal PT Transportasi Jakartal PT Jakarta Propertindo

PEMERIKSAAN BUMD 2020

Page 10: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

10 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Indonesia telah memasuki tahun kedua sejak kasus per­tama Covid­19 ditemukan dan diumumkan pada Maret 2020. Meskipun masih dalam status pandemi, namun masyarakat

sudah mulai lebih terbiasa dengan pola kehidupan new normal yang te­tap mengedepankan protokol kese­hatan. Berbeda dengan tahun lalu ketika awal pandemi ditetapkan.

Hal yang sama juga berlaku di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang tetap melakukan pemerik­saan pada masa pandemi. “Pada tahap perencanaan pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN tahun 2020 ini, kita relatif sudah lebih siap dengan risiko­risiko yang dapat mempengaruhi proses pemeriksaan kita. Baik risiko yang berasal dari in­ternal maupun eksternal BPK,” ujar Auditor Utama Keuangan Negara II (Tortama KN II) BPK, Laode Nusria­di, beberapa waktu lalu.

BPK, kata dia, saat ini sedang melakukan pemeriksaan serentak atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuang­an Kementerian/Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Bendahara

Umum Negara (LKBUN) Tahun 2020. Secara umum, pelaksanaan­nya relatif sama dengan pemerik­saan tahun sebelumnya yang sudah berada dalam kondisi pandemi.

Hanya saja ada sedikit perbe­daan. Laode menjelaskan, perbe­daan khususnya pada tahap perencanaan pemeriksaan. Peren­canaan pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN Tahun 2019 dilakukan saat masih dalam kondisi normal. “Pada tahapan itu kita sama sekali belum mengetahui akan terjadi pandemi Covid­19. Sehingga kita belum mengantisipasi risiko­risiko yang akan mempengaruhi tahap pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan,” tambah dia.

Pada tahun ini, BPK pun dise­but lebih siap dalam melakukan pemeriksaan pada masa pandemi, apalagi tahun ini BPK mengem­bangkan big data analytics dalam pemeriksaan laporan keuangan. Penilaian risiko yang BPK laksa­nakan pada tahap perencanaan pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN Tahun 2020 sudah mem­pertimbangkan risiko yang terkait de ngan pandemi Covid19. Khusus­

nya risiko yang terkait dengan Pro­gram Penanganan Covid­19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang merupakan bentuk respons pemerintah terhadap pandemi.

Dia menambahkan, perbedaan signifikan terlihat pada saat awal terjadinya pandemi Covid­19 pada 2020. Kebijakan pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibat­kan BPK harus ikut menerapkan pola kerja dari rumah (work from home).

Dampaknya, kata dia, BPK tidak dapat melaksanakan beberapa prosedur pemeriksaan standar yang biasa dilakukan. Misalnya melakukan pemeriksaan fisik seca­ra langsung ke lokasi pelaksanaan suatu pekerjaan. Selain itu, juga terjadi kendala komunikasi antara tim pemeriksa dan auditee lanta­ran tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara fisik.

Memasuki tahun kedua masa pandemi, Laode pun menegaskan bahwa BPK tetap menekankan pro­ses quality control (QC) dan quality assurance (QA) untuk menjaga kualitas hasil pemeriksaan.

“Pandemi ini menuntut pening­katan QC dan QA. Khususnya untuk meyakini bahwa prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan oleh tim pemeriksa telah cukup memadai untuk memberikan opini yang tepat atas laporan keuangan yang kita periksa,” papar dia.

Laode meyakinkan bahwa pro­ses QA dan QC BPK selama peme­riksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN su­dah berjalan cukup baik. Ini karena sejak pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN tahun 2019, BPK sudah me­libatkan pihak Inspektorat Utama (Itama) untuk melakukan hot review

BPK LEBIH SIAPPandemi Covid-19 justru menuntut BPK untuk lebih inovatif dalam mengembangkan prosedur pemeriksaan alternatif.

n Laode Nusriadi

Page 11: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOROTAN

11WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

di setiap tahapan pemeriksaan. Bahkan, lanjut dia, untuk pe­

meriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN tahun 2020, sudah dibentuk Tim Penjaminan Mutu Pemeriksaan dalam struktur Pokja Pemeriksaan LKPP yang melibatkan personil dari Itama dan Direktorat Utama Pe­rencanaan, Evaluasi, dan Pengem­bangan Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama Revbang).

Pelaksanaaan QA dan QC da­lam pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN juga telah dilaksanakan melalui aplikasi pendukung peme­

riksaan, yaitu aplikasi SiAP LK dan modul konsolidasi. Supervisi secara online dan offline juga telah di­lakukan oleh seluruh tim pemeriksa.

“Menurut saya, QA dan QC yang telah berjalan cukup baik ini tentunya perlu dikomunikasikan ke­pada publik sehingga tahu bahwa pada masa pandemi ini BPK tetap berupaya menjaga kualitas hasil pemeriksaannya,” tambah dia.

Lebih inovatifLaode menjelaskan, pandemi

Covid­19 justru menuntut BPK untuk lebih inovatif dalam mengembang­kan prosedur pemeriksaan alternatif. Misalnya melakukan prosedur pe­meriksaan fisik hasil pekerjaan dan prosedur konfirmasi/permintaan keterangan dengan memanfaatkan bantuan teknologi informasi.

Mulai dari video call, Zoom Meeting, Geographical Infor­mation System (GIS), dan media komunikasi lainnya. Jika ternyata harus untuk datang ke lokasi au-ditee atau lokasi pelaksanaan satu pekerjaan, maka tim pemeriksa harus benar­benar memperhatikan protokol kesehatan yang ditetap­kan pemerintah.

“Sebagai panduan bagi seluruh tim pemeriksa, pada pertengah an 2020, Ditama Revbang juga telah menerbitkan Petunjuk Teknis Peme­riksaan Keuangan pada Masa Da­rurat. Di situ dijelaskan berbabagi macam prosedur alternatif yang da­pat dilakukan dalam melaksanakan pemeriksaan pada masa pandemi Covid­19,” tambah Laode.

Meskipun begitu, dia menegas­kan, prosedur pemeriksaan tidak memengaruhi penentuan materia­litas dalam pemeriksaan LK. Seba­liknya, penentuan materalitas yang akan berdampak pada prosedur pemeriksaan yang harus dilaksa­nakan oleh tim pemeriksa.

Penentuan materalitas tersebut sangat dipengaruhi hasil penilaian tim pemeriksa atas risiko penya­jian laporan keuangan. Penentuan materialitas tersebut, selanjutnya akan mempengaruhi strategi pe­meriksaan atas akun­akun laporan keuangan yang akan diperiksa. An­tara lain terkait ukuran sampel dan prosedur pemeriksaannya.

Contohnya, sebut Laode, jika menetapkan risiko salah saji akun kas “Tinggi” dan nilai materialitas level akun “Rendah”, maka tim pe­meriksa harus mengambil sampel yang besar dan prosedur pengujian yang mendalam terhadap akun kas.

“Yang menjadi tantangan masa pandemi ini adalah bagaimana tim pemeriksa merancang prosedur pe­meriksaan alternatif untuk meng uji akun kas tersebut. Misalnya dengan melakukan cash opname dengan memanfaatkan bantuan teknologi informasi,” papar dia. l

Pandemi Covid­19 tidak membuat Badan Pemeriksa Keuan­gan (BPK) menurunkan kualitas pemeriksaan. Melihat data yang ada, kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LK­PP) dari tahun ke tahun terus meningkat.

Tortama KN II BPK Laode Nusriadi menjelaskan, sejak BPK per­tama kali memberikan opini atas LKPP pada 2005, yaitu atas LKPP tahun 2004, kualitas LKPP terus meningkat. Untuk LKPP tahun 2004 sampai dengan LKPP tahun 2008, BPK memberikan opini tidak memberikan pendapat (TMP).

Opini LKPP mengalami peningkatan sejak LKPP tahun 2009 yang memperoleh opini wajar dengan pengecualian (WDP). Opini WDP ini diberikan BPK sampai dengan LKPP tahun 2015. Selanjut­nya sejak LKPP tahun 2016 sampai dengan LKPP tahun 2019, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP).

Peningkatan opini LKPP ini tidak terlepas dari kualitas LKKL dan LKBUN. Jumlah LKKL dan LKBUN terus meningkat, setidaknya da­lam lima tahun terakhir. Pada pemeriksaan LKPP tahun 2015, jumlah LKKL dan LKBUN yang memperoleh opini WTP hanya 56 LKKL/LK­BUN. Angka itu meningkat menjadi 74 pada pemeriksaan LKPP ta­hun 2016, 80 di pemeriksaan LKPP tahun 2017, 82 di pemeriksaan LKPP tahun 2018, dan 85 di pemeriksaan LKPP tahun 2019.

“Untuk LKPP Tahun 2019, meskipun masih ada LKKL yang tidak memperoleh opini WTP tetapi dampaknya terhadap LKPP tidak material, sehingga tidak mempengaruhi kualitas LKPP secara kese­luruhan,” papar dia. l

Kualitas LKPP Terus Meningkat

Page 12: SILVER WINNER BUMD MIGAS

INTERNASIONAL

12 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Page 13: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

13WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Provinsi Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu daerah penghasil minyak dan gas (migas) di Indonesia. Se­

jumlah badan usaha milik dae­rah (BUMD) pun telah dibentuk untuk ikut terlibat dalam pe­ngelolaan wilayah kerja migas.

Melihat pentingnya peran BUMD migas terhadap pereko­nomian daerah, Badan Peme­riksa Keuangan (BPK) melalui BPK Perwakilan turut meng­awal dan memeriksa perusa­haan daerah di bidang migas. Pemeriksaan itu salah satunya dilakukan BPK Perwakilan Jawa Tengah (Jateng).

PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGASHal utama yang mesti dilakukan adalah menaati peraturan perundang-undangan, mulai dari peraturan terkait pengelolaan BUMD dan terkait participating interest.

kotkoa-freepik

Page 14: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

14 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Kepala Perwakilan BPK Jateng Ayub Amali mengatakan, pihaknya pada semester II 2020 melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) terhadap BUMD migas yang selama ini kurang menjadi perhatian.

Pemeriksaan dilakukan terhadap PT Sarana Patra Hulu Cepu (PT SPHC) dan PT Blora Pa­tragas Hulu (BPH). Tujuan utama pemeriksaan ini adalah menilai kepatuhan terhadap keten­tuan­ketentuan terkait de ngan pengeloalaan participacing interest (PI) dan terkait pengelolaan operasional perusahaan.

“Pemeriksaan ini diharapkan dapat me­ningkatkan pengelolaan operasional dari BUMD­BUMD sehingga dapat bermanfaat bagi daerah, paling tidak untuk penerimaan daerah, khususnya di Jateng dan Kabupaten Blora. Hasil pemeriksaan sudah disampaikan kepada DPRD Provinsi Jateng dan Kabupaten Blora pada awal Januari 2021,” kata Ayub kepada Warta Pemeriksa, akhir April.

Sebagai informasi, PT SPHC merupakan BUMD yang ikut berperan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di Blok Cepu melalui PI 10 persen bersama mitra Blok Cepu yang terdiri atas ExxonMobil Cepu Ltd. (45%), Pertamina EP Cepu (45%), PT. Asri Dharma Sejahtera, Kab. Bojonegoro (4,48%), PT. Petrogas Jatim Utama Cendana, Provinsi Jawa Timur (2,24%), dan PT. Blora Patragas Hu­lu, Kab. Blora (2,18%).

Ayub menyampaikan, ada sejumlah per­masalahan yang ditemukan BPK dalam peme­riksaan BUMD migas. Beberapa di antaranya adalah mengenai perekrutan sumber daya ma­nusia (SDM), pengelolaan dana di perusahaan, kegiatan investasi, kerja sama dengan mitra investasi, dan beberapa hal lainnya yang dinilai masih belum sesuai ketentuan.

“Hal utama untuk perbaikan adalah me­ningkatkan kualitas SDM sejak dari fase pere­krutan. Lalu, membentuk ketentuan­ketentuan yang mengatur pengelolaan keuangan yang lebih baik, lebih detail, sehing ga seluruh ke­bijakan ada ketentuan­ketentuannya sebagai panduan dalam menjalankan operasional.”

Ayub berharap pemeriksaan yang dilakukan

BPK dapat mendorong perbaikan tata kelola BUMD migas. Sehingga, BUMD migas dapat berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya pemeriksaan ini, Ayub juga berharap pemerintah daerah menjadi lebih terbuka, lebih perhatian, dan bisa membimbing BUMD untuk meningkatkan kinerjanya.

“Dengan begitu, laporan kami bermanfaat. Jangan karena BUMD kecil, tapi tidak diperha­tikan. Padahal mereka berpotensi menjadi sum­ber penerimaan daerah. Seperti kita ketahui, penerimaan dari participating interest cukup besar, sehingga penerimaan itu bisa menjadi dividen bagi daerah. Intinya, harus dikelola dengan lebih baik lagi.” l

Hal utama untuk perbaikan adalah meningkatkan kua­litas SDM sejak dari fase perekrutan. Lalu, memben­tuk ketentuan­ketentuan yang mengatur pengelo­laan keuangan yang lebih baik, lebih detail, sehing­ga seluruh kebijakan ada ketentuan­ketentuannya sebagai panduan dalam menjalankan operasional.

n Ayub Amali

Page 15: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

15WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan pe­meriksaan kinerja atas Efektivitas Pengelolaan Bank pada Bank Pem­bangunan Daerah (BPD) Sumatera Utara (PT Bank Sumut) untuk Tahun

Buku 2018 hingga Kuartal III Tahun 2020. Sejak 2005, telah dilakukan delapan kali pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) dan satu peme­riksaan kinerja terhadap entitas yang dilaksa­nakan dengan mengukur lima sasaran strategis. Hal itu yakni pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK), penyaluran kredit, penempatan dana, penguatan permodalan, dan pelayanan penge­lolaan keuangan daerah.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan, PT Bank Sumut belum sepenuhnya melakukan upaya yang memadai dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan bank terkait perkreditan/pembia­yaan, penempatan dana, dan penguatan per­

modalan,” ujar Kepala BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara Eydu Oktain Panjaitan kepada Warta Pemeriksa, Senin (26/4).

Beberapa hal yang menjadi dasar pertim­bangan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut karena BPD merupakan bank milik pemerintah daerah yang dana pihak ketiga (DPK) kelolaan­nya didominasi oleh low-cost deposit. Dengan demikian, jika dibandingkan bank lainnya, BPD seharusnya lebih unggul dalam penetapan pri-cing tingkat suku bunga kredit. Ini karena BPD memiliki keleluasaan secara strategi perbankan dibandingkan bank pesaing lainnya.

Kemudian, kecenderungan proporsi kredit yang disalurkan oleh BPD masih lebih besar untuk kredit sektor konsumtif daripada untuk sektor riil yang lebih produktif. Padahal, ke­lahiran BPD bertujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah.

BPK BERI REKOMENDASI PERBAIKAN TATA KELOLA BANK SUMUTBank Sumut telah menunjukkan itikad baik dengan menjalankan rekomendasi BPK.

banksumut.co.id

Page 16: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

16 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Selain itu, dampak pandemi Covid­19 pada perekonomian dan turunnya kemampuan nasa­bah untuk mengembalikan kredit meningkatkan risiko gagal bayar serta meningkatkan tingkat non performing loan (NPL). Ini menuntut BPD beroperasi secara lebih profesional demi meng­amankan kredit yang telah disalurkan.

Permasalahan yang ditemukan BPK melalui pemeriksaan pada rentang Tahun Buku 2018 hingga kuartal III 2020 antara lain penyaluran kredit/pembiayaan belum dilakukan sesuai target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Kemudian, tar­get perkreditan belum sepenuhnya dituangkan dalam dokumen perencanaan secara memadai. Sehingga, cabang belum mengetahui potensi pasar penyaluran kredit yang akan dilakukan untuk mendukung optimalisasi target yang telah ditetapkan dalam RBB. Selain itu, capaian kredit BPD Sumut masih dibawah capaian penyaluran kredit BPD secara keseluruhan berdasarkan Sta­tistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Penyaluran kredit/pembiayaan juga belum sepenuhnya sesuai. Strategi atau program pe­ningkatan jumlah rekening dan volume DPK belum dilaksanakan sesuai RBB. Realisasi peng­himpunan DPK masih didominasi ketidakterca­paian target terhadap RBB pada sektor tabung­

an, deposito, maupun giro.“Pertumbuhan DPK per tahun juga tidak

mengalami kenaikan pertumbuhan sesuai RBB sehingga BPD belum memiliki dominasi dalam mempengaruhi nasabah melainkan bergantung pada pasar keuangan,” ungkap Eydu.

BPK merekomendasikan kepada Direktur Uta­ma PT Bank Sumut untuk segera menindaklanjuti saran­saran perbaikan seperti mengarahkan Pim­pinan Divisi Ritel, Divisi Kredit, dan Unit Usaha Syariah untuk menyusun strategi dalam meme­nuhi kewajiban penyaluran kredit atau pembia­yaan kepada usaha produktif.

Direktur Utama Bank Sumut juga perlu meng­arahkan pimpinan Divisi Ritel, Divisi Kredit, dan Unit Usaha Syariah agar lebih cermat dalam menyelaraskan penyusunan target penyaluran kredit/pembiayaan. Bank Sumut juga perlu mem­buat kebijakan/strategi untuk mengoptimalkan pemerolehan DPK dari pemerintah daerah se­lain dari pengelolaan kas daerah dan rekening bendahara pengeluar an. Kemudian BPK juga merekomendasikan kepada Bank Sumut untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan­ke­giatan inovatif yang mendukung peningkatan pertumbuhan DPK.

Eydu menyampaikan, proses komunikasi dengan Bank Sumut sejauh ini berjalan dengan sangat baik. Setiap tahapan pemeriksaan diko­munikasikan dengan baik mulai dari perencanaan kriteria, penetapan kriteria, dan mengkomunika­sikan hasil pengukuran kinerja kepada pihak­pi­hak terkait yang berkepentingan.

Pemeriksaan berjalan dengan lancar dan diharapkan rekomendasi yang diberikan ber­manfaat dalam perubahan paradigma Bank Pembangunan Daerah secara umum dan khusus­nya untuk Bank Sumut. Hal ini, ujar Eydu, demi perbaikan pengelolaan ke depannya serta mem­berikan manfaat bagi terjadinya pertumbuhan perekonomian daerah Sumatera Utara.

Terkait dengan tindak lanjut atas rekomen­dasi yang diberikan, sejauh ini Bank Sumut telah menunjukkan itikad baik. Eydu menyampaikan, Divisi Pengawasan selalu bersinergi dengan BPD dalam menindaklanjuti rekomendasi yang disam­paikan BPK. Berdasarkan data hasil PTLHP atas delapan LHP per Desember 2020, status tindak lanjut yang telah sesuai dengan rekomendasi sebesar 86,54 persen, belum sesuai rekomendasi 12,18 persen, belum ditindaklanjuti 0,96 persen, dan tidak dapat ditindaklanjuti dengan alasan yang sah 0,32 persen dari 312 rekomendasi. l

n Eydu Oktain Panjaitan

Page 17: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

17WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Auditorat Keuangan Negara (AKN) III BPK menaruh perhatian khusus kepada tujuh entitas. Ketujuh en­titas tersebut adalah Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Sekretariat Negara (Kemenset­

neg), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kementerian Riset dan Tekno­logi (Kemenristek), Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), dan Mahkamah Agung (MA).

Auditor Utama Keuangan Negara III BPK Bam­bang Pamungkas mengatakan, ketujuh kemente­rian dan lembaga (K/L) tersebut perlu mendapat perhatian khusus di AKN III karena mengacu pada hasil pemeriksaan laporan keuangan tahun anggaran 2020. “Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan permasalahan dalam pengelolaan ke­uangan negara yang dapat berpengaruh terhadap opini laporan keuangan pemerintah pusat,” kata Bambang kepada Warta Pemeriksa, Selasa (27/4).

Terkait perumusan opini bagi ketujuh laporan keuangan K/L tersebut, kata Bambang, AKN III te­lah melakukan koordinasi internal dengan tim, ke­pala subauditorat, dan kepala auditorat. Pihaknya juga telah melakukan pembahasan dengan Ang­gota III/Pimpinan Auditorat Keuangan Negara III Achsanul Qosasi. “Selain itu kami pun melakukan review silang (cross review) atas konsep Laporan Pemeriksaan LKKL Tahun Anggaran 2020.

Dari ketujuh entitas tersebut, ujar Bambang, Kemensos dan Kemenkominfo termasuk entitas yang dapat digolongkan paling signifikan terha­dap pengelolaan keuangan negara. Signifikansi itu ditinjau dari segi dampaknya terhadap pengelo­laan keuangan negara dengan tolok ukur nilai, ke­pentingan publik, akuntabilitas, dan transparansi, serta dikaitkan dengan kondisi secara umum yang terjadi di Indonesia.

Kedua entitas tersebut saat ini memiliki sig­nifikansi dampak antara lain mengenai besarnya nilai anggaran yang dikelola, tanggung jawab atas pelaksanaan program kerja yang menyangkut ke­

hidupan masyarakat secara luas, serta isu­isu yang menyangkut penegakan hukum dalam tindak pi­dana korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum.

Terkait Kemensos, Bambang menyebut ke­menterian tersebut memiliki peran penting dalam penanganan dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat pandemi Covid­19. Sebagaimana diketa­hui, Pemerintah Indonesia mengambil langkah yang terstruktur guna menanggulangi pandemi Covid­19, yaitu dengan membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 yang ditetapkan pada tanggal 13 Ma­ret 2020.

Melihat dampaknya yang luas tidak hanya pada masalah kesehatan, namun juga masalah ekonomi secara nasional, maka pemerintah me­mandang perlu dilakukan pemulihan ekonomi na­sional. Pemerintah lalu membentuk Komite Pena­nganan Covid­19 dan Pemulihan Ekonomi Nasio­nal (PC-PEN) berdasarkan Perpres No. 82/2020 yang ditetapkan tanggal 20 Juli 2020, yang men­cabut Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020.

Bambang menguraikan, program PC­PEN di­fokuskan pada enam sektor dengan alokasi total dana mencapai Rp695,2T. Perinciannya, anggaran untuk kesehatan sebesar Rp87,55 triliun, Perlin­dungan Sosial sebesar Rp203,91 triliun, Insentif Usaha sebesar Rp120,61 triliun, UMKM sebesar

TUJUH ENTITAS JADI PERHATIAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara oleh tujuh entitas di bawah AKN III yang dapat berpengaruh terhadap opini laporan keuangan pemerintah pusat.

n Bambang Pamungkas

Page 18: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

18 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Rp123,46 triliun, Sektoral K/Ldan Pemda sebesar Rp 106,05 triliun dan Pembiayaan Korporasi se­besar Rp 53,57 triliun.

Dari alokasi dana untuk sektor Perlindungan Sosial, K/L yang menangani program/kegiatannya beserta besaran dananya yaitu Kemensos 61,1 persen, Kemenko Perekonomian 9,8 persen, Ke­menkeu (BUN)3,4 persen, Kemenaker 8,6 persen, Kemendikbud 1,5 persen, dan Kemendes PDTT 15,6 persen.

Dengan demikian, Kementerian Sosial memi­liki persentase terbesar dalam pengelolaan dana sektor Perlindungan Sosial yaitu sebesar Rp124,5 triliun. Adapun bentuk realisasi kegiatan dalam rangka PC­PEN yaitu antara lain Program Keluar­ga Harapan, Sembako (BNPT), Paket Sembako Jabodetabek, Bansos Tunai Non Jabodetabek, Bansos Tunai Penerima Kartu Sembako, Bansos Beras Penerima PKH. Lingkup realisasi kegiatan tersebut berskala besar meliputi seluruh wilayah Indonesia.

“Dari hasil pemeriksaan dengan tujuan ter­tentu (DTT) atas Penanganan Pandemi Covid­19 pada Kementerian Sosial, menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam penanganan pandemi Covid­19 ini. Dimana hasil pemeriksaan tentu nantinya akan disampaikan BPK kepada khalayak umum setelah LHP diserahkan kepada DPR dan DPD. Hasil pemeriksaan DTT yang dilakukan BPK tersebut, diperdalam ketika BPK melakukan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Sosial Tahun Anggaran 2020 yang saat ini masih berlangsung,” ujar Bambang.

Selain hasil pemeriksaan tersebut, Bambang menambahkan, pada akhir Desember 2020 terja­di penindakan oleh KPK yang melakukan operasi tangkap tangan kepada Pejabat Pembuat Komit­men (PPK) Program Bansos di Kemensos RI. KPK mengungkapkan, bahwa PPK tersebut diduga telah menerima hadiah dari para vendor PBJ Ban­tuan Sosial (Bansos) di Kemensos dalam rangka penanganan pandemi Covid­19.

“Lebih lanjut dari hasil pengembangan kasus, permasalahan tersebut juga berdampak terhadap Pimpinan Kemensos,” katanya.

Adapun mengenai Kemenkominfo, Bambang menuturkan bahwa kementerian tersebut meru­pakan salah satu dari enam kementerian yang mem­berikan kontribusi signifikan dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya, yang antara lain bersumber dari Biaya Hak Penyeleng garaan (BHP) Frekuensi, BHP Telekomunikasi, pengujian dan serti­fikasi perangkat, penggunaan domain “.id”.

Hasil pemeriksaan atas LK Kemenkominfo beberapa tahun terakhir menunjukkan terdapat permasalahan dalam penyajian laporan keuangan terkait pencatatan pendapatan dan penyajian aset. Beberapa di antaranya, Kebijakan akuntansi pendapatan-LO BHP frekuensi radio Kemen-kominfo belum selaras dengan kebijakan akun­tansi pusat dan SAP. Kemudian, kebijakan akun­tansi pemerintah pengukuran beban penyisihan piutang tidak tertagih tidak sepenuhnya sesuai de ngan SAP.

Permasalahan itu mengakibatkan: beban pe­nyisihan piutang tidak tertagih tidak akurat dan memungkinkan saldo minus. Kemudian, pemba­yaran atas piutang yang telah disisihkan tahun sebelumnya tidak dicatat sebagai pendapatan lain­lain.

“Permasalahan­permasalahan ini merupakan permasalahan berulang yang terjadi juga dalam Laporan Keuangan Kemenkominfo Tahun Ang­garan 2019,” katanya.

Bambang menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan besarnya dampak pemeriksaan terhadap satu entitas, antara lain kebutuhan pengguna LHP tersebut, misalnya adanya perhatian dari para pe­mangku kepentingan, menyangkut kepentingan umum, dan berdampak bagi masyarakat, konteks keterjadian suatu hal, dan persyaratan perun­dang­undangan.

Pertimbangan lainnya adalah apabila dalam pemeriksaan terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang­undangan yang bersifat ke­curangan, terjadinya pembatasan ruang lingkup atas pemeriksaan yang kita lakukan, kelemahan pengendalian intern yang signifikan. “Dan tindak lanjut dari temuan pemeriksaan yang berindikasi adanya kerugian negara telah dikembalikan atau ada kesanggupan dari pihak­pihak yang bertang­gungjawab untuk mengembalikan,” katanya.

Menurut Bambang, hasil dari pemeriksaan yang berdampak besar menjadikan K/L terse­but lebih baik. Ini karena secara tidak langsung pemeriksaan yang dilakukan BPK memper baiki pe ngelolaan K/L tersebut, sehingga terjadi peningkat an akuntabilitas dan kualitas laporan keuangan.

“Selanjutnya terkait adanya suatu permasa­lahan signikan yang terjadi di sebuah K/L, akan menjadi perhatian khusus di tingkat pimpinan, untuk kemudian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk rnelakukan pemeriksaan di K/L lainnya.” l

Page 19: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

19WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) yang dike­luarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bukan sekadar rangkuman dari pe­meriksaan dalam semester

tertentu. Melalui IHPS, BPK juga ingin menunjukkan kepada para pemangku kepentingan, terma­suk ma syarakat, mengenai hasil pemeriksaan signifikan yang perlu mendapatkan perhatian.

Hasil pemeriksaan signifikan biasanya ditampilkan dalam ring­kasan eksekutif IHPS. Kepala Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan BPK Yuan Candra Djaisin menjelaskan, pemerik saan signifikan/penting dalam ringkasan eksekutif IHPS adalah hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian stakeholder, khususnya pemerintah, DPR dan DPD dalam rangka tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Ia menambahkan, hasil pemeriksaan yang juga dimasukkan ke dalam ringkasan eksekutif meru­pakan tema pemeriksaan yang menjadi perhatian publik, memiliki nilai temuan signifikan, dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh banyak satker BPK secara serentak atas tema tertentu (pemerik­saan tematik).

“Sehingga perlu disajikan/diung kap secara khusus dalam ringkasan eksekutif IHPS. Fungsi-nya adalah agar pembaca IHPS dapat langsung mengetahui hasil pemeriksaan BPK yang signifi­kan dan perlu segera ditindaklanjuti oleh peme­rintah, DPR dan DPD sesuai kewenangannya,” kata Yuan kepada Warta Pemeriksa, Rabu (28/4).

Menurut dia, hasil pemeriksaan yang masuk ke ringkasan eksekutif IHPS sering dikutip men­jadi berita di media cetak/media online. De ngan adanya pemberitaan tersebut, maka akan menja­di perhatian publik yang pada akhirnya mendo­rong pemerintah untuk segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

Yuan menjelaskan, ada sejumlah pertimbang­an dalam memilih hasil pemeriksaan ke dalam ringkas an eksekutif IHPS. Beberapa pertimbang-

an itu, antara lain, hasil pe­meriksaan tematik, tema pe­meriksaan terkait hal­hal yang sedang menjadi perhatian para pemangku kepentingan, nilai temuan signifikan, dan kare­na adanya usulan satker BPK (AKN) untuk disajikan pada ring kasan eksekutif.

Terkait isi ringkasan ekseku­tif, ada sejumlah hal yang perlu dipastikan masuk. Yaitu, ikhtisar jumlah LHP, jumlah temuan pemeriksaan, jumlah permasa­

lahan dan jumlah rekomendasi.Kemudian, ikhtisar nilai kerugian, nilai potensi

kerugian, nilai kekurangan penerimaan, dan nilai ketidakhematan/ketidakefisienan/ ketidakefek-tifan.

“Lalu, ada rekomendasi signifikan. Hasil pe­meriksaan tematik, yang mencakup kesimpulan, upaya positif yang telah dilakukan pemerintah, dan permasalahan signifikan yang ditemukan. Ada juga hasil pemeriksaan yang signifikan dari masing­masing bab (pemerintah pusat, pemerin­tah daerah dan BUMD, BUMN dan badan lain­nya),” ujar Yuan.

Yuan menambahkan, jumlah hasil pemerik­saan signifikan/penting yang masuk ke ringkasan eksekutif IHPS tidak bisa ditentukan. Sebab, hal ini tergantung dari hasil pemeriksaan yang terbit pada IHPS tersebut.

“Hanya saja pada IHPS I, karena umumnya pemeriksaan laporan keuangan yang dilaporkan, maka tidak terlalu banyak isu yang disajikan pada ringkasan eksekutif. Tetapi pada IHPS II, cukup banyak isu yang disajikan dan beragam, karena tema dari hasil pemeriksaan yang dilaporkan ju­ga beragam.”

Untuk menentukan hasil pemeriksaan yang akan dimasukkan ke dalam ringkasan eksekutif, usulan disampaikan oleh satker pemeriksa (AKN) dan Direktorat EPP. Persetujuan atas usulan terse­but diputuskan dalam forum eselon I dan sidang BPK. l

Pemeriksaan signifikan/penting dalam ringkasan eksekutif IHPS adalah hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian stakeholder, khususnya pemerintah, DPR, dan DPD dalam rangka tindak lanjut hasil pemeriksaan.

IHPS TAK SEKADAR RANGKUMAN PEMERIKSAAN

n Yuan Candra Djaisin

Page 20: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK BEKERJA

20 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Page 21: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SHARING KNOWLEDGE

21WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Sebagai salah satu Supreme Audit Ins-titution (SAI) yang memiliki perhatian tinggi terhadap pencapaian Sustain-able Development Goals (SDGs), Ba­dan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan menyusun sustain ability report untuk

pertama kalinya. Upaya ini merupakan wujud langkah konkret BPK untuk menjadi contoh bagi organi sasi lain dalam pencapaian target SDGs.

Anggota Tim Penyusun Sustainability Report BPK, Tjokorda Gde Budi Kusuma menyampaikan, terdapat empat pendekat an untuk mengawal pe­laksanaan SDGs. Tiga pendekatan pertama yakni BPK melakukan audit kesiapan, audit kinerja, dan audit akuntabilitas di semua lapisan. Sementara, terdapat pendekatan keempat yakni menjadi role model.

“Artinya, BPK tidak hanya mengaudit institusi lain tapi BPK sendiri juga menjadi contoh dalam mencapai target­target SDGs,” ungkap Tjokorda kepada Warta Pemeriksa, Jumat (5/3).

Tjokorda mengatakan, BPK berupaya meleng­kapi peran itu dengan mencoba membuat sus-tainability report. BPK pun membuat laporan ak­tivitas organisasi dalam setahun dan merangkum capaian apa saja yang telah dilakukan BPK dalam pencapaian target SDGs.

Contohnya, kata Tjokorda, terkait konsep eco-office dan smart office di BPK untuk men­dukung implementasi SDGs Tujuan 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab, dengan ada nya kebijakan pengurangan pence­takan dokumen. BPK telah berhasil secara signifi­kan dalam meminimalisir penggunaan kertas. Hal ini dapat terjadi dengan ada nya bantuan sistem teknologi informasi dalam pelaksanaan proses bisnis di BPK.

Selain isu lingkungan, terdapat isu sosial yang juga disoroti seperti kesetaraan gender dalam pekerjaan. Secara ekonomi, ungkap Tjokorda, la­poran itu juga mengulas seberapa besar dampak rekomendasi BPK terhadap penghematan dan pengembalian kerugian negara.

“Ini juga merupakan sustainability report perta­ma untuk level SAI sedunia. Walaupun pernah ada SAI level perwakilan di Taiwan yang membuat sus-

tainability report, tapi untuk level SAI suatu negara BPK masih berpeluang untuk menjadi SAI yang pertama menerbitkan sustainability report di dunia. Semoga inisiatif pertama ini bisa menjadi contoh yang baik,” ujarnya.

Tjokorda menjelaskan, penerbitan sustainabili-ty report di dunia muncul se iring dengan kesadar­an bahwa indikator ekonomi tidak bisa menjadi satu­satunya ukuran kemajuan suatu negara. Ini karena dalam kemajuan ekonomi juga terdapat sejumlah faktor yang perlu diperhatikan seperti aspek lingkungan dan sosial.

Dari hal itu kemudian muncul kerang ka berpikir triple bottom line yang meng utamakan people, planet, dan profit. Sehingga, perusahaan­per­usahaan tidak lagi hanya mencari keuntungan tapi juga memperhatikan dua aspek lainnya.

“Kemudian, muncullah kata sustain ability. Ar­tinya, ketika kita melakukan kegiatan harus juga memikirkan tiga dimensi yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan,” kata Tjokorda.

MENYUSUN SUSTAINABILITY REPORT PERDANASustainability report BPK tengah dalam proses finalisasi dan akan dirilis pada awal Mei 2021.

n Tjokorda Gde Budi Kusuma

BPK tidak hanya mengaudit institusi lain tapi BPK sendiri juga menjadi contoh dalam mencapai target­target SDGs.

Page 22: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SHARING KNOWLEDGE

22 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Konsep keseimbangan alam, ling kungan, dan ekonomi ini kemudian mencapai puncak­nya ketika Perserikatan Bangsa­Bangsa (PBB) melahirkan Sustain able Development Goals (SDGs). Dari perkembangan itu kemudian muncul konsep integrated report. Sehingga, per usahaan atau organisasi itu tidak hanya me­laporkan akuntabilitas finansial tapi juga tang­gung jawab sosial maupun lingkungannya.

Di Indonesia, kata Tjokorda, telah terbit Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017 yang mewajib kan lembaga ja­sa keuangan, emiten, dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keberlanjutan selain laporan ke uangannya.

Dalam isu­isu SDGs, Tjokorda me ngatakan, BPK sangat aktif terlibat hingga ke level global. Khusus di isu lingkungan, BPK aktif bergabung dalam INTOSAI Working Group on Environ­mental Audit (WGEA). Bahkan, BPK sempat menjadi ketua INTOSAI WGEA.

Tjokorda mengatakan, sustainability report BPK dalam proses finalisasi pada Maret 2021. “Mudah­mudahan lancar, apalagi karena ini menjadi yang pertama. Terlebih lagi, sumber daya yang ada juga cukup terbatas,” ujar Tjokorda.

Dia menjelaskan, untuk membuat laporan tersebut diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi Certified Sustain ability Report Specialist (CSRS). Di BPK, baru terdapat 16 orang pemilik sertifikasi ter­sebut.

“Tapi dengan dukungan dari Sekretaris Jen­deral BPK dan para pimpinan eselon I, semoga bisa lancar. Karena memang dibutuhkan pe­ngumpulan data­data dan analisis,” ujarnya.

Untuk laporan edisi perdana tersebut, fokusnya adalah bagaimana BPK menye suaikan cara kerja di tengah pandemi Covid­19. Me­nurut Tjokorda, dari sisi lingkungan, pandemi justru mempercepat pencapaian SDGs.

“Misalnya, karena dipaksa bekerja daring, maka penggunaan kertas juga semakin sedikit. Kemudian, pemakaian listrik di kantor menjadi lebih hemat,” kata Tjokorda.

Selain itu, laporan yang disusun juga akan menyoroti capaian pemeriksaan yang signifikan dari sisi ekonomi. Dia menjelaskan, kontribusi BPK bersifat indirect impact. Artinya, ketika rekomendasi BPK diimplementasikan maka akan terjadi peng hematan fiskal. Apabila reko­mendasinya terkait kepatuhan maka kerugian

negara yang terjadi bisa dipulihkan.“Kemudian, saat pandemi Covid­19 ini BPK

juga mengawal langsung pemanfaat an dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” ujarnya.

Tjokorda optimistis, dengan adanya sustain-ability report, BPK dapat mempertegas ko­

Kepala Bagian Kerja Sama Internasional Kusuma Ayu Rusnasanti menyampaikan, konsep Sustainability Report (SR) atau Laporan Berkelanjutan yang dibuat BPK telah selesai disusun dan dalam proses validasi.

BPK menargetkan dapat memublikasikan SR pada akhir April atau awal Mei 2021. Kusuma Ayu menekankan, SR merupakan salah satu wujud komitmen BPK untuk terus menggaungkan akuntabilitas.

Ia menjelaskan, SR adalah laporan yang menunjukkan ke­bermanfaatan BPK bagi para stakeholder dalam mendukung keberlanjutan (sustainability). SR merangkai kegiatan­kegiatan BPK sesuai standar pengungkapan dan pelaporan Global Reporting Index (GRI). Peran aktif BPK dalam kegiatan yang berkaitan dengan aspek perekonomian (GRI 200), kelestarian lingkungan (GRI 300), dan kesejahteraan sosial (GRI 400) akan tertuang pada Laporan Keberlanjutan ini.

“SR ini merupakan bentuk akuntabilitas dan transparansi BPK terhadap publik. SR pertama BPK ini menggunakan pen­dekatan “Core”, yaitu menampilkan indeks­indeks tertentu sesuai ketersediaan data yang dimiliki,” kata Kusuma Ayu ke­pada Warta Pemeriksa, Selasa (27/4).

Kusuma Ayu mengakui, masih banyak hal yang perlu di­perbaiki. Dalam proses penyusunan SR perdana ini, kata dia, diketahui bahwa indeks­indeks lain memiliki materialitas yang tinggi bagi para stakeholder, sedangkan BPK terkendala da­lam dua situasi untuk tidak mengungkapkannya. Kedua hal itu adalah aktivitas belum dilaksanakan atau aktivitas sudah dilak­sanakan, tetapi ketersediaan data dan pengukuran manfaat masih belum dapat dipenuhi sesuai standar pelaporan.

“Dengan demikian, diperlukan tindak lanjut untuk meng atasi kekurangan tersebut. Hal ini akan menjadi masukan dan perha­tian di masa mendatang dan perbaikan untuk BPK,” katanya.

Ia menjelaskan, sesuai dengan tema SR Tahun 2020 dan Laporan Tahunan BPK 2020: “Accountability for All”, BPK menyadari bahwa prinsip akuntabilitas tidak hanya penting

SR WUJUD KOMITMEN AKUNTABILITAS

Page 23: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SHARING KNOWLEDGE

23WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

mitmen dalam mendorong pencapaian SDGs di entitas yang diperiksa BPK. Dia menilai, langkah itu pun menjadi salah satu wujud BPK dalam memberikan contoh kepada lembaga lain di In­donesia.

“Ini juga sesuai dengan SAI Performance

Measurement Framework (PMF). Salah satunya, bagaimana suatu SAI itu memberikan dampak dari hasil audit nya. Dengan sustainability report ini, bisa menjadi bukti bahwa aktivitas BPK itu berdampak terhadap ekonomi, sosial, dan ling­kungan,” ujarnya. l

bagi BPK, tapi juga untuk seluruh stakeholder terkait. Akuntabilitas merupakan prinsip yang harus menjadi ni­lai dalam pengelolaan keuangan negara karena bukan sekadar slogan atau kewajiban, tetapi cita­cita agar masyarakat dan para pemangku kepentingan dari sega­la lapisan memahami arti penting akuntabilitas penge­lolaan keuangan negara.

Hal tersebut sejalan dengan visi yang telah ditetap -kan oleh Badan Pemeriksa Keuangan pada Rencana Strategis (Renstra) 2020­2024: “Menjadi Lembaga Pemeriksa Tepercaya yang Berperan Aktif dalam Mewu­judkan Tata Kelola Keuangan Negara yang Berkualitas dan Bermanfaat untuk Mencapai Tujuan Negara.” Bagi BPK, tegas dia, akuntabilitas bukan sekadar pemaha­man bagi masyarakat umum, tetapi juga penting untuk pengelola keuangan negara.

Oleh karena itu, sosialisasi peran aktif BPK menjadi sangat penting dalam membudayakan akuntabilitas. Sedangkan bagi BPK, semangat “Accountability for All” akan menjadi pendorong dalam pengembangan peran oversight dan insight menuju foresight dengan terus menegakkan nilai­nilai dasar independensi, inte­gritas dan profesionalisme.

“Dengan prinsip Akuntabilitas untuk Semua, dalam pendekatan SR BPK berharap prinsip ini dapat meram­bah ke segala aspek, tidak hanya ke aspek ekonomi, tetapi juga meliputi aspek lingkungan dan sosial yang menjadi perhatian dalam Sustainability Report,” katanya.

Dengan adanya perhatian pada aspek ekonomi,

sosial dan lingkungan sesuai pendekatan SR, BPK di­harapkan mulai memiliki program kerja dan prioritas yang berkelanjutan dan mengedepankan manfaat bagi stakeholder untuk ketiga aspek tersebut sebagai per­luasan pelaksanaan mandat BPK. “Sehingga proses bisnis dan kegiatan BPK dapat menghasilkan kegiatan–kegiatan yang berdampak bagi stakeholder maupun masyarakat,” ujar Kusuma Ayu.

Ia menambahkan, seiring dengan komitmen untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional, BPK men­yelaraskan strategi pemeriksaan sekaligus menjalankan peran sebagai lembaga pemeriksa yang mengawal implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mendorong pencapaian Agenda 2030. BPK ju­ga turut menjalankan kesepakatan INTOSAI mengenai empat pendekatan pemeriksaan SDG. Pertama, menilai kesiapan suatu negara dalam meng implementasikan SDGs. Kedua, melakukan pemeriksaan program peme­rintah yang memiliki aspek SDGs. Ketiga, menilai dan mendukung implementasi tujuan ke­16 SDGs dalam mewujudkan institusi yang efektif, akuntabel, dan trans­paran. Sedangkan yang keempat, menjadi role model transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola organi­sasi.

Terkait progres penyusunan SR, Kusuma Ayu mengung kapkan bahwa penyusunannya melibatkan seluruh stakeholder, meliputi stakeholder internal yaitu para pegawai dan pimpinan BPK serta pihak eksternal yang berkaitan dengan BPK, diwakili berbagai kalan­gan meliputi auditee (kementerian/lembaga/BUMN), asosiasi profesi, media dan akademisi dari kalangan universitas.

“Secara isi, SR tersebut sudah jadi konsep laporan­nya. Kami sedang dalam proses validasi dan perse­tujuan arahan. Validasi ini meliputi validasi internal, yaitu persetujuan pimpinan dan arahan dipublikasikan. Kemudian, validasi eksternal oleh seorang Certified Sustainability Reporting Asssuror (CSRA) untuk menge­tahui apakah SR yang BPK susun sudah sesuai kaidah pelaporan SR dengan acuan GRI Indeks.” l

n Kusuma Ayu Rusnasanti

Page 24: SILVER WINNER BUMD MIGAS

INTERNASIONAL

24 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Badan Pemeriksa Keuangan berbagi pengalaman pemerik­saan kredibilitas anggaran pe­merintah dalam forum diskusi internasional yang digelar se­cara virtual bertajuk “How Can

External Audits Promote Budget Credibility? Leveraging the Role of Supreme Audit Ins-titutions” pada 25 Maret 2021. Forum ini merupakan kerja sama antara United Na­tions Department of Economic and Social Affairs Division for Public Institutions and Digital (UNDESA DPIDG) dan International Budget Partnership (IBP).

Mewakili BPK, Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono menjelaskan, BPK diberi mandat oleh negara berdasarkan Un­dang­Undang Nomor 15 tahun 2004 ten­tang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tang­gung Jawab Keuangan Negara yang penge­jawantahan kewenangannya ada di dalam UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK.

Agus mengatakan, BPK juga meng­adopsi INTOSAI­P 12 tentang nilai dan manfaat lembaga pemeriksa.

Atas dasar itu, BPK semangat

meningkat kan nilai dan manfaat dengan melakukan audit kinerja penyusunan APBN pada 2015 dan audit kinerja pengelolaan belanja berkualitas dalam kerangka ang­garan berbasis kinerja pada 2018. Kedua pemeriksaan tersebut merupakan salah satu upaya BPK untuk meningkatkan kredibiltas APBN.

“Kriteria audit disusun dan dikembang­kan dari berbagai regulasi, metode yang bi­sa diterima berbagai pihak, dan melibat kan ekonom serta pakar kebijakan fiskal dalam forum group discussion. Kriteria audit ini disetujui antara BPK, Menteri PPN/Kepala Bappenas serta Kementerian Keuangan,” ucap dia.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ke­tua BPK juga menjelaskan sedikitnya tiga poin mengenai pembelajaran yang dapat diambil dari pengalaman pemeriksaan tersebut. Pertama, audit penganggaran dapat dilaksanakan secara bersamaan pada entitas­entitas pengambil kebijakan peren­canaan dan penganggaran. Dalam audit ini, sampling dapat dilaksanakan pada kemen­terian/lembaga yang signifikan.

MENDORONG KREDIBILITAS ANGGARAN MELALUI AUDIT

Pengukuran kinerja anggaran tidak dapat dilaksanakan hanya berdasarkan akurasi dan ketepatan target pendapatan dan belanja. Pengukuran kinerja juga mencakup indikator yang lebih luas, termasuk perencanaan kegiatan entitas.

n Agus Joko Pramono

Page 25: SILVER WINNER BUMD MIGAS

INTERNASIONAL

25WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Kedua, pengukuran kinerja anggaran tidak dapat dilaksanakan hanya berdasarkan akurasi dan ketepatan target pendapatan dan belanja. Pengukuran kinerja juga mencakup indikator yang lebih luas, termasuk perencanaan kegiatan entitas. Ketiga, pengukuran kredibiltas anggar­an tidak dapat dilaksanakan secara memadai karena kelemahan dokumentasi penganggaran yang melibatkan pemerintah dan DPR.

Sementara itu, Perwakilan dari UNDESA DPIDG, Aranzazu Guillan Montero, membe­rikan beberapa masukan terkait bagaimana supreme audit institution (SAI) atau lembaga pemeriksa negara dapat memperdalam anali­sis untuk meningkatkan kredibiltas anggaran. Pertama, kata dia, sebuah SAI harus rutin me­laksanakan audit terkait dengan penyimpang ­an anggaran.

Kedua, SAI mesti berfokus pada kinerja, yaitu dengan menilai kinerja program pe­merintah yang dibandingkan dengan alokasi anggaran, termasuk analisis longitudinal untuk mengidentifikasi tren. Selain itu, melakukan penilaian kinerja terkait dengan fungsi anggar­an dan proses penganggarannya.

Sedangkan yang ketiga, adalah saling berbagi praktik terbaik untuk meningkatkan rekomendasi audit terkait kredibilitas anggar­

an. Tujuannya agar rekomendasi audit lebih terperinci dan berdampak besar.

Perwakilan dari IBP, Viviek Ramkumar, men­jelaskan bahwa forum ini merupakan bagian dari proyek 3 tahun IBP, yaitu “Strengthening Budget Credibility for Service Delivery” yang bertujuan meningkatkan tata kelola peme­rintahan yang efektif untuk mengurangi ke­miskinan. IBP menemukan bahwa meskipun jumlah anak putus sekolah yang dikarenakan kekurangan biaya selalu bertambah di Nigeria, anggaran belanja kementerian pendidikan di negara tersebut tidak dimanfaatkan sebanyak 12­37 persen selama 2013­2017.

Hal serupa terjadi di Sri Lanka dimana ang­garan belanja untuk pertanian dan irigasi tidak pernah dimanfaatkan sebanyak 10 hingga 40 persen selama 2011­2017. Akibatnya, produk­tivitas sektor pertanian yang mempekerjakan 26 persen warganya selalu menurun.

Hasil dari forum ini akan dijadikan masukan dalam penyusunan hand book yang akan di­terbitkan oleh IBP. Sekitar 325 peserta forum ini memberikan usulan isi hand book yang akan diterbitkan. Sebagian besar peserta (65 persen) menyampaikan bahwa ”tools and mea sures that can be used to improve audits related to credibility” merupakan isi hand book yang dianggap paling bermanfaat dalam mendukung usaha­usaha SAI untuk meningkat­kan kredibilitas anggaran.

Selain memperoleh pengetahuan dan pembelajaran terkait kredibilitas anggaran dari organisasi internasional dan SAI lain, keterli­batan BPK dalam forum ini diharapkan dapat membuat BPK semakin dikenal dalam komu­nitas internasional sebagai salah satu SAI yang secara aktif mendukung usaha­usaha untuk meningkatkan kredibilitas anggaran pemerin­tah melalui audit. l

n Aranzazu Guillan Montero

n Viviek Ramkumar

Page 26: SILVER WINNER BUMD MIGAS

INTERNASIONAL

26 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Sekretaris Jenderal Badan Pemerik­sa Keuangan (Sekjen BPK) Bahtiar Arif yang juga berperan sebagai Penanggung Jawab Tim Pemerik­sa Eksternal Organisasi Maritim Internasional atau International

Maritime Organization (IMO), memimpin Exit Meeting Pemeriksaan atas Laporan Keuangan IMO Tahun Anggaran 2020, Rabu (31/3). Dalam sambutannya, Bahtiar menyampaikan apresiasi kepada manajemen IMO dan jajarannya atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama proses pemeriksaan, sehingga peme­riksaan yang dilakukan secara jarak jauh dapat diselesaikan dengan baik.

Bahtiar menyampaikan, pemeriksaan atas Laporan Keuangan IMO Tahun Anggaran 2020 telah memasuki tahap akhir pemeriksaan dan akan dilanjutkan ke tahap pelaporan. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuang-an IMO yang terdiri atas opini dan Long­Form Report, disampaikan kepada IMO pada 7 Mei 2021. Tim Pemeriksa berharap LHP tersebut dapat dipresentasikan secara langsung pada 125th Session of IMO Council Meeting.

Selama berlangsungnya pemeriksaan, Tim Pemeriksa telah menyampaikan masukan untuk perbaikan Laporan Keuangan IMO dan perbaik­an konsep Secretary­General’s Statement. Ma­sukan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Manajemen IMO. Tim Pemeriksa juga telah menyampaikan Observasi Pemeriksaan (Audit Observations) kepada IMO.

Pada pertemuan yang dilaksanakan secara virtual tersebut, Sekjen BPK didampingi oleh R Yudi Ramdan Budiman, Nanik Rahayu, dan Endra Noviandy Sujadi, masing­masing sebagai Wakil Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, dan Ketua Tim Pemeriksa IMO. Sementara itu, dari pihak IMO dipimpin oleh Arsenio Domi­nguez selaku Director Administrative Division.

Pihak IMO mengapresiasi pemeriksaan ke­uangan yang telah dilakukan dan memberikan tanggapan positif atas observasi pemeriksaan

yang disampaikan. Hasil pemeriksaan BPK diharapkan dapat meningkatkan kualitas pe­ngendalian internal IMO serta perbaikan tata kelola dan praktik­praktik yang telah dijalankan selama ini.

Menurut IMO, pemeriksaan BPK akan sa­ngat membantu IMO untuk tetap up-to-date terhadap sistem Organisasi Perserikatan Bang­sa­Bangsa (PBB) dan Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (International Public Sector Accounting Standards/IPSAS).

Kegiatan ini juga dihadiri Anggota Tim Pe­meriksa IMO, yaitu Igna Dias Augustavia, Prima Eka Candra, Pitriyanti, Achmad Rasyid Maula, Normas Andi Ahmad, Yusminarni Syam Zendra­to, dan Muh Abdur Rohman. Selain itu, hadir ja­jaran Manajemen dan staf IMO, yaitu Annabelle Viajar, Richard Greenwood, Ingrid Lopez­Car­dona, Liya Dominic, Polinikis Sophocieous, Do­minic Walter,Ita Mcbride, Bianca Ochs­Fawzy, Vincent Job, Prakash Joshi, Andrew Richardson, Darshana Ranmuthu, and Kas Khan. l

PEMERIKSAAN IMO MASUKI TAHAP AKHIRHasil pemeriksaan BPK diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengendalian internal IMO serta perbaikan tata kelola dan praktik-praktik yang telah dijalankan selama ini.

n Sekjen BPK bersama Tim Pemeriksa BPK serta Manajemen dan Staf IMO.

Page 27: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOSOK

27WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Bisa ibu ceritakan awal mula berkarier di BPK?

Saya sudah 30 tahun mengabdi di BPK, awal masuk sebagai CPNS di tahun 1991 dan setahun kemudian diangkat sebagai PNS. Saya awal bekerja ditempatkan seba­gai auditor di Sub Auditorat I. 3 menangani pemeriksaan BUMN perindustrian. Kemu­dian pada tahun 1992 mengikuti Pendidikan Pemeriksa selama delapan bulan untuk men­jadi Fungsional Pemeriksa Pratama.

Sebagai pemeriksa diunit Sub Auditorat I.3, saya diberi penugasan melakukan ana­lisis laporan setiap BUMN dari BPKP nama ­nya LAPIP yang merupakan salah satu data BUMN­BUMN di file dalam dosir BUMN.

Pertama kali saya melakukan pemerik­saan sebagai anggota tim pada Rumah Sakit Pertamina, selanjutnya pada PT Semen Kupang, PT Krakatau Steel, PT Latinusa, PT Timah. Ketika BPK akan melakukan peme­

riksaan General Audit terlebih dahulu saya mengikuti pelatihan di UNPAD selama satu bulan untuk mempelajari general audit/pe­meriksaan atas laporan keuangan BUMN.

Pada tahun 1996 BPK mulai melakukan general audit bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Husni Muharam DKK, saya sebagai anggota tim pemeriksaan laporan keuangan PT Rajawali Nusantara Indonesia, selanjutnya pada tahun 1997 memeriksa PT Dahana, pada tahun 1998 PT INTI. Masuk tahun 2000 saya dimutasi ke AKN III unit LPMD memeriksa Kemenristek, BPPT, LIPI, Lapan, Sandi Negara dan lain­lain.

Tahun 2006 diangkat menjadi Kepala Seksi Dinas Auditorat Keuangan Negara III. Ketika diangkat menjadi Kepala Seksi, melakukan pemeriksaan laporan keuangan Departemen Pendidikan Nasional (Depdik­nas). Saya juga memeriksa laporan keuangan Dana Haji dan DAU.

KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN BANGKA BELITUNG, IDA FARIDAMENGEJAR ZONA INTEGRITAS

Semen­jak men­jadi Kepa­la Perwa­kilan Badan Pemerik sa

Keuangan Kepulauan Bang­ka Belitung (Babel), Ida Farida menargetkan agar mampu me­raih Zona Integritas. Pada tahun ini, BPK Babel pun telah menyele­saikan beragam persyaratan yang dibutuhkan.

BPK Babel juga telah menciptakan slogan SI MANTAP, yang merupakan singkatan dari Sinergi, Manfaat, Tang guh, dan Peduli. Kepada Warta Pemeriksa, Ida bercerita banyak mengenai perjalanan karier­nya hingga target­targetnya sebagai Kepala Perwakilan BPK Babel. n Ida Farida

Page 28: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOSOK

28 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Pada tahun 2011 diangkat menjadi Kepala Sub Auditorat Bali I, melakukan pemeriksaaan 10 LKPD sebagai penanggung jawab.

Pada 2012 dimutasi menjadi Kepala Sub Auditorat VI.A.2 membawahi pemeriksaan Ke­menkes, BPOM, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal didalam pemeriksaan sebagai wakil Penanggung jawab laporan keuangan.

Pada tahun 2015 saya diangkat menjadi Ke­pala Auditorat IVA yang membidangi pemerik­saan Kementerian PUPR dan Kementrian KLHK, pada tahun 2016 dan 2017 saya melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian PUPR dan Kementerian KLHK sebagai Penang­gung Jawab. Tahun 2017 saya kembali dimutasi ke Auditorat 7C yang membidangi pemeriksaan, BUMN Holding PTPN dan anak- anak perusa­haan PTPN, Perum perhutani, PT Pertani, PT RNI, Perindo, PT Perinus, Holding PT Pupuk In­donesia dan anak perusahaan, PT Perinus, PNRI, Peruri dan PT SHS. Pada tahun 2020 dimutasi menjadi Kepala Perwakilan BPK Provinsi Kepu­lauan Bangka Belitung.

Tadi ibu bicara bahwa pemeriksaan dana haji salah satu yang tidak terlupakan, waktu itu kenapa bisa berkesan pada pemeriksaaan dana haji?

Karena memang itu untuk pertama kali la­poran keuangan dana haji diaudit oleh BPK dan saya harus memahami proses pengelolaan dana haji, laporan keuangan dana haji belum berdiri sendiri masih merupakan bagian dari Kemente­rian Agama.Ternyata dana haji waktu itu seperti mengelola sebuah event haji. Melakukan peme­riksaaan Laporan Keuangan Dana Haji ada salah satu akun Dana Yang dibatasi penggunaan yaitu setoran uang muka haji untuk daftar memper­oleh porsi. Dana yang dibatasi penggunaan ter­sebut ada di rekening beberapa bank atas nama Menteri Agama antara lain yaitu Bank BNI, BRI, Mandiri, termasuk bank muamalat dan bank sya­riah. Atas dana yang ada dalam rekening bank tersebut dilakukan pemeriksaan dengan Sisko­hat yang berada di Kementerian Agama.

Kemudian atas pelaksanaan haji ada terda­pat sisa dana penyelenggaraan dana haji yang masuk ke Dana Abadi Umat. Saya laporan ke­uangan DAU tersebut di antaranya ada saham yang ditempatkan pada Bank Muamalat yang dividennya diserahkan untuk MUI serta menelu­suri beberapa aset yang dibeli dari dana DAU tersebut.

Apa perbedaan yang paling mencolok saat ibu awal berkarier dengan saat ini?

Banyak kemajuan di BPK yang terus ber­kembang ada audit laporan keuangan, PDTT, Pemeriksaan Investigasi dan Kinerja, dengan dilengkapi mulai dari perangkat TI, sarana pra­sarana audit sudah semakin lengkap, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemeriksaan juga sudah cukup memadai. Semua SOP peme­riksaan sudah cukup lengkap.

Dulu, waktu awal hanya ada pemeriksaan operasional dan BPK tidak memberikan opini terhadap laporan keuangan. Pemerintah juga belum ada laporan keuangan. Satu hal yang pasti, saat ini BPK sudah memberikan remunera­si yang cukup memadai. BPK sudah menerapkan nilai dasar IIP atau Integritas, Independensi, dan Profesionalisme dalam setiap pemeriksaan. Jenjang karier pegawai BPK juga sudah jelas.

Prestasi apa yang sudah ibu raih selama berkarier?

Sebagai pegawai BPK yang berkarier puluh­an tahun tentu mendapat Satya Lencana untuk 10 tahun dan 20 tahun. Selain itu yang cukup berkesan pada saat pemeriksaan flu burung saat di AKN 6 menjadi Kepala Sub Auditorat VI.A.2 yang membawahi Kemenkes.

Sementara di BPK Perwakilan Bangka Beli­tung mendapat Piagam Pengelolaan Keuangan Terbaik Nomor 2 KPKN di wilayah Bangka Beli­tung.

Selama menjabat sebagai Kepala BPK Perwakilan Bangka Belitung, prinsip apa yang anda pegang?

Amanah itu kan sumpah jabatan, tapi saya intinya tetap menjaga integritas, independen­si, dan profesionalisme dalam situasi apapun. Khususnya dalam situasi pandemi, tetap harus melaksanakan tugas sesuai dengan yang sudah

Page 29: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SOSOK

29WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

direncanakan. Memang profesionalisme ini ha­rus tetap dijaga dengan terus belajar.

Saya juga selalu memberikan kesempatan seluas­luasnya kepada seluruh pegawai di Ba­bel untuk terus maju. Memperbarui ilmu dan mengembangkan inovasi­inovasi dalam men­jalankan tugas. Disiplin, IIP dijaga, dan terus belajar. Ini agar tujuan pemeriksaan tetap dilak­sanakan dengan baik.

Ada hal unik atau kekhususan yang dimi-liki BPK Perwakilan Babel yang berpengaruh pada pemeriksaan?

Masyarakat di sini sangat kondusif dan aman, tidak ada gejolak dari LSM maupun Me­dia. Intinya pemerintahan di Babel tetap ingin mempertahankan opininya yang terbaik dalam melakukan penyelenggaraan pemerintahan di daerah agar selalu akuntabel, transparan, serta responsif.

Keunikan menurut saya mungkin juga dirasakan oleh perwakilan lain yaitu masih di­

temukan antara lain masalah aset yang sudah dicatat tapi belum sepenuhnya tertib. Dalam Hasil pemeriksaan antara lain memberikan re­komendasi yang selalu mengarahkan kepada perbaikan laporan keuangan agar sesuai de­ngan SAP.

Apa yang ingin diraih ke depan oleh BPK Perwakilan Babel?

Kami tahun ini ingin mengejar Zona Integri­tas. Ini sudah diingatkan kepada seluruh pega­wai BPK Babel bahwa tahun ini menargetkan raih Zona Integritas. Kami juga ingin tetap me­maksimalkan pengalaman auditor untuk terus belajar untuk mencapai kematangan pertim­bangan dalam pemeriksaan Laporan keuangan maupun Kinerja. Kami juga ingin para auditor untuk meningkatkan pendidikan formalnya ke pada jenjang yang lebih tinggi yaitu S2.

Apa saja yang disiapkan untuk mencapai zona integritas?

Sudah semua persyaratan disiapkan, me­nyebarkan kuisioner kepada seluruh stakehol-ders, dan menciptakan slogan SI MANTAP, artinya Sinergi, Manfaat, Tangguh, dan Peduli.

Bagaimana Ibu melihat BPK ke depan, khususnya makin pentingnya penggunaan teknologi di masa pandemi?

Sekarang teknologi semakin berkembang pesat, semua auditor harus bisa menyesuaikan dengan teknologi tersebut. Membuka diri un­tuk selalu belajar pada sistem yang sudah ada dan tidak ada keterbatasan. Auditor juga harus tetap mendukung apapun untuk menciptakan nilai dasar integritas, independensi, dan profe­sionalisme.

Saya juga berharap ke depan sistem mu­tasi pegawai menjadi perhatian pusat. Karena menurut saya saat ini kondisinya masih kurang baik, karena ada yang sudah bertahun­tahun masih saja berada di satu tempat. Pegawai ka­mi pun ada yang dari pembukaan Perwakilan Babel belum dipindah­pindah kurang lebih su­dah enam sampai tujuh tahun.

Apakah ada yang ingin disampaikan ke tim perwakilan babel?

Saya hanya berpesan untuk tetap menaati peraturan dalam organisasi, mentaati nilai da­sar IIP dan kode etik. Selain itu mengutamakan sinergitas. l

Saya juga selalu memberikan kesempatan seluas­luasnya kepada seluruh pegawai di Babel untuk terus maju. Mem­perbarui ilmu dan mengem­bangkan inovasi­inovasi dalam menjalankan tugas.

n Ida Farida

Page 30: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

30 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Bagaimana proses penyusunan LKPP TA 2020?

Dalam penyusunan LKPP Tahun Anggaran 2020 ini suasana batinnya sangat berbeda. Kita semua tahu, dalam menjalankan APBN 2020, kita menghadapi pandemi Covid­19. Peristiwa itu sangat fundamental mempenga­ruhi seluruh kehidupan masyarakat, ekonomi dan juga bernegara karena kita tiba­tiba ti­dak bisa banyak melakukan kegiatan normal.

Ketika kita merespons melalui instrumen APBN yang merupakan instrumen paling uta­ma dan paling di depan dalam segala aspek, kita menyadari bahwa ini adalah suasana kegentingan yang memaksa. Itu sebabnya, Presiden (Joko Widodo) mengeluarkan Pe­raturan Pemerintah Pengganti Undang­Un­dang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 yang kemudian menjadi Undang­Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang­Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Co­rona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Un­dang­Undang.

Dari langkah itu menunjukkan, ketika menavigasi dan mengelola situasi kegen­tingan dan pandemi yang sangat dahsyat, pemerintah tetap berpikir harus ada landa­san hukum. Karena kita sadar nanti kita akan diaudit oleh BPK.

Jadi waktu kita menghadapi krisis pun

kita selalu memikirkan BPK. BPK itu ada di dalam kepala kita. Itu berarti tradisi yang sangat baik karena kita mengelola keuangan negara maka nanti akan ada proses akunta­bilitas dan transparansi yang akan dipertang­gungjawabkan.

Itulah yang menjadi suasana batinnya. Sehingga, pada saat kita membuat Perppu Nomor 1 Tahun 2020, kita tentu sempat ber­komunikasi dengan BPK. Kita menyampai­kan, akan ada Perppu yang menjadi landasan hukum. Kita juga berkomunikasi dengan DPR.

Kemudian, perppu itu menjadi un­dang­undang dan itu yang dijadikan landas­an untuk keluarnya Perpres Nomor 54 Tahun 2020 dan kemudian Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Aturan itu menjadi landasan APBN 2020 yang sempat berubah dua kali di dalam masa krisis pandemi.

Di dalam konteks inilah tentu dalam pe­meriksaan BPK saat ini, kami terus berkomu­nikasi bahwa kondisi pelaksanaan anggaran pada 2020 juga perlu dilihat dari sisi kondisi krisis dan extraordinary.

Kalau dalam dunia audit itu ada pernya­taan yang sangat sering disampaikan yaitu substance over form. Kita semua tentu ber­harap keduanya dapat dicapai. Tetap sub­stansinya benar, form atau wadahnya juga benar. Inilah yang terus kita upayakan.

Tentu saya berharap meskipun dalam suasana extraordinary, pemerintah tetap bisa menjalankan seluruh fungsi keuangan negara secara akuntabel dan transparan serta dapat dipertanggungjawabkan sehingga kita tetap

MENTERI KEUANGAN, SRI MULYANI INDRAWATI

AKUNTABILITAS HARUS TETAP TERJAGA

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 menjadi sangat menantang karena fenomena pandemi Covid-19. Hal itu kemudian juga dirasakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun Anggaran 2020 yang saat ini sedang diperiksa oleh BPK.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam situasi yang tak biasa berbagai res­pons kebijakan harus diambil untuk menangani pandemi. Meski darurat, Sri menegaskan, prinsip keha­ti­hatian dan akuntabilitas tidak boleh dikorbankan. Kepada Warta Pemeriksa, Sri juga menyampaikan

harap annya terhadap proses pemeriksaan LKPP TA 2020. Berikut petikan wawancaranya.

Page 31: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

31WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

bisa mendapatkan opini yang terbaik yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK.

LKPP telah meraih opini WTP dalam empat tahun berturut-turut. Apa harapan Ibu terha-dap proses pemeriksaan yang dilakukan BPK?

Tentunya kita berharap kepada BPK tidak hanya terkait opini, tapi juga seluruh proses auditnya sendiri. Karena hubungan antara pemerintah dan BPK itu diatur juga dalam kon­

situsi dan undang­undang. Sehingga kita sangat menghormati peranan dan fungsi BPK.

Hubungan BPK dengan Kemenkeu sebagai bendahara negara tentu terus dijaga seca­

ra baik. Insya Allah kita akan lakukan itu terus.

Secara baik itu artinya profesio­nal dan saling menghormati dalam rangka mencapai tujuan yang sa­

ma. Walaupun tugas dan fungsi berbeda, tujuan kita adalah

bagaimana menggunakan keuangan negara sebagai

satu sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan bernegara secara bertanggung jawab, akuntabel, dengan tata kelola yang baik, jelas landasan hukumnya, dan semua rupiah itu bisa di­pertanggungjawabkan.

Saya rasa tujuan dan prinsip itu sama. Sehing­

ga, dengan komitmen dan tujuan yang sama itu, saya tentu sangat meyakini bahwa hubungan BPK dengan pe­merintah akan terus terjaga secara profesional dan saling menghormati peran dan tanggung jawab serta

fungsi masing­masing.

Kalau dalam dunia audit itu ada pernyataan yang sangat sering disampaikan yaitu substance over form. Kita semua tentu ber­harap keduanya dapat dicapai. Tetap substansinya benar, form atau wadahnya juga benar. Inilah yang terus kita upayakan.

n Sri Mulyani Indrawati

Page 32: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

32 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Di dalam mencapai tujuan hubungan yang profesional dan saling menghormati itu, pemerin­tah juga tetap konsekuen dengan prinsip­prinsip tata kelola yang baik. Maka, kami terus melakukan berbagai langkah untuk menjaganya salah sa­tunya dengan meraih opini WTP dalam LKPP. Kemudian, setiap pandangan BPK baik itu saran, pendapat, atau temuan itu menjadi sesuatu yang sangat serius untuk kita tindaklanjuti. Kita be­tul­betul perhatikan.

Bahkan, di Kemenkeu terdapat tim khusus untuk terus memantau proses tindak lanjut atas rekomendasi BPK. Kita juga laporkan hal itu ke BPK secara reguler. Ini menjadi suatu tradisi yang menunjukkan respect dan kepercayaan sekaligus juga bersama­sama memperbaiki tradisi akuntabi­litas keuangan negara.

Dalam konteks ini, tentu kualitas SDM juga perlu ditingkatkan. Banyak SDM di pemerintah yang belum memahami prinsip­prinsip akuntansi keuangan negara serta bagaimana penyusunan laporan keuangan dari seluruh entitas.

Satuan kerja (satker) itu bisa mencapai lebih dari 25 ribu dan kita sering memberikan pelatihan dan pendidikan. Tapi, setelah dididik bisa jadi ada yang dipindahtugaskan sehingga memang proses pendidikan itu juga harus terus dilakukan.

Rekomendasi dan temuan BPK itu akan terus kita pantau dan kita implementasikan. Kalau ada perbedaan pandangan, selama ini masih bisa di­diskusikan secara profesional dan baik. Kalaupun ada sesuatu yang perlu ada jurinya maka kita me­minta kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk bisa menyampaikan pendapatnya. Jadi dalam hal ini, karena semangatnya sama dan tujuannya sama maka saya menganggap ini sebagai suatu kolaborasi dan partnership namun tetap dalam koridor menjaga tugas dan fungsi masing­masing.

Dalam konteks 2020, karena suasana extraor-dinary, sejak awal ketika mendesain suatu respons kebijakan seperti program pemulihan ekonomi kadang­kadang ada data yang belum lengkap tapi kegiatan itu harus dilakukan. Misalnya, sis­temnya belum 100 persen siap tapi harus sudah dilakukan.

Dalam suasana kemungkinan terjadi risiko seperti ini, kita juga meminta aparat penegak hukum (APH) untuk masuk. Kita juga berkomuni­kasi dengan DPR dan kita berkonsultasi dengan BPK. Badan Pengawasan Keuangan dan Pemba­ngunan (BPKP) dan Lembaga Kebijakan Penga­daan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) meng­awal kita di hampir semua lini.

Jadi apabila terjadi overshoot, misalnya, di dalam pengadaan alat kesehatan dianggap har­ganya sangat tinggi padahal mungkin waktu itu memang sedang terjadi kelangkaan. Maka kemu­dian dilakukan langkah­langkah koreksi.

Meski begitu, kita juga tentu kecewa terjadi pelanggaran tata kelola di beberapa item yang cukup penting seperti korupsi yang terjadi di Ke­menterian Sosial. Ini tentu menjadi suatu alarm dan peringatan kepada kita. Meskipun kita me­lakukan hal yang terbaik dan berupaya maksimal pasti ada saja risiko. Sehingga kita harus terus meminimalisir berbagai kemungkinan risiko itu.

Masih ada LKKL yang meraih opini WDP dan disclaimer. Apa yang akan dilakukan pemerin-tah agar kementerian/lembaga (K/L) bisa lebih baik dalam menyajikan laporan keuangannya?

Hasil pemeriksaan LKPP TA 2019 ada dua LKKL yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kemudian, satu LKKL mendapatkan opini disclaimer yaitu Badan Keamanan Laut (Bakamla).

Kemenkeu dengan seluruh kementerian terkait terus berupaya memperbaiki berdasarkan temuan BPK yang menyebabkan pemberian opini terse­but. Kita mengidentifikasi masalah sesuai temuan dari BPK dan kemudian dibentuk task force yang dipimpin wakil menteri keuangan (wamenkeu). Wamenkeu memimpin dengan melibatkan berba­gai unit kerja yang ada di Kemenkeu dan juga K/L bersangkutan. Ini supaya mereka aware bahwa kita mengharapkan dan itu sesuai dengan instruk­si presiden agar terjadi perbaikan sesuai dengan prinsip akuntabilitas yang baik.

Pertemuan dilakukan secara intensif, dari mu­lai level teknis hingga ke level policy strategies. Bahkan, ada one on one meeting antara K/L ter­sebut dengan Kemenkeu untuk mencari berbagai ikhtiar solusi dari temuan BPK tersebut.

Dalam situasi 2020 yang sifatnya extraordinary, saya juga memperkirakan mungkin ada beberapa K/L yang cukup kewalahan karena tiba-tiba fung­sinya ditingkatkan. Seperti misalnya, Kementerian Koperasi dan UKM itu biasanya anggarannya sa­ngat kecil tiba­tiba harus mengeksekusi bantuan produktif terhadap jutaan UMKM.

Ini akan menjadi suatu dinamika yang perlu kita perhatikan. Kemudian, program baru yang muncul seperti bantuan internet dan bantuan pesantren. Itu dilakukan tiba­tiba di saat pandemi dan harus diberikan. Tentu, proses audit dari BPK untuk men­

Page 33: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

33WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

jaga akuntabilitas akan menjadi tantangan.Kita belajar dari berbagai kejadian seperti

pada 2019. Temuan berkaitan dengan pengelo­laan dana peremajaan kelapa sawit. Itu mencari petaninya, akunnya, dan berapa dia menanam itu menjadi temuan BPK dan teliti banget soal itu.

Saya kira itu bagus karena kita diingatkan bah wa kita tidak boleh ngawur. Karena tujuannya baik jadi sudah kita tutup mata saja. Kan tidak bisa seperti itu. Tujuan yang baik tetap harus di­lakukan dengan cara yang baik dan dapat diper­tanggungjawabkan.

Banyak program bantuan kepada masyarakat yang dilakukan pada 2020. Sehingga, di luar LKKL yang sebelumnya mendapat opini WDP dan disclaimer itu, berpotensi akan terdapat beberapa temuan lain. Saya tentu berharap kita akan tetap mendapatkan WTP walaupun terdapat temuan dan akan menjadi alat koreksi. Kita tetap berharap K/L itu melakukan perbaikan dan men­jaga akuntabilitas yang baik.

Program vaksinasi menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan angka aktif Covid-19. Bagaimana strategi pengelolaan keuangan negara agar program itu dapat ter-laksana?

Ini sesuatu yang paling menantang. Pertama, persoalan Covid­19 ini bersifat extraordinary. Jadi, begitu mendadak dan sistem kesehatan di seluruh dunia tidak ada yang siap.

Langkah­langkah untuk mencegahnya juga extraordinary. Kita harus membuat masyarakat tinggal di rumah dan konsekuensinya itu menim­bulkan biaya yang luar biasa besar. Oleh karena itu, program untuk menanggulanginya menjadi prioritas. Salah satunya adalah melakukan pene­muan vaksin dan melakukan vaksinasi.

Penemuan vaksin itu sendiri dilakukan ber­lomba­lomba secara global dan diorganisir oleh WHO. WHO akan memberikan penilaian apakah vaksin yang sudah ditemukan itu kemudian se­

suai standar kesehatan dunia dan dapat dipakai secara masif.

Pada saat proses penemuan vaksin itu, kita sudah harus bersiap­siap untuk menyatakan ke­siapan untuk membeli. Karena kalau kita tidak memesan, maka kita mungkin akan masuk ke ne­gara yang tidak diprioritaskan.

Jadi kita membeli atau memesan sesuatu yang belum tercipta. Itu di dalam akuntansi tentu akan sangat risky. Itu terjadi pada periode 2020. Kami membuat skema pencadangan untuk vak­sinasi ini termasuk dalam skema dengan Bank Indonesia (BI) untuk pembiayaannya.

Ini sangat rumit karena sumber pembiayaan­nya dari BI yang membeli surat utang negara (SUN) dengan bunga nol persen. Meski begitu, barangnya belum tercipta, tapi sudah harus kita pesan dan harus tetap akuntabel.

Jadi pengadaan untuk barang yang belum ada itu harus dibuatkan perpres tersendiri. Ini suatu fenomena yang sangat rumit.

Bukan hanya itu, pembuat vaksin juga memin­ta sejumlah jaminan. Jadi, kondisinya serba salah karena kalau kita tidak memberikan jaminan kita tidak dapat akses vaksin. Dalam proses itu kita banyak sekali berdiskusi di kabinet, kita libatkan APH, kejaksaan dilibatkan, kepolisian, LKPP, dan BPKP.

Kita tahu risikonya ada. Namun tetap dalam situasi ini, saya berprinsip kehati­hatian dan akun­tabilitas itu tetap tidak boleh dikorbankan.

Pada 2020, pelaksanaan vaksinasi ternyata masih sangat kecil walau sudah dianggarkan. Vaksin dari Sinovac yang awalnya diharapkan datang pada Oktober kemudian mundur sehing­ga bahkan baru tiba pada Januari. Ketika sudah diimpor pun masih harus menunggu persetujuan BPOM.

Jadi barangnya sudah ada, dibayar sebagian, dipakainya 2021. Hal itu pasti akan menimbulkan tantangan akuntabilitas akuntansi yang luar biasa.

Saya berharap BPK dan Kemenkeu bisa men­catat semua prosedur ini sebagai suatu pem­belajaran publik. Sehingga, nanti satu abad lagi barangkali ini bisa dipelajari.

Saya kira fenomena ini tidak setiap tahun ter­jadi. Banyak pembelajaran yang bisa diambil. Fe­nomena ini tidak ada satu orang pun yang punya pretensi untuk tahu bagaimana caranya menge­lola secara persis. Karena Covid itu tidak pernah bisa diajak rapat. Jadi, APBN harus fleksibel tapi tetap akuntabel dan dengan prinsip tata kelola yang baik. l

Kita tahu risikonya ada. Na­mun tetap dalam situasi ini, saya berprinsip kehati­hatian dan akuntabilitas itu tetap tidak boleh dikorbankan.

Page 34: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

34 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

BPK melakukan pemeriksaan atas LKPD TA 2020. Apa harapan bapak terhadap pro-ses dan hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK?

Harapan kami pemeriksaan dapat berja­lan dengan lancar. Walaupun dalam kondisi pandemi Covid­19, namun pemeriksaan tetap dapat dilaksanakan secara efektif dengan tetap melaksanakan prosedur kesehatan. Kemudian, koordinasi dan komunikasi antara tim peme­riksa BPK dan perangkat daerah yang diaudit tetap berjalan dan terjalin dengan baik seba­gaimana yang selama ini telah dilaksanakan.

Apabila dari pemeriksaan yang dilakukan ditemukan adanya permasalahan, diharapkan dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan secara baik antara tim dan perangkat daerah, sehingga dapat dicapai kesamaan persepsi terhadap permasalahan tersebut, sehingga mempermudah pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Kami tentu berharap Pemerintah Provinsi Kalimatan Timur kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebagaimana tahun sebelumnya. Disamping itu, diharapkan agar rekomendasi yang dihasilkan dapat mendo­rong tercapainya sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel.

Pemprov Kaltim telah meraih opini WTP dalam lima tahun berturut-turut. Hal apa saja yang dilakukan Kaltim dalam menjaga kon-sistensi tersebut? Menurut Bapak, apa kunci dari keberhasilan itu?

Ada beberapa hal yang dilaksanakan Pem­prov Kalimantan Timur dalam menjaga konsis­tensi perolehan opini WTP. Antara lain, menja­ga komitmen dan integritas seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk berupaya melaksanakan pekerjaan secara ikhlas, cerdas, dan berintegritas guna memperoleh hasil terbaik.

Kemudian, kami juga meningkatkan kualitas SDM pemerintahan guna tercapainya sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel. Lalu, bekerja sama dengan instansi terkait se­perti BPK, BPKP, Kementerian Dalam Negeri, dan lain sebagainya dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan keuangan.

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, ISRAN NOORTINDAK LANJUT REKOMENDASI BPK JADI KUNCI

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur konsisten meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Guber­nur Kalimantan Timur Isran Noor, ada sejumlah kunci yang dilakukan pihaknya untuk menjaga kualitas laporan keuangan. Salah satu kunci

tersebut adalah menindaklanjuti rekomendasi hasil pemerik­saan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Kepada Warta Pemeriksa, Isran Noor memaparkan upa­ya Pemprov Kaltim dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah. Ia juga men­dukung penuh rencana BPK yang memperluas Long Form Audit Report pada tahun ini. Berikut petikan wawancara Warta Pemeriksa dengannya.

n Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor

Page 35: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

35WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Kami pun senantiasa melakukan perbaikan serta penyempurnaan terhadap infrastruktur dan ketentuan/peraturan-peraturan yang ber­kaitan dengan pengelolaan keuangan. Lalu, kami melaksanakan rekomendasi hasil peme­riksaan BPK tahun­tahun sebelumnya secara optimal. Dan terakhir, memperbaiki sistem remunerasi/tunjangan perbaikan penghasilan sebagai reward dan dorongan agar tercapai peningkatan kinerja pegawai.

Jadi, kunci keberhasilan konsistensi per­olehan WTP tersebut adalah adanya kesatuan niat, komitmen, dan integritas dari seluruh pe­gawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Ka­limantan Timur untuk bersama­sama bekerja ikhlas guna mewujudkan sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel.

Langkah apa yang telah dilakukan Pem-prov Kaltim terhadap Pemda yang LKPD-nya belum meraih opini WTP?

Terhadap pemerintah daerah kabupaten/kota yang LKPD nya belum meraih opini WTP, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur men­dorong kepada pemerintah daerah kabupa­ten/kota tersebut untuk lebih meningkatkan kualitas pengelolaan keuangannya. Dalam pelaksanaan hal tersebut disarankan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan untuk: be­kerja sama dengan BPKP, Kementerian Dalam Negeri, BPK dan lain sebagainya dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan keuangan menindaklanjuti rekomendasi hasil pemerik­saan BPK secara konsisten dan optimal.

BPK akan mengidentifikasi risiko seca-ra mendalam atas setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat, termasuk pemda dalam rangka menangani pandemi Covid-19. Bagaimana pendapat Bapak atas hal tersebut?

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sependapat dan mendukung langkah BPK RI atas identifikasi risiko secara mendalam atas setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan Covid-19. Dengan teridentifikasinya risiko yang terjadi sebagai akibat diambilnya kebi­jakan tersebut, diharapkan dapat dihasilkan kebijakan, prosedur serta langkah kerja yang lebih tepat dan cepat dapat dilakukan dalam penanganan Covid­19 sehingga pandemi Co­vid­19 dapat lebih cepat dan segera teratasi.

Bagaimana pendapat Bapak terhadap prosedur pemeriksaan yang diterapkan BPK selama pandemi Covid-19?

Berkaitan dengan prosedur pemeriksaan yang diterapkan BPK selama pandemi Covid 19, pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK telah dilaksanakan dengan tetap mengikuti prosedur kesehatan dan tetap da­pat dilaksanakan secara efektif. Koordinasi dan komunikasi antara BPK dan perangkat daerah selama dilakukannya pemeriksaan tetap ber­jalan dengan baik dan dalam pelaksanaannya tidak ditemukan adanya hambatan.

BPK sejak tahun lalu telah menerapkan konsep Long Form Audit Report (LFAR) dimana laporan keuangan turut dilengkapi dengan pemeriksaan kinerja. Pada tahun ini LFAR akan diterapkan bagi seluruh LKPD provinsi. Bagaimana pendapat Bapak terkait hal tersebut?

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sependapat dan mendukung langkah BPK RI atas diterapkannya konsep Long Form Audit Report (LFAR) dalam pelaksanaan pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di tahun 2021 ini.

Dengan adanya pemeriksaan laporan ke­uangan yang turut dilengkapi dengan peme­riksaan kinerja, diharapkan rekomendasi yang dihasilkan selain dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan keuangan yang lebih baik, transparan dan akuntabel juga diperoleh reko­mendasi berkaitan tercapainya sasaran dalam RPJMD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur secara lebih ekonomis, efisien dan efektif.

Dari pelaksanaan atas rekomendasi terse­but diharapkan dapat tercapai dan terlaksana peningkatan kinerja Pemerintah Provinsi Kali­mantan Timur. l

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sependapat dan mendukung langkah BPK RI atas identifikasi risiko secara mendalam atas setiap kebijakan yang diambil oleh peme­rintah pusat dan daerah dalam rang­ka penanganan Covid­19.

Page 36: SILVER WINNER BUMD MIGAS

SUDUT PANDANG

36 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)a.

B.

Badan Pemeriksa KeuanganOpini

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terdapat empat tipe opini atas laporan keuangan, yaitu:

Opini Wajar Tanpa Pengecualian memuat pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan SAP.

Opini WTP hanya dapat diberikan bila Pemeriksa berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar, penyajian LK telah sesuai SAP, lengkap, konsisten, dan mengandung penjelasan atau pengungkapan yang memadai, sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

Opini WDP menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, posisi keuangan, operasional, arus kas, dan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyata-kan opini WDP adalah adanya salah saji sebagai berikut:

WDP karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji)

Pemeriksa, setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa salah saji yang terjadi baik secara individual maupun agregat, adalah material, tapi tidak pervasive, terhadap laporan keuangan; atau

WDP karena adanya pembatasan lingkup (ketidakcukupan bukti)

Pemeriksa, tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai untuk dijadikan dasar opini, tetapi pemeriksa menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi (possible effects) pada laporan keuangan atas salah saji yang tidak terdeteksi, apabila ada, adalah material tetapi tidak pervasive.

1

2

Opini Tidak Wajar (TW)c.

Kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini TW adalah ketika pemeriksa, setelah memper-oleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji) yang ditemukan, baik secara individual maupun agregat, adalah sangat material dan pervasive. Sifat pervasive (berpengaruh secara keseluruhan) di antaranya dapat dilihat dari kompleksitas, proporsinya terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, dan persyaratan pengungkapan yang bersifat fundamental.

Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat menyatakan bahwa Pemeriksa tidak menyatakan pendapat atas LK. Opini ini dapat diterbitkan apabila Pemeriksa tidak yakin atau ragu akan kewajaran LK karena Pemeriksa tidak dapat melaksanakan audit sesuai standar sebagai akibat pembatasan ruang lingkup audit, Pemeriksa berkedudukan tidak independen terhadap pihak yang diauditnya dan adanya ketidakpastian luar biasa yang sangat mempengaruhi kewajaran LK.

Opini tIdak Memberikan PendapatD.

Page 37: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK PERWAKILAN

37WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Bagi Kepala Perwakilan BPK Kalimantan Tengah (Kalteng) Ade Iwan Rusmana, setiap kantor perwakilan memiliki ciri khas tersendiri dengan kearifan lokalnya. Hanya saja, menurut Ade Iwan, salah satu faktor dominan yang mendorong

perkembangan dan kemajuan Kantor BPK Perwakilan adalah sumber daya manusia (SDM).

“Yang pasti di Perwakilan Kalimantan Tengah, kita memiliki modal yang utama yaitu SDM. Bagaimana menciptakan teman­teman menjadi kompeten dalam menjalankan tugas,” kata Ade ketika berbincang dengan Warta Pemeriksa, Jumat (9/4). Atas alasan itu­lah, kata dia, salah satu hal yang terus didorong BPK Perwakilan Kalteng adalah menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni. Pengembangan SDM sangat perlu dilakukan agar proses kerja bisa berjalan lebih efektif.

KOMPETENSI SDM JADI MODAL UTAMABPK Kalteng memiliki budaya kerja yang sampai saat ini terus terjaga, yaitu berbagi pengetahuan melalui berbagai media, baik secara formal maupun informal melalui diskusi maupun obrolan ringan di aplikasi pesan singkat.

n Kepala Perwakilan BPK Kalimantan Tengah, Ade Iwan Rusmana

Page 38: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BPK PERWAKILAN

38 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Untuk meningkatkan kualitas SDM, BPK Kalteng mendorong peningkatan manajemen pengetahuan. Pendidikan yang didapat para pegawai BPK Kalteng tidak melulu harus berasal dari BPK pusat atau Badiklat PKN BPK. Ia menambahkan, insan BPK Kalteng me­miliki budaya yang sampai saat ini terus terjaga, yaitu berbagai pengetahuan melalui berbagai media seperti KTF (knowledge Transfer Forum), diskusi maupun obrolan ringan di aplikasi pesan singkat.

“Kami selalu melakukan transfer knowledge terse­but, dan kami secepatnya berdiskusi untuk mencari way out dan secepatnya kami putuskan,”sehingga tidak ada keraguan dalam pengambilan keputusan, terutama ba­gi para pemeriksa. katanya.

Selain itu, BPK Kalteng memiliki aplikasi klinik hukum yang ditempel di Portal BPK Perwakilan. Klinik tersebut jadi sarana pemeriksa untuk bertanya dan berdiskusi dengan Subagian Hukum jika terjadi permasalahan-per­masalahan hukum yang terjadi saat pemeriksaan dila­pangan. Klinik tersebut dikelola oleh Subag hukum.

Pihaknya juga memberi ruang bagi para pemangku kepentingan untuk kemudahan berkomunikasi. Selain melalui berbagai media seperti email, kotak penga­duan, PIK, dll.. dikembangkan juga aplikasi live chat pada laman BPK Kalteng. Laman tersebut dikelola ad­min yang selalu aktif. “Kita juga bekerja sama dengan

Dinas Kominfo Kalteng menginformasikan tentang live chat tersebut pada videotron­videtron di Kalteng, un­tuk bisa diakses.

Hasil pemeriksaan pun kami sampaikan setranspa­ran mungkin pada publik sebagai kontrol bersama,” ucap dia. Alhamdulillah Tahun 2020, BPK Perwakilan Kalteng memperoleh kualifikasi “Informatif” dari Ko­misi Informasi Publik Kalimantan Tengah dan menjadi satu­satunya badan publik vertical yang memperoleh kualifikasi tersebut. Saat inipun kami sedang berjuang memperoleh WBBM setelah 2 tahun sebelumnya mem­peroleh predikat WBK dari Kemenpan RB.

Inovasi lain yang menjadi penunjang kinerja BPK Kalteng adalah pelayanan perpustakaan atau Si Puspa dan aplikasi klinik kesehatan. Sementara untuk aset, se­luruh aset sudah memiliki barcode untuk memudahkan identifikasi barang milik BPK Kalteng.

“Dari pusat pun sudah menyediakan banyak apli­kasi­aplikasi yang memudahkan dan meningkatkan kinerja pemeriksa. Di masa pandemi ini, teknologi jadi sangat penting bagi BPK,” ungkap dia.

Meski saat ini sudah banyak aplikasi di berbagai bidang, baik pemeriksaan dan penunjang serta pen­dukung, namun dalam pelaksanaannya masih ada be­berapa kendala, baik aplikasinya, terutama pada masa transisi ini, maupun sarana dan prasarana belum terlalu mendukung. Terkadang, kata dia, ada juga kendala mengenai kondisi internet yang tidak terlalu baik.

Menurut dia, salah satu hal yang terus diperhatikan BPK Kalteng saat ini adalah memudahkan pemeriksaan dan mengawasi pemeriksaan. Proses­proses tersebut dibuat sesimpel mungkin, selain menggunakan aplikasi yang sudah ada seperti SiAP LKPD, juga dengan mem­buat grup Whatsapp untuk mendiskusikan sesuatu dan mengambil keputusan atau respons secara cepat. l

Page 39: SILVER WINNER BUMD MIGAS

39WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

KEPEGAWAIAN

Jumlah pegawai perempuan di Badan Peme­riksa Keuangan (BPK) terus meningkat. Per 21 April, yang juga dirayakan sebagai Hari Kartini, total jumlah pegawai perempuan mencapai 3.058 orang atau sebesar 42,5 persen dari jumlah pegawai sebanyak 7.190

orang.Menurut data Biro Sumber Daya Manusia BPK,

jumlah pegawai perempuan pada 2018 sebanyak 2.486 orang, pada 2019 naik menjadi 2.639 orang, dan pada 2020 naik menjadi 2.882 orang. Tak hanya soal angka, kontribusi dari pegawai perempuan di BPK juga sangat besar. Hal itu diungkapkan Kepala Biro Sumber Daya Manusia Badan Pemeriksa Keuangan Dadang Ahmad Rifai kepada Warta Pemeriksa pada 12 April 2021.

Dadang mengatakan pegawai perempuan di BPK memiliki peran penting, karena dari segi kemampuan intelektual tidak berbeda dengan pegawai laki­laki, bahkan banyak yang lebih baik. Perempuan, tutur dia, pada dasarnya memiliki kemampuan multitasking, bisa memiliki nilai lebih dalam hal kecerdasan, ketelitian, kreativitas dan keuletan.

“Pegawai perempuan menjadi bagian dari sumber daya manusia (SDM) di BPK, dimana SDM BPK meru­pakan aset terbesar dan terpenting yang dimiliki oleh organisasi ini. Komposisi pegawai perempuan semakin bertambah setiap tahun, begitu juga dengan pegawai perempuan yang menduduki jabatan struktural dan strategis. Selain itu, dalam suatu jenjang jabatan yang sama, pegawai perempuan juga bisa berkinerja sama dan/atau lebih baik dari pegawai laki-laki,” ucap dia.

Untuk mendorong kemampuan intelektual pegawai perempuan, BPK juga membuka selebar­lebarnya kaum

perempuan untuk meraih pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Saat ini, program­program pengembangan kompetensi yang ada di BPK antara lain peningkatan pendidikan gelar, diklat, pendidikan dan sertifikasi pro­fesi, magang, dan program lainnya.

“Setiap pegawai yang ada di BPK memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pen­didikan atau pelatihan yang lebih tinggi atau untuk mengembangkan kompetensinya. Setiap kesempatan terkait ini selalu dipublikasikan kepada seluruh pegawai melalui aplikasi SISDM dimana semua pegawai BPK baik laki­laki maupun perempuan dapat mengaksesnya dan mendaftar melalui aplikasi yang disediakan untuk mengikuti seleksi selanjutnya,” ucap dia.

Sedari awal, tutur dia, persyaratan yang diberikan pun tidak ada yang berbasis gender. Persyaratan se­perti halnya instansi lain, lebih bersifat umum, seperti TOEFL, penulisan makalah, rekomendasi pimpinan, dan sebagainya.

Bahkan, untuk beberapa sponsor, beasiswa seperti AAS (Australia Awards Scholarship), memberikan priori­tas pemberian beasiswa kepada pegawai perempuan, yang tentu saja menjadi poin tambah pada proses selek­si yang mereka selenggarakan. Berkaca pada hal ini, ujar dia, tidak ada batasan dari organisasi untuk pegawai pe­rempuan mencapai tingkat pendidikan yang diinginkan.

Ia pun bersyukur karena dalam lima tahun terakhir, selain terjadi peningkatan jumlah pegawai perempuan, juga diikuti meningkatnya keikutsertaan untuk melan­jutkan pendidikan gelar lebih lanjut. Peningkatan ini terjadi karena adanya kesadaran bagi pegawai perem­puan untuk mengembangkan karier.

Semua pegawai, termasuk pegawai perempuan yang menduduki jabatan fungsional, memiliki kewa­jiban mengumpulkan angka kredit. Salah satu unsur yang dinilai dalam angka kredit tersebut adalah pendi­dikan. Sehingga mereka dituntut untuk mengumpulkan angka kredit termasuk melalui unsur pendidikan.

Dadang menambahkan, BPK juga membuka pe­luang bagi siapapun untuk menduduki jabatan di BPK baik fungsional maupun struktural. Ia mencontohkan, untuk saat ini JPT (Eselon I dan II) diduduki oleh perem­puan sebanyak 14 pegawai atau 15 persen dari total JPT sebanyak 91 pegawai, untuk jabatan pengawas di­duduki oleh 22 persen dari total pengawas atau seba­

PEGAWAI PEREMPUAN PUNYA PERAN PENTING DI BPKKomposisi pegawai perempuan semakin bertambah setiap tahun, begitu juga dengan yang menduduki jabatan struktural dan strategis.

n Dadang Ahmad Rifai

Page 40: SILVER WINNER BUMD MIGAS

40 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

KEPEGAWAIAN

nyak 47 pegawai, dan 32 persen dari total administra­tor atau sebanyak 101 pegawai.

Untuk jabatan fungsional, ahli pertama hingga uta­ma juga ditempati oleh pegawai perempuan sebanyak 1.634 pegawai atau 40 persen dari total pegawai fung­sional di BPK sebanyak 4.085 pegawai. Di samping itu, sebanyak 989 pegawai perempuan atau 53 persen menduduki jabatan pelaksana/unit penunjang dan pendukung dari total jumlah pejabat pelaksana di BPK sebanyak 1.866 pegawai.

Menyambut Hari Kartini di bulan April, ia pun berte­rima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi­ting­ginya atas kerja keras, tenaga dan pikiran yang diberikan kepada organisasi ini. Ia mengetahui memang tidak mu­dah membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus ke­luarga, termasuk menyikapi tantangan sebagai seorang perempuan yang bekerja di kantor dan juga sekaligus menjadi seorang anak, ibu, istri di rumah.

“Pasti ada titik­titik merasa lelah sehingga harus memilih antara pekerjaan dan keluarga. Namun, de­ngan kebersamaan kita di BPK, mari tetap semangat melaksanakan tugas pekerjaan kita masing­masing. Biro SDM berupaya untuk selalu melihat perkembang­an dan dinamika yang terjadi pada organisasi sebagai bahan untuk membuat kebijakan­kebijakan yang lebih adil untuk semua orang, sehingga diharapkan pegawai perempuan dapat membangun karier dan keluarga se­cara seimbang,” ujar dia.

Fasilitas bagi perempuanDadang mengatakan, untuk mendukung kinerja pe­

gawai perempuan, BPK juga memberikan fasilitas dan akomodasi bagi pegawai perempuan. Hal itu sesuai dengan kodrat pegawai perempuan sebagai ibu seper­ti mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Ia mengatakan, BPK memiliki ruang laktasi. Pegawai perempuan yang sudah menyandang status sebagai ibu dan masih mempunyai bayi, tentu menginginkan agar tetap bisa memberikan ASI sebagai asupan gizi terbaik bagi anaknya meski saat ditinggal kerja ke kan­tor. Untuk itu BPK sudah menyediakan ruang laktasi yang nyaman agar para ibu BPK dapat menyediakan ASI untuk buah hatinya.

BPK juga memberikan fasilitas cuti bersalin selama 3 bulan yang dapat diambil secara fleksibel bagi pe­gawai perempuan BPK yang sedang hamil dan hendak melahirkan. Cuti ini bisa diambil sebelum dan/atau sesudah bersalin dengan maksimal 3 bulan dan tetap diberikan haknya sebagai seorang pegawai.

Kemudian, fasilitas penempatan sementara 3 bulan setelah cuti bersalin di satuan kerja sesuai permohonan pegawai. Penyelenggaraan edukasi psikologis dengan tema yang mendukung peran ibu berkerja.

Demi mendukung tanggung jawab perempuan sebagai ibu, BPK juga memberikan keluasaan terkait jam kerja. Namun, hal ini perlu dikomunikasikan de­ngan atasan langsung. Ia menyebutkan, kebijakan jam kerja berdasarkan Keputusan Sekjen nomor 448/K/X-XIII.2/10/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Se­kretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 204/K/X-XIII.2/3/2013 tentang Tata Tertib Kerja Pegawai pada Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan adalah 8 jam kerja dengan transaksi presensi masuk kerja mulai pukul 07.30­08.00 dan transaksi presensi pulang kerja dari pukul 04.30 sampai dengan pukul 21.00. Ini menjadi aturan yang harus diikuti seluruh pegawai di BPK.

“Namun, untuk keadaan­keadaan dengan alasan pribadi dapat dikomunikasikan dengan atasan langsung yang bersangkutan. Kebijakan atasan langsung yang da­pat memberikan izin kepada yang bersangkut an karena atasan langsung dianggap mempunyai garis wewenang yang paling dekat dengan pegawai serta dapat melihat dan mempertimbangkan kondisi pegawai,” ucap dia.

Ada pula kebijakan bagi pasangan sesama BPK, yaitu pegawai perempuan di BPK diberikan hak untuk mengajukan pindah ikut suaminya saat dipindahtugas­kan. Hal ini tentu sangat membantu pegawai khususnya pegawai perempuan karena akan lebih mudah dan me­rasa lebih aman dalam menjalankan perannya mendidik anak bersama­sama. l

Page 41: SILVER WINNER BUMD MIGAS

HOBI

41WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Bagi anda yang me­nyukai film-film Godzilla ataupun action figure-nya, mungkin Damar Wi­janarko adalah sa­

lah satu orang yang paling enak diajak mengobrol. Ia mengeta­hui seluk beluk Godzilla, bahkan cerita di balik pembuatan film pertama Godzilla yang diluncur­kan 3 November 1954.

Saking menyukai film-film Godzilla, pria berpang kat Penata Muda III/A di Badan Pemerik sa Keuangan ini juga mengoleksi action figure Godzilla. Ia memi­liki beberapa action figure, baik itu yang asli maupun yang KW. “Dari kecil saya mengoleksi mai­nan, salah satunya Godzilla dan Ultraman,” ucap dia

Hanya saja, Damar mengaku mulai menghitung­hitung jika harus membeli produk action figure yang diproduksi Toho Pro­duction tersebut. Action figure asli menurutnya sangat mahal, bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Apalagi, menurut Damar, jauh lebih sulit mencari monster­mons­ter atau disebut Kaijuu lawan God zilla diban ding­kan mencari action figure dari Godzilla yang sering disebut Raja para monster.

Damar pun se­menjak 2019 mulai

memberani kan diri untuk mem­buat action figure berbahan dasar clay. Awalnya, ia hanya coba­coba dengan belajar sen­diri melalui panduan Youtube. Setelah mulai mencoba, ternya­ta ia merasa mampu membuat action figure tersebut. “Ternyata tidak terlalu susah, bisa dibilang tidak sesusah yang dibayan­gkan. Malah jadi sarana melepas stres,” ucap dia.

Selama hampir dua tahun berkarya de ngan menggu­nakan bahan dasar clay, total ia membuat sembilan action figure monster. Ukurannya pun bervariasi, antara 15 cm hing­ga 35 cm. Bahkan salah satunya bukanlah monster, namun ka­rakter superhero Jepang yang berwajah singa, Lion­Maru. Ia bercerita, membuat Lion­Ma­ru dari berbagai bahan tidak terpakai.

BERKREASI DENGAN ACTION FIGUREAction figure bisa dibuat dengan menggunakan benda-benda yang tidak terpakai.

n Damar Wijanarko dan koleksinya.

Saya ikut group Godzil­la Freak Indonesia, ketika saya unggah karya saya, justru jadi satu­satunya yang punya. Selain itu jadi kesenangan tersendiri ketika orang melihat karya sendiri dipuji, ditanya­tanya dan lain­lain. Walau tidak seba­gus buatan pabrik tapi ada kepuasan sendiri.

Page 42: SILVER WINNER BUMD MIGAS

HOBI

42 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Badan Lion­Maru berasal dari boneka Ken, pasangan Barbie, yang tidak terpakai. Sementara bu­lu di wajah Lion­Maru berasal dari plastik. Sementara wajahnya ia buat dari clay. Sedangkan kostumnya berasal dari berbagai macam kain yang ia buat motifnya dan jahit sen­diri. “Ternyata pelajaran menjahit SD­SMP akhirnya terpakai juga saat membuat Lion­Maru,” ucap dia.

Proses pembuatannya, ucap dia, benar­benar tergantung mood. Hal itu karena ia tidak pernah mematok target kapan harus menyelesaikan proses pembuatan. Apalagi, ia sepanjang hari bekerja sebagai pe­gawai BPK. Sehingga waktu yang tepat untuk berkreasi adalah pada saat malam hari.

“Misalkan malam saat anak­anak sudah tidur, bisa antara jam 9 sam­pai jam 1 malam, kalau dirata­rata satu hingga dua jam. Aku enggak mematok waktu, kadang bisa sele­sai satu bulan, tapi umumnya saya kerjakan malam atau weekend. Ini sebenarnya enggak terlalu messy, dan bisa dicicil pembuatannya.”

Artinya, setiap satu karakter monster bisa ia kerjakan selama satu bulan. Ia pun tidak juga mematok ha­rus membuat satu buat action figure per satu bulan, karena semua ia buat berdasarkan keinginan yang kadang

timbul. “Ini bagi saya kontempelasi, ilham datang saat malam,” ucap dia.

Karakter pertamaIa bercerita, karakter pertama

yang ia buat adalah Godzilla tahun 1954. Hal itu karena memang ka­rakter atau jenis Godzilla paling ia suka adalah Godzilla 1954. Apalagi seingat dia, dalam klub pecinta Godzilla hanya ia yang memilikinya. Selain itu ia juga sengaja membuat monster musuh Godzilla karena amat jarang dimiliki.

“Saya ikut group Godzilla Freak Indonesia, ketika saya unggah karya saya, justru jadi satu­satunya yang punya. Selain itu jadi kesenangan tersendiri ketika orang melihat karya sendiri dipuji, ditanya­tanya dan lain­lain. Walau tidak sebagus buatan pabrik tapi ada kepuasan sendiri,” tutur dia.

Ia pun mengaku pernah menjual salah satu karya Godzilla berukuran mungil seharga kurang lebih Rp400 ribu dan hasil penjualannya dibeli­kan action figure Ultraman. Sayang­nya, setelah itu ia mengaku merasa bersalah dan kapok menjual hasil karyanya. Ia bahkan bersungguh sungguh mengatakan tidak akan menjual karyanya lagi.

Terkait proses pembuatan, ia menyebut proses pembuatan di­lakukan dengan air dry clay sangat murah dan tidak lebih dari Rp100 ribu. Selain itu, rangka tubuh monster juga bisa menggunakan alumunium foil, kertas, kawat dan bahan­bahan tidak terpakai lainnya.

Ia memilih dry clay karena mu­dah dibentuk dan cepat mengeras. Namun, kelemahan dari dry clay adalah mudah rusak bila jatuh atau­pun tertimpa sesuatu.

Hal ini berbeda dengan plastik atau vinyl yang terbilang kuat dan tidak mudah rusak. Hanya saja, me­mang harga bahan dasarnya mahal. Oleh karena itu, ia berharap ke de­pan bisa membeli lemari kaca untuk menyimpan karya­karyanya. l

Page 43: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

43WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Page 44: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

44 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) men­dorong pemerintah dapat memper­baiki pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada awal tahun ini, BPK telah menyerahkan pendapat BPK terkait penyelengga­

raan program JKN kepada pemerintah. BPK me­nyampaikan pendapat karena permasalahan dalam penyelenggaraan JKN yang ditemukan selama pemeriksaan pada 2015­2019 belum terselesaikan hingga saat ini.

Ketua BPK Agung Firman Sampurna me­ngatakan, hasil pemeriksaan BPK menunjukkan terjadinya permasalah an dalam penyelenggaraan program JKN yang menunjukkan peta jalan JKN 2012­2019 belum sepenuhnya tercapai.

“Berbagai permasalahan tersebut berdampak pada tata kelola keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dan ten­tunya kualitas penjamin an layananan kesehatan yang ditanganinya selama periode 2015­2019,” ung kap Agung dalam pembukaan kegiatan Wor-kshop Pendapat BPK terkait Pengelolaan atas Pen­yelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (6/4).

Agung menyampaikan, berdasarkan hasil pe­meriksaan, BPK meng identifikasi berbagai perma­salahan tata kelola yang bersifat sistemik termasuk yang terjadi berulang dari tahun ke tahun. Oleh ka­rena itu, BPK memandang perlu untuk memberikan pendapat terkait penyelenggaraan program JKN.

BPK DORONG PEMERINTAH PERBAIKI PELAKSANAAN PROGRAM JKNBPK menyampaikan pendapat karena permasalahan dalam penyelenggaraan JKN yang ditemukan selama pemeriksaan pada 2015-2019 belum terselesaikan hingga saat ini.

n Sri Mulyani Indrawatin Achsanul Qosasi

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggelar dua work shop sebagai tindak lanjut dari dua penda­pat BPK yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Januari 2021. Dua

pendapat yang disampaikan bersamaan dengan hari ulang tahun BPK tersebut yaitu terkait Pengelolaan Dana Otonomi

Khusus (Otsus) Provinsi Papua dan Papua Barat serta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Workshop Pendapat BPK

Page 45: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

45WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Pendapat BPK ini diharap­kan dapat mendorong pe­merintah untuk menyele­saikan masalah­masalah tersebut secara tepat, ter­struktur, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

n Agung Firman Sampurna

Agung juga menekankan, permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu kementerian/lembaga atau pemerintah daerah saja. Menurutnya, permasalahan ini perlu diatasi secara sinergis melalui kerja sama dan koordinasi lintas kementerian dan lintas lembaga, serta me­libatkan pemerintah daerah dengan dukungan para pemang ku kepentingan terkait.

“Pendapat BPK ini diharapkan dapat men­dorong pemerintah untuk menyelesaikan masa­lah­masalah tersebut secara tepat, terstruktur, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ujar Agung.

Kegiatan workshop virtual tersebut turut di­hadiri oleh Anggota III/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Ach sanul Qosasi dan Menteri Ke uangan Sri Mulyani Indrawati sebagai pembicara kunci.

Dalam sambutannya, Achsanul menyampai­kan, pentingnya upaya gotong royong untuk perbaikan pengelolaan JKN agar tujuan negara dalam menyejahterakan rakyatnya dapat terca­pai. Menurut Achsanul, pe ngembangan JKN memang harus dilakukan secara gotong royong karena secara fiskal, APBN belum mampu mem­biayai semua klaim kesehatan masyarakat.

Ia mengatakan, Kementerian Kesehatan selaku pengemban tugas pemerintah di bidang kesehat­an harus mampu meningkat kan dan melindungi derajat kesehatan ma syarakat. Sementara, BPJS Kesehatan pun perlu menyediakan layanan jamin­an kesehatan terbaik yang mencakup seluruh penduduk Indonesia. BPJS Kesehatan juga me­miliki tugas untuk menjaga kesinambung an JKN. Kementerian/lembaga (K/L) lainnya beserta peme­rintah daerah juga memiliki tugas dan fungsi ma­

sing­masing dalam menyukseskan program JKN.Achsanul mengatakan, BPK pun turut berpe­

ran menyukseskan penyelenggaraan JKN melalui visinya yakni berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara. Perbaikan tata kelola tersebut dilaksanakan me­lalui pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut dari rekomendasi yang sudah diberikan, dan bahan pendapat BPK.

“Melalui bahan pendapat dan rekomendasi tersebut diharapkan JKN akan berkesinambung­an dan dapat mewujudkan salah satu tujuan ne­gara dalam memberikan layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati me­nyampaikan apresiasi kepada BPK yang telah menyampaikan pendapat terkait pe ngelolaan atas penyelenggaraan program JKN. Menurut­nya, pendapat tersebut merupakan suatu ma­sukan positif dari BPK sebagai institusi negara yang sangat penting.

“Ini sekaligus memberikan berbagai reko­mendasi perbaikan mengenai penyelenggaraan program JKN yang juga merupakan salah satu pondasi kita bernegara dan mencapai tujuan kita bernegara,” ungkap Sri.

Menurut Sri, pendapat BPK adalah masukan penting yang perlu ditindaklanjuti seluruh stake-holder terkait.

“Semoga upaya BPK bersama seluruh stake-holder dalam meningkatkan kualitas penyeleng­garaan program JKN yang bisa melayani hak rakyat dan di sisi lain bisa terus berlangsung atau sustainable dari sisi keuangan maupun sisi pela­yanan bisa terus kita ikhtiarkan,” ujar Sri. l

Page 46: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

46 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna ber­harap ada langkah lanjutan dari Pe­merintah terkait Pendapat BPK ten­tang Pengelolaan Dana Otonomi Khusus (Otsus) Provinsi Papua dan

Papua Barat. Agung menyatakan, respons pe­merintah diperlukan agar mendorong per baikan tata kelola terkait Pendapat BPK tersebut.

“Pendapat BPK ini memiliki arti penting, karena BPK bukan saja menjalankan peran over-sight, tetapi juga berupaya memberikan nilai dan manfaat lebih bagi para pemangku kepen­tingan melalui peran insight dan foresight,” ujar Ketua BPK dalam Workshop Pendapat BPK Terkait Pengelolaan Dana Otsus pada Provinsi Papua dan Papua Barat yang diselenggarakan secara virtual, pada Selasa (30/3).

Sebagai informasi, BPK telah menyampaikan pendapat terkait Pengelolaan Dana Otsus Papua kepada Presiden Joko Widodo pada 18 Januari 2021 lalu. Ketua BPK menyebutkan, sesuai den­gan Rencana Strategis (Renstra) BPK 2020­2024, melalui peran insight, BPK dapat memberikan pendapat mengenai program­program, kebijakan

dan operasi yang kinerjanya baik, serta menya­rankan praktik­praktik terbaik (best practices) un­tuk dijadikan acuan. Fungsi ini dilakukan dengan mendalami kebijakan dan masalah publik.

Sedangkan peran sebagai foresight, BPK memberikan tinjauan ke masa depan dengan menyorot implikasi untuk jangka panjang dari putusan atau kebijakan pemerintah saat ini. Hal itu dengan mengindentifikasi kunci dan tan­tangan yang dihadapi negara dan masyarakat sebelum hal itu muncul, menjadi masalah atau bereskalasi menjadi krisis. Peran ini dilakukan untuk membantu masyarakat dan pengambil keputusan untuk memilih alternatif kebijakan di massa depan.

Selain itu, BPK dapat memberikan saran kepada lembaga dalam meningkatkan hubung­an lintas sektor dalam pemerintah serta dalam meningkatkan sinergi antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai hasil dan manfaat sebesar­besarnya bagi masya­rakat, bangsa, dan negara.

“Salah satu peran BPK dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas adalah melalui pemberian pendapat. Dengan

KETUA BPK INGATKAN TINDAK LANJUT SOAL DANA OTSUS PAPUASejak diberikan Otsus, kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami peningkatan, namun tingkat kesejahteraan tersebut masih lebih rendah dibanding provinsi lainnya.

Page 47: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

47WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

semangat mewujudkan tata kelola yang berkualitas tersebut, BPK memberikan pendapat atas program dana Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat,” ung­kap Ketua BPK dalam kegiatan yang dihadiri oleh Pimpinan BPK serta Menteri dan Kepala Daerah Provinsi Papua dan Papua Barat tersebut.

BPK memandang perlu memberikan pendapat tersebut karena berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK masih menemukan permasalahan yang men­dasar dan terjadi secara berulang dari tahun ke tahun. Ketua BPK mengungkapkan, permasalahan strategis ini tidak bisa diselesaikan jika hanya di­tangani oleh satu kementerian/lembaga atau pe­merintah daerah saja. Namun, perlu diselesaikan secara sinergis melalui kerja sama dan koordinasi lintas kementerian/kelembagaan dan melibatkan pemerintah daerah dengan dukungan para pe­mangku kepentingan.

Otsus Papua dan Papua Barat, dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, penegakan supre­masi hukum, penghormatan kepada hak asasi manusia, percepatan pembangunan ekonomi, serta peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain di Indonesia.

Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Ke uangan Negara BPK Bahrullah Akbar mengatakan, ber­dasarkan amanat UU No 21 tahun 2001, Otsus Papua akan berakhir pada 2021. Sedangkan hasil pemeriksaan BPK periode 2008­2019 mengung­kapkan adanya permasalahan mendasar dalam pengelolaan Dana Otsus Papua pada aspek regu­lasi, kelembagaan, dan sumber daya manusia.

BPK menyimpulkan, sejak diberikan Otsus, kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua dan Pa­pua Barat mengalami peningkatan, namun ting kat kesejahteraan tersebut masih lebih rendah diban­ding provinsi lainnya. Selain itu, tingkat keman­dirian fiskal pemerintah daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat termasuk dalam kategori belum mandiri.

Pemberian Dana Otsus dalam bentuk tunai dengan transfer daerah belum dikelola secara memadai dan menimbulkan terjadinya penyim­pangan sehingga memengaruhi efektivitas pen­capaian tujuan Otsus Papua. Selain itu, UU Otsus tidak mengamanatkan penyusunan grand design pembangunan Papua dalam rangka Otsus perio­de 2001­2021.

Dari 1.500 rekomendasi hasil pemeriksaan BPK, sebanyak 527 (35 persen) rekomendasi belum selesai ditindaklanjuti. Hal ini menunjukkan

masih banyak permasalahan yang belum tersele­saikan, sehingga berdampak pada belum terca­painya tujuan Otsus Papua.

“Oleh karena itu, BPK memandang perlu un­tuk memberikan pendapat kepada pemerintah agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertim­bangan dalam melakukan perbaikan untuk keber­lanjutan Program Otsus Papua,” kata Bahrullah.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono menga­takan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat sejauh ini mampu mendorong pembangun­an infrastruktur yang bertujuan untuk menjawab beberapa tantangan mendasar di Papua dan Papua Barat. Pertama, mengurangi angka kemis­kinan yang sangat tinggi, di mana di Papua 26,55 persen dan di Papua Barat 21,51 persen. “Ke­duanya merupakan yang tertinggi di Indonesia melalui penyediaan prasarana dan sarana bagi perkotaan dan perdesaan,” ucap dia dalam work-shop tersebut.

Kedua, mengurangi indeks kemahalan kons­truksi yang tinggi melalui perbaikan konektivitas antarkota dan antardesa. “Khusus dalam temuan BPK tentang keberlanjutan dana otsus diatur da­lam bentuk pembangunan infrastruktur dan konek­tivitas yang masih belum semuanya menghubung­kan antarwilayah sehingga terjadi biaya logistik yang tinggi dan biaya kemahalan yang tinggi se­perti di Wamena dan sebagainya,” ucap dia.

Terkait dengan pelaksanaan otsus, Kemente­rian PUPR telah senantiasa berkomitmen untuk melaksanakan pemerataan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua dengan membuka keterisolasian wilayah dan me­ningkatkan akses dan konektivitas dari darat mau­pun laut dengan pembangunan jalan Trans­Papua sepanjang 3.924 km. l

n Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Ke uangan Negara BPK Bahrullah Akbar

Page 48: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

48 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Badan Pemeriksa Ke­uangan (BPK) mencoba mengembangkan suatu inisiatif strategis dalam pengembangan human capital. Hal ini dilakukan

melalui peningkatan kapasitas Badan Diklat Pemeriksaan Keuangan Negara (Badiklat PKN) dengan menerapkan prinsip prinsip corporate university.

Tujuannya, untuk mengakselerasi pencapaian visi 2020­2024, yaitu “Menjadi lembaga pemeriksa te­percaya yang berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan ne­gara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara”.

Ketua BPK Agung Firman Sampur­na menjelaskan, kebutuhan formasi pegawai di BPK saat ini masih jauh dari ideal. Memang di satu sisi, terjadi pe­ningkatan kompetensi di satu sisi untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Akan tetapi di sisi lain, prosesnya berten­densi mengurangi kapasitas organisasi untuk melaksanakan tugas yang lain.

Oleh karena itu, kata dia, dibutuh­kan terobosan baru. Dengan begitu, upaya peningkatan kompetensi dalam rangka memenuhi kebutuhan orga­nisasi tidak mengurangi kapasitas

organisasi dalam menjalankan pe­rannya. Apalagi sebagai organisasi, BPK perlu memperbarui pengetahuan menjadi salah satu cara untuk mampu bertahan dalam era disrupsi sebagai dampak dari perkembangan teknolo­gi informasi.

Konsep tersebut pun kemudian mendorong terbentuknya gerakan organisasi pembelajar (learning orga-nization), yaitu organisasi yang dapat me ngembangkan kemampuannya un­tuk senantiasa menyesuaikan diri dan merespons kebutuhan organisasi. Da­lam hal ini yaitu terkait dengan upaya pengembangan sumber daya manusia, khususnya kompetensi dalam pemerik­saan/audit dan komunikasi audit.

Pola pembelajaran diselaraskan antara apa yang dipelajari dalam pelatihan dan yang dibutuhkan oleh organisasi.

MEMASUKI ERA DISRUPSI DENGAN BPK CORPU

BPK Corpu menawarkan solusi agar seluruh pem­belajaran dan pembimbingan terarah sesuai dengan tujuan organisasi.

Page 49: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

49WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Pola pembelajaran diselaraskan antara apa yang dipelajari dalam pelatihan dan yang dibu­tuhkan oleh organisasi. Program pelatihan juga difokuskan memberikan peningkatan kinerja organisasi secara nyata. Kemudian partisipasi peserta pembelajaran dikembangkan dengan menerapkan metode pembelajaran melalui pola penugasan dan pembimbingan dengan lebih flek sibel dan accessible.

“Pengembangan SDM utamanya diarahkan untuk peningkatan kompetensi pelaksana BPK, khususnya terkait dengan kompetensi dalam pe­meriksaan/audit dan komunikasi audit,” ungkap Ketua BPK dalam acara Peluncuran BPK Corpo­rate University (BPK Corpu) di Badiklat PKN di Jakarta pada Kamis (8/4).

Badiklat PKN, sebagai unsur pelaksana tugas penunjang BPK, juga mengusulkan pengembang an Badiklat menjadi BPK Corporate University (BPK Corpu). Menurut Ketua BPK, hal tersebut merupakan wujud implementasi dari Rencana Strategis (Renstra) BPK.

Lebih lanjut, Ketua BPK menyebutkan, terda­pat beberapa faktor yang mendorong Badiklat PKN bertransformasi menjadi BPK Corpu. Perta­ma, agar perkembangan SDM semakin sejalan dengan rencana strategis (strategic planning) or­ganisasi. “BPK Corpu menawarkan solusi agar se­luruh pembelajaran dan pembimbingan terarah sesuai dengan tujuan organisasi,” ungkap dia.

Kedua, kata dia, BPK Corpu menyediakan proses bisnis pengembangan SDM yang lebih aplikatif, relevan, mudah diakses, dan berdampak tinggi. Ketiga, BPK Corpu menciptakan learning organization atau organisasi yang terus belajar dan menciptakan pengetahuan yang dibutuhkan dalam pengembangan organisasi.

Pengembangan BPK Corpu juga tidak terle­pas dari terlaksananya kerja sama dengan partner strategis BPK, yaitu aparat pengawasan intern

pemerintah (APIP), kantor akuntan publik (KAP), lembaga diklat kementerian/lembaga/pemda, su-preme audit institution (SAI) negara lain, lembaga profesi, dan perguruan tinggi. Ke depannya pro­duk­produk yang dihasilkan oleh BPK Corpu tidak hanya dimanfaatkan oleh pihak internal BPK saja, melainkan juga pihak eksternal BPK. Terkait hal tersebut, BPK merencanakan agar pada 2023 BPK Corpu dapat menjadi world-class corporate univer-sity yang unggul secara global dalam forum Global Council of Corporate Universities (Global CCU).

Selain peresmian BPK Corpu, pada kesem­patan tersebut juga diselenggarakan talkshow dengan judul, “Akselerasi Peningkatan Kinerja Organisasi dengan Penerapan Prinsip Corporate University”. Narasumber dalam talkshow tersebut yaitu Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono, Ke­tua Global CCU Annick Renaud­Coulon, Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara (LAN) Muhammad Taufiq, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Andin Hadiyanto, dan Senior General Manager Telkom Corpu­Jemy Vestius Confido, dan dimoderatori oleh Helmy Yahya.

Talkshow ini merupakan salah satu sarana knowledge sharing mengenai corporate universi-ty. Keberadaan BPK Corpu ini diharapkan dapat menjadi center of knowledge dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara. Di samping itu juga dapat menjadi media bagi BPK untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan keuangan negara dan perluasan prinsip Accoun­tability for All. l

n Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono

Page 50: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

50 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggelar workshop persiapan pemeriksaan kinerja terinci Long Form Audit Report (LFAR) Tahun 2021 di lingkungan Auditorat Keuangan Negara (AKN) V BPK,

Kamis (18/3). Kegiatan yang dilaksanakan se­cara virtual tersebut dibuka Anggota V/Pim­pinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK, Bahrullah Akbar.

Dalam sambutannya, Bahrullah menga­takan, Rencana Strategis (Renstra) BPK Tahun 2020­2024 menjadikan BPK sebagai lemba­ga yang tepercaya yang berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara serta berkualitas dan bermanfaat untuk men­capai tujuannya.

“Yang kita bangun ini adalah terkait

Renstra dan tentu terkait dengan Internatio­nal Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 12 tentang nilai tambah laporan dan fungsi BPK, sehingga membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, itu kata kunci kenapa kita harus melakukan Long Form Au­dit Report (LFAR),” jelasnya.

Bahrullah menjelaskan, Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Peme­rintah Daerah (LHP LKPD) yang dikerjakan sudah mencapai (85 persen) dari total 542 provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. Dengan demikian, kerja keras auditor BPK telah membuahkan hasil sejak tahun 2006, yaitu best practice di dalam pelaksanaan per­tanggungjawaban keuangan daerah melalui penyusunan neraca LKPD telah mencapai titik tertentu, yaitu pemberian opini laporan keuangan dengan wajar tanpa pengecualian (WTP).

Oleh karena itu, LHP diharapkan bisa disajikan lebih ringkas, akurat, dan objektif serta meyakinkan bahwa LHP bisa meng­gambarkan keberhasilan suatu kinerja di lingkungan pemerintah daerah (Pemda). “Saya harap workshop ini benar­benar dapat dimanfaatkan sebagai forum diskusi untuk saling bertukar pikiran di antara para peserta dan terus mengeksplorasi pemikiran,” ung­kap Bahrullah.

Dalam kesempatan tersebut, Bahrullah juga menekankan agar semua pemeriksa

AKN V GELAR WORKSHOP LFARAnggota V/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK juga menekankan agar semua pemeriksa menjunjung tinggi nilai dasar BPK, yaitu integritas, independensi, dan profesionalisme.

Page 51: SILVER WINNER BUMD MIGAS

AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA

51WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

menjunjung tinggi nilai dasar BPK, yaitu in­tegritas, independesi, dan profesionalisme, sehingga apa yang dikerjakan sesuai dengan professional judgement.

Hadir dalam kegiatan workshop ini Au­ditor Utama Keuangan Negara V BPK, Akh­sanul Khaq beserta seluruh Kepala Perwakil­an pada BPK Perwakilan wilayah barat dan para pelaksana di lingkungan AKN V sebagai peserta workshop.

Sebagai informasi, LFAR digagas untuk memberikan nilai tambah kepada para pe­mangku kepentingan. Melalui LFAR, BPK melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang turut memperhatikan penekanan pada aspek­aspek kinerja yang dicapai entitas di dalam periode pemeriksaan.

Pada 2020, LFAR telah diterapkan secara piloting untuk LKPD di lima provinsi, yaitu di Pemprov DKI, Pemprov Aceh, Pemprov Lam­pung, Pemprov Banten, dan Pemprov Jawa Timur. Topik pemeriksaan kinerja di lima daerah tersebut berbeda­beda, disesuaikan

dengan kondisi masing­masing entitas.Di Provinsi Banten, BPK melakukan pe­

meriksaan kinerja atas efektivitas penang­gulangan bencana tahap prabencana tahun anggaran 2019 yang hasilnya belum efektif. Di Provinsi Lampung, BPK melakukan peme­riksaan kinerja atas efektivitas upaya pemda untuk mencapai target kemantapan jalan dalam mendukung pergerakan orang dan barang tahun anggaran 2019 yang hasilnya kurang efektif.

Di Provinsi Jawa Timur, BPK melakukan pe­meriksaan kinerja atas efektivitas program pem­bangunan dan pemeliharaan jalan dan jemba­tan tahun anggaran 2019 yang hasilnya cukup efektif. Sementara di Aceh BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas efektivitas program pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dari dana otsus tahun anggaran 2019 yang ha­silnya kurang efektif. Sedang kan di DKI Jakarta, pemeriksaan kinerja atas pengendalian pen­cemaran udara dari sektor transportasi darat hasilnya masih perlu diting katkan. l

Yang kita bangun ini adalah terkait Renstra dan tentu terkait dengan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 12 tentang nilai tambah laporan dan fungsi BPK, sehingga membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

n Bahrullah Akbar

Page 52: SILVER WINNER BUMD MIGAS

KOLOM

52 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Menjadi Corporate University (cor­pu) jangan ka­rena “gaya­ga­yaan”. Labelnya corpu, namun

substansinya sama dengan diklat pada umumnya. Pesan seperti ini sering disampaikan oleh praktisi corpu pada saat seminar, ceramah, dan berbagai forum lainnya. Jika hanya mengikuti tren, namun visi, materi, dan pendekatan diklat tidak selaras dengan prinsip bekerjanya corpu, maka diklat tidak akan mak­simal hasilnya.

Bagaimana dengan BPK? Ten­tu, pembentukan BPK Corporate University (BPK Corpu) bukan ka­rena mengikuti tren, namun pilihan dengan penuh kesadaran bahwa corpu merupakan cara terbaik untuk mengembangkan SDM dan pada saat yang sama mampu mengem­bangkan organisasi. Sebagai kon­sekuensinya, semua hal yang terkait dengan diklat akan disesuaikan dengan konsep atau prinsip­prinsip yang dilaksanakan dalam corporate university.

Sejarah CorpuSejatinya, pengembangan corpu

di Indonesia tidak lepas dari sejarah berkembangnya corpu di dunia. Corpu pertama di dunia adalah Ins­titut Manajemen General Electric di Crotonville, New York pada tahun 1955 (Gary, 2017). Tujuan program GE adalah mengembangkan calon pemimpin GE yang baru muncul su­paya siap dalam suksesi di GE. Pro­

gram ini sukses dan menjadi rujukan banyak perusahaan.

Pemimpin GE Jack Welch ber­hasil mengubah pusat pelatihan GE menjadi pusat pembelajaran strategis yang mendukung tujuan dan strategi organisasi. Sebelum­nya, pusat pelatihan GE bersifat konvensional dan bertujuan hanya untuk menjadikan karyawan memi­liki suatu keahlian yang dibutuhkan saat itu. Jadi sifat pelatihannya temporer, untuk mengatasi masalah teknis operasional, dan tidak selalu berkaitan dengan strategi perusa­haan secara lebih luas.

Pada tahun 1963, Walt Disney mendirikan Disney 37 University di Anaheim, California. Pada tahun yang sama, McDonald's Hamburger University juga dibuka. Konsep Cor­pu kemudian diadopsi oleh Moto­rola pada tahun 1970­an. Lalu, 1993 sekitar 400 perusahaan mengadopsi corpu.

Jumlah corpu meningkat drastis memasuki abad ke­21, antara lain Trump University, MillerCoors Uni­versity, Microsoft, HP, dan Boeing Company. Studi dan riset menge­nai corpu juga makin berkembang karena corpu terbukti ampuh menyumbang sukses perusahaan. Definisi tentang corpu juga makin jelas dan disepakati oleh para ahli manajemen dari perusahaan dan universitas.

Sukses corpu menyadarkan para pimpinan perusahaan mengenai pentingnya perubahan learning cen-ter atau training center menjadi cor­pu. Ada tiga kekurangan dari learni-

BPK CORPORATE UNIVERSITY MODEL PEMBELAJARAN STRATEGIS

n OLEH GUNARWANTO KEPALA PUSAT

SERTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN DIKLAT BPK

Pembentukan BPK Corporate University (BPK Corpu) bukan karena mengikuti tren, namun pilihan dengan penuh kesadaran bahwa corpu merupakan cara terbaik untuk mengembangkan SDM dan pada saat yang sama mampu mengembangkan organisasi.

Page 53: SILVER WINNER BUMD MIGAS

KOLOM

53WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

ng center atau training center yaitu sering tidak ada keselarasan antara apa yang dipelajari dalam pelatihan dengan apa yang dibutuhkan oleh peru­sahaan, program pelatihan kerap tidak berdampak terhadap kinerja bisnis perusahaan secara nyata, dan partisipasi peserta yang rendah karena tidak ada apresiasi setelah mengikuti pelatihan.

Mark Allen (2002) penulis buku berjudul The Corporate University Handbook: Designing, Managing, and Growing a Successful Program memberikan definisi tentang corpu, yaitu entitas pendidikan sebagai alat strategis yang dirancang untuk membantu organisasi induk dalam men­capai misinya, dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang menumbuhkan pembelajaran, pengetahuan, dan kearifan baik di tingkat indivi­du maupun organisasi. Dalam penjelasan lainnya, Allen menyatakan corpu adalah entitas pendidi­kan yang dijadikan alat strategis oleh perusahaan dalam pengembangan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Corpu di IndonesiaDi Indonesia konsep corpu mulai dikenal luas

ketika Pertamina Corpu, PLN Corpu, dan Telkom Corpu berdiri pada tahun 2012. Berdirinya corpu di tiga BUMN ini menjadi tonggak tumbuhnya cor­pu di Indonesia. Menyusul berikutnya Bank Man­diri, BNI, BRI, dan corpu BUMN, serta perusahaan besar swasta lainnya. Pada perkembang annya, Telkom Corpu menjelma menjadi salah satu corpu terkemuka di Indonesia dan menjadi rujukan bagi pengembangan corpu oleh perusahaan lain. Bah­kan, pada 2019 Telkom Corpu memperoleh salah satu penghargaan tertinggi dari Global Council of Corporate University (GlobalCCU).

Saat ini, konsep corpu berkembang tidak ha­nya di sektor swasta tetapi juga di instansi peme­rintah. Beberapa kementerian telah menginisiasi pembentukan corpu seperti Kementerian Ke­uangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kemen­terian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Beberapa pemerintah daerah juga mulai merintis pemben­tukan corpu, seperti Pemprov Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Untuk instansi pemerintah, Kemenkeu Corpu sudah berkembang sangat maju dan mendapat penghargaan dari GlobalCCU pada 2019. Ke­menkeu Corpu aktif membahas metode belajar dengan menggunakan pendekatan corpu. Topik seminar dan diskusi yang diangkat oleh Ke­menkeu Corpu telah menginspirasi instansi lain dalam pengembangan corpu.

Pemerintah sendiri telah mengeluarkan bebe­rapa peraturan terkait corpu. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah (PP) No.17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP No.11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS disebutkan bahwa salah satu metode yang tepat dalam pengembangan kompetensi PNS adalah menggunakan pendekat­an sistem pembelajaran terintegrasi (corporate university).

Permen PANRB No. 3 Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta ASN mengatur strategi pe­ngembangan karier dan kompetensi talenta me­lalui ASN Corporate University. Lebih lanjut, pe­raturan ini menjelaskan ASN Corpu adalah entitas yang melaksanakan pengembangan kompetensi ASN yang berperan sebagai sarana strategis un­tuk mendukung pencapaian tujuan pembangun­an nasional, dalam bentuk penanganan isu­isu strategis melalui proses pembelajaran tematik dan terintegrasi dengan melibatkan Instansi Pe­merintah terkait dan tenaga ahli dari dalam/luar Instansi Pemerintah.

Dalam rancangan Permen PANRB tentang ASN Corpu mendefinisikan ASN Corpu sebagai metode pembelajaran bagi ASN yang mema­dukan pendekatan klasikal dan non klasikal di tempat kerja untuk mendukung pencapaian stra­tegi organisasi dan kebijakan nasional. Definisi ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Mark Allen.

Visi dan Misi BPK CorpuPada 2019, BPK melakukan tranformasi Ba­

diklat dari learning center menjadi corpu. Saat pengusulan perubahan organisasi Badiklat pada 2019, naskah akademis yang disampaikan kepada Kemen PANRB sudah memasukkan konsep corpu sebagai arah pengembangan diklat di BPK. Pada 2020, Pimpinan BPK melalui Ketua BPK dan Wakil Ketua BPK memberikan arahan agar segera di­bentuk BPK Corpu dalam pengembangan SDM di BPK. Arahan Pimpinan BPK ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menggunakan corpu dalam pengembangan ASN.

Mengapa corpu menjadi pilihan BPK? Seti­daknya ada empat pertimbangan, yaitu: pertama, agar pengembangan SDM lebih sejalan dengan perencanaan strategis organisasi; kedua, dalam rangka mendukung kinerja organisasi melalui proses pengembangan SDM yang lebih aplikatif, adaptif, relevan, mudah diakses, dan berdam­pak tinggi; ketiga, dalam rangka menciptakan learning organization untuk menghasilkan agen

Page 54: SILVER WINNER BUMD MIGAS

KOLOM

54 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

perubahan; dan keempat, agar pengetahuan (knowledge) yang masih tersebar dan melekat pada individu dapat didokumentasikan dalam suatu sistem pengelolaan pengetahuan sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal.

Untuk memberikan arah bagi pengembangan BPK Corpu ke depan, BPK telah menetapkan Visi dan Misi BPK Corpu. Visi BPK Corpu adalah: “Menjadi Corporate University kelas dunia me­lalui pendidikan dan pengembangan pemeriksa keuangan negara yang kompeten dan profesio­nal.” Makna kalimat “menjadi corporate univer-sity kelas dunia” menegaskan bahwa BPK Corpu memiliki arah ke depan untuk menjadi corpu yang memenuhi standar dan kriteria best practice yang diakui oleh lembaga dan institusi interna­sional. Dengan menjadi corpu yang mangadopsi best practice internasional maka kegiatan pen­didikan dan pengembangan SDM di BPK akan terjaga mutunya, sehingga dapat menghasilkan para pemeriksa keuangan negara yang memiliki kompetensi yang diharapkan dan dapat bekerja secara profesional.

Untuk mewujudkan visi tersebut, BPK meru­muskan Misi BPK Corpu: 1. Meningkatkan pem­belajaran link and match yang memadukan kebu­tuhan pengembangan individu dan pencapaian kinerja organisasi; 2. Meningkatkan pembelajaran yang agile, fleksibel, dan mudah diakses melalui sistem yang terintegrasi; 3. Meningkatkan penge­lolaan pengetahuan melalui sistem manajemen pengetahuan yang terintegrasi dan handal; 4. Me­ningkatkan layanan terpadu dalam bidang pendi­dikan dan pelatihan serta manajemen SDM untuk memastikan tercapainya target dan tujuan kinerja organisasi; 5. Meningkatkan kerja sama dengan pemangku kepentingan dalam pengelolaan pem­belajaran dan pengelolaan pengetahuan.

Road Map BPK CorpuVisi BPK seperti dimuat dalam Renstra BPK

2020 ­ 2024 adalah “Menjadi lembaga pemeriksa tepercaya yang berperan aktif dalam mewujud­kan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara”. Untuk mencapai visi tersebut, BPK menetapkan sasaran strategis: “Meningkatnya pemanfaatan rekomendasi, pendapat, dan pertimbangan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan ne­gara serta penyelesaian ganti kerugian negara yang didukung tata kelola organisasi yang berki­nerja tinggi”.

Sasaran strategis BPK tersebut antara lain

akan dicapai melalui strategi keempat yakni “Mewujudkan pusat unggulan pendidikan dan pelatihan pemeriksaan keuangan negara.” Stra­tegi ini dilaksanakan melalui Inisiatif Strategis BPK Corpu. Aktivitas BPK Corpu akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di BPK, mulai dari Pimpinan BPK, Badiklat BPK selaku pelaksa­na operasional BPK Corpu, serta seluruh satuan kerja di BPK.

Aktivitas pembelajaran dalam BPK Corpu mu­lai dari analisis kebutuhan diklat dengan metode problem based learning, penyusunan materi diklat, pengajar, coach, mentor, dan pelaksanaan pembelajaran akan melibatkan semua pemangku kepentingan. Pembelajaran tidak lagi dilaksa­nakan hanya di kampus Badiklat BPK dan hanya oleh Badiklat BPK. Oleh karena itulah, namanya bukan Badiklat Corpu, namun BPK Corpu.

Selanjutnya, BPK juga menyusun roadmap rencana pengembangan BPK Corpu. Dalam roadmap tersebut direncanakan sejak perumusan konsep BPK Corpu tahun 2019­2020, kemudian launching BPK Corpu pada 8 April 2021, langkah selanjutnya BPK Corpu akan dilengkapi dengan tata kelola dan infrastruktur yang diperlukan. Diharapkan 2021 tata kelola dan infrastruktur sudah siap sehingga pada 2022 BPK Corpu sudah berjalan menjadi aktivitas sentral dalam pengembang an SDM di BPK.

Pimpinan BPK merencanakan pada 2023 BPK Corpu menjadi lembaga diklat dengan standar kualitas kelas dunia dan menjadi anggota Global Council of Corporate University (GlobalCCU). GlobalCCU adalah lembaga yang didirikan oleh Annick Renaud­Coulon pada 2005. Tujuan Glo­balCCU adalah menyatukan jaringan global yang terdiri dari profesional corporate university serta membantu anggotanya untuk belajar dari peng­alaman masing­masing. GlobalCCU memiliki platform kolaborasi dengan anggota afiliasi yang terdiri lebih dari 50 negara di lima benua.

Digital Learning System Saat ini dunia industri telah memasuki era

yang disebut Revolusi Industri 4.0. Di era ini dan setelahnya, kemajuan teknologi informasi mem­bentuk tatanan baru bagi berbagai model bisnis yang sangat mengandalkan data sebagai sumber daya utama untuk meningkatkan nilai organisasi. Data tersebut dapat disajikan secara real time dan dapat dianalisis dengan teknologi kecerda­san buatan untuk kemudian disebarkan kepada pengguna sesuai kebutuhannya. Perkembangan

Page 55: SILVER WINNER BUMD MIGAS

KOLOM

55WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

teknologi informasi membuka peluang bagi Ba­diklat BPK selaku pengelola utama BPK Corpu untuk mengembangkan program diklat yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pegawai BPK.

Dengan tingkat kesibukan yang tinggi dan lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia, peman­faatan teknologi informasi yang tepat memung­kinkan BPK Corpu menyediakan program diklat bagi pegawai secara fleksibel, yaitu diklat yang bisa diakses dan diikuti pegawai dari mana saja dan kapan saja. Secara substansi diklat, teknologi informasi memungkinkan BPK Corpu menyajikan diklat jarak jauh secara lebih menarik dengan me­manfaatkan berbagai media berbasis teknologi (digital learning system), seperti animasi, video, permainan, dan modul latihan yang menarik.

Pemanfaatan teknologi informasi juga me­mungkinkan BPK Corpu untuk memperbanyak jumlah penyelenggaraan diklat dan menjangkau lebih banyak pegawai. Sebab, kapasitas tiap diklat dapat ditingkatkan sampai sejumlah ter­tentu tanpa terkendala ruang dan pembiayaan (transport dan akomodasi). Dengan cara demi­kian, diklat bisa dilaksanakan dengan ekonomis dan efisien dengan tetap mencapai sasaran yang ditetapkan. Bagi peserta, diklat yang fleksibel memungkinkan mereka untuk memenuhi jam pelajar an yang dipersyaratkan tanpa harus ter­lalu lama meninggalkan penugasan, terlalu lama mengantri karena keterbatasan kapasitas diklat dan menunggu ketersediaan anggaran.

Pola Pembelajaran 70­20­10Sistem dan tata kelola pembelajaran di BPK

Corpu merupakan mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan dengan Badiklat BPK sebagai penyelenggara. Mekanisme terse­but akan memastikan terpenuhinya diklat yang terstandardisasi, dengan kualitas yang terjaga, dapat memenuhi kepuasan peserta diklat, dan mencapai target kinerja organisasi.

Pembelajaran dalam BPK Corpu menerapkan model 70­20­10 yaitu 70% berupa pembelajar an dari pengalaman (experiential learning) dimana pegawai belajar dan berlatih sambil bekerja di tempat kerja (on the job training, job assign-ment); 20% pembelajaran sosial (social learning), yang melibatkan pembinaan, pendam pingan, dan pengembangan melalui orang lain (coa-ching, mentoring, consulting); dan 10% pem­belajaran formal (formal learning) atau diklat di kelas (in class learning). Model 70­20­10 yang

dikembangkan oleh Michael Lombardo dan Ro­bert Eichinger (1996) memungkinkan organisasi mengambil keuntungan dari setiap kesempatan belajar karena dapat menciptakan pegawai yang berkinerja tinggi.

Model 70­20­10 mempunyai keunggulan ka­rena sifatnya yang fleksibel dan sinergis. Fleksibel karena pembelajaran dilakukan dengan berbagai cara. Sinergi karena meski dilaksanakan dengan 3 model, namun antar model tersebut saling me­ningkatkan kompetensi. Selain itu, implementasi 70­20­10 dapat menyadarkan pegawai bahwa pengembangan kompetensi bisa dilakukan se­tiap saat, termasuk pada saat bekerja, bukan hanya pada saat diklat. Dengan demikian, model 70­20­10 dalam pelatihan dan pengembangan SDM, menjadi metode yang sangat strategis ba­gi peningkatan kompetensi pegawai BPK dalam rangka mencapai tujuan strategis BPK.

PenutupSejalan dengan implementasi BPK Corpu, pe­

mahaman seluruh pemangku kepentingan di BPK mengenai corpu akan terus berkembang. Demi­kian pula konsep dan implementasi BPK Corpu akan terus disempurnakan. Sebagai upaya untuk memastikan pengembangan BPK Corpu sesuai dengan konsep, prinsip, dan metoda corpu, maka Badiklat BPK juga menyusun Buku Grand Design BPK Corpu.

Buku ini menjadi pedoman dalam proses pe­ngembangan SDM di BPK dengan menggunakan pendekatan corpu. Grand Design BPK Corpu juga menjadi dokumen hidup yang terus berkem­bang dan terus diperbaiki. Yang jelas, layar kapal BPK Corpu telah terkembang untuk mengarungi lautan masa depan BPK yang makin gemilang. Semoga. l

Redaksi Majalah Warta Pemeriksa mengharapkan kontribusi dari rekan­rekan pembaca

untuk mengirimkan tulisan dengan tema pemeriksaan maupun keuangan negara/daerah.

Tulisan format doc minimal 7.000 karakter dapat dikirimkan melalui email

[email protected] dengan subjek ‘Rubrik Kolom’.

Cantumkan nama lengkap, instansi/unit kerja dan nomor yang bisa dihubungi. Bagi artikel terpilih untuk dimuat akan diberikan apresiasi berupa fee menulis

sebesar Rp750.000.

Page 56: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BERITA FOTO

56 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

1­2Penandatanganan Inisiatif Strategis (IS) PSMK dihadiri oleh Pimpinan BPK RI, 18 Maret 2021.

3­5Entry Meeting AKN 2 Pemeriksaan LKPP Tahun 2020 diha­diri oleh Pimpinan BPK, 31 Maret 2021.

6Kejurnas Menembak KASAU CUP 2021 dihadiri Anggota I/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Hendra Susanto, 28 Maret 2021.

7Anggota IV/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara Isma Yatun dalam Talkshow Online ‘Women Empowerment: A Challenge in New Millennium’ dalam peringatan Hari Karti­ni, 23 April 2021.

8KunjunganAnggota I/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Hendra Susanto di Balai Rehabilitasi BNN Sukabumi, 8 April 2021.

9­10Penyerahan LHP kepada MA oleh Anggota III/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Ach sanul Qosasi, 30 Maret 2021.

11Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Bah rullah Akbar menghadiri acara Goes to Campus di Univ. Musamus, Merauke, 8 April 2021

12­13Penyerahan LHP Kinerja Dan Dengan Tujuan Tertentu pada Kementerian PUPR oleh Ang gota IV/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Isma Yatun, 30 Maret 2021.

1

2

3

4

5

Page 57: SILVER WINNER BUMD MIGAS

BERITA FOTO

57WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

6

7

9

11 13

10

12

8

Page 58: SILVER WINNER BUMD MIGAS

INTERAKSI

58 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Jawaban TerpilihDalam Majalah Warta Pemeriksa

edisi Maret 2021, disebutkan bahwa BPK dalam melakukan pemeriksaan

laporan keuangan (LK) tahun anggaran 2020 melakukan sebuah pendekatan.

Pendekatan apa yang dimaksud?

Pada majalah Warta Pemeriksa edisi Februari 2021, disebutkan bahwa BPK raih penghargaan infografis

terbaik dari INTOSAI WGEA. Apakah judul infografis tersebut?

The Audit on Management and Pollution Control of Citarum

Watershed

Pertanyaan edisi sebelumnya:

PEMENANG

Jawaban:

Redaksi menunggu jawaban paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah edisi ini terbit. Jawaban dapat dikirim melalui

email [email protected] dengan subjek ‘Kuis’. Cantumkan nama lengkap, instansi/satuan kerja,

dan nomor yang bisa dihubungi.

Redaksi menyiapkan hadiah menarik bagi satu orang penjawab tercepat dan tepat. Keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat.

Kuis

Nama: Rimmaniar Pakpahan

Instansi/Satuan Kerja: BPK Pwk Jabar

Page 59: SILVER WINNER BUMD MIGAS

59WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021

Page 60: SILVER WINNER BUMD MIGAS

Semakin mudah mengaksesinformasi melalui...

BPK RI Official

@bpkriofficial

08111907010

www.bpk.go.id

@bpkri

Badan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia

BPK menyediakan saluran komunikasi sebagai komitmen mendukung akuntabilitas dan

keterbukaan informasi untuk menjalin komunikasi dengan para pemangku

kepentingan.