C HARACTER OF THE WINNER Imam Robandi, Professor Dr.Eng Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah
SILVER WINNER BUMD MIGAS
Transcript of SILVER WINNER BUMD MIGAS
Pemeriksaan IMO Masuki Tahap Akhir
Memastikan Subsidi Listrik Tepat Jumlah dan Tepat Sasaran
Memasuki Era Disrupsidengan BPK Corpu
4 26 48
EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGASSILVER WINNER
PRIA AWARD 2021
DARI REDAKSI
2 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
TIM EDITORIAL
PengarahAgung Firman SampurnaAgus Joko PramonoBahrullah AkbarBahtiar Arif
Penanggung Jawab Selvia Vivi Devianti
Ketua Tim RedaksiDian Rosdiana
Kepala SekretariatTrisari Istiati
SekretariatBestantia IndraswatiKlara RansinginRidha SukmaSigit RaisFrenny Artiningrum SApriyanaSudarman
Alamat SekretariatGedung BPK-RIJalan Gatot Subroto no 31JakartaTelepon: 021-25549000Pesawat 1188/1187Email: [email protected]
Diterbitkan olehSekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Energi menjadi isu yang selalu hangat untuk dibicarakan. Banyak sekali masalah yang terkait dengan energi di Indonesia. Mulai dari yang terkait dengan sumber energi, penggunaan, subsidi, hingga upaya untuk mencari energi alternatif untuk mengganti bahan bakar fosil yang akan segera habis.
Karenanya, energi menjadi topik utama yang redaksi angkat dalam edisi April 2021 ini. Fokus pembahasan kali ini terkait dengan subsidi energi listrik dan mengenai tata kelola BUMD di sektor migas.
Di rubrik Sorotan, redaksi mengulas mengenai subsidi yang diberikan untuk meringankan beban mereka yang kurang mampu dalam membayar tagihan listrik. Setiap tahun, pemerintah menggelontorkan anggaran hingga puluhan triliun rupiah untuk subsidi listrik. Karenanya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pemeriksa negara, terus mengawal agar anggaran subsidi direalisasikan secara tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat waktu.
Pemeriksaan subsidi listrik sangat penting dilakukan mengingat dari sisi nilai, jumlah anggarannya cukup besar. Dalam APBN 2020, misalnya, belanja subsidi listrik sebesar Rp54,8 triliun atau 2,15 persen dari total anggaran belanja Rp2.540,4 triliun. Nilai anggaran ini relatif tidak berbeda jauh dalam lima tahun terakhir.
Di rubrik ini, redaksi juga mengulas mengenai temuan pemeriksaan BPK yang terkait dengan subsidi listrik. Temuan itu antara lain meliputi ketidakpatuhan entitas yang diperiksa terkait pendapatan, volume energi, dan biaya. Rekomendasi ini yang mendorong perbaikan PT PLN (Persero) dalam melakukan usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi, serta penjualan tenaga listrik.
Selain subsidi listrik, redaksi juga menyiapkan laporan mengenai upaya BPK Perwakilan Jawa Tengah dalam mengawal dan memeriksa perusahaan daerah di bidang migas. Pada semester II 2020, telah dilakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) terhadap BUMD migas yang bernilai signifikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap PT Sarana Patra Hulu Cepu (PT SPHC) dan PT Blora Patragas Hulu (BPH). Tujuan utama pemeriksaan ini adalah menilai kepatuhan terhadap ketentuanketentuan terkait dengan pengelolaan participating interest (PI) dan terkait pe ngelolaan operasional perusahaan.
Simak juga upaya BPK yang akan menyusun sustainability report untuk pertama kalinya. Penerbitan laporan ini muncul dengan kesadaran bahwa indikator ekonomi tidak bisa menjadi satusatunya ukuran kemajuan suatu bangsa. Bahwa dalam melakukan kegiatan, sebuah entitas juga harus memikirkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Yang menarik adalah BPK berpeluang menjadi SAI pertama yang mengeluarkan sustainability report. Ini sebagai upaya konkret untuk menjadi contoh bagi organisasi lain dalam pencapaian target SDGs.
Redaksi juga menyiapkan laporanlaporan lain yang tak kalah menarik. Seperti wawancara dengan Kepala Perwakilan Kalimantan Tengah, Ade Iwan Rusmana mengenai kemajuan BPK Perwakilan Kalimantan Tengah. Kemudian wawancara dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengenai upaya pemprov untuk menjaga kualitas laporan keuangan. Selamat menikmati. l
Pemeriksa BPK dilarang meminta/menerima uang/barang/fasilitas lainnya daripihak yang terkait dengan pemeriksaan. (Sumber: Peraturan BPK 4/2018 tentang Kode Etik BPK)
DAFTAR ISI
3WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
4 MEMASTIKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT JUMLAH DAN TEPAT SASARAN
10 BPK LEBIH SIAP
13 PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGAS
15 BPK BERI REKOMENDASI PERBAIKAN TATA KELOLA BANK SUMUT
17 TUJUH ENTITAS JADI PERHATIAN
19 IHPS TAK SEKADAR RANGKUMAN PEMERIKSAAN
21 MENYUSUN SUSTAINABILITY REPORT PERDANA
26 PEMERIKSAAN IMO MASUKI TAHAP AKHIR
27 KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN BANGKA BELITUNG, IDA FARIDA MENGEJAR ZONA INTEGRITAS
30 MENTERI KEUANGAN, SRI MULYANI INDRAWATI AKUNTABILITAS HARUS TETAP TERJAGA
34 GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, ISRAN NOOR TINDAK LANJUT REKOMENDASI BPK JADI KUNCI
37 KOMPETENSI SDM JADI MODAL UTAMA
39 PEGAWAI PEREMPUAN PUNYA PERAN PENTING DI BPK
41 BERKREASI DENGAN ACTION FIGURE
44 BPK DORONG PEMERINTAH PERBAIKI PELAKSANAAN PROGRAM JKN
46 KETUA BPK INGATKAN TINDAK LANJUT SOAL DANA OTSUS PAPUA
48 MEMASUKI ERA DISRUPSI DENGAN BPK CORPU
50 AKN V GELAR WORKSHOP LFAR
52 BPK CORPORATE UNIVERSITY MODEL PEMBELAJARAN STRATEGIS
56 BERITA FOTO
24 MENDORONG KREDIBILITAS ANGGARAN MELALUI AUDIT
Pengukuran kinerja anggaran tidak dapat dilaksanakan hanya berdasarkan akurasi dan ketepatan target pendapatan dan belanja. Pengukuran kinerja juga mencakup indikator yang lebih luas, termasuk perencanaan kegiatan entitas.
SOROTAN
4 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Pemerintah setiap tahun menggelontorkan anggaran hingga puluhan triliun rupiah untuk subsidi listrik. Subsidi diberikan guna meringankan beban masyarakat yang kurang mampu dalam membayar
tagihan listrik. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pemeriksa negara, terus mengawal agar anggaran subsidi direalisasikan secara tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat waktu.
Plt Auditor Utama Keuangan Negara VII R. Aryo Seto Bomantari mengatakan, pemeriksaan subsidi listrik sangat penting dilakukan. Dari sisi nilai, jumlah anggaran subsidi listrik cukup besar. Dalam APBN 2020, misalnya, belanja
subsidi listrik sebesar Rp54,8 triliun atau 2,15 persen dari total anggaran belanja Rp2.540,4 triliun. Nilai anggaran ini relatif tidak berbeda jauh dalam lima tahun terakhir.
“Belanja subsidi energi, salah satunya belanja subsidi listrik, memiliki porsi terbesar dalam total belanja subsidi,” kata Aryo kepada Warta Pemeriksa, akhir Maret.
Aryo mengatakan, PT PLN (Persero) melaporkan bahwa realisasi pendapatan dari subsidi listrik tahun 2019 sebesar Rp51,7 triliun atau 15,8 persen dari total penjualan tenaga listrik Rp328 triliun. Dana kompensasi tahun 2019 yang diterima PLN dari pemerintah juga cukup signifikan, yaitu mencapai Rp22,2 triliun. Secara nilai, kata dia, pemeriksaan subsidi listrik tentu
MEMASTIKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT JUMLAH DAN TEPAT SASARANSebagian besar temuan pemeriksaan BPK berkaitan dengan ketidakpatuhan pengelolaan yang berakibat pada ketidakakuratan volume energi dan nilai biaya sebagai komponen utama yang menentukan nilai subsidi listrik.
SOROTAN
4 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021pok rie-pexels
SOROTAN
5WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
penting bagi pemerintah maupun bagi PLN.“Bagi masyarakat Indonesia, yang saat ini
sebagai besar merupakan pengguna layanan listrik PT PLN (Persero), keberadaan subsidi listrik tentu mempengaruhi nilai pengeluaran mereka untuk memperoleh tenaga listrik,” katanya.
Selain itu, nilai subsidi listrik yang mencapai 15,8 persen dari penerimaan PT (PLN) Persero tentu akan mempengaruhi kemampuan PLN (Persero) dalam menghasilkan tenaga listrik yang cukup dan berkualitas. Kesinambungan penyediaan tenaga listrik tentu juga bergantung dari pembayaran subsidi listrik dari pemerintah.
Aryo menjelaskan, pemeriksaan subsidi listrik yang dilaksanakan AKN VII merupakan pemeriksaan kepatuhan yang dlakukan untuk mendukung pemeriksaan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Karena pemeriksaan ini merupakan dukungan atas pemeriksaan LKBUN dan LKPP, pemeriksaan terinci dilaksanakan pada semester I dan pemeriksaan pendahuluan atau pemeriksaan tahap pertama dilaksanakan pada semester Il tahun sebelumnya.
Pemeriksaan tersebut secara umum bertujuan menilai kesesuaian perhitungan subsidi listrik terhadap peraturan perundanganundangan
yang berlaku. Penilaian ini akan menghasilkan nilai subsidi yang seharusnya dibayarkan pemerintah kepada badan usaha, dalam hal ini PLN. Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan untuk menilai kepatuhan PLN terhadap Peraturan Pemerintahan Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, mulai dari usaha pembangkitan sampai dengan usaha penjualan tenaga listrik.
Untuk itu, pemeriksa juga mengevaluasi pengendalian intern dan pelaksanaan good cor-porate governance di PT PLN.
Dalam menguji kesesuaian perhitungan subsidi listrik, BPK melakukan reviu dan koreksi atas komponen neraca energi, biaya, dan penjualan PLN. Salah satu kriteria yang digunakan untuk melakukan koreksi adalah Peraturan Menteri Keuangan tentang tata cara penyediaan, penghitungan, pembayaran, dan pertanggungjawaban subsidi listrik. Hal ini untuk memastikan kewajaran nilai subsidi listrik yang dibayarkan pemerintah kepada PLN.
Ia menambahkan, nilai subsidi listrik merupakan selisih antara biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik dengan penjualan (tarif) tenaga listrik pada PT PLN. Untuk itu, sasaran pemeriksaan meliputi halhal yang membentuk nilai BPP dan nilai penjualan PT PLN.
SOROTAN
5WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
SOROTAN
6 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Dalam menguji BPP, BPK memastikan pengeluaran PLN yang dapat diperhitungkan dan yang tidak dapat diperhitungkan sebagai BPP. BPK juga memastikan jumlah tenaga listrik yang diproduksi dan dicatat dalam neraca energi untuk menghitung BPP per satuan tenaga listrik (kWh).
Dalam menguji penjualan, BPK memastikan volume dan nilai rupiah tenaga listrik yang disalurkan kepada pelanggan. Hasil pengujian ini akan menghasilkan nilai wajar BPP maupun penjualan, yang mungkin saja nilainya sama dengan asersi PT PLN (Persero) ataukah berbeda dan memerlukan koreksi.
BPK lebih lanjut akan menentukan nilai subsidi listrik yang dapat dibayarkan pemerintah berdasarkan nilai BPP dan nilai penjualan yang telah diaudit. Sesuai ketentuan, subsidi listrik dibayarkan pemerintah secara bertahap sepanjang tahun berkenaan sesuai dengan asersi dan permintaan PLN. “Hasil pemeriksaan BPK akan dijadikan dasar untuk menetapkan nilai final subsidi listrik dan mengakui utang/piutang sebagai selisih lebih/kurang subsidi listrik yang dibayarkan pemerintah,” ujar dia.
BPP dan penjualan yang menjadi dasar penghitungan nilai subsidi listrik hanyalah yang dialokasikan PLN pada pelanggan golongan tarif subsidi. Secara berkala sesuai ketentuan untuk golongan tarif nonsubsidi, PLN dapat mengajukan penyesuaian tarif yang lama kepada Pemerintah untuk ditetapkan menjadi tarif yang baru. Jika penyesuaian tarif tidak disetujui dan terdapat selisih penjualan antara tarif yang ditetapkan dengan tarif yang seharusnya, maka pemerintah dapat membayarkan dana kompensasi kepada PT PLN (Persero) sebesar selisih nilai penjualan tersebut. Sesuai ketentuan, dalam penugasan pemeriksaan subsidi listrik BPK juga melakukan pengujian terhadap perhitungan penyesuaian tarif nonsubsidi yang dilakukan oleh PLN dan nilai dana kompensasi yang dapat dibayarkan oleh pemerintah.
Secara umum, kata Aryo, BPK melalui pemeriksaan yang dilakukan ingin memastikan bahwa subsidi listrik telah direalisasikan secara tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat waktu. “Pada akhirnya, sebagaimana realisasi belanja pada umumnya, BPK ingin memastikan bahwa realisasi belanja subsidi listrik dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui penyediaan tenaga listrik yang terjangkau, berkualitas, dan berkesinambungan,” ujar Aryo.
Temuan BPKBerdasarkan tujuan dan sasaran peme
riksaan, temuan pemeriksaan BPK meliputi ketidakpatuhan entitas yang diperiksa terkait pendapatan, volume energi, dan biaya. Ketidakpatuhan ini dituangkan dalam bentuk koreksi perhitungan dan nilai subsidi yang seharusnya dibayarkan serta dalam bentuk temuan pemeriksaan yang memuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. Rekomendasi ini mendorong perbaikan PT PLN (Persero) dalam melakukan usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi, serta penjualan tenaga listrik.
Aryo menjelaskan, sebagian besar temuan pemeriksaan BPK berkaitan dengan ketidakpatuhan pengelolaan yang berakibat pada ketidakakuratan volume energi dan nilai biaya sebagai komponen utama yang menentukan nilai subsidi listrik. Dengan kompleksnya organisasi badan usaha maupun proses bisnis dalam penyediaan dan penyaluran listrik serta luasnya cakupan wilayah pelayanan tenaga listrik, PT PLN (Persero) memerlukan manajemen risiko dan pengendalian intern yang handal untuk memastikan pelaksanaan good corporate go-vernance di setiap lini dan memitigasi ketidakpatuhan tersebut.
Selain berupa koreksi atas perhitungan subsidi yang ditagihkan oleh BUMN operator, hasil pemeriksaan subsidi listrik juga mengungkapkan permasalahan dalam implementasi kebijakan strategis pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan produksi, penyediaan dan penyaluran subsidi listrik. Dalam kebijakan penetapan tarif listrik, misalnya, BPK juga memberikan perhatian pada formula yang digunakan dalam perhitunga penyesuaian tarif listrik, terutama untuk golongan tarif nonsubsidi. “Hal ini untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia memperoleh energi dengan kualitas baik dan harga terjangkau, dan di sisi lain badan usaha tetap dapat menjaga kinerja keuangannya,” kata Aryo.
Rekomendasi yang dihasilkan BPK melalui pemeriksaan subsidi listrik ada yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang (sistemik). Secara umum, kata Aryo, PT PLN (Persero) telah menindaklanjuti rekomendasi BPK terkait pemeriksaan subsidi listrik selama ini. Namun demikian, masih ada tindak lanjut yang belum sesuai rekomendasi karena memerlukan waktu dan keterlibatan pihak eksternal PT PLN (Persero). l
SOROTAN
7WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Mengawal BUMN dan BUMD
Selain melakukan pemeriksaan laporan keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki mandat untuk melakukan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT). Setiap tahun, pemeriksaan kinerja dan PDTT pun dilakukan terhadap perusahaan badan usaha milik daerah
(BUMD) serta badan usaha milik daerah (BUMD).Berdasarkan UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 ten
tang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas. BPK melaksanakan pemeriksaan kinerja untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan yang ada pada pengeloalan kegiatan entitas yang diperiksa. Selanjutnya, BPK dapat memberikan rekomendasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja entitas.
Sedangkan PDTT merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Sesuai dengan tujuan pemerik
saannya, hasil PDTT disajikan dalam dua kategori, yaitu sistem pengendalian intern (SPI) dan kepatuhan terhadap peraturan perundanganundangan.
Plt Auditor Utama Keuangan Negara VII BPK R. Aryo Seto Bomantari mengatakan, AKN VII sepanjang 2020 telah melakukan pemeriksaan terhadap 41 BUMN. “Pemeriksaan itu terdiri atas pemeriksaan kinerja terhadap empat BUMN dan pemeriksaan kepatuhan terhadap 37 BUMN,” kata Aryo kepada Warta Pemeriksa, Maret 2021.
Sementara, Auditor Utama Keuangan Negara V BPK Akhsanul Khaq menyampaikan, AKN V pada 2020 melakukan pemeriksan kinerja BUMD migas sebanyak 9 entitas, pemeriksaan kinerja bank pembangunan daerah (BPD) sebanyak 8 entitas, dan kepatuhan 1 entitas. Adapun khusus pemeriksaan BUMD DKI Jakarta, pemeriksaan dilakukan terhadap 5 entitas, yaitu PT Food Station Tjipinang Jaya, PT JIEP, PD Pasar Jaya, PT Transportasi Jakarta, dan PT Jakarta Propertindo. “Ke depan
kita mencoba mengidentifikasi seluruh BUMD yang ada di wilayah AKN V,” kata Akhsanul. l
PEMERIKSAAN BUMN 2020
Perum BulogPerum PerhutaniPT Angkasa Pura IPT Angkasa Pura IIPT Bank Mandiri (Persero)PT Bank Negara Indonesia (Persero)PT Bank Rakyat IndonesiaPT Bank Tabungan NegaraPT Biofarma (Persero)PT Bukit AsamPT Hutama KaryaPT Indofarma (Persero)PT Inhutani II dan III
PT Jamkrindo (Persero)PT Jasa MargaPT Kawasan Berikat NusanataraPT Kereta Api IndonesiaPT Kimia Farma (Persero)PT KPBNPT Pegadaian (Persero)PT Pelabuhan Indonesia IIPT Pelayaran Nasional IndonesiaPT Perkebunan Nusantara XIVPT PertaminaPT Pertamina Hulu EnergiPT Pertamina Patra Niaga
PT Petrokimia GresikPT PLNPT PLN BatubaraPT PNM (Persero)PT Pupuk Iskandar MudaPT Pupuk KaltimPT Pupuk KujangPT Pupuk Sriwijaya PalembangPT Riset Perkebunan NusantaraPT Taspen (Persero)PT Telekomunikasi Indonesia
PDTT
l PT Askrindo (Persero) l PT Patra Jasa l PT Reasuransi Indonesia Utama l SKK Migas
Pemeriksaan Kinerja
SOROTAN
8 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Objek pemeriksaan:l Efektivitas peningkatan kinerja PT Perkebunan Nusantara Grupl Efektivitas pelaksanaan fungsi pengendalian pengelolaan keuangan dan aset.
Jumlah temuan : 33Permasalahan ketidakefektifan : 32Permasalahan kerugian : 1 permasalahan senilai 16,8 miliar
Sejumlah hasil pemeriksaan PTPN Grup1. Kesimpulan pemeriksaan: PTPN III (Persero) Holding
tidak efektif dalam meningkatkan kinerja PTPN Grup tahun 2015semester I tahun 2019.
2. Sejumlah temuan BPK:l Kinerja Keuangan PTPN Grup belum mengalami
perbaikan setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan.l Kinerja Keuangan PTPN Grup belum mengalami
perbaikan setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan.l Kinerja pabrik kelapa sawit dan karet pada bebera
pa PTPN belum sesuai dengan norma standar PTPN III (Persero) dan komitmen bersama PTPN Grup.
Hasil pemeriksaan efektivitas PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI)1. Kesimpulan pemeriksaan: PT RNI Holding kurang
efektif dalam melakukan fungsi pengendalian pengelolaan keuangan dan aset.
2. Sejumlah temuan BPKl Divisi Pengendalian Usaha Non Agro PT RNI Holding belum melakukan monitoring dan evaluasi
piutang dan persediaan pada anak perusahaan secara optimal.
l Fungsi pengendalian PT RNI Holding dalam pemberian pinjaman kepada anak perusahaan belum memadai.
HASIL PEMERIKSAAN KINERJA (IHPS I 2020)
SOROTAN
9WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Pemeriksaan BUMD DKI Tahun 2020PEMERIKSAAN KINERJA
PEMERIKSAAN KEPATUHAN
Jumlah temuan Jumlah rekomendasi
Nilai temuan: Rp1.687.770.000 Nilai rekomendasi: Rp809.086.242
1121
1852
Nilai temuan: Rp4.024.380.000 Nilai rekomendasi: Rp4.024.396.937
13
22
Nilai temuan: Rp19.279.540.000 Nilai rekomendasi: Rp19.127.828.398
19
40
Nilai temuan: Rp63.740.097 Nilai rekomendasi: Rp63.740.097
24
Nilai temuan: Rp415.922.800.000 Nilai rekomendasi: Rp415.922.806.462
48
Nilai temuan: Rp341.923.270.0004
5
Sumber: AKN V
Jumlah entitas: 9 entitasEntitas yang diperiksa:l PT Petrogas Jatim Utama (PJU) Provinsi Jatiml PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) Kabupaten Bojonegorol PT Wirausaha Usaha Sumekar (WUS) Kabupaten Sumenepl PT Geliat Sampang Mandiri (GSM) Kabupaten Sampangl PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC) Provinsi Jatengl PT Blora Patragas Hulu (BPH) Kabupaten Bloral PT Sumsel Energi Gemilang (SEG) Provinsi Sumsell PT Bumi Siak Pusako (BSP) Provinsi Riaul PT Pembangunan Aceh (PEMA) Provinsi Aceh
1. Pemeriksaan kinerja BUMD Migas
4. Pemeriksaan BUMD di DKI Jakarta
l PT Bank Sumutl PT Bank Nagaril PT Bank Riau Kepril PT Bank Bengkulu
l PT Bank Jambil PT Bank Jatengl PT Bank Sumsel Babell PT Bank DKI
Entitas yang diperiksa: BPD Bank Jabar Banten
Jumlah entitas: 8 entitasEntitas yang diperiksa:
2. Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Pengelolaan Bank pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) tahun buku 2018-kuartal III 2020
3. Pemeriksaan kepatuhan
Jumlah entitas yang diperiksa: 5Entitas yang diperiksa:l PT Food Station Tjipinang Jayal PT JIEPl PD Pasar Jayal PT Transportasi Jakartal PT Jakarta Propertindo
PEMERIKSAAN BUMD 2020
SOROTAN
10 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Indonesia telah memasuki tahun kedua sejak kasus pertama Covid19 ditemukan dan diumumkan pada Maret 2020. Meskipun masih dalam status pandemi, namun masyarakat
sudah mulai lebih terbiasa dengan pola kehidupan new normal yang tetap mengedepankan protokol kesehatan. Berbeda dengan tahun lalu ketika awal pandemi ditetapkan.
Hal yang sama juga berlaku di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang tetap melakukan pemeriksaan pada masa pandemi. “Pada tahap perencanaan pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN tahun 2020 ini, kita relatif sudah lebih siap dengan risikorisiko yang dapat mempengaruhi proses pemeriksaan kita. Baik risiko yang berasal dari internal maupun eksternal BPK,” ujar Auditor Utama Keuangan Negara II (Tortama KN II) BPK, Laode Nusriadi, beberapa waktu lalu.
BPK, kata dia, saat ini sedang melakukan pemeriksaan serentak atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Bendahara
Umum Negara (LKBUN) Tahun 2020. Secara umum, pelaksanaannya relatif sama dengan pemeriksaan tahun sebelumnya yang sudah berada dalam kondisi pandemi.
Hanya saja ada sedikit perbedaan. Laode menjelaskan, perbedaan khususnya pada tahap perencanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN Tahun 2019 dilakukan saat masih dalam kondisi normal. “Pada tahapan itu kita sama sekali belum mengetahui akan terjadi pandemi Covid19. Sehingga kita belum mengantisipasi risikorisiko yang akan mempengaruhi tahap pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan,” tambah dia.
Pada tahun ini, BPK pun disebut lebih siap dalam melakukan pemeriksaan pada masa pandemi, apalagi tahun ini BPK mengembangkan big data analytics dalam pemeriksaan laporan keuangan. Penilaian risiko yang BPK laksanakan pada tahap perencanaan pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN Tahun 2020 sudah mempertimbangkan risiko yang terkait de ngan pandemi Covid19. Khusus
nya risiko yang terkait dengan Program Penanganan Covid19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang merupakan bentuk respons pemerintah terhadap pandemi.
Dia menambahkan, perbedaan signifikan terlihat pada saat awal terjadinya pandemi Covid19 pada 2020. Kebijakan pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan BPK harus ikut menerapkan pola kerja dari rumah (work from home).
Dampaknya, kata dia, BPK tidak dapat melaksanakan beberapa prosedur pemeriksaan standar yang biasa dilakukan. Misalnya melakukan pemeriksaan fisik secara langsung ke lokasi pelaksanaan suatu pekerjaan. Selain itu, juga terjadi kendala komunikasi antara tim pemeriksa dan auditee lantaran tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara fisik.
Memasuki tahun kedua masa pandemi, Laode pun menegaskan bahwa BPK tetap menekankan proses quality control (QC) dan quality assurance (QA) untuk menjaga kualitas hasil pemeriksaan.
“Pandemi ini menuntut peningkatan QC dan QA. Khususnya untuk meyakini bahwa prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan oleh tim pemeriksa telah cukup memadai untuk memberikan opini yang tepat atas laporan keuangan yang kita periksa,” papar dia.
Laode meyakinkan bahwa proses QA dan QC BPK selama pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN sudah berjalan cukup baik. Ini karena sejak pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN tahun 2019, BPK sudah melibatkan pihak Inspektorat Utama (Itama) untuk melakukan hot review
BPK LEBIH SIAPPandemi Covid-19 justru menuntut BPK untuk lebih inovatif dalam mengembangkan prosedur pemeriksaan alternatif.
n Laode Nusriadi
SOROTAN
11WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
di setiap tahapan pemeriksaan. Bahkan, lanjut dia, untuk pe
meriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN tahun 2020, sudah dibentuk Tim Penjaminan Mutu Pemeriksaan dalam struktur Pokja Pemeriksaan LKPP yang melibatkan personil dari Itama dan Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama Revbang).
Pelaksanaaan QA dan QC dalam pemeriksaan LKPP, LKKL, dan LKBUN juga telah dilaksanakan melalui aplikasi pendukung peme
riksaan, yaitu aplikasi SiAP LK dan modul konsolidasi. Supervisi secara online dan offline juga telah dilakukan oleh seluruh tim pemeriksa.
“Menurut saya, QA dan QC yang telah berjalan cukup baik ini tentunya perlu dikomunikasikan kepada publik sehingga tahu bahwa pada masa pandemi ini BPK tetap berupaya menjaga kualitas hasil pemeriksaannya,” tambah dia.
Lebih inovatifLaode menjelaskan, pandemi
Covid19 justru menuntut BPK untuk lebih inovatif dalam mengembangkan prosedur pemeriksaan alternatif. Misalnya melakukan prosedur pemeriksaan fisik hasil pekerjaan dan prosedur konfirmasi/permintaan keterangan dengan memanfaatkan bantuan teknologi informasi.
Mulai dari video call, Zoom Meeting, Geographical Information System (GIS), dan media komunikasi lainnya. Jika ternyata harus untuk datang ke lokasi au-ditee atau lokasi pelaksanaan satu pekerjaan, maka tim pemeriksa harus benarbenar memperhatikan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
“Sebagai panduan bagi seluruh tim pemeriksa, pada pertengah an 2020, Ditama Revbang juga telah menerbitkan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Keuangan pada Masa Darurat. Di situ dijelaskan berbabagi macam prosedur alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pemeriksaan pada masa pandemi Covid19,” tambah Laode.
Meskipun begitu, dia menegaskan, prosedur pemeriksaan tidak memengaruhi penentuan materialitas dalam pemeriksaan LK. Sebaliknya, penentuan materalitas yang akan berdampak pada prosedur pemeriksaan yang harus dilaksanakan oleh tim pemeriksa.
Penentuan materalitas tersebut sangat dipengaruhi hasil penilaian tim pemeriksa atas risiko penyajian laporan keuangan. Penentuan materialitas tersebut, selanjutnya akan mempengaruhi strategi pemeriksaan atas akunakun laporan keuangan yang akan diperiksa. Antara lain terkait ukuran sampel dan prosedur pemeriksaannya.
Contohnya, sebut Laode, jika menetapkan risiko salah saji akun kas “Tinggi” dan nilai materialitas level akun “Rendah”, maka tim pemeriksa harus mengambil sampel yang besar dan prosedur pengujian yang mendalam terhadap akun kas.
“Yang menjadi tantangan masa pandemi ini adalah bagaimana tim pemeriksa merancang prosedur pemeriksaan alternatif untuk meng uji akun kas tersebut. Misalnya dengan melakukan cash opname dengan memanfaatkan bantuan teknologi informasi,” papar dia. l
Pandemi Covid19 tidak membuat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menurunkan kualitas pemeriksaan. Melihat data yang ada, kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dari tahun ke tahun terus meningkat.
Tortama KN II BPK Laode Nusriadi menjelaskan, sejak BPK pertama kali memberikan opini atas LKPP pada 2005, yaitu atas LKPP tahun 2004, kualitas LKPP terus meningkat. Untuk LKPP tahun 2004 sampai dengan LKPP tahun 2008, BPK memberikan opini tidak memberikan pendapat (TMP).
Opini LKPP mengalami peningkatan sejak LKPP tahun 2009 yang memperoleh opini wajar dengan pengecualian (WDP). Opini WDP ini diberikan BPK sampai dengan LKPP tahun 2015. Selanjutnya sejak LKPP tahun 2016 sampai dengan LKPP tahun 2019, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP).
Peningkatan opini LKPP ini tidak terlepas dari kualitas LKKL dan LKBUN. Jumlah LKKL dan LKBUN terus meningkat, setidaknya dalam lima tahun terakhir. Pada pemeriksaan LKPP tahun 2015, jumlah LKKL dan LKBUN yang memperoleh opini WTP hanya 56 LKKL/LKBUN. Angka itu meningkat menjadi 74 pada pemeriksaan LKPP tahun 2016, 80 di pemeriksaan LKPP tahun 2017, 82 di pemeriksaan LKPP tahun 2018, dan 85 di pemeriksaan LKPP tahun 2019.
“Untuk LKPP Tahun 2019, meskipun masih ada LKKL yang tidak memperoleh opini WTP tetapi dampaknya terhadap LKPP tidak material, sehingga tidak mempengaruhi kualitas LKPP secara keseluruhan,” papar dia. l
Kualitas LKPP Terus Meningkat
INTERNASIONAL
12 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
BPK BEKERJA
13WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Provinsi Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu daerah penghasil minyak dan gas (migas) di Indonesia. Se
jumlah badan usaha milik daerah (BUMD) pun telah dibentuk untuk ikut terlibat dalam pengelolaan wilayah kerja migas.
Melihat pentingnya peran BUMD migas terhadap perekonomian daerah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui BPK Perwakilan turut mengawal dan memeriksa perusahaan daerah di bidang migas. Pemeriksaan itu salah satunya dilakukan BPK Perwakilan Jawa Tengah (Jateng).
PERBAIKI TATA KELOLA BUMD MIGASHal utama yang mesti dilakukan adalah menaati peraturan perundang-undangan, mulai dari peraturan terkait pengelolaan BUMD dan terkait participating interest.
kotkoa-freepik
BPK BEKERJA
14 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Kepala Perwakilan BPK Jateng Ayub Amali mengatakan, pihaknya pada semester II 2020 melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) terhadap BUMD migas yang selama ini kurang menjadi perhatian.
Pemeriksaan dilakukan terhadap PT Sarana Patra Hulu Cepu (PT SPHC) dan PT Blora Patragas Hulu (BPH). Tujuan utama pemeriksaan ini adalah menilai kepatuhan terhadap ketentuanketentuan terkait de ngan pengeloalaan participacing interest (PI) dan terkait pengelolaan operasional perusahaan.
“Pemeriksaan ini diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan operasional dari BUMDBUMD sehingga dapat bermanfaat bagi daerah, paling tidak untuk penerimaan daerah, khususnya di Jateng dan Kabupaten Blora. Hasil pemeriksaan sudah disampaikan kepada DPRD Provinsi Jateng dan Kabupaten Blora pada awal Januari 2021,” kata Ayub kepada Warta Pemeriksa, akhir April.
Sebagai informasi, PT SPHC merupakan BUMD yang ikut berperan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di Blok Cepu melalui PI 10 persen bersama mitra Blok Cepu yang terdiri atas ExxonMobil Cepu Ltd. (45%), Pertamina EP Cepu (45%), PT. Asri Dharma Sejahtera, Kab. Bojonegoro (4,48%), PT. Petrogas Jatim Utama Cendana, Provinsi Jawa Timur (2,24%), dan PT. Blora Patragas Hulu, Kab. Blora (2,18%).
Ayub menyampaikan, ada sejumlah permasalahan yang ditemukan BPK dalam pemeriksaan BUMD migas. Beberapa di antaranya adalah mengenai perekrutan sumber daya manusia (SDM), pengelolaan dana di perusahaan, kegiatan investasi, kerja sama dengan mitra investasi, dan beberapa hal lainnya yang dinilai masih belum sesuai ketentuan.
“Hal utama untuk perbaikan adalah meningkatkan kualitas SDM sejak dari fase perekrutan. Lalu, membentuk ketentuanketentuan yang mengatur pengelolaan keuangan yang lebih baik, lebih detail, sehing ga seluruh kebijakan ada ketentuanketentuannya sebagai panduan dalam menjalankan operasional.”
Ayub berharap pemeriksaan yang dilakukan
BPK dapat mendorong perbaikan tata kelola BUMD migas. Sehingga, BUMD migas dapat berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya pemeriksaan ini, Ayub juga berharap pemerintah daerah menjadi lebih terbuka, lebih perhatian, dan bisa membimbing BUMD untuk meningkatkan kinerjanya.
“Dengan begitu, laporan kami bermanfaat. Jangan karena BUMD kecil, tapi tidak diperhatikan. Padahal mereka berpotensi menjadi sumber penerimaan daerah. Seperti kita ketahui, penerimaan dari participating interest cukup besar, sehingga penerimaan itu bisa menjadi dividen bagi daerah. Intinya, harus dikelola dengan lebih baik lagi.” l
Hal utama untuk perbaikan adalah meningkatkan kualitas SDM sejak dari fase perekrutan. Lalu, membentuk ketentuanketentuan yang mengatur pengelolaan keuangan yang lebih baik, lebih detail, sehingga seluruh kebijakan ada ketentuanketentuannya sebagai panduan dalam menjalankan operasional.
n Ayub Amali
BPK BEKERJA
15WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan pemeriksaan kinerja atas Efektivitas Pengelolaan Bank pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Utara (PT Bank Sumut) untuk Tahun
Buku 2018 hingga Kuartal III Tahun 2020. Sejak 2005, telah dilakukan delapan kali pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) dan satu pemeriksaan kinerja terhadap entitas yang dilaksanakan dengan mengukur lima sasaran strategis. Hal itu yakni pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK), penyaluran kredit, penempatan dana, penguatan permodalan, dan pelayanan pengelolaan keuangan daerah.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan, PT Bank Sumut belum sepenuhnya melakukan upaya yang memadai dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan bank terkait perkreditan/pembiayaan, penempatan dana, dan penguatan per
modalan,” ujar Kepala BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara Eydu Oktain Panjaitan kepada Warta Pemeriksa, Senin (26/4).
Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut karena BPD merupakan bank milik pemerintah daerah yang dana pihak ketiga (DPK) kelolaannya didominasi oleh low-cost deposit. Dengan demikian, jika dibandingkan bank lainnya, BPD seharusnya lebih unggul dalam penetapan pri-cing tingkat suku bunga kredit. Ini karena BPD memiliki keleluasaan secara strategi perbankan dibandingkan bank pesaing lainnya.
Kemudian, kecenderungan proporsi kredit yang disalurkan oleh BPD masih lebih besar untuk kredit sektor konsumtif daripada untuk sektor riil yang lebih produktif. Padahal, kelahiran BPD bertujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah.
BPK BERI REKOMENDASI PERBAIKAN TATA KELOLA BANK SUMUTBank Sumut telah menunjukkan itikad baik dengan menjalankan rekomendasi BPK.
banksumut.co.id
BPK BEKERJA
16 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Selain itu, dampak pandemi Covid19 pada perekonomian dan turunnya kemampuan nasabah untuk mengembalikan kredit meningkatkan risiko gagal bayar serta meningkatkan tingkat non performing loan (NPL). Ini menuntut BPD beroperasi secara lebih profesional demi mengamankan kredit yang telah disalurkan.
Permasalahan yang ditemukan BPK melalui pemeriksaan pada rentang Tahun Buku 2018 hingga kuartal III 2020 antara lain penyaluran kredit/pembiayaan belum dilakukan sesuai target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Kemudian, target perkreditan belum sepenuhnya dituangkan dalam dokumen perencanaan secara memadai. Sehingga, cabang belum mengetahui potensi pasar penyaluran kredit yang akan dilakukan untuk mendukung optimalisasi target yang telah ditetapkan dalam RBB. Selain itu, capaian kredit BPD Sumut masih dibawah capaian penyaluran kredit BPD secara keseluruhan berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penyaluran kredit/pembiayaan juga belum sepenuhnya sesuai. Strategi atau program peningkatan jumlah rekening dan volume DPK belum dilaksanakan sesuai RBB. Realisasi penghimpunan DPK masih didominasi ketidaktercapaian target terhadap RBB pada sektor tabung
an, deposito, maupun giro.“Pertumbuhan DPK per tahun juga tidak
mengalami kenaikan pertumbuhan sesuai RBB sehingga BPD belum memiliki dominasi dalam mempengaruhi nasabah melainkan bergantung pada pasar keuangan,” ungkap Eydu.
BPK merekomendasikan kepada Direktur Utama PT Bank Sumut untuk segera menindaklanjuti saransaran perbaikan seperti mengarahkan Pimpinan Divisi Ritel, Divisi Kredit, dan Unit Usaha Syariah untuk menyusun strategi dalam memenuhi kewajiban penyaluran kredit atau pembiayaan kepada usaha produktif.
Direktur Utama Bank Sumut juga perlu mengarahkan pimpinan Divisi Ritel, Divisi Kredit, dan Unit Usaha Syariah agar lebih cermat dalam menyelaraskan penyusunan target penyaluran kredit/pembiayaan. Bank Sumut juga perlu membuat kebijakan/strategi untuk mengoptimalkan pemerolehan DPK dari pemerintah daerah selain dari pengelolaan kas daerah dan rekening bendahara pengeluar an. Kemudian BPK juga merekomendasikan kepada Bank Sumut untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatankegiatan inovatif yang mendukung peningkatan pertumbuhan DPK.
Eydu menyampaikan, proses komunikasi dengan Bank Sumut sejauh ini berjalan dengan sangat baik. Setiap tahapan pemeriksaan dikomunikasikan dengan baik mulai dari perencanaan kriteria, penetapan kriteria, dan mengkomunikasikan hasil pengukuran kinerja kepada pihakpihak terkait yang berkepentingan.
Pemeriksaan berjalan dengan lancar dan diharapkan rekomendasi yang diberikan bermanfaat dalam perubahan paradigma Bank Pembangunan Daerah secara umum dan khususnya untuk Bank Sumut. Hal ini, ujar Eydu, demi perbaikan pengelolaan ke depannya serta memberikan manfaat bagi terjadinya pertumbuhan perekonomian daerah Sumatera Utara.
Terkait dengan tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan, sejauh ini Bank Sumut telah menunjukkan itikad baik. Eydu menyampaikan, Divisi Pengawasan selalu bersinergi dengan BPD dalam menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan BPK. Berdasarkan data hasil PTLHP atas delapan LHP per Desember 2020, status tindak lanjut yang telah sesuai dengan rekomendasi sebesar 86,54 persen, belum sesuai rekomendasi 12,18 persen, belum ditindaklanjuti 0,96 persen, dan tidak dapat ditindaklanjuti dengan alasan yang sah 0,32 persen dari 312 rekomendasi. l
n Eydu Oktain Panjaitan
BPK BEKERJA
17WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Auditorat Keuangan Negara (AKN) III BPK menaruh perhatian khusus kepada tujuh entitas. Ketujuh entitas tersebut adalah Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Sekretariat Negara (Kemenset
neg), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), dan Mahkamah Agung (MA).
Auditor Utama Keuangan Negara III BPK Bambang Pamungkas mengatakan, ketujuh kementerian dan lembaga (K/L) tersebut perlu mendapat perhatian khusus di AKN III karena mengacu pada hasil pemeriksaan laporan keuangan tahun anggaran 2020. “Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara yang dapat berpengaruh terhadap opini laporan keuangan pemerintah pusat,” kata Bambang kepada Warta Pemeriksa, Selasa (27/4).
Terkait perumusan opini bagi ketujuh laporan keuangan K/L tersebut, kata Bambang, AKN III telah melakukan koordinasi internal dengan tim, kepala subauditorat, dan kepala auditorat. Pihaknya juga telah melakukan pembahasan dengan Anggota III/Pimpinan Auditorat Keuangan Negara III Achsanul Qosasi. “Selain itu kami pun melakukan review silang (cross review) atas konsep Laporan Pemeriksaan LKKL Tahun Anggaran 2020.
Dari ketujuh entitas tersebut, ujar Bambang, Kemensos dan Kemenkominfo termasuk entitas yang dapat digolongkan paling signifikan terhadap pengelolaan keuangan negara. Signifikansi itu ditinjau dari segi dampaknya terhadap pengelolaan keuangan negara dengan tolok ukur nilai, kepentingan publik, akuntabilitas, dan transparansi, serta dikaitkan dengan kondisi secara umum yang terjadi di Indonesia.
Kedua entitas tersebut saat ini memiliki signifikansi dampak antara lain mengenai besarnya nilai anggaran yang dikelola, tanggung jawab atas pelaksanaan program kerja yang menyangkut ke
hidupan masyarakat secara luas, serta isuisu yang menyangkut penegakan hukum dalam tindak pidana korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum.
Terkait Kemensos, Bambang menyebut kementerian tersebut memiliki peran penting dalam penanganan dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat pandemi Covid19. Sebagaimana diketahui, Pemerintah Indonesia mengambil langkah yang terstruktur guna menanggulangi pandemi Covid19, yaitu dengan membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 yang ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2020.
Melihat dampaknya yang luas tidak hanya pada masalah kesehatan, namun juga masalah ekonomi secara nasional, maka pemerintah memandang perlu dilakukan pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah lalu membentuk Komite Penanganan Covid19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) berdasarkan Perpres No. 82/2020 yang ditetapkan tanggal 20 Juli 2020, yang mencabut Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020.
Bambang menguraikan, program PCPEN difokuskan pada enam sektor dengan alokasi total dana mencapai Rp695,2T. Perinciannya, anggaran untuk kesehatan sebesar Rp87,55 triliun, Perlindungan Sosial sebesar Rp203,91 triliun, Insentif Usaha sebesar Rp120,61 triliun, UMKM sebesar
TUJUH ENTITAS JADI PERHATIAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara oleh tujuh entitas di bawah AKN III yang dapat berpengaruh terhadap opini laporan keuangan pemerintah pusat.
n Bambang Pamungkas
BPK BEKERJA
18 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Rp123,46 triliun, Sektoral K/Ldan Pemda sebesar Rp 106,05 triliun dan Pembiayaan Korporasi sebesar Rp 53,57 triliun.
Dari alokasi dana untuk sektor Perlindungan Sosial, K/L yang menangani program/kegiatannya beserta besaran dananya yaitu Kemensos 61,1 persen, Kemenko Perekonomian 9,8 persen, Kemenkeu (BUN)3,4 persen, Kemenaker 8,6 persen, Kemendikbud 1,5 persen, dan Kemendes PDTT 15,6 persen.
Dengan demikian, Kementerian Sosial memiliki persentase terbesar dalam pengelolaan dana sektor Perlindungan Sosial yaitu sebesar Rp124,5 triliun. Adapun bentuk realisasi kegiatan dalam rangka PCPEN yaitu antara lain Program Keluarga Harapan, Sembako (BNPT), Paket Sembako Jabodetabek, Bansos Tunai Non Jabodetabek, Bansos Tunai Penerima Kartu Sembako, Bansos Beras Penerima PKH. Lingkup realisasi kegiatan tersebut berskala besar meliputi seluruh wilayah Indonesia.
“Dari hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu (DTT) atas Penanganan Pandemi Covid19 pada Kementerian Sosial, menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam penanganan pandemi Covid19 ini. Dimana hasil pemeriksaan tentu nantinya akan disampaikan BPK kepada khalayak umum setelah LHP diserahkan kepada DPR dan DPD. Hasil pemeriksaan DTT yang dilakukan BPK tersebut, diperdalam ketika BPK melakukan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Sosial Tahun Anggaran 2020 yang saat ini masih berlangsung,” ujar Bambang.
Selain hasil pemeriksaan tersebut, Bambang menambahkan, pada akhir Desember 2020 terjadi penindakan oleh KPK yang melakukan operasi tangkap tangan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Program Bansos di Kemensos RI. KPK mengungkapkan, bahwa PPK tersebut diduga telah menerima hadiah dari para vendor PBJ Bantuan Sosial (Bansos) di Kemensos dalam rangka penanganan pandemi Covid19.
“Lebih lanjut dari hasil pengembangan kasus, permasalahan tersebut juga berdampak terhadap Pimpinan Kemensos,” katanya.
Adapun mengenai Kemenkominfo, Bambang menuturkan bahwa kementerian tersebut merupakan salah satu dari enam kementerian yang memberikan kontribusi signifikan dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya, yang antara lain bersumber dari Biaya Hak Penyeleng garaan (BHP) Frekuensi, BHP Telekomunikasi, pengujian dan sertifikasi perangkat, penggunaan domain “.id”.
Hasil pemeriksaan atas LK Kemenkominfo beberapa tahun terakhir menunjukkan terdapat permasalahan dalam penyajian laporan keuangan terkait pencatatan pendapatan dan penyajian aset. Beberapa di antaranya, Kebijakan akuntansi pendapatan-LO BHP frekuensi radio Kemen-kominfo belum selaras dengan kebijakan akuntansi pusat dan SAP. Kemudian, kebijakan akuntansi pemerintah pengukuran beban penyisihan piutang tidak tertagih tidak sepenuhnya sesuai de ngan SAP.
Permasalahan itu mengakibatkan: beban penyisihan piutang tidak tertagih tidak akurat dan memungkinkan saldo minus. Kemudian, pembayaran atas piutang yang telah disisihkan tahun sebelumnya tidak dicatat sebagai pendapatan lainlain.
“Permasalahanpermasalahan ini merupakan permasalahan berulang yang terjadi juga dalam Laporan Keuangan Kemenkominfo Tahun Anggaran 2019,” katanya.
Bambang menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan besarnya dampak pemeriksaan terhadap satu entitas, antara lain kebutuhan pengguna LHP tersebut, misalnya adanya perhatian dari para pemangku kepentingan, menyangkut kepentingan umum, dan berdampak bagi masyarakat, konteks keterjadian suatu hal, dan persyaratan perundangundangan.
Pertimbangan lainnya adalah apabila dalam pemeriksaan terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan yang bersifat kecurangan, terjadinya pembatasan ruang lingkup atas pemeriksaan yang kita lakukan, kelemahan pengendalian intern yang signifikan. “Dan tindak lanjut dari temuan pemeriksaan yang berindikasi adanya kerugian negara telah dikembalikan atau ada kesanggupan dari pihakpihak yang bertanggungjawab untuk mengembalikan,” katanya.
Menurut Bambang, hasil dari pemeriksaan yang berdampak besar menjadikan K/L tersebut lebih baik. Ini karena secara tidak langsung pemeriksaan yang dilakukan BPK memper baiki pe ngelolaan K/L tersebut, sehingga terjadi peningkat an akuntabilitas dan kualitas laporan keuangan.
“Selanjutnya terkait adanya suatu permasalahan signikan yang terjadi di sebuah K/L, akan menjadi perhatian khusus di tingkat pimpinan, untuk kemudian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk rnelakukan pemeriksaan di K/L lainnya.” l
BPK BEKERJA
19WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) yang dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bukan sekadar rangkuman dari pemeriksaan dalam semester
tertentu. Melalui IHPS, BPK juga ingin menunjukkan kepada para pemangku kepentingan, termasuk ma syarakat, mengenai hasil pemeriksaan signifikan yang perlu mendapatkan perhatian.
Hasil pemeriksaan signifikan biasanya ditampilkan dalam ringkasan eksekutif IHPS. Kepala Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan BPK Yuan Candra Djaisin menjelaskan, pemerik saan signifikan/penting dalam ringkasan eksekutif IHPS adalah hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian stakeholder, khususnya pemerintah, DPR dan DPD dalam rangka tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Ia menambahkan, hasil pemeriksaan yang juga dimasukkan ke dalam ringkasan eksekutif merupakan tema pemeriksaan yang menjadi perhatian publik, memiliki nilai temuan signifikan, dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh banyak satker BPK secara serentak atas tema tertentu (pemeriksaan tematik).
“Sehingga perlu disajikan/diung kap secara khusus dalam ringkasan eksekutif IHPS. Fungsi-nya adalah agar pembaca IHPS dapat langsung mengetahui hasil pemeriksaan BPK yang signifikan dan perlu segera ditindaklanjuti oleh pemerintah, DPR dan DPD sesuai kewenangannya,” kata Yuan kepada Warta Pemeriksa, Rabu (28/4).
Menurut dia, hasil pemeriksaan yang masuk ke ringkasan eksekutif IHPS sering dikutip menjadi berita di media cetak/media online. De ngan adanya pemberitaan tersebut, maka akan menjadi perhatian publik yang pada akhirnya mendorong pemerintah untuk segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan.
Yuan menjelaskan, ada sejumlah pertimbangan dalam memilih hasil pemeriksaan ke dalam ringkas an eksekutif IHPS. Beberapa pertimbang-
an itu, antara lain, hasil pemeriksaan tematik, tema pemeriksaan terkait halhal yang sedang menjadi perhatian para pemangku kepentingan, nilai temuan signifikan, dan karena adanya usulan satker BPK (AKN) untuk disajikan pada ring kasan eksekutif.
Terkait isi ringkasan eksekutif, ada sejumlah hal yang perlu dipastikan masuk. Yaitu, ikhtisar jumlah LHP, jumlah temuan pemeriksaan, jumlah permasa
lahan dan jumlah rekomendasi.Kemudian, ikhtisar nilai kerugian, nilai potensi
kerugian, nilai kekurangan penerimaan, dan nilai ketidakhematan/ketidakefisienan/ ketidakefek-tifan.
“Lalu, ada rekomendasi signifikan. Hasil pemeriksaan tematik, yang mencakup kesimpulan, upaya positif yang telah dilakukan pemerintah, dan permasalahan signifikan yang ditemukan. Ada juga hasil pemeriksaan yang signifikan dari masingmasing bab (pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMD, BUMN dan badan lainnya),” ujar Yuan.
Yuan menambahkan, jumlah hasil pemeriksaan signifikan/penting yang masuk ke ringkasan eksekutif IHPS tidak bisa ditentukan. Sebab, hal ini tergantung dari hasil pemeriksaan yang terbit pada IHPS tersebut.
“Hanya saja pada IHPS I, karena umumnya pemeriksaan laporan keuangan yang dilaporkan, maka tidak terlalu banyak isu yang disajikan pada ringkasan eksekutif. Tetapi pada IHPS II, cukup banyak isu yang disajikan dan beragam, karena tema dari hasil pemeriksaan yang dilaporkan juga beragam.”
Untuk menentukan hasil pemeriksaan yang akan dimasukkan ke dalam ringkasan eksekutif, usulan disampaikan oleh satker pemeriksa (AKN) dan Direktorat EPP. Persetujuan atas usulan tersebut diputuskan dalam forum eselon I dan sidang BPK. l
Pemeriksaan signifikan/penting dalam ringkasan eksekutif IHPS adalah hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian stakeholder, khususnya pemerintah, DPR, dan DPD dalam rangka tindak lanjut hasil pemeriksaan.
IHPS TAK SEKADAR RANGKUMAN PEMERIKSAAN
n Yuan Candra Djaisin
BPK BEKERJA
20 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
SHARING KNOWLEDGE
21WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Sebagai salah satu Supreme Audit Ins-titution (SAI) yang memiliki perhatian tinggi terhadap pencapaian Sustain-able Development Goals (SDGs), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan menyusun sustain ability report untuk
pertama kalinya. Upaya ini merupakan wujud langkah konkret BPK untuk menjadi contoh bagi organi sasi lain dalam pencapaian target SDGs.
Anggota Tim Penyusun Sustainability Report BPK, Tjokorda Gde Budi Kusuma menyampaikan, terdapat empat pendekat an untuk mengawal pelaksanaan SDGs. Tiga pendekatan pertama yakni BPK melakukan audit kesiapan, audit kinerja, dan audit akuntabilitas di semua lapisan. Sementara, terdapat pendekatan keempat yakni menjadi role model.
“Artinya, BPK tidak hanya mengaudit institusi lain tapi BPK sendiri juga menjadi contoh dalam mencapai targettarget SDGs,” ungkap Tjokorda kepada Warta Pemeriksa, Jumat (5/3).
Tjokorda mengatakan, BPK berupaya melengkapi peran itu dengan mencoba membuat sus-tainability report. BPK pun membuat laporan aktivitas organisasi dalam setahun dan merangkum capaian apa saja yang telah dilakukan BPK dalam pencapaian target SDGs.
Contohnya, kata Tjokorda, terkait konsep eco-office dan smart office di BPK untuk mendukung implementasi SDGs Tujuan 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab, dengan ada nya kebijakan pengurangan pencetakan dokumen. BPK telah berhasil secara signifikan dalam meminimalisir penggunaan kertas. Hal ini dapat terjadi dengan ada nya bantuan sistem teknologi informasi dalam pelaksanaan proses bisnis di BPK.
Selain isu lingkungan, terdapat isu sosial yang juga disoroti seperti kesetaraan gender dalam pekerjaan. Secara ekonomi, ungkap Tjokorda, laporan itu juga mengulas seberapa besar dampak rekomendasi BPK terhadap penghematan dan pengembalian kerugian negara.
“Ini juga merupakan sustainability report pertama untuk level SAI sedunia. Walaupun pernah ada SAI level perwakilan di Taiwan yang membuat sus-
tainability report, tapi untuk level SAI suatu negara BPK masih berpeluang untuk menjadi SAI yang pertama menerbitkan sustainability report di dunia. Semoga inisiatif pertama ini bisa menjadi contoh yang baik,” ujarnya.
Tjokorda menjelaskan, penerbitan sustainabili-ty report di dunia muncul se iring dengan kesadaran bahwa indikator ekonomi tidak bisa menjadi satusatunya ukuran kemajuan suatu negara. Ini karena dalam kemajuan ekonomi juga terdapat sejumlah faktor yang perlu diperhatikan seperti aspek lingkungan dan sosial.
Dari hal itu kemudian muncul kerang ka berpikir triple bottom line yang meng utamakan people, planet, dan profit. Sehingga, perusahaanperusahaan tidak lagi hanya mencari keuntungan tapi juga memperhatikan dua aspek lainnya.
“Kemudian, muncullah kata sustain ability. Artinya, ketika kita melakukan kegiatan harus juga memikirkan tiga dimensi yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan,” kata Tjokorda.
MENYUSUN SUSTAINABILITY REPORT PERDANASustainability report BPK tengah dalam proses finalisasi dan akan dirilis pada awal Mei 2021.
n Tjokorda Gde Budi Kusuma
BPK tidak hanya mengaudit institusi lain tapi BPK sendiri juga menjadi contoh dalam mencapai targettarget SDGs.
SHARING KNOWLEDGE
22 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Konsep keseimbangan alam, ling kungan, dan ekonomi ini kemudian mencapai puncaknya ketika Perserikatan BangsaBangsa (PBB) melahirkan Sustain able Development Goals (SDGs). Dari perkembangan itu kemudian muncul konsep integrated report. Sehingga, per usahaan atau organisasi itu tidak hanya melaporkan akuntabilitas finansial tapi juga tanggung jawab sosial maupun lingkungannya.
Di Indonesia, kata Tjokorda, telah terbit Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017 yang mewajib kan lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keberlanjutan selain laporan ke uangannya.
Dalam isuisu SDGs, Tjokorda me ngatakan, BPK sangat aktif terlibat hingga ke level global. Khusus di isu lingkungan, BPK aktif bergabung dalam INTOSAI Working Group on Environmental Audit (WGEA). Bahkan, BPK sempat menjadi ketua INTOSAI WGEA.
Tjokorda mengatakan, sustainability report BPK dalam proses finalisasi pada Maret 2021. “Mudahmudahan lancar, apalagi karena ini menjadi yang pertama. Terlebih lagi, sumber daya yang ada juga cukup terbatas,” ujar Tjokorda.
Dia menjelaskan, untuk membuat laporan tersebut diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi Certified Sustain ability Report Specialist (CSRS). Di BPK, baru terdapat 16 orang pemilik sertifikasi tersebut.
“Tapi dengan dukungan dari Sekretaris Jenderal BPK dan para pimpinan eselon I, semoga bisa lancar. Karena memang dibutuhkan pengumpulan datadata dan analisis,” ujarnya.
Untuk laporan edisi perdana tersebut, fokusnya adalah bagaimana BPK menye suaikan cara kerja di tengah pandemi Covid19. Menurut Tjokorda, dari sisi lingkungan, pandemi justru mempercepat pencapaian SDGs.
“Misalnya, karena dipaksa bekerja daring, maka penggunaan kertas juga semakin sedikit. Kemudian, pemakaian listrik di kantor menjadi lebih hemat,” kata Tjokorda.
Selain itu, laporan yang disusun juga akan menyoroti capaian pemeriksaan yang signifikan dari sisi ekonomi. Dia menjelaskan, kontribusi BPK bersifat indirect impact. Artinya, ketika rekomendasi BPK diimplementasikan maka akan terjadi peng hematan fiskal. Apabila rekomendasinya terkait kepatuhan maka kerugian
negara yang terjadi bisa dipulihkan.“Kemudian, saat pandemi Covid19 ini BPK
juga mengawal langsung pemanfaat an dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” ujarnya.
Tjokorda optimistis, dengan adanya sustain-ability report, BPK dapat mempertegas ko
Kepala Bagian Kerja Sama Internasional Kusuma Ayu Rusnasanti menyampaikan, konsep Sustainability Report (SR) atau Laporan Berkelanjutan yang dibuat BPK telah selesai disusun dan dalam proses validasi.
BPK menargetkan dapat memublikasikan SR pada akhir April atau awal Mei 2021. Kusuma Ayu menekankan, SR merupakan salah satu wujud komitmen BPK untuk terus menggaungkan akuntabilitas.
Ia menjelaskan, SR adalah laporan yang menunjukkan kebermanfaatan BPK bagi para stakeholder dalam mendukung keberlanjutan (sustainability). SR merangkai kegiatankegiatan BPK sesuai standar pengungkapan dan pelaporan Global Reporting Index (GRI). Peran aktif BPK dalam kegiatan yang berkaitan dengan aspek perekonomian (GRI 200), kelestarian lingkungan (GRI 300), dan kesejahteraan sosial (GRI 400) akan tertuang pada Laporan Keberlanjutan ini.
“SR ini merupakan bentuk akuntabilitas dan transparansi BPK terhadap publik. SR pertama BPK ini menggunakan pendekatan “Core”, yaitu menampilkan indeksindeks tertentu sesuai ketersediaan data yang dimiliki,” kata Kusuma Ayu kepada Warta Pemeriksa, Selasa (27/4).
Kusuma Ayu mengakui, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Dalam proses penyusunan SR perdana ini, kata dia, diketahui bahwa indeksindeks lain memiliki materialitas yang tinggi bagi para stakeholder, sedangkan BPK terkendala dalam dua situasi untuk tidak mengungkapkannya. Kedua hal itu adalah aktivitas belum dilaksanakan atau aktivitas sudah dilaksanakan, tetapi ketersediaan data dan pengukuran manfaat masih belum dapat dipenuhi sesuai standar pelaporan.
“Dengan demikian, diperlukan tindak lanjut untuk meng atasi kekurangan tersebut. Hal ini akan menjadi masukan dan perhatian di masa mendatang dan perbaikan untuk BPK,” katanya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan tema SR Tahun 2020 dan Laporan Tahunan BPK 2020: “Accountability for All”, BPK menyadari bahwa prinsip akuntabilitas tidak hanya penting
SR WUJUD KOMITMEN AKUNTABILITAS
SHARING KNOWLEDGE
23WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
mitmen dalam mendorong pencapaian SDGs di entitas yang diperiksa BPK. Dia menilai, langkah itu pun menjadi salah satu wujud BPK dalam memberikan contoh kepada lembaga lain di Indonesia.
“Ini juga sesuai dengan SAI Performance
Measurement Framework (PMF). Salah satunya, bagaimana suatu SAI itu memberikan dampak dari hasil audit nya. Dengan sustainability report ini, bisa menjadi bukti bahwa aktivitas BPK itu berdampak terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan,” ujarnya. l
bagi BPK, tapi juga untuk seluruh stakeholder terkait. Akuntabilitas merupakan prinsip yang harus menjadi nilai dalam pengelolaan keuangan negara karena bukan sekadar slogan atau kewajiban, tetapi citacita agar masyarakat dan para pemangku kepentingan dari segala lapisan memahami arti penting akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Hal tersebut sejalan dengan visi yang telah ditetap -kan oleh Badan Pemeriksa Keuangan pada Rencana Strategis (Renstra) 20202024: “Menjadi Lembaga Pemeriksa Tepercaya yang Berperan Aktif dalam Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Negara yang Berkualitas dan Bermanfaat untuk Mencapai Tujuan Negara.” Bagi BPK, tegas dia, akuntabilitas bukan sekadar pemahaman bagi masyarakat umum, tetapi juga penting untuk pengelola keuangan negara.
Oleh karena itu, sosialisasi peran aktif BPK menjadi sangat penting dalam membudayakan akuntabilitas. Sedangkan bagi BPK, semangat “Accountability for All” akan menjadi pendorong dalam pengembangan peran oversight dan insight menuju foresight dengan terus menegakkan nilainilai dasar independensi, integritas dan profesionalisme.
“Dengan prinsip Akuntabilitas untuk Semua, dalam pendekatan SR BPK berharap prinsip ini dapat merambah ke segala aspek, tidak hanya ke aspek ekonomi, tetapi juga meliputi aspek lingkungan dan sosial yang menjadi perhatian dalam Sustainability Report,” katanya.
Dengan adanya perhatian pada aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan sesuai pendekatan SR, BPK diharapkan mulai memiliki program kerja dan prioritas yang berkelanjutan dan mengedepankan manfaat bagi stakeholder untuk ketiga aspek tersebut sebagai perluasan pelaksanaan mandat BPK. “Sehingga proses bisnis dan kegiatan BPK dapat menghasilkan kegiatan–kegiatan yang berdampak bagi stakeholder maupun masyarakat,” ujar Kusuma Ayu.
Ia menambahkan, seiring dengan komitmen untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional, BPK menyelaraskan strategi pemeriksaan sekaligus menjalankan peran sebagai lembaga pemeriksa yang mengawal implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mendorong pencapaian Agenda 2030. BPK juga turut menjalankan kesepakatan INTOSAI mengenai empat pendekatan pemeriksaan SDG. Pertama, menilai kesiapan suatu negara dalam meng implementasikan SDGs. Kedua, melakukan pemeriksaan program pemerintah yang memiliki aspek SDGs. Ketiga, menilai dan mendukung implementasi tujuan ke16 SDGs dalam mewujudkan institusi yang efektif, akuntabel, dan transparan. Sedangkan yang keempat, menjadi role model transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola organisasi.
Terkait progres penyusunan SR, Kusuma Ayu mengung kapkan bahwa penyusunannya melibatkan seluruh stakeholder, meliputi stakeholder internal yaitu para pegawai dan pimpinan BPK serta pihak eksternal yang berkaitan dengan BPK, diwakili berbagai kalangan meliputi auditee (kementerian/lembaga/BUMN), asosiasi profesi, media dan akademisi dari kalangan universitas.
“Secara isi, SR tersebut sudah jadi konsep laporannya. Kami sedang dalam proses validasi dan persetujuan arahan. Validasi ini meliputi validasi internal, yaitu persetujuan pimpinan dan arahan dipublikasikan. Kemudian, validasi eksternal oleh seorang Certified Sustainability Reporting Asssuror (CSRA) untuk mengetahui apakah SR yang BPK susun sudah sesuai kaidah pelaporan SR dengan acuan GRI Indeks.” l
n Kusuma Ayu Rusnasanti
INTERNASIONAL
24 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Badan Pemeriksa Keuangan berbagi pengalaman pemeriksaan kredibilitas anggaran pemerintah dalam forum diskusi internasional yang digelar secara virtual bertajuk “How Can
External Audits Promote Budget Credibility? Leveraging the Role of Supreme Audit Ins-titutions” pada 25 Maret 2021. Forum ini merupakan kerja sama antara United Nations Department of Economic and Social Affairs Division for Public Institutions and Digital (UNDESA DPIDG) dan International Budget Partnership (IBP).
Mewakili BPK, Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono menjelaskan, BPK diberi mandat oleh negara berdasarkan UndangUndang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang pengejawantahan kewenangannya ada di dalam UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK.
Agus mengatakan, BPK juga mengadopsi INTOSAIP 12 tentang nilai dan manfaat lembaga pemeriksa.
Atas dasar itu, BPK semangat
meningkat kan nilai dan manfaat dengan melakukan audit kinerja penyusunan APBN pada 2015 dan audit kinerja pengelolaan belanja berkualitas dalam kerangka anggaran berbasis kinerja pada 2018. Kedua pemeriksaan tersebut merupakan salah satu upaya BPK untuk meningkatkan kredibiltas APBN.
“Kriteria audit disusun dan dikembangkan dari berbagai regulasi, metode yang bisa diterima berbagai pihak, dan melibat kan ekonom serta pakar kebijakan fiskal dalam forum group discussion. Kriteria audit ini disetujui antara BPK, Menteri PPN/Kepala Bappenas serta Kementerian Keuangan,” ucap dia.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua BPK juga menjelaskan sedikitnya tiga poin mengenai pembelajaran yang dapat diambil dari pengalaman pemeriksaan tersebut. Pertama, audit penganggaran dapat dilaksanakan secara bersamaan pada entitasentitas pengambil kebijakan perencanaan dan penganggaran. Dalam audit ini, sampling dapat dilaksanakan pada kementerian/lembaga yang signifikan.
MENDORONG KREDIBILITAS ANGGARAN MELALUI AUDIT
Pengukuran kinerja anggaran tidak dapat dilaksanakan hanya berdasarkan akurasi dan ketepatan target pendapatan dan belanja. Pengukuran kinerja juga mencakup indikator yang lebih luas, termasuk perencanaan kegiatan entitas.
n Agus Joko Pramono
INTERNASIONAL
25WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Kedua, pengukuran kinerja anggaran tidak dapat dilaksanakan hanya berdasarkan akurasi dan ketepatan target pendapatan dan belanja. Pengukuran kinerja juga mencakup indikator yang lebih luas, termasuk perencanaan kegiatan entitas. Ketiga, pengukuran kredibiltas anggaran tidak dapat dilaksanakan secara memadai karena kelemahan dokumentasi penganggaran yang melibatkan pemerintah dan DPR.
Sementara itu, Perwakilan dari UNDESA DPIDG, Aranzazu Guillan Montero, memberikan beberapa masukan terkait bagaimana supreme audit institution (SAI) atau lembaga pemeriksa negara dapat memperdalam analisis untuk meningkatkan kredibiltas anggaran. Pertama, kata dia, sebuah SAI harus rutin melaksanakan audit terkait dengan penyimpang an anggaran.
Kedua, SAI mesti berfokus pada kinerja, yaitu dengan menilai kinerja program pemerintah yang dibandingkan dengan alokasi anggaran, termasuk analisis longitudinal untuk mengidentifikasi tren. Selain itu, melakukan penilaian kinerja terkait dengan fungsi anggaran dan proses penganggarannya.
Sedangkan yang ketiga, adalah saling berbagi praktik terbaik untuk meningkatkan rekomendasi audit terkait kredibilitas anggar
an. Tujuannya agar rekomendasi audit lebih terperinci dan berdampak besar.
Perwakilan dari IBP, Viviek Ramkumar, menjelaskan bahwa forum ini merupakan bagian dari proyek 3 tahun IBP, yaitu “Strengthening Budget Credibility for Service Delivery” yang bertujuan meningkatkan tata kelola pemerintahan yang efektif untuk mengurangi kemiskinan. IBP menemukan bahwa meskipun jumlah anak putus sekolah yang dikarenakan kekurangan biaya selalu bertambah di Nigeria, anggaran belanja kementerian pendidikan di negara tersebut tidak dimanfaatkan sebanyak 1237 persen selama 20132017.
Hal serupa terjadi di Sri Lanka dimana anggaran belanja untuk pertanian dan irigasi tidak pernah dimanfaatkan sebanyak 10 hingga 40 persen selama 20112017. Akibatnya, produktivitas sektor pertanian yang mempekerjakan 26 persen warganya selalu menurun.
Hasil dari forum ini akan dijadikan masukan dalam penyusunan hand book yang akan diterbitkan oleh IBP. Sekitar 325 peserta forum ini memberikan usulan isi hand book yang akan diterbitkan. Sebagian besar peserta (65 persen) menyampaikan bahwa ”tools and mea sures that can be used to improve audits related to credibility” merupakan isi hand book yang dianggap paling bermanfaat dalam mendukung usahausaha SAI untuk meningkatkan kredibilitas anggaran.
Selain memperoleh pengetahuan dan pembelajaran terkait kredibilitas anggaran dari organisasi internasional dan SAI lain, keterlibatan BPK dalam forum ini diharapkan dapat membuat BPK semakin dikenal dalam komunitas internasional sebagai salah satu SAI yang secara aktif mendukung usahausaha untuk meningkatkan kredibilitas anggaran pemerintah melalui audit. l
n Aranzazu Guillan Montero
n Viviek Ramkumar
INTERNASIONAL
26 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan (Sekjen BPK) Bahtiar Arif yang juga berperan sebagai Penanggung Jawab Tim Pemeriksa Eksternal Organisasi Maritim Internasional atau International
Maritime Organization (IMO), memimpin Exit Meeting Pemeriksaan atas Laporan Keuangan IMO Tahun Anggaran 2020, Rabu (31/3). Dalam sambutannya, Bahtiar menyampaikan apresiasi kepada manajemen IMO dan jajarannya atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama proses pemeriksaan, sehingga pemeriksaan yang dilakukan secara jarak jauh dapat diselesaikan dengan baik.
Bahtiar menyampaikan, pemeriksaan atas Laporan Keuangan IMO Tahun Anggaran 2020 telah memasuki tahap akhir pemeriksaan dan akan dilanjutkan ke tahap pelaporan. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuang-an IMO yang terdiri atas opini dan LongForm Report, disampaikan kepada IMO pada 7 Mei 2021. Tim Pemeriksa berharap LHP tersebut dapat dipresentasikan secara langsung pada 125th Session of IMO Council Meeting.
Selama berlangsungnya pemeriksaan, Tim Pemeriksa telah menyampaikan masukan untuk perbaikan Laporan Keuangan IMO dan perbaikan konsep SecretaryGeneral’s Statement. Masukan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Manajemen IMO. Tim Pemeriksa juga telah menyampaikan Observasi Pemeriksaan (Audit Observations) kepada IMO.
Pada pertemuan yang dilaksanakan secara virtual tersebut, Sekjen BPK didampingi oleh R Yudi Ramdan Budiman, Nanik Rahayu, dan Endra Noviandy Sujadi, masingmasing sebagai Wakil Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, dan Ketua Tim Pemeriksa IMO. Sementara itu, dari pihak IMO dipimpin oleh Arsenio Dominguez selaku Director Administrative Division.
Pihak IMO mengapresiasi pemeriksaan keuangan yang telah dilakukan dan memberikan tanggapan positif atas observasi pemeriksaan
yang disampaikan. Hasil pemeriksaan BPK diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengendalian internal IMO serta perbaikan tata kelola dan praktikpraktik yang telah dijalankan selama ini.
Menurut IMO, pemeriksaan BPK akan sangat membantu IMO untuk tetap up-to-date terhadap sistem Organisasi Perserikatan BangsaBangsa (PBB) dan Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (International Public Sector Accounting Standards/IPSAS).
Kegiatan ini juga dihadiri Anggota Tim Pemeriksa IMO, yaitu Igna Dias Augustavia, Prima Eka Candra, Pitriyanti, Achmad Rasyid Maula, Normas Andi Ahmad, Yusminarni Syam Zendrato, dan Muh Abdur Rohman. Selain itu, hadir jajaran Manajemen dan staf IMO, yaitu Annabelle Viajar, Richard Greenwood, Ingrid LopezCardona, Liya Dominic, Polinikis Sophocieous, Dominic Walter,Ita Mcbride, Bianca OchsFawzy, Vincent Job, Prakash Joshi, Andrew Richardson, Darshana Ranmuthu, and Kas Khan. l
PEMERIKSAAN IMO MASUKI TAHAP AKHIRHasil pemeriksaan BPK diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengendalian internal IMO serta perbaikan tata kelola dan praktik-praktik yang telah dijalankan selama ini.
n Sekjen BPK bersama Tim Pemeriksa BPK serta Manajemen dan Staf IMO.
SOSOK
27WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Bisa ibu ceritakan awal mula berkarier di BPK?
Saya sudah 30 tahun mengabdi di BPK, awal masuk sebagai CPNS di tahun 1991 dan setahun kemudian diangkat sebagai PNS. Saya awal bekerja ditempatkan sebagai auditor di Sub Auditorat I. 3 menangani pemeriksaan BUMN perindustrian. Kemudian pada tahun 1992 mengikuti Pendidikan Pemeriksa selama delapan bulan untuk menjadi Fungsional Pemeriksa Pratama.
Sebagai pemeriksa diunit Sub Auditorat I.3, saya diberi penugasan melakukan analisis laporan setiap BUMN dari BPKP nama nya LAPIP yang merupakan salah satu data BUMNBUMN di file dalam dosir BUMN.
Pertama kali saya melakukan pemeriksaan sebagai anggota tim pada Rumah Sakit Pertamina, selanjutnya pada PT Semen Kupang, PT Krakatau Steel, PT Latinusa, PT Timah. Ketika BPK akan melakukan peme
riksaan General Audit terlebih dahulu saya mengikuti pelatihan di UNPAD selama satu bulan untuk mempelajari general audit/pemeriksaan atas laporan keuangan BUMN.
Pada tahun 1996 BPK mulai melakukan general audit bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Husni Muharam DKK, saya sebagai anggota tim pemeriksaan laporan keuangan PT Rajawali Nusantara Indonesia, selanjutnya pada tahun 1997 memeriksa PT Dahana, pada tahun 1998 PT INTI. Masuk tahun 2000 saya dimutasi ke AKN III unit LPMD memeriksa Kemenristek, BPPT, LIPI, Lapan, Sandi Negara dan lainlain.
Tahun 2006 diangkat menjadi Kepala Seksi Dinas Auditorat Keuangan Negara III. Ketika diangkat menjadi Kepala Seksi, melakukan pemeriksaan laporan keuangan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Saya juga memeriksa laporan keuangan Dana Haji dan DAU.
KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN BANGKA BELITUNG, IDA FARIDAMENGEJAR ZONA INTEGRITAS
Semenjak menjadi Kepala Perwakilan Badan Pemerik sa
Keuangan Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Ida Farida menargetkan agar mampu meraih Zona Integritas. Pada tahun ini, BPK Babel pun telah menyelesaikan beragam persyaratan yang dibutuhkan.
BPK Babel juga telah menciptakan slogan SI MANTAP, yang merupakan singkatan dari Sinergi, Manfaat, Tang guh, dan Peduli. Kepada Warta Pemeriksa, Ida bercerita banyak mengenai perjalanan kariernya hingga targettargetnya sebagai Kepala Perwakilan BPK Babel. n Ida Farida
SOSOK
28 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Pada tahun 2011 diangkat menjadi Kepala Sub Auditorat Bali I, melakukan pemeriksaaan 10 LKPD sebagai penanggung jawab.
Pada 2012 dimutasi menjadi Kepala Sub Auditorat VI.A.2 membawahi pemeriksaan Kemenkes, BPOM, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal didalam pemeriksaan sebagai wakil Penanggung jawab laporan keuangan.
Pada tahun 2015 saya diangkat menjadi Kepala Auditorat IVA yang membidangi pemeriksaan Kementerian PUPR dan Kementrian KLHK, pada tahun 2016 dan 2017 saya melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian PUPR dan Kementerian KLHK sebagai Penanggung Jawab. Tahun 2017 saya kembali dimutasi ke Auditorat 7C yang membidangi pemeriksaan, BUMN Holding PTPN dan anak- anak perusahaan PTPN, Perum perhutani, PT Pertani, PT RNI, Perindo, PT Perinus, Holding PT Pupuk Indonesia dan anak perusahaan, PT Perinus, PNRI, Peruri dan PT SHS. Pada tahun 2020 dimutasi menjadi Kepala Perwakilan BPK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tadi ibu bicara bahwa pemeriksaan dana haji salah satu yang tidak terlupakan, waktu itu kenapa bisa berkesan pada pemeriksaaan dana haji?
Karena memang itu untuk pertama kali laporan keuangan dana haji diaudit oleh BPK dan saya harus memahami proses pengelolaan dana haji, laporan keuangan dana haji belum berdiri sendiri masih merupakan bagian dari Kementerian Agama.Ternyata dana haji waktu itu seperti mengelola sebuah event haji. Melakukan pemeriksaaan Laporan Keuangan Dana Haji ada salah satu akun Dana Yang dibatasi penggunaan yaitu setoran uang muka haji untuk daftar memperoleh porsi. Dana yang dibatasi penggunaan tersebut ada di rekening beberapa bank atas nama Menteri Agama antara lain yaitu Bank BNI, BRI, Mandiri, termasuk bank muamalat dan bank syariah. Atas dana yang ada dalam rekening bank tersebut dilakukan pemeriksaan dengan Siskohat yang berada di Kementerian Agama.
Kemudian atas pelaksanaan haji ada terdapat sisa dana penyelenggaraan dana haji yang masuk ke Dana Abadi Umat. Saya laporan keuangan DAU tersebut di antaranya ada saham yang ditempatkan pada Bank Muamalat yang dividennya diserahkan untuk MUI serta menelusuri beberapa aset yang dibeli dari dana DAU tersebut.
Apa perbedaan yang paling mencolok saat ibu awal berkarier dengan saat ini?
Banyak kemajuan di BPK yang terus berkembang ada audit laporan keuangan, PDTT, Pemeriksaan Investigasi dan Kinerja, dengan dilengkapi mulai dari perangkat TI, sarana prasarana audit sudah semakin lengkap, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemeriksaan juga sudah cukup memadai. Semua SOP pemeriksaan sudah cukup lengkap.
Dulu, waktu awal hanya ada pemeriksaan operasional dan BPK tidak memberikan opini terhadap laporan keuangan. Pemerintah juga belum ada laporan keuangan. Satu hal yang pasti, saat ini BPK sudah memberikan remunerasi yang cukup memadai. BPK sudah menerapkan nilai dasar IIP atau Integritas, Independensi, dan Profesionalisme dalam setiap pemeriksaan. Jenjang karier pegawai BPK juga sudah jelas.
Prestasi apa yang sudah ibu raih selama berkarier?
Sebagai pegawai BPK yang berkarier puluhan tahun tentu mendapat Satya Lencana untuk 10 tahun dan 20 tahun. Selain itu yang cukup berkesan pada saat pemeriksaan flu burung saat di AKN 6 menjadi Kepala Sub Auditorat VI.A.2 yang membawahi Kemenkes.
Sementara di BPK Perwakilan Bangka Belitung mendapat Piagam Pengelolaan Keuangan Terbaik Nomor 2 KPKN di wilayah Bangka Belitung.
Selama menjabat sebagai Kepala BPK Perwakilan Bangka Belitung, prinsip apa yang anda pegang?
Amanah itu kan sumpah jabatan, tapi saya intinya tetap menjaga integritas, independensi, dan profesionalisme dalam situasi apapun. Khususnya dalam situasi pandemi, tetap harus melaksanakan tugas sesuai dengan yang sudah
SOSOK
29WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
direncanakan. Memang profesionalisme ini harus tetap dijaga dengan terus belajar.
Saya juga selalu memberikan kesempatan seluasluasnya kepada seluruh pegawai di Babel untuk terus maju. Memperbarui ilmu dan mengembangkan inovasiinovasi dalam menjalankan tugas. Disiplin, IIP dijaga, dan terus belajar. Ini agar tujuan pemeriksaan tetap dilaksanakan dengan baik.
Ada hal unik atau kekhususan yang dimi-liki BPK Perwakilan Babel yang berpengaruh pada pemeriksaan?
Masyarakat di sini sangat kondusif dan aman, tidak ada gejolak dari LSM maupun Media. Intinya pemerintahan di Babel tetap ingin mempertahankan opininya yang terbaik dalam melakukan penyelenggaraan pemerintahan di daerah agar selalu akuntabel, transparan, serta responsif.
Keunikan menurut saya mungkin juga dirasakan oleh perwakilan lain yaitu masih di
temukan antara lain masalah aset yang sudah dicatat tapi belum sepenuhnya tertib. Dalam Hasil pemeriksaan antara lain memberikan rekomendasi yang selalu mengarahkan kepada perbaikan laporan keuangan agar sesuai dengan SAP.
Apa yang ingin diraih ke depan oleh BPK Perwakilan Babel?
Kami tahun ini ingin mengejar Zona Integritas. Ini sudah diingatkan kepada seluruh pegawai BPK Babel bahwa tahun ini menargetkan raih Zona Integritas. Kami juga ingin tetap memaksimalkan pengalaman auditor untuk terus belajar untuk mencapai kematangan pertimbangan dalam pemeriksaan Laporan keuangan maupun Kinerja. Kami juga ingin para auditor untuk meningkatkan pendidikan formalnya ke pada jenjang yang lebih tinggi yaitu S2.
Apa saja yang disiapkan untuk mencapai zona integritas?
Sudah semua persyaratan disiapkan, menyebarkan kuisioner kepada seluruh stakehol-ders, dan menciptakan slogan SI MANTAP, artinya Sinergi, Manfaat, Tangguh, dan Peduli.
Bagaimana Ibu melihat BPK ke depan, khususnya makin pentingnya penggunaan teknologi di masa pandemi?
Sekarang teknologi semakin berkembang pesat, semua auditor harus bisa menyesuaikan dengan teknologi tersebut. Membuka diri untuk selalu belajar pada sistem yang sudah ada dan tidak ada keterbatasan. Auditor juga harus tetap mendukung apapun untuk menciptakan nilai dasar integritas, independensi, dan profesionalisme.
Saya juga berharap ke depan sistem mutasi pegawai menjadi perhatian pusat. Karena menurut saya saat ini kondisinya masih kurang baik, karena ada yang sudah bertahuntahun masih saja berada di satu tempat. Pegawai kami pun ada yang dari pembukaan Perwakilan Babel belum dipindahpindah kurang lebih sudah enam sampai tujuh tahun.
Apakah ada yang ingin disampaikan ke tim perwakilan babel?
Saya hanya berpesan untuk tetap menaati peraturan dalam organisasi, mentaati nilai dasar IIP dan kode etik. Selain itu mengutamakan sinergitas. l
Saya juga selalu memberikan kesempatan seluasluasnya kepada seluruh pegawai di Babel untuk terus maju. Memperbarui ilmu dan mengembangkan inovasiinovasi dalam menjalankan tugas.
n Ida Farida
SUDUT PANDANG
30 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Bagaimana proses penyusunan LKPP TA 2020?
Dalam penyusunan LKPP Tahun Anggaran 2020 ini suasana batinnya sangat berbeda. Kita semua tahu, dalam menjalankan APBN 2020, kita menghadapi pandemi Covid19. Peristiwa itu sangat fundamental mempengaruhi seluruh kehidupan masyarakat, ekonomi dan juga bernegara karena kita tibatiba tidak bisa banyak melakukan kegiatan normal.
Ketika kita merespons melalui instrumen APBN yang merupakan instrumen paling utama dan paling di depan dalam segala aspek, kita menyadari bahwa ini adalah suasana kegentingan yang memaksa. Itu sebabnya, Presiden (Joko Widodo) mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 yang kemudian menjadi UndangUndang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi UndangUndang.
Dari langkah itu menunjukkan, ketika menavigasi dan mengelola situasi kegentingan dan pandemi yang sangat dahsyat, pemerintah tetap berpikir harus ada landasan hukum. Karena kita sadar nanti kita akan diaudit oleh BPK.
Jadi waktu kita menghadapi krisis pun
kita selalu memikirkan BPK. BPK itu ada di dalam kepala kita. Itu berarti tradisi yang sangat baik karena kita mengelola keuangan negara maka nanti akan ada proses akuntabilitas dan transparansi yang akan dipertanggungjawabkan.
Itulah yang menjadi suasana batinnya. Sehingga, pada saat kita membuat Perppu Nomor 1 Tahun 2020, kita tentu sempat berkomunikasi dengan BPK. Kita menyampaikan, akan ada Perppu yang menjadi landasan hukum. Kita juga berkomunikasi dengan DPR.
Kemudian, perppu itu menjadi undangundang dan itu yang dijadikan landasan untuk keluarnya Perpres Nomor 54 Tahun 2020 dan kemudian Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Aturan itu menjadi landasan APBN 2020 yang sempat berubah dua kali di dalam masa krisis pandemi.
Di dalam konteks inilah tentu dalam pemeriksaan BPK saat ini, kami terus berkomunikasi bahwa kondisi pelaksanaan anggaran pada 2020 juga perlu dilihat dari sisi kondisi krisis dan extraordinary.
Kalau dalam dunia audit itu ada pernyataan yang sangat sering disampaikan yaitu substance over form. Kita semua tentu berharap keduanya dapat dicapai. Tetap substansinya benar, form atau wadahnya juga benar. Inilah yang terus kita upayakan.
Tentu saya berharap meskipun dalam suasana extraordinary, pemerintah tetap bisa menjalankan seluruh fungsi keuangan negara secara akuntabel dan transparan serta dapat dipertanggungjawabkan sehingga kita tetap
MENTERI KEUANGAN, SRI MULYANI INDRAWATI
AKUNTABILITAS HARUS TETAP TERJAGA
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 menjadi sangat menantang karena fenomena pandemi Covid-19. Hal itu kemudian juga dirasakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun Anggaran 2020 yang saat ini sedang diperiksa oleh BPK.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam situasi yang tak biasa berbagai respons kebijakan harus diambil untuk menangani pandemi. Meski darurat, Sri menegaskan, prinsip kehatihatian dan akuntabilitas tidak boleh dikorbankan. Kepada Warta Pemeriksa, Sri juga menyampaikan
harap annya terhadap proses pemeriksaan LKPP TA 2020. Berikut petikan wawancaranya.
SUDUT PANDANG
31WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
bisa mendapatkan opini yang terbaik yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK.
LKPP telah meraih opini WTP dalam empat tahun berturut-turut. Apa harapan Ibu terha-dap proses pemeriksaan yang dilakukan BPK?
Tentunya kita berharap kepada BPK tidak hanya terkait opini, tapi juga seluruh proses auditnya sendiri. Karena hubungan antara pemerintah dan BPK itu diatur juga dalam kon
situsi dan undangundang. Sehingga kita sangat menghormati peranan dan fungsi BPK.
Hubungan BPK dengan Kemenkeu sebagai bendahara negara tentu terus dijaga seca
ra baik. Insya Allah kita akan lakukan itu terus.
Secara baik itu artinya profesional dan saling menghormati dalam rangka mencapai tujuan yang sa
ma. Walaupun tugas dan fungsi berbeda, tujuan kita adalah
bagaimana menggunakan keuangan negara sebagai
satu sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan bernegara secara bertanggung jawab, akuntabel, dengan tata kelola yang baik, jelas landasan hukumnya, dan semua rupiah itu bisa dipertanggungjawabkan.
Saya rasa tujuan dan prinsip itu sama. Sehing
ga, dengan komitmen dan tujuan yang sama itu, saya tentu sangat meyakini bahwa hubungan BPK dengan pemerintah akan terus terjaga secara profesional dan saling menghormati peran dan tanggung jawab serta
fungsi masingmasing.
Kalau dalam dunia audit itu ada pernyataan yang sangat sering disampaikan yaitu substance over form. Kita semua tentu berharap keduanya dapat dicapai. Tetap substansinya benar, form atau wadahnya juga benar. Inilah yang terus kita upayakan.
n Sri Mulyani Indrawati
SUDUT PANDANG
32 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Di dalam mencapai tujuan hubungan yang profesional dan saling menghormati itu, pemerintah juga tetap konsekuen dengan prinsipprinsip tata kelola yang baik. Maka, kami terus melakukan berbagai langkah untuk menjaganya salah satunya dengan meraih opini WTP dalam LKPP. Kemudian, setiap pandangan BPK baik itu saran, pendapat, atau temuan itu menjadi sesuatu yang sangat serius untuk kita tindaklanjuti. Kita betulbetul perhatikan.
Bahkan, di Kemenkeu terdapat tim khusus untuk terus memantau proses tindak lanjut atas rekomendasi BPK. Kita juga laporkan hal itu ke BPK secara reguler. Ini menjadi suatu tradisi yang menunjukkan respect dan kepercayaan sekaligus juga bersamasama memperbaiki tradisi akuntabilitas keuangan negara.
Dalam konteks ini, tentu kualitas SDM juga perlu ditingkatkan. Banyak SDM di pemerintah yang belum memahami prinsipprinsip akuntansi keuangan negara serta bagaimana penyusunan laporan keuangan dari seluruh entitas.
Satuan kerja (satker) itu bisa mencapai lebih dari 25 ribu dan kita sering memberikan pelatihan dan pendidikan. Tapi, setelah dididik bisa jadi ada yang dipindahtugaskan sehingga memang proses pendidikan itu juga harus terus dilakukan.
Rekomendasi dan temuan BPK itu akan terus kita pantau dan kita implementasikan. Kalau ada perbedaan pandangan, selama ini masih bisa didiskusikan secara profesional dan baik. Kalaupun ada sesuatu yang perlu ada jurinya maka kita meminta kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk bisa menyampaikan pendapatnya. Jadi dalam hal ini, karena semangatnya sama dan tujuannya sama maka saya menganggap ini sebagai suatu kolaborasi dan partnership namun tetap dalam koridor menjaga tugas dan fungsi masingmasing.
Dalam konteks 2020, karena suasana extraor-dinary, sejak awal ketika mendesain suatu respons kebijakan seperti program pemulihan ekonomi kadangkadang ada data yang belum lengkap tapi kegiatan itu harus dilakukan. Misalnya, sistemnya belum 100 persen siap tapi harus sudah dilakukan.
Dalam suasana kemungkinan terjadi risiko seperti ini, kita juga meminta aparat penegak hukum (APH) untuk masuk. Kita juga berkomunikasi dengan DPR dan kita berkonsultasi dengan BPK. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) mengawal kita di hampir semua lini.
Jadi apabila terjadi overshoot, misalnya, di dalam pengadaan alat kesehatan dianggap harganya sangat tinggi padahal mungkin waktu itu memang sedang terjadi kelangkaan. Maka kemudian dilakukan langkahlangkah koreksi.
Meski begitu, kita juga tentu kecewa terjadi pelanggaran tata kelola di beberapa item yang cukup penting seperti korupsi yang terjadi di Kementerian Sosial. Ini tentu menjadi suatu alarm dan peringatan kepada kita. Meskipun kita melakukan hal yang terbaik dan berupaya maksimal pasti ada saja risiko. Sehingga kita harus terus meminimalisir berbagai kemungkinan risiko itu.
Masih ada LKKL yang meraih opini WDP dan disclaimer. Apa yang akan dilakukan pemerin-tah agar kementerian/lembaga (K/L) bisa lebih baik dalam menyajikan laporan keuangannya?
Hasil pemeriksaan LKPP TA 2019 ada dua LKKL yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kemudian, satu LKKL mendapatkan opini disclaimer yaitu Badan Keamanan Laut (Bakamla).
Kemenkeu dengan seluruh kementerian terkait terus berupaya memperbaiki berdasarkan temuan BPK yang menyebabkan pemberian opini tersebut. Kita mengidentifikasi masalah sesuai temuan dari BPK dan kemudian dibentuk task force yang dipimpin wakil menteri keuangan (wamenkeu). Wamenkeu memimpin dengan melibatkan berbagai unit kerja yang ada di Kemenkeu dan juga K/L bersangkutan. Ini supaya mereka aware bahwa kita mengharapkan dan itu sesuai dengan instruksi presiden agar terjadi perbaikan sesuai dengan prinsip akuntabilitas yang baik.
Pertemuan dilakukan secara intensif, dari mulai level teknis hingga ke level policy strategies. Bahkan, ada one on one meeting antara K/L tersebut dengan Kemenkeu untuk mencari berbagai ikhtiar solusi dari temuan BPK tersebut.
Dalam situasi 2020 yang sifatnya extraordinary, saya juga memperkirakan mungkin ada beberapa K/L yang cukup kewalahan karena tiba-tiba fungsinya ditingkatkan. Seperti misalnya, Kementerian Koperasi dan UKM itu biasanya anggarannya sangat kecil tibatiba harus mengeksekusi bantuan produktif terhadap jutaan UMKM.
Ini akan menjadi suatu dinamika yang perlu kita perhatikan. Kemudian, program baru yang muncul seperti bantuan internet dan bantuan pesantren. Itu dilakukan tibatiba di saat pandemi dan harus diberikan. Tentu, proses audit dari BPK untuk men
SUDUT PANDANG
33WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
jaga akuntabilitas akan menjadi tantangan.Kita belajar dari berbagai kejadian seperti
pada 2019. Temuan berkaitan dengan pengelolaan dana peremajaan kelapa sawit. Itu mencari petaninya, akunnya, dan berapa dia menanam itu menjadi temuan BPK dan teliti banget soal itu.
Saya kira itu bagus karena kita diingatkan bah wa kita tidak boleh ngawur. Karena tujuannya baik jadi sudah kita tutup mata saja. Kan tidak bisa seperti itu. Tujuan yang baik tetap harus dilakukan dengan cara yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Banyak program bantuan kepada masyarakat yang dilakukan pada 2020. Sehingga, di luar LKKL yang sebelumnya mendapat opini WDP dan disclaimer itu, berpotensi akan terdapat beberapa temuan lain. Saya tentu berharap kita akan tetap mendapatkan WTP walaupun terdapat temuan dan akan menjadi alat koreksi. Kita tetap berharap K/L itu melakukan perbaikan dan menjaga akuntabilitas yang baik.
Program vaksinasi menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan angka aktif Covid-19. Bagaimana strategi pengelolaan keuangan negara agar program itu dapat ter-laksana?
Ini sesuatu yang paling menantang. Pertama, persoalan Covid19 ini bersifat extraordinary. Jadi, begitu mendadak dan sistem kesehatan di seluruh dunia tidak ada yang siap.
Langkahlangkah untuk mencegahnya juga extraordinary. Kita harus membuat masyarakat tinggal di rumah dan konsekuensinya itu menimbulkan biaya yang luar biasa besar. Oleh karena itu, program untuk menanggulanginya menjadi prioritas. Salah satunya adalah melakukan penemuan vaksin dan melakukan vaksinasi.
Penemuan vaksin itu sendiri dilakukan berlombalomba secara global dan diorganisir oleh WHO. WHO akan memberikan penilaian apakah vaksin yang sudah ditemukan itu kemudian se
suai standar kesehatan dunia dan dapat dipakai secara masif.
Pada saat proses penemuan vaksin itu, kita sudah harus bersiapsiap untuk menyatakan kesiapan untuk membeli. Karena kalau kita tidak memesan, maka kita mungkin akan masuk ke negara yang tidak diprioritaskan.
Jadi kita membeli atau memesan sesuatu yang belum tercipta. Itu di dalam akuntansi tentu akan sangat risky. Itu terjadi pada periode 2020. Kami membuat skema pencadangan untuk vaksinasi ini termasuk dalam skema dengan Bank Indonesia (BI) untuk pembiayaannya.
Ini sangat rumit karena sumber pembiayaannya dari BI yang membeli surat utang negara (SUN) dengan bunga nol persen. Meski begitu, barangnya belum tercipta, tapi sudah harus kita pesan dan harus tetap akuntabel.
Jadi pengadaan untuk barang yang belum ada itu harus dibuatkan perpres tersendiri. Ini suatu fenomena yang sangat rumit.
Bukan hanya itu, pembuat vaksin juga meminta sejumlah jaminan. Jadi, kondisinya serba salah karena kalau kita tidak memberikan jaminan kita tidak dapat akses vaksin. Dalam proses itu kita banyak sekali berdiskusi di kabinet, kita libatkan APH, kejaksaan dilibatkan, kepolisian, LKPP, dan BPKP.
Kita tahu risikonya ada. Namun tetap dalam situasi ini, saya berprinsip kehatihatian dan akuntabilitas itu tetap tidak boleh dikorbankan.
Pada 2020, pelaksanaan vaksinasi ternyata masih sangat kecil walau sudah dianggarkan. Vaksin dari Sinovac yang awalnya diharapkan datang pada Oktober kemudian mundur sehingga bahkan baru tiba pada Januari. Ketika sudah diimpor pun masih harus menunggu persetujuan BPOM.
Jadi barangnya sudah ada, dibayar sebagian, dipakainya 2021. Hal itu pasti akan menimbulkan tantangan akuntabilitas akuntansi yang luar biasa.
Saya berharap BPK dan Kemenkeu bisa mencatat semua prosedur ini sebagai suatu pembelajaran publik. Sehingga, nanti satu abad lagi barangkali ini bisa dipelajari.
Saya kira fenomena ini tidak setiap tahun terjadi. Banyak pembelajaran yang bisa diambil. Fenomena ini tidak ada satu orang pun yang punya pretensi untuk tahu bagaimana caranya mengelola secara persis. Karena Covid itu tidak pernah bisa diajak rapat. Jadi, APBN harus fleksibel tapi tetap akuntabel dan dengan prinsip tata kelola yang baik. l
Kita tahu risikonya ada. Namun tetap dalam situasi ini, saya berprinsip kehatihatian dan akuntabilitas itu tetap tidak boleh dikorbankan.
SUDUT PANDANG
34 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
BPK melakukan pemeriksaan atas LKPD TA 2020. Apa harapan bapak terhadap pro-ses dan hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK?
Harapan kami pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar. Walaupun dalam kondisi pandemi Covid19, namun pemeriksaan tetap dapat dilaksanakan secara efektif dengan tetap melaksanakan prosedur kesehatan. Kemudian, koordinasi dan komunikasi antara tim pemeriksa BPK dan perangkat daerah yang diaudit tetap berjalan dan terjalin dengan baik sebagaimana yang selama ini telah dilaksanakan.
Apabila dari pemeriksaan yang dilakukan ditemukan adanya permasalahan, diharapkan dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan secara baik antara tim dan perangkat daerah, sehingga dapat dicapai kesamaan persepsi terhadap permasalahan tersebut, sehingga mempermudah pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Kami tentu berharap Pemerintah Provinsi Kalimatan Timur kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebagaimana tahun sebelumnya. Disamping itu, diharapkan agar rekomendasi yang dihasilkan dapat mendorong tercapainya sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel.
Pemprov Kaltim telah meraih opini WTP dalam lima tahun berturut-turut. Hal apa saja yang dilakukan Kaltim dalam menjaga kon-sistensi tersebut? Menurut Bapak, apa kunci dari keberhasilan itu?
Ada beberapa hal yang dilaksanakan Pemprov Kalimantan Timur dalam menjaga konsistensi perolehan opini WTP. Antara lain, menjaga komitmen dan integritas seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk berupaya melaksanakan pekerjaan secara ikhlas, cerdas, dan berintegritas guna memperoleh hasil terbaik.
Kemudian, kami juga meningkatkan kualitas SDM pemerintahan guna tercapainya sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel. Lalu, bekerja sama dengan instansi terkait seperti BPK, BPKP, Kementerian Dalam Negeri, dan lain sebagainya dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan keuangan.
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, ISRAN NOORTINDAK LANJUT REKOMENDASI BPK JADI KUNCI
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur konsisten meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, ada sejumlah kunci yang dilakukan pihaknya untuk menjaga kualitas laporan keuangan. Salah satu kunci
tersebut adalah menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kepada Warta Pemeriksa, Isran Noor memaparkan upaya Pemprov Kaltim dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah. Ia juga mendukung penuh rencana BPK yang memperluas Long Form Audit Report pada tahun ini. Berikut petikan wawancara Warta Pemeriksa dengannya.
n Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor
SUDUT PANDANG
35WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Kami pun senantiasa melakukan perbaikan serta penyempurnaan terhadap infrastruktur dan ketentuan/peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Lalu, kami melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan BPK tahuntahun sebelumnya secara optimal. Dan terakhir, memperbaiki sistem remunerasi/tunjangan perbaikan penghasilan sebagai reward dan dorongan agar tercapai peningkatan kinerja pegawai.
Jadi, kunci keberhasilan konsistensi perolehan WTP tersebut adalah adanya kesatuan niat, komitmen, dan integritas dari seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk bersamasama bekerja ikhlas guna mewujudkan sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel.
Langkah apa yang telah dilakukan Pem-prov Kaltim terhadap Pemda yang LKPD-nya belum meraih opini WTP?
Terhadap pemerintah daerah kabupaten/kota yang LKPD nya belum meraih opini WTP, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mendorong kepada pemerintah daerah kabupaten/kota tersebut untuk lebih meningkatkan kualitas pengelolaan keuangannya. Dalam pelaksanaan hal tersebut disarankan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan untuk: bekerja sama dengan BPKP, Kementerian Dalam Negeri, BPK dan lain sebagainya dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan keuangan menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK secara konsisten dan optimal.
BPK akan mengidentifikasi risiko seca-ra mendalam atas setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat, termasuk pemda dalam rangka menangani pandemi Covid-19. Bagaimana pendapat Bapak atas hal tersebut?
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sependapat dan mendukung langkah BPK RI atas identifikasi risiko secara mendalam atas setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan Covid-19. Dengan teridentifikasinya risiko yang terjadi sebagai akibat diambilnya kebijakan tersebut, diharapkan dapat dihasilkan kebijakan, prosedur serta langkah kerja yang lebih tepat dan cepat dapat dilakukan dalam penanganan Covid19 sehingga pandemi Covid19 dapat lebih cepat dan segera teratasi.
Bagaimana pendapat Bapak terhadap prosedur pemeriksaan yang diterapkan BPK selama pandemi Covid-19?
Berkaitan dengan prosedur pemeriksaan yang diterapkan BPK selama pandemi Covid 19, pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK telah dilaksanakan dengan tetap mengikuti prosedur kesehatan dan tetap dapat dilaksanakan secara efektif. Koordinasi dan komunikasi antara BPK dan perangkat daerah selama dilakukannya pemeriksaan tetap berjalan dengan baik dan dalam pelaksanaannya tidak ditemukan adanya hambatan.
BPK sejak tahun lalu telah menerapkan konsep Long Form Audit Report (LFAR) dimana laporan keuangan turut dilengkapi dengan pemeriksaan kinerja. Pada tahun ini LFAR akan diterapkan bagi seluruh LKPD provinsi. Bagaimana pendapat Bapak terkait hal tersebut?
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sependapat dan mendukung langkah BPK RI atas diterapkannya konsep Long Form Audit Report (LFAR) dalam pelaksanaan pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di tahun 2021 ini.
Dengan adanya pemeriksaan laporan keuangan yang turut dilengkapi dengan pemeriksaan kinerja, diharapkan rekomendasi yang dihasilkan selain dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan keuangan yang lebih baik, transparan dan akuntabel juga diperoleh rekomendasi berkaitan tercapainya sasaran dalam RPJMD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur secara lebih ekonomis, efisien dan efektif.
Dari pelaksanaan atas rekomendasi tersebut diharapkan dapat tercapai dan terlaksana peningkatan kinerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. l
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sependapat dan mendukung langkah BPK RI atas identifikasi risiko secara mendalam atas setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan Covid19.
SUDUT PANDANG
36 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)a.
B.
Badan Pemeriksa KeuanganOpini
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terdapat empat tipe opini atas laporan keuangan, yaitu:
Opini Wajar Tanpa Pengecualian memuat pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan SAP.
Opini WTP hanya dapat diberikan bila Pemeriksa berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar, penyajian LK telah sesuai SAP, lengkap, konsisten, dan mengandung penjelasan atau pengungkapan yang memadai, sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
Opini WDP menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, posisi keuangan, operasional, arus kas, dan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyata-kan opini WDP adalah adanya salah saji sebagai berikut:
WDP karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji)
Pemeriksa, setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa salah saji yang terjadi baik secara individual maupun agregat, adalah material, tapi tidak pervasive, terhadap laporan keuangan; atau
WDP karena adanya pembatasan lingkup (ketidakcukupan bukti)
Pemeriksa, tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai untuk dijadikan dasar opini, tetapi pemeriksa menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi (possible effects) pada laporan keuangan atas salah saji yang tidak terdeteksi, apabila ada, adalah material tetapi tidak pervasive.
1
2
Opini Tidak Wajar (TW)c.
Kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini TW adalah ketika pemeriksa, setelah memper-oleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji) yang ditemukan, baik secara individual maupun agregat, adalah sangat material dan pervasive. Sifat pervasive (berpengaruh secara keseluruhan) di antaranya dapat dilihat dari kompleksitas, proporsinya terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, dan persyaratan pengungkapan yang bersifat fundamental.
Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat menyatakan bahwa Pemeriksa tidak menyatakan pendapat atas LK. Opini ini dapat diterbitkan apabila Pemeriksa tidak yakin atau ragu akan kewajaran LK karena Pemeriksa tidak dapat melaksanakan audit sesuai standar sebagai akibat pembatasan ruang lingkup audit, Pemeriksa berkedudukan tidak independen terhadap pihak yang diauditnya dan adanya ketidakpastian luar biasa yang sangat mempengaruhi kewajaran LK.
Opini tIdak Memberikan PendapatD.
BPK PERWAKILAN
37WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Bagi Kepala Perwakilan BPK Kalimantan Tengah (Kalteng) Ade Iwan Rusmana, setiap kantor perwakilan memiliki ciri khas tersendiri dengan kearifan lokalnya. Hanya saja, menurut Ade Iwan, salah satu faktor dominan yang mendorong
perkembangan dan kemajuan Kantor BPK Perwakilan adalah sumber daya manusia (SDM).
“Yang pasti di Perwakilan Kalimantan Tengah, kita memiliki modal yang utama yaitu SDM. Bagaimana menciptakan temanteman menjadi kompeten dalam menjalankan tugas,” kata Ade ketika berbincang dengan Warta Pemeriksa, Jumat (9/4). Atas alasan itulah, kata dia, salah satu hal yang terus didorong BPK Perwakilan Kalteng adalah menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni. Pengembangan SDM sangat perlu dilakukan agar proses kerja bisa berjalan lebih efektif.
KOMPETENSI SDM JADI MODAL UTAMABPK Kalteng memiliki budaya kerja yang sampai saat ini terus terjaga, yaitu berbagi pengetahuan melalui berbagai media, baik secara formal maupun informal melalui diskusi maupun obrolan ringan di aplikasi pesan singkat.
n Kepala Perwakilan BPK Kalimantan Tengah, Ade Iwan Rusmana
BPK PERWAKILAN
38 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Untuk meningkatkan kualitas SDM, BPK Kalteng mendorong peningkatan manajemen pengetahuan. Pendidikan yang didapat para pegawai BPK Kalteng tidak melulu harus berasal dari BPK pusat atau Badiklat PKN BPK. Ia menambahkan, insan BPK Kalteng memiliki budaya yang sampai saat ini terus terjaga, yaitu berbagai pengetahuan melalui berbagai media seperti KTF (knowledge Transfer Forum), diskusi maupun obrolan ringan di aplikasi pesan singkat.
“Kami selalu melakukan transfer knowledge tersebut, dan kami secepatnya berdiskusi untuk mencari way out dan secepatnya kami putuskan,”sehingga tidak ada keraguan dalam pengambilan keputusan, terutama bagi para pemeriksa. katanya.
Selain itu, BPK Kalteng memiliki aplikasi klinik hukum yang ditempel di Portal BPK Perwakilan. Klinik tersebut jadi sarana pemeriksa untuk bertanya dan berdiskusi dengan Subagian Hukum jika terjadi permasalahan-permasalahan hukum yang terjadi saat pemeriksaan dilapangan. Klinik tersebut dikelola oleh Subag hukum.
Pihaknya juga memberi ruang bagi para pemangku kepentingan untuk kemudahan berkomunikasi. Selain melalui berbagai media seperti email, kotak pengaduan, PIK, dll.. dikembangkan juga aplikasi live chat pada laman BPK Kalteng. Laman tersebut dikelola admin yang selalu aktif. “Kita juga bekerja sama dengan
Dinas Kominfo Kalteng menginformasikan tentang live chat tersebut pada videotronvidetron di Kalteng, untuk bisa diakses.
Hasil pemeriksaan pun kami sampaikan setransparan mungkin pada publik sebagai kontrol bersama,” ucap dia. Alhamdulillah Tahun 2020, BPK Perwakilan Kalteng memperoleh kualifikasi “Informatif” dari Komisi Informasi Publik Kalimantan Tengah dan menjadi satusatunya badan publik vertical yang memperoleh kualifikasi tersebut. Saat inipun kami sedang berjuang memperoleh WBBM setelah 2 tahun sebelumnya memperoleh predikat WBK dari Kemenpan RB.
Inovasi lain yang menjadi penunjang kinerja BPK Kalteng adalah pelayanan perpustakaan atau Si Puspa dan aplikasi klinik kesehatan. Sementara untuk aset, seluruh aset sudah memiliki barcode untuk memudahkan identifikasi barang milik BPK Kalteng.
“Dari pusat pun sudah menyediakan banyak aplikasiaplikasi yang memudahkan dan meningkatkan kinerja pemeriksa. Di masa pandemi ini, teknologi jadi sangat penting bagi BPK,” ungkap dia.
Meski saat ini sudah banyak aplikasi di berbagai bidang, baik pemeriksaan dan penunjang serta pendukung, namun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kendala, baik aplikasinya, terutama pada masa transisi ini, maupun sarana dan prasarana belum terlalu mendukung. Terkadang, kata dia, ada juga kendala mengenai kondisi internet yang tidak terlalu baik.
Menurut dia, salah satu hal yang terus diperhatikan BPK Kalteng saat ini adalah memudahkan pemeriksaan dan mengawasi pemeriksaan. Prosesproses tersebut dibuat sesimpel mungkin, selain menggunakan aplikasi yang sudah ada seperti SiAP LKPD, juga dengan membuat grup Whatsapp untuk mendiskusikan sesuatu dan mengambil keputusan atau respons secara cepat. l
39WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
KEPEGAWAIAN
Jumlah pegawai perempuan di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terus meningkat. Per 21 April, yang juga dirayakan sebagai Hari Kartini, total jumlah pegawai perempuan mencapai 3.058 orang atau sebesar 42,5 persen dari jumlah pegawai sebanyak 7.190
orang.Menurut data Biro Sumber Daya Manusia BPK,
jumlah pegawai perempuan pada 2018 sebanyak 2.486 orang, pada 2019 naik menjadi 2.639 orang, dan pada 2020 naik menjadi 2.882 orang. Tak hanya soal angka, kontribusi dari pegawai perempuan di BPK juga sangat besar. Hal itu diungkapkan Kepala Biro Sumber Daya Manusia Badan Pemeriksa Keuangan Dadang Ahmad Rifai kepada Warta Pemeriksa pada 12 April 2021.
Dadang mengatakan pegawai perempuan di BPK memiliki peran penting, karena dari segi kemampuan intelektual tidak berbeda dengan pegawai lakilaki, bahkan banyak yang lebih baik. Perempuan, tutur dia, pada dasarnya memiliki kemampuan multitasking, bisa memiliki nilai lebih dalam hal kecerdasan, ketelitian, kreativitas dan keuletan.
“Pegawai perempuan menjadi bagian dari sumber daya manusia (SDM) di BPK, dimana SDM BPK merupakan aset terbesar dan terpenting yang dimiliki oleh organisasi ini. Komposisi pegawai perempuan semakin bertambah setiap tahun, begitu juga dengan pegawai perempuan yang menduduki jabatan struktural dan strategis. Selain itu, dalam suatu jenjang jabatan yang sama, pegawai perempuan juga bisa berkinerja sama dan/atau lebih baik dari pegawai laki-laki,” ucap dia.
Untuk mendorong kemampuan intelektual pegawai perempuan, BPK juga membuka selebarlebarnya kaum
perempuan untuk meraih pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Saat ini, programprogram pengembangan kompetensi yang ada di BPK antara lain peningkatan pendidikan gelar, diklat, pendidikan dan sertifikasi profesi, magang, dan program lainnya.
“Setiap pegawai yang ada di BPK memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan atau pelatihan yang lebih tinggi atau untuk mengembangkan kompetensinya. Setiap kesempatan terkait ini selalu dipublikasikan kepada seluruh pegawai melalui aplikasi SISDM dimana semua pegawai BPK baik lakilaki maupun perempuan dapat mengaksesnya dan mendaftar melalui aplikasi yang disediakan untuk mengikuti seleksi selanjutnya,” ucap dia.
Sedari awal, tutur dia, persyaratan yang diberikan pun tidak ada yang berbasis gender. Persyaratan seperti halnya instansi lain, lebih bersifat umum, seperti TOEFL, penulisan makalah, rekomendasi pimpinan, dan sebagainya.
Bahkan, untuk beberapa sponsor, beasiswa seperti AAS (Australia Awards Scholarship), memberikan prioritas pemberian beasiswa kepada pegawai perempuan, yang tentu saja menjadi poin tambah pada proses seleksi yang mereka selenggarakan. Berkaca pada hal ini, ujar dia, tidak ada batasan dari organisasi untuk pegawai perempuan mencapai tingkat pendidikan yang diinginkan.
Ia pun bersyukur karena dalam lima tahun terakhir, selain terjadi peningkatan jumlah pegawai perempuan, juga diikuti meningkatnya keikutsertaan untuk melanjutkan pendidikan gelar lebih lanjut. Peningkatan ini terjadi karena adanya kesadaran bagi pegawai perempuan untuk mengembangkan karier.
Semua pegawai, termasuk pegawai perempuan yang menduduki jabatan fungsional, memiliki kewajiban mengumpulkan angka kredit. Salah satu unsur yang dinilai dalam angka kredit tersebut adalah pendidikan. Sehingga mereka dituntut untuk mengumpulkan angka kredit termasuk melalui unsur pendidikan.
Dadang menambahkan, BPK juga membuka peluang bagi siapapun untuk menduduki jabatan di BPK baik fungsional maupun struktural. Ia mencontohkan, untuk saat ini JPT (Eselon I dan II) diduduki oleh perempuan sebanyak 14 pegawai atau 15 persen dari total JPT sebanyak 91 pegawai, untuk jabatan pengawas diduduki oleh 22 persen dari total pengawas atau seba
PEGAWAI PEREMPUAN PUNYA PERAN PENTING DI BPKKomposisi pegawai perempuan semakin bertambah setiap tahun, begitu juga dengan yang menduduki jabatan struktural dan strategis.
n Dadang Ahmad Rifai
40 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
KEPEGAWAIAN
nyak 47 pegawai, dan 32 persen dari total administrator atau sebanyak 101 pegawai.
Untuk jabatan fungsional, ahli pertama hingga utama juga ditempati oleh pegawai perempuan sebanyak 1.634 pegawai atau 40 persen dari total pegawai fungsional di BPK sebanyak 4.085 pegawai. Di samping itu, sebanyak 989 pegawai perempuan atau 53 persen menduduki jabatan pelaksana/unit penunjang dan pendukung dari total jumlah pejabat pelaksana di BPK sebanyak 1.866 pegawai.
Menyambut Hari Kartini di bulan April, ia pun berterima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggitingginya atas kerja keras, tenaga dan pikiran yang diberikan kepada organisasi ini. Ia mengetahui memang tidak mudah membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus keluarga, termasuk menyikapi tantangan sebagai seorang perempuan yang bekerja di kantor dan juga sekaligus menjadi seorang anak, ibu, istri di rumah.
“Pasti ada titiktitik merasa lelah sehingga harus memilih antara pekerjaan dan keluarga. Namun, dengan kebersamaan kita di BPK, mari tetap semangat melaksanakan tugas pekerjaan kita masingmasing. Biro SDM berupaya untuk selalu melihat perkembangan dan dinamika yang terjadi pada organisasi sebagai bahan untuk membuat kebijakankebijakan yang lebih adil untuk semua orang, sehingga diharapkan pegawai perempuan dapat membangun karier dan keluarga secara seimbang,” ujar dia.
Fasilitas bagi perempuanDadang mengatakan, untuk mendukung kinerja pe
gawai perempuan, BPK juga memberikan fasilitas dan akomodasi bagi pegawai perempuan. Hal itu sesuai dengan kodrat pegawai perempuan sebagai ibu seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Ia mengatakan, BPK memiliki ruang laktasi. Pegawai perempuan yang sudah menyandang status sebagai ibu dan masih mempunyai bayi, tentu menginginkan agar tetap bisa memberikan ASI sebagai asupan gizi terbaik bagi anaknya meski saat ditinggal kerja ke kantor. Untuk itu BPK sudah menyediakan ruang laktasi yang nyaman agar para ibu BPK dapat menyediakan ASI untuk buah hatinya.
BPK juga memberikan fasilitas cuti bersalin selama 3 bulan yang dapat diambil secara fleksibel bagi pegawai perempuan BPK yang sedang hamil dan hendak melahirkan. Cuti ini bisa diambil sebelum dan/atau sesudah bersalin dengan maksimal 3 bulan dan tetap diberikan haknya sebagai seorang pegawai.
Kemudian, fasilitas penempatan sementara 3 bulan setelah cuti bersalin di satuan kerja sesuai permohonan pegawai. Penyelenggaraan edukasi psikologis dengan tema yang mendukung peran ibu berkerja.
Demi mendukung tanggung jawab perempuan sebagai ibu, BPK juga memberikan keluasaan terkait jam kerja. Namun, hal ini perlu dikomunikasikan dengan atasan langsung. Ia menyebutkan, kebijakan jam kerja berdasarkan Keputusan Sekjen nomor 448/K/X-XIII.2/10/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 204/K/X-XIII.2/3/2013 tentang Tata Tertib Kerja Pegawai pada Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan adalah 8 jam kerja dengan transaksi presensi masuk kerja mulai pukul 07.3008.00 dan transaksi presensi pulang kerja dari pukul 04.30 sampai dengan pukul 21.00. Ini menjadi aturan yang harus diikuti seluruh pegawai di BPK.
“Namun, untuk keadaankeadaan dengan alasan pribadi dapat dikomunikasikan dengan atasan langsung yang bersangkutan. Kebijakan atasan langsung yang dapat memberikan izin kepada yang bersangkut an karena atasan langsung dianggap mempunyai garis wewenang yang paling dekat dengan pegawai serta dapat melihat dan mempertimbangkan kondisi pegawai,” ucap dia.
Ada pula kebijakan bagi pasangan sesama BPK, yaitu pegawai perempuan di BPK diberikan hak untuk mengajukan pindah ikut suaminya saat dipindahtugaskan. Hal ini tentu sangat membantu pegawai khususnya pegawai perempuan karena akan lebih mudah dan merasa lebih aman dalam menjalankan perannya mendidik anak bersamasama. l
HOBI
41WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Bagi anda yang menyukai film-film Godzilla ataupun action figure-nya, mungkin Damar Wijanarko adalah sa
lah satu orang yang paling enak diajak mengobrol. Ia mengetahui seluk beluk Godzilla, bahkan cerita di balik pembuatan film pertama Godzilla yang diluncurkan 3 November 1954.
Saking menyukai film-film Godzilla, pria berpang kat Penata Muda III/A di Badan Pemerik sa Keuangan ini juga mengoleksi action figure Godzilla. Ia memiliki beberapa action figure, baik itu yang asli maupun yang KW. “Dari kecil saya mengoleksi mainan, salah satunya Godzilla dan Ultraman,” ucap dia
Hanya saja, Damar mengaku mulai menghitunghitung jika harus membeli produk action figure yang diproduksi Toho Production tersebut. Action figure asli menurutnya sangat mahal, bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Apalagi, menurut Damar, jauh lebih sulit mencari monstermonster atau disebut Kaijuu lawan God zilla diban dingkan mencari action figure dari Godzilla yang sering disebut Raja para monster.
Damar pun semenjak 2019 mulai
memberani kan diri untuk membuat action figure berbahan dasar clay. Awalnya, ia hanya cobacoba dengan belajar sendiri melalui panduan Youtube. Setelah mulai mencoba, ternyata ia merasa mampu membuat action figure tersebut. “Ternyata tidak terlalu susah, bisa dibilang tidak sesusah yang dibayangkan. Malah jadi sarana melepas stres,” ucap dia.
Selama hampir dua tahun berkarya de ngan menggunakan bahan dasar clay, total ia membuat sembilan action figure monster. Ukurannya pun bervariasi, antara 15 cm hingga 35 cm. Bahkan salah satunya bukanlah monster, namun karakter superhero Jepang yang berwajah singa, LionMaru. Ia bercerita, membuat LionMaru dari berbagai bahan tidak terpakai.
BERKREASI DENGAN ACTION FIGUREAction figure bisa dibuat dengan menggunakan benda-benda yang tidak terpakai.
n Damar Wijanarko dan koleksinya.
Saya ikut group Godzilla Freak Indonesia, ketika saya unggah karya saya, justru jadi satusatunya yang punya. Selain itu jadi kesenangan tersendiri ketika orang melihat karya sendiri dipuji, ditanyatanya dan lainlain. Walau tidak sebagus buatan pabrik tapi ada kepuasan sendiri.
HOBI
42 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Badan LionMaru berasal dari boneka Ken, pasangan Barbie, yang tidak terpakai. Sementara bulu di wajah LionMaru berasal dari plastik. Sementara wajahnya ia buat dari clay. Sedangkan kostumnya berasal dari berbagai macam kain yang ia buat motifnya dan jahit sendiri. “Ternyata pelajaran menjahit SDSMP akhirnya terpakai juga saat membuat LionMaru,” ucap dia.
Proses pembuatannya, ucap dia, benarbenar tergantung mood. Hal itu karena ia tidak pernah mematok target kapan harus menyelesaikan proses pembuatan. Apalagi, ia sepanjang hari bekerja sebagai pegawai BPK. Sehingga waktu yang tepat untuk berkreasi adalah pada saat malam hari.
“Misalkan malam saat anakanak sudah tidur, bisa antara jam 9 sampai jam 1 malam, kalau diratarata satu hingga dua jam. Aku enggak mematok waktu, kadang bisa selesai satu bulan, tapi umumnya saya kerjakan malam atau weekend. Ini sebenarnya enggak terlalu messy, dan bisa dicicil pembuatannya.”
Artinya, setiap satu karakter monster bisa ia kerjakan selama satu bulan. Ia pun tidak juga mematok harus membuat satu buat action figure per satu bulan, karena semua ia buat berdasarkan keinginan yang kadang
timbul. “Ini bagi saya kontempelasi, ilham datang saat malam,” ucap dia.
Karakter pertamaIa bercerita, karakter pertama
yang ia buat adalah Godzilla tahun 1954. Hal itu karena memang karakter atau jenis Godzilla paling ia suka adalah Godzilla 1954. Apalagi seingat dia, dalam klub pecinta Godzilla hanya ia yang memilikinya. Selain itu ia juga sengaja membuat monster musuh Godzilla karena amat jarang dimiliki.
“Saya ikut group Godzilla Freak Indonesia, ketika saya unggah karya saya, justru jadi satusatunya yang punya. Selain itu jadi kesenangan tersendiri ketika orang melihat karya sendiri dipuji, ditanyatanya dan lainlain. Walau tidak sebagus buatan pabrik tapi ada kepuasan sendiri,” tutur dia.
Ia pun mengaku pernah menjual salah satu karya Godzilla berukuran mungil seharga kurang lebih Rp400 ribu dan hasil penjualannya dibelikan action figure Ultraman. Sayangnya, setelah itu ia mengaku merasa bersalah dan kapok menjual hasil karyanya. Ia bahkan bersungguh sungguh mengatakan tidak akan menjual karyanya lagi.
Terkait proses pembuatan, ia menyebut proses pembuatan dilakukan dengan air dry clay sangat murah dan tidak lebih dari Rp100 ribu. Selain itu, rangka tubuh monster juga bisa menggunakan alumunium foil, kertas, kawat dan bahanbahan tidak terpakai lainnya.
Ia memilih dry clay karena mudah dibentuk dan cepat mengeras. Namun, kelemahan dari dry clay adalah mudah rusak bila jatuh ataupun tertimpa sesuatu.
Hal ini berbeda dengan plastik atau vinyl yang terbilang kuat dan tidak mudah rusak. Hanya saja, memang harga bahan dasarnya mahal. Oleh karena itu, ia berharap ke depan bisa membeli lemari kaca untuk menyimpan karyakaryanya. l
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
43WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
44 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mendorong pemerintah dapat memperbaiki pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada awal tahun ini, BPK telah menyerahkan pendapat BPK terkait penyelengga
raan program JKN kepada pemerintah. BPK menyampaikan pendapat karena permasalahan dalam penyelenggaraan JKN yang ditemukan selama pemeriksaan pada 20152019 belum terselesaikan hingga saat ini.
Ketua BPK Agung Firman Sampurna mengatakan, hasil pemeriksaan BPK menunjukkan terjadinya permasalah an dalam penyelenggaraan program JKN yang menunjukkan peta jalan JKN 20122019 belum sepenuhnya tercapai.
“Berbagai permasalahan tersebut berdampak pada tata kelola keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dan tentunya kualitas penjamin an layananan kesehatan yang ditanganinya selama periode 20152019,” ung kap Agung dalam pembukaan kegiatan Wor-kshop Pendapat BPK terkait Pengelolaan atas Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (6/4).
Agung menyampaikan, berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK meng identifikasi berbagai permasalahan tata kelola yang bersifat sistemik termasuk yang terjadi berulang dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, BPK memandang perlu untuk memberikan pendapat terkait penyelenggaraan program JKN.
BPK DORONG PEMERINTAH PERBAIKI PELAKSANAAN PROGRAM JKNBPK menyampaikan pendapat karena permasalahan dalam penyelenggaraan JKN yang ditemukan selama pemeriksaan pada 2015-2019 belum terselesaikan hingga saat ini.
n Sri Mulyani Indrawatin Achsanul Qosasi
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggelar dua work shop sebagai tindak lanjut dari dua pendapat BPK yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Januari 2021. Dua
pendapat yang disampaikan bersamaan dengan hari ulang tahun BPK tersebut yaitu terkait Pengelolaan Dana Otonomi
Khusus (Otsus) Provinsi Papua dan Papua Barat serta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Workshop Pendapat BPK
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
45WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Pendapat BPK ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk menyelesaikan masalahmasalah tersebut secara tepat, terstruktur, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
n Agung Firman Sampurna
Agung juga menekankan, permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu kementerian/lembaga atau pemerintah daerah saja. Menurutnya, permasalahan ini perlu diatasi secara sinergis melalui kerja sama dan koordinasi lintas kementerian dan lintas lembaga, serta melibatkan pemerintah daerah dengan dukungan para pemang ku kepentingan terkait.
“Pendapat BPK ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk menyelesaikan masalahmasalah tersebut secara tepat, terstruktur, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ujar Agung.
Kegiatan workshop virtual tersebut turut dihadiri oleh Anggota III/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Ach sanul Qosasi dan Menteri Ke uangan Sri Mulyani Indrawati sebagai pembicara kunci.
Dalam sambutannya, Achsanul menyampaikan, pentingnya upaya gotong royong untuk perbaikan pengelolaan JKN agar tujuan negara dalam menyejahterakan rakyatnya dapat tercapai. Menurut Achsanul, pe ngembangan JKN memang harus dilakukan secara gotong royong karena secara fiskal, APBN belum mampu membiayai semua klaim kesehatan masyarakat.
Ia mengatakan, Kementerian Kesehatan selaku pengemban tugas pemerintah di bidang kesehatan harus mampu meningkat kan dan melindungi derajat kesehatan ma syarakat. Sementara, BPJS Kesehatan pun perlu menyediakan layanan jaminan kesehatan terbaik yang mencakup seluruh penduduk Indonesia. BPJS Kesehatan juga memiliki tugas untuk menjaga kesinambung an JKN. Kementerian/lembaga (K/L) lainnya beserta pemerintah daerah juga memiliki tugas dan fungsi ma
singmasing dalam menyukseskan program JKN.Achsanul mengatakan, BPK pun turut berpe
ran menyukseskan penyelenggaraan JKN melalui visinya yakni berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara. Perbaikan tata kelola tersebut dilaksanakan melalui pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut dari rekomendasi yang sudah diberikan, dan bahan pendapat BPK.
“Melalui bahan pendapat dan rekomendasi tersebut diharapkan JKN akan berkesinambungan dan dapat mewujudkan salah satu tujuan negara dalam memberikan layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan apresiasi kepada BPK yang telah menyampaikan pendapat terkait pe ngelolaan atas penyelenggaraan program JKN. Menurutnya, pendapat tersebut merupakan suatu masukan positif dari BPK sebagai institusi negara yang sangat penting.
“Ini sekaligus memberikan berbagai rekomendasi perbaikan mengenai penyelenggaraan program JKN yang juga merupakan salah satu pondasi kita bernegara dan mencapai tujuan kita bernegara,” ungkap Sri.
Menurut Sri, pendapat BPK adalah masukan penting yang perlu ditindaklanjuti seluruh stake-holder terkait.
“Semoga upaya BPK bersama seluruh stake-holder dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan program JKN yang bisa melayani hak rakyat dan di sisi lain bisa terus berlangsung atau sustainable dari sisi keuangan maupun sisi pelayanan bisa terus kita ikhtiarkan,” ujar Sri. l
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
46 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna berharap ada langkah lanjutan dari Pemerintah terkait Pendapat BPK tentang Pengelolaan Dana Otonomi Khusus (Otsus) Provinsi Papua dan
Papua Barat. Agung menyatakan, respons pemerintah diperlukan agar mendorong per baikan tata kelola terkait Pendapat BPK tersebut.
“Pendapat BPK ini memiliki arti penting, karena BPK bukan saja menjalankan peran over-sight, tetapi juga berupaya memberikan nilai dan manfaat lebih bagi para pemangku kepentingan melalui peran insight dan foresight,” ujar Ketua BPK dalam Workshop Pendapat BPK Terkait Pengelolaan Dana Otsus pada Provinsi Papua dan Papua Barat yang diselenggarakan secara virtual, pada Selasa (30/3).
Sebagai informasi, BPK telah menyampaikan pendapat terkait Pengelolaan Dana Otsus Papua kepada Presiden Joko Widodo pada 18 Januari 2021 lalu. Ketua BPK menyebutkan, sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) BPK 20202024, melalui peran insight, BPK dapat memberikan pendapat mengenai programprogram, kebijakan
dan operasi yang kinerjanya baik, serta menyarankan praktikpraktik terbaik (best practices) untuk dijadikan acuan. Fungsi ini dilakukan dengan mendalami kebijakan dan masalah publik.
Sedangkan peran sebagai foresight, BPK memberikan tinjauan ke masa depan dengan menyorot implikasi untuk jangka panjang dari putusan atau kebijakan pemerintah saat ini. Hal itu dengan mengindentifikasi kunci dan tantangan yang dihadapi negara dan masyarakat sebelum hal itu muncul, menjadi masalah atau bereskalasi menjadi krisis. Peran ini dilakukan untuk membantu masyarakat dan pengambil keputusan untuk memilih alternatif kebijakan di massa depan.
Selain itu, BPK dapat memberikan saran kepada lembaga dalam meningkatkan hubungan lintas sektor dalam pemerintah serta dalam meningkatkan sinergi antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai hasil dan manfaat sebesarbesarnya bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
“Salah satu peran BPK dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas adalah melalui pemberian pendapat. Dengan
KETUA BPK INGATKAN TINDAK LANJUT SOAL DANA OTSUS PAPUASejak diberikan Otsus, kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami peningkatan, namun tingkat kesejahteraan tersebut masih lebih rendah dibanding provinsi lainnya.
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
47WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
semangat mewujudkan tata kelola yang berkualitas tersebut, BPK memberikan pendapat atas program dana Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat,” ungkap Ketua BPK dalam kegiatan yang dihadiri oleh Pimpinan BPK serta Menteri dan Kepala Daerah Provinsi Papua dan Papua Barat tersebut.
BPK memandang perlu memberikan pendapat tersebut karena berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK masih menemukan permasalahan yang mendasar dan terjadi secara berulang dari tahun ke tahun. Ketua BPK mengungkapkan, permasalahan strategis ini tidak bisa diselesaikan jika hanya ditangani oleh satu kementerian/lembaga atau pemerintah daerah saja. Namun, perlu diselesaikan secara sinergis melalui kerja sama dan koordinasi lintas kementerian/kelembagaan dan melibatkan pemerintah daerah dengan dukungan para pemangku kepentingan.
Otsus Papua dan Papua Barat, dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, penegakan supremasi hukum, penghormatan kepada hak asasi manusia, percepatan pembangunan ekonomi, serta peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain di Indonesia.
Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Ke uangan Negara BPK Bahrullah Akbar mengatakan, berdasarkan amanat UU No 21 tahun 2001, Otsus Papua akan berakhir pada 2021. Sedangkan hasil pemeriksaan BPK periode 20082019 mengungkapkan adanya permasalahan mendasar dalam pengelolaan Dana Otsus Papua pada aspek regulasi, kelembagaan, dan sumber daya manusia.
BPK menyimpulkan, sejak diberikan Otsus, kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami peningkatan, namun ting kat kesejahteraan tersebut masih lebih rendah dibanding provinsi lainnya. Selain itu, tingkat kemandirian fiskal pemerintah daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat termasuk dalam kategori belum mandiri.
Pemberian Dana Otsus dalam bentuk tunai dengan transfer daerah belum dikelola secara memadai dan menimbulkan terjadinya penyimpangan sehingga memengaruhi efektivitas pencapaian tujuan Otsus Papua. Selain itu, UU Otsus tidak mengamanatkan penyusunan grand design pembangunan Papua dalam rangka Otsus periode 20012021.
Dari 1.500 rekomendasi hasil pemeriksaan BPK, sebanyak 527 (35 persen) rekomendasi belum selesai ditindaklanjuti. Hal ini menunjukkan
masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan, sehingga berdampak pada belum tercapainya tujuan Otsus Papua.
“Oleh karena itu, BPK memandang perlu untuk memberikan pendapat kepada pemerintah agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan untuk keberlanjutan Program Otsus Papua,” kata Bahrullah.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono mengatakan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat sejauh ini mampu mendorong pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk menjawab beberapa tantangan mendasar di Papua dan Papua Barat. Pertama, mengurangi angka kemiskinan yang sangat tinggi, di mana di Papua 26,55 persen dan di Papua Barat 21,51 persen. “Keduanya merupakan yang tertinggi di Indonesia melalui penyediaan prasarana dan sarana bagi perkotaan dan perdesaan,” ucap dia dalam work-shop tersebut.
Kedua, mengurangi indeks kemahalan konstruksi yang tinggi melalui perbaikan konektivitas antarkota dan antardesa. “Khusus dalam temuan BPK tentang keberlanjutan dana otsus diatur dalam bentuk pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang masih belum semuanya menghubungkan antarwilayah sehingga terjadi biaya logistik yang tinggi dan biaya kemahalan yang tinggi seperti di Wamena dan sebagainya,” ucap dia.
Terkait dengan pelaksanaan otsus, Kementerian PUPR telah senantiasa berkomitmen untuk melaksanakan pemerataan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua dengan membuka keterisolasian wilayah dan meningkatkan akses dan konektivitas dari darat maupun laut dengan pembangunan jalan TransPapua sepanjang 3.924 km. l
n Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Ke uangan Negara BPK Bahrullah Akbar
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
48 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mencoba mengembangkan suatu inisiatif strategis dalam pengembangan human capital. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kapasitas Badan Diklat Pemeriksaan Keuangan Negara (Badiklat PKN) dengan menerapkan prinsip prinsip corporate university.
Tujuannya, untuk mengakselerasi pencapaian visi 20202024, yaitu “Menjadi lembaga pemeriksa tepercaya yang berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara”.
Ketua BPK Agung Firman Sampurna menjelaskan, kebutuhan formasi pegawai di BPK saat ini masih jauh dari ideal. Memang di satu sisi, terjadi peningkatan kompetensi di satu sisi untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Akan tetapi di sisi lain, prosesnya bertendensi mengurangi kapasitas organisasi untuk melaksanakan tugas yang lain.
Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan terobosan baru. Dengan begitu, upaya peningkatan kompetensi dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi tidak mengurangi kapasitas
organisasi dalam menjalankan perannya. Apalagi sebagai organisasi, BPK perlu memperbarui pengetahuan menjadi salah satu cara untuk mampu bertahan dalam era disrupsi sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi.
Konsep tersebut pun kemudian mendorong terbentuknya gerakan organisasi pembelajar (learning orga-nization), yaitu organisasi yang dapat me ngembangkan kemampuannya untuk senantiasa menyesuaikan diri dan merespons kebutuhan organisasi. Dalam hal ini yaitu terkait dengan upaya pengembangan sumber daya manusia, khususnya kompetensi dalam pemeriksaan/audit dan komunikasi audit.
Pola pembelajaran diselaraskan antara apa yang dipelajari dalam pelatihan dan yang dibutuhkan oleh organisasi.
MEMASUKI ERA DISRUPSI DENGAN BPK CORPU
BPK Corpu menawarkan solusi agar seluruh pembelajaran dan pembimbingan terarah sesuai dengan tujuan organisasi.
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
49WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Pola pembelajaran diselaraskan antara apa yang dipelajari dalam pelatihan dan yang dibutuhkan oleh organisasi. Program pelatihan juga difokuskan memberikan peningkatan kinerja organisasi secara nyata. Kemudian partisipasi peserta pembelajaran dikembangkan dengan menerapkan metode pembelajaran melalui pola penugasan dan pembimbingan dengan lebih flek sibel dan accessible.
“Pengembangan SDM utamanya diarahkan untuk peningkatan kompetensi pelaksana BPK, khususnya terkait dengan kompetensi dalam pemeriksaan/audit dan komunikasi audit,” ungkap Ketua BPK dalam acara Peluncuran BPK Corporate University (BPK Corpu) di Badiklat PKN di Jakarta pada Kamis (8/4).
Badiklat PKN, sebagai unsur pelaksana tugas penunjang BPK, juga mengusulkan pengembang an Badiklat menjadi BPK Corporate University (BPK Corpu). Menurut Ketua BPK, hal tersebut merupakan wujud implementasi dari Rencana Strategis (Renstra) BPK.
Lebih lanjut, Ketua BPK menyebutkan, terdapat beberapa faktor yang mendorong Badiklat PKN bertransformasi menjadi BPK Corpu. Pertama, agar perkembangan SDM semakin sejalan dengan rencana strategis (strategic planning) organisasi. “BPK Corpu menawarkan solusi agar seluruh pembelajaran dan pembimbingan terarah sesuai dengan tujuan organisasi,” ungkap dia.
Kedua, kata dia, BPK Corpu menyediakan proses bisnis pengembangan SDM yang lebih aplikatif, relevan, mudah diakses, dan berdampak tinggi. Ketiga, BPK Corpu menciptakan learning organization atau organisasi yang terus belajar dan menciptakan pengetahuan yang dibutuhkan dalam pengembangan organisasi.
Pengembangan BPK Corpu juga tidak terlepas dari terlaksananya kerja sama dengan partner strategis BPK, yaitu aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP), kantor akuntan publik (KAP), lembaga diklat kementerian/lembaga/pemda, su-preme audit institution (SAI) negara lain, lembaga profesi, dan perguruan tinggi. Ke depannya produkproduk yang dihasilkan oleh BPK Corpu tidak hanya dimanfaatkan oleh pihak internal BPK saja, melainkan juga pihak eksternal BPK. Terkait hal tersebut, BPK merencanakan agar pada 2023 BPK Corpu dapat menjadi world-class corporate univer-sity yang unggul secara global dalam forum Global Council of Corporate Universities (Global CCU).
Selain peresmian BPK Corpu, pada kesempatan tersebut juga diselenggarakan talkshow dengan judul, “Akselerasi Peningkatan Kinerja Organisasi dengan Penerapan Prinsip Corporate University”. Narasumber dalam talkshow tersebut yaitu Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono, Ketua Global CCU Annick RenaudCoulon, Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara (LAN) Muhammad Taufiq, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Andin Hadiyanto, dan Senior General Manager Telkom CorpuJemy Vestius Confido, dan dimoderatori oleh Helmy Yahya.
Talkshow ini merupakan salah satu sarana knowledge sharing mengenai corporate universi-ty. Keberadaan BPK Corpu ini diharapkan dapat menjadi center of knowledge dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara. Di samping itu juga dapat menjadi media bagi BPK untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan keuangan negara dan perluasan prinsip Accountability for All. l
n Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
50 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggelar workshop persiapan pemeriksaan kinerja terinci Long Form Audit Report (LFAR) Tahun 2021 di lingkungan Auditorat Keuangan Negara (AKN) V BPK,
Kamis (18/3). Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual tersebut dibuka Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK, Bahrullah Akbar.
Dalam sambutannya, Bahrullah mengatakan, Rencana Strategis (Renstra) BPK Tahun 20202024 menjadikan BPK sebagai lembaga yang tepercaya yang berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara serta berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuannya.
“Yang kita bangun ini adalah terkait
Renstra dan tentu terkait dengan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 12 tentang nilai tambah laporan dan fungsi BPK, sehingga membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, itu kata kunci kenapa kita harus melakukan Long Form Audit Report (LFAR),” jelasnya.
Bahrullah menjelaskan, Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LHP LKPD) yang dikerjakan sudah mencapai (85 persen) dari total 542 provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. Dengan demikian, kerja keras auditor BPK telah membuahkan hasil sejak tahun 2006, yaitu best practice di dalam pelaksanaan pertanggungjawaban keuangan daerah melalui penyusunan neraca LKPD telah mencapai titik tertentu, yaitu pemberian opini laporan keuangan dengan wajar tanpa pengecualian (WTP).
Oleh karena itu, LHP diharapkan bisa disajikan lebih ringkas, akurat, dan objektif serta meyakinkan bahwa LHP bisa menggambarkan keberhasilan suatu kinerja di lingkungan pemerintah daerah (Pemda). “Saya harap workshop ini benarbenar dapat dimanfaatkan sebagai forum diskusi untuk saling bertukar pikiran di antara para peserta dan terus mengeksplorasi pemikiran,” ungkap Bahrullah.
Dalam kesempatan tersebut, Bahrullah juga menekankan agar semua pemeriksa
AKN V GELAR WORKSHOP LFARAnggota V/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK juga menekankan agar semua pemeriksa menjunjung tinggi nilai dasar BPK, yaitu integritas, independensi, dan profesionalisme.
AKUNTABILITAS UNTUK SEMUA
51WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
menjunjung tinggi nilai dasar BPK, yaitu integritas, independesi, dan profesionalisme, sehingga apa yang dikerjakan sesuai dengan professional judgement.
Hadir dalam kegiatan workshop ini Auditor Utama Keuangan Negara V BPK, Akhsanul Khaq beserta seluruh Kepala Perwakilan pada BPK Perwakilan wilayah barat dan para pelaksana di lingkungan AKN V sebagai peserta workshop.
Sebagai informasi, LFAR digagas untuk memberikan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan. Melalui LFAR, BPK melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang turut memperhatikan penekanan pada aspekaspek kinerja yang dicapai entitas di dalam periode pemeriksaan.
Pada 2020, LFAR telah diterapkan secara piloting untuk LKPD di lima provinsi, yaitu di Pemprov DKI, Pemprov Aceh, Pemprov Lampung, Pemprov Banten, dan Pemprov Jawa Timur. Topik pemeriksaan kinerja di lima daerah tersebut berbedabeda, disesuaikan
dengan kondisi masingmasing entitas.Di Provinsi Banten, BPK melakukan pe
meriksaan kinerja atas efektivitas penanggulangan bencana tahap prabencana tahun anggaran 2019 yang hasilnya belum efektif. Di Provinsi Lampung, BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas efektivitas upaya pemda untuk mencapai target kemantapan jalan dalam mendukung pergerakan orang dan barang tahun anggaran 2019 yang hasilnya kurang efektif.
Di Provinsi Jawa Timur, BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas efektivitas program pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan tahun anggaran 2019 yang hasilnya cukup efektif. Sementara di Aceh BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas efektivitas program pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dari dana otsus tahun anggaran 2019 yang hasilnya kurang efektif. Sedang kan di DKI Jakarta, pemeriksaan kinerja atas pengendalian pencemaran udara dari sektor transportasi darat hasilnya masih perlu diting katkan. l
Yang kita bangun ini adalah terkait Renstra dan tentu terkait dengan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 12 tentang nilai tambah laporan dan fungsi BPK, sehingga membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
n Bahrullah Akbar
KOLOM
52 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Menjadi Corporate University (corpu) jangan karena “gayagayaan”. Labelnya corpu, namun
substansinya sama dengan diklat pada umumnya. Pesan seperti ini sering disampaikan oleh praktisi corpu pada saat seminar, ceramah, dan berbagai forum lainnya. Jika hanya mengikuti tren, namun visi, materi, dan pendekatan diklat tidak selaras dengan prinsip bekerjanya corpu, maka diklat tidak akan maksimal hasilnya.
Bagaimana dengan BPK? Tentu, pembentukan BPK Corporate University (BPK Corpu) bukan karena mengikuti tren, namun pilihan dengan penuh kesadaran bahwa corpu merupakan cara terbaik untuk mengembangkan SDM dan pada saat yang sama mampu mengembangkan organisasi. Sebagai konsekuensinya, semua hal yang terkait dengan diklat akan disesuaikan dengan konsep atau prinsipprinsip yang dilaksanakan dalam corporate university.
Sejarah CorpuSejatinya, pengembangan corpu
di Indonesia tidak lepas dari sejarah berkembangnya corpu di dunia. Corpu pertama di dunia adalah Institut Manajemen General Electric di Crotonville, New York pada tahun 1955 (Gary, 2017). Tujuan program GE adalah mengembangkan calon pemimpin GE yang baru muncul supaya siap dalam suksesi di GE. Pro
gram ini sukses dan menjadi rujukan banyak perusahaan.
Pemimpin GE Jack Welch berhasil mengubah pusat pelatihan GE menjadi pusat pembelajaran strategis yang mendukung tujuan dan strategi organisasi. Sebelumnya, pusat pelatihan GE bersifat konvensional dan bertujuan hanya untuk menjadikan karyawan memiliki suatu keahlian yang dibutuhkan saat itu. Jadi sifat pelatihannya temporer, untuk mengatasi masalah teknis operasional, dan tidak selalu berkaitan dengan strategi perusahaan secara lebih luas.
Pada tahun 1963, Walt Disney mendirikan Disney 37 University di Anaheim, California. Pada tahun yang sama, McDonald's Hamburger University juga dibuka. Konsep Corpu kemudian diadopsi oleh Motorola pada tahun 1970an. Lalu, 1993 sekitar 400 perusahaan mengadopsi corpu.
Jumlah corpu meningkat drastis memasuki abad ke21, antara lain Trump University, MillerCoors University, Microsoft, HP, dan Boeing Company. Studi dan riset mengenai corpu juga makin berkembang karena corpu terbukti ampuh menyumbang sukses perusahaan. Definisi tentang corpu juga makin jelas dan disepakati oleh para ahli manajemen dari perusahaan dan universitas.
Sukses corpu menyadarkan para pimpinan perusahaan mengenai pentingnya perubahan learning cen-ter atau training center menjadi corpu. Ada tiga kekurangan dari learni-
BPK CORPORATE UNIVERSITY MODEL PEMBELAJARAN STRATEGIS
n OLEH GUNARWANTO KEPALA PUSAT
SERTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN DIKLAT BPK
Pembentukan BPK Corporate University (BPK Corpu) bukan karena mengikuti tren, namun pilihan dengan penuh kesadaran bahwa corpu merupakan cara terbaik untuk mengembangkan SDM dan pada saat yang sama mampu mengembangkan organisasi.
KOLOM
53WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
ng center atau training center yaitu sering tidak ada keselarasan antara apa yang dipelajari dalam pelatihan dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, program pelatihan kerap tidak berdampak terhadap kinerja bisnis perusahaan secara nyata, dan partisipasi peserta yang rendah karena tidak ada apresiasi setelah mengikuti pelatihan.
Mark Allen (2002) penulis buku berjudul The Corporate University Handbook: Designing, Managing, and Growing a Successful Program memberikan definisi tentang corpu, yaitu entitas pendidikan sebagai alat strategis yang dirancang untuk membantu organisasi induk dalam mencapai misinya, dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang menumbuhkan pembelajaran, pengetahuan, dan kearifan baik di tingkat individu maupun organisasi. Dalam penjelasan lainnya, Allen menyatakan corpu adalah entitas pendidikan yang dijadikan alat strategis oleh perusahaan dalam pengembangan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Corpu di IndonesiaDi Indonesia konsep corpu mulai dikenal luas
ketika Pertamina Corpu, PLN Corpu, dan Telkom Corpu berdiri pada tahun 2012. Berdirinya corpu di tiga BUMN ini menjadi tonggak tumbuhnya corpu di Indonesia. Menyusul berikutnya Bank Mandiri, BNI, BRI, dan corpu BUMN, serta perusahaan besar swasta lainnya. Pada perkembang annya, Telkom Corpu menjelma menjadi salah satu corpu terkemuka di Indonesia dan menjadi rujukan bagi pengembangan corpu oleh perusahaan lain. Bahkan, pada 2019 Telkom Corpu memperoleh salah satu penghargaan tertinggi dari Global Council of Corporate University (GlobalCCU).
Saat ini, konsep corpu berkembang tidak hanya di sektor swasta tetapi juga di instansi pemerintah. Beberapa kementerian telah menginisiasi pembentukan corpu seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Beberapa pemerintah daerah juga mulai merintis pembentukan corpu, seperti Pemprov Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Untuk instansi pemerintah, Kemenkeu Corpu sudah berkembang sangat maju dan mendapat penghargaan dari GlobalCCU pada 2019. Kemenkeu Corpu aktif membahas metode belajar dengan menggunakan pendekatan corpu. Topik seminar dan diskusi yang diangkat oleh Kemenkeu Corpu telah menginspirasi instansi lain dalam pengembangan corpu.
Pemerintah sendiri telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait corpu. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah (PP) No.17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP No.11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS disebutkan bahwa salah satu metode yang tepat dalam pengembangan kompetensi PNS adalah menggunakan pendekatan sistem pembelajaran terintegrasi (corporate university).
Permen PANRB No. 3 Tahun 2020 tentang Manajemen Talenta ASN mengatur strategi pengembangan karier dan kompetensi talenta melalui ASN Corporate University. Lebih lanjut, peraturan ini menjelaskan ASN Corpu adalah entitas yang melaksanakan pengembangan kompetensi ASN yang berperan sebagai sarana strategis untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional, dalam bentuk penanganan isuisu strategis melalui proses pembelajaran tematik dan terintegrasi dengan melibatkan Instansi Pemerintah terkait dan tenaga ahli dari dalam/luar Instansi Pemerintah.
Dalam rancangan Permen PANRB tentang ASN Corpu mendefinisikan ASN Corpu sebagai metode pembelajaran bagi ASN yang memadukan pendekatan klasikal dan non klasikal di tempat kerja untuk mendukung pencapaian strategi organisasi dan kebijakan nasional. Definisi ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Mark Allen.
Visi dan Misi BPK CorpuPada 2019, BPK melakukan tranformasi Ba
diklat dari learning center menjadi corpu. Saat pengusulan perubahan organisasi Badiklat pada 2019, naskah akademis yang disampaikan kepada Kemen PANRB sudah memasukkan konsep corpu sebagai arah pengembangan diklat di BPK. Pada 2020, Pimpinan BPK melalui Ketua BPK dan Wakil Ketua BPK memberikan arahan agar segera dibentuk BPK Corpu dalam pengembangan SDM di BPK. Arahan Pimpinan BPK ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menggunakan corpu dalam pengembangan ASN.
Mengapa corpu menjadi pilihan BPK? Setidaknya ada empat pertimbangan, yaitu: pertama, agar pengembangan SDM lebih sejalan dengan perencanaan strategis organisasi; kedua, dalam rangka mendukung kinerja organisasi melalui proses pengembangan SDM yang lebih aplikatif, adaptif, relevan, mudah diakses, dan berdampak tinggi; ketiga, dalam rangka menciptakan learning organization untuk menghasilkan agen
KOLOM
54 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
perubahan; dan keempat, agar pengetahuan (knowledge) yang masih tersebar dan melekat pada individu dapat didokumentasikan dalam suatu sistem pengelolaan pengetahuan sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Untuk memberikan arah bagi pengembangan BPK Corpu ke depan, BPK telah menetapkan Visi dan Misi BPK Corpu. Visi BPK Corpu adalah: “Menjadi Corporate University kelas dunia melalui pendidikan dan pengembangan pemeriksa keuangan negara yang kompeten dan profesional.” Makna kalimat “menjadi corporate univer-sity kelas dunia” menegaskan bahwa BPK Corpu memiliki arah ke depan untuk menjadi corpu yang memenuhi standar dan kriteria best practice yang diakui oleh lembaga dan institusi internasional. Dengan menjadi corpu yang mangadopsi best practice internasional maka kegiatan pendidikan dan pengembangan SDM di BPK akan terjaga mutunya, sehingga dapat menghasilkan para pemeriksa keuangan negara yang memiliki kompetensi yang diharapkan dan dapat bekerja secara profesional.
Untuk mewujudkan visi tersebut, BPK merumuskan Misi BPK Corpu: 1. Meningkatkan pembelajaran link and match yang memadukan kebutuhan pengembangan individu dan pencapaian kinerja organisasi; 2. Meningkatkan pembelajaran yang agile, fleksibel, dan mudah diakses melalui sistem yang terintegrasi; 3. Meningkatkan pengelolaan pengetahuan melalui sistem manajemen pengetahuan yang terintegrasi dan handal; 4. Meningkatkan layanan terpadu dalam bidang pendidikan dan pelatihan serta manajemen SDM untuk memastikan tercapainya target dan tujuan kinerja organisasi; 5. Meningkatkan kerja sama dengan pemangku kepentingan dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan pengetahuan.
Road Map BPK CorpuVisi BPK seperti dimuat dalam Renstra BPK
2020 2024 adalah “Menjadi lembaga pemeriksa tepercaya yang berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang berkualitas dan bermanfaat untuk mencapai tujuan negara”. Untuk mencapai visi tersebut, BPK menetapkan sasaran strategis: “Meningkatnya pemanfaatan rekomendasi, pendapat, dan pertimbangan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta penyelesaian ganti kerugian negara yang didukung tata kelola organisasi yang berkinerja tinggi”.
Sasaran strategis BPK tersebut antara lain
akan dicapai melalui strategi keempat yakni “Mewujudkan pusat unggulan pendidikan dan pelatihan pemeriksaan keuangan negara.” Strategi ini dilaksanakan melalui Inisiatif Strategis BPK Corpu. Aktivitas BPK Corpu akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di BPK, mulai dari Pimpinan BPK, Badiklat BPK selaku pelaksana operasional BPK Corpu, serta seluruh satuan kerja di BPK.
Aktivitas pembelajaran dalam BPK Corpu mulai dari analisis kebutuhan diklat dengan metode problem based learning, penyusunan materi diklat, pengajar, coach, mentor, dan pelaksanaan pembelajaran akan melibatkan semua pemangku kepentingan. Pembelajaran tidak lagi dilaksanakan hanya di kampus Badiklat BPK dan hanya oleh Badiklat BPK. Oleh karena itulah, namanya bukan Badiklat Corpu, namun BPK Corpu.
Selanjutnya, BPK juga menyusun roadmap rencana pengembangan BPK Corpu. Dalam roadmap tersebut direncanakan sejak perumusan konsep BPK Corpu tahun 20192020, kemudian launching BPK Corpu pada 8 April 2021, langkah selanjutnya BPK Corpu akan dilengkapi dengan tata kelola dan infrastruktur yang diperlukan. Diharapkan 2021 tata kelola dan infrastruktur sudah siap sehingga pada 2022 BPK Corpu sudah berjalan menjadi aktivitas sentral dalam pengembang an SDM di BPK.
Pimpinan BPK merencanakan pada 2023 BPK Corpu menjadi lembaga diklat dengan standar kualitas kelas dunia dan menjadi anggota Global Council of Corporate University (GlobalCCU). GlobalCCU adalah lembaga yang didirikan oleh Annick RenaudCoulon pada 2005. Tujuan GlobalCCU adalah menyatukan jaringan global yang terdiri dari profesional corporate university serta membantu anggotanya untuk belajar dari pengalaman masingmasing. GlobalCCU memiliki platform kolaborasi dengan anggota afiliasi yang terdiri lebih dari 50 negara di lima benua.
Digital Learning System Saat ini dunia industri telah memasuki era
yang disebut Revolusi Industri 4.0. Di era ini dan setelahnya, kemajuan teknologi informasi membentuk tatanan baru bagi berbagai model bisnis yang sangat mengandalkan data sebagai sumber daya utama untuk meningkatkan nilai organisasi. Data tersebut dapat disajikan secara real time dan dapat dianalisis dengan teknologi kecerdasan buatan untuk kemudian disebarkan kepada pengguna sesuai kebutuhannya. Perkembangan
KOLOM
55WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
teknologi informasi membuka peluang bagi Badiklat BPK selaku pengelola utama BPK Corpu untuk mengembangkan program diklat yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pegawai BPK.
Dengan tingkat kesibukan yang tinggi dan lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia, pemanfaatan teknologi informasi yang tepat memungkinkan BPK Corpu menyediakan program diklat bagi pegawai secara fleksibel, yaitu diklat yang bisa diakses dan diikuti pegawai dari mana saja dan kapan saja. Secara substansi diklat, teknologi informasi memungkinkan BPK Corpu menyajikan diklat jarak jauh secara lebih menarik dengan memanfaatkan berbagai media berbasis teknologi (digital learning system), seperti animasi, video, permainan, dan modul latihan yang menarik.
Pemanfaatan teknologi informasi juga memungkinkan BPK Corpu untuk memperbanyak jumlah penyelenggaraan diklat dan menjangkau lebih banyak pegawai. Sebab, kapasitas tiap diklat dapat ditingkatkan sampai sejumlah tertentu tanpa terkendala ruang dan pembiayaan (transport dan akomodasi). Dengan cara demikian, diklat bisa dilaksanakan dengan ekonomis dan efisien dengan tetap mencapai sasaran yang ditetapkan. Bagi peserta, diklat yang fleksibel memungkinkan mereka untuk memenuhi jam pelajar an yang dipersyaratkan tanpa harus terlalu lama meninggalkan penugasan, terlalu lama mengantri karena keterbatasan kapasitas diklat dan menunggu ketersediaan anggaran.
Pola Pembelajaran 702010Sistem dan tata kelola pembelajaran di BPK
Corpu merupakan mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan dengan Badiklat BPK sebagai penyelenggara. Mekanisme tersebut akan memastikan terpenuhinya diklat yang terstandardisasi, dengan kualitas yang terjaga, dapat memenuhi kepuasan peserta diklat, dan mencapai target kinerja organisasi.
Pembelajaran dalam BPK Corpu menerapkan model 702010 yaitu 70% berupa pembelajar an dari pengalaman (experiential learning) dimana pegawai belajar dan berlatih sambil bekerja di tempat kerja (on the job training, job assign-ment); 20% pembelajaran sosial (social learning), yang melibatkan pembinaan, pendam pingan, dan pengembangan melalui orang lain (coa-ching, mentoring, consulting); dan 10% pembelajaran formal (formal learning) atau diklat di kelas (in class learning). Model 702010 yang
dikembangkan oleh Michael Lombardo dan Robert Eichinger (1996) memungkinkan organisasi mengambil keuntungan dari setiap kesempatan belajar karena dapat menciptakan pegawai yang berkinerja tinggi.
Model 702010 mempunyai keunggulan karena sifatnya yang fleksibel dan sinergis. Fleksibel karena pembelajaran dilakukan dengan berbagai cara. Sinergi karena meski dilaksanakan dengan 3 model, namun antar model tersebut saling meningkatkan kompetensi. Selain itu, implementasi 702010 dapat menyadarkan pegawai bahwa pengembangan kompetensi bisa dilakukan setiap saat, termasuk pada saat bekerja, bukan hanya pada saat diklat. Dengan demikian, model 702010 dalam pelatihan dan pengembangan SDM, menjadi metode yang sangat strategis bagi peningkatan kompetensi pegawai BPK dalam rangka mencapai tujuan strategis BPK.
PenutupSejalan dengan implementasi BPK Corpu, pe
mahaman seluruh pemangku kepentingan di BPK mengenai corpu akan terus berkembang. Demikian pula konsep dan implementasi BPK Corpu akan terus disempurnakan. Sebagai upaya untuk memastikan pengembangan BPK Corpu sesuai dengan konsep, prinsip, dan metoda corpu, maka Badiklat BPK juga menyusun Buku Grand Design BPK Corpu.
Buku ini menjadi pedoman dalam proses pengembangan SDM di BPK dengan menggunakan pendekatan corpu. Grand Design BPK Corpu juga menjadi dokumen hidup yang terus berkembang dan terus diperbaiki. Yang jelas, layar kapal BPK Corpu telah terkembang untuk mengarungi lautan masa depan BPK yang makin gemilang. Semoga. l
Redaksi Majalah Warta Pemeriksa mengharapkan kontribusi dari rekanrekan pembaca
untuk mengirimkan tulisan dengan tema pemeriksaan maupun keuangan negara/daerah.
Tulisan format doc minimal 7.000 karakter dapat dikirimkan melalui email
[email protected] dengan subjek ‘Rubrik Kolom’.
Cantumkan nama lengkap, instansi/unit kerja dan nomor yang bisa dihubungi. Bagi artikel terpilih untuk dimuat akan diberikan apresiasi berupa fee menulis
sebesar Rp750.000.
BERITA FOTO
56 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
12Penandatanganan Inisiatif Strategis (IS) PSMK dihadiri oleh Pimpinan BPK RI, 18 Maret 2021.
35Entry Meeting AKN 2 Pemeriksaan LKPP Tahun 2020 dihadiri oleh Pimpinan BPK, 31 Maret 2021.
6Kejurnas Menembak KASAU CUP 2021 dihadiri Anggota I/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Hendra Susanto, 28 Maret 2021.
7Anggota IV/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara Isma Yatun dalam Talkshow Online ‘Women Empowerment: A Challenge in New Millennium’ dalam peringatan Hari Kartini, 23 April 2021.
8KunjunganAnggota I/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Hendra Susanto di Balai Rehabilitasi BNN Sukabumi, 8 April 2021.
910Penyerahan LHP kepada MA oleh Anggota III/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Ach sanul Qosasi, 30 Maret 2021.
11Anggota V/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Bah rullah Akbar menghadiri acara Goes to Campus di Univ. Musamus, Merauke, 8 April 2021
1213Penyerahan LHP Kinerja Dan Dengan Tujuan Tertentu pada Kementerian PUPR oleh Ang gota IV/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara BPK Isma Yatun, 30 Maret 2021.
1
2
3
4
5
BERITA FOTO
57WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
6
7
9
11 13
10
12
8
INTERAKSI
58 WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Jawaban TerpilihDalam Majalah Warta Pemeriksa
edisi Maret 2021, disebutkan bahwa BPK dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan (LK) tahun anggaran 2020 melakukan sebuah pendekatan.
Pendekatan apa yang dimaksud?
Pada majalah Warta Pemeriksa edisi Februari 2021, disebutkan bahwa BPK raih penghargaan infografis
terbaik dari INTOSAI WGEA. Apakah judul infografis tersebut?
The Audit on Management and Pollution Control of Citarum
Watershed
Pertanyaan edisi sebelumnya:
PEMENANG
Jawaban:
Redaksi menunggu jawaban paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah edisi ini terbit. Jawaban dapat dikirim melalui
email [email protected] dengan subjek ‘Kuis’. Cantumkan nama lengkap, instansi/satuan kerja,
dan nomor yang bisa dihubungi.
Redaksi menyiapkan hadiah menarik bagi satu orang penjawab tercepat dan tepat. Keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat.
Kuis
Nama: Rimmaniar Pakpahan
Instansi/Satuan Kerja: BPK Pwk Jabar
59WARTA PEMERIKSA n EDISI 4 n VOL. IV n APRIL 2021
Semakin mudah mengaksesinformasi melalui...
BPK RI Official
@bpkriofficial
08111907010
www.bpk.go.id
@bpkri
Badan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia
BPK menyediakan saluran komunikasi sebagai komitmen mendukung akuntabilitas dan
keterbukaan informasi untuk menjalin komunikasi dengan para pemangku
kepentingan.