Pengarahan Thnik Tls Kary Ilmiah 2010

14
 Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010 1 PROSES BERFIKIR UNTUK KARYA TULIS ILMIAH (YUYUS SURYANA SUDARMA) 1. PENDAHULUAN Sebagian besar mahasiswa beranggapan bahwa dalam menyusun Skripsi, Tesis, dan Desertasi merupakan kendala dalam penyelesaian studinya, sehingga menjadi resah dan ba nyak yang mengeluh karena mengalami kesulitan dalam m enulis suatu ka rya ilmiah. Munculnya keluhan dan kesulitan tersebut, antara lain disebabkan minimnya pengetahuan mahasiswa tentang makna dari suatu penelitian yang merupakan tulisan karya ilmiah, sehingga menimbulkan berbagai pendapat yang mengarah kepada pemikiran negatif. Anggapan serta perasaan tersebut terlalu berlebihan, karena meneliti dan menuangkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah sebetulnya melatih diri untuk mampu mebandingkan antara fakta dengan teori yang diperoleh selama perkuliahan, untuk mencari kebenaran. Dewasa ini sudah merupakan suatu tuntutan bagi masyarakat, bahwa ide atau gagasan dan konsep tidak hanya dituangkan dalam bentuk ucapan secara lisan, tetapi menghendaki adanya kejelasan serta bukti yang dapat dirasakan dan dilihat secara langsung tentang kebenarannya. Salah satu cara untuk membuktikan penuangan gagasan atau temuan-temuan serta konsep tertentu, yaitu dengan menuangkan dalam bentuk tulisan yang dapat dijadikan bukti bahwa gagasan, konsep, atau temuan-temuan tersebut merupakan salah satu karya dari seseorang dan selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk dilakukan tindakan atau diterapkan pada suatu lingkungan tertentu. Untuk mengetahui dan mempelajari fakta-fakta baru serta mencari kebenaran, maka diperlukan suatu penelitian sebagai salah satu penyaluran hasrat manusia yang biasanya ingin mengetahui. Dengan mencoba untuk melakukan penelitian, berarti sudah mempertanyakan sesuatu dengan harapan akan memperoleh jawabannya. Oleh karena itu, suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru atau suatu kebenaran ilmiah diperlukan pedoman yang dapat digunakan, berarti diperlukannya suatu ilmu dan metoda yang mampu menuntun dalam melaksanakan suatu penelitian yaitu metodologi penelitian. 2. PENGERTIAN ILMU ( Ilmu lahir karena manusia mempunyai sifat ingin tahu

description

aku ora popo

Transcript of Pengarahan Thnik Tls Kary Ilmiah 2010

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    1

    PROSES BERFIKIR UNTUK

    KARYA TULIS ILMIAH (YUYUS SURYANA SUDARMA)

    1. PENDAHULUAN Sebagian besar mahasiswa beranggapan bahwa dalam menyusun Skripsi, Tesis, dan Desertasi merupakan kendala dalam penyelesaian studinya, sehingga menjadi resah dan banyak yang mengeluh karena mengalami kesulitan dalam menulis suatu karya ilmiah. Munculnya keluhan dan kesulitan tersebut, antara lain disebabkan minimnya pengetahuan mahasiswa tentang makna dari suatu penelitian yang merupakan tulisan karya ilmiah, sehingga menimbulkan berbagai pendapat yang mengarah kepada pemikiran negatif. Anggapan serta perasaan tersebut terlalu berlebihan, karena meneliti dan menuangkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah sebetulnya melatih diri untuk mampu mebandingkan antara fakta dengan teori yang diperoleh selama perkuliahan, untuk mencari kebenaran.

    Dewasa ini sudah merupakan suatu tuntutan bagi masyarakat, bahwa ide atau gagasan dan konsep tidak hanya dituangkan dalam bentuk ucapan secara lisan, tetapi menghendaki adanya kejelasan serta bukti yang dapat dirasakan dan dilihat secara langsung tentang kebenarannya. Salah satu cara untuk membuktikan penuangan gagasan atau temuan-temuan serta konsep tertentu, yaitu dengan menuangkan dalam bentuk tulisan yang dapat dijadikan bukti bahwa gagasan, konsep, atau temuan-temuan tersebut merupakan salah satu karya dari seseorang dan selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk dilakukan tindakan atau diterapkan pada suatu lingkungan tertentu.

    Untuk mengetahui dan mempelajari fakta-fakta baru serta mencari kebenaran, maka diperlukan suatu penelitian sebagai salah satu penyaluran hasrat manusia yang biasanya ingin mengetahui. Dengan mencoba untuk melakukan penelitian, berarti sudah mempertanyakan sesuatu dengan harapan akan memperoleh jawabannya. Oleh karena itu, suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru atau suatu kebenaran ilmiah diperlukan pedoman yang dapat digunakan, berarti diperlukannya suatu ilmu dan metoda yang mampu menuntun dalam melaksanakan suatu penelitian yaitu metodologi penelitian. 2. PENGERTIAN ILMU

    Akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan (korelasi atau kausalitas)

    yang tersusun secara sistematik rasional, lojik, metodik dan ditemukan secara empirik

    melalui penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan

    Ilmu lahir karena manusia mempunyai sifat ingin tahu

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    2

    HAKEKAT ILMU

    Suatu alat untuk menjelaskan Mengendalikan atau meramalkan Suatu

    kejadian

    HubunganHubunganHubunganHubungan IlmuIlmuIlmuIlmu dengandengandengandengan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

    PENELITIAN ILMU

    Proses Produk / hasil

    PENELITIAN KEBENARAN

    Proses Proses

    ILMU

    Produk / hasil

    PROSESBERFIKIR

    SUATU REFLEKSI YANG TERATUR DAN HATI-HATI

    PROSES BERFIKIR LAHIR KARENA MANUSIA MEMPUNYAI RASA SANGSI (ingin tahu) AKAN SESUATU YANG TIMBUL MENJADI MASALAH KHUSUS

    YYS

    Teori. Istilah teori sering diartikan sama dengan ilmi dan dipakai oleh orang awam untuk menyatakan lawan dari fakta. Pada hakekatnya teori muncul berdasarkan suatu proses dari pembentukan ilmu yang merupakan hasil pengujian atas peristiwa atau fakta dilakukan dalam suatu penelitian. Sebenarnya, fakta dan teori masing-masing saling memerlukan agar berguna. Kemampuan untuk dapat mengambil keputusan-keputusan yang rasional, dan mengembangkan pengetahuan ilmiah, diukur oleh tingkat sejauhmana dapat mengkombinasikan fakta dan teori. Teori berguna dalam berbagai hal. Pertama, sebagai suatu orientasi, teori membatasi jumlah fakta yang perlu dipelajari. Setiap masalah dapat dikaji dalam berbagai cara yang berbeda, dan teori memberikan pedoman cara-cara mana yang dapat memberi hasil terbaik.Teori juga memberikan sistem mana yang dapat dipakai untuk mengartikan data agar dapat dikelompokkan dalam cara yang paling berarti. Teori juga meringkas apa yang diketahui mengenai objek yang dikaji dan menyatakan keseragaman yang tidak dapat diamati dalam pengamatan langsung; dalam hal ini, teori juga dapat dipakai untuk memprediksi fakta-fakta lebih lanjut yang harus dicari. 3. HUBUNGAN PENELITIAN DENGAN ILMU

    SIFAT

    ILMU Impersonal

    Reproduktif

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    3

    Suatu ilmu lahir karena manusia mempunyai sifat ingin tahu, sedangkan hakekat ilmu sendiri merupakan suatu alat untuk menjelaskan mengendalikan atau meramalkan suatu kejadian. Secara konseptual ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan (korelasi atau kausalitas) yang tersusun secara sistematik rasional, lojik, metodik dan ditemukan secara empirik melalui penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan. Berarti suatu ilmu terbentuk dari hasil suatu penelitian yang didasarkan pada proses berfikir ilmiah, untuk jelasnya mengenai hubungan ilmu dengan penelitian dapat diungkapkan dalam gambar sebagai berikut:

    Pada dasarnya manusia berusaha untuk mencari kesempurnaan dan kebenaran dalam kehidupannya, karena didorong oleh adanya hasrat ingin tahu yang selalu ada dan tidak pernah surut selama keadaan dirinya normal. Salah satu cara yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi keinginan untuk mengetahui dan mengungkap kebenaran, adalah dengan melakukan suatu penelitian sebab ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis serta tersusun dengan teratur dan kebenarannya sudah teruji, sehingga bagi mereka yang

    H U B U N G A N P E N E L IT IA N H U B U N G A N P E N E L IT IA N D E N G A N IL M UD E N G A N IL M U

    U R U T A N B E R F IK IR I LM IA H

    Ingin tahu untuk mencari

    kebenaran

    Untuk memperoleh

    pengetahuan/ilmu

    Bertanya (sudah

    berfilsafat)KEBENARAN

    O N T O LO G IO b je k a p a y a n g a k a n d ik a j i( a k a r i lm u )

    E P I S T IM O LO G IB a g a im a n a c a ra m e n g k a j i o b je k

    A K S IO LO G IB a g a im a n a m e n g g u n a k a n h a s i l k a j ia n )

    P o n d a s i k e i lm u a n d a la m m e n c a r i k e b e n a r a n o b je k d a r i s u a tu

    d is ip l in i lm u (b a g a im a n a c a r a m e m p e r o le h i lm u )

    M E T O D O L O G I P E N E L IT IA N

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    4

    melakukan penelitian ilmu pengetahuannya semakin bertambah luas. Seseorang yang mempelajari metode penelitian dengan pemahaman yang mendalam, berarti telah menambah suatu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah serta mampu mengadapi tantangan lingkungan, sehingga dapat mengambil keputusan secara cepat, tepat dan akurat. Pada dasarnya manusia berusaha untuk mencari kesempurnaan dan kebenaran dalam kehidupannya, karena didorong oleh adanya hasrat ingin tahu yang selalu ada dan tidak pernah surut selama keadaan dirinya normal. Salah satu cara yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi keinginan untuk mengetahui dan mengungkap kebenaran, adalah dengan melakukan suatu penelitian sebab ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis serta tersusun dengan teratur dan kebenarannya sudah teruji, sehingga bagi mereka yang melakukan penelitian ilmu pengetahuannya semakin bertambah luas. Seseorang yang mempelajari metode penelitian dengan pemahaman yang mendalam, berarti telah menambah suatu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah serta mampu mengadapi tantangan lingkungan, sehingga dapat mengambil keputusan secara cepat, tepat dan akurat. 4. PROSES BERFIKIR Proses berfikir merupakan salah satu bagian yang mendasar dalam mempelajari metode penelitian, karena inti dari penelitian adalah pertanyaan mengenai prefektif. Dari ratusan pertanyaan mengenai organisasi atau keuangan atau pemasaran dan lainnya yang dapat diajukan, masing-masing akan mempunyai sautu prespektif normatif dan diantaranya ada yang mendapat jawaban lebih baik. Pada umumnya, manusia dalam kehidupannya sehari-hari jarang memikirkan bagaimana caranya memperoleh suatu pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan itu berasal, padahal ini sangat penting bagi peneliti. Karena peneliti, mulai berfikir dan menunjukkan kemampuannya untuk membedakan sumber-sumber pengetahuan mana yang dapat memberikan hasil terbaik untuk situasi tertentu. 4.1 GAYA BERPIKIR

    Membahas tentang cara seseorang memandang terhadap permasalahan sangat bervariasi dan tergantung kepada gaya berpikir dari masing individu, sedangkan gaya berfikir dari setiap individi merupakan perspektif atau saringan untuk menentukan bagaimana dapat memandang dan mengerti dunia nyata. Salah satu cara yang lebih baik dari gaya-gaya berfikir lainnya, adalah melalui metode pengkajian ilmiah. Meskipun metode ilmiah ini merupakan cara yang unggul bagaimana memperoleh informasi, tetapi metode ilmiah bukan satu-satunya sumber kebenaran. Namun, masalah-masalah tertentu tidak menutup kemungkinan ada juga gaya berpikir yang lain mempunyai pengaruh nyata dan sering berguna, diantaranya terhadap permasalahan yang berkaitan dengan bisnis dalam hal ini lebih berperan instusi dari individu yang bersangkutan.

    Pada umumnya, gaya berpikir yang dikaitkan dengan metode ilmiah dianggap sebagai alat yang ampuh untuk mendapatkan kebenaran, walaupun kebenaran mungkin tidak kekal. Akan tetapi, metode ilmiah bukanlah satu-satunya sebagai sumber pengetahuan, karena sumber-sumber pengetahuan cukup bervariasi mulai dari pendapat

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    5

    yang tidak diuji sampai dengan gaya berfikir yang sangat sistematis dan/atau dari sudut pandang yang sangat interpretatif dikenal sebagai pandangan idealisme sampai dengan sudut pandang empiris yang dapat diamati dengan dukungan data konkrit.

    Empiris berarti mencatat pengamatan dan proposisi berdasar pengalaman dan/atau diturunkan dari pengalaman melalui penalaran induktif, termasuk matematika dan statistika. Penganut paham empiris berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan, dan membuat prediksi melalui pengamatan. Pengetahuan ilmiah diperoleh melalui pendekatan-pendekatan induktif dan rasional. Pengetahuan ini juga dijamin kebenarannya melalui cara-cara teoritis yang didasarkan kepada penalaran deduktif.

    Rasionalisme dimaksudkan bahwa penalaran merupakan sumber pengetahuan yang utama. Rasionalisme berbeda dengan empirisme dalam hal bahwa semua pengetahuan dapat dideduksi dari aturan-aturan atau hukum-hukum dasar mengenai alam. Hal ini dianggap mungkin karena aturan-aturan dasar membentuk dunia secara logika. Penganut pandangan ini mempertahankan pendapat bahwa berbagai masalah paling bisa dimengerti dan diselesaikan melalui logika formal atau matematika. Upaya-upaya demikian, tentunya, berjalan secara independen dari pengamatan dan pengumpulan data.

    Pendapat yang tidak diuji merupakan bentuk pengetahuan yang tetap dijalani orang, meskipun ada bukti-bukti yang tidak mendukung pengetahuan ini. Tidak banyak yang dapat dilakukan para peneliti bisnis untuk dapat meningkatkan pengertian mengenai kenyataan dari sudut pandang ini, biasanya sangat bersifat spekulasi dan siap untuk mengadapi berbagai risiko pada kenyataan pada waktunya. Suatu cara lain untuk memperoleh pengetahuan adalah metode kebenaran yang terbukti dengan sendirinya, hal ini merupakan kesimpulan dari hukum-hukum alam yang ada

    Gaya berpikir harafiah mempunyai sudut pandang yang diarahkan ke pusat. Gaya berpikir ini dipakai dalam banyak studi kasus dalam ilmu-ilmu sosial. Studi kasus memainkan peran yang penting dalam perkembangan pengetahuan bisnis.

    Metode ilmiah berdekatan dengan ujung empiris. Prinsip-prinsip pokok dari metode ilmiah adalah: (1) pengamatan langsung terhadap fenomena, (2) variabel-variabel, metode-metode, dan prosedur-prosedur yang dirumuskan secara jelas, (3) hipotesis-hipotesis yang dapat diuji secara empiris, (4) kemampuan untuk menolak hipotesis-hipotesis tandingan, (5) pembenaran kesimpulan secara statistis dan bukan pembenaran secara linguistik, dan (6) proses koreksi.

    Berbagai gaya berpikir ini saling mempengaruhi arah penelitian dalam bisnis, sama seperti dalam ilmu-ilmu sosial dan perilaku. Gaya postulasi, merupakan gaya berfikir dengan tujuan dari perspektifnya adalah untuk meringkas objek studi menjadi istilah-istilah matematis yang formal, biasanya dipakai untuk merumuskan teorema-teorama yang merupakan bukti-bukti logis. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian operasi, manajemen produksi, permodelan matematis, dan simulasi, termasuk dalam gaya postulasi. Berbagai gaya berpikir yang ada, memungkinkan untuk dijadikan kerangka dalam menghadapi berbagai masalah bisnis. Beberapa perspektif, seperti gaya postulat, bergantung kepada proses deduktif logis. Sebaliknya, metode ilmiah memakai induksi; kesimpulan-kesimpulan yang ditarik mengenai ciri-ciri populasi didasarkan pada ciri-ciri sampel yang diamati. 4.2 PROSES BERPIKIR : PENALARAN

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    6

    Penyelidikan ilmiah didasarkan pada proses. Proses ini dipakai untuk mengembangkan dan menguji berbagai proposisi, terutama melalui gerak ganda berpikir reflektif. Berpikir reflektif terdiri dari urutan induksi dan deduksi agar dapat menjelaskan secara induktif (melalui hipotesis) suatu keadaan yang membingungkan. Hipotesis dipakai dalam deduksi fakta-fakta lebih lanjut yang dapat dicari untuk menegaskan atau menolak kebenaran hipotesis.

    Dalam melakukan penalaran dengan berbagai tingkat keberhasilan, dan mengkomunikasikan pesan yang akan disampaikan, yang disebut arti, dalam bahasa sehari-hari, atau dalam kasus-kasus khusus, dalam bentuk logis dan simbolis. Pengertian disampaikan melalui dua cara : eksposisi atau argumentasi. Eksposisi terdiri dari pernyataan-pernyataan deskriptif yang sekedarnya dan tidak memungkinkan alasan-alasannya. Di pihak lain, argumentasi memungkinkan untuk memberikan penjelasan, mengartikan, membela, menantang dan menjajaki pengertian. Dua jenis argumentasi yang sangat penting dalam penelitian adalah deduksi dan induksi. Deduksi merupakan bentuk inferensi yang bertujuan menarik kesimpulan. Kesimpulan ini haruslah sebagai akibat dari alasan alasan yang diajukan. Alasan-alasan ini dikatakan mencerminkan suatu kesimpulan dan memberikan suatu bukti. Ini adalah hubungan antara alasan dan kesimpulan yang lebih kuat daripada dalam induksi. Deduksi dikatakan tepat, jika benar dan sahih. Ini berarti bahwa premis (alasan) yang diberikan untuk kesimpulan harus sesuai dengan kenyataan (benar). Selain itu, premis-premis diatur dalam suatu bentuk sehingga kesimpulannya dapat ditarik dengan sederhana dari premis-premis tersebut. Suatu deduksi adalah sahih bilamana kesimpulan tidak mungkin salah jika premis adalah benar. Para pakar logika telah menetapkan aturan-aturan dimana orang dapat menilai kapan suatu deduksi adalah sahih. Kesimpulan tidak dibenarkan secara logis jika (1) satu atau lebih premis tidak benar, atau (2) bentuk argumentasi tidak sahih. Namun demikian, kesimpulannya mungkin saja merupakan pernyataan yang benar, tetapi karena adanya alasan-alasan lain di luar premis-premis tadi. Induksi. Penalaran induktif sangat berlainan. Tidak ada hubungan yang kuat antara alasan dan kesimpulan. Melakukan induksi adalah menarik kesimpulan dari satu atau lebih fakta atau bukti-bukti. Kesimpulan menjelaskan fakta,dan faktanya mendukung kesimpulannya. Sifat induksi adalah bahwa kesimpulannya hanya merupakan suatu hipotesis. Induksi merupakan suatu penjelasan, tetapi ada penjelasan penjelasan lain yang juga cocok dengan fakta-fakta. Inti pokok dari penalaran induktif adalah bahwa kesimpulan induktif merupakan loncatan inferensi di luar bukti-bukti yang ada. Gabungan Induksi dan Deduksi. Proses induksi dan deduksi dipakai dalam penalaran penelitian secara berurutan. Induksi timbul bilamana adanya pengamatan suatu fakta dan timbulnya suatu pertanyaan, sebagai jawaban atas pertanyaan ini, diajukan suatu penjelasan sementara (hipotesis). Hipotesis ini mungkin jika hipotesis tersebut menjelaskan peristiwa atau kondisi (fakta) yang menyebabkan pertanyaan. Deduksi merupakan proses pengujian apakah hipotesis dapat menjelaskan fakta. Untuk menguji suatu hipotesis, harus dapat membuat deduksi fakta-fakta lain dari hipotesis, yang kemudian diselidiki kebenarannya. Inilah penelitian klasik. Dengan membuat deduksi mengenai fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya berdasarkan hipotesis dan kemudian mengumpulkan informasi untuk melihat apakah deduksi deduksi yang dibuat adalah benar.

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    7

    Berpikir Reflektif dan Metode Ilmiah. Induksi dan deduksi, pengamatan, dan uji hipotesis dapat dikombinasikan secara sistematis untuk menggambarkan metode ilmiah. Adanya pemikiran-pemikiran yang muncul, untuk keperluan analisis penyelesaian masalah, menggambarkan suatu pendekatan untuk menilai kesahihan kesimpulan-kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang dapat diamati; pemikiran-pemikiran ini terutama sesuai bagi para peneliti yang mendasarkan kesimpulan pada data empiris.

    Sikap Ilmiah. Jika peralatan berpikir merupakan otaknya ilmu, maka sikap ilmiah merupakan jiwanya. Sikap ilmiah melepaskan dorongan kreatif yang memungkinkan penemuan-penemuan. Semua peneliti melatih imajinasi dalam proses penemuan, dalam menangkap aspek paling penting dari permasalahan, atau dalam memilih suatu teknik yang mengungkapkan fenomena dalam keadaannya yang paling alamiah.

    Para peneliti menganggap melakukan penelitian di bidang ilmu tertentu sebagai suatu proses yang teratur yang mengkombinasikan induski, deduksi, pengamatan, dan pengujian hipotesis menjadi suatu rangkaian kegiatan berpikir reflektif. Meskipun metode ilmiah tidak berarti dari tahapan berurutan atau independen, proses penyelesaian masalah yang diungkapkan memberikan pengertian bagaimana cara penelitian dilakukan. 5. BERPIKIR ILMIAH : KONSEP, KONSTRUK , DEFINISI dan VARIABEL Metode ilmiah dan berpikir ilmiah didasarkan pada konsep-konsep, yaitu simbol-simbol yang diungkapkan dengan sejumlah pengertian. Sehingga menciptakan konsep bagaimana berpikir dan mengkomunikasikan abstraksi-abstraksi. Penggunaan konsep-konsep yang lebih tinggi konstruk untuk tujuan penjelesan ilmiah khusus yang tidak secara langsung dapat diamati. Konsep, konstruk, dan variabel dapat dirumuskan secara deskriptif atau operasional. Definisi operasional, hal yang penting sekali dalam penelitian, harus merinci secara cukup informasi empiris yang diperlukan dan bagaimana informasi tersebut dikumpulkan. Selain itu, definisi operasional harus mempunyai ruang lingkup yang sesuai bagi masalah penelitian yang dihadapi. Konsep dan konstruk dipakai pada tingkat teoritis, variabel dipakai pada tingkat empiris. Variabel diberi angka atau nilai untuk tujuan pengujian dan pengukuran. Variabel-variabel tersebut dapat digolongkan sebagai penjelas (independen, dependen, atau moderator), luar biasa dan antara.

    Untuk dapat mengerti dan menyampaikan informasi mengenai objek-objek dan peristiwa-peristiwa, maka diperlukan dasar yang umum dalam merealisasikan hal tersebut. Konsep-konsep dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis. Konsep-konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa peristiwa yang mempunyai ciri yang sama.

    Sumber-sumber konsep. Konsep-konsep yang sering dan umum dipakai telah berkembang dari waktu ke waktu. Konsep-konsep umum merupakan bagian terbesar dari komunikasi bahkan dalam penelitian. Terkadang kesulitan timbul apabila menghadapi suatu konsep yang tidak lazim atau suatu pemikiran yang baru. Suatu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meminjam dari bahasa-bahasa lain atau meminjam dari bidang-bidang lain, dan atau dari disiplim ilmu lain bila diperlukan.

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    8

    Meminjam teori atau konsep dari bidang atau ilmu lain tidak selalu sesederhana itu dan tidak praktis langsung digunakan,akan tetapi diperlukan adanya kajian-kajian yang logic diantaranya: (1) mengadopsi pengertian-pengertian baru untuk kata-kata (membuat suatu kata mencakup suatu konsep yang berbeda atau (2) mengembangkan label-label (kata-kata) baru untuk konsep-konsep. Mengadopsi pengertian-pengertian baru atau mengembangkan label-label baru, berarti mengembangkan suatu terminologi yang khusus. Terminologi khusus jelas meningkatkan efisiensi berkomunikasi di antara para ahli, tetapi tidak mengabaikan atau mengecualikan pihak lainnya.

    Pentingnya Konsep dalam Penelitian. Konsep merupakan dasar bagi pemikiran dan komunikasi, akan tetapi tidak sedikit yang kurang memberi perhatian kepada pengertian konsep dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pemakaiannya. Dalam penelitian, persoalan-persoalan khusus berkembang karena kebutuhan akan ketepatan konsep dan menemukan hal-hal yang baru. Mendesain hipotesis digunakan suatu konsep. Dalam menguji hipotesis dirancang konsep-konsep pengukuran untuk menguji pernyataan-pernyataan hipotesis tersebut. Mengumpulkan data dengan memakai konsep-konsep pengukuran ini, bahkan mungkin menciptakan konsep-konsep baru untuk menyatakan sebuah pemikiran. Keberhasilan penelitian tergantung kepada (1) sejauh mana perumusan suatu konsep dibuat secara jelas, dan (2) sejauhmana pihak lain mengerti konsep-konsep yang diajukan.

    Masalah-masalah dalam Pemakaian Konsep. Pemakaian konsep menimbulkan kesulitan-kesulitan yang dipertegas dalam situasi penelitian. Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda terhadap kata-kata atau label-label tertentu yang membentuk konsep tersebut. Konsep-konsep tersebut menggambarkan tingkat abstraksi yang progresif, yaitu tingkat sejauh mana konsep mempunyai atau tidak mempunyai rujukan objektif.

    Konstruk. Sebagaimana dipakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, sebuah konstruk merupakan suatu bayangan atau pemikiran yang secara khusus diciptakan bagi suatu penelitian dan / atau untuk tujuan membangun teori. Membangun konstruk dengan mengkombinasikan konsep-konsep yang sederhana, khususnya bilamana pemikiran atau bayangan yang ingin dikomunikasikan tidak secara langsung dapat diamati.

    Definisi. Kebingungan mengenai pengertian konsep-konsep dapat merusak nilai suatu penelitian. Jika kata-kata mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi pihak-pihak yang terkait, maka tidak adanya komunikasi pada gelombang pemikiran yang sama. Salah satu cara untuk menghindari hal ini adalah dengan memakai definisi-definisi.

    Definisi-Definisi Operasional. Suatu definisi operasional adalah definisi yang dinyatakan dalam kriteria atau operasi yang dapat diuji secara khusus. Artinya suatu definisi yang siap untuk dioperasikan atau istilah lain adalah defines kerja. Istilah-istilah ini harus mempunyai rujukan-rujukan empiris. Apakah objek yang akan didefinisikan adalah objek fisik, definisinya harus merinci ciri-ciri yang akan dipelajari dan bagaimana mengamatinya. Rincian-rincian dan prosedur-prosedunya harus sedemikian jelas sehingga setiap orang yang berkompeten yang akan memakainya dapat mengklasifikasikan objeknya dengan cara yang sama. Apapun bentuk definisinya, tujuannya dalam penelitian pada dasarnya sama memberikan pengertian dan pengukuran konsep-konsep. Oleh karena itu dalam mengoperasikan variable agar dapat

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    9

    diaplikasikan untuk melaksanakan suatu penelitian, sangatlah diperlukan suatu konsep yang merupakan definisi kerja dan harus terukur yang kemudian diikuti dengan indicator-indikator yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai bagi suatu penelitian.

    Variabel. Dalam praktek istilah variabel dipakai oleh para ilmuwan dan peneliti sebagai sinonim untuk konstruk atau hal yang sedang diteliti. Dalam konteks ini, suatu variabel merupakan simbol yang diberi angka atau nilai. Variabel independen dan dependen merupakan salah satu bentuk sinonim dari konstruk atau hal yang sedang diteliti. Para peneliti paling berkepentingan dengan hubungan-hubungan antar variabel. Dalam suatu hubungan, setidak-tidaknya ada satu variabel independen (VI) dan satu variabel dependen (VD). Hipotesisnya biasanya menyatakan bahwa dengan satu atau lain cara VI menyebabkan terjadinya VD. Dalam hubungan yang sederhana, semua variabel lainnya dianggap tidak relevan dan diabaikan. Variabel Moderator. Dalam situasi penelitian sebenarnya, hubungan sederhana satu lawan satu perlu dikondisikan dan direvisi agar variabel-variabel lain turut dipertimbangkan. Sering dalam penelitian dipakai jenis variabel penjelas penting yang lain yaitu variabel moderator. Merupakan variabel independen kedua yang dicakup dalam hipotesis, karena diduga mempunyai dampak yang berarti terhadap hubungan VI VD. Variabel Luar Biasa. Ada variabel-variabel luar biasa yang jumlahnya hampir tidak terbatas yang mungkin saja berpengaruh pada suatu hubungan tertentu. Beberapa di antaranya dapat diperlakukan sebagai variabel-variabel independen atau moderator, tetapi kebanyakan harus diasumsikan saja atau dikecualikan dari penelitian. Akan tetapi mungkin ada variabel-variabel luar biasa lain yang barangkali harus dipertimbangkan sebagai variabel yang berpengaruh kepada hubungan VI-VD. Variabel Antara. Variabel-variabel yang dikemukakan sehubungan dengan hubungan-hubungan kausal merupakan variabel-variabel yang konkrit, jelas dapat diukur, dan dapat dilihat, dihitung, atau diamati. Variabel antara dapat dirumuskan sebagai faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi, dampak-dampaknya harus disimpulkan berdasarkan dampak variabel-variabel independen dan moderator terhadap fenomena yang diamati. 6. PROPOSISI dan HIPOTESIS

    Proposisi sangat penting dalam penelitian karena dapat dipakai untuk menilai kebenaran atau kepalsuan suatu hubungan antara fenomena yang diamati. Suatu hipotesis menggambarkan hubungan antara atau antar variabel. Hipotesis yang baik adalah yang dapat menjelaskan apa yang ingin dijelaskan, dapat diuji, dan lebih luas, lebih mungkin dan lebih sederhana dari saingan-saingannya.

    Rangkaian konsep yang saling berkaitan, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena merupakan teori-teori. Model berbeda dari teori dalam hal bahwa model merupakan analogi atau mewakili suatu aspek dari suatu sistem atau sistem sebagai keseluruhan. Model dipakai untuk menjelaskan, menegaskan dan simulasi.

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    10

    Definisi Proposisi adalah suatu pernyataan mengenai konsep-konsep yang dapat dinilai benar atau salah jika merujuk kepada fenomena yang dapat diamati. Bilamana suatu proposisi dirumuskan untuk diuji secara empiris, maka disebut hipotesis. Sebagai suatu pernyataan, hipotesis bersifat sementara atau dugaan yang masih perlu diuji. Hipotesis kadang-kadang digambarkan sebagai pernyataan-pernyataan dimana ditetapkannya variabel-variabel kepada kasus-kasus. Suatu kasus dalam pengertian ini dirumuskan sebagai suatu kesatuan atau hal yang dinyatakan oleh hipotesis. Variabel merupakan ciri, atau atribut yang dalam hipotesis dicantumkan pada kasus.Hipotesis Deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan proposisi yang menyatakan keberadaan, besar, bentuk, atau distribusi suatu variabel, biasanya diuji hanya satu variable membandingkan dengan standar yang logic dan dapat diterima secara umum untuk itu dapat ditentukan berdasarkan criteria tertentu yang logis serta dapat menumbuhkan keyakinan melalui sutau proses secara transparan dan memiliki argumantasi yang kuat dalam menentukan standar sebagai tolok ukura untuk menentukan bahwa hasil suatu penelitian tersebut dapat diterima atau ditolak hipotesisnya. Sedangkan Hipotesis Mengenai Hubungan. Hipotesis ini merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel, berkaitan dengan suatu kasus tertentu. Peranan Hipotesis. Dalam penelitian, suatu hipotesis mempunyai berbagai fungsi penting. Fungsinya yang paling penting adalah sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian. Kebaikan suatu hipotesis adalah bahwa jika ditanggapi secara serius, dapat memberikan batasan kepada apa yang akan diteliti dan apa yang tidak diteliti. Dengan demikian hipotesis mengarahkan bentuk desain penelitian mana yang paling sesuai. Akhirnya suatu hipotesis memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan. Bagaimana suatu hipotesis yang baik ?. Suatu hipotesis yang baik harus memenuhi tiga syarat. Syarat yang paling mendasar adalah bahwa hipotesis ini sesuai dengan tujuannya. Kondisi pokok yang kedua adalah hipotesis harus dapat diuji. Syarat ketiga adalah hipotesis harus lebih baik dari hipotesis-hipotesis saingannya, dengan pengertian bahwa suatu hipotesis yang dalam hal ini adalah H harus lebih baik daripada Ho. Secara umum, hipotesis yang baik adalah lebih luas, menjelaskan lebih banyak fakta dan lebih beragam dibandingkan dengan hipotesis-hipotesis lainnya. Suatu hipotesis tidak harus membenarkan suatu fakta atau suatu peristiwa yang belum terbukti kebenarannya, tapi harus didasarkan kepada pemikiran yang logic dengan pola berfikir positif dan bukanlah suatu hasil harus dicapai dalam suatu penelitian, sehingga merupakan suatu pernyataan yang maknanya sangat sempit dan cenderung lebih besifat subjective. Hal seperti itulah yang harus dihindari, sehingga diperlukan suatu pemikiran yang lebih luas dan bermakna bagi pengembangan suatu ilmu, karenya diperlukan proses berfikir yang bersifat objectives dan berargumentasi agar dapat dijadikan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepntingan secara akdemik.

    Model. Istilah model dipakai berbagai bidang bisnis dengan definisi yang beragam. Suatu model dirumuskan sebagai cerminan suatu sistem yang dibuat untuk mempelajari salah satu aspek dari sistem ataud ari sistem sebagai keseluruhan. Model

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    11

    berbeda dari teori dalam hal bahwa tugas teori adalah menjelaskan, sementara tugas model adalah mewakili. Mendeskripsikan, menegaskan, dan melakukan simulasi merupakan fungsi utama dari permodelan. Masing-masing fungsi cocok untuk penelitian terapan atau pengembangan teori. Model deskriptif berusaha untuk menggambarkan perilaku unsur-unsur dalams suatu sistem dimana teori tidak cukup atau tidak ada. Model penegasan dipakai untuk memperluas penerapan dari teori-teori yang sudah dikembangkan atau untuk meningkatkan pengertian mengenai konsep-konsep pokok teori. Model simulasi lebih luas jangkauannya daripada sekedar menjelaskan hubungan struktural konsep-konsep dan berusa untuk mengungkapkan hubungan-hubungan proses diantara konsep-konsep tersebut.

    VII. LAPORAN PENELITIANVII. LAPORAN PENELITIANVII. LAPORAN PENELITIANVII. LAPORAN PENELITIAN

    7.1. Outline Laporan Penelitian

    UNSUR URAIAN

    Pernyataan masalah

    yang akan

    dipecahkan

    - Alasan mengapa masalah itu penting.

    - Relevansi pemecahan masalah dengan teori atau praktis

    dalam masyarakat

    Prosedur Penelitian - Rancangan penelitian

    - Teknik sampling

    - Teknik pengumpulan data

    - Metode pengolahan dan analisis

    Penemuan Hasil

    Penelitian

    - Bukti / fakta lengkap dari penelitian

    - Fakta harus relevan dengan tujuan, hipotesis dan

    masalah penelitian

    Implikasi dari Hasil

    Penelitian.

    - Interpretasi terhadap fakta

    - Keterangan terhadap fakta

    - Kombinasi keterangan dan Interpretasi

    7.2 Kerangka Usulan Penelitian

    JUDUL (Ditulis di cover Usulan Penelitian)

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    12

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.4 Kegunaan Penelitian

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

    DAN HIPOTESIS

    2.1 Kajian Pustaka

    2.2 Kerangka Pemikiran

    2.3 Hipotesis

    BAB III : METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

    3.2 Operasionalisasi Variabel

    3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data

    3.4 Tehnik Pengumpulan Data

    3.5 Rancangan Analisis dan Rancangan Uji Hipotesis

    ( termasuk Pengujian Validitas/ relaibilitas data )

    3.6 Rancangan Pemecahan Masalah

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

    7.3. Kerangka Laporan Penelitian7.3. Kerangka Laporan Penelitian7.3. Kerangka Laporan Penelitian7.3. Kerangka Laporan Penelitian

    JUDUL (Ditulis di cover Usulan Penelitian) ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.2 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan 3.2 Operasionalisasi Variabel 3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data 3.4 Tehnik Pengumpulan Data

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    13

    3.5 Rancangan Analisis dan Rancangan Uji Hipotesis ( termasuk Pengujian Validitas/ relaibilitas data ) 3.6 Rancangan Pemecahan Masalah IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.2 4.3 dst. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 8. KESIM[PULAN Karya tulis ilmiah merubpakan salah satu bagian dalam proses pembejaran pada sutau perguruan tinggi yang menghasilkan pemikiran intelektual, dengan kajian dan proses berfikir berdasarkan kepada fakta dan teori yang dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu autput dari suatu propgram pendidikan yang bersifat akademik, dituntut untuk memberikan kontrbisi pemikirannya melalui suatu penelitian yang merupakan salah satu bentuk dari karya ilmiah dalam rangka mewujudkan kebenaran dan memberikan arahan untuk menghadapi perubahan pada masa yang akan dating. Karya ilmiah tersebut dapat dipertanggung jawabkan demi pengembangan dalam kehidupan maupun dalam berbisinis untuk lebih mampu memertahankan kelanjutan hidupnya dan unggul dalam bersaing di era globalisas. Semoga apa yang disajikan dalam tulisan ini, dapat memberikan manfaat demi kelancaran untuk mencapai apa yang dicita-citakan oleh kita semua, dan ucama terima kasih atas perhatian serta kerjasamanya yang baik demi tewujudnya proses pembelajaran secara kondusifAmin. Wasallam. Daftar Pustaka

    1. Aacker, David A,V.Kumar and Geoge S. Day, 2004., Marketing Research., Eight Edition, John Wiley & Sons Inc Canada

    2. Burns, Alvin C.and Ronald F.Bush,1998., Marketing Research., International Edition,by Prentice-Hall, Inc., A Simon & Schuster Company, Upper Saddle,New Jersey.

    3. Burns, Alvin C.and Ronald F.Bush,2003., Marketing Research, Online Reseach Application, Fourth Edition,by Prentice-Hall,Inc.

    4. Cooper Donald R.and Emory C.William.,1995., Business Research Methods, Fifth Editions., Richard D.Irwin,Inc.,New York.

    5. Cooper Donald R.and Schindler Pamela S.,2003., Business Research Methods, Internatinal Editions., McGraw-Hill Companies,Inc.,New York.

    6. Dillon, William R.Thomas J, Mdden, and Niel H. Firtle, 1994, Marketing Research in a Marketing Environment. Thirt Edition, Richard D, Irwin Inc. USA.

    7. Hoover, Kenneth R., 1991, The Elements of Social Scientific Thinking, St.Martins Perss, Fifth Edition, New York.

    8. Jarboe Glen R.,1996., The Marketing Research Project Manual., Weat Publishing Co., New York.

    9. Kumar V,2000., International Marketing Research, Prentice Hall. 10. Malhotra, Naresh K., 2002, Basic Marketing Research, Applications to Contemporary Issues,

    International Edition, by, Pearson Ed,ucation, Inc, Upper Saddle River, New Jersey

  • Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS 8 October 2010

    14

    11. Malhotra, Naresh K., 2004, Marketing Research, an Applied Orientation, Fourth Edition, by, Pearson Ed,ucation, Inc, Upper Saddle River, New Jersey

    12. McDaniel Carl,Jr.and Roger Gates, 1996., Contemporary Marketing Research., Weat Publishing Co., New York.

    13. McDaniel, Carl and Roger Gates,2002, Marketing Reseach, the Compact of the Internet, Fifth Editions, South Western USA.

    14. Zikmund William G.,2003., Business Research Methods., 7 th Edition Tomson South-Western