PENGANTAR REDAKSI - simdos.unud.ac.id · AWAS BAHAYA SERANGAN LALAT BUAH PADA TANAMAN JERUK 26-30 I...
Transcript of PENGANTAR REDAKSI - simdos.unud.ac.id · AWAS BAHAYA SERANGAN LALAT BUAH PADA TANAMAN JERUK 26-30 I...
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Waca/Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya Buletin Udayana Mengabdi Volume 17 Nomor 3 Juli 2018 telah diterbitkan. Mulai tahun 2018, Buletin Udayana Mengabdi terbit 4 (empat) kali setahun, yaitu bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Edisi ini memuat 27 artikel di bidang pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berupa implementasi, penyuluhan dan sosialisasi konsep, model/prototipe, dan alat, yang merupakan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Desain konsep, model/prototipe dan alat merupakan hasil pemikiran/ide ataupun hasil dari penelitian yang kemudian diimplementasikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.
Penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada Penyunting, Penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan Buletin Udayana Mengabdi Volume 17 Nomor 3 Juli 2018. Semoga Buletin ini dapat menambah wawasan dibidang keilmuan dan teknologi, dan penerapannya di masyarakat. Untuk meningkatkan mutu baik dari segi isi maupun tampilan, kami harapkan saran dan kritik untuk perbaikan di edisi berikutnya.
Juli 2018
Redaktur
Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925
Volume 17 Nomor 3, Juli 2018
D A F T A R I S I
STRATEGI KONSERVASI LAHAN PERTANIAN BERBASIS REINTERPRETASI RITUAL PERANG KETUPAT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI DESA KAPAL KABUPATEN BADUNG
1-5
I. M. Sendra dan Y. Kristianto
LAYANAN BANTUAN TEKNIS DAN BAKTI SOSIAL DI DUSUN SILIRKROMBANG DESA SENEPOREJO KECAMATAN SILIRAGUNG KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR
6-12
I N. Susanta, Ni M. Swanendri, G.A.M. Suartika, I W. Yudamanik, I N. Sutarja
PELATIHAN PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BERAIR PADA BUAH SALAK DI DESA DUDA TIMUR, KECAMATAN SELAT, KABUPATEN KARANGASEM
13-20
W. Adiartayasa, I N. Wijaya, I G.N. Bagus, I M.M. Adnyana dan I K. Siadi
PENINGKATAN KEMANDIRIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENDAMPINGAN PROGRAM KKN- PPM
21-25
U.S.Y.V.Indrawati, N.Endang, N.Asriati
AWAS BAHAYA SERANGAN LALAT BUAH PADA TANAMAN JERUK 26-30
I N. Wijaya dan W. Adiartayasa
EDUKASI HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA SMK 31-34
Izza Suraya dan Retno Mardhiati
SOSIALISASI BROWNIES KULIT PISANG SEBAGAI PRODUK PANGAN
ALTERNATIF DI DESA PIKAT - KECAMATAN DAWAN, KABUPATEN
KLUNGKUNG
T. Darmayanti, NLA. Yusasrini, PAS. Wipradnyadewi, dan AAGNA. Jambe
35-40
PELATIHAN KEAMANAN SISTEM INSTALASI KABEL TANAM DI DESA MELINGGIH KECAMATAN PAYANGAN-GIANYAR
41-46
I.N. Budiastra, C.G.I. Partha, I.G.D. Arjana, dan I.B.A. Swamardika
PEMBERDAYAAN PAUD SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI 47-51
Kristiawati dan E. Yunitasari
Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925
Volume 17 Nomor 3, Juli 2018
KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT EKTO DAN ENDOPARASIT PADA SAPI KANDANG SIMANTRI DI DESA SOBANGAN
52-56
I.A.P.Apsari, I.B.N.Swacita, A.A.S.Kendran, G.A.Y.Kencana, K.Budiasa
PENGEMBANGAN EKOWISATA AIR TERJUN SINGSING SADE, DI DESA
BELIMBING, KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN 57-60
N.L.R. Purnawan, I D.P. Singarsa, I K. Sardiana
KAJI BANDING BUDIDAYA IKAN LELE DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK DI
DESA KETEWEL KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR 61-66
N.L.G. Sumardani, I.G. Suranjaya, N.K. Seminari, I.M. Radiawan
PENGKEMASAN KULINER LOKAL DAN CINDERAMATA LOKAL DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN DESA WISATA TISTA, KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN
67-76
Agus Muriawan Putra, Ni Nyoman Sri Aryanti, IB. Ketut Astina, dan IB. Dwi Setiawan
PRODUKSI DAN KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DI DESA DALANG DAN GADUNG SARI, KECAMATAN SELEMADEG TIMUR, KABUPATEN TABANAN
77-82
I N. Ardika dan N. N. Darmiati
PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS ECENG GONDOK DAN GANGGANG HIJAU UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN DI WILAYAH DANAU BUYAN
83-88
I G. Suranjaya, N.L. Kartini, N.L.R. Purnawan
PENGEMBANGAN PADI ORGANIK UNTUK PENUNJANG PARIWISATA 89-92
I N. Puja, I G.P.R. Adi, dan N.W. Siti
93-98 TEKNOLOGI FERMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PUPUK
ORGANOPLUS
N.M Witariadi dan Budi Rahayu Tanama Putri
SOSIALISASI KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENGADAAN JAMBAN SEHAT DI DESA MANIKYANG KECAMATAN SELEMADEG KABUPATEN TABANAN
99-102
I W A Wijaya, I G N Janardana, I W Rinas, AA. M Pemayun, WG Ariastina, K A Kartika Sari
Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925
Volume 17 Nomor 3, Juli 2018
PELIBATAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENYEDIAAN PENGINAPAN LOKAL (HOMESTAY) DI DESA WISATA TISTA, KABUPATEN TABANAN
103-113
Agung Sri Sulistyawati, Ida Ayu Trisna Eka Putri, Fanny Maharani Suarka, dan Putu Ratih Pertiwi
PEMBINAAN KEPARIWISATAAN MELALUI PELATIHAN TEKNIK
PRESENTASI KULINER LOKAL DI DESA WISATA MENGWI KECAMATAN
MENGWI KABUPATEN BADUNG
114-119
I Nyoman Tri Sutaguna, Ni Made Ariani, Ni Nyoman Sri Aryanti, dan Ida Ayu Eka Trisna Putri
PENGENALAN DAN SOSIALISASI PENERAPAN INSTALASI KELISTRIKAN SWER UNTUK PENERANGAN JALAN DI BANJAR SAMBIAN UNDAGI DESA TIMPAG, KECAMATAN KERAMBITAN, TABANAN
120-123
I W Rinas, I M Suartika, A I Weking, dan A A G Maharta Pemayun
PEMBINAAN KEPARIWISATAAN MELALUI PELATIHAN ETIKA PELAYANAN PEKERJA WANITA DI ART SHOP DESA ADAT SEMINYAK KABUPATEN BADUNG
Putu Diah Kesumadewi, Ni Made Ariani, A.A Manik Pratiwi, dan Putu Sucita Yanthy
124-129
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MENGGUNAKAN METODE POLYA
I. W. Sumarjaya, M. Joni, N. N. Rupiasih, dan J. Sibarani
130-135
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) USAHA ES PUTER SEBAGAI CAMILAN
SEHAT BAGI ANAK
Zubaidah, F.Y. Asmara, dan Anggorowati
136-140
PENINGKATAN KOMPETENSI MANAJERIAL PRAJURU DESA ADAT DAN
PENGELOLA LPD DI DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI
KABUPATEN GIANYAR
N.W. Suniti, W.P. Windia, N.L.R. Purnawan, dan I.A. Arthayani
141-144
Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925
Volume 17 Nomor 3, Juli 2018
PROGRAM PENCEGAHAN ANEMIA BAGI WANITA MASA PRAKONSEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM
L.S. Ani, I.W. Weta, N.W.A. Utami, W. Suranadi, dan K. Suwiyoga
145-151
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI KLINGKING DESA BUNGA MEKAR, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG
I Wayan Surata, Tjokorda GdeTirta Nindhia, Tjokorda Sari Nindhia
152-161
93
VOLUME 17 NOMOR 03, JULI 2018
TEKNOLOGI FERMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PUPUK ORGANOPLUS
N.M Witariadi 1 dan Budi Rahayu Tanama Putri 2
ABSTRAK
Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari pupuk organoplus dengan menggunakan teknologi
fermentasi. Mikroba fermentor (probiotik) berupa bioinokulan berbasis limbah cairan rumen. Metode
pelaksanaan meliputi : bahan baku, mikroba lokal , produksi dan kualitas produksi. Bahan baku berupa
kotoran ayam, kotoran sapi, mineral kiserit, ampas anggur,dan arang sekam. Pupuk organoplus merupakan
hasil fermentasi skala industri karena bahan baku berupa batuan mineral kaya Mg dan ampas anggur yang
dipakai masing-masing sebesar 20% atau berjumlah 40 % dari total bahan baku. Produk organoplus memiliki
keunggulan tersendiri, karena komposisi dan konsentrasi haranya yang jauh berbeda,sehingga produk ini
relative tidak memiliki kompetitor yang berarti. Pupuk organoplus berfungsi meningkatkan kadar gula buah
dan mencegah serangan jamur pada tanaman hortikultura, sehingga buah yang dihasilkan menjadi lebih
berkualitas yaitu lebih manis, daya tahan lebih lama, dan menekan getah kuning (pada buah manggis). Dapat
disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan teknologi fermentasi, kualitas dari pupuk organoplus dapat
ditingkatkan .
Kata kunci: teknologi, fermentasi,mikroba ,kualitas pupuk.
ABSTRACT
The activity aims to improve the quality of organoplus fertilizer by using fermentation technology. Microbial
fermentor (probiotic) in the form of bioinoculant based rumen liquid waste. Methods of implementation
include: raw materials, local microbes, production and production quality. Raw materials in the form of
chicken manure, cow dung, kiserit mineral, wine waste, and charcoal husk. Organoplus fertilizer is the result
of industrial-scale fermentation because the raw material is mineral rock rich in Mg and the wastewater that
used each 20% or 40% of the total raw material. Organoplus product has its own advantages, because the
composition and concentration of hunya far different, so that this product is relative has no significant
competitors. Organoplus fertilizer works to increase the sugar content of fruits and prevent fungus attacks on
horticultural crops, so the resulting fruit becomes more qualified that is sweeter, longer endurance, and
suppress the yellow sap (on the mangosteen fruit). It can be concluded that by utilizing fermentation
technology, the quality of organoplus fertilizers can be improved.
Keywords: technology, fermentation, microbe, quality of fertilizer.
1. PENDAHULUAN
Pertanian organik di Bali, akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat besar.
Pemanfaatan pupuk organik adalah sarana strategis untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
produksi pertanian, serta menghindari pencemaran lingkungan. Pemberlakuan pencabutan subsidi
1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Udayana 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Udayana,[email protected]
Teknologi Fermentasi Untuk Meningkatkan Kualitas Pupuk Organoplus
94 | BULETIN UDAYANA MENGABDI
pupuk kimia berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi secara nasional, karena harga pupuk
kimia menjadi mahal sehingga pemakaiannya menurun, produktivitas tanah dan tanaman pertanian
menjadi rendah. Penerapan teknologi dengan memanfaatkan mikroba lokal (bakteri pengurai)
sebagai fermentor, akan dihasilkan pupuk organik yang lebih murah dengan kualitas yang
distandarisasi untuk meningkatkan produksi pertanian. Keunggulan dari produk yang dihasilkan
terletak pada penerapan teknologi formulasi material organik dengan bahan mineral sumber Mg
dan dekomposer yang dihasilkan dari mikroba dekomposer lokal yang bekerja dengan efektif.
Melalui aplikasi teknologi ini dimungkinkan diproduksi pupuk organik yang kaya Mg. Pupuk
organik yang dihasilkan dengan kandungan Mg yang tinggi berfungsi untuk memperbaiki struktur
tanah, sebagai sumber karbon, hara makro dan hara mikro, sebagai pemanis buah dan memperbaiki
kualitas buah (hasil tanaman). Magnesium merupakan komponen utama penyusun klorofil dan
sebagai katalis dalam fotosintesis yang memproduksi karbohidrat yang memberi rasa manis pada
buah-buahan.
Pupuk organik berkualitas berarti bahwa pupuk tersebut sesuai standar nasional Indonesia (SNI)
serta mengandung hara untuk tanaman yang lebih lengkap dengan dosis yang lebih tinggi.
Tehnologi fermentasi menggunakan dekomposer efektif yang mampu menguraikan bahan organik
secara lebih sempurna dalam waktu yang lebih singkat. Salah satu hasil dari studi ini adalah pupuk
organik yang diformulasikan dengan material dengan kadar mineral magnesium (Mg) dosis tinggi
(>20%) dan mineral kiserit. Mineral kiserit adalah senyawa Mg dan sulfat yang memiliki
kandungan Mg dalam dosis tinggi. Material tersebut diformulasikan dengan limbah kotoran ayam
dan kotoran sapi serta limbah ampas anggur dan serbuk arang sekam. Kotoran ayam mengandung
senyawa kalium yang lebih tinggi dari limbah ternak lainnya yaitu mencapai 1,5%. Kandungan Mg
dan kalium yang tinggi pada pupuk organik organoplus telah memacu kandungan gula yang lebih
tinggi pada buah-buahan yang dipupuk dengan pupuk organik tersebut. Buah yang dihasilkan dari
tanaman yang dipupuk dengan organoplus secara organoleptik lebih renyah, daya simpan lebih
lama, dan lebih manis. Indayati Lanya dkk (2009) melaporkan bahwa pemberian 5 ton per hektar
mampu meningkatkan kadar gula sebesar 20,14% pada tanaman melon, kemudian Merit dkk (2011)
mendapatkan pada pemberian 6 ton/ha meningkatkan kadar gula rata-rata sebesar 24,34% pada
tanaman anggur, dan Sardiana (2010) mencatat terjadi peningkatan kadar gula buah stroberri rata-
rata sebesar 26,12% pada pemberian 8 ton/ha, dan pemberian organoplus pada tanaman manggis
telah meningkatkan kadar gula sebesar 16,26% dan menurunkan serangan penyakit getah kuning
pada buah manggis sebesar 30,32%.
Penyediaan pupuk organoplus yang kaya mineral Mg dengan teknologi fermentasi akan mendorong
peningkatan kualitas pupuk yang selanjutnya dapat memacu produksi pada buah-buahan.
Signifikansi penggunaan pupuk organoplus terhadap kualitas produksi buah-buahan menyebabkan
permintaan pupuk ini semakin meningkat.
2. METODE PELAKSANAAN
Jenis bahan baku yang dipakai dalam memproduksi organoplus adalah kotoran ayam petelur
sebanyak 40 % dan kotoran sapi sebanyak 20% sebagai sumber Nitrogen (N), limbah anggur dan
serbuk arang sekam sebagai sumber Phosphat (P) dan Kalium (K) sebanyak 10-15%, bahan mineral
magnesium karbonat (kadar Mg>20%) 10-15 % dan 10-20% kisrit (CaMgSO4) sebagai sumber Mg.
Bahan utama dicampur dan difermentasi menggunakan fermentor dari mikroba lokal yaitu biomin
plus . Pemakaian fermentor sebesar 10% dari total bahan dan setelah tercampur bahan pupuk
didiamkan dalam keadaan anaerob selama 10 hari. Selama berlangsung proses fermentasi yang
menghasilkan panas, maka suhu pupuk harus tetap dijaga. Pupuk organik atau pupuk organoplus
yang dihasilakan sudah distandardisasi memakai Peraturan Menteri Pertanian. Kotoran ayam dan
kotoran sapi diperoleh dari kelompok peternak ayam binaan Fakultas Peternakan Universitas
Udayana di Desa Babahan Penebel. Kelompok ini menghasilkan rata-rata 5-10 ton kotoran ayam
per hari. Material sumber mineral Mg diperoleh dari penambang limestone yang dilakukan petani
N.M Witariadi dan Budi Rahayu Tanama Putri
VOLUME 17 NOMOR 03, JULI 2018 | 95
di daerah Bukit Jimbaran di sekitar kampus Universitas Udayana. Ampas anggur diperoleh dari
perusahan anggur di Tabanan mempunyai kadar C-organik 45.3%, N 2.98%, P 0.18% dan K 2.26%,
selain itu akan memberikan unsur Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, dan Zn (Laboratorium Tanah, 2005), dan
serbuk arang sekam diperoleh dari penyosohan gabah di Tabanan.
Produksi pupuk Organoplus (organo-mineral pemanis buah), merupakan usaha pengembangan
produksi pupuk organik yang terfortifikasi mineral Mg. Keunggulan dari produk yang dihasilkan
dibandingkan dengan usaha sejenis terletak pada penerapan teknologi formulasi material organik
dengan bahan mineral sumber Mg dan dekomposer yang dihasilkan dari mikroba dekomposer lokal
yang bekerja dengan efektif. Melalui aplikasi teknologi ini dimungkinkan diproduksi pupuk
organik yang kualitas lebih baik (pupuk kaya mineral Mg) . Pupuk organoplus selain berfungsi
seperti pupuk organik pada umumnya yaitu memperbaiki struktur tanah, sebagai sumber karbon,
hara makro dan hara mikro, juga berfungsi meningkatkan rasa manis pada buah dan memperbaiki
kualitas buah menjadi lebih tahan lama,karena kandungan Mg-nya yang tinggi. Magnesium
merupakan komponen utama penyusun klorofil dan sebagai katalis dalam proses fotosintesis yang
memproduksi karbohidrat yang memberi rasa manis pada buah-buahan. Proses pembuatan pupuk
organoplus dari menyiapkan bahan baku sampai ke pengolahan sebagai berikut:
1) Material Kapur karbonat merupakan kapur yang dihasilkan bukan melalui proses pembakaran
tetapi digiling langsung, kapur karbonat ini mengandung kalsium oksida dan magnesium
oksida (47%) serta kalsium karbonat dan magnesium karbonat (85%), diperoleh dari hasil
galian masyarakat lokal yang telah secara tradisional mengetahui karakteristik batuan tersebut
di daerah Bukit Jimbaran, Badung
2) Material Kiserit, Kiserit adalah mineral magnesium sulfat yang sangat tidak stabil
berkomposisi MgSO4H2O, tidak dihasilkan di Indonesia tetapi diimport diperoleh melalui
kerjasama dengan penjual zat kimia keperluan analisis laboratorium. Zat ini digunakan untuk
fortifikasi batuan mineral Mg agar memenuhi standar baku yang diperlukan.
3) Fermentor (probiotik) efektif berupa bioinokulan berbasis limbah cairan rumen yang memiliki
daya urai efektif (biomin plus), sehingga mampu menguraikan material bahan organik secara
lebih cepat dan sempurna.
4) Limbah kotoran ayam ras dan kotoran sapi diperoleh dari kelompok peternak binaan
Universitas Udayana di sentra peternakan masyarakat di Desa Babahan Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan
5) Ampas anggur yang diperoleh dari pabrik wine di Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan.
6) Serbuk arang sekam diperoleh dari pabrik penyosohan gabah di Tabanan.
7) Komposisi material pupuk adalah: 40% kotoran ayam, 20% kotoran sapi, 10% ampas anggur,
10% serbuk arang sekam, 10% kapur karbonat, dan 10% kiserit . Untuk memproduksi 1 ton
pupuk organoplus diperlukan : 400 kg kotoran ayam, 200kg kotoran sapi, 100 kg ampas
anggur, 100 kg serbuk arang sekam,100 kg kapur karbonat, 100 kg kiserit, dan 4 botol
dekomposer.
8) Campuran ditimbun dan ditutup rapat dengan terpal dan bagian pinggir terpal diberi beban
sehingga jika ada angin terpal tidak terbuka.
9) Diamkan selama 3 hari, kemudian terpal dibuka dan timbunan diaduk untuk tujuan
pemberikan airasi pada proses pengomposan. Proses pengomposan yang berhasil akan timbul
panas dan dapat dirasakan saat pembongkaran gundukan.
10) Perkirakan setelah 2 minggu pupuk sudah bisa dibongkar dan diangin- anginkan supaya
menghilangkan bau amoniak dan sudah dapat dipakai.
11) Pupuk yang sudah difermentasi selanjutnya di ayak sesuai pesanan dan di kemas. Untuk pupuk
organoplus berbentuk granular, langkah berikutnya di masukkan ke mesin granular kemudian
dikeringkan dan dikemas.
Teknologi Fermentasi Untuk Meningkatkan Kualitas Pupuk Organoplus
96 | BULETIN UDAYANA MENGABDI
Gambar 1. Bahan baku Pupuk Gambar 2. Proses Pencampuran Pupuk
Gambar 3. Fermentor Gambar 4. Pupuk Organoplus
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan baku pembuatan pupuk organoplus berasal dari ampas buah anggur atau kotoran ternak
yang masih segar dan mempunyai rasio karbohidrat dan nitrogen atau C/N yang tinggi antara 50 –
200, dicampur dengan bahan mineral magnesium karbonat dan magnesium hidroksida.
Pengomposan atau fermentasi adalah upaya untuk menurunkan rasio C/N bahan menjadi 10 -20,
sehingga dapat diserap tanah. Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik
dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu. Proses penguraian
dipercepat dengan menambah starter dari kultur bakteri sebagai dekomposer. Pengomposan adalah
penerapan IPTEK memakai tehnologi fermentasi menggunakan bakteri fibrolitik yang akan
N.M Witariadi dan Budi Rahayu Tanama Putri
VOLUME 17 NOMOR 03, JULI 2018 | 97
mengurai bahan sintesis, senyawa kompleks dan pestisida. Starter yang dipakai adalah hasil isolasi
dari mikroba lokal disebut biomin plus. Keunggulan pemakaian starter ini adalah proses
pengomposan limbah organik menjadi pupuk organik dilakukan dengan cepat, dimana hanya
dalam waktu 7-14 hari sudah menjadi pupuk organik. Jenis mikroorganisme yang terdapat pada
biomin plus antara lain: 1) Bakteri fotosintetik yang membentuk senyawa-senyawa yang
bermanfaat dari sekresi akar tumbuh-tumbuhan, bahan organik dan/atau gas-gas berbahaya seperti
hidrogen sulfida, dengan dibantu sinar matahari dan panas sebagai sumber energi. Zat-zat
bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleat, zat-zat bioaktif, dan gula, yang semuanya
dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman; 2) Bakteri asam laktat yang
menghasilkan asam laktat dari gula, dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik
dan ragi. Bakteri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan
selulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang
ditimbulkan dari pembusukan bahan organik; 3) Ragi dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan
oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik melalui proses fermentasi; 4) Actinomycetes
menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan
bahan organik. Zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme ini dapat menekan pertumbuhan
jamur dan bakteri yang merugikan tanaman, tetapi dapat hidup berdampingan dengan bakteri
fotosintetik. Setiap jenis mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses
fermentasi bahan organik.
Produk utama yang dihasilkan adalah Pupuk Organoplus (pupuk organo-mineral kaya Mg sebagai
pemanis buah). Pupuk Organoplus adalah pupuk organik kaya mineral Mg yang berfungsi
meningkatkan kadar gula buah dan mencegah serangan jamur pada tanaman hortikultura, sehingga
buah yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas yaitu lebih manis, daya tahan lebih lama, dan
menekan getah kuning (pada buah manggis). Pegembangan pupuk Organoplus (organo-mineral
pemanis buah), merupakan pupuk organik yang terfortifikasi mineral Mg, dimana keunggulan dari
produk yang dihasilkan terletak pada penerapan teknologi formulasi material organik dengan bahan
mineral sumber Mg dan dekomposer yang dihasilkan dari mikroba dekomposer lokal yang bekerja
dengan efektif. Magnesium merupakan komponen utama penyusun klorofil dan sebagai katalis
dalam fotosintesis yang memproduksi karbohidrat yang memberi rasa manis pada buah-buahan.
Kualitas atau Standar Produk pupuk Organoplus akan disesuaikan agar memenuhi standar
nasional (SNI). Pupuk Organoplus merupakan hasil fermentasi mikroba lokal dalam skala industri
akan distandarisasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian: No. 28/Permentan/2009
menyebutkan bahwa syarat dan kualitas pupuk organik di Indonesia adalah: C/N = 12 - 20%, pH:
4-8, kadar air: 15%, C-organik minimal 12%. : 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O dan Mg 4,26%
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pupuk organik lainnya, serta mengandung unsur mikro
seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), molybdenum (Mo). Pupuk organoplus ( Pupuk Organik
kaya Mg) berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap komposisi unsur hara mengandung : C/N =
12%, pH: 6,90, C-organik 14% : 2,90 % N, 2,37 % P2O5, 1,39 % K2O dan Mg 22,58%. Hasil uji
laboratorium terhadap pupuk Organoplus bahwa kandungan hara yang diperoleh sudah sesuai
dengan standarisasi pupuk organik , sehingga pupuk Organoplus bisa dipasarkan sehingga aplikasi
pada tanaman dapat dilihat dari produksi yang dihasilkan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan diatas, dapat disimpulkan bahwa melalui teknologi fermentasi
menggunakan mikroba lokal (biomin plus) dihasilkan pupuk organik kaya Mg untuk
meningkatkan rasa manis pada buah-buahan dan kualitas pupuk sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI)
Teknologi Fermentasi Untuk Meningkatkan Kualitas Pupuk Organoplus
98 | BULETIN UDAYANA MENGABDI
Saran yang diajukan bahwa produksi pupuk organoplus harus dijaga kualitasnya melalui penerapan
teknologi fermentasi yang tepat dan melakukan uji laborartorium untuk menjaga kandungan hara
tetap terjaga.
Tabel 1. Komposisi Campuran Pupuk Organoplus
No Bahan Jumlah
1 Kotoran Ayam 40%
2 Kotoran Sapi 20%
3 Limbah Anggur 10%
4 Serbuk sekam arang 10%
5 Mineral Magnesium karbonat 10%
6 Kisrit (CaMgSO4) 10%
7 Biomin plus (fermentor) diluar komposisi 10%
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana, melalui ketua LPPM Universitas
Udayana yang telah memberikan dana, sehingga kegiatan pengabdian (IbIKK) terlaksana sesuai dengan
rencana.
DAFTAR PUSTAKA
Mosher, A. T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna, Jakarta
Mubyarto, 1989.Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Suparta, I.N., Budiartha,I.W., Suciani, Putri,B.R.T., Agribisnis Peternakan Meraih Kesempatan Menuju
Sukses. Pustaka Nayottama, Denpasar.
Suryana. 2008. Kewirausahaan. Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Edisi Ketiga. Salemba Empat, Jakarta.