HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx
-
Upload
amanda-jackson -
Category
Documents
-
view
503 -
download
1
Transcript of HAMA LALAT PENGGOROK DAUN.docx
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pengganggu tanaman yang berupa jasad pengganggu sudah sering
dibicarakan dan dikenal dengan nama tersendiri, bahkan secara khusus
menjadi 3 bagian besar yaitu:
1. Hama, ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis mahluk
hidup yang termasuk kepada kelompok binatang atau hewan.
2. Penyakit, ialah bentuk efek dari sejenis mahluk hidup yang
mikroskopis, tumbuh pada tanaman tingkat tinggi.
3. Gulma, ialah jasad pengganggu yang merupakan sebangsa
dengantumbuhan tingkat tinggi
(Djafaruddin,1996).
Yang dimaksud dengan hama adalah semua hewan yang mengganggu
dan merugikan tanaman yang diusahakan oleh manusia. Apabila asalnya
bukan dari binatang gangguan itu akan disebut penyakit, misalnya gangguan
dari virus, bakteri, cendawan, tumbuh-tumbuhan yang bertingkat rendah
atau sedikit lebih tinggi, kekurangan unsur-unsur hara dan lain-lainnya
(Kartasapoetra,1991).
Kita mempelajari serangga hama tidak hanya dari penampilannya saja,
tetapi juga aktivitasnya, titik kelemahan dan kekuatannya dalam siklus
hidupnya, karena serangga mempunyai berbagai kemampuan adaptasi
dengan lingkungan, di tempat ada kehidupan dari daerah arktik sampai
tropik (Birch, 1948).
1
Dalam pengendalian hama dan penyakit dipilih pengendalian hama
secara terpadu artinya dalam pelaksanaanya mengikutsertakan berbagai
komponen pengendalian. Ada 4 komponen pengendalian hama dan penyakit
yang selama ini dikenal yaitu:
a. Pengendalian secara budidaya
b. Varietas yang tahan
c. Pengendalian secara biologis dan hayati
d. Pengendalian secara kimia (Sudarmono,1990).
Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang
dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai
negara. Serangga tersebut menjadi hama baru pada beberapa jenis tanaman
sayuran di beberapa sentra sayur dataran tinggi. Tanaman kentang, kacang-
kacangan (Leguminosae), dan bawang-bawangan (Amarillidae) dilaporkan
peneliti tersebut sebagai inang lalat Liriomyza sp. (Setiawati, 1997).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan
mengenal hama Lalat penggorok daun (Liromyza huidobrensis)
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama
Klasifikasi lalat penggorok daun Liriomyza huidobrensis menurut
Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Species : Liriomyza huidobrensis
Lalat penggorok daun termasuk genus Liriomyza, ordo Diptera,
famili Agromyzide. Liriomyza adalah salah satu dari lima genus lalat
penggorok daun (Agromyza, Japanaromyza, Liriomyza, Phytomyza, dan
Tropicomyza) yang berasosiasi dengan tanaman leguminosa. Genus
liriomyza terdiri atas banyak spesies. Lalat dengan tipe makan polifag ini
dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, sehingga memungkinkan
terbentuknya banyak spesies akibat adaptasi, mutasi, dan evolusi (Baliadi,
2010)
Telur lalat kacang berbentuk lonjong, berukuran panjang 0,31 mm,
lebar 0,15 mm, berwarna putih seperti mutiara. Telur di letakkan pada
3
keping biji (kotiledon) serta daun pertama tanaman. Telur ini akan menetas
setelah berumur 2 - 4 hari dan keluar larva (Pedigo, 1989).
Larva menggorok bagian jaringan palisade. Larva mengalami tiga
instar, larva instar terakhir berukuran 2-3 mm berwarna kuning. Larva
dewasa jatuh ke tanah dan membentuk pupa pada serasah tanaman. Siklus
hidup dari telur sampai imago berlangsung sekitar 21 hari (Baliadi, 2010).
Pupa berwarna kuning kecoklatan, berukuran lebih kurang 2,25-2,5
mm. pada rumah kaca dengan suhu 27°C stadia pupa berkisar 8-9 hari
tergantung pada tanaman inang. Lama perkembangan pupa ini berkorelasi
negatif terhadap suhu. Pupa terdapat di bawah daun di ujung korokan
dengan posisi menggantung atau berada di permukaan tanah
(Hamdam,2001).
Lalat dewasa sangat kecil berukuran sekitar 2,5 mm. Lalat dewasa
berwana kuning pada bagian kepala, berwarna hitam pada bagian dekat
oceli dan mata, antena berwarna kuning dengan 3 segmen dan membulat,
terdapat rambut-rambut kaku yang tegak disekitar punggung yang berwarna
kuning (Rustam, 2002).
4
Gambar 1
Diakses dari http://google.com/lalat+penggorok+daun
Gejala Serangan
Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah
dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada
bagian mesofil daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat
larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang korokan.
Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan.
Pada serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan,
daun layu, dan gugur. Imago lalat pengorok daun menusukkan
opivositornya pada daun-daun muda, walaupun gejala juga muncul pada
daun daun yang muncul berikutnya (Baliadi, 2009).
Gejala serangan larva lalat pengorok daun menyebar pada semua
bagian tajuk tanaman kedelai, baik tajuk atas, tengah, maupun bawah.
Namun, gejala serangan lebih banyak dijumpai pada daun/tajuk bagian
bawah. Jumlah dan umur daun mempengaruhi kerapatan larva pada tanaman
(Baliadi 2009).
5
Serangan dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan tanah dan
berlanjut hingga fase reproduksi. Pada ketimun, larva mulai menyerang
sejak kotiledon terbentuk. Dampak serangan hama ini terhadap hasil
tergantung pada jenis tanaman, saat serangan terjadi dan tingkat kerusakan.
Secara umum kerusakan karena korokan larva lebih merugikan dari pada
kerusakan karena tusukan ovipositor. Namun pada sayuran daun seperti
horenso (sejenis sawi), gejala bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor
sudah mampu menurunkan harga jual (Dent, 1995).
Faktor yang mempengaruhi
Faktor Biotik adalah faktor hidup yang mempengaruhi
perkembangan lalat tersebut termasuk musuh alami yang dapat
mengendalikan hama. Beberapa musuh alami tersebut diantaranya H.
varicornis (Hymenoptera : Eulophidae) merupakan parasitoid penting pada
hama Liriomyza huidobrensis. Parasitoid tersebut dapat di temukan di
seluruh areal pertanaman kentang yang terserang L. huidobrensis. Tingkat
parasitasi H. varicornis terhadap L. huidobrensis pada tanaman kentang,
kacang-kacangan, seledri, tomat dan caisin rata-rata adalah 37,33%;
40,63%; 35,71%; 24,69% dan 31,68%. Nisbah kelamin antara jantan dan
betina adalah 1,5 : 1. Ada juga Opius sp. merupakan parasitoid penting
hama L. huidobrensis. Telur berbentuk lonjong, dengan salah satu bagian
ujungnya sedikit lebih membengkak dibandingkan dengan ujung yang lain.
Siklus hidupnya berkisar antara 13-59 hari. Masa telur, larva dan pupa
masing-masing 2, 6, dan 6 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur
6
sebanyak 49-187 butir. Instar yang paling cocok untuk perkembangan
parasitoid Opius sp., adalah instar ke-3. Pada instar tersebut masa
perkembangan parasitoid lebih singkat dan keturunan yang dihasilkan lebih
banyak dengan proposi betina yang lebih tinggi. Nisbah kelamin jantan dan
betina adalah 1: (Setiawati , 1997).
Faktor abiotik yang paling berpengaruh terhadap perkembangan
Lalat Liriomyza huidobrensis adalah curah hujan. Hal ini disebabkan karena
siklus hidup dari lalat tersebut berkembang pada tanah terutama pupa. Apa-
bila curah hujan tinggi, maka air akan tergenang dan menyebabkan pupa
hanyut. Sehingga lalat tidak dapat berproduksi secara optimal dan dapat
menggangu perkembangannya. (Chavez, 1987)
Pengendalian
Pada awalnya, lalat pengorok daun bukan hama yang penting karena
populasinya dapat dikendalikan oleh musuh alaminya (predator, parasitoid,
dan pathogen serangga). Namun pada awal tahun 1970- an, lalat ini berubah
menjadi hama yang sangat merugikan karena musuh alaminya banyak yang
mati akibat penggunaan insektisida yang intensif (Ewel et al. 1990).
Oleh karena itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
dapat mengendalikan hama lalat penggorook daun (Liriomyza huidobrensis)
seperti, Pengendalian hama terpadu (PHT) mengedepankan masalah
kelestarian lingkungan, sehingga tindakan pengendalian hendaknya
diputuskan melalui analisis ekosistem antara lain pemantauan populasi
hama. Secara umum, upaya pengendalian lalat pengorok daun dapat
7
dilakukan dengan varietas tahan, kultur teknis, musuh alami, dan insektisida
serta melakukan pemantauan populasi imago secara rutin (Casida, 1998).
Pendekatan pengendalian yang paling menjanjikan dan
menguntungkan adalah penanaman varietas tahan. Perakitan varietas tahan
untuk lalat pengorok daun telah dirintis di banyak negara. Kriteria
ketahanan didasarkan pada sebaran dan kepadatan trikoma daun
(Marwoto,2007).
Hingga saat ini belum tersedia varietas kedelai yang tahan terhadap
lalat penggorok daun. Pada kentang dan buncis, teknik pengendalian lalat
pengorok daun secara kultur teknis antara lain dilakukan dengan
pemasangan plastik lembaran sebagai penutup tanah, penanaman serentak,
pergiliran tanaman, dan pembajakan dangkal. Pemakaian plastik lembaran
untuk penutup tanah terbukti efektif menurunkan populasi lalat dewasa.
Pertanaman yang ditanam lebih akhir akan menderita serangan yang lebih
berat. Oleh karena itu, penanaman kedelai lebih awal dan serentak
direkomendasikan sebagai salah satu teknik pengendalian yang efektif.
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya jagung efektif
mengendalikan populasi lalat pengorok daun. Pengolahan tanah ringan atau
pembajakan dangkal dapat menekan laju penetasan pupa yang ada di dalam
tanah atau serasah tanaman.(Samsudin, 2008).
Sampai saat ini di Indonesia diketahui ada 19 spesies parasiotid yang
berasosiasi dengan L. sativae dan ada 6 spesies yang berasosiasi dengan L.
8
huidobrensis yaitu D. begini, D. intermedius, C. oscinidus, Ganaspidium
(Parella, 1987).
Insektisida berspektrum luas masih sering digunakan untuk
mengendalikan lalat pengorok daun. Namun secara beriringan upaya untuk
memperoleh insektisida selektif yang efektif terus dilakukan. Awalnya,
insektisida hidrokarbon klorin dan organofosfat direkomendasikan untuk
mengendalikan lalat pengorok daun. (Karel, 1989).
Tanaman Inang
Lalat ini dapat menyerang 10 tanaman budi daya, yaitu kedelai,
kacang panjang, tomat, mentimun, kacang tanah, kacang tunggak, kecipir,
labu merah, blonceng, dan komak. Pada tanaman kacang-kacangan, lalat ini
ditemukan di dua lokasi pertanaman kedelai, dua lokasi pertanaman kacang
tunggak, satu lokasi pertanaman kacang tanah, lima lokasi pertanaman
kacang panjang, dan satu lokasi pertanaman komak (Rauf, 1995).
Lalat pengorok daun tergolong serangga polifagus dengan kisaran
tanaman inang yang luas, meliputi tanaman hias, sayuran, palawija, dan
gulma. Inang berbagai spesies Agromyzidae di Indonesia antara lain adalah
Crotalaria juncea, C. mucronata, kacang gude, kedelai, Phaseolus lunatus,
P. semierectus, P. vulgaris, Vigna hosei, V. mungo, kacang hijau, V. radiata
var sepiaria, V. radiate var sublobata, V. umbellata, V. umbellata
var trinervis, V. tribolata, kacang tunggak, Centrocema pubescens,
Tephrosia candida, T. vogelli, Aeschynomene indica, Flemingia sp.,
9
Indigofera suffructinosa, I. sumatrana, Calopogonium mucunoides, dan
Pueraria javanica (Amfopo, 1988).
Liriomyza sp. Pertama kali ditemukan menyerang pertanaman
kentang di Cisarua Bogor. Hama ini kemudian menyabar dibeberapa daerah
di Jawa, Sumatera dan Sulawesi dan menimbulkan keresakan berat pada
tanaman lain seperti mentimun, buncis dan kacang merah. Kehilangan hasil
pada tanaman kentang akibat hama ini mencapai 34 % dan pada tanaman
buncis 70 % (Baliadi, 2010).
10
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
Permasalahan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama lalat penggorok
daun akhir-akhir ini cukup berarti, oleh karena itu populasi hama lalat
penggorok daun harus dikendalikan sampai tingkat dibawah toleransi.
Usaha pemberantasan hama sangat menentukan berhasilnya
budidaya tanaman yang diserangnya . Pada tahun-tahun terakhir ini
produksi tanaman pangan yg diserang hama menurun. Mengetahui gejala ini
sangat penting dalam usaha pemberantasan hama karena biayanya lebih
murah dan serangan cepat teratasi.
Usaha pencegahan atau preventif dangan pemeliharaan tanaman
agar tetap sehat, lebih baik daripada dengan cara yang lain. Untuk
mengetahui perkembangan hama dan penyakit, perlu dilakukan pengamatan
yang sistematis dan teratur serta siklus pengamatan disesuaikan dengan daur
hidup hama atau penyakit yang diamati.
Pengamatan hama yang daur hidupnya pendek, daya
berkembangbiaknya tinggi maka siklus pengamatan yang harus dilakukan
adalah pendek. Pada beberapa kasus luka daun yang disebabkan oleh lalat
ini akan menjadi jalan masuknya kumbang sagu yang dapat mematikan
tanaman.
11
Pembahasan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama lalat penggorok
daun akhir-akhir ini cukup berarti, oleh karena itu populasi hama lalat
penggorok daun harus dikendalikan sampai tingkat dibawah toleransi. Hal
ini disebabkan oleh gejala serangan hama lalat penggorok daun yang
menyebabkan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian
mesofil daun. Hal ini sesuai dengan literatur Baliadi (2009) yang
menyatakan bahwa gejala serangan lalat penggorok daun pada tanaman
mudah dikenali dengan liang korokan beralur warna putih bening pada
bagian mesofil daun.
Usaha pencegahan atau preventif dangan pemeliharaan tanaman
agar tetap sehat, lebih baik daripada dengan cara yang lain. Untuk
mengetahui perkembangan hama dan penyakit, perlu dilakukan pengamatan
yang sistematis dan teratur serta siklus pengamatan disesuaikan dengan daur
hidup hama atau penyakit yang diamati. Ada juga pengendalian lalat
penggorok daun dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu varietas
tahan, kultur teknis, musuh alami, dan insektisida. Hal ini sesuai dengan
literatur Casida, (1998) yang menyatakan bahwa Pengendalian Hama
Terpadu mengedepankan masalah ekosistem maka pengendalian dilakukan
dengan cara memilih varietas tahan, kultur teknis, musuh alami dan
insektisida serta melalukan pemantauan populasi imago secara rutin.
Usaha pemberantasan hama sangat menentukan berhasilnya
budidaya tanaman yang diserangnya . Pada tahun-tahun terakhir ini
12
produksi tanaman pangan yg diserang hama menurun. Mengetahui gejala ini
sangat penting dalam usaha pemberantasan hama karena biayanya lebih
murah dan serangan cepat teratasi karena gejala serangan larva penggorok
daun menyebar pada semua bagian tanaman, baik dari tajuk atas, tengah
maupun bawah. Hal ini sesuai dengan literatur Baliadi (2009) yang
menyatakan bahwa gejala serangan lalat penggorok daun menyebar pada
semua bagian tanaman baik tajuk atas, tengah maupun bawah.
Pengamatan hama yang daur hidupnya pendek, daya berkembang
biaknya tinggi maka siklus pengamatan yang harus dilakukan adalah
pendek. Karena serangan dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan
tanah dan berlanjut hingga fase reproduksi. Hal ini sesuai dengan literatur
(Dent, 1995) yang menyatakan bahwa serangan larva penggorok daun
dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan tanah dan berlanjut hingga
fase reproduksi.
13
KESIMPULAN
1. Hama Liriomyza huidobrensis yang menyerang banyak tanaman,
dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat bahkan mati.
2. Hama Liriomyza huidobrensis memiliki gejala serangan yang
mudah dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih
bening pada bagian mesofil daun.
3. Hama Liriomyza huidobrensis menyerang sejak tanaman muncul
dari permukaan tanah dan berlanjut hingga fase reproduksi.
4. Hama Liriomyza huidobrensis dikendalikan dengan menggunakan
varietas tahan, kultur teknis, musuh alami, dan insektisida.
5. Hama Liriomyza huidobrensis mempunyai daur hidup yang pendek
dan daya berkembang biak yang tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ampofo, J..K.O. 1988. Assessment of on-farm losses in maize production
due to insect pest. Insect Sci. Applic. 9(6): 687 – 690.
Baliadi, Y. 2009. Fluktuasi populasi lalat pengorok daun, Liriomyza sp.
pada tanaman kedelai di kebun percobaan Kendalpayak dan
pengaruh serangannya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman
Kacangkacangan dan Umbi-umbian, Malang.
Baliadi, Y., W. Tengkano, Bedjo, dan Purwantoro. 2010. Validasi
rekomendasi pengendalian hama terpadu kedelai di lahan sawah
dengan pola tanam padi-kedelai-kedelai. Agritek 16 (3): 492−500.
Birch LC. 1948. The intrinsic rate of n a M increase of an insect population.
.I &Ed 17: 15 -26.
Casida JE, Quistad GB. 1998. Golden age of insecticide: past, present, or
future? AnnRev Entomol 43: 1 – 16
Chavez GL, Raman KV. 1987. Evaluation of trapping and trap types to
reduce damage to potatoes by the leafminer, Liriomyza
huidobrensis @iptera: Agromyzidae) Insect Sci Applic 8 (3): 369 -
372.
Dent D. 1995. Principles of integrated pest management. Di dahm Dent D,
4.Integrated Pest Management. London: Chapman dan Hall. hlm: 8
– 46
15
Djafaruddin., 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara.
Jakarta
Ewel, P.T., H. Fano, K.V. Raman, J. Alcazar, M. Placios, and J.
Carhuamaca. 1990. Farmer Management of Potato Insect Pest in
Peru.
Hamdam, Prijono 200 1. Keefelrtifan insektisida alarni terhadap pengorok
dan Liriomyza hurdobrensis (Blanchard) (Dqtera: Agromyzidae)
pada tanaman has. Makalah disampaikan pada seminar Program
Pascasarjana IPB, Bogor, 15 Feb& 2001. 16 hlm.
Karlshoven,LGF.1981. The pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Van
Hoe: Jakarta.
Kartasapoetra, A. G., 1991. Hama Hasil Tanaman Gudang. Rineka Cipta.
Jakarta
Marwoto dan S. Hardiningsih. 2007. Pengendalian hama terpadu pada
tanaman kedelai. hlm. 296−318. Dalam Sumarno, Suyamto, A.
Widjono, Hermanto, dan H. Kasim (Ed.). Kedelai. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Parella, M.P. 1987. Biology of Liriomyza. Ann. Rev. Entomol. 32: 201 –
224
Pedigo, L. P. 1989. Entomology and pest management. Macmillan
Publishing company, New York. 646 p.
Rauf, A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Buletin Hama
dan Penyakit Tumbuhan. 8(1): 46 - 48.
16
Rustam R, Rauf A, Maryana N. 2002. Bioiogi 0piu.s sp. (Hymenoptera:
BraGOnidae), parasibid Mat pengurok daun kentang. Makalab
dkmphn pada seminar Program Pascasarjana PB, Bogor, 5 Agustus
2002. 14 hlm.
Samsudin, H. 2008. Sebaran Hemiptarsus varicornis (Girault)
(Hymenopetra: Eulopidae) parasitoid larva Liriomyza spp.
Lembaga Pertanian Sehat. http://www. pertaniansehat.or.id [16 Mei
2013].
Setiawati, W., R.E. Soeriatmadja, dan Laksanawati. 1997. Inventarisasi dan
pencaran hama Liriomyza sp. dan musuh alaminya pada tanaman
kentang. Laporan Percobaan Proyek APBN Tahun Anggaran
1996/1997. 18 hlm.
Sudarmono. 1990. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta
17