Pengantar Pendidkan

45
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA A. Sifat Hakikat Manusia Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antrpologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertjuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normtif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperluka adanya kajian yang bersfat mendasar,sistematis, dan unipersal dengan cirri hakiki manusia. Bersfat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan 1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. 2. Wujud Sifat Hakikat Manusia Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham

Transcript of Pengantar Pendidkan

Page 1: Pengantar Pendidkan

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

A. Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antrpologi. Hal ini

menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek

yang berlandasan dan bertjuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri

sifatnya filosofis normtif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh

diperluka adanya kajian yang bersfat mendasar,sistematis, dan unipersal dengan cirri hakiki

manusia. Bersfat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk

menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur,

dan hal itu menjadi keharusan

1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi

bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan

hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh

hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan

dalam membenahi konsep pendidikan yaitu :

a. Kemampuan menyadari diri;

b. Kemampaun bereksitensi;

c. Pemilikan kata hati;

d. Moral;

e. Kemampuan bertanggung jawab;

f. Rasa kebebasan (kemerdekaan)

g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan enyadari hak;

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan;

Page 2: Pengantar Pendidkan

a. Kemampuan Menyadari Diri

Kaum Rasionalis menunjuk kunci perbedaan usia degan hewan pada adanya kemampuan

enyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adnya kemampuan enyadari diriyang

dimiliki leh manusia maka manusia menyadaribahwa dirinya (akunya) memiliki cirri khas

atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakandirinya dengan aku-

aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik) di sekitarnya. Bahkan

bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan

lingkungannya, baik yang berupa pribadi maupun nonpribadi/benda. Orang laion merupakan

pribadi-pribadi di sekitar, adpun pohon, batu, cuaca dan sebagainya merupakan lingkungan

nonpribadi. Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu arah

kluar dan kedalam.

b. Kemampuan Bereksistensi

Dengan kluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai

objek, lalu melihat objek itusebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau

menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos

ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan

demikian manusia tidak terbelenggu opleh tempat atau ruang ini (di sini) dan waktu ini

(sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan “kemasa depan” ataupun “masa lampau”.

Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan

bereksistensi. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada

manusia terdapat unsure kebebasan.

c. Kata Hati (Conscience of Man)

Kata hati atau Conscience of Man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati,

suara hati, pelita hati dan sebainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau

“pengertian yang mengikut perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang mjenyertai

tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya. Dengan sebutan “pelita hati”

atau “hati nurani” menunjukan bahwa kata hati itu adalah kemampuan pada diri manusia

yang member penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.

Page 3: Pengantar Pendidkan

d. Moral

Jika kata arti diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang

dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini

tampak bahwa masih ada jarak antara katahati dengan moral. Artinya seseorang yang telah

memeilikikata hati yang tajambelum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata

hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ad aspek yang

diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang memiliki moral (keberanian berbuat).

Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan, yang oleh

M.J Langeveld dinamakan De opvoedeling omzichzelfs wil.

e. Tanggung Jawab

Ksediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menurut jawab, merupakan

pertanda darisifat orng yang bertanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada

masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuahan. Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti

menanggung tuntunan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam.

Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntunan norma-norma social.

Bentuk tuntunannya berupa sanksi-sanksi social seperti cemohan masyarakat, hukuman

penjara, dan lain-lain. Bertanggung jawab kepada tuhan berartimenanggung tuntunan norma-

norma agama, misalnya perasaan, berdosa dan terkutuk.

f. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan

tuntunankodrat manusia. Dalam pernyatan ini ad dua hal yang kliatannya saling bertentangan

yaitu “rasa bbebas” dan “sesuai dengan tuntunan kodrat manusia” yang berarti ad ikatan.

Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya,

bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntuan kodrat manusia. Orng hanya

mungkin merasakan adanya kebebasan batin apbila ikatan-ikatan yang ad telah menyatu

dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatanya. Dengan kata lain ikatan luar (yang

membelenggu) telah berubah menjadi ikatan dalam ( yang menggerakan). Pernyataan

tersebut menujukan bahwa merdeka tidak sama dengan berbuat bebas tanpa ikatan. Perbuatan

Page 4: Pengantar Pendidkan

bebas membabi buta tanpa memperhatikan petunjuk kata hati, sebenarnya hanya merupakan

kebebasan semu. Sebab karena hanya kelihatan bebas, tetapi sebenarnya justru tidak bebas,

karena perbuatan seperti itu segera disusul dengan sanksi-sanksinya.

g. Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejalah yang timbulsebagai manifestasi dari manusia

sebagai mahluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak dan

kewajiban. Jika seseorang mempunyai han untuk menuntut sesuatu tentu ada pihak lain yang

berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut(yang pada saat itu belum dipenuhi). Artinya

meskipun hak tentang sesuatu itu ad, belum tenmtu seseorang mengetahuinya (misalnya hak

memperoleh perlindungan hokum). Dan meskipun sudah diketahui, belum tentu orang mau

mempergunakannya (misalnya hak cuti tahunan). Namun terlepas dari persoalan apakah hak

itu diketahui atau tidak, di balik itu tetap ad pihak yang berkewajiban untuk bersiap sedia

untuk memenuhinya.

h. Kemampuan Mengahayati Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dalam kehidupan manusia. Penghayatan hidup

yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit

untuk dirasakan. Dapat diduga, bahwa hamper setiap orang pernah mengalami rasa bahagia.

Untu menjabarkan arti istila kebahagiaan sehingga cukup jelas dipahami serta memuaskan

semua pihaksesungguhnya tidak mudah. Ambillah missal tentang sebutan : senang, gembira,

bahagia, dan sejumlah istilah lain yang mirip dengan itu. Sebagian orang mungkin

menganggap bahwa sesorang yang sedang mengalami rasa senang atau gembira itulah

sedang mengalami kebahagiaan.

B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya

Pada butir A telah diuraikan tentang sifat hakikat manusia. Pada bagian inisifat hakikat

tersebut akan dibahas lagi dimensi-dimensinya atau ditilik dari sisi lain. Akan ada 4 macam

dimensi yang akan dibahas, yaitu:

1. Dimensi Keindividualan

2. Dimensi Kesosialan

Page 5: Pengantar Pendidkan

3. Dimensi Kesusilaan

4. Dimensi Keberagamaan

1. Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai”orng seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan

yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi.

(lysen, individu dan masyarakat: 4). Setiap anak manusia yang dilahirkantelah dikarunia

potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak

ada diri individu yang identik di muka bumi.

2. Dimensi Kesosialan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J Langeveld (M.J

Langeveld, 1955: 54). Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih

kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang bias saling berkomuniukasi yang pada

hakikatnya didalamnya terkandung unsure salingh member dan menerima. Bahkan menurut

Langeveld, adanya kesediaan untuk saling member dan saling menerima itu dipandang

sebagai kunci sukses pergaulan. Adanya dorongan untuk menerima dan member itu sudah

menggejala mulai pada masa bayi. Seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima

belaian ibunya dengan rasa senang. Kemudian sebagai balasan ia dapat memberikan

senyuman, khususnya pada ibunya. Kelak jika sudah dewasa dan menduduki status atau

pekerjaan tertentu, dorongan menerima dan member itu berubah menjadi kesadaran akan hak

yang harus diterima dan kewjiban yang harus dilaksanakan untuk kepentingan pihak lain

sebagai realisasi dari member.

3. Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akn tetapi, didalam

kehidupan masyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalamyang pantas

atau sopan itu misalnya terkiandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengetian susila

berkembang sehinggaa memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa

Page 6: Pengantar Pendidkan

ilmia sering digunakan dua mascam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket

(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan)

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religious. Sejak dahulu kala, sebelum manusia

mengenal agama mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan

perantaraan alat indranya, diyakinin akan adanya supranatural yang menguasai hidup alam

semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut

diciptakanlah mitos-mitos. Misalnya untuk meminta sesuatudari kekuatan-kekuatan tersebut

dilakukan bermacam-macam upacara, menyediakan sesajen-sesajen, dan memberikan

korban-korban.

C. Pengembangan Hakikat Dimensi Manusi

Seperti berulang kali dikatakan, sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan

sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.

Sehungan itu ada dua kemungkinan yang bias terjadi, yaitu:

1. Pengembangan yang utuh, dan

2. Pengembangan yang tidak utuh

1. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu

kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang

disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangan. Meskipun ad

tendensipandangan modern yang cenbderung memberikan tekanan lebih pada pengaruh

factor lingkungan. Optimisme ini timbul berkat pengaruh perkembangan iptek yang sangat

pesat yang memberikan dampak kepada peningkatan perekayasaan pendidikan melalui

teknologi pendidikan.

Page 7: Pengantar Pendidkan

2. Pengembangan Yang Tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam prose

pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani,

misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembagan dimensi keindividualan ataupun

domain efektif didominasi olehpengembangan dominan kognitif. Demikian pula secara

vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganannya.

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Pengertian manusia utuh sudah digambarkan pada butir C.1. sosok manusia Indonesia

seutuhnya telah dirumuskan didalam GBHN mengenai arah pembangunan jangkah panjang.

Di nyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangkah pembanguanan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti

bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiria, seperti pangan, sandang,

perumahan, kesehatan, ataupun kepuasanbatinia seperti pendidikan, rasa aman, bebas

mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan,

keserasian dan keseimbangan antara keduanya sekaligus batinia.

Page 8: Pengantar Pendidkan

PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan

1. Batasan Tentang Pendidikan

Pendidikan, seperti sifat sasarannyan yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya

yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan yang cukup memadai untuk menjelaskan arti

pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka

ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain.. perbedaan tersbut mungkin

karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau karena

falsafah yang melandasinya.

a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya

Sebagai proses transfortasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya

dari satugenerasi kegenerasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di suatu lingkungan

budaya tertentu. Didalam lingkungan masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah

terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan

tertentuseperti dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperi

bahasa, cara menerima tamu, makanan, istrahat, bekerja, perkawinan, bnercocok tanam dan

seterusnya.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Sebagi proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai msuatu keigiatan yang

sistematis dan sisitemik terarah kepada terbentuknyakepribadian peserta didik.

Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan

(prosedural) dan sistematik oleh karena berlangsung dalam semua sitasi kondisi, di smua

lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat)

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara

Pendidikan sebagai penyiapan waraga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang

terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik. Tentu saja

waega yang baik di sini bersifat relative, tergantuntg kepada tujuan nasional dari masing-

Page 9: Pengantar Pendidkan

masing bangsa, oleh karena masing-masing bangsa nmempunyai falsafah hidup yang

berbeda-beda.

Bagi kita warga Negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban

sebagi warga Negara, hal ini ditetapkan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 yang

menyatakan bahwasegala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam hokum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hokum dan pemerintahan itu dengan tak ad kecualinya.

d. Pendidikan sebagaiPenyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing pesrta

didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekeja. Pembekalan dasar berupa pembentukan

sikap, pengetahuan, dan ‘keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari

pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhajn pokok dalam kehidupan manusia. Bekerja

menjadi penumpang hidup seseorng dan keluarga sehingga tidak tergantungdan menggangu

orng lain. Melalaui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja karena merima

imbalan melainkan juga karena seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orng lain ( jasa

ataupun benda), bergaul, berkreasi, dan bersibuk diri. Kebenaran hal tersebut menjadi jelas

bila kita melihat hal yang sebaliknya, yaitu menganggur adalah musuh kehidupan.

e. Defenisi Pendidikan Menurut GBHN

GBHN 1988 BP 7 Pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional yang

berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang

dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,

mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga membangun dirinya dan

masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan

bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2. Tujuan dan Proses Pendidikan

a. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar

dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu

Page 10: Pengantar Pendidkan

memberikan arh kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan suatu yang ingtin di

capai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak.

Tujuan demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sangat

sulit untuk dilaksanakan didalam praktek. Sedangakan pendidikan harus berupa tidakan

yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu

tertentu dengan menggunakan alat tertentu.

Page 11: Pengantar Pendidkan

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

A. Landasan Pendidikan

Pendidikan adalah suatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke

generasi dimana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu

diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar social-kebudayaan setiap

masyarakat tertentu. Oleh kerena itu, meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi

perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut.

Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan

sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filosofis,

sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan

pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.

1. Landasan filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat

pendidikan itu, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Landasan filosofis adalah

landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat. Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa

Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikma, arif, atau bijaksana.

Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat kerena filsafat mencoba

merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha

mewujudkan citra itu. Filsafat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar

berbagai pernyataan pokok sekitar pokok pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana

dan sebagainya dari pendidikan itu. Berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran

dunianya yang dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat ternyata sangat bervariasi,

bahkan kadang-kadang bertentangan. Berikut aliran-aliran filsafat:

- Esensialisme

- Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme

dan realisme secara eklekis. Berdasarkan eklektisisme tersabut maka esensialisme

Page 12: Pengantar Pendidkan

tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak

meleburkan prisip-prinsipnya.

- Peranialisme

Ada persamaan antara peranialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela

kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subjek

centered). Perbedaannya, ialah peranialisme menekankan keabadian teori kehikmatan,

yaitu pengetahuan, yang benar, keindahan, dan kecintaan kepada kebaikan. Oleh karena

itu, dinamakan peranialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau

perenial.

- Pragmatisme dan Progresivisme

Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang

mendasarkan diri pada beberapa prinsip, anatara lain sebagai berikut:

Anak harus bebas untuk berkembang secara wajar

Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar

Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar

Sekolah progresif harus merupakan satu laboratorium untuk melakukan reformasi

pedagogis dan eksperimentasi

- Rekonstruksionalisme

Mazhab rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara

berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-

pengalaman kemasyarakatan masa kini di sekolah, tetapi haruslah memelopori

masyarakat kea rah masyarakat baru yang diinginkan. Dengan demikian, tidak setiap

individu dan kelompok akan memecahkan masalah kemasyarakatan secara sendiri-sendiri

sebagai ekses progresivisme.

2. Landasan Sosiologis

Page 13: Pengantar Pendidkan

a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antar dua individu, bahkan

dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan

pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh

masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif.

b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas)

Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya,

saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada

umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan adakalanya mereka mempunyai

hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.

3. Landasan Kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu kan selalu

terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Seperti diketahui, pendidikan di Indonesia tidak

memihak salah satu kutub pendapat tersebut, akan tetapi mengutamakan keseimbangan,

keserasian, dan keselarasan antara aspek pelestarian nilai-nilai luhur sosial-kebudayaan dan

aspek pengembangan agar tetap jaya. Hal itu semakin penting apabila diingat bahwa kemajuan

teknologi komunikasi telah menyebabkan datangnya pengaruh kebudayaan dari luar semakin

deras.

4. Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis

merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umunya landasan

psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya

tentang proses perkembangan dan proses belajar. Pemahaman peserta didik, utamanya yang

berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh

karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang

pendidikan, umpam pengetahuan tentanga aspek-aspek pribadi, urutan dan cirri-ciri pertumbuhan

setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangjannya. Untuk

Page 14: Pengantar Pendidkan

maksud itu psikologis menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan aspek pribadi.

Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan

yang berbeda satu dengan yang lain.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat.

Seperti kiota ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain,

pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Iptek merupakan

salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah

dimulai pada permulaan kehidupan manusia.

B. Asas-Asas Pokok Pendidikan

Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,

baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.

1) Asas Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani, yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan

salah satu dari “Asas 1992” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa

(didirikan 3 Juli 1992). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari Sistem

Among dari perguruan tinggi itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang

dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P.

Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk

melengkapinya, yakni Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh), Ing madya

mangun karsa (jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi).

Sedangkan tut wuri handayani ialah jika di belakang, mengikuti dengan awas.

2) Asas Belajar Sepanjang Hayat

Page 15: Pengantar Pendidkan

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain

terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kemampuan dan kemauan

menggunakan sumber-sumber belajar yang tersedian itu akan memberi peluang terwujudnya

belajar sepanjang hayat. Dan masyarakat yang mempunyai warga belajar sepanjang hayat

akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar.

3) Asas Kemandirian dalam Belajar

Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepenjang hayat secari langsung erat kaitannya

dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak

dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dlam belajar.

Page 16: Pengantar Pendidkan

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara

suatu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang

dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya

banyak teori yang dikemukakan pada pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran

pendidikan.

Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok

manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan

yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,

pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini.

Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik,

pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting pendidikan di Indonesia.

A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN

Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan

konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun

pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

1. Aliran-aliran klasik dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di

indonesia.

a. ESENSIALISME

Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada

sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-

ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam

Page 17: Pengantar Pendidkan

memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka

untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme

memandang bahwapendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan

lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini

bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak

melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance

adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebutesensialisme, karena itu

timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern.

Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan

dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai

manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.

Tokoh-tokoh Esensialisme

1) Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)

Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan

dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.

2) George Santayana

George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa

dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena

minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.

Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan

Page 18: Pengantar Pendidkan

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan

menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan

adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari

mikrokosmos menuju ke makrokosmos. belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang

berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri

sendiri. Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada

landasan idiil dan organisasi yang kuat

b. PROGRESIVISME

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini

berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa

mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang

muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley,

Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff. Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh

pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang

wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau

mengancam adanya manusia itu sendiri (Barnadib, 1994:28).

Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu

pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari

kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam. Progresivisme

berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat

dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis.

Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman

baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi

untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah

kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan

kebutuhan. Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi

Page 19: Pengantar Pendidkan

penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”

dan juga pengalaman teman sebaya.

Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran

ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik

diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan

kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang

lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang

otoriter. John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno,

1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-

kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah

dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.

Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan

lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus

dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah

di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan

program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang

menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki

sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini,

1991)

Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui

pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of

knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga

anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara

sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.

Tokoh-tokoh Progresivisme

1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)

Page 20: Pengantar Pendidkan

James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus

mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak

atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.

Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan

menempatkannya diatas dasar ilmu perilaku.

2. John Dewey (1859 – 1952)

Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik

danminatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah “Child Centered Curiculum”,

dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa

depanyang belum jelas

3. Hans Vaihinger (1852 – 1933)

Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan

obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam

bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu

sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah

dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang

berguna saja.

Pandangan Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan Anak didik diberikan

kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan

yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh

karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan

otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang

Page 21: Pengantar Pendidkan

gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun

psikis anak didik. filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes

(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan

zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai,

yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum. Kurikulum dipusatkan pada

pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu

berinteraksi didalam lingkungan yang komplek. Progresivisme tidak menghendaki adanya mata

pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian

core curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu

problem solving. Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak

dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif,

maupun psikomotor.

c. Aliran Perenialisme

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.

Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir

sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan

progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh

kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai

nilai atauprinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada

zaman kuno dan abad pertengahan.

Pandangan perenialisme tentang pendidikan Kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia

yang tidak menentu dan penuh kekacauan sertamambahayakan tidak ada satu pun yang lebih

bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.

Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus

lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya padakebudayaan ideal yang telah teruji dan

tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan

keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Beberapa pandangan tokoh

perenialisme terhadap pendidikan:

Page 22: Pengantar Pendidkan

1. Plato. Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative

dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan. Program pendidikan yang ideal harus

didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal.

2. Aristoteles. Ia menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia

muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral. Perkemhangan budi merupakan titik

pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.

3. Thomas Aquinas. Thomas berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan-

kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap

individu. Seorang guru bertugad untuk menolong membangkitkan potensi yang masih

tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyataPendidikan adalah menuntun kemampuan-

kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata.

d. Aliran Rekonstruksionisme

Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali.

Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha

merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme

pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan

modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa

keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh

kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas

semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat

melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang

Page 23: Pengantar Pendidkan

benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan

umat manusia. Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa

merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia

yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori,

tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan,

kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,,

keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

e. Aliran Empirisme

Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704.

Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke

dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang

digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.

Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya).

Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan

anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab

pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan

sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak

sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya

ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan.

Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak

terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika

dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari

mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan

keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata

pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman.

Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak

yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.

f. Aliran Nativisme

Page 24: Pengantar Pendidkan

Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun

1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor

bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan

perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang di¬bawa sejak

lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu

sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat,

dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak

sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.

Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik

dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan

tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya

psikologis dan fisiologis yang bersifatherediter, serta kemampuan dasar lainnya yang

kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada

titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya,

seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi

seniman musik yang mungkin melebihi ke-mampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai

pada setengah kemampuan orangtuanya. Coba simak cerita tentang anak manusia yang hidup di

bawah asuhan serigala. la bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi hidup di tengah hutan

rimba belantara yang ganas. la tetap hidup dan berkembang atas bantuan air susu serigala sebagai

induknya. Serigala itu memberi Crussoe makanan sesuai selera serigala sampai dewasa.

Akhirnya, Crussoe mempunyai gaya hidup, bicara, ungkapan bahasa, dan watak seperti serigala,

padahal dia adalah anak manusia. Kenyataan ini pun membantah teori Nativisme, sebab

gambaran dalam cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa lingkungan dan didikan

membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak.

g. Aliran Naturalisme

Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof Prancis yang hidup tahun 1712-1778.

Natu¬ralisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai

pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan,

sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.

Page 25: Pengantar Pendidkan

h. Aliran Konvergensi

Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stem. la seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup

tahun 1871-1939. Aliran Konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran

Nativisme dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki

bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh

lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Anak yang

mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi

semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik

tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya,

lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak

didukung oleh bakat baik yang dibawa anak. Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap

bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya

saja, William Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor

tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.

i. Aliran Konstruktivisme

Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemolog Italia. la

dipandang sebagai cikal-bakal lahirnya Konstruksionisme. la mengatakan bahwa Tuhan adalah

pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Paul Suparno, 1997: 24). Mengerti

berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala

sesuatu karena dia pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang

dikonstruksikan Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang

dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui. Aliran ini dikembangkan

oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa

pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Artinya,

pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang. Menurut Piaget, mengerti adalah

proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah

dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian baru (Paul Supamo, 1997: 33). Piaget juga

berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi,

akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang

Page 26: Pengantar Pendidkan

telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan

ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus-menerus dilakukan antara asimilasi dan

akomodasi (Suwardi, 2004: 24). Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan

mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang; melalui pengalaman yang

diterima lewat pancaindra, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.

Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang

kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga

jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya,

kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.

B. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia

a. Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam

sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart

di Belanda dengan Het Voll Leven.

b. Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran

melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly

menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:

Metode Global dan Centre di interet.

c. Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang

mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar

pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan

bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.

Page 27: Pengantar Pendidkan

d. Pengajaran Proyek

Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara

lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan

bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan

persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting,

utamanya masyarakat maju.

C. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan

Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut

dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.

1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932

di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.

a. Asas dan Tujuan Taman Siswa

Asas Taman Siswa

a) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam

peri kehidupan umum.

b) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin

dapat memerdekan diri.

c) Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.

d) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.

e) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus

membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

Page 28: Pengantar Pendidkan

f) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengobarkan

segala kepentinganpribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Kemudian ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas

kebangsaan, dan asas kemanusiaan.

Tujuan Taman Siswa

a) Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.

b) Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya,

serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab

ataskeserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa

Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas

dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-

pusat kegiatan kemasyarakatan.

c. Hasil-hasil yang Dicapai

Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-

lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah

melahirkan alumni-alumni besar di Indonesia.

2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada

tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat).

a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Page 29: Pengantar Pendidkan

Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut:

a) Berpikir logis dan rasional

b) Keaktifan atau kegiatan

c) Pendidikan masyarakat

d) Memperhatikan pembawaan anak

e) Menentang intelektualisme

Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat

pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.

Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:

a) Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan

b) Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

c) Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat

d) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.

e) Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain

menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan

penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.

c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional

(utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang

persekolahan),dan sejumlah alumni.

Page 30: Pengantar Pendidkan