PENGANTAR - bpkn.go.id · maupun untuk tujuan mempersiapkan dasar-dasar ... struksi dan instalasi...

44

Transcript of PENGANTAR - bpkn.go.id · maupun untuk tujuan mempersiapkan dasar-dasar ... struksi dan instalasi...

PENGANTARREDAKSI

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusun-nya Majalah BPKN, Pembuatan majalah ini mengacu pada tugas dan fungsi serta kewenangan dari Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).

Majalah ini yang merupakan bagian dari produk pekerjaan yang harus diserahkan ke masyarakat sebagai konsumen yang berisi-kan Kecukupan Instrumen Perlindungan Konsumen di Indonesia.

Pada kesempatan kali ini, BPKN berusaha menampilkan suatu yang baru dengan menerbitkan Majalah. Dan kali ini, atas dukungan oleh semua pihak, kami telah menerbitkan majalah BPKN untuk edisi pertama. Mendeskripsi-kan persoalan pengaduan konsumen hingga keluarnya rekomendasi untuk pemerintah terkait, selain itu didukung pula dengan interview dengan be-berapa narasumber, materi-materi dari beberapa ahli, dan juga rubrik-ru-brik baru dan lebih banyak semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Di samping itu, berdasarkan Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) di Indo-nesia yaitu sebesar 30,8 dari 100 dinilai masih sangat rendah, sebab konsumen tidak mengetahui prosedur pengaduan dan tata cara pengaduan, kemana

mereka akan mengadukan jika ternyata produk yang dibeli tidak sesuai dengan spesifikasi atau bahkan mempunyai

efek negatif setelah mengkonsumi produk tersebut.

BPKN RI kedepan tetap berkomitmen dalam mengedepan-kan sikap keberpihakan kepada konsumen. Besar harapan agar pemerintah memberikan dukungan yang kuat terh-adap segala upaya perlindungan konsumen dengan mer-

espon positif setiap Pengaduan dan Rekomendasi BPKN.

Akhir kata, kami segenap redaksi majalah BPKN edisi I memohon ma’af atas segala kekurangan dan masih jauh dari

kata sempurna. Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penerbitan

majalah ini. Kritik dan saran yang membangun selalu kami nanti untuk perbaikan pada edisi

yang akan datang. Harapan kami, Semoga coretan yang sederhana ini tidak han-

ya sederhana manfaatnya, melainkan memiliki manfaat yang besar bagi kita

semua dan nilai tinggi terutama di hadapan Allah SWT serta berkelan-jutan dan semoga dapat menjadi dasar pengarahan pelaksanaan tanggung jawab selanjutnya. Seki-an dari kami, selamat membaca

Pemimpin Redaksi/PenanggungjawabRolas B. Sitinjak

Tim RedaksiPrimasetya Teguh JatmikoMariolegi Putra GunawanI Gusti Made AriFery Nurdiansyah

Layout/DesainMochamad Riqo

FotograferIrdham Satrio Damar

AlamatJl. M. Ridwan Rais No. 5 Gedung I lt 8, Kementerian Perdagangan. Jakarta Pusat 10110

[email protected]

Rolas B. Sitinjak Wakil Ketua BPKN

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI ISU PENTING 38

DINAMIKA PERDAGANGAN DANEKONOMI GLOBAL

MEMORANDUM OFUNDERSTANDING

SERBA SERBI

NEGARA HADIR

TARGET BPKN

RENCANA STRATEGISBPKN

LAPORAN UTAMA

DAFTAR ISI

ISU AKTUAL

SIARAN PERS

PENGADUANKONSUMEN

KAJIAN

Lika Liku Perlindungan Konsumen Di Indonesia.Presiden Jokowi Minta Perlindungan Konsumen Ditingkatkan.

Menyingkap Gunung Es Masalah Perumahan.Perjuangan Warga Violet Garden Mendapatkan Sertifikat Rumah.Suplai Air Di Rumah Mewah Warga Sentul City Terhenti.Negara Hadir Pada Sektor Perumahan.Kasus Bayi Debora Puncak Gunung Es Masalah Pelayanan Rumah Sakit.Penipuan Berkedok Perjalanan Umroh.

Kasus Parasit Dalam Kemasan Ikan Kaleng.

Kajian Optimalisasi Perlindungan Konsumen DalamPenerapan UU No. 23Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Terkait Pembentukan Unit Metrologi Legal.Kajian Penguatan Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional.

6

20

28

32

31

37

34

BPKN MINTA KEBIJAKAN NONTUNAI TEPAT SASARAN 40PENINGKATAN SDMBPKN 42

4

PUBLIKASI MELALUI BERBAGAI MEDIAEdukasi dan Sosialisasi.Media Visit.

22

Transaksi Tunai Tidak Boleh Ditolak.Konsumen dan Pelaku Usaha Harus Siap Hadapi Perubahan.

Ayo Jadi Pahlawan Di Hari Konsumen NasionalAksi Donor Darah Dalam Rangka Memperingati Hari Konsumen Nasional

24

26

27

4 KONINDO/Konsumen Indonesia

Sejarah gerakan perlindungan konsumen di Indonesia mulai terdengar dan populer pada tahun 1970-an, dengan berdirinya lembaga swadaya masyarakat Indonesia (nongov-ernmental organization) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada bulan Mei 1973. Setelah YLKI, sejarah juga mencatat

berdirinya Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Kon-sumen (LP2K) di Semarang yang berdiri sejak Februari 1988. Kedua lembaga tersebut merupakan anggota dari Consumers International (CI). Selain kedua lembaga tersebut, saat ini juga telah banyak berdiri lembaga-lembaga per-lindungan konsumen di Indonesia antara lain, Yayasan Lembaga Bina Konsumen Indonesia (YLBKI) di Bandung, Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY), Lembaga Konsumen Surabaya, dll.Berdirinya lembaga-lem-baga konsumen mempu-nyai peranan yang pent-ing dalam pergerakan perlindungan konsu-men di Indonesia, yang secara aktif memberi-

kan kontribusi terhadap perlindungan konsumen di Indonesia. Keberadaan lembaga-lembaga konsumen ini memiliki peranan penting baik dari segi advokasi maupun dari peningkatan kesadaran masyarakat mengenai perlindungan konsumen.Perkembangan ke arah perlindungan konsumen di Indonesia selain munculnya lembaga-lembaga konsumen di Indonesia, juga ditandai dengan banyak diselenggarakan studi baik yang bersifat akademis, maupun untuk tujuan mempersiapkan dasar-dasar penerbitan suatu peraturan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen.Pemikiran ke arah pembentukan peraturan perun-dang-undangan di bidang perlindungan konsumen di Indonesia, dipicu oleh munculnya beberapa kasus yang

merugikan konsumen serta penyelesaian sengketa konsumen yang tidak memuaskan konsumen.

Selain faktor di dalam negeri, pembentuk un-dang-undang perlindungan konsumen juga disebabkan karena perkembangan sistem perd-agangan global yang dikemas dalam kerangka World Trade Organization (WTO), maupun program International Monetery Fund (IMF), dan Program Bank Dunia. Keputusan Indonesia untuk meratifikasi perjanjian perdagangan dunia diikuti dengan dorongan terhadap pemerintah Indonesia untuk melakukan harmonisasi hu-

kum nasional dengan hukum internasional di bidang perdagangan.Keberadaan UUPK yang lahirnya sangat terge-sa-gesa sehingga pada pasal perpasal tidak secara

komprehensif dibahas, akibatnya UUPK dapat disebut Undang-Undang premature.

Ardiansyah Parman Ketua BPKN

LIKA LIKU PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

LAPORAN UTAMA

5KONINDO/Konsumen Indonesia

Presiden Jokowi Minta Perlindungan Konsumen Ditingkatkan

Banyaknya kasus makanan kadaluarsa, malpraktik, kenyamanan transportasi, dan pembobolan kartu kredit dalam transaksi e-commerce, menjadi perhatian khusus Presiden Joko Widodo. Dalam rapat terbatas yang digelar Selasa (21/3), Jokowi meminta seluruh kemen-

terian dan lembaga meningkatkan pengawasan dan per-lindungan terhadap konsumen. Perlindungan dan edukasi terhadap konsumen dinilai sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi. Sebab, selama ini konsumsi masyarakat menjadi motor penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional.“Selama 5 tahun terakhir, konsumsi masyarakat berkontribusi rata-rata 55,94 persen terhadap PDB, artinya perekonomian nasional masih digerakkan oleh konsumsi” Menurut Jokowi, efektivitas kehadiran negara dalam melind-ungi konsumen bisa dilihat dari sejauh mana norma dan standar bisa dipenuhi oleh para produsen. Selain itu, uku-ran lainnya adalah pengawasan dan penegakan hukum dijalankan bisa efektif.“Saya mencatat tingkat kepatuhan produsen terhadap kes-esuaian standar produk dengan SNI masih rendah. Hanya 42 persen barang yang beredar di pasaran sekarang ini

sesuai SNI,” katanya.Selain itu, Jokowi juga meminta agar edukasi konsu-men bisa lebih ditingkatkan. Sebab, jika dibandingkan dengan negara lain, kata Jokowi, konsumen Indonesia baru pada tahap pemahaman haknya saja, belum mampu memperjuangkan haknya sebagai konsumen.Jokowi mengaku dari laporan yang dia terima, in-deks kepercayaan konsumen Indonesai pada 2016 masih rendah, yakni hanya 30,86 persen. Angka itu menggambarkan jika konsumen hanya sebatas level paham. “Negara Eropa sudah mencapai 51,31 persen,” ujarnya.Selain soal pemahaman, Jokowi mengatakan edukasi diperlukan agar konsumen bisa lebih cerdas dan bijaksana sehingga tidak terjebak menjadi konsumer-isme. Dia berharap konsumsi yang dilakukan bersifat jangka panjang.

LAPORAN UTAMA

6 KONINDO/Konsumen Indonesia

“pelanggaran hak-hak konsumen di sektor perumahan sebagian besar terjadi karena belum berdisiplinnya pelaksanaan kebijakan terkait perumahan oleh

Pemerintah dan adanya perilaku pelaku usaha perumahan yang kurang bertanggung jawab terhadap konsumen”.

MENYINGKAP GUNUNG ES MASALAH PERUMAHAN

ISU AKTUAL

7KONINDO/Konsumen Indonesia

Berpotensi Menjadi “bom waktu” Sosial Ekonomi

Situasi diatas jika terus dibiarkan tanpa pemulihan hak konsumen dan kepastian hukum berpo-tensi menjadi bom waktu” sosial ekonomi. Hal ini perlu memperoleh perhatian Pemerintah dan kehadiran negara untuk segera di pulihkan. Apabila terus dibiarkan akan menurunkan kepercayaan transaksi pasar perumahan dan

properti umumnya. Akibatnya akan berdampak negatif terhadap perekonomian nasional.

“Negara menjamin”Undang-undang no.1 tahun 2011 menjamin bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif serta bahwa Negara bertanggu-ng jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indone-sia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tingal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluiruh wilayah Indonesia.

“insiden transaksi perumahan banyak dilaporkan bermasalah oleh masyarakat”

Secara keseluruhan jumlah aduan yang masuk ke BPKN adalah soal perumahan. 85,89% dari total pengaduan yang diterima oleh BPKN pada semester I tahun 2018.“Adanya dugaan praktek penyimpangan dokumen perumahan, sebagai contoh terhadap lahan yang masih dalam proses perijinan dan belum selesai, atau lahan belum bebas sengketa sementara pen-

jualan ke konsumen tetap berjalan”.Insiden transaksi perumahan diatas menjadi indikator masih lemahnya posisi konsumen dalam memenuhi ke-butuhannya akan tempat tinggal (kepemilikan rumah). Situasi ini jika terus dibiarkan tanpa pemulihan, berpotensi menjadi bom waktu sosial ekonomi. kehadiaran negara dan perhatian segera dari pemerintah kritis sifatnya untuk mencegah pelanggaran, memulihkan dan melindungi hak-hak konsumen perumahan.Pada tahun 2010 Nusuno Karya Group mengembangkan kompleks terpadu Violet Garden di Kranji, Bekasi Barat, dengan investasi Rp 200 miliar. Violet Garden terdiri atas rumah tapak, apartemen, dan pusat perbelanjaan perusahaan berinvestasi Rp 200 miliar untuk membiayai pembangunan Violet Garden. Perumahan Violet Garden sudah dipasarkan sejak tahun 2010. Harga rumah Violet Garden dipasarkan bagi kalangan menengah ke atas dengan harga mulai Rp 250 juta hingga Rp 1 miliar per unit.

Dokumen BPKN : Media Briefing

ISU AKTUAL

8 KONINDO/Konsumen Indonesia

Perjuangan Warga Violet Garden Mendapatkan

Sertifikat Rumah

ISU AKTUAL

Dokumen BPKN : Kunjungan BPKN dalam rangka tindaklanjut pengaduan warga perumahan Violet Garden.

9KONINDO/Konsumen Indonesia

Konsumen mulai menempati rumah beberapa hari setelah menandatan-gani BAST dengan pihak developer. Sejak itu masalah muncul dari kon-struksi dan instalasi bangunan yang kurang sempurna. Beberapa rumah mengalami kebocoran dari pipa air

bawah lantai dan dinding serta talang atap yang tidak menyambung dengan pipa pembuangan ke saluran air.

Puncak masalah terjadi ketika sejumlah warga perumahan Violet Garden telah melunasi pembelian unit rumah baik secara tunai maupun kredit kepemilikan rumah. Sampai saat ini sejumlah warga yang telah melunasi pembayaran tersebut tidak kunjung mendapat sertifikat Hak Guna Bangunan seperti yang dijanjikan oleh pengembang PT. Nusuno Karya.

Warga merasa dirugikan atas pembelian rumah di Pe-rumahan Violet Garden yang sudah lebih dari 6 tahun sejak akad kredit dengan Bank BUMN (BTN dan BRI) hingga saat ini belum dilakukan Akta Jual Beli, Sertifikat Jaminan yang menjadi agunan kredit tidak ada di Bank pemberi kredit (BTN dan BRI), terjadi double finance yaitu warga yang kredit di BRI namun disegel belum bayar oleh BTN, terjadi penyitaan terhadap 204 unit rumah di Perumahan Violet Garden oleh Maybank.

Dalam proses berjalannya pembayaran oleh warga kepada BRI dan BTN, tiba-tiba warga perumahan Violet Garden menerima surat dari PT. Bank Maybank Indonesia, Tbk (Maybank) yang meminta untuk mengosongkan rumahnya karena PT. NK (pengembang perumahan Violet Garden) telah menjadikan tanah perumahan Violet Garden se-bagai jaminan kredit modal kerja, dan pengembang telah mengalami kemacetan dalam pembayarannya.

Masalah Perumahan Ibarat Gunung Es Pada 20 Septem-ber 2017 BPKN telah menerima Pengaduan Konsumen penghuni perumahan Violet Garden. Para konsumen Perumahan Violet Garden yang lebih kurang 355 unit rumah telah melakukan akad kredit pembelian unit rumah melalui fasilitas KPR dari PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI), PT. Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN) dan membeli secara tunai kepada pengembang PT. Nusuno Karya (PT. NK).

Pada tanggal 14 Januari 2018, Tim Advokasi BPKN menghadiri undangan warga Perumahan Violet Garden yang dihadiri oleh lebih kurang sekitar 76 warga yang menyampaikan keluhan atas permasalahan yang terjadi terhadap pembelian unit rumah di Violet Garden.

Penanganan yang dilakukan BPKN adalah dengan men-gundang pihak-pihak terkait diantaranya perwakilan Konsumen warga Violet Garden, PT. Bank Tabungan Negara (BTN), PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Nusuno Karya dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk

memberikan penjelasan dan klarifikasi terhadap kasus tersebut.

Berdasarkan hasil klarifikasi/penjelasan para pihak, ana-lisa dokumen sarta fakta lapangan, maka pada tanggal 22 Januari 2018 Badan Perlindungan Konsumen Nasional menyampaikan rekomendasi kepada Warga Perumahan Violet Garden, PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank Tabungan Negara dan PT. Nusuno Karya melalui surat No.2/BPKN/1/2018 tanggal 22 Januari 2018.

Rizal, selaku Koordinator komisi Advokasi mengatakan, ”Perhatian segera dari Pemerintah menjadi urgensi karena insiden atas hak-hak konsumen perumahan dapat terjadi di semua jenis perumahan”.

BPKN menganalisa beberapa hal berdasarkan analisa dokumen yang diterima oleh BPKN, hasil wawancara dan klarifikasi dengan pihak terkait serta fakta lapangan patut diduga adanya mal administrasi yang merupakan bentuk pelanggaran sehingga menimbulkan kerugian pada konsumen sebagai berikut:

1. Bahwa pihak BRI dan BTN tidak dapat memberi-kan jaminan atau kepastian hukum kepada war-ga mengenai keberadaan sertifikat hak milik atas rumah yang sedang dicicil oleh warga penghuni Violet Garden;

2. Bahwa pada saat klarifikasi ditemukan sebagian besar para pemohon KPR baik pada BTN dan BRI tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

3. Adanya dugaan itikad tidak baik dari pihak developer dalam hal ini adalah PT. NK dalam menjalankan kegiatan usahanya sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen Pasal 7 tentang Kewajiban Pelaku Usaha adalah beritikad baik dalam menjalankan kegiatan usahanya, dengan cara tidak memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur di awal pemberian kredit;

4. Bahwa Undang-undang Perlindungan Konsumen mengatur Hak Konsumen yang dalam Pasal 4 ten-tang hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur;

5. Dalam kegiatan usaha Perbankan, Bank BRI maupun BTN kurang hati-hati/ lalai dalam menjalankan fungsi ini. Objek jaminan (sertifikat) yang menjadi salah satu unsur penting dalam pemberian kredit tidak diperhatikan, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 8 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

6. Peristiwa peralihan/perpindahan objek jaminan (sertifikat) rumah sebanyak kurang lebih 204 ser-tifikat yang seharusnya berada dalam penguasaan BRI dan BTN sebagai lembaga pembiayaan men-imbulkan kerugian bagi konsumen (penghuni Violet Garden);

ISU AKTUAL

10 KONINDO/Konsumen Indonesia

7. Bahwa dalam klarifikasi kepada pihakpihak yang sudah disebutkan di atas ternyata sudah ada 3 lapo-ran polisi terhadap pengembang yang dilakukan oleh warga Violet Garden, Pihak BRI dan Pihak Maybank kepada Kepolisian Republik Indonesia.

Langkah Segera dan Negara Harus Hadir Seiring dengan meningkatnya penyediaan perumahan bagi masyar-akat, pertumbuhan bisnis dan kepemilikan perumahan berkembang sangat cepat dan meluas. Hal ini perlu diiringi oleh kehadiran akses pemulihan hak dan ke-pastian hukum yang memadai bagi konsumen peru-mahan. Berdasarkan analisa dokumen yang diterima oleh BPKN, hasil wawancara dan klarifikasi dengan pihak terkait serta fakta lapangan, maka BPKN telah menyampaikan pertimbangannya kepada BTN, BRI, Direktur Utama PT. Nusuno Karya (PT NK) dengan nomor surat: 2/BPKN/1/2018, Perihal Rekomendasi BPKN terhadap pengaduan warga perumahan Violet Garden yaitu:

(a) Meminta BTN dan BRI untuk SEGERA MENGH-ENTIKAN SEMENTARA proses penagihan angsuran/cicilan kepada warga perumahan Violet Garden sampai adanya jaminan bahwa warga akan mendapatkan sertifikat apabila telah melunasi pembayaran (angsuran/cicilan) KPRnya, (b) Meminta BTN, BRI dan PT. Nusuno Karya untuk SEGERA MENYELESAIKAN KEWAJIBANNYA UNTUK MENYERAHKAN DOKUMEN SERTIFIKAT RUMAH WARGA PERUMAHAN VIOLET GARDEN yang telah melunasi pembayaran (angsuran/cicilan) KPR-nya (c) Kepada seluruh penghuni perumahan Violet Garden yang masih dalam proses pengangsuran

agar MENUNDA pembayaran (angsuran/cicilan) ke-pada BTN, BRI dan PT. Nusuno Karya sampai dengan adanya jaminan dari pihak BTN, BRI dan PT. Nusuno Karya mengenai keberadaan dan kepastian warga akan menerima sertifikat apabila telah melunasi kewajibannya.

Tertib bagi Pengembang sangat penting BPKN meng-harapkan agar pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan penyediaan perumahan masyarakat, dapat diterapkan dengan berdisiplin, karena kasus-kasus tersebut dapat terjadi di semua jenis perumahan dan terhadap semua konsumen.

“Izin-izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah tidak boleh dilepas tanpa pengawasan. Pemerintah melalui aparaturn-ya harus mengawasi ketertiban dari pelaksanaan izinizin terkait di lapangan, tegas Ardiansyah

Pengembang perumahan perlu mematuhi tertib, proses, tertib prosedur dan tertib pelaksanaan dalam men-jalankan bisnis pengadaan perumahan. Pengembang perlu diawasi dalam melaksanakan penjelasan dimana terdapat aturan yang bersifat melindungi konsumen dan menjadi pedoman mengenai isi kesepakatan dalam Perjanjian Perikatan Jual Beli (Pasal 42 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2011 dan Penjelasan Pasal 43 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2011).

Pasal-pasal tersebut mengatur antara lain yaitu : lokasi rumah berada di wilayah mana, kondisi tanah/kaveling seperti letak lokasi dan ukuran luas tanah serta patuk batas, bentuk rumah dan spesifikasi bangunan, harga rumah dan cara pembayarannya, ketersediaan prasa-rana dan sarana serta utilitas umum perumahan dan

Dokumen BPKN : Kunjungan BPKN dalam rangka tindaklanjut pengaduan warga perumahan Violet Garden.

11KONINDO/Konsumen Indonesia

fasilitas lainnya (fasilitas sosial dan fasilitas umum), waktu penyelesaian bangunan dan serah terima rumah, penyelesaian sengketa, dan hal-hal lain yang disepakati para pihak.

Proses Pemasaran Tidak Boleh Mengandung Unsur Ketidakpastian BPKN mengingatkan kembali bahwa pada saat proses pemasaran rumah oleh pengembang tidak boleh mengandung unsur ketidakpastian.

Hal ini diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut. Demikian pula dalam Pasal 9 ayat (1) UUPK bahwa Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolaholah menawar-kan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.

Dalam pasal 10 UUPK dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklan-kan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa tersebut diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

BPKN mengharapkan agar masyarakat konsumen sendiri juga meningkatkan pengetahuan dan pemahamannnya atas aspek-aspek terkait dengan transaksi pembelian rumah. Konsumen perlu menseksamai beberapa hal berikut saat bertransaksi.

• adanya kepastian lokasi rumah atau sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota den-gan dimilikinya Izin Lokasi;

• adanya kepastian telah dimilikinya tanah oleh pengembang dengan menunjukkan sertifikat hak atas tanah; adanya Izin Mendirikan Bangunan; dan

• adanya jaminan dari Lembaga pembiayaan untuk terlaksananya pembangunan rumah

Rizal menambahkan,“Berdasarkan UndangUndang 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, memiliki syarat bahwa untuk mendirikan bangunan gedung di Indonesia diwajibkan untuk memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Hal ini wajib dan selalu pastikan bahwa rumah yang dibeli memiliki IMB tersebut. Hal ini akan mem-bantu Anda untuk menghindari berbagai masalah di kemudian hari terkait dengan izin bangunan tersebut”.

Syarat-syarat tersebut memberikan kejelasan hak atas tanah dan bangunan, dan menjamin kepastian bah-wa Pengembang akan memenuhi hak konsumen yaitu memperalihkan hak atas tanah dan rumah kepada kon-sumen. perumahan

ISU AKTUAL

Dokumen BPKN : Kunjungan BPKN dalam rangka tindaklanjut pengaduan warga perumahan Violet Garden.

12 KONINDO/Konsumen Indonesia

Suplai Air Di Rumah Mewah Warga

Sentul City Terhenti

ISU AKTUAL

Dokumen BPKN : Kunjungan BPKN dalam rangka tindak lanjut pengaduan warga perumahan Centul City.

13KONINDO/Konsumen Indonesia

Sejumlah warga mengeluhkan atas biaya air yang dikelola oleh PT. Sentul City cukup tinggi dan juga dikenakan tarif Biaya Pen-gelolaan Lingkungan (BPL) secara sepihak. Karena permasalahan tersebut sejumlah warga yang tergabung dalam Komite Warga Sentul City (KWSC) menggugat Bupati

Bogor sebagai tergugat 1 dan PT. Sentul City sebagai tergugat 2 intervensi ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung dengan gugatan untuk Membatalkan izin Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) milik PT. Sentul City agar PT. Sentul City tidak bisa lagi mengelola air sendiri

Gugatan warga dikabulkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negeri Bandung (PTUN) Nomor: 75/G/2017/ PTUN-BDG yang menyatakan batal terhadap Keputusan Bupati Bogor Nomor:693/090/00001/ DPMTPSP/2017 tertanggal 1 Maret 2017 tentang Pemberian Penyelenggaraan Air Minum kepada PT. Sentul City.

Namun hinga saat ini meskipun sudah ada kepu-tusan PTUN Bandung tersebut, PT. Sentul City tetap mengelola air bersih tersebut seperti biasa. Hal tersebut diketahui setelah warga tetap mendap-atkan tagihan dari PT. Sentul City. Ketika BPKN turun langsung dan mendengar keluhan-keluhan warga KWSC ternyata terdapat permasalahan baru setelah air dan IPL, yaitu Sertifikat dimana warga yang sudah lunas tidak mendapatkan haknya hanya masih berupa suratsurat saja seperti PPJB.

ISU AKTUAL

14 KONINDO/Konsumen Indonesia

NEGARA HADIR PADA SEKTOR PERUMAHAN

Berdasarkan 235 pengaduan konsumen pe-rumahan yang masuk ke BPKN selama 9 bulan terakhir dan kunjungan lapangan ke beberapa perumahan yang dipilih secara purposive, ditemukan tingginya keluhan konsumen yang berspektrum luas. Dari perspektif konsumen, kasus

yang terkait perumahan bersifat fundamental dan bersifat sistemik terhadap kehidupan dan masa depan mereka.

BPKN menggolongkan kasus-kasus yang ditemukan kedalam tiga tahap, yaitu Tahap Perenca-naan, Tahap Pengalihan Hak, dan Tahap Peme-liharaan/Pengelolaan.

Pada tahap peren-canaan persoalan paling mendasar adalah dalam p e m a s a r a n yang dilakukan oleh pengem-bang, patut diduga mel-anggar Pasal 42 UU No.

1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Pasal 43 UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun, yang mengatur bahwa pemasaran dapat dilakukan jika sudah ada keterbangunan paling sedikit 20%. Sampai saat ini masih sering ditemukan pemasaran perumahan meskipun melanggar UU Perumahan yang kami maksud di atas.

Pada tahap pengalihan hak walaupun ada unit rumah tapak maupun rumah susun yang dibeli secara tunai atau tunai bertahap namun sebagian besar transak-si dilakukan dengan cara Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) melalui lembaga pembiayaan, yang mayoritas

dilakukan oleh pihak perbankan Dalam beberapa kasus, konsumen sudah mel-

akukan Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB); bangunan sudah selesai dan dibayar lunas namun belum dilaku-kan pembuatan Akta Jual Beli (AJB). Sementara itu ada konsumen yang belum memperleh hak kepemilikan (sertifikat) meskipun AJB sudah ditan-datangani dan kewajibannya sudah dilunasi. Tenggang waktu antara pe-lunasan dan penerbitan akta jual beli serta antara penerbitan AJB dengan penyerahan sertifikat belum diatur.

Dalam kasus lain ada pengembang yang menjaminkan sertifikat induk ke Bank lain

(yang bukan pemberi KPR) dan menye-babkan konsumen tidak memperoleh

kepastian atas kepemilikan sertifikat.

Lalu pada tahap pemeliharaan/pengelolaan Konsumen kurang

mendapat kesempatan un-tuk memahami isi klau-

sula baku seperti tercan-tum dalam kontrak. Hal ini membuat berbagai persoalan muncul pada tahap ini diantaranya:

ISU AKTUAL

Anna Maria. T. AKetua Komisi Penelitian

dan Pengembangan

15KONINDO/Konsumen Indonesia

1. Kualitas unit rumah, fasilitas umum dan so-sial yang dijanjikan tidak terpenuhi. Se-lain itu penyerahan sarana, prasarana, dan utilitas kepada penghuni tidak terealisasi.

2. Masa garansi yang dijanjikan pada PPJB dan/atau AJB tidak sesuai dengan janji pengembang. Ter-kait Rusun, rentang waktu dan cara Satuan Rumah Susun (P3SRS) tidak terjamin independensinya.

3. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi sengke-ta penghuni dengan pengembang terkait aspek pengelolaan Rusun dengan segala variannya.

4. Kasus-kasus perumahan di atas menimbul-kan adanya ketidakpastian hukum bagi kon-sumen. Oleha karena itu BPKN merekomen-dasikan kepada Menteri Perdagangan, Ketua OJK, Menteri PUPR dan Menteri Dalam Negeri

• Segera menerbitkan Permendag tentang pengawasan iklan, pengawasan cara menjual, dan pengawasan klau-sula baku untuk menjadi acuan bagi petugas pengawas serta LPKSM dalam menjalankan fungsi pengawasan

• Bersama Menteri PUPR menyusun Peratur-an Bersama tentang Keamanan Transaksi ter-masuk Transaksi Online khusus KPR dan KPA.

• Bersama Menteri PUPR menyusun Standar Baku PPJB

• Melakukan kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk melakukan pengendalian dan pengawasan penerapan perjan-jian baku agar tidak melanggar pasal 18 UUPK

• Menetapkan mekanisme kontrol pada bank un-tuk memastikan penguasaan sertifikat yang menjadi objek jaminan dalam pemberian kredi

• Segera menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) dan peraturan pelaksanaan UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun.

• Menerbitkan Peraturan Menteri tentang Pertelaan Rumah Susun.

• Bersama Menteri Dalam Negeri menyusun Standar Pedoman/Juknis yang lebih detil mengenai Penyusu-nan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) untuk digunakan oleh semua P3SRS;

• Bersama Menteri Perdagangan menyusun Peraturan Bersama tentang Keamanan Transaksi termasuk Transaksi Online khusus KPR dan KPA.

• Bersama Menteri Perdagangan menyusun Standar Baku PPJB sebagai pengganti Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994 ten-tang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun dan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah.

• Segera menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) dan peraturan pelaksanaannya sebagaimana diamanat-kan dalam UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun.

• Menerbitkan Peraturan Menteri tentang Pertelaan Rumah Susun Hunian yang harus direncanakan terpisah dari Rumah Susun Non Hunian.

• Menyusun Standar Pedoman/Juknis yang lebih detil mengenai Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) untuk digu-nakan oleh semua P3SRS;

ISU AKTUAL

16 KONINDO/Konsumen Indonesia

Kasus meninggalnya bayi Tiara Deb-ora Simanjorang atau Debora. Pada tanggal 3 September 2017 Debora ditemukan dalam keadaan sesak napas oleh Henny orang tuanya. Karena kondisi Debora yang sep-erti itu, Henny dan suaminya segera

melarikan Debora ke RS Mitra Keluarga. Sesampainya di sana, Debora dibawa ke IGD dan mendapat penanganan segera. Setelah dilakukan penanganan, kondisi Debora agak membaik, meskipun masih dalam kondisi kritis.

Dokter yang menangani Debora menganjurkan kepada orang tua Debora agar Debora ditangani lebih lanjut di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Akan tetapi, biaya uang muka PICU yang mencapai 19,8 juta Rupiah tidak sanggup dipenuhi oleh Henny dan ia mengajukan keringanan dengan membayar sebesar 5 juta rupiah dan menyerahkan kartu BPJS. RS Mitra Keluarga menolak pengajuan itu dan menawarkan

rujukan dengan rumah sakit lain yang bekerja sama dengan BPJS untuk menindaklanjuti Debora. Setelah sekian waktu mencari rumah sakit rujukan untuk Deb-ora, pukul 09.15 RS manajemen Mitra Keluarga berhasil menemukan rumah sakit yang bersedia menangani

Debora. Akan tetapi, ketika itu kondisi Debora tiba-tiba memburuk drastis dan setelah melalui beberapa perto-longan, nyawa Debora tidak dapat ditolong.

Mencermati kasus tersebut, BPKN melakukan penelitian dan mengundang pihak-pihak terkait untuk menyele-saikan dan mencari jalan keluar tentang kasus tersebut agar dikemudian hari tidak terulang kembali. Hasil dari pertemuan tersebut dengan Menteri Kesehatan, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menghasilkan beberapa rekomendasi terkait pengelolaan rumah sakit, sosialisasi dan edukasi tetang layanan kesehatan.

Kasus Bayi Debora Puncak Gunung Es Masalah Pelayanan Rumah Sakit

ISU AKTUAL

Dokumen BPKN : Forum Disscusion Group terkait pelayanan kesehatan

17KONINDO/Konsumen Indonesia

Jemaah umrah mencapai 649.000 dengan ratarata keberangkatan sebesar 100.000 jemaah umrah setiap bulannya.

Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat sejumlah daerah yang rawan penipuan sehingga ke

berangkatan Jemaah tidak sesuai seperti yang dijanjikan. Daerah yang rawan penipuan adalah Sumatera Ut-ara, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Su-matera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sampai saat ini terdapat 661 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang memiliki ijin dari Kementerian Agama RI. Di sisi lain masih ada biro travel umrah tidak berijin dari Kementerian Agama RI yang turut sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, hal ini membuat konsumen jasa umrah dalam posisi yang semakin rawan.

Ada 3 Permasalahan pokok yang perlu untuk dipecahkan dalam penyelenggaraan ibadah umrah yai-tu: (1) hubungan antara konsumen jasa umrah dengan PPIU. Terkait dengan hal ini diantaranya adalah sistem pemasaran jasa umrah, sistem pembayaran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah (BPIU), dan pelayanan dan bimbingan yang diberikan sesuai dengan perjanjian; (2) hubungan antara PPIU dengan Pemerintah.

Terkait dengan hal ini diantaranya adalah masalah pemberian ijin, pembinaan dan pengawasan serta penindakan; dan (3) hubungan antara konsumen jasa umrah dengan Pemerintah, yaitu tanggung jawab pemerintah dalam memberikan perlind-ungan kepada konsumen jasa umrah.

Menindaklanjuti hal tersebut, BPKN telah men-gundang Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI untuk meminta klarifikasi maupun penjelasan terkait permasalahan jasa per-jalanan umrah dan merekomendasikan

kepada Menteri Agama agar (1) dilakukan audit/ evaluasi management PPIU oleh Kemenag sesuai dengan ISO 9001 (management mutu); (2) Perlu dilakukan Moratorium sampai dengan Proses Au-dit/Evaluasi terhadap PPIU selesai; (3) Dilakukan peningkatan struktur organisasi khusus penga-wasan penyelenggaran Haji dan Umroh setingkat unit Eselon 2 dan penambahan SDM/ PPNS pada Ditjen Bina Haji dan Umroh;

PENIPUAN BERKEDOK

PERJALANAN UMROH

ISU AKTUAL

Dokumen : Google Image

18 KONINDO/Konsumen Indonesia

KASUS PARASIT CACING DALAM KEMASAN IKAN

KALENG

ISU AKTUAL

19KONINDO/Konsumen Indonesia

Ditemukannya parasit cacing pada produk kemasan ikan kaleng yang terdapat di beberapa produk ikan makarel sesuai penjelasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang temuan cacing pada produk ikan kaleng tanggal

22 Maret 2018. Terkait masalah tersebut BPKN telah meminta klarifikasi dan BPOM, Kementerian KKP dan APIKI dan mendapat penjelasan pada undangan rapat bersama yang difasilitasi oleh BPOM dengan mengundang KKP, APIKI, YLKI dan BPKN dan rapat diakhiri dengan acara siaran pers bersama. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan ada pengaruh fenomena alam yang mem-pengaruhi kualitas bahan baku ikan makarel dalam kaleng sehingga terkandung cacing. Pernyataan ini juga didukung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)Nilanto Perbowo. Nilanto menjelaskan, fenomena cacing dalam ikan kaleng makarel ini alamiah karena tersedia di alam. “Karakteristik ikan makarel ini ada di kawasan sub tropis, ikan juga ada di permukaan laut, hidupnya berkelompok dan dalam jumlah besar. Keadaan ini membuat ditemukan-nya kandungan anisakis (jenis cacing laut) yang banyak dan terhitung sebagai kejadian luar biasa di suatu tempat dan waktu tertentu.

Seperti diketahui sebelumnya BPOM telah ungkap 27 ikan makarel kaleng yang mengandung parasit atau cacing yakni ABC, ABT, Ayam Brand, Botan, CIP, Dongwon, Dr. Fish, Farmerjack, Fiesta Seafood, Gaga, Hoki, Hosen, IO, Jojo, King’s Fisher, LSC, Maya, Nago atau Nagos, Naraya, Pesca, Poh Sung, Pronas, Ranesa, S&W, Sempio, TLC, dan TSC. KKP juga menjelaskan akan melakukan berbagai langkah pencegahan antara lain dengan pemeriksaan lebih intensif terhadap fenomena alam yang mempengaruhi kualitas bahan baku ikan makarel. KKP bersama Kementerian Perindustrian secara sinergis telah melakukan audit kom-prehensif dengan mekanisme ‘joint inspection’ ke sarana produksi dalam negeri yang memproduksi ikan makarel dalam kaleng.

ISU AKTUAL

Dokumen BPKN : Forum Disscusion Group klarifikasi BPOM terkait kasus parasit cacing dalam kemasan ikan kaleng

20 KONINDO/Konsumen Indonesia

KAJIAN OPTIMALISASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PENERAPAN UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH TERKAIT PEMBENTUKAN UNIT METROLOGI LEGAL

Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen atas kebenaran hasil pengukuran pada saat melaku-kan transaksi perdagangan, diperlukan adanya jaminan dan kepastian bahwa Alat Ukur, Takar, Timbang Dan Per-lengkapannya (UTTP) yang diguna-

kan bertanda tera sah yang dilakukan oleh Pegawai Berhak (Penera). Berdasarkan Permendag No. 78 tahun 2016 tentang Unit Metrologi Legal, UML harus mempunyai Ruang Kantor dan Pelayanan, Peralatan dan Standar Ukuran, paling sedikit satu (1) orang Pegawai Berhak (Penera) dan satu (1) orang Pengamat Tera (Pengawas), serta Cap Tanda Tera dan telah mendapat penilaian dari tim teknis.

Sampai dengan bulan Juni 2017 baru 93 Kabupaten/Kota yang membentuk UML, dan masih ada 422 Kabupaten/Kota yang belum membentuk UML, sehingga pelayanan tera/tera ulang sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2014 dan Permendag No. 78 tahun 2016 belum dapat dilaksanakan.Berkenaan dengan hal tersebut di atas, agar pelayanan tera ulang dan pengawasan UTTP dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga konsumen memperoleh jaminan perlindungan atas kebenaran hasil pengukuran dan transaksi perdagangan, maka BPKN merekomendasikan kepada Saudara Menteri hal-hal sebagai berikut:

• Meningkatkan frekuensi pendidikan dan pelatihan teknis untuk tenaga Penera dan Pengamat Tera, agar dapat memenuhi kebutuhan personil sebagai salah satu syarat untuk membentuk Unit Kerja Metrologi Legal di seluruh Kabupaten/Kota;

• Pada tahap awal pembentukan UML Kabupaten/Kota, kelengkapan sarana/prasarana khususnya pengadaan peralatan dan standar ukuran agar diprioritaskan; difokuskan pada kelengkapan peralatan untuk tera/tera ulang bagi alat transaksi yang digunakan di pasar, termasuk penga-wasannya.

• Bersama Menteri Dalam Negeri mengingatkan seluruh Pemda bahwa PK termasuk metrologi legal adalah salah satu program prioritas nasional; dengan demikian maka anggaran di Kabu-paten/Kota juga harus mendukung program prioritas nasional tersebut (Permendagri No 33 Tahun 2017).

KAJIAN

Dokumen BPKN : Workshop Kajian

21KONINDO/Konsumen Indonesia

KAJIAN PENGUATAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN

Perlindungan Konsu-men (PK) telah ber-langsung lebih dari tujuh belas tahun sejak disahkannya UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsu-

men (UUPK). Selama kurun waktu tersebut terjadi dinamika perkemban-gan isu dan prinsip-prinsip PK baik di tingkat Nasional maupun Internasional.Upaya PK telah mendapatkan perhatian secara global terutama setelah beberapa organisasi Internasional menerbitkan prinsip strategi PK secara komprehensif, salah satunya adalah Perserikatan Bang-sa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan The United Nations Guidelines for Consumer Protection (UNGCP) pada Tahun 2016 yang berisikan prinsip-prinsip dan karakteristik utama kebijakan perlindungan konsumen, lembaga penegakan hukum, dan mekanisme ganti rugi. Untuk dapat mel-aksanakan PK sesuai dengan dinamika yang ada dan akan berkembang, maka UUPK perlu diamandemen.Sesuai dengan prinsip perubahan untuk memperkuat sistem hukum perlindungan konsumen nasional, maka pokok-pokok pikiran yang terkait dan sejalan dengan penguatan Badan Perlindungan Konsumen adalah Revisi

terhadap UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bersifat perubahan, bukan penggantian dengan Undang-Undang. Hal ini penting ditekankan, karena untuk mewujudkan pemban-gunan perekonomian nasional di era globalisasi dan semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan dan harkat martabat konsumen sehingga diperlukan perubahan ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen di indonesia.

• Revisi terhadap UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen kami usulkan bersifat perubahan, bukan penggantian Undang-Undang.

• Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sama sekali tidak disebutkan namanya, memberi kesan seolah–olah lembaga perlindungan konsumen yang akan dibentuk merupakan lembaga perlindungan konsumen yang baru (Pasal 37 RUUPK). Hal ini memperlemah BPKN dan BPSK, karena tidak sejalan dengan STRANAS PK pada pilar pertama yaitu penguatan lembaga PK baik di tingkat Pusat dan Daerah.

• Dalam konteks perumusan kebijakan yang mengatur berbagai sektor maka diperlukan sebuah lembaga independen yang kuat dalam mengkoordinasikan kebijakan multisektor, seyogyanya posisi BPKN perlu diperkuat kewenangannya.

• Pasal 53 ayat 3 RUUPK diusulkan untuk dihilangkan, karena tidak sejalan dengan ayat 1, 2 dan 4 Pasal 53 dimaksud. Selain Kementerian Perdagangan, semua pengatur sektor (menteri dan/atau kepala lembaga pemerintah non-kementerian terkait), dan pemerintah daerah seharusnya juga melakukan pengawasan penyelenggaraan PK.

• Kami mengusulkan agar RUUPK juga mengatur tanggungjawab mutlak (strict liability), yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban yang tidak memerlukan pembuktian mengenai kesengajaan atau kealpaan atas suatu tindakan, tetapi dalam hal ini pertanggungjawaban tersebut didasarkan pada pelanggaran atas suatu kewajiban untuk menjaga sesuatu tetap aman.

KAJIAN

Dokumen BPKN : Workshop Kajian

22 KONINDO/Konsumen Indonesia

EDUKASI DAN SOSIALISASIBPKN melakukan kegiatan Sosialisasi dan Edukasi di tahun 2018, yaitu menyebarluaskan Informasi dibidang Perlindungan Konsumen, antara lain :

Kuliah Umum di Universitas-Universitas seperti (1) Universitas Tarumanegara; (2) Akademi Keperawatan Keris Husada RSPAD Gatot Subroto; (3) Akademi Kebidanan SISMADI; (4) Universitas AZZAHRA; (5) Universitas Pertamina; (6) Uni-versitas Bungkarno; (7) Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan AVIASI; (8) Universitas Trisakti; (9) Universitas Terbuka; (10) STIKS TARAKANITA; (11) Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS); (12) Universitas Muhammadiyah Sukabumi; (13) UNIKA Soegijapranata Semarang.

Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara mengadakan Kuliah Umum, Senin (20/08/2018) dengan pembicara

Dr.Ir. Arief Safari, MBA., Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi, Badan Perlindungan Konsumen Nasional

(BPKN) dan Bambang Sumantri, MBA (Anggota BPKN) dengan tema “Edukasi Perlindungan Konsumen”. Acara ini dilaksanakan di Auditorium Lantai 8 Gedung M Kampus I

Universitas Tarumanegara.

Jakarta - Sekolah Tinggi Penerbangan AVIASI menggelar Kuliah Umum, Rabu (10/10/2018). Narasumber pada kuli-

ah Umum ini, Dr.Ir. Arief Safari, MBA., Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi, Bambang Sumantri, MBA dan

Andi M Rusdi (Anggota BPKN). Kuliah Umum ini juga di-hadiri oleh Ketua STP AVIASI, Marsma TNI (Purn) Prijadi

Rahardjo, S.IP.,MM.

BPKN mengadakan acara Goes to Campus di Universitas Mu-hammadiyah Semarang (Unimus), Jumat (21/12/2018). Bertem-

pat di Aula RSGM Unimus, Kegiatan tersebut dikemas dalam acara Kuliah Umum yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dari Te-knologi Pangan dan Ekonomi (Manajemen & Akuntansi) dengan

tema “Edukasi Perlindungan Konsumen”.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti mengakan seminar intern dengan tema “Perlindungan Konsumen” dengan mengundang narasum-ber dari Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN),

hadir sebagai pembicara Bambang Sumantri, MBA (An-ggota BPKN) dan Dr. Ir. Arief Safari, MBA (Koordinator

Komisi Komunikasi dan Edukasi).

PUBLIKASI MELALUI BERBAGAI MEDIA

23KONINDO/Konsumen Indonesia

MEDIA VISIT

Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional RI, Ardian-syah (tengah) memperkenalkan jajarannya dalam kunjungan

ke redaksi Kompas, Senin (5/11/2018).

Rombongan BPKN diterima oleh Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo di dampingi Sekretaris Redaksi

Ilham Khoiri.

BPKN melakukan Media Visit ke Lembaga Kantor Berita Nasion-al (LKBN) Antara di Jakarta, untuk memberikan informasi terkait

Perlindungan Konsumen.

Wakil Ketua BPKN Rolas Budiman Sitinjak didampingi Koor-dinator Komisi Komunikasi dan Edukasi Arief Safari, Anggotga BPKN Huzna Zahir dan Andi M Rusdi menyampaikan bahwa

saat ini BPKN mencatat bahwa pengaduan konsumen yang paling tinggi di dominasi oleh laporan pengaduan terkait perumahan

atau apartemen yang mencapai 85%.

Ketua BPKN, Ardiansyah Parman (tengah) didampingi Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi Arief Safari

(kiri) dan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Cham-dan Purwoko (Kanan) saat berkunjung ke kantor redaksi

Bisnis Indonesia di Jakarta.

Ketua BPKN Ardiansyah parman didampinggi Rolas Bu-diman Sitinjak Wakil Ketua BPKN, Edib Muslim, Bambang Sumantri, Prof Atih Surjatih, dan Husna zahir Komisioner BPKN melakukan Media Visit Ke kantor JPNN bertempat

di Gedung Graha Pena.

PUBLIKASI MELALUI BERBAGAI MEDIA

24 KONINDO/Konsumen Indonesia

BPKN mendukung Gerakan Nasional Non-Tunai namun tindakan penerapan kebijakan BI sebagaimana tertuang dalam PADG No.19/10/PADG/2017 Tanggal 20 September 2017 men-genai pembebanan biaya untuk isi ulang uang elektronik kepada konsumen kurang tepat.

”Bahwa kebijakan BI ini tidak sejalan dengan tujuan nasional GNNT dan jelas tidak adil bagi konsumen. Substansi tersebut cenderung mengedepankan kepentingan dunia usaha perbankan ”, ujar Arief SafariKebijakan BI tersebut menyebabkan ketida-kadilan bagi sebagian konsumen, khususnya masyarakat yang mengisi ulang di atas Rp. 200.000 pada bank/lembaga penerbit atau mengisi ulang pada merchant atau bank/lem-baga non penerbit. Konsumen seharusnya mendapat insentif dan bukan disinsentif dalam pelaksanaan program cashless society.

Seharusnya beban dari pengunaan uang ele-ktronik tidak dibebankan kepada konsumen, justru sebaliknya pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan dan pilihan kepada konsumen. Program Pembayaran Non Tunai harus dijalankan dengan tidak mengurangi nilai dana yang dimiliki konsumen dibanding-kan dengan transaksi tunai. Harus dipahami bahwa program transaksi elektronik sendiri sudah memberikan banyak keuntungan, baik bagi Pemerintah, perbankan, dan penyedia barang dan jasa.

Diharapkan “Bank Indonesia untuk lebih pro aktif mengantisipasi perkembangan dinamika transaksi elektronik (e-commerce) yang ter-us meluas saat ini dan ke masa depan, bagi keadilan dan perlindungan konsumen. Pola transaksi masyarakat tengah berubah den-gan cepat, regulasi perbankan harus mampu mengimbanginya. Regulasi yang bersifat tidak

adil bagi konsumen, pragmatis, berorientasi jangka pendek atau hanya berpihak pada dunia usaha pasti cepat tertinggal (obso-lete). Jika ini terjadi, maka bukan hanya jasa perbankan nasional ditinggalkan oleh konsumen, namun lebih dari itu kedaulatan jasa keuangan nasional terancam.”, pungkas Arief Safari, Ketua Komisi Komunikasi dan Edukasi.

TRANSAKSI TUNAI TIDAK BOLEH DITOLAK

SIARAN PERS

Dokumen BPKN : Media Briefing

25KONINDO/Konsumen Indonesia

KONSUMEN DAN PELAKU USAHA HARUS SIAP HADAPI PERUBAHAN

Kewajiban pelaku usaha , diatur didalam UU no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 7 , yaitu diantaranya: (a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; (d) menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasar-

kan ketentuan standar mutu barang dan/ atau diperdagangkan berdasar-kan ketentuan standar mutu barangdan/atau jasa yang berlaku.Masyarakat pun mulai berinovasi melihat aspek teknologi informasi di era modern seperti ini sangat berpengaruh pada pola

kehidupan konsumen. Perubahan pola serta sel-era akan kebutuhan konsumen menuntut mereka untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan kebutuhan dari berbagai macam barang atau produk yang ditawarkan. Teknologi informasi ini pun sudah melekat pada kehidupan manu-sia guna memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi antar satu sama lain. Teknologi informasi juga menawarkan berbagai macam dampak positif namun tidak dapat dihindari pula bahwa terdapat sisi negatif yang dihasilkan oleh teknologi informasi ini, sehingga konsumen harus lebih selektif lagi pada pengaruh peruba-han tersebut.

Tantangan Perlindungan Konsumen bergerak cepat, dinamis, menyentuh berbagai aspek pen-gelolaan dan pengaturan, diantaranya masalah Aplikasi Internet; e-Commerce; Volume dan intensitas lalu lintas barang jasa ; Jurisdiksi PK - Cross Borders; Isu Privacy, Keamanan Jaringan dan data, Property Rights, Kedaulatan Data dan Informasi, Lingkungan Hidup dan Hak Azasi, sehingga secara keseluruhan bukan hanya isu sektoral lagi.

Konsumen harus bijak menyikapi pergeseran budaya, dimana konsumen harus lebih bijak menyikapi perlndungan konsumen, perlind-ungan konsumen tak lagi sama di era 50/60, Dinamika Perdagangan dan Ekonomi global juga mempengaruhi Perlindungan Konsumen. Konsumen dituntun untuk Sadar bahwa haknya dilindungi oleh undang-undang, Paham akan hak dan kewajibannya, Mampu memperjuang-kan haknya, Kritis terhadap produk yang tidak memenuhi persyaratan dan Berdaya untuk dapat menjadi mitra dalam mengawasi kegiatan pere-daran barang dan/atau jasa di sekitarnya serta memiliki akses untuk mewujudkan hak-haknya sebagai konsumen”,

SIARAN PERS

Dokumen BPKN : Media Briefing

26 KONINDO/Konsumen Indonesia

“Sejak bulan Oktober 2017 sampai dengan bulan Desember 2018, Badan Perlindungan Konsumen Nasional telah menerima sebanyak 549 Pengaduan Konsumen”

Jumlah Pengaduan yang telah selesai ditangani BPKN sampai dengan bulan Desember 2018 sekitar 127 Pengaduan.

Foto: BPKN RI menerima kunjungan dari State Administration for Industry and Commerce (SAIC) People’s Republic of China, Jakarta16 April 2018. Dok/BPKN

PENGADUAN KONSUMEN

27KONINDO/Konsumen Indonesia

SAIC dipimpin oleh Ms. Gan Lin Vice Minister of SAIC mengatakan salah satu tujuan kedatangan SAIC adalah sebagai tindak lanjut kegiatan dari MoU pada Tahun 2014 dan berbagi ilmu dan memahami tentang perlindungan konsumen yang ada di Indonesia. Pada kesempatan ini Deddy saleh mengatakan kunjungan ini akan di gunakan BPKN untuk sama-sama bertukar pikiran untuk mem-berikan perlindungan konsumen yang terbaik bagi Negara masing-masing.

Secara umum pertemuan telah berlangsung dengan lancar dalam suasana bersahabat. BPKN dan SAIC telah mene-gaskan komitmennya untuk terus meningkatkan hubungan Indonesia - China yang saat ini telah berlangsung dan mem-perkuat kerjasama dan kapasitas kelembagaan untuk dapat berperan aktif baik secara nasional maupun internasional serta juga bisa memberikan masukan/kebijakan mengenai perlindungan konsumen.

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Menerima Kunjungan dari United Nation Trade and Development (UNC-TAD), Pierre Hornan (Legal Affairs Officer of the Competition and Consumer Policies Branch) dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Sita Zimple ( Advisor Competition Policy and Law Project in ASEAN ) Jakarta, Senin (30/05/2018) .

Hadir dari BPKN menerima Kunjungan diantaranya Ardiansyah Parman Ketua BPKN dan Rolas Budiman Sitinjak Wakil Ketua

serta para Anggota BPKN, Anna M Tri Anggraini, Arief Safari, Rizal E Halim, Nurul Yakin Setyabudi, Deddy Saleh, Amalia Adininggar, Atih Surjati, Edib Muslim, Huzna Gustiana Zahir, Adhi Siswaya Lukman, Bambang Sumantri, Vivien Goh, Andi M Rusdi, Rusdianto, Satria Hamid dan M Husein Indra Jaya sebagai Sekretaris BPKN. Pierre Hornan (Legal Affairs Officer of the Competition and Consumer Policies Branch) UNCTAD untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas di bidang penegakan perlindungan konsumen.

Sita Zimple ( Advisor Competition Policy and Law Project in ASEAN ) GIZ mengatakan untuk Peninjauan pengembangan kapasitas dan bantuan teknis tentang undang-undang dan kebijakan perlindungan konsumen dan untuk memperkenalkan serta meninjau program pengembangan kapasitas dan bantuan teknis yang dilaksanakan oleh UNCTAD di seluruh dunia untuk meningkatkan dan mempromosikan undang-undang dan kebijakan perlindungan konsumen.

KUNJUNGAN STATE ADMINISTRATION FOR INDUSTRY AND COMMERCE (SAIC) PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA

KUNJUNGAN UNITED NATION TRADE AND DEVELOPMENT (UNCTAD) DAN DEUTSCHE GESELLSCHAFT FÜR INTERNATIONALE

ZUSAMMENARBEIT (GIZ)

Foto: BPKN RI menerima kunjungan dari State Administration for Industry and Commerce (SAIC) People’s Republic of China, Jakarta16 April 2018. Dok/BPKN

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

28 KONINDO/Konsumen Indonesia

AYO JADI PAHLAWAN DI HARI KONSUMEN NASIONAL

Jakarta, 19 April 2018 – Ketua Badan Perlindungan Konsu-men Nasional (BPKN) Ardiansyah Parman menyampaikan dalam acara Konferensi Pers,”Tanggal 20 April sebagai Hari Konsumen Nasional, Peringatan Hari Konsumen Nasional sebagai momentum untuk meningkatkan pemahaman hak dan kewajiban konsumen, meningkatkan kecerdasan dan kemandirian konsumen serta meningkatkan nasionalisme tinggi dalam jiwa sosial kemanusiaan”.

Terkait dengan awal mulanya penetapan Hari Konsumen Na-sional, BPKN mencetuskan Gagasan Hari Konsumen Nasional pada tahun 2012 dan menghasilkan kesepakatan bahwa Hari Konsumen Nasional adalah pada 20 April. Tanggal lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 yaitu tanggal 20 April 1999. Penetapan Hari Konsumen Nasional dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 2012 tentang Hari Konsumen Nasional.

Kegiatan Hari Konsumen Nasional 2018 dilaksanakan mulai 15 April sampai dengan 30 April 2018, dengan tema ”Ayo Jadi Pahlawan di Hari Konsumen Nasional” dimana BPKN berharap konsumen bisa menjadi pahla-wan dengan menjadi pendonor darah maupun dengan mengedukasi diri maupun orang lain untuk memahami hak dan kewajiban konsumen sehingga mampu melaku-kan pengaduan apabila hak-haknya dilanggar. Sedangkan pelaku usaha bisa menjadi pahlawan dengan memberikan edukasi sesama pelaku usaha terkait hak dan kewajiban pelaku usaha, memberikan pelayanan yang mumpuni serta diskon harga kepada para konsumennya selama Hari Konssumen Nasional.

SERBA SERBI

29KONINDO/Konsumen Indonesia

Pemahaman masayarakat Indonesia akan hak dan kewajibannya sebagai konsu-men masih relatif rendah, meskipun hak dan kewajiban konsumen telah diatur dalam UU NO. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan UU ini telah berla-ku efektif sejak tanggal 20 April 2000. selain itu konsumen Indonesia juga dinilai belum cerdas, belum mandiri dan belum sepenuhnya mempunyai jiwa sosial kemanusiaan.

Tema peringatan Hari Konsu-men Nasional Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh BPKN RI adalah “Ayo Jadi Pahlawan di Hari Konsumen Nasional” dengan sub tema “Satu Kantong Darah Satu NyawaTerselamatkan”, dimana BPKN RI bekerjasama dengan 50 (lima puluh) Universitas yang ada di Provinsi DKI Jakarta den-gan masing-masing Universitas akan menyediakan minimal 20 (dua puluh) Mahasiswa/i untuk berpartisipasi pada acara tersebut. Dengan perkiraan jumlah peserta yang akan berpartisipasi ±1.000 orang dalam membangun gerakan budaya konsumen cerdas berjiwa sosial di Indonesia

“Aksi Donor Darah dalam rangka memperingati Hari Konsumen Nasional 2018”

SERBA SERBI

30 KONINDO/Konsumen Indonesia

Audiensi dengan Sekretariat Negara untuk mendapat masukan terkait Strategi Nasional tentang Perlindungan Konsumen yang

telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2017, termasuk peran BPKN RI ke depan.

Audiensi dengan Kepolisian RI disposisi kepada Bareskrim dalam rangka menjajaki kerjasama antar lembaga dan mendapat masu-kan terkait implementasi strategi nasional tentang perlindungan konsumen yang telah ditetapkan dengan Perpres No. 50 Tahun

2017 yang bertujuan untuk dapat bekerjasama dalam penanganan terkait pengaduan BPKN RI

Audiensi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Audiensi dengan Mahkamah Agung dalam rangka menjajaki kerjasama antar lembaga dan mendapat masukan terkait imple-mentasi strategi nasional tentang perlindungan konsumen yang telah ditetapkan dengan Perpres No. 50 Tahun 2017 dan mem-

bicarakan tentang putusan BPSK yang dianulir.

Audiensi dengan Dewan Pertimbangan Presiden untuk mendap-at masukan terkait Strategi Nasional tentang Perlindungan Kon-sumen yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor

50 Tahun 2017, termasuk peran BPKN RI kedepan.

Audiensi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

SERBA SERBI

31KONINDO/Konsumen Indonesia

DINAMIKA PERDAGANGAN DAN EKONOMI GLOBAL

BUKAN LAGI ISU SEKTORAL !!!Tantangan Perlindungan Konsumen Global bergerak cepat dan dinamis.

Menyentuh berbagai aspek pengelolaan dan pengaturan

Saat ini BPKN belum maksimal dalam membela konsumen, kendala utama disebabkan minimnya personil BPKN sehingga daya jangkaunya berkurang, terutama untuk kasus maupun pengaduan konsumen di daerah/pelosok.

Persoalan payung hukum juga menjadi kendala BPKN, UU Nomor 8/Tahun 1999 membuat BPKN cenderung bertugas sebagai badan yang sebatas membantu dalam memberikan saran kepada pemerintah. BPKN belum mempunyai ke-wenangan lebih dari itu, sementara harapan masyarakat, BPKN perlu diberikan kewenangan lebih dari yang sekarang.

Selain masalah tugas dan kewenangan, faktor anggaran turut memengaruhi kinerja BPKN. BPKN belum memiliki anggaran tersendiri, anggaran yang diperuntukkan bagi BPKN masih di bawah Kementerian

Aspek Kewenangan?Upaya PK nasional melalui BPKN dilakukan terintegrasi dan komprehensif. Peran BPKN sebagai kehadiran negara dikelola dengan cara efektif dan tidak birokratis.BPKN terlibat aktif sejak dini dalam merancang kebijakan dan peraturan KL dalam bidang perlindungan konsumen. BPKN terlibat membangun kerjasama

Aspek Organisasi dan Teknologi?Organisasi sekretariat BPKN memiliki kelengkapan struktur organisasi mumpuni dan SDM yang berkapasitas guna mendukung pengembangan dan pengamanan integritas PKBPKN memaksimalkan pemanfaatan ICT dalam upaya dan inovasi PK

Aspek Administrasi dan Keuangan?Upaya menjaga integritas PK didukung oleh pembiayaan yang memadai.

DINAMIKA PERDAGANGAN DAN EKONOMI GLOBAL

32 KONINDO/Konsumen Indonesia

atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh konsumen. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi juga telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri mau-pun produksi dalam negeri.Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat ter-penuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut dapat men-gakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang tidak seimbang.

Kehadiran Negara menjaga Integritas Perlindungan Konsumen adalah Modal utama kepercayaan pasar (market confidence) untuk ber-transaksi.Keniscayaan Tantangan PK. Indo-nesia, negara pasar terbuka, dimana

kompleksitas PK merupakan keniscayaan;Paradigma Ekosistemik. Kompleksitas PK saat ini dan ke depan tidak lagi dapat diamankan secara sektoral dan kewilayahan semata, harus menyeluruh;Diperlukan mind set ekosistemik, berorientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran PK. Bukan bergulat pada langkah mengatasi masalah;Mewujudkan Integritas PK. Pengelolaan PK mengede-pankan perwujudan keberlanjutan Integritas Kese-lamatan dan Kesehatan Konsumen, bukan kepentingan individu, kelompok/golongan dan sektor.Upaya Kolaboratif. Negara memiliki kelem-bagaan kelola integritas PK berdaya dan berhasil guna, melalui upaya kolaborasi, terkoordinasi dan tepat waktu.hukum perlindungan konsumen nasional, maka pokok-pokok pikiran yang terkait dan sejalan dengan penguatan Badan Perlind-ungan Konsumen adalah sebagai berikut :Revisi terhadap UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bersifat perubahan, bukan penggantian dengan Undang-Undang.Akses efektif pemulihan hak konsumen semakin dituntutKebutuhan kepastian hukum bagi konsu-men dan pelaku usahaAkses informasi yang cepat dan efektif bagi semua pihakEdukasi Perlindungan Konsumen efektif bagi Pemerintah, Masyarakat (terutama masyarakat rentan) dan Dunia Usaha Permasalahan yang dihadapi oleh kon-sumen saat ini semakin kompleks dan rumit. Kompleksitas permasalahan konsumen tersebut dipicu oleh adanya proses kegiatan pembangunan dan juga perkembangan perekonomian nasional dan global, khususnya di bidang perindus-trian dan perdagangan yang telah banyak dihasilkan berbagai variasi barang dan/

NEGARA HADIRNEGARA HADIR

33KONINDO/Konsumen Indonesia

edukasi Perlindungan Konsumen bagi pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Indonesia mengalami periode bonus demographi dan diharapkan bertumbuh menjadi 10 besar kekuatan dunia pada tahun 2030 (Pricewaterhouse). Dimana tahun 2050, Indonesia diprediksi menjadi kekuatan no 5 terbesar di dunia.

Bila saat ini keberdayaan konsumen masih berada pada index 30,86, maka target pemerintah harus secepatnya meningkatkan index tersebut menuju tingkatan mampu di lebel 41 atau lebih tinggi. Baik Pemerintah Pusat maupun Daerah bertanggung jawab atas pembinaan Penyeleggaraan Perlindungan Konsumen termasuk pengawasan (Pasal 29, UUPK) dan secara paralel wajib mendukung dalam memperkuat perlindungan konsu-men nasional secara aktif melalui berbagai kebijakan dan regulasi.Untuk mencapai pertumbuhan berkualitas; pasar na-sional dinamis daya beli konsumen efektif; konsumen dan dunia usaha bertransaksi dengan percaya diri dibutuhkan enam kunci keberhasilan yaitu:

Untuk mencapai pertumbuhan berkualitas; pasar nasional dinamis daya beli konsumen efektif; konsu-men dan dunia usaha bertransaksi dengan percaya diri dibutuhkan enam kunci keberhasilan yaitu:

1. Data dan informasi mema-dai bagi perencanaan dan perumusan kebijakan;

2. Perumusan dan pelaksan-aan kebijakan didasarkan atas prinsip perlindungan konsumen;

3. Proses produksi barang dan atau jasa tidak menekan in-tegritas perlindungan kon-sumen;

4. Lembaga perlindungan kon-sumen berdayaguna;

5. Lalu lintas barang dan atau jasa terpantau dan terkendali;

6. Ekologi mendukung integri-tas perlindungan konsumen.

Kompleksitas permasalahan konsumen tersebut memasuki dimensi yang sangat luas meliputi antara lain aspek kesehatan, teknologi, lingkungan sosial dan fisik, ekonomi, budaya, kebijakan, hukum dsb. Dengan kompleksitas permasalahan konsumen tersebut dib-utuhkan pemecahan masalah dengan sudut pandang dan pendekatan yang bersifat inter dan multidsliner, sehingga akan diperoleh pemahaman masalah kon-sumen yang bersifat holistik (menyeluruh).Dengan dinamika permasalahan diatas tersebut mas-yarakat/Konsumen menuntut kehadiran Negara un-tuk menjaga Integritas PK, yang merupakan modal utama dari kepercayaan pasar (market confidence) agar terjadi transaksi secara sehat. Dalam konteks NEGARA HADIR, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa (sesuai Pembukaan UUD 1945, Alinea ke-4), maka langkah perlindun-gan keselamatan, kesehatan, keamanan, kenyamanan konsumen menjadi prioritas disamping memberikan akses efektif pemulihan hak konsumen, kepastian hukum, akses informasi yang cepat dan efektif, serta

NEGARA HADIR

34 KONINDO/Konsumen Indonesia

RENCANA STRATEGIS BPKNPerlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi per-

lindungan kepada konsumen (Pasal 1 ayat 1, UUPK). Badan Perlindungan Konsumen Nasional RI atau yang

kemudian disebut BPKN RI adalah badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan

konsumen (Pasal 1 ayat 12 UUPK). Demi mewujudkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan

kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya

serta menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung jawab. Maka visi BPKN RI adalah:

“Menjadi lembaga terdepan bagi terwujudnya konsumen yang bermartabat dan pelaku usaha

yang bertanggung jawab”.

Untuk mencapai visi di atas, maka BPKN RI mempunyai misi sebagai berikut :

1. Melakukan penelitan dan pengkajian guna memastikan kepastian hukum atas transaksi konsumen dan pelaku usaha, termasuk melalui pelaksanaan kebijakan yang mengedepankan prinsip perlindungan konsumen.

2. Memastikan ketersediaan akses data dan informasi yang memadai baik untuk perencanaan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.

3. Memastikan dan memperluas akses pemulihan hak konsumen.4. Memastikan pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha untuk proaktif dalam upaya perlindungan konsu-

men, termasuk melalui kehadiran kelembagaan perlindungan konsumen yang berdaya guna.

RENCANA STRATEGIS BPKN

35KONINDO/Konsumen Indonesia

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi di atas, maka tujuan BPKN RI adalah Mewujudkan integritas pasar dimana konsumen (dan dunia usaha) bertransaksi percaya diri dilindungi Negara.BPKN RI, dibentuk dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPKN RI mempunyai fungsi:

“Memberikan Saran dan Pertimbangan kepada Pemerintah dalam Upaya Mengembangkan

Perlindungan Konsumen di Indonesia”.

Untuk menjalankan fungsi dimaksud, BPKN RI mempunyai tugas sebagai berikut :

1

2

3

4

5

6

7

Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen;

Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen;

Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen;

Mendorong berkembangnya lemabaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;

Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen;

Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha;

Melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen.

RENCANA STRATEGIS BPKN

36 KONINDO/Konsumen Indonesia

KETUA : Ardiansyah Parman

WAKIL KETUA : Rolas B. Sitinjak

KOMISI PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKoordinator : Anna Maria Tri A

Mempunyai tugas mengkoordinasikan kajian dan penelitian BPKN-RI, meneliti dan mengkaji peraturan perun-dang-undangan di bidang perlindungan konsumen, barang dan/atau jasa yang berkaitan dengan keselamatan konsumen, melakukan survey menyangkut kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasa.

KOMISI KOMUNIKASI DAN EDUKASIKoordinator : Arief Safari

Mempunyai tugas menyebarluaskan informasi melalui media massa maupun elektronik mengenai perlindungan konsumen, memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen dan pelaku usaha, melakukan penelitian terhadap regulasi/kebijakan dan implementasi oleh instansi yang mengelola dan/atau melakukan komunikasi publik, pendidikan dan latihan kepada aparat dan masyarakat dalam rangka perlindungan konsumen.

KOMISI ADVOKASIKoordinator : Rizal E. Halim

Mempunyai tugas menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dan masyarakat, LPKSM dan pelaku usaha, melakukan penelitian terhadap regulasi/kebijakan dan implementasi oleh instansi yang menyelesaikan sengketa konsumen dan mengelola penanganan pengaduan terkait perlindungan konsumen.

KOMISI KELEMBAGAAN DAN KERJASAMAKoordinator : Nurul Yakin Setiabudi

Mempunyai tugas menjalin kerjasama dengan lembaga terkait baik nasional maupun internasional dan organ-isasi masyarakat sipil serta melakukan penelitian dan pengkajian terhadap regulasi/kebijakan dan implementasi oleh instansi yang membina kelembagaan perlindungan konsumen dan kerjasama antar lembaga/instansi pemerintah dalam mewujudkan perlindungan konsumen di Indonesia.

RENCANA STRATEGIS

Keanggotaan BPKN-RI periode IV terdiri dari 19 Anggota yang mewakili unsur-unsur Pemerintah, Pelaku Usaha, Akademisi, Tenaga Ahli dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Struktur Organisasi Keanggotaan BPKN terdiri dari beberapa Komisi. Komisi-komisi dibentuk guna mengefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsi BPKN-RI dengan pertimbangan bahwa komisi-komisi tersebut akan bekerja secara terfokus pada bidang-bidang tertentu yang sudah ditetapkan. saat ini terdapat 4 komisi di BPKN-RI yaitu:

37KONINDO/Konsumen Indonesia

TARGET BPKN

38 KONINDO/Konsumen Indonesia

Dengan wajah pucat, seseka-li mengulum senyum, Mark Zuckerberg, duduk di ten-gah-tengah ru-

angan besar, di bawah tatapan tajam 44 Senator Amerika Serikat, sorotan puluhan kamera ratusan wartawan dari seluruh dunia di Capitol Hill, Washington, pada Rabu, 11 April 2018.

Mark hadir memenuhi panggilan kongres untuk dimintai keterangan perihal bocornya 87 juta data pel-anggan Facebook yang dimanfaatkan lembaga survei Cambridge Analytica untuk kepentingan tertentu. Diduga Cambride Analytica juga turut menen-tukan kemenangan Presiden Donald Trump di pemilihan Presiden di tahun 2016 lalu.

Dilansir dari CNN, kendati Mark ter-lihat begitu kuyu. Tatapannya seper-ti memohon ampun ketika Senator

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI ISU PENTING

Masyarakat belum secara masif memperhatikan perlindungan data sebagai bagian penting. BPKN pun meminta serius memberi perlindungan data pribadi.

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI ISU PENTING

Nurul Yakin. S Ketua Komisi Kelembagaan dan Kerjasama BPKN

39KONINDO/Konsumen Indonesia

Pasar begitu keras menghukum Facebook karena lalai melindungi data konsumen, hal yang sebetulnya belum menjadi isu utama di Indonesia. Padahal itu selaiknya menjadi bagian dari upaya menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999. Di sini, peran Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) merupakan badan yang dibentuk untuk membantu upaya tersebut menjadi krusial.

Namun kendalanya, masyarakat Indonesia belum tergugah menjadikan isu kebocoran data pribadi ini sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan. Terbukti, sepanjang September 2017 hingga Oktober 2018 dari 368 aduan yang diterima BPKN dari 18 sektor per-lindungan konsumen, tidak satupun laporan yang menyatakan konsumen produk-produk digital yang merasa dirugikan data pribadinya dipakai untuk kepentingan tertentu.

Padahal di Eropa, aturan umum perlindungan data (general data protection regulation/GDPR) sudah menjadi acuan umum yang akan diterapkan dalam beberapa tahun mendatang. GDRP di Perancis mis-alnya, pertengahan Januari 2019, Pemerintah Perancis mengumumkan mendenda Google senilai 57 juta dollar AS karena melanggar aturan pokok perlindungan data pribadi. Google juga dituduh menggunakan data dengan tidak benar untuk iklan-iklan yang ditujukan secara personal.

Mengutip Kompas, lembaga perlindungan data Peran-cis CNIL mengatakan, Google tidak bisa menjelaskan kepada penggunanya tentang bagaimana informasi pribadi diambil dan mereka juga tidak bisa menjelaskan mengenai penanganan data pribadi itu

Kasus-kasus yang melibatkan perusahaan teknologi ini hendaknya mendorong agar melakukan hal yang sama yang telah dilakukan Pemerintah Perancis. Pemerin-tah Indonesia sendiri, melalui Kominfo atau lembaga berwenang lain perlu memastikan perlindungan data pengguna produk digital.

Dan BPKN selaku Badan Perlindungan Konsumen yang diakui di Indonesia diharapkan menjadi pionir dalam advokasi perlindungan privasi data, terlepas dari ada dan tidaknya aduan dari masyarakat. Sebab perlindungan data pribadi ini akan menjadi keniscayaan.

Charles E. Grassley (Rep-Iowa) mencecarnya. Mark berkata kelu, “Itu adalah kesalahan besar, Itu adalah kesalahan saya. Saya minta maaf atas penyalahgunaan data itu.”

Namun di bagian lain, para senator itu pun rupanya tidak terlalu mengerti terkait teknis dan cara kerja me-dia sosial seperti Facebook. Dalam satu headline-nya CNN menulis judul “Congress doesn’t understand Facebook” untuk menggambarkan jalannya pertemuan tersebut. Alih-alih bertanya soal substansial kepada Mark mengenai privasi dan penyalahgunaan data pengguna media sosial di Facebook, mereka malah bertanya soal-soal umum dan di luar topik.

Di Indonesia sendiri, Facebook diancam tutup oleh Kementerian Informasi dan Komunikasi. Kominfo telah mengirimkan Surat Peringatan Kedua kepada Facebook tertanggal 1 Oktober 2018 yang ditujukan kepada Kepala Kebijakan Publik Facebook Indone-sia. Ancamannya cukup serius, bisa berujung kepada pemblokiran Facebook di Indonesia.

Selain kebocoran data, Menteri Komunikasi dan In-formatika, Rudiantara, menilai pengguna facebook di Indonesia yang mencapai 115 juta orang berpotensi dijadikan sarana ujaran kebencian dan penyebaran hoax, apalagi Indonesia saat ini akan menghadapi Pilpres 2019 yang sarat akan kampanye hitam.

Komisi I DPR RI juga sudah memanggil pihak Face-book untuk membuka hasil audit terkait bocornya 50 juta data pelanggan Facebook yang diretas. Wakil Ketua Komisi I DPR, Satya Yudha mengharapkan Facebook akan memberikan penjelasan kebocoran itu bisa terjadi juga keterkaitan antara Facebook dengan Cambridge Analytica.

Pertanyaannya kini adalah, apakah Facebook dan Cambridge Analytica memiliki kontrak-kontrak ter-tentu? Dan apakah Cambryde Analytica memiliki akses khusus untuk menggunakan data para pelanggan facebook? Sampai saat ini belum dapat dipastikan. Namun yang pasti, sejak tersiar kabar mereka menjual data pelanggan ke Cambridge

Analityca, hukuman keras justru datang dari pasar. Saham Facebook anjlok hingga 16% hanya dalam beberapa jam di bursa saham New York.

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI ISU PENTING

40 KONINDO/Konsumen Indonesia

Rekomendasi kepada BI, kebijakan non tunai perlu mempunyai daya jangkau terapan jauh ke depan dan tidak cepat obsolete atau usang.

pihak bahwa ke depan adalah era bisnis berbasis te-knologi digital yang berarti transaksi dalam bentuk non-tunai atau cashless akan meningkat.Kendati banyak pengamat menilai platform bisnis digital itu resisten terhadap market yang cepat beral-ih, mudah rapuh, seketika melejit, namun sesaat bisa juga terjun bebas. Satu hal yang tidak kalah penting dalam perkembangan ekonomi digital adalah aktivitas perdagangan elektronik dan penggunaan transaksi non tunai yang meningkat.Dalam ekonomi digital, masyarakat non tunai mer-upakan aspek penting karena semua pembelian dan pembayaran akan bersifat fleksibel, bisa di mana saja dan kapan saja. Ambil contoh perusahaan rintisan (start-up) seperti Go-jek dengan layanan Go-pay, Tokopedia yang kini bekerjasama dengan OVO atau T- Cash yang akrab dengan layanan Telkomsel. Mas-yarakat perlahan mulai gandrung dengan transaksi yang dilakukan secara non tunai tersebut.Di sisi lain, nilai transaksi yang dilakukan secara non tunai tumbuh sangat signifikan, tahun 2017 nilai

transaksi antar bank mencapai Rp 5.107,39 triliun yang dilakukan oleh 60 juta pemilik rekening

di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut jumlah kartu debit yang beredar sebanyak

152,23 juta kartu debit.Ironisnya, semua transaksi atau pem-

bayaran tersebut dilakukan dengan smart card, kartu kredit atau debit, mengggunakan jasa perusahaan sistem pembayaran asing, seper-ti Visa, MasterCard, UnionPay, UCB, dll. Tentunya, perusahaan sistem pembayaran non tunai itu mengenakan biaya atas setiap transaksi yang dilakukan.Merespon hal tersebut Bank

Indonesia telah menerbitkan sistem pembayaran yaitu

Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang diluncurkan akhir tahun

Merujuk Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indone-sia pada 14 Agustus 2014 yang bertujuan meningkat-kan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan in-

strumen non tunai direspon masyarakat dengan cukup baik. Gaung gerakan ini seolah menyadarkan banyak

BPKN MINTA KEBIJAKAN NON TUNAI TEPAT SASARAN

BPKN MINTA KEBIJAKAN NON TUNAI TEPAT SASARAN

Rizal E. Halim - Ketua Komisi Advokasi BPKN

41KONINDO/Konsumen Indonesia

satu wadah bernama GPN, di mana mesin Electronic Data Capture (EDC) tidak harus berjejer di setiap merchant. Selain itu setiap transaksi yang dilakukan menggunakan kartu debit di mesin EDC dikenakan biaya merchant discount rate (MDR) hingga 2,6%-3% dari nilai transaksi secara off us.Kini, bagi perbankan yang sudah menggunakan logo GPN, biaya MDR hanya 1% karena satu kartu diteri-ma di seluruh kanal pembayaran. Direktur Eksekutif Departemen Elektronifikasi dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) Bank Indonesia, Pungky Purnomo Wibowo mengatakan setidaknya ada tiga sasaran uta-ma implementasi GPN, yaitu pertama, menciptakan ekosistem sistem pembayaran yang saling interkoneksi, interoperabilitas, dan mampu melaksanakan pemros-esan transaksi yang mencakup rekonsiliasi, kliring, dan settlement secara domestik.Kedua, meningkatkan national security dan perlindun-gan konsumen, karena semua proses transaksi nasabah diatur, roating dan semua pemrosesan transaksinya dilakukan harus di Indonesia.Ketiga, meyakinkan ketersediaan dan integritas data transaksi sistem pembayaran nasional guna menduku-ng efektivitas transmisi kebijakan moneter, efisiensi intermediasi, dan resiliensi sistem keuangan. “Berkat adanya GPN, Global Principal, baik Visa dan Mas-tercard kini ‘terpaksa’ membangun server lokal agar proses transaksi dapat dilakukan di Indonesia, hal itu otomatis menjadi objek pajak yang dapat memberikan income bagi negara,” terangnya.Untuk menopang kinerja GPN, Pungky mengatakan, ada tiga entiti yang dibentuk, yakni lembaga standar, lembaga switching, dan lembaga services. “Lembaga standar, segala sesuatu standar peraturan internasional untuk keamanan IT-nya, juga yang men-sett adalah Bank Indonesia. Lembaga services, semua capturing and monitoring itu dilakukan di lembaga services. Lembaga switching, semua transaksi debit di Indo-nesia yang dikeluarkan seluruh issuer bank yang ada di Indonesia, hanya di Indonesia.”Menurut BPKN segala kebijakan yang terkait dengan transaksi non tunai perlu mengarah kepada efisiensi dan kepraktisan sebagai alat transaksi masyarakat, termasuk integrasinya dengan kartu-kartu lain yang berfungsi.Tidak kalah penting, dalam pengaturan top-up e-money, BPKN mengharapkan konsumen memiliki alternatif akses pada top-up bila dilakukan pada Bank/Lembaga Penerbit atau afiliasinya dengan bebas biaya. Pembe-banan biaya top up dapat dikenakan apabila melalui merchant atau bukan melalui Bank/Lembaga Penerbit yang terafiliasi.

2017, melalui Peraturan Bank Indonesia No.19/8/PBI/2017 tanggal 21 Juni 2017 dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/10/PADG/2017 tanggal 20 September 2017 tentang Gerbang Pembayaran Nasional dan merujuk pada Surat Rekomendasi BPKN No.51/BPKN/12/2014 tertanggal 4 Desember 2014 tentang Keamanan Transaksi Elektronik dan e-money.GPN adalah lembaga di bawah BI yang menyediakan jasa sistem pembayaran non-tunai, implementasinya bekerja sama dengan perbankan nasional. Tahap per-tama GPN hanya menyediakan jasa untuk transaksi non-tunai atau tarik tunai yang memakai kartu debit, dan cakupan wilayah jasa layanannya hanya di dalam negeri.Dengan adanya GPN serta platform e-money lain yang mulai dikenal masyarakat, secara berangsur-angsur akan membentuk masyarakat yang bertransaksi mengguna-kan instrumen non tunai atas kegiatan ekonominya. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dalam surat rekomendasinya kepada Gubernur Bank Indonesia agar kebijakan non tunai perlu mempunyai daya jangkau terapan jauh ke depan dan tidak cepat obsolete (usang).Sejak April 2018 Bank Indonesia giat berkampanye untuk mengimplementasikan jasa Gerbang Pemba-yaran Nasional. Perbankan sudah menerapkan sistem itu dan menerbitkan smart card berlogo GPN kepada para nasabahnya. Sebagai awal keberadaan GPN, masyarakat akan diperkenalkan dengan kartu ATM dengan logo Burung Garuda bertuliskan GPN yang terletak di bagian kanan bawah kanan kartu. Tahap awal BI menyiapkan 380 ribu kartu berlogo GPN. Targetnya, pada tahun 2022 semua nasabah bank nasional setidaknya memiliki satu kartu pintar GPN. Penukaran kartu debit lama dengan kartu GPN di seluruh bank tidak dikenakan biaya.Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pen-gawasan Sistem Pembayaran BI, Eni V. Panggabean mengatakan, GPN merupakan cita-cita BI yang usaha merealisasikannya dilakukan dalam 20 tahun terakhir, untuk mengefisienkan pembayaran non-tunai di In-donesia. Dengan begitu, masyarakat bisa melakukan transaksi keuangan non tunai secara lebih mudah dan murah.GPN diharapkan akan mengurangi kompleksitas koneksi dari sebelumnya bersifat bilateral antar pihak terkait menjadi tersentralisasi. Dalam jangka panjang, GPN akan meningkatkan inklusivitas keuangan, mendor-ong implementasi ‘Indonesia Sentris’ dalam sistem pembayaran, dan membudayakan transaksi non tunai di masyarakat.Dengan adanya GPN, nasabah perbankan melakukan transaksi dengan lebih efisien karena dilayani oleh

BPKN MINTA KEBIJAKAN NON TUNAI TEPAT SASARAN

42 KONINDO/Konsumen Indonesia

PENINGKATAN SDM BPKN

43KONINDO/Konsumen Indonesia

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan BPKN, maka diperlukan kegiatan Capacity Building. Pelatihan ini diarahkan agar SDM BPKN sebagai birokrat pelayanan masyarakat “memperlihatkan fungsi utamanya, menyelesaikan permasalahan, menetapkan dan meraih sasaran serta memahami dan menangani kebutuhan-kebutuhan yang meningkat dalam skala yang luas.

44 KONINDO/Konsumen Indonesia