Peng Kaji An
-
Upload
zam-azwar-annas -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
Transcript of Peng Kaji An
BAB 1
MANAJEMEN KEPERAWATAN KRITIS
Definisi
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu
kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis
merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani
respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah
perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut
beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Design Keperawatan Kritis
- lokasi ICU di pusat RS, dekat dengan UGD lobi dan kamar operasi , transfer penyakit sulit
- ada jarak antara bed di atas kepala , untuk tindakan resusitasi- jarak antara bed 3 jarak antar bed diruangan
Organisasi di ICU
1: 1 ideal1 : 2 optimal1 : 3 minimalPerawat
Prinsip eritual care
- rasio tinggi perawat : pasienlevel I : 1 perawat : 2pasienlevel II : 1perawat : 1pasien
- ratio ini 24 jam, malam hari pasien butuh pelayanan intensive yg lebih besar- jam rawan : 06.30 (risik), 7.30
klinisi
1. Ada 1 orang dokter, yang terjun terhadap semua kejadian di ICU
2. Ada dokter konsultan
3. Dokter visite pagi bersama antar beberapa bidang minat
4. On call untuk tim bedah dan medis untuk tindakan darurat
5. Tidak ada staf presiden ICU
Obat indikasi tidak jelas = unsub efek yang didapat untuk hal yang dibutuhkan
Seleksi pasien di ICU
1. ICU bukan terminal care yunit
2. Ketentuan untuk pasien masuk harus ditetapkan, tujuannya agar pasien kritis tetapi
mempunyai peluang untuk bertahan hidup untuk bisa di rawat
3. Pasien VIP seharusnya tidak masuk ICU kecuali kritis
Metode Keperawatan Kritis
Tujuan :
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan sistem-
sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.
Diagnosa keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit
diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
Perencanaan keperawatan
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang
selalu berubah.
Intervensi
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis dan
secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan
tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai
keefektifan masing-masing tindakan atau terapi, secara terus-menerus menilai kriteria
hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak
meninggalkan prinsip holistik.
Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis
Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional yang dialami pasien dan
keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan dari segi psikologis perlu
dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang paling tepat untuk memahami kondisi
yang dialami pasien dan keluarganya dan membantu mereka untuk beradaptasi
dengan situasi yang ada. Gejala fisik dari penyakit kritis yang mengancam jiwa,
seperti nyeri tingkat akhir atau perdarahan biasanya disertai dengan respon psikologis
dari pasien dan keluarganya, seperti:
- Cemas
- Takut
- Panik
- Marah
- Perasaan bersalah
- Distres spiritual
Respon psikologis tersebut dapat memperburuk gejala-gejala fisik yang diderita
pasien.
Lingkungan Kerja Keperawatan Kritis
Intensive Care Unit (ICU)
Intensive Care Unit (ICU) atau Unit Perawatan Intensif (UPI) adalah tempat atau
unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani pasien-pasien gawat karena
penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.
Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang
memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasien-pasien sakit
kritis yang kerap membutuhkan monitoring intensif. Pasien yang membutuhkan
perawatan intensif sering memerlukan support terhadap instabilitas hemodinamik
(hipotensi), airway atau respiratory compromise dan atau gagal ginjal, kadang ketiga-
tiganya. Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan
kondisi yang potensial reversibel atau mereka yang memiliki peluang baik untuk bertahan
hidup.
Karena penyakit kritis begitu dekat dengan “kematian”, outcome intervensi yang
diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap meninggal di ICU.
1. Klasifikasi Intensive Care Unit (ICU)
ICU Primer (standar minimal) Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu
melakukan resusitasi dan ventilasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU
ini berkedudukan di rumah sakit tipe C atau B1.
ICU Sekunder (menengah) Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu
melakukan ventilasi bantu lebih lama dari ICU primer serta mampu melakukan
bantuan hidup lain, tetapi tidak terlalu kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah
sakit tipe B2.
ICU Tersier Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua
aspek perawatan atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A.
2. Lingkungan
Organisasi Perawatan Intensive Care Unit (ICU) minimal
Seorang DS.An sebagai Kepala SK Dirjendyan Med. SK Menkes Np.983 102
Bertanggung jawab langsung kepada Direksi RS
Kepala Ruang Perawatan perawat anestesi / ICU
Setidaknya 50% perawat yang terlatih dan memiliki sertifikat khusus Intensive Care
Unit (ICU) membutuhkan kerja sama tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu,
yaitu para intensivist (klinisi yang mengkhususkan diri pada bidang perawatan
intensif), farmasis, perawat, terapis respiratori, dan konsultan medis lain yang
berasal dari berbagai spesialis seperti bedah, pediatrik, dan anestesiologi. Para
intensivist akan mengatur managemen terapi, diagnosis, intervensi dan perawatan
yang bersifat individual bagi tiap-tiap pasien yang mengalami penyakit berat.
Peran Intensive Care Unit (ICU)
Sebuah Unit Perawatan Intensif harus memiliki kemampuan minimal untuk :
Melakukan resusitasi jantung paru Menanggulangi kegawatan nafas Menanggulangi
kegawatan sirkulasi Menanggulangi kegawatan kesadaran Menentukan kebijakan /
kriteria penderita masuk atau keluar serta rujukan Memiliki dokter spesialis anestesi
purna waktu Mengkoordinasi satu tim untuk sebuah pendekatan bersama Memiliki
jumlah perawat terlatih yang cukup Memiliki dokter jaga 24 jam Memiliki konsulen
yang siap panggil 24 jam Siap melayani pemeriksaan laboratorium, sinar X,
perubahan diagnosis dan fisioterapi Tipe,
Ukuran dan Setting Ruangan Intensive Care Unit (ICU)
1. Letak dekat UGD, OK, ruang pulih, laboratorium, radiologi, sumber air, listrik,
pencahayaan baik dan memenuhi syarat
2. Unit terbuka luas 16-20 m2/tt tertutup luas 24-28 m2/kamar
3. Kamar isolasi
4. Tempat tidur khusus Setiap unit perawatan intensif harus memiliki sumber energi
elektrik, air, oksigen, udara terkompresi, vakum, pencahayaan, temperatur dan
sistem kontrol lingkungan yang menyokong kebutuhan pasien serta tim perawatan
intensif dalam kondisi normal maupun emergensi. Peralatan monitoring yang
harus tersedia bagi tiap-tiap pasien antara lain pemantau denyut jantung, frekuensi
respirasi, level oksigen arterial dan EKG.
5. Peralatan Standar di Intensive Care Unit (ICU)
1. Sumber O2, udara tekan, penghisap sentral
2. Peralatan lain
a. Alat untuk mempertahankan jalan nafas, melakukan ventilasi, bantu
hemodinamik (kantong pompa infus, penghangat darah)
b. Monitoring portable
c. Selimut pengatur suhu tubuh
Peralatan standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik
untuk membantu usaha bernafas melalui endotracheal tubes atau trakheotomi;
peralatan hemofiltrasi untuk gagal ginjal akut; peralatan monitoring; akses intravena
untuk memasukkan obat, cairan, atau nutrisi parenteral total, nasogastric tubes,
suction pumps, drains dan kateter; serta obat-obatan inotropik, sedatif, antibiotik
broad spectrum dan analgesik.
6, Indikasi Pasien Masuk Intensive Care Unit (ICU)
Pasien sakit kritis, pasien tak stabil yang memerlukan terapi intensif, mengalami
gagal nafas berat, pasien bedah jantung Pasien yang memerlukan pemantauan
intensif invasif dan non invasif, sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau
dikurangi Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut,
walaupun manfaatnya minimal (misal penderita tumor ganas metastasis, komplikasi
infeksi, dsb).
BAB 2
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS
Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian membuat
data dasar dan merupakan proses dinamis. Suatu pengkajian yang mendalam memungkinkan
perawat kritikal untuk mendeteksi perubahan cepat, melakukan intervensi dini dan
melakukan asuhan.
Terdapat 3 fase dasar untuk pengkajian :
1. Pengkajian awal : pengkajian yang dibuat cepat selama pertemuan pertama dengan psien,
yang meliputi ABC : airway, breathing dan circulation.
2. Pengkajian dasar : pengkajian lengkap pada pasien dima semua system dikaji.
3. Pengkajian terus-menerus : suatu pengkajian ulang secara terus-menerus yang d butuhkan
pada satu perubahan pasien yang sakit keritis.
Setatus pasien akan mengatur waktu dan kedalaman pengkajian. Terdapat macam-macam
pendekatan pengkajian. Dua pendekatan yang paling penting diguankan yaitu dead to toe dan
pendekatan system tubuh. Pendekatan dari kepala sampai kaki merupakan pendekatan yang
simetris yang sistematis dimulai dengan kepala dan diakhiri dengan kaki. Pendekatan system
tubuh mengkaji masing-masing system tubuh secara bebas.
1. Riwayat pasien
Pada sitwasi pada keperawatan kritis, lamanya dan urutan dari riwayat setandar
memerlukan proses yang harus diselasaikan untuk memenuhi kebtuhan pasien yang sakit
keritis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan persepsi pasien terhadap penyakit, seringkali juga meliputi
catatan mengenai kemungkinan dari sumber seseorang yang apat dipercaya.
3. Identivikai informasi
Nama lengkap
Temapt tinggal
Jenis kelamin
Tanggal lahir dan uumur
Tempat lahir
Asal suku bangsa
Setatus perkawinan
Agama
Pekerjaan
Diagnose medis
Pendidikan
4. Riwayat penyakit sekarang
Perjalanan penyakit sekarang
Tanggal timbulnya masalah
- Tanggal timbulnya
- Bentuk serangan (tiba-tiba atau bertahap)
- Factor pencetus.
Gambaran keadaan
- Lokasi
- Kualitas (desakan, sakit, rasa terbakar, tertekan)
- Kuantitas (intensitas, beratnya penyakit)
- Waktu dan frekwensi 9setiap hari, periodic, terjadi terus menerus)
- Factor penghilang atau pemberat (obat, latihan, tirah baring, psikoterapi)
- Lamanya.
Kejadian atau factor yang berhubungan
Efek pada gaya hidup.
5. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit pada masa anak-anak
Imunisasi
Perawatan pada rumah sakit akhir
Prosedur pembedahan terakhir
Alerghi
Riwayat pengobatan
6. Riwayat keluarga
Kcendrungan keluarga (hipertensi, kangker, penyakit allergy, gout, penyakit jantung)
Gangguan keturunan ( Huntington, diabetes, anemia sel sabit)
Penyakit dari lingkungan (TBC)
7. Pola hidup
Diet
Pola eliminasi
Latihan
Tidur
Rekreasi
Tembakau
Alcohol
Obat-obatan
Pola seksual.
8. Pengkajian head to toe
a. Umum
Keadaan umum kesehatan , Kelemahan, Keringat malam , Allergy , Penurunan atau,
penanbahan berat badan
b. Kulit
Perubahan warna, suhu, turgor, tekstur kulit, kelembaban. , Pertumbuhan,
Pengelupasan/berisik, Luka memar , Perdarahan, Lesi (lokasi) , priuritus , eksim
c. Rambut
Alopesia, Perubahan dalam distribusi , Warna rambut, Penggunaan cat rambut,
Tekstur
d. Kuku
Warna, Lekukan , Rapuh
e. Kepala
Sakit kepala , Trauma kepala, Pingsan , Pusing, Kejang , Vertigo, Hilang kesadaran
f. Mata
Kontak lensa
Buta ,Presbiopia, Diplopia ,Myopia, Hiperopia, Perubahandalam ketajaman,
Glaucoma, Katarak , Kabur, Pengkajian mata terakhir.
g. Telinga
Kehilangan pendengaran, inspeksi telinga, bedah telinga, sakit telinga, titinus,
vertigo, keluar cairan, eistaksis, secret, fungsi olfaktirius, obstruksi, bersi, tetesan
postnasal, frekwensi demam.
h. Mulut dan tenggorokan
Masalah gigi, gusi berdarah, ekstraksi saat ini, gig atau lapisan gigi, pengkajian gigi
terakhir, gangguan dalam rasa, menelan, mengunyah, serak atau perubahan suara,
sakit tenggorokan.
i. Leher
Nyeri, kaku, gerakan terbatas, pembesaran kelenjar, pemebsaran tiroid, gondok,.
j. Payudara
Nyeri, pembesaran, benjolan, kelaur cairan, ginokomestia, prosedur pembedahan,
pengkajian payudara sendiri.
k. Pernapasan
Nyeri, napas pendek, dispnea (saat istirahat maupun saat kerja), ortopenea, sputum
(jumlah dan karakter), brongkitis, pneumonia, tuberkolosis, pengkajian poto dada
terakhir.
l. Kardiovaskuler
Nyeri, palpitasi, tekanan darah, edema, nafas pendek, intermittent claudication,
batuk, ortopnea, penyakit arteri koroner, EKG terakhir.
m. Gastrointestinal
Nafsu makan, perubahan dalam berat badan, pola makan (kultur, agama, pembatasan,
atau allergy), mual muntah, asites, nyeri abdomen, jaundis (kuning), ulkus,
perubahandalam kebiasaan BAB (diare, konstipasi, inkontenensia)ostomi, kondisi
rectal (hemoroid, perdarahanm, faltus), peruubahan fases, penggunaan katartik atau
antasida.
n. Ginjal dan genitaunaria
Nyeri panggul, pola urineria, warna urin, poliuria, oliguria, nokturia, disuria, BAK,
tiba-tiba (urgensi), retensi, frekwensi
o. Inkontenesia
Wanita :
Menarke (timbul, pola, jumlah, lamanya), tanggal periode menstrusi terakhir,
disminore, cairan vaginal atau gatal, riwayat (gravid, dan para, keguguran, aborsi,
komplikasi), menopaus. Tanggal dari papanicolous smear terakhir dan hasilnya.
Pria :
Perubahan ukuran scrotal , lesi, masalah prostat, impoten, pengkajian testicular
sendiri.
Seksual :
Tidak nyaman, impoten, dorongan, fertilitas, perubahan atau masalah, metode
kontarsepsi.
p. Muskuluskeletal
Nyeri, keram, kaku, perubahan gerak rentang, sendi atau keterbatasan, bengkak,
kelemahan,
q. Neoroligik
Perubahan perilaku, hilang kesadaran, perubahan minat atau efek, status mental,
kejang, tremor, gangguan bicara, paralisis, koordinasi, memori.
r. Hemtopeoitik.
Perdarahan atau kecendrungan luka memar, golongan darah, transfuse dan raksi,
riwayat Rh (D) pemberian imun globulin (RHoGAM), anemia, terapi antikoagulan,
ketidak seimbangan darah (keadaan umum tak normal karena adanya toksin, dalam
darah), riwayat inspeksi.
s. Endokrin
Riwayat pertumbuhan, diabetes, krakteristik seksual secara sekunder, penyakit tiroid,
distribusi rambut, inteloran suhu, rambut atau kulit kering.
9. Tekhnik pengkajian fisik
a. Inspeksi
Inspeksi mneggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi
umum dilakukan saat peratama kali bertemu pasien. Pemeriksaan kemuadian maju
kelokasi inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian.
Penggunaan alat khusus membantu dalam inspeksi local. Yaitu : opatalmoskop,
otoskop, speculum dan nasoskop.
Hal pokok untuk saat melakukan inspeksi meliputi sebagai berikut :
- Secara rutin menggunakan pendekan yang sistematis, baik suatu pendekan
system, pendekatan dari kepala sampai ke kaki atau kombinasi dari keduuanya.
- Berlanjut dari anterior ke lateral ke posterior
- Selama inspeksi umum, perhatikan keadaan tubuh, perilaku, cara bicara, aktifitas
motorik dan adanya malformasi.
- Observasi mengenai simetri, ukuran, bentuk, warna, posisi, gerakan dan
abnormalitas, perhatian difokuskan disistem tunggal atau bagian.
b. Palpasi
Pemeriksaan menggunakan indera peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh,
yang dapat dijangkau tangan. Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tektur,
gerakan, fibrasi, pertumbuhan atau masa, edema, krepitasi dan sensasi.
Metode palpasi meliputi palapasi ringan, palpasi dalam, pengkajian nyeri lepas,
balotement, dan gelombanga cairan. Untuk memulai melakukan urutan, mulai dengan
palpai ringan dan lanjut denga palpasi dealm. Selalu melakukan pada daerah yang
nyeri tekan terakhir. Hal ini dapat berakibat kekakuan folunter pada otot-otot dan
mempengaruhi palpasi lebih lanjut.
c. Perkusi
Perkusi meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi ayang akan
membantu dalam penentun densitas, lokasi, ukuran posisi dan struktur dibawahnya.
Menggunakan pendekatan sistematis, pemeriksa melakukan perbandingan bilateral
pada bunyi, yang didapatkan dari area dengan resonan tinggi ke area pekak.
Perkusi langsung, tidak langsung dan pekalan tangan merupakan metode perkusi
paling umum.
d. Auskultasi
Auskultasi tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan pada tubuh. Denga auskultasi langsung, telingan ditekankan pad
apermukaan tubuh dimana bunyi dapat didengar. Auskultasi perantara meliputi
pengguanaan alat bantu untuk menemukan bunyi-bunyi tubuh yaitu stetoskop.
10. Pemeriksaan diagnostic
Tes diagnostic memvalidasi riwayat keperawatan awal, menguji hasil dari pengkajian
fisik dan merupakan data yang paling objektif dalam proses pengkajian.
Tehnik pengkajian sistemik
PERNAFASAN
a. Keluhan utama
Keluhan utam pada pasien dengan penyakit pernafasan biasanya meliputi satu dari
lima tandaatau gejala utama yakni : nyeri dada, dipneu, batuk, sputum dan
hemoetasis. Riwayat yang inci berhubungan dengan tiap bagaian yang memberikan
data dasar yang koferhensif pada perencanaan keperawatan pasien.
Nyeri dada
- Searangan dan lamanya
Konstan, hilang timbul
- Lokasi dan penyebarannya
- Karakter dan beratnya
Rasa di pukul, tertembak, tajam.
- Factor yang meringankan
Obat-obatan, aktifitas.
- Kejadian yang berhubungan
Tarauma, makanan.
- Tanda dan gejala yang menyertai
Batuk, hemoptisis, dispnea, mual muntah, diaphoresis, takikardi, demam,
- Dispnea
Serangan dan lamanya : tiba-tiba atau tersembunyi, akut atau kronik, konstan
hilang timbul.
Faktor yang memperingankan dan memperburuk : posisi tubuh, aktifitas, obat-
obatan, waktu perhari.
Tandadan gejala yang menyertai : batuk, mengi, nyeri dada, diaphoresis.
- Batuk
Serangan dan lamanya
Perubahan sekarang pada frekwensi atau kehebatan.
Krakter : akut dan keterbatsan diri, kronik dan menetap, kering, pararah,
menjengkelkan.
Nada, waktu : waktu perhari, setiap hari, musim
Factor yang meringankan : obat-obatan
Factor yang memperburuk : merokok, terpajam zat kimia
Tanda dan gejala yang menyertai : seputum, nyeri dada, dispnea
- Sputum
Serangan dan lamanya, volume, waktu per hari, karakter ; warna, bau konstitensi,
ada atau tidak adanya darah.
Factor yang meringankan dan memperburuk : obat-obatan
Pemeriksaan microskopik
- Hemoptisis
Seranagan dan lamanya, frekwensi dan jumlah, karakter : darah nyata, bercampur
sedikit darah, hematies, garis-garis darah.
Perbedaaan dari hematemesis : hemoptisis (pengeluaran darah, atau seputum
bercampur darah) : alkalin, berbusa dan disertai dengan seputum.
Hematemesis (muntah darah) : asam, darah gelap dan mungkin berisi partikel
makanan.
pemeriksaan nasovaring sebagai sumber kemungkinan.
B2 Kardiovaskuler
Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatiakn letak iktus kordis normal, yang berada
pada ICS 5 pada linea medio clavikularis kiri selebar 1 cm. pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jantung.
Palpasi
Dilakukan untuk menghitung vrekwensi jantung (heart rate) dan harus memperhatikan
kedalaman dan teratur tidaaknya denyut jantung. Selain itu, perlu untuk memeriksanya
adanaya thrill, yaitu getaran iktus kordis. Tindakan perkusi dilakukan untuk menentukan
atas jantung daerah mana yang terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan
apakah terjadi pergeseran jantung karena pendorongan cairan efusi pleura. Auskultasi
dilakukan untuk menentukan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal atau gallop dan adakah bunyi
jantung 3 yang merupakan gejala payah jantung, serta adakah mur-mur yang mnunjukkan
adanya peningkatan arus turbulensi darah.
B3 Brain
Pada sat dilakukannnya inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji setelah sebelumnya
diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah klien berada dalam keadaan
konposmentis, samnolen, atau koma. Selain itu fungsi-fungsi sensorik perlu dikaji seperti
pendengaran, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan perabaan.
B4 bladder
Pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungannya dengan itake cairan. Oleh
karena itu, perlu memonitor adanya oliguri, karena itu merupakan tanda awal syok.
B5 bowel
Pada saat inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen membuncit atau
datar, tepi perut menonjul atau tidak, umbilikius menoinjol atau tidak, selain itu juga
diinspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau masa. Pada klien biasanya didapatkan
indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
B6 Bone
Hal yang perlu diperhatikan adalah adakah edema pertibial, feel pada ekstermitas untuk
mengetahui tingkat perfusi perifer, serta pemeriksaan cpirelly refill time, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan kekuatan otot untuk kemudian dibandingkan antara bagian kiri
dan kanan.
Daftar Pustaka
Talbot, Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan kritis. Jkarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Sistem Pernafasan :
Jakarta.salemba medika