Peng Kaji An

23
BAB 1 MANAJEMEN KEPERAWATAN KRITIS Definisi Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal. Design Keperawatan Kritis - lokasi ICU di pusat RS, dekat dengan UGD lobi dan kamar operasi , transfer penyakit sulit - ada jarak antara bed di atas kepala , untuk tindakan resusitasi - jarak antara bed 3 jarak antar bed diruangan Organisasi di ICU 1: 1 ideal 1 : 2 optimal 1 : 3 minimal Perawat Prinsip eritual care

Transcript of Peng Kaji An

Page 1: Peng Kaji An

BAB 1

MANAJEMEN KEPERAWATAN KRITIS

Definisi

Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu

kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis

merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani

respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah

perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut

beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.

Design Keperawatan Kritis

- lokasi ICU di pusat RS, dekat dengan UGD lobi dan kamar operasi , transfer penyakit sulit

- ada jarak antara bed di atas kepala , untuk tindakan resusitasi- jarak antara bed 3 jarak antar bed diruangan

Organisasi di ICU

1: 1 ideal1 : 2 optimal1 : 3 minimalPerawat

Prinsip eritual care

- rasio tinggi perawat : pasienlevel I : 1 perawat : 2pasienlevel II : 1perawat : 1pasien

- ratio ini 24 jam, malam hari pasien butuh pelayanan intensive yg lebih besar- jam rawan : 06.30 (risik), 7.30

klinisi

1. Ada 1 orang dokter, yang terjun terhadap semua kejadian di ICU

2. Ada dokter konsultan

3. Dokter visite pagi bersama antar beberapa bidang minat

4. On call untuk tim bedah dan medis untuk tindakan darurat

Page 2: Peng Kaji An

5. Tidak ada staf presiden ICU

Obat indikasi tidak jelas = unsub efek yang didapat untuk hal yang dibutuhkan

Seleksi pasien di ICU

1. ICU bukan terminal care yunit

2. Ketentuan untuk pasien masuk harus ditetapkan, tujuannya agar pasien kritis tetapi

mempunyai peluang untuk bertahan hidup untuk bisa di rawat

3. Pasien VIP seharusnya tidak masuk ICU kecuali kritis

Metode Keperawatan Kritis

Tujuan :

Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).

Pengkajian

Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan sistem-

sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.

Diagnosa keperawatan

Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit

diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.

Perencanaan keperawatan

Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang

selalu berubah.

Intervensi

Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis dan

secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan

tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.

Evaluasi

Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai

keefektifan masing-masing tindakan atau terapi, secara terus-menerus menilai kriteria

hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.

Page 3: Peng Kaji An

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan

kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak

meninggalkan prinsip holistik.

Respon individu dan keluarga terhadap pengalaman keperawatan kritis

Penyakit kritis adalah kejadian dramatis emosional yang dialami pasien dan

keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu persiapan dari segi psikologis perlu

dilakukan. Perawat kritis berada di posisi yang paling tepat untuk memahami kondisi

yang dialami pasien dan keluarganya dan membantu mereka untuk beradaptasi

dengan situasi yang ada. Gejala fisik dari penyakit kritis yang mengancam jiwa,

seperti nyeri tingkat akhir atau perdarahan biasanya disertai dengan respon psikologis

dari pasien dan keluarganya, seperti:

- Cemas

- Takut

- Panik

- Marah

- Perasaan bersalah

- Distres spiritual

Respon psikologis tersebut dapat memperburuk gejala-gejala fisik yang diderita

pasien.

Lingkungan Kerja Keperawatan Kritis

Intensive Care Unit (ICU)

Intensive Care Unit (ICU) atau Unit Perawatan Intensif (UPI) adalah tempat atau

unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani pasien-pasien gawat karena

penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.

Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang

memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasien-pasien sakit

kritis yang kerap membutuhkan monitoring intensif. Pasien yang membutuhkan

Page 4: Peng Kaji An

perawatan intensif sering memerlukan support terhadap instabilitas hemodinamik

(hipotensi), airway atau respiratory compromise dan atau gagal ginjal, kadang ketiga-

tiganya. Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan

kondisi yang potensial reversibel atau mereka yang memiliki peluang baik untuk bertahan

hidup.

Karena penyakit kritis begitu dekat dengan “kematian”, outcome intervensi yang

diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap meninggal di ICU.

1. Klasifikasi Intensive Care Unit (ICU)

ICU Primer (standar minimal) Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu

melakukan resusitasi dan ventilasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU

ini berkedudukan di rumah sakit tipe C atau B1.

ICU Sekunder (menengah) Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu

melakukan ventilasi bantu lebih lama dari ICU primer serta mampu melakukan

bantuan hidup lain, tetapi tidak terlalu kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah

sakit tipe B2.

ICU Tersier Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua

aspek perawatan atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A.

2. Lingkungan

Organisasi Perawatan Intensive Care Unit (ICU) minimal

Seorang DS.An sebagai Kepala SK Dirjendyan Med. SK Menkes Np.983 102

Bertanggung jawab langsung kepada Direksi RS

Kepala Ruang Perawatan perawat anestesi / ICU

Setidaknya 50% perawat yang terlatih dan memiliki sertifikat khusus Intensive Care

Unit (ICU) membutuhkan kerja sama tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu,

yaitu para intensivist (klinisi yang mengkhususkan diri pada bidang perawatan

intensif), farmasis, perawat, terapis respiratori, dan konsultan medis lain yang

berasal dari berbagai spesialis seperti bedah, pediatrik, dan anestesiologi. Para

Page 5: Peng Kaji An

intensivist akan mengatur managemen terapi, diagnosis, intervensi dan perawatan

yang bersifat individual bagi tiap-tiap pasien yang mengalami penyakit berat.

Peran Intensive Care Unit (ICU)

Sebuah Unit Perawatan Intensif harus memiliki kemampuan minimal untuk :

Melakukan resusitasi jantung paru Menanggulangi kegawatan nafas Menanggulangi

kegawatan sirkulasi Menanggulangi kegawatan kesadaran Menentukan kebijakan /

kriteria penderita masuk atau keluar serta rujukan Memiliki dokter spesialis anestesi

purna waktu Mengkoordinasi satu tim untuk sebuah pendekatan bersama Memiliki

jumlah perawat terlatih yang cukup Memiliki dokter jaga 24 jam Memiliki konsulen

yang siap panggil 24 jam Siap melayani pemeriksaan laboratorium, sinar X,

perubahan diagnosis dan fisioterapi Tipe,

Ukuran dan Setting Ruangan Intensive Care Unit (ICU)

1. Letak dekat UGD, OK, ruang pulih, laboratorium, radiologi, sumber air, listrik,

pencahayaan baik dan memenuhi syarat

2. Unit terbuka luas 16-20 m2/tt tertutup luas 24-28 m2/kamar

3. Kamar isolasi

4. Tempat tidur khusus Setiap unit perawatan intensif harus memiliki sumber energi

elektrik, air, oksigen, udara terkompresi, vakum, pencahayaan, temperatur dan

sistem kontrol lingkungan yang menyokong kebutuhan pasien serta tim perawatan

intensif dalam kondisi normal maupun emergensi. Peralatan monitoring yang

harus tersedia bagi tiap-tiap pasien antara lain pemantau denyut jantung, frekuensi

respirasi, level oksigen arterial dan EKG.

5. Peralatan Standar di Intensive Care Unit (ICU)

1. Sumber O2, udara tekan, penghisap sentral

2. Peralatan lain

a. Alat untuk mempertahankan jalan nafas, melakukan ventilasi, bantu

hemodinamik (kantong pompa infus, penghangat darah)

b. Monitoring portable

Page 6: Peng Kaji An

c. Selimut pengatur suhu tubuh

Peralatan standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik

untuk membantu usaha bernafas melalui endotracheal tubes atau trakheotomi;

peralatan hemofiltrasi untuk gagal ginjal akut; peralatan monitoring; akses intravena

untuk memasukkan obat, cairan, atau nutrisi parenteral total, nasogastric tubes,

suction pumps, drains dan kateter; serta obat-obatan inotropik, sedatif, antibiotik

broad spectrum dan analgesik.

6, Indikasi Pasien Masuk Intensive Care Unit (ICU)

Pasien sakit kritis, pasien tak stabil yang memerlukan terapi intensif, mengalami

gagal nafas berat, pasien bedah jantung Pasien yang memerlukan pemantauan

intensif invasif dan non invasif, sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau

dikurangi Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut,

walaupun manfaatnya minimal (misal penderita tumor ganas metastasis, komplikasi

infeksi, dsb).

Page 7: Peng Kaji An

BAB 2

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian membuat

data dasar dan merupakan proses dinamis. Suatu pengkajian yang mendalam memungkinkan

perawat kritikal untuk mendeteksi perubahan cepat, melakukan intervensi dini dan

melakukan asuhan.

Terdapat 3 fase dasar untuk pengkajian :

1. Pengkajian awal : pengkajian yang dibuat cepat selama pertemuan pertama dengan psien,

yang meliputi ABC : airway, breathing dan circulation.

2. Pengkajian dasar : pengkajian lengkap pada pasien dima semua system dikaji.

3. Pengkajian terus-menerus : suatu pengkajian ulang secara terus-menerus yang d butuhkan

pada satu perubahan pasien yang sakit keritis.

Page 8: Peng Kaji An

Setatus pasien akan mengatur waktu dan kedalaman pengkajian. Terdapat macam-macam

pendekatan pengkajian. Dua pendekatan yang paling penting diguankan yaitu dead to toe dan

pendekatan system tubuh. Pendekatan dari kepala sampai kaki merupakan pendekatan yang

simetris yang sistematis dimulai dengan kepala dan diakhiri dengan kaki. Pendekatan system

tubuh mengkaji masing-masing system tubuh secara bebas.

1. Riwayat pasien

Pada sitwasi pada keperawatan kritis, lamanya dan urutan dari riwayat setandar

memerlukan proses yang harus diselasaikan untuk memenuhi kebtuhan pasien yang sakit

keritis.

2. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan persepsi pasien terhadap penyakit, seringkali juga meliputi

catatan mengenai kemungkinan dari sumber seseorang yang apat dipercaya.

3. Identivikai informasi

Nama lengkap

Temapt tinggal

Jenis kelamin

Tanggal lahir dan uumur

Tempat lahir

Asal suku bangsa

Setatus perkawinan

Agama

Pekerjaan

Diagnose medis

Pendidikan

4. Riwayat penyakit sekarang

Perjalanan penyakit sekarang

Tanggal timbulnya masalah

- Tanggal timbulnya

- Bentuk serangan (tiba-tiba atau bertahap)

- Factor pencetus.

Gambaran keadaan

Page 9: Peng Kaji An

- Lokasi

- Kualitas (desakan, sakit, rasa terbakar, tertekan)

- Kuantitas (intensitas, beratnya penyakit)

- Waktu dan frekwensi 9setiap hari, periodic, terjadi terus menerus)

- Factor penghilang atau pemberat (obat, latihan, tirah baring, psikoterapi)

- Lamanya.

Kejadian atau factor yang berhubungan

Efek pada gaya hidup.

5. Riwayat kesehatan lalu

Penyakit pada masa anak-anak

Imunisasi

Perawatan pada rumah sakit akhir

Prosedur pembedahan terakhir

Alerghi

Riwayat pengobatan

6. Riwayat keluarga

Kcendrungan keluarga (hipertensi, kangker, penyakit allergy, gout, penyakit jantung)

Gangguan keturunan ( Huntington, diabetes, anemia sel sabit)

Penyakit dari lingkungan (TBC)

7. Pola hidup

Diet

Pola eliminasi

Latihan

Tidur

Rekreasi

Tembakau

Alcohol

Obat-obatan

Pola seksual.

8. Pengkajian head to toe

a. Umum

Page 10: Peng Kaji An

Keadaan umum kesehatan , Kelemahan, Keringat malam , Allergy , Penurunan atau,

penanbahan berat badan

b. Kulit

Perubahan warna, suhu, turgor, tekstur kulit, kelembaban. , Pertumbuhan,

Pengelupasan/berisik, Luka memar , Perdarahan, Lesi (lokasi) , priuritus , eksim

c. Rambut

Alopesia, Perubahan dalam distribusi , Warna rambut, Penggunaan cat rambut,

Tekstur

d. Kuku

Warna, Lekukan , Rapuh

e. Kepala

Sakit kepala , Trauma kepala, Pingsan , Pusing, Kejang , Vertigo, Hilang kesadaran

f. Mata

Kontak lensa

Buta ,Presbiopia, Diplopia ,Myopia, Hiperopia, Perubahandalam ketajaman,

Glaucoma, Katarak , Kabur, Pengkajian mata terakhir.

g. Telinga

Kehilangan pendengaran, inspeksi telinga, bedah telinga, sakit telinga, titinus,

vertigo, keluar cairan, eistaksis, secret, fungsi olfaktirius, obstruksi, bersi, tetesan

postnasal, frekwensi demam.

h. Mulut dan tenggorokan

Masalah gigi, gusi berdarah, ekstraksi saat ini, gig atau lapisan gigi, pengkajian gigi

terakhir, gangguan dalam rasa, menelan, mengunyah, serak atau perubahan suara,

sakit tenggorokan.

i. Leher

Nyeri, kaku, gerakan terbatas, pembesaran kelenjar, pemebsaran tiroid, gondok,.

j. Payudara

Nyeri, pembesaran, benjolan, kelaur cairan, ginokomestia, prosedur pembedahan,

pengkajian payudara sendiri.

k. Pernapasan

Page 11: Peng Kaji An

Nyeri, napas pendek, dispnea (saat istirahat maupun saat kerja), ortopenea, sputum

(jumlah dan karakter), brongkitis, pneumonia, tuberkolosis, pengkajian poto dada

terakhir.

l. Kardiovaskuler

Nyeri, palpitasi, tekanan darah, edema, nafas pendek, intermittent claudication,

batuk, ortopnea, penyakit arteri koroner, EKG terakhir.

m. Gastrointestinal

Nafsu makan, perubahan dalam berat badan, pola makan (kultur, agama, pembatasan,

atau allergy), mual muntah, asites, nyeri abdomen, jaundis (kuning), ulkus,

perubahandalam kebiasaan BAB (diare, konstipasi, inkontenensia)ostomi, kondisi

rectal (hemoroid, perdarahanm, faltus), peruubahan fases, penggunaan katartik atau

antasida.

n. Ginjal dan genitaunaria

Nyeri panggul, pola urineria, warna urin, poliuria, oliguria, nokturia, disuria, BAK,

tiba-tiba (urgensi), retensi, frekwensi

o. Inkontenesia

Wanita :

Menarke (timbul, pola, jumlah, lamanya), tanggal periode menstrusi terakhir,

disminore, cairan vaginal atau gatal, riwayat (gravid, dan para, keguguran, aborsi,

komplikasi), menopaus. Tanggal dari papanicolous smear terakhir dan hasilnya.

Pria :

Perubahan ukuran scrotal , lesi, masalah prostat, impoten, pengkajian testicular

sendiri.

Seksual :

Tidak nyaman, impoten, dorongan, fertilitas, perubahan atau masalah, metode

kontarsepsi.

p. Muskuluskeletal

Nyeri, keram, kaku, perubahan gerak rentang, sendi atau keterbatasan, bengkak,

kelemahan,

q. Neoroligik

Page 12: Peng Kaji An

Perubahan perilaku, hilang kesadaran, perubahan minat atau efek, status mental,

kejang, tremor, gangguan bicara, paralisis, koordinasi, memori.

r. Hemtopeoitik.

Perdarahan atau kecendrungan luka memar, golongan darah, transfuse dan raksi,

riwayat Rh (D) pemberian imun globulin (RHoGAM), anemia, terapi antikoagulan,

ketidak seimbangan darah (keadaan umum tak normal karena adanya toksin, dalam

darah), riwayat inspeksi.

s. Endokrin

Riwayat pertumbuhan, diabetes, krakteristik seksual secara sekunder, penyakit tiroid,

distribusi rambut, inteloran suhu, rambut atau kulit kering.

9. Tekhnik pengkajian fisik

a. Inspeksi

Inspeksi mneggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi

umum dilakukan saat peratama kali bertemu pasien. Pemeriksaan kemuadian maju

kelokasi inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian.

Penggunaan alat khusus membantu dalam inspeksi local. Yaitu : opatalmoskop,

otoskop, speculum dan nasoskop.

Hal pokok untuk saat melakukan inspeksi meliputi sebagai berikut :

- Secara rutin menggunakan pendekan yang sistematis, baik suatu pendekan

system, pendekatan dari kepala sampai ke kaki atau kombinasi dari keduuanya.

- Berlanjut dari anterior ke lateral ke posterior

- Selama inspeksi umum, perhatikan keadaan tubuh, perilaku, cara bicara, aktifitas

motorik dan adanya malformasi.

- Observasi mengenai simetri, ukuran, bentuk, warna, posisi, gerakan dan

abnormalitas, perhatian difokuskan disistem tunggal atau bagian.

b. Palpasi

Pemeriksaan menggunakan indera peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh,

yang dapat dijangkau tangan. Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tektur,

gerakan, fibrasi, pertumbuhan atau masa, edema, krepitasi dan sensasi.

Metode palpasi meliputi palapasi ringan, palpasi dalam, pengkajian nyeri lepas,

balotement, dan gelombanga cairan. Untuk memulai melakukan urutan, mulai dengan

Page 13: Peng Kaji An

palpai ringan dan lanjut denga palpasi dealm. Selalu melakukan pada daerah yang

nyeri tekan terakhir. Hal ini dapat berakibat kekakuan folunter pada otot-otot dan

mempengaruhi palpasi lebih lanjut.

c. Perkusi

Perkusi meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi ayang akan

membantu dalam penentun densitas, lokasi, ukuran posisi dan struktur dibawahnya.

Menggunakan pendekatan sistematis, pemeriksa melakukan perbandingan bilateral

pada bunyi, yang didapatkan dari area dengan resonan tinggi ke area pekak.

Perkusi langsung, tidak langsung dan pekalan tangan merupakan metode perkusi

paling umum.

d. Auskultasi

Auskultasi tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam

organ dan jaringan pada tubuh. Denga auskultasi langsung, telingan ditekankan pad

apermukaan tubuh dimana bunyi dapat didengar. Auskultasi perantara meliputi

pengguanaan alat bantu untuk menemukan bunyi-bunyi tubuh yaitu stetoskop.

10. Pemeriksaan diagnostic

Tes diagnostic memvalidasi riwayat keperawatan awal, menguji hasil dari pengkajian

fisik dan merupakan data yang paling objektif dalam proses pengkajian.

Tehnik pengkajian sistemik

PERNAFASAN

a. Keluhan utama

Keluhan utam pada pasien dengan penyakit pernafasan biasanya meliputi satu dari

lima tandaatau gejala utama yakni : nyeri dada, dipneu, batuk, sputum dan

hemoetasis. Riwayat yang inci berhubungan dengan tiap bagaian yang memberikan

data dasar yang koferhensif pada perencanaan keperawatan pasien.

Nyeri dada

- Searangan dan lamanya

Konstan, hilang timbul

- Lokasi dan penyebarannya

- Karakter dan beratnya

Rasa di pukul, tertembak, tajam.

Page 14: Peng Kaji An

- Factor yang meringankan

Obat-obatan, aktifitas.

- Kejadian yang berhubungan

Tarauma, makanan.

- Tanda dan gejala yang menyertai

Batuk, hemoptisis, dispnea, mual muntah, diaphoresis, takikardi, demam,

- Dispnea

Serangan dan lamanya : tiba-tiba atau tersembunyi, akut atau kronik, konstan

hilang timbul.

Faktor yang memperingankan dan memperburuk : posisi tubuh, aktifitas, obat-

obatan, waktu perhari.

Tandadan gejala yang menyertai : batuk, mengi, nyeri dada, diaphoresis.

- Batuk

Serangan dan lamanya

Perubahan sekarang pada frekwensi atau kehebatan.

Krakter : akut dan keterbatsan diri, kronik dan menetap, kering, pararah,

menjengkelkan.

Nada, waktu : waktu perhari, setiap hari, musim

Factor yang meringankan : obat-obatan

Factor yang memperburuk : merokok, terpajam zat kimia

Tanda dan gejala yang menyertai : seputum, nyeri dada, dispnea

- Sputum

Serangan dan lamanya, volume, waktu per hari, karakter ; warna, bau konstitensi,

ada atau tidak adanya darah.

Factor yang meringankan dan memperburuk : obat-obatan

Pemeriksaan microskopik

- Hemoptisis

Seranagan dan lamanya, frekwensi dan jumlah, karakter : darah nyata, bercampur

sedikit darah, hematies, garis-garis darah.

Perbedaaan dari hematemesis : hemoptisis (pengeluaran darah, atau seputum

bercampur darah) : alkalin, berbusa dan disertai dengan seputum.

Page 15: Peng Kaji An

Hematemesis (muntah darah) : asam, darah gelap dan mungkin berisi partikel

makanan.

pemeriksaan nasovaring sebagai sumber kemungkinan.

B2 Kardiovaskuler

Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatiakn letak iktus kordis normal, yang berada

pada ICS 5 pada linea medio clavikularis kiri selebar 1 cm. pemeriksaan ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jantung.

Palpasi

Dilakukan untuk menghitung vrekwensi jantung (heart rate) dan harus memperhatikan

kedalaman dan teratur tidaaknya denyut jantung. Selain itu, perlu untuk memeriksanya

adanaya thrill, yaitu getaran iktus kordis. Tindakan perkusi dilakukan untuk menentukan

atas jantung daerah mana yang terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan

apakah terjadi pergeseran jantung karena pendorongan cairan efusi pleura. Auskultasi

dilakukan untuk menentukan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal atau gallop dan adakah bunyi

jantung 3 yang merupakan gejala payah jantung, serta adakah mur-mur yang mnunjukkan

adanya peningkatan arus turbulensi darah.

B3 Brain

Pada sat dilakukannnya inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji setelah sebelumnya

diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah klien berada dalam keadaan

konposmentis, samnolen, atau koma. Selain itu fungsi-fungsi sensorik perlu dikaji seperti

pendengaran, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan perabaan.

B4 bladder

Pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungannya dengan itake cairan. Oleh

karena itu, perlu memonitor adanya oliguri, karena itu merupakan tanda awal syok.

B5 bowel

Pada saat inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen membuncit atau

datar, tepi perut menonjul atau tidak, umbilikius menoinjol atau tidak, selain itu juga

diinspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau masa. Pada klien biasanya didapatkan

indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.

B6 Bone

Page 16: Peng Kaji An

Hal yang perlu diperhatikan adalah adakah edema pertibial, feel pada ekstermitas untuk

mengetahui tingkat perfusi perifer, serta pemeriksaan cpirelly refill time, selanjutnya

dilakukan pemeriksaan kekuatan otot untuk kemudian dibandingkan antara bagian kiri

dan kanan.

Page 17: Peng Kaji An

Daftar Pustaka

Talbot, Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan kritis. Jkarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Sistem Pernafasan :

Jakarta.salemba medika