Peng Kaji An
-
Upload
fathul-rizqi -
Category
Documents
-
view
20 -
download
3
description
Transcript of Peng Kaji An
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare dehydrasi
adalah: a. Data Subyektif;
- Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
- Napsu makan berkurang.
- Nyeri perut.
- Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
- Mual.
- Vomoting
- Lemas, lemah.
- Orang tua cemas
b. Data Obyektif
- Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
- Anak menjadi cengeng dan gelisah.
- Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
- Muntah
- Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
- BB menurun.
- Turgor kulit menurun atau jelek.
- Selaput lendir dan bibir kering.
- Peristaltik meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A.
Carpenito, 200)
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit.
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah
(etiologis); dan
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi
:
1) Klasifikasi dan analisa data.
2) Interpretasi data.
3) Validasi data.
4) Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa
keperawatan pada anak dengan diare yaitu :
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada
usus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus
akibat diare.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
dengan keseimbangan input dan out put serta bebas dari tanda
dehidrasi.
Intervensi :
- Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
kelembabab membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator adanya dehidrasi/hipovolemia dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
- Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan cairan
melalui oral.
Rasional : Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan pedoman untuk
penggantian cairan .
- Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal
pemberian.
Rasional : Pemberian cairan yang teratur dapat membantu
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien .
- Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional : Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang
berlebihan .
- Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Rasional : Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif
dan membantu mengembalikan fungsi usus normal.
- Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan.
- Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan. Kecenderungan
keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadinya defisit.
- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk
meminimalkan kehilangan cairan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman
yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam rangka
pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan dihabiskan, BB
meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
- Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau
makanan dan minuman sedikit demi sedikit.
Rasional : Pemberian makanan dan minuman yang teratur dapat
membantu mempertahankan keseimbangan nutrisi klien.
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.
- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional : Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung.
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit
dengan segera jika klien dapat mentoleransinya melalui pemberian
cairan oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar
dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
- Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan
klien dan memberikan informasi untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada
usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
- Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien
menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C –
41,1˚ C menunjukan proses infeksi. Menggigil sering mendahului puncak
peningkatan suhu.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu
mendekati normal.
- Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat
menyebabkan kedinginan dan mengeringkan kulit.
- Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen)
sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus
akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari
tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.
- Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
- Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar anus.
- Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk
mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan
pemahaman tentang perawatan klien.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan
normal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
- Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar
tetap kering dan steril.
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan
penyembuhan.
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Observasi ketat pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan pertumbuhan
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
- Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian
tubuh tertentu.
Rasional : Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi
perifer dan menurunkan resiko kerusakan kulit.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan
secara teratur.
Intervensi :
- Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi –
psikologis.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan.
Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
- Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan
untuk obat dan terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien
mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya kurangnya
pengetahuan tentang penyakit anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi
dukungan pada anak dengan menjelaskan kondisinya.
Intervensi :
- Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam
membantu proses perawatan klien.
- Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang
kondisi anaknya.
- Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran
perawatan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang
konsi anaknya dan gambaran perawatan sehingga dapat membantu
dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.
- Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional : Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang
tidak diketahui.
- Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih dirawat di
RS.
Rasional : Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa
cemas dengan adanya dukungan dan konseling.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari.
Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan
dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat
perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui
wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi
(tempat, waktu dan orang)
1. Keluhan utama
yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB
yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor
makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas,
Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena
infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare
berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur
lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu
makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran.
1. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain.
1. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester
pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM,
Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin
di dalam rahim.
1. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi
fungsi dan maturitas organ vital .
1. Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya. Pemberian
ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi
buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
1. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting
karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda,
sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan
dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
1. Lingkungan rumah dan komunita
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang
mudah terkena kuma penyebab diare.
1. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak
yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
1. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk
penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
1. Pola Fungsi kesehatan
1. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan
dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan
tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat
badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan rendahlaktosa, umur
> 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan
cair.
1. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara
penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan
cairan lewat urine.
1. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
1. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
1. Pengkajian Fisik
Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala
dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda
yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut
kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan peningkatan
frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet
sekitar anus
1. a. Sistem Neurologi
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu
dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak
tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium,
stupor dan koma.
Palpasi, adakah parese, anestesia,
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
1. b. Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,
Inspeksi :Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum
(-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada
neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek
mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan
diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis
metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping
hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada
kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya
diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-
anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun.
Mata, tekanan bola mata dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis
1. c. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik
= dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi
berat (Lab IKA FKUI, 1988).
1. d. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-),
adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart
rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun
sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus
diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7
dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5
dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi
bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan
darah.
1. e. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji
frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan
sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti
vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler,
intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi
adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
1. f. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali
dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit
menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak
membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar
dan lien tidak teraba.
1. g. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi
labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan
bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat.
Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
1. h. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1) Faeces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula,
Biakan dan uji resistensi
2) Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
4) Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan
terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
1. Pemeriksaan intubasi duodenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif.
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta
seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
1. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi
i. Jenis cairan
cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)
seperti oralit,pedyalit setiap kali diare, Formula sederhana (NaCl dan
Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin
cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm)
D10%, Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS, Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS, Usia
> 3 tahun D51/2NS, HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus
untuk diare > usia 3 bulan.
ii. Jalan pemberian
Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta
kesadaran baik)
Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan
dan kesadaran menurun).
IV line bila dehidrasi berat
iii. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :
Defisit (derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurent loss)
Rumatan (maintenance)
iv. Jadwal/kecepatan
Jadwal atau kecepatan pemberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi
dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.
1. Obat-obatan
Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg,
Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr
Obat antispasmotiliti
Papaverin, opium. Loperamid
Antibiotik
Penyebab jelas, ada penyakit penyerta
1. Dietetik
1. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg
Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah
Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat
1. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
Makanan padat/ maknan cair/susu
1. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat
diberikan elemental/semi elemental formula.
1. Supportif
Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun
Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun
Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun
Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun
Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun
Vitamin B kompleks, vit C
1. MASALAH KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.
1. INTERVENSI
1. 1. DX. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara
optimal
Criteria :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah,
haluaran urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak
cekung.
Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam
batas normal.
Blood Gas Analysis dalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
Rasional: Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan
jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian
cairan segera untuk memperbaiki defisit.
1. Pantau intake dan out put
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat
meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk
membersihkan sesa metabolisme.
1. Timbang BB setiap hari
Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.
1. Penatalaksanaan rehidrasi :
1. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit
atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula
menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
1. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit
(penyakit penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
1. Kolaborasi :
1. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
1. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses
absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk
menghambat endoktoksin.
1. 2. DX.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Criteria :
Nafsu makan baik
BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intrvensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat
tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
1. Timbang BB setiap hari
Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan
peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
1. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan
menyenangkan.
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan
kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama
dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran
untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.
1. Kolaborasi :
1. Dietetik
anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.
1. Rehidrasi parenteral (IV line)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
1. Supporatif (pemberian vitamin A)
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang
diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.
1. 3. DX.Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : nyeri teratasi
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi
selanjutnya
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi
nyeri.
1. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan
meningkatkan kemampuan koping.
1. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
1. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
1. 4. DX.Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
Tujuan
kecemasan berkurang
Intervensi
1. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan
balik tentang mekanisme koping yang tepat.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif
pemecahan masalah.
1. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang
tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama.
Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien
bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
1. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus
dalam membantu klien.
Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan
kecamasan.
1. 5. DX.Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan
Intervensi
1. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
1. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan
partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.
1. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian
serta efek samping yang mungkin timbul.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam
pengobatan.
1. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri anaknya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “N” DENGAN DIARE DI RUANG
PERAWATAN X RSU.X
Tanggal pengkajian : 11 desember 2013
Ruangan :
Rekam medic : 094204
1. BIODATA
2. Identitas Klien
Nama : An. A
Tanggal lahir : 3-12-2011 ( 2 tahun )
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : t____
Tanggal masuk : 10-12-2013
Diagnose medic : Diare
1.
1. Ibu
Nama : NY. A
Usia : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT
Agama : Islam
Alamat : T______
Identitas orang tua
1. Ayah
Nama : Tn.K
Usia : 28 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai koperasi
Agama : Islam
Alamat : Tamalate VI
1. KELUHAN UTAMA
2. Keluhan utama
Muntah kurang dari 10 kali dan BAB kurang dari 4 kali
1. Riwayat keluhan utama
Klien masuk di RS dengan keluhan muntah kurang dari 10 kali sejak 1 hari
sebelum masuk rs serta BAB kurang dari 4 kali dengan konsistensi encer
sejak 3 hari sebelum masuk RS
1. RIWAYAT KESEHATAN
2. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dikaji, pasien Nampak lemah
1. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami klien yaitu demam
2. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
1. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
2thn
Keterangan :
: perempuan : pasien
: laki-laki : meninggal
: garis keturunan
GI : meninggal karena factor yang tidak diketahui
GII : –
GIII : klien dengan penyakit diare
IV. RIWAYAT IMUNISASI
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian
1. BCG 1X -
2. DPT 3X DEMAM
3. POLIO 4X -
4. CAMPAK - -
5. HEPATITIS B 3X -
V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Pertumbuhan fisik
1. Berat bdan saat lahir : 2.500 gr
2. Tinggi badan : 48 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan
4. Perkembangan tiap tahap
Usia saat anak :
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 4 bulan
3. Merangkak : lupa
4. Berdiri : 8 bulan
5. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
6. Bicara pertama kali : 12 bulan
7. Berpakaian tanpa bantuan : 9 bulan
VI. RIWAYAT NUTRISI
1. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada
2. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan
3. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar
2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari
3. Cara pemberian dengan sendok
4. Pemberian makanan tambahan
1. Pertama kali diberikan , pada usia 6 bulan
2. Jenis : bubur, biskuit
5. Perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini
No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
1. 0-4 bulan ASI 1 tahun 8 bulan
2. 4-12 bulan ASI, bubur susu, buah-buahan 6 bulan sampai sekarang
3. Sekarang Bubur, sayur, daging, ikan,
buah, susu
1. RIWAYAT PSIKOLOGI
2. Lingkungan rumah berada dikota
3. Tidak ada tetangga yang berbahaya
4. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
5. Anak diasuh oleh orang tua
1. RIWAYAT SPIRITUAL
2. Hubungan dengan keluarga harmonis
3. Kegiatan keagamaan diselenggarakan dirumah dan dimesjid
1. REAKSI HOSPITALISASI
2. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Ibu membawah anaknya ke RS karena demam
2. Ibu mengatakan bahwa anaknya selalu menangis
3. Orang tua selalu mengunjungi anaknya di RS
4. Yang tinggal bersama anak adalah ayah, ibu,dan nenek
5. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
1. Anak belum mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit
2. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit
3. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Nutrisi
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Baik Kurang
2. Menu makan Nasi +sayur+lauk Bubur
3 Frekuensi makan 3 x sehari 1x sehari
4 Makanan yang disukai semua Apel
5 Makanan pantangan - -
6 Pembatasan pola - -
8 Cara makan Disuapi Disuapi
9 Ritual saat makan - -
1. Cairan
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Jenis minuman Air putih, susu, teh Air putih, susu
2 Frekuensi minum 6 gelas/hari 4 gelas/hari
3 Kebutuhan cairan 800-1000 cc/hari 800-100 cc/hr
4 Cara pemenuhan Gelas Gelas, cairan infus
1. Eliminasi (BAB/BAK)
No Kondisi
Sebelum sakit Saat sakit
BAB BAK BAB BAK
1 Tempat pembuangan Wc Wc Wc Wc
2 Frekuensi 1x sehari 3x sehari 1x sehari, 3x sehari
3 Konsistensi Lunak Kuning Lunak Kuning
4 Kesulitan - - - -
5 Obat pencahar - - - -
1. Istirahat tidur
No Kondisi jam tidur Sebelum sakit Saat sakit
1 Siang Jam 13.00-15.00 Tidak teratur
2 Malam Jam 09.30-05.00 Tidak teratur
1. Olah raga
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Program olahraga - -
2 Jenis dan frekuensi - -
3 Kondisi setelah olahraga - -
1. Personal hygiene
No Kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1 Mandi
Frekuensi
Cara
Alat mandi
2x sehari
Sabun+air
2 x sehari
Di lap memakaai
waslap
2 Cuci rambut
Frekuensi
Cara
3x seminggu
Shampoo+air
Belum pernah
3 Gunting kuku
Frekuensi
Cara
1x seminggu
Pake gunting kuku
Belum pernah
4 Gosok gigi
frekuensi
cara
2x sehari
Pasta gigi+sikat gigi,
pagi dan malam
sebelum tidur
Belum pernah
1. Aktivitas mobilitas fisik
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Kegiatan sehari-hari main, nonton tv -
2 Pengaturan jadwal harian - -
3 Penggunaan alat bantu aktivitas - -
4 Kesulitan pergerakan tubuh - -
1. Rekreasi
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Perasaan saat sekolah - -
2 Waktu luang Main, nonton tv, -
3 Perasaan setelah rekreasi/bermain Senang -
4 Waktu senggang keluarga Nonton tv -
5 Kegiatan hari libur Main, nonton tv -
1. PEMERIKSAAN FISIK
2. Keadaan umum klien
Lemah
1. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 36,5
2. Nadi : 128x/ i
3. Respirasi : 38 x/i
4. Tekanan darah : 90/60 mmhg
5. Antropometri
1. Tinggi badan :
2. Berat badan : 9 kg
3. Lingkar lengan atas :
4. Lingkar kepala :
5. Lingkar dada :
6. Lingkar perut :
7. System pernafasan
1. Hidung
1. Inspeksi
Lubang hidung simetris kiri dan kanan
Tidak tampak polip,epitaksis
Tidak tampak pernafasan cuping hidung
1. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak teraba adanya massa
1. Leher
1. Inspeksi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
1. Palpasi
Tidak teraba adanya massa
Tidak ada nyeri tekan
1. Dada
1. Inspeksi
Bentuk dada normal
Selama insipirasi dada mengembang
Tidak Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
Frekuensi nafas 38 x/i
1. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak teraba addanya massa
1. Auskultasi
Bunyi nafas bronkovesikuler pada daerah bronkus
Tidak terdapat bunyi nafas tambahan
1. Perkusi
Resonan pada semua lapang paru
1. System kardiovaskuler
1. Konjungtiva tampak pucat
2. Suara jantung I/II murni regular
1. System pencernaan
1. Skelera tidak ikterus
2. Mulut : tidak stomatitis,
3. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
4. Jumlah gigi
2 1 2 2 1 2
2 1 2 212
1. System indra
1. Mata
1. Inspeksi
Alis dan bulu mata tumbuh merata
Kelopak mata menutup dengan sempurna
Skera tidak ikterus
Lapang pandang baik
Anemis
1. Palpasi
Tidak terdapat massa
1. Hidung
1. Penciuman baik
2. Tampak adanya secret
3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
4. Telinga
1. Inspeksi
Daun telinga simetris kiri dan kanan
Fungsi pendengaran baik
1. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak terdapat massa
1. System saraf
1. Fungsi cerebral
1. Status mental :
2. Kesadaran : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)
3. Fungsi cranial
1. Nervus I (olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau
2. Nervus II (optikus ) : lapang pandang baik
3. Nervus III( okulomotorius )
Klien dapat menggerakkan bola mata ke atas
Pupil isokor
1. Nervus IV (troclearis )
Klien mampu menggerakkan bola mata ke bawah
1. Nervus V ( trigeminus)
Sensorik
Klien dapat merasakan sensasi pada daerah maksila dan mandibula
Motorik
Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis
dan mampu mengembangkan pipinya
1. Nervus VI ( abdusen)
Klien mampu menggerakkan bola mata kesamping
Reflex kornea baik
1. Nervus VII ( pasialis )
Sensorik
Klien dapat merasakan rasa asam, manis, asin, dan pahit
Motorik
Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis,
mengembangkan pipinya.
1. Nervus VIII ( akustikus )
Klien dapat mendengar dengan baik
1. Nervus IX ( glosofaringeus )
Klien dapat merasakan fungsi pengecapan pada 1/3 posterior lidah
1. Nervus X ( vagus )
Fungsi menelan baik
Gerakan ovula simetris dan tertarik ke atas
1. Nervus XI ( aksesorius )
Klien dapat mengangkat bahu
Klien dapat mengalihkan kepala ke samping
1. Nervus XII ( hypoglosus)
Klien dapat menggerakkan lidah
1. Fungsi motorik
Keterangan :
5 : normal
4 : dapat melawan tekanan
3 : dapat menahan berat tapi tidak dapat melawan tekanan
2 : hanya dapat menggerakkan anggota badan
1 : teraba gerakan kontraksi otot, tidak dapat bergerak
0 : tidak ada kontraksi
Tonus otot
3 3
3 3
1. Fungsi sensorik
Dapat merasakan sensasi panas dan dingin
1. Fungsi cerebellum
Tidak ada tremor
1. Reflex
1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )
2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)
3. Patella ka/ki :+/+ (normal )
1. System musculoskeletal
1. Inspeksi
Bentuk kepala hormocepal
Tidak Nampak skoliosis, dordosis, maupun kepotis
Tidak Nampak pembengkakan pada lutut dan kaki
Tidak terdapat pembengkakan pada tangan
1. Palpasi
Tidak teraba pembengkakan pada tangan dan kaki
1. System integument
1. Warna rambut hitam merata
2. Warna kulit sawo matang
3. Turgor kulit kering
4. Suhu 37
5. System endokrin
1. Eksresi urine tidak berlebih
2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut
3. System perkemihan
1. Tidak Nampak udeme palpebral
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
3. System imun
1. Tidak ada riwayat alergi
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu
3. Pemeriksaan nyeri
1. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa nyeri pada perut timbul sejak 3
hari sebelum masuk RS
2. Lama nyeri : hilang timbul
3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat beraktivitas
4. Anak Nampak menangis
5. Intensitas nyeri : sedang
Visual analog scale (VAS)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. TEST DIAGNOSTIK
2. Darah rutin
3. Feses rutin
4. GDS
5. Eletrolit
1. PENGOBATAN
2. Zimpit syrup 1×1
3. Probit sachet 2×1
4. Elkana syrup 2×1
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF:
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa nyeri pada perut
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah kurang dari 10 kali sebelum
masuk rs
Ibu klien mengatakan bahwa klien BAB kurang dari 4 kali sejak 3 hari
sebelum masuk rs
DATA OBJEKTIF :
BB 9 kg
TTV
TD: 90/60 mmhg
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
Makanan tidak dihabiskan
Anak Nampak menangis
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:
Ibu klien mengatakan bahwa klien
muntah kurang dari 10 kali sebelum
masuk rs
Ibu klien mengatakan bahwa klien BAB
kurang dari 4 kali sejak 3 hari sebelum
Malabsorbsi, Makanan,
Psikologis
Gangguan sekresi
Rangsangan tertentu
( toksin ) pada dinding
Gangguan cairan
dan eletrolit
masuk rs
DO:
BB: 9 kg
TTV
TD: 90/60 mmhg
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
usus
Peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam
rongga usus
Isi usus berlebihan
Diare
Pengeluaran cairan
berlebihan
Dehidrasi
Defisit volume cairan
DS:
Ibu klien mengatakan bahwa klien
muntah kurang dari 10 kali sebelum
masuk rs
Ibu klien mengatakan bahwa klien BAB
kurang dari 4 kali sejak 3 hari sebelum
masuk rs
Faktor Infeksi,
Mengkontaminasi
makanan dan air
Masuk ke dalam
saluran pencernaan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
DO:
BB: 9 kg
Makanan tidak dihabiskan
TTV
TD: 90/60 mmhg
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
merasa nyeri pada perut
DO :
Skala nyeri (VAS) : 4 ( nyeri sedang )
TTV
TD: 90/60 mmhg
Reaksi peradangan
pada usus
Kerusakan mukosa
usus
Merangsang reseptor
nyeri
Mengeluarkaan
neurotransmitter
Nyeri
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
histamine ke SSP
Persepsi nyeri
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RASIONAL
TUJUAN INTERVENSI
1. Devisit Volume
Cairan dan elekrolit
b/d
Ketidakseimbangan
intake dan output
ditandai dengan :
DS:
Ibu klien mengatakan
bahwa klien muntah
Tidak
terjadinya
defisit volume
cairan dan
elektrolit
Dengan
kriteria:
Klien tampak
segar
Kaji intake dan output
klien
Observasi tanda-tanda
dehidrasi.
Membantu mendeteksi
adanya
ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit.
Untuk menentukan
tingkat dehidrasi dan
sebagai acuan untuk
mmelanjutkan
intervensi selanjutnya.
Dapat menentukan
kurang dari 10 kali
sebelum masuk rs
Ibu klien mengatakan
bahwa klien BAB
kurang dari 4 kali
sejak 3 hari sebelum
masuk RS
DO:
BB: 9 kg
Makanan tidak
dihabiskan
Klien tampak lemah.
Bibir klien tampak
kering
Tampak Terpasang
Infus
TTV :
TD : 90/60
S : 36,5 c
Bibir klien
tidak kering
Catat frekuensi
BAB,karakteristik, dan
konsistensi.
Observasi tanda-tanda
vital.
Penatalaksanaan
Pemberian cairan
bertanya status diare
klien serta untuk
menentukan tindakan
selanjutnya.
Perubahan tanda-tanda
vital merupakan
gambaran keadaan
umum pasien dan
merupakn dasar
intervensi berikutnya.
Mengganti cairan yang
hilang.
P : 38 x/i
N : 128 x/i
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RASIONAL
TUJUAN INTERVENSI
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
DS:
Ibu klien mengatakan
bahwa klien muntah
kurang dari 10 kali
sebelum masuk rs
Ibu klien mengatakan
bahwa klien BAB
kurang dari 4 kali
sejak 3 hari sebelum
Pemenuhan
nutrisi
terpenuhi,
dengan
kriteria :
Nafsu makan
meningkat
BB normal
sesuai usia
Kaji pola nutrisi klien
Kaji makan yang di sukai
dan tidak disukai
mengetahui adanya
penurunan atau
kenaikan berat
badan.
mengurangi kerja
usus, menghindari
kebosanan makan.
mengetahui
makanan apa saja
yang dianjurkan dan
makanan yang tidak
masuk rs
DO:
BB: 9 kg
Makanan tidak
dihabiskan
TTV
TD: 90/60 mmhg
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
Anjurkan tirah baring /
pembatasan aktivitas
selama fase akut
Timbang berat badan
tiap hari
Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian diet
mengetahui pola makan,
kebiasaan makan,
keteraturan waktu
makan.
meningkatkan status
makanan yang disukai
dan menghindari
pemberian makan yang
tidak disukai.
boleh dikonsumsi.
penghematan tenaga,
mengurangi kerja tubuh.
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RASIONAL
TUJUAN INTERVENSI
3. Nyeri berhubungan
dengan hiperperistaltik
DS :
Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya
merasa nyeri pada
perut
DO :
Skala nyeri (VAS) : 4
( nyeri sedang )
TTV
TD: 90/60 mmhg
Nyeri teratasi
Dengan criteria
Anak
mengatakan
tidak merasa
nyeri
Skala nyeri 0
Anak tidak
menangis
Kaji keluhan nyeri
(skala 1-10),
perubahan
karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan
non verbal
Atur posisi yang
nyaman bagi klien,
misalnya dengan
lutut fleksi.
Lakukan aktivitas
pengalihan untuk
memberikan rasa
nyaman seperti
masase punggung
dan kompres hangat
Mengevaluasi
perkembangan nyeri
untuk menetapkan
intervensi selanjutnya
Menurunkan tegangan
permukaan abdomen
dan mengurangi nyeri
Meningkatkan relaksasi,
mengalihkan fokus
perhatian kliendan
N :128 x/i
P : 38 x/i
S :36,5
Anak nampak
menangis
abdomen
Bersihkan area
anorektal dengan
sabun ringan dan
airsetelah defekasi
dan berikan
perawatan kulit
Kolaborasi
pemberian obat
analgetika dan atau
antikolinergik sesuai
indikasi
meningkatkan
kemampuan koping.
Melindungi kulit dari
keasaman feses,
mencegah iritasi.
Analgetik sebagai agen
anti nyeri dan
antikolinergik untuk
menurunkan spasme
traktus GI dapat
diberikan sesuai indikasi
klinis.
1.