Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

8

Click here to load reader

description

penerapan tqm

Transcript of Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

Page 1: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

Akuntabilitas,Maret 2008, hal. 189-196ISSN 1412-0240

Penerapan Total Quality Management pada BUMNManufaktur di Indonesia

HIRAS PASARIBU

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"Jln. SWK 104, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta 55283Tel.lFax: 0274.486733, Email: [email protected]

Diterima 25 Januari 2008, Disetujui 25 Februari 2008

Vol. 7, NO.2

Abstract: This research means to discover the influence of commitment of top management and theperception of division heads about total quality management (TQM) and the implementation ofTQM onthe effectiveness of the quality cost control (QCC) To state owned enterprises in the manufacturingsector in Indonesia. Data used in this research were 28 state owned enterprises in the manufacturingsector. List of questionnaire is also used to support the study on the application ofTQM. The research ofthis research show that there are no correlations between the commitment of top management, theperception of division heads and the implementation of fundamental base ofTQM at state owned enterprisein the manufacturing sector.

Key words: TQM, QCC, state's company, performance, cost of quality

PENDAHULUANSetiap badan usaha baik koperasi, swasta publik

dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harns lebihefisien menjalankan aktivitas usahanya, agar tidaktersisih dati kompetisi persaingan dengan pesaing-pesaing barn. Untuk BUMN, kebijakan pembenahantelah dilakukan oleh pemerintah untuk menyehatkanBUMN, antara lain adanya Instruksi Presiden(Inpres) Nomor 5 Tahun 1988, tentang penyehatandan penyempurnaan penge101aan BUMN. Selain itupada tahun 1998 pemerintah mengeluarkan bentukkebijakan untuk pembenahan BUMN yaituditerapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor197/KMK.016/1998, tentang Penyusunan RencanaJangka Panjang BUMN. Setiap rencana jangkapanjang BUMN disusun sesuai visi yang telahditetapkan di setiap BUMN. Visi merupakan salah

satu kriteria penerapan Total Quality Management(TQM). TQM merupakan sistem yang dilaksanakandalam jangka panjang dan terus menerus untukmemuaskan pelanggan dengan meningkatkan mutuproduk dan jasa perusahaan (Mears 1993:8).Kepuasan pelanggan secara berkelanjutan akanditunjukkan peningkatan kinerja perusahaan maupunkinerja manajerial semakin baik. Dilihat daripeningkatan laba BUMN manufaktur yangditunjukkan pada tabel1 berikut nampak bahwa, labaBUMN manufaktur tahun 2002 sedikit adapeningkatan dari tahun sebelumnya. Namun labaBUMN manufaktur lebih cenderung menurun biladibandingkan dengan laba seluruh BUMN nonmanufaktur di Indonesia dalam tahun yang sarna.Walaupun semua BUMN manufaktur di Indonesiasudah menerapkan TQM, kinerja perusahaan tersebutsaat ini masih jauh dati harapan pemerintah.

Tabell. Pertumbuhan Laba Badan Usaha Milik Negara Manufaktur,Badan Usaha Milik Negara Non Manufaktur dan Badan Usaha Swasta Publik di Indonesia

2001* 2002 2003Laba Total BUMN Non Manufaktur * (Dalam miliar rupiah) 7,790 18,246 19,871

Pertumbuhan 100% 234% 255%Laba Total BUMN Manufaktur * (Dalam miliar rupaiah) 1,069 1,338 1,249

Pertumbuhan 100% 125% 117%Laba Total Badan Usaha Swasta Publik ** (Dalam miliar rupaiah). 7,737 .26,249 10,648

Pertumbuhan 100% 339% 138%

Sumber: * Kementerian BUMN 2004-Data diolah* * Indonesian Capital Market Directory 2003 dan BAPEPAM 2005

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 2: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

Akuntabilitas

Di lain pihak bila laba BUMN manufakturdibandingkan dengan laba badan usaha swasta publikyang ditunjukkan pada tabel 1 temyata laba badanuSaha swasta publik pada tahun 2002 terjadi kenaikancukup besar sebesar 339% dari tahun 2001.Walaupun laba Badan usaha swasta publik tahun 2003terjadi penurunan menjadi 138%, tetapi penurunantersebut masih di atas pertumbuhan laba BUMNManufaktur. Dengan demikian kinerja keuanganBUMN Manufaktur masih lebih rendah biladibandingkan kenerja keuangan badan usaha swastapublik. Melihat fenomena ini, BUMN manufaktursangat menarik untuk dilakukan penelitian terutamamengkaji faktor kegagalan pembenahan manajemenBUMN manufaktur khususnya penerapan TQM,karena semua BUMN menyatakan sudahmenerapkan TQM. Rendahnya pertumbuhan kinerjaBUMN manufaktur diduga merupakan cerminankegagalan BUMN tersebut menerapkan TQM.Menurut Powel (1995) yang mengemukakan bahwabeberapa perusahaan yang telah menerapkan TQM,ada yang berhasil ada juga yang belum mampumeningkatkan kinerja mereka. Dalam teori organisasimengemukakan bahwa organisasi adalah suatu unitsosial yang dikoordinasikan secara sengaja, terdiri daridua orang atau lebih yang berfungsi pada suatu basisyang relatif bersinambung untuk mencapai tujuanatau serangkaian tujuan bersama (Robbins, 2007).Orang-orang yang mengawasi kegiatan orang lainatau anggota organisasi dan yang bertanggungjawabatas pencapaian tujuan dalam organisasi adalahmanajer.

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan,banyak perusahaan mengalami masalah dalammengembangkan TQM. Dari beberapa masalah yangdiidentifikasi bahwa perubahan budaya organisasiadalah sebagai penghalang utama penerapan TQM,antara lain lemahnya hubungan kerja sarna padatingkat fungsional (Plowman, 1990). Pemyataan inisesuai dengan pendapat Pradiansyah (1998), yangmengemukakan keberhasilan penerapan TQM akansangat tergantung pada budaya organisasi yangmenimbulkan komitmen dari orang-orang dalam suatuorganisasi. Untuk itu dapat diduga, bahwa penerapanTQM akan mengalarni masalah apabila tidak didukungoleh komitmen dari semua anggota organisasi untukberubah. Dengan demikian kepemimpinan yangditunjukkan dalam komitmen pimpinan puncak yangdidukung oleh semua anggota organisasi secaraberkelanjutan, maka akan memberikan dukunganterhadap perubahan penerapan TQM ke arah yanglebih baik. Komitmen adalah sebagai perjanjian atauketerikatan untuk melakukan sesuatu yang terbaikdalam organisasi atau kelompok tertentu (Aranya &

PASARIBU 190

Ferris 1984:1). Keberhasilan kepemimpinan akanditunjukkan adanya interaksi antara pimpinan puncak,manajer divisi dan karyawan. Interaksi ditunjukkankerja sarna satu sarna lain dalam menangani masalahorganisasi. Para manajer divisi berperan pentingmengkomunikasikan aktivitas organisasi yang akandilaksanakan sesama manajer, demikian juga yangharus diteruskan kepada bawahan. Komunikasi yangterjadi diantara para manajer maupun kepadabawahan, sangat dipengaruhi oleh persepsi masing-masing manajer tersebut tentang informasi mengenaiTQM yang diterima dari atasannya dan dari sesamamanajer divisi. Tan & Hunter (2002) mengemukkanpersepsi ditinjau dari kognisi pemakai melaluipengenalan dan keahlian dalam sistem informasimemiliki hubungan dengan persepsi manajer, sertaakan berdapak terhadap kinerja. Demikian halnyasemakin baik persepsi manajer melalui pengenalandan keahlian TQM akan berpengaruh terhadapkinerja manajer tersebut. Dengan demikiankepemimpinan yang ditunjukkan melalui komitmenpimpinan puncak dan persepsi manajer divisi mengenaiTQM perlu disinerjikan dalam penelitian.

Keberhasilan penerapatan TQM akan berdampakpada penurunan biaya akibat turunnya kerusakan ataukegagalan produk dan kemampuan menghindaripemborosan biaya yang tidak bernilai bagi pelanggan.Juran, (1989) mengemukakan, untuk mengukurkeberhasilan peningkatan TQM dapat menggunakancost of quality. Berarti dengan menerapkan sistembiaya mutu (cost of quality system) dapat digunakansebagai alat mengukur kinerja mutu. Walaupun belumada penelitian sebelumnya yang menghubungkanpenerpan TQM dengan keefektifan pengendalianbiaya mutu (cost of quality), namun Ani Kenangsari(2002), telah menemukan adanya pengaruh dimensibiaya mutu dengan produktivitas. Menurut Khim &Larry (1998) dalam penelitiannya mengemukakanadanya pengaruh interaktif secara bersama-samaantara praktik penerapan TQM dengan desain sistemakuntansi manajemen terhadap kinerja. SelanjutnaKhim & Larry (1998) mengemukakan cost ofquality merupakan desain sis tern akuntansimanajemen yang digunakan sebagai umpan balikmemperbaiki kinerja mutu. Pendapat tersebutmenekankan bahwa penerapan TQM dan cost ofquality merupakan subsistem yang saling mendukunguntuk mencapai tujuan fundamental organisasi.Selanjutnya mereka mengemukakan, banyakperusahaan sudah menerapkan TQM, tetapi tidakdikembangkan seperti penerapan sistem biaya mutu(cost of quality system) sebagai pengukuran kinerjamutu, akibatnya sebagian besar perusahaan gagalmenerapkan TQM.

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 3: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

191 Akuntabilitas

Thjuan Penelitian. Sesuai masalah penelitian,maka tujuan penelitian ini adalah: untuk menemukantingkat hubungan antara komitmen pimpinan puncak,persepsi manajer divisi mengenai TQM, danpenerapan pilar dasar TQM pada BUMN manufakturdi Indonesia dan untuk menemukan pengaruhkomitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisimengenai TQM, dan penerapan pilar dasar TQMsecara simultan dan parsial terhadap keefektifanpengendalian biaya mutu pada BUMN manufakturdi Indonesia.

Hipotesis Penelitian. Berdasarkan tujuanpenelitian, dan latar belakang penelitian, makapenelitian dirumuskan sebagai berikut: terdapathubungan antara komitmen pimpinan puncak, persepsimanajer divisi mengenai TQM, dan penerapan pilardasar TQM. terdapat pengaruh komitmen pimpinanpuncak, persepsi manajer divisi mengenai TQM, danpenerapan pilar dasar TQM, secara simultan danparsial terhadap keefektifan pengendalian biaya mutu.

METODE

Rancangan Penelitian. Rancangan penelitianyang digunakan adalah penelitian kausal yangmerupakan survei penjelas (explanatory survey)terhadap populasi survei berjumlah 28 BUMNmanufaktur di Indonesia. Explanatory surveyberupaya untuk menghubungkan dan mengujihubungan kausal an tara variabel eksogen danendogen (Sekaran, 2004). Setiap BUMN manufakturmerupakan unit anggota populasi terdiri dari 10responden yang terdiri dari 1 direktur utama, 7manajer divisi dari tiga departemen (departemenoperasi, departemen pemasaran, departemenakuntansi dan administrasi umum), dan 2 pelangganyang sedang membeli ke perusahaan. Alasan dipilih7 manajer divisi dari tiga departemen ini, karenadepartemen operasi, dan pemasaran sangat berperandalam pengolahan produk sampai penyerahan produkketangan.pelanggan maupun konsumen, sedangkandivisi akuntansi dari departemen akuntansi danadministrasi umum berperan mencatat danmelaporkan biaya kualitas (cost of quality) dari sejakproses produksi sampai produk tersebut berada ditangan pelanggan. Dengan demikian manajer divisidari tiga departemen ini lebih tepat dijadikan sumberdata, karena tiga bagian ini memiliki pemahaman dankeahlian untuk mengimplementasikan TQM.

Definisi Variabel. Dari variabel-variabel yangdiajukan akan didefinisikan sebagai berikut: komitmenpimpinan puncak (Xl) adalah mempertahankankeikutsertaan pimpinan puncak dalam organisasi yangditunjukkan melalui, kemauan untuk memainkan

Vol. 7, 2008

upaya tertentu atas nama profesi, dan upayamanajemen perusahaan dalam melaksanakan tugaspokoknya, dengan mengarahkan, memengaruhi danmedorong bawahannyake arah berbagai tujuan dalamorganisasi termasuk program manajemen mututerpadu (Aranya & Ferris 1984). Variabel inimenggunakan 14 pertanyaan. Persepsi manajer divisimengenai TQM (X). Persepsi adalah sebagai prosesyang menggunakan pengetahuan sebelumnya untukmenyusun dan menginterpretasikan rangsangan yangteridentifikasi oleh indra seseorang. Persepsidikombinasikan dari segala aspek yang berasal dariluar (stimulus) dan dari dalam (pengetahuansebelumnya) orang tersebut. Persepsi manajer divisisangat ditentukan oleh pengetahuan yang dimilikiselama ini baik pengetahuan yang diperoleh dengancara membaca, melihat, mencoba atau gabungan darisemuanya dan perhatian yang diberikan untukpenerapan atau pengembangan TQM (Matlin, 1994).Variabel ini menggunakan 8 pertanyaan. Penerapanpilar dasar TQM (X3). TQM adalah sistem yangdilaksanakan dalam jangka panjang untukmeningkatkan perbaikan secara terus menerus padasetiap level operasi atau proses untuk memuaskankonsumen dengan menggunakan sumber daya yangtersedia. Dimensi penerapan pilar dasar TQM, yaitukepuasan pelanggan, pelibatan dan pemberdayaankaryawan, perbaikan berkelanjutan, dan manajemenberdasarkan fakta (Gaspersz, 2003). Variabelkepuasan pelanggan menggunakan 14 pertanyaan,pelibatan dan pemberdayaan karyawan menggunakan18pertanyaan, perbaikan berkelanjutan menggunakan13 pertanyaan, dan manajemen berdasarkan faktamenggunakan 4pertanyaan. Keefektifan pengendalianbiaya mutu (Y) adalah suatu ukuran seberapa baikatau seberapa jauh sasaran pelaksanaan biaya mutuyang ditargetkan telah tercapai (Shea & Gobeli,1995). Data keefektifan biaya mutu dilihat dari aspekfinansial berdasarkan anggaran dan laporan biayamutu, terdiri dari Prevention cost Prevention cost,Appraisal cost, Internal failure cost, Externalfailure cost (Hansen & Mowen 2006). Nilaikeefektifan menggunakan skala rasio, dicerminkanoleh perbandingan nilai keluaran aktual dengankeluaran yang ditargetkan. Apabila diimplementasikanpada biaya mutu, keefektifan pengendalian biayamutu dirumuskan sebagai berikut:

REAL/SASI BIA YAMUTU 100mKEEFEKTIFAN = -~~~~~~~--x -10

ANGGARAN BIAYAMUTU

Makin kecil rasio biaya mutu yang direalisasi dariyang dianggarkan, maka tingkat keefektifanpengendalian biaya mutu semakin tinggi. Instrumenpengukuran variabel komitmen pimpinan puncak,

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 4: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

Akuntabilitas

persepsi manajer divisi, penerapan pilar dasar TQMmenggunakan kuesioner tipe skala Likert (Likerttype item), dan data yang dikumpulkan darijawabanresponden akan diberi skor untuk menghasilkan skalaordinal. Selanjutnya skor ini dinaikkan skalapengukuannya menjadi ke tingkat interval denganmenggunakan method of successive interval,selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesisyang diajukan.

Analisis Data. Sesuai hipotesis yang diajukandalam penelitian ini akan digunakan telaah statistikayang tepat untuk tujuan hubungan sebab akibatdengan menggunakan Model Struktural, yaitu denganteknik statistik Path Analysis. Proses perhitunganmenggunakan SPSS 13 Statistica. Model ini akanmengungkapkan besarnya pengaruh variabel- variabelpenyebab terhadap variabel akibat berdasarkanpengaruh lang sung dan tidak langsung, baik secarasendiri-sendiri, maupun secara bersamaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Agar setiap pertanyaan memiliki ketepatan alatukur, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut memilikikonsistensi, perlu ditempuh melalui dua langkah, yaitupertama personel judgement dan analisis statistik.

Personel Judgement. Metode ini dilakukansebelum kuesioner disebarkan kepada respondensesungguhnya. Cara ini dilakukan antara lain dengan:mendiskusikan redaksional instrument penelitiandengan para kolega peneliti baik yang berlatarbelakang akuntansi maupun psikologi. Cara inidilakukan agar kalimat dalam kuesioner bisa danmudah dipahami. Melakukan revisi hasil seminarusulan penelitian, terdapat beberapa kalimat danjawaban yang akhimya dianggap sulit untuk dipahami,kemudian mendiskusikan dengan para ahli sertabeberapa praktisi yang menjadi kontakperson dalammenyebaran kuesioner. Cara ini dilakukan agarmaksud dari kuesioner mudah dipahami olehresponden. Dari kuesioner yang sudah diperbaiki,dilakukan uji coba kepada populasi sasaran(responden pilot test) dalamjumlah yang relatifkecilyang dianggap mewakili karakteristik populasi sasaranyang sebenarnya, dalam hal ini ditentukan sebesar10 responden pilot test. Berdasarkan pada tiga carapengujian kuesioner yang sudah disebutkan,diharapkan adanya pertanyaan yang lebih rinci danmudah dipahami oleh responden.

Analisis Statistik. Analisis statistik digunakanuntuk pengujian kesungguhan responden menjawabpertanyaan merupakan hal yang penting dalampenelitian ini. Untuk tujuan tersebut, pengujian dataselanjutnya dlakukan dengan Uji Validitas dan

PASARIBU 192

Reliabilitas. Analisis uji validitas atau kesahihanmenggunakankorelasi person, sedangkan kehandalan(reliability) adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapatdiandalkan. Analisis uji kehandalan dilakukan denganmenggunakan analisis Cronbach Alpha.

Hasil uji validitas dari keseluruhan data yangdiperoleh dari responden menunjukkan lebih banyakitem yang signifikan dibanding dengan item yang tidaksignifikan. Berarti semua variabel adalah valid. Hasiluji Cronbach Alpha terhadap semua item yang validpada variabel komitemen peimpinan puncak, persepsimanajer divisi, penerapan pilar dasar TQM,keefektifan pengendalian biaya mutu, dan kinerjamanajerial menunjukkan bahwa nilai Cronbach'sAlpha berada diatas 0,600, berarti intrumen darimasing-masing variabel komitemen pimpinan puncak,persepsi manajer divisi, penerapan pilar dasar TQM,keefektifan pengendalian biaya mutu dan kinerjamanajerial dapat diandalkan (reliable).

Pengaruh Komitmen Pimpinan Puncak,Persepsi Manajer Divisi, dan Penerapan PilarDasar TQM terhadap Keefektifan PendendalianBiaya Mutu. Sesuai hipotesis yang diajukan dalampenelitian ini, maka berdasarkan data yang terkumpuldari populasi survei, berjumlah 28 BUMN manufakturdi Indonesia, akan dilakukan pengujian hipotesis.Berhubung data penelitian diperoleh dari populasisurvei, maka tidak dilakukan uji signifikansi, baik ujiF untuk pengaruh secara simultan, dan uji t untukpengaruh secara parsial. Kesimpulan diambillangsungdari koefisien jalur masing-masing eksogen sertakoefisien determinasi, baik secara simultan dansecara parsial terhadap variabel endogen.

dalam hal ini: Xl: komitmen pimpinan puncak, X2:

persepsi manajer divisi, X]: penerapan pilar dasar TQM,Y: keefektifan pengendalian biaya mutu, dan £: variabellain yang memengaruhi Y, yang tidak diukur.

Gambar 1. Hasil Analisis Jalur Pengaruh KomitmenPimpinan Puncak, Persepsi Manajer Divisi, dan

Penerapan Pilar Dasar Total Quality Managementterhadap Keefektifan Pengendalian Biaya Mutu

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 5: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

193 Akuntabilitas Vol. 7, 2008

0,Q35

(Xl) dengan persepsi manajer divisi mengenai TQM(X) ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar0,022, hubungan antara komitmen pimpinan puncak(Xl) dengan penerapan pilar dasar TQM (X )ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,035,dan hubungan antara persepsi manajer divisi mengenaiTQM (X) dengan penerapan pilar dasar TQM (X3)

ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,00 1O.Hubungan tersebut ditunjukkan pada gambar 2

sebagai berikut:

Berdasarkan rerangka pemikiran yang meng-gambarkan hubungan antar variabel yang tertera padagambar 1 dan hasil penelitian terhadap responden,maka dilakukan tahap perhitungan secara statistik dananalisis hubungan antar variabel eksogen danpengaruh antar variabel eksogen terhadap variabelendogen dalam rangka menguji hipotesis danmenjawab pertanyaan penelitian. Pad a gambar 1menunjukkan hasil analisis jalur pengaruh komitmenpimpinan puncak, persepsi manajer divisi, danpenerapan pilar dasar TQM terhadap keefektifanpengendalian biaya mutu dan implikasinya terhadapkinerja manajerial untuk 28 BUMN manufaktur diIndonesia, yang menggunakan paket programStatistika dan SPSS 13.0.

Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagaiberikut:

Hubungan antara komitmen pimpinanpuncak, persepsi manajer divisi mengenaiTQM, dan Penerapan pilar dasar TQM. Hasilpengujian hipotesis pertama terlihat pada tabel 2. Gambar2. Struktur 1(Hubungan Korelasional antaraBerdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil pengujian VariabelX1 dengan~,Xl denganX3,danhubunganhipotesis hubungan antara komitmen pimpinan puncak antara X2 dengan~)

Tabel2. Correlaton Matrix-antar Variabel Independen

VariabelXlX2

X3

10.0221342070.035394224

X20.022134207

1

0.010166404

X30.03539420,0101664

1

Pyx

0.421520.557140.49886

sisa

Sumber: HasH pengolahan data

Menurut Sevila et al. 1997 menyebutkan kriteriakorelasi terdapat lima kategori sebagai berikut:

IdentificationBetween :t 0.80 to :t 1.00 : hight correlationBetween :t 0.60 to:t 0,79 :Moderately hight correlationBetween:t 0.40 to :t 0,59 :Moderately correlationBetween :t 0.20 to :t 0,39 : Low correlationBetween:t 0.01 to:t 0,19: Negligible correlation

Berdasarkan kriteria korelasi tersebut masing-masing ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasiyang masuk dalam kategori sangat rendah(negligible correlation). Dengan demikiankomitmen pimpinan puncak memiliki hubungan tidaksignifikan dengan persepsi manajer divisi, komitmenpimpinan puncak memiliki hubungan tidak signifikandengan penerapan pilar dasar TQM, dan persepsimanajer divisi memiliki hubungan tidak signifikandengan penerapan pilar dasar TQM.

Pengaruh komitmen pimpinan puncak, persepsimanajer divisi, penerapan pilar dasar TQM secarasimultan dan parsial terhadap keefektifan pengendalianbiaya mutu. Hipotesis penelitian ini berbunyi: terdapatpengaruh komitmen pimpinan puncak (Xl)' persepsi

manajer divisi (X), penerapan pilar dasar TQM (X3)

secara simultan dan parsial terhadap keefektifanpengendalian biaya mutu (Y).

Hipotesis secara simultan yang diuji adalah:H: R2 <0oHA: R2 > 0

Hipotesis secara parsial yang diuji adalah:Hoi: PyXi < 0HAl: Pyxi > 0

Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel3 berikut ini:Tabel3. Hasil Analisis Koefisien Jalur Pengaruh

Variabel Eksogen (Xi) terhadap Variabel Endogen (Y)

Koefisien Koef. Koef.Jalur (Pyxi) jalur deterVariabel Pyxi R2 I_R2 Pye

Pyxl 0.422 0.7681 0.23219 0.48156

Pyx2 0.557Pyx3 0.499

Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel 3dapat dijelaskan, bahwa pengaruh secara simultank~mitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisi,

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 6: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

Akuntabilitas PASARIBU 194

Gambar 3. Struktur 2: Pengaruh Komitmen PimpinanPuncak, Persepsi Manajer Divisi,Penerapan Pilar

Dasar Total Quality Management terhadapKeefektifan Pengendalian BiayaMutu

kornitmen pimpinan puncak (XI) terhadap keefektifanpengenalian biaya mutu (Y) sebesar 0,422, persepsimanajer divisi (X2)terhadap keefektifan pengenalianbiaya mutu (Y) sebesar 0,557, dan penerapan pilardasar TQM (X3) terhadap keefektifan pengenalianbiaya mutu (Y) sebesar 0,499. Berarti hipotesis HAlditerima. Dengan demikian komitmen pimpinanpuncak (XI)' persepsi manajer divisi (X2), danpenerapan pilar dasar TQM (X

3) secara parsial

berpengaruh positip terhadap keefektifanpengendalian biaya mutu (Y). Berdasarkan nilaikoefisien jalur tersebut, diagram jalur dapat disajikanpada gambar 3 berikut ini:

penerapan pilar dasar TQM terhadap keefektifanpengendalian biayamutu (R2)adalah sebesarO,7681.Dengan dernikian hipotesis HA yang menyatakankornitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisi,dan penerapan pilar dasar TQM secara simultanberpengaruh terhadap keefektifan pengendalian biayamutu dapat diterima. Berarti secara simultankornitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisi,penerapan pilar dasar TQM berpengaruh terhadapkeefektifan pengendalian biaya mutu. Dari beberapahasil penelitian sebelumnya penelitian ini mendukungpenelitian yang dilakukan oleh Tersziovski (1999) danNoronha (2003). Melihat fenomena kinerja BUMNmanufaktur yang telah dikemukakan pada tabel 1sebelumnya, bahwa selama tiga tahun terakhir daritahun 2001 sampai 2003 temyata kinerja keuanganBUMN Manufaktur masih lebih rendah biladibandingkan kenerja keuangan badan usaha swastapublik. Selanjutnya penelitian ini sebelumnya mendugarendahnya kinerja BUMN manufaktur disebabkankegagalan BUMN menerapkan TQM. Temyatadugaan tersebut bertentangan dengan hasil temuandalam penelitian ini. Namun demikian melihatketerbatasan variabel penelitian yang diamati, tidaktertutup kemungkinan faktor lain yang tidak ditelimemengaruhi rendahnya keefektifan pengendalianbiaya mutu pada BUMN manufaktur, diantaranyahubungan perusahaan dengan pemasok (Rudi Suardi2001), budaya organisasi (Plowman 1990), dan etika Berdasarkan pengaruh langsung, tidak langsungbisnis (Agus Priyanto 2001). Tabel 3 menunjukkan dan pengaruh total variabel eksogen ditunjukkan padakoefisien koefisien jalur secara parsial pengaruh tabel4 berikut ini:

Tabel4. Hasil Analisis Koefisien Jalur Berdasarkan Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung sertaKoefisienDeterminasi Variabel Eksogen (X) terhadap Endogen (Y)

terhadap keefektifan pengendalian biaya mutu,masing-masing adalah 19,07%, 31,82%, dan 25,92%.Hal ini bermakna bahwa keefektifan pengendalianbiaya mutu hanya mapu ,menjelaskan 19,07%

PengaruhLangsung Tidak Langsung17,81%

Variabel Uraian

Xl ke Y = (0,422)z x 100%melalui X2 ke Y= (0,422x 0,022 x 0,557) 100%melalui X3 keY= (0,422x 0,035 x 0,499) 100%

X2 Ke Y (0,557)2 x 100%melalui Xl ke Y= (0,557 x 0,022 x 0,422)100%melalui X3 ke Y= (0,557 x 0,010 x 0,499)100%

X3 ke Y (0,499)2 x 100%melalui XI ke Y= (0,499 x 0,035 x 0,422)100%melalui X2 ke Y= (0,499 x 0,010 x 0,557)100%Sub TotalKoefisien determinasi: R2y (Xl, X2, X3 )

Pengaruh variabellain Y (1::1)Total

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Besamya pengaruh total secara parsial yangterdapat pada tabel4 dapat diketahui bahwa pengaruhkornitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisimengenai TQM, dar penerapan pilar dasar TQM

31,02%

24,90%

73,73%

0,52%0,74%

0,52%0,28%

0,74%0,28%3,08%

Total

19,07%

31,82%

25,92%

76,81%23,19%100,00 %

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 7: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

195 Akuntabilitas

komitmen pimpinan puncak, 31,82% persepsi manajerdivisi mengenai TQM, dan 25,92% penerapan pilardasar TQM. Hal ini menunjukkan pengaruh totalpersepsi manajer divisi terhadap keefektifanpengendalian biaya mutu, mempunyai pengaruh yangpaling besar. Demikian juga pengaruh langsungterbesar adalah persepsi manajer divisi sebesar31,02%, sedangkan pengaruh tidak langsung terbesaradalah komitmen pimpinan puncak sebesar 52% +0,74% = 1,26%. Interpretasi penelitian ini adalahuntuk mingkatkan keefektifan pengendalian biayamutu, pimpinan BUMN manufaktur secaraberkelanjutan harus memperhatikan peningkatanpemahaman manajer divisi mengenai TQM baikmelalui pelatihan dan pendidikan, sehingga dapatmeningkatkan persepsi manajer divisi mengenai TQMkearah lebih baik. Komitmen pimpinan puncaksemakin baik dalam kepemimpinan mutu, makakeefektifan pengendalian biaya mutu yang semikinmeningkat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian diperolehsimpulan sebagai berikut:

Hubungan antara komitmen pimpinan puncak,persepsi manajer divisi mengenai TQM, danpenerapan pilar dasar TQM masih sangat rendah.Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antarakomitmen pimpinan puncak, persepsi manajer divisimengenai TQM dan penerapan pilar dasar TQMpada BUMN manufaktur di Indonesia.

Secara simultan dan parsial komitmen pimpinanpuncak, persepsi manajer divisi mengenai TQM, danpenerapan pilar dasar TQM berpengaruh terhadapkeefektifan pengendalian biaya mutu. Hal inimenunjukkan bahwa keefektifan pengendalian biayamutu semakin baik apabila komitmen pimpinanpuncak, persepsi manajer divisi mengenai TQM, danpenerapan pilar dasar TQM semakin ditingkatkan.Secara parsial pengaruh lang sung dominan adalahpersepsi manajer divisi mengenai TQM dan pengaruhtidak lansung dominan adalah komitmen pimpinanpuncak terhadap keefektifan pengendalian biayamutu. Berarti semakin baik komitmen pimpinanpuncak mengenai TQM, maka persepsi manajer divisimengenai TQM menggunakan pengetahunsebelumnya mengenai TQM semakin baik.

Untuk meningkatkan perbaikan mutu secaraberkelanjutan diperlukan hubun"gankomunikasi yangbaik antara atasan dengan bawahan, demikian juga .sesama manajer. Komunikasi yang baik dikembang-kan melalui pendekatan budaya organisasi kearahyang lebih kondusif, sehingga faktor-faktor

Vol. 7, 2008

penghambat perubahan seperti lemahnya hubungankerjasama manajemen pada tingkat fungsional, yaitukomunikasi yang buruk di antara fungsi organisasi,serta sikap pimpinan puncak yang memperlakukanstafnya seolah-olah tidak mampu berpikir bisa diatasi.

Secara simultan komitmen pimpinan puncak,persepsi manajer divisi, dan penerapan pilar dasarTQM berpengaruh terhadap keefektifan pengendalianbiaya mutu. Mengingat keterbatasan dalam penelitianini, yaitu hanya meneliti komitmen pimpinan puncak,persepsi manajer divisi, dan penerapan pilar dasarTQM terhadap keefektifan pengendalian biaya mutusaja, maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebihmengembangkan penelitian ini dengan menelitipengaruh faktor lain seperti, faktor hubunganperusahaan dengan pemasok (Rudi Suardi 1990),budaya organisasi (plowman 1990), etika bisnis (AgusPriyanto 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Agus Priyanto. 2001. Organization for EconomicCooperation and Development (OECD), [email protected].

Ani Kenangsari. Desember 2002. Dimensi Biaya KualitasSebagai Faktor Yang Memengaruhi PenignkatanProduktivitas, Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol(1): 12-28.

Aranya N. & K. R. Ferris. 1984. Reecxamination ofAccountant Organizational Professional Conflict, TheAccounting Review. Vol 59 (1): 1-12.

Bottorf, Dean L. 1997. COQ System: The Right Shuff,Journal of Quality Progress, Maret.

Gaspersz, Vincent. 2002. Manajemen Bisnis Total, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Hansen, Don R & Maryanne M. Mowen. 2005.Management Accounting, 7th edition, Singapore:South Western of Thomson Learning.

Juran, J.M., 1989. Juran on Leadership for Quality, NewYork: The Free Press.

Khim Ting Sim & Larry N. Killough. 1998. The PerformanceEffect of Complementary Between ManufacturingPractice and Management Accounting Systems,Journal Of Management Accounting Research, Vol.10:325-345.

Matlin, M. W. 1994. Cognition, 3th Edition., New York: Ted'Buchhold: 26-45

Mears, Peter. Juni 1993. "How to Stop Talking About andBegin Progress Towards Total Quality Management".Business Horizon.

Noronha, Carlos. 2003. National Culture and Total QualityManagement: Empirical Assessment of a TheoreticalModel, The TQMMagazine, Volume 15, Nopember:351-355.

Plowman, B. 1990. Management Behavior, TQM Magazine,Vol..2(4): 217-219.

http://www.univpancasila.ac.id 8/13

Page 8: Penerapan Total Quality Management Pada BUMN Manufaktur Di Indonesia

-c --------------------------

Akuntabilitas

Powal T., C. 1995. TQM and Competitive Advantage: ARevew and Empirical Study, Strategic ManagementJournal, Vol. 16: 15-37.

Pradiansyah A. September 1998. Corporate Restructuring:Mempertimbangkan Faktor Manusia, Usahawan, Vol.27 (9): 15-18

Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2007.Organizational Bihavior,12'J., New Jersey: PearsonEducational Inc.

Rudi Suardi. 2001. Sistem Manajemen Mutu: ISO9000:2000, Penerapannya Untuk Mencapai TQM,Seri Manajemen Operasi NO.1O. Jakarta: Penerbit PPM.

Sekaran. 2004. Research Method of Business, New York:John Wiley & Son, Inc.

PASARIBU 196

Sevila, et al. 1997. Revised Edition, Research Methods,Rex Printing Company, Manila.

Shea, John, &David Gobeli. 1995. 'TQM: The ExperiencesofTen Small Business", Business Horizons, (Januari-Pebruari).

Tan & Hunter. 2002. The Repertory Girl Technique: AMethod for Study of Cognition in Information System,MIS Quarterly, Vol. 20 (1)

Terziovski Mile & Samson Danny. 1999. The RelationshipBetween Total Quality Management Practices andOperational Performance. Journal of OperationManagement, Vol, 17: 393-409.

http://www.univpancasila.ac.id 8/13