Penerapan Prinsip 2 Bljr Dan Pemb.
-
Upload
yuli-andayani -
Category
Documents
-
view
108 -
download
0
Transcript of Penerapan Prinsip 2 Bljr Dan Pemb.
Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya
peningkatan potensi siswa secara komprehensif, maka pembelajaran harus dikembangkan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk
belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat dijadikan kerangka dasar
bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran, yaitu :
1. Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil
penelitian mengatakan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar. Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses
pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek
yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai
berikut :
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan
emosional, akan tetapi individu juga memerlukan dorongan untuk mencapai sesuatu yang
lebih dari yang ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha.
c. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi
belajar.
e. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi dan
perilaku.
f. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang
ingin belajar.
g. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
h. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
i. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
2. Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan
hasil belajar dalam situasi baru”.Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya
akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang
dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru . Berkenaan
dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk
mengingat atau menugaskan sesuatu latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu
terjadi.
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan bahan-bahan nyata, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan
hasil yang memuaskan.
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang
dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang
agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi,
yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
3. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki
anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya
memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu. Penerapan prinsip
keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran adalah:
a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam
prose pembelajarannya. Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan
atau inkuiri dan eksperimen.
c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari
kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Penerapan prinsip keterlibatan
langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai
percobaan atau eksperimen.
c. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau
eksperimen.
d. Memberikan tugas-tugas praktik. Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini
adalah: (1) siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan
aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.
5. Prinsip Pengulangan
Prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori Psikologi Asosiasi atau
Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike dengan salah satu hukum belajarnya
“Low of exercise” yang mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan
stimulus dan respons. Pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman akan memperbesar
peluang timbulnya respons benar. Seperti kata pepatah “latihan menjadikan
sempuma.”.Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari
Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. jika pada
Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka
pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh
stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi,
misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti
ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku Mengajar
adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu
kebiasaan dan pembiasaan. Penerapan prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b. Merancang kegiatan pengulangan.
c. Mengembangkan soal-soal latihan.
d. Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
6. Prinsip Tantangan
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field Theory),
mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan saat mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan
itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru
dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar timbul motif yang kuat maka harus diciptakan
tantangan. Hal ini akan membuat siswa bergairah untuk menyelesaikan tantangan. Beberapa
bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan
tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
a. Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
b. Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
c. Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
d. Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
e. Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
f. Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.
7. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori
belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu
hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar ini, siswa akan
belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil
belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak
hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh
penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat
memperkuat belajar. Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon
terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas
tingkah laku pada waktu yang lain.
Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:
1) Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang
diucapkan.
2) Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi
arti/kesan baik kepada peserta didik.
3) Penguatan dengan cara mendekati.
4) Penguatan dengan cara sentuhan.
5) Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan.
6) Penguatan berupa tanda atau benda.
Penerapan prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain;
a. memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu maupun bentuknya.
b. memberikan kepada siswa jawaban yang benar.
c. mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa.
d. memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komentar-
komentar tertentu.
e. memberikan lembar jawaban atau kerja siswa.
f. mengumumkan atau menginformasikan peringkat secara terbuka.
g. memberikan penghargaan.
8. Prinsip Perbedaan Individual
Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau
modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran,
yaitu:
a. Orang-orang yang visual, yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika
berbicara di telepon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada
mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka
mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara
daripada menulis.
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak
atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk
duduk dan diam.
Penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
a. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhkan.
b. Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
c. Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras
dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta
didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau
yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
d. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta
pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang
lain.
e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para
siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga
mereka memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
f. Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki
dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
Sedangkan Filbeck mengelompokkan prinsip-prinsip pembelajaran serta
penerapannya menjadi 12 macam, yaitu :
a. Prinsip : Responden yang berakibat menyenangkan pembelajaran
Perlunya umpan balik positif dengan segera.
Keharusan pembelajar untuk membuat respon
Perlunya pemberian latihan (Exerice) dan tes
b. Prinsip : kondisi atau tanda. Untuk menciptakan prilaku tertentu.
Perlunya kejelasan mengenai standar kompetensi dasar
Penggunaan variasi metode atau media
c. Prinsip : pemberian akibat yang menyenangkan
Pemberian isi materi pokok yang berguna
Imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan pembelajar
Seringnya pemberian latihan dan tes
d. Prinsip : transfer pada situasi lain
Pemberian kegiatan belajar yang mirip dengan kondisi dunia nyata
Pemberian contoh-contoh riil/nyata
Penggunaan variasi dan metode dan media
e. Prinsip: Generalisasi dan pembedaan sebagai dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks.
Perlunya keseimbangan dalam memberikan contoh (baik-buruk, positif negatif, ganjil-
genap, konkrit-abstrak, dan sebagainya)
f. Prinsip: pengaruh status mental terhadap perhatian dan ketekunan.
Perlunya menarik/ memusatkan perhatian pembelajar
g. Prinsip: membagi kegiatan dalam langkah-langkah kecil
Penggunaaan buku teks terprogram
Pemenggalan kegiatan menjadi kecil-kecil , disertai latihan dan umpan balik,
h. Prinsip : Pemodelan bagi materi yang komplek
Penggunaan metode dan media yang dapat menggambarkan model (simplifikasi) dari
benda/kegiatan nyata.
i. Prinsip : keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan-keterampilan dasar.
Standart kompetensi maupun kompetensi dasar hendaknya dirumuskan seoprasional
mungkin dan diturunkan/dijabarkan melalui analisis instruksional.
j. Prinsip: pemberian informasi tentang perkembangan kemampuan pembelajaran.
Urutan pembelajaran dimulai dari yang sederhana bertahap menuju ke yang makin
kompleks.
Kemajuan harus di informasikan.
k. Prinsip : variasi dalam kecepatan belajar.
Pentingnya penguasaan materi prasyarat.
Kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing.
l. Prinsip : Persiapan/ kesiapan
Pemberian kebebasan kepada pembelajar untuk memilih waktu, cara dan sumber
belajar lain.
Read more: http://kafeilmu.com/2011/08/pengertian-prinsip-
pembelajaran.html#ixzz1ro5og2jf
[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi (SMA), Pedoman
Pembelajaran tuntas, (Jakarta: 2003).5
[2] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta; Bumi Aksara, 1995). 57