Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Phbs Di Tatanan Rumah Tangga Dan Kejadian Infeksi Saluran...

1
25 PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN RUMAH TANGGA DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA Reni Zulfitri 1 , Agrina 2 Dosen Jiwa dan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau 1,2 Email: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan perilaku hidup bersih dan sehat ((PHBS) tatanan rumah tangga terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Lokasi penelitian di kelurahan Rejosari Pekanbaru. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 ibu – ibu yang mempunyai balita yang memenuhi kriteria inklusi, dengan teknik pengambilan sampel proportional cluster sampling. Analisa data pada penelitian ini bersifat univariat dan bivariat (uji Chi Square) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga terhadap kejadian ISPA pada balita (p value = 0,046) Dengan demikian penting sekali perawat Puskesmas dalam meningkatkan berbagai kegiatan di masyarakat untuk memotivasi masyarakat dalam menerapkan PHBS di tatanan rumah tangga dengan baik. Kata kunci: Perilaku hidup bersih, sehat, rumah tangga, ISPA, balita. Abstract The research objective was to determine the effect of the application of healthy and clean behavior in households on the incidence of acute respiratory infections (ARI) in infants. Research took place in Rejosari Pekanbaru. The design used was descriptive with cross sectional correlation. Total sample of 97 mothers who have children who met the inclusion criteria were involved with a proportional sampling cluster technique. The data analysis in this study were univariate and bivariate (Chi Square test). The results showed that the presence of a significant effect between application behavior and healthy household arrangement on the incidence of respiratory infection in infants (p value = 0.046). Thus, it is important for public health cen ter nurses to improve activities in the community to motivate people in order to implement PHBS at home. Keywords: The clean life behavior, healthy, households, acute respiratory infections, children PENDAHULUAN Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Balita adalah anak yang berusia dari 0-59 bulan (Depkes, 2006). Masa balita merupakan masa yang sangat rentan terkena penyakit dibanding masa anak maupun dewasa yang pertumbuhan dan perkembangannya sudah lengkap. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh pada balita masih belum kuat (Sastroasmoro, 2007). Salah satu penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada anak-anak yaitu penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan kematian (Widoyono, 2008). Komplikasi lanjut penyakit ISPA seperti pneumonia dapat menyebabkan kematian. Kematian akibat penyakit ISPA mencapai 14 juta pada anak golongan umur 0-4 tahun, setiap tahun di seluruh dunia. Kematian akibat ISPA ini mayoritas terjadi pada bayi (dua pertiganya), yaitu golongan 0-1 tahun, sebanyak 90% kematian ini terjadi di negara berkembang, berarti setiap 8 detik terjadi satu kematian karena penyakit ISPA (Putro, 2008). Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan angka kejadian ISPA yang cukup tinggi dan menjadi pembunuh utama kematian pada bayi dan balita (WHO, 2003, dalam Putro, 2008). Hal tersebut merujuk pada hasil Konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia pada bulan Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal setiap tahun karena ISPA. Kematian akibat pneumonia pada akhir tahun 2000, mencapai lima kasus di antara 1000 bayi dan balita. Ini berarti, ISPA mengakibatkan 150 ribu bayi dan balita meninggal setiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit (Silalahi, 2004, dalam Putro, 2008). Kondisi ini juga terjadi di Provinsi Riau. Berdasarkan rekapitulasi laporan bulanan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, didapatkan data balita penderita ISPA dari bulan Januari-September 2010

description

ispa

Transcript of Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Phbs Di Tatanan Rumah Tangga Dan Kejadian Infeksi Saluran...

Page 1: Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Phbs Di Tatanan Rumah Tangga Dan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Ispa Pada Balita

25

Jurnal Ners Indonesia, Vol.3, No.1, September 2012PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANANRUMAH TANGGA DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

(ISPA) PADA BALITA

Reni Zulfitri1, Agrina2

Dosen Jiwa dan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1,2

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan perilaku hidup bersih dan sehat ((PHBS) tatanan rumah tanggaterhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Lokasi penelitian di kelurahan Rejosari Pekanbaru. Desainyang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 ibu – ibu yang mempunyaibalita yang memenuhi kriteria inklusi, dengan teknik pengambilan sampel proportional cluster sampling. Analisa data padapenelitian ini bersifat univariat dan bivariat (uji Chi Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yangsignifikan antara penerapan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga terhadap kejadian ISPA pada balita (p value =0,046) Dengan demikian penting sekali perawat Puskesmas dalam meningkatkan berbagai kegiatan di masyarakat untuk memotivasimasyarakat dalam menerapkan PHBS di tatanan rumah tangga dengan baik.

Kata kunci: Perilaku hidup bersih, sehat, rumah tangga, ISPA, balita.

Abstract

The research objective was to determine the effect of the application of healthy and clean behavior in households on theincidence of acute respiratory infections (ARI) in infants. Research took place in Rejosari Pekanbaru. The design used wasdescriptive with cross sectional correlation. Total sample of 97 mothers who have children who met the inclusion criteria wereinvolved with a proportional sampling cluster technique. The data analysis in this study were univariate and bivariate (ChiSquare test). The results showed that the presence of a significant effect between application behavior and healthy householdarrangement on the incidence of respiratory infection in infants (p value = 0.046). Thus, it is important for public health centernurses to improve activities in the community to motivate people in order to implement PHBS at home.

Keywords: The clean life behavior, healthy, households, acute respiratory infections, children

PENDAHULUANMasa perkembangan tercepat dalam kehidupan

anak terjadi pada masa balita. Balita adalah anakyang berusia dari 0-59 bulan (Depkes, 2006). Masabalita merupakan masa yang sangat rentan terkenapenyakit dibanding masa anak maupun dewasa yangpertumbuhan dan perkembangannya sudah lengkap.Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh padabalita masih belum kuat (Sastroasmoro, 2007). Salahsatu penyakit infeksi yang paling sering terjadi padaanak-anak yaitu penyakit Infeksi Saluran PernapasanAkut (ISPA).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)merupakan salah satu penyakit utama penyebabkematian bayi dan sering menempati urutan pertamaangka kesakitan balita. Penanganan dini terhadappenyakit ISPA terbukti dapat menurunkan kematian(Widoyono, 2008). Komplikasi lanjut penyakit ISPAseperti pneumonia dapat menyebabkan kematian.Kematian akibat penyakit ISPA mencapai 14 jutapada anak golongan umur 0-4 tahun, setiap tahun diseluruh dunia. Kematian akibat ISPA ini mayoritasterjadi pada bayi (dua pertiganya), yaitu golongan

0-1 tahun, sebanyak 90% kematian ini terjadi dinegara berkembang, berarti setiap 8 detik terjadi satukematian karena penyakit ISPA (Putro, 2008).

Indonesia merupakan salah satu dari negaraberkembang dengan angka kejadian ISPA yangcukup tinggi dan menjadi pembunuh utama kematianpada bayi dan balita (WHO, 2003, dalam Putro,2008). Hal tersebut merujuk pada hasil KonferensiInternasional mengenai ISPA di Canberra, Australiapada bulan Juli 1997, yang menemukan empat jutabayi dan balita di negara-negara berkembangmeninggal setiap tahun karena ISPA. Kematianakibat pneumonia pada akhir tahun 2000, mencapailima kasus di antara 1000 bayi dan balita. Ini berarti,ISPA mengakibatkan 150 ribu bayi dan balitameninggal setiap tahunnya, atau 12.500 korban perbulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam,atau seorang bayi tiap lima menit (Silalahi, 2004,dalam Putro, 2008).

Kondisi ini juga terjadi di Provinsi Riau.Berdasarkan rekapitulasi laporan bulanan DinasKesehatan Provinsi Riau, didapatkan data balitapenderita ISPA dari bulan Januari-September 2010