INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) · • ISPA merupakan penyebab kematian terbesar baik pada...
Transcript of INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) · • ISPA merupakan penyebab kematian terbesar baik pada...
-
ASKEP KLIENINFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA)
18/10/2015Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi
Jember ; Oleh; Moh. Wildan 1
-
SISTEM RESPIRASI
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
2
-
ANATOMI TENGGOROKAN
(THROAT ANATOMY)
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
3
-
DEFINISI
• Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat.
• ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
• ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
4
-
Types of Respiratory Infections
• Influenzae (Flu)
• Pharyngitis
• Otitis Externa
• Otitis Media
• Sinusitis
• Laryngitis
• Bronchitis
• Bronchiliolitis
• Pneumonia (infection in alveoli)
Laryngotracheobronchitis (croup disease)18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi
Jember ; Oleh; Moh. Wildan5
-
EPIDEMIOLOGI
• ISPA merupakan penyebab kematian terbesarbaik pada bayi maupun pada anak balitasurvei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 22,30% dari seluruhkematian bayi.
• Survei yang sama juga menunjukkan bahwapneumonia merupakan penyebab kematianterbesar pada anak balita yaitu sebesar 23,60%.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
6
-
EPIDEMIOLOGI
• Studi mortalitas pada Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematianpada bayi (post neonatal) karenapneumonia sebesar 23,8% dan pada anakbalita sebesar 15,5%.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
7
-
EPIDEMIOLOGI
• Program Pengendalian Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golonganyaitu Pneumonia dan bukan Pneumonia.
• Pneumonia dibagi atas derajat beratnyapenyakit yaitu Pneumonia berat danPneumonia tidak berat.
• Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalannapas bagian atas lainnya digolongkansebagai bukan Pneumonia. 18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan 8
-
EPIDEMIOLOGI
• Etiologi dari sebagian besar penyakit jalannapas bagian atas ini ialah virus dan tidakdibutuhkan terapi antibiotik.
• Pneumonia = ISPA, sehingga angkapenemuan kasus pneumonia menggambarkan penatalaksanaan kasusISPA.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
9
-
EPIDEMIOLOGI
• Empat belas dari 33 provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional.
• Kasus pneumonia pada umumnya terdeteksi berdasarkan diagnosis gejala penyakit, kecuali di Sumatera Selatan dan Papua.
• Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga menunjukkan prevalensi pneumonia tinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur,Nanggroe Aceh Darussalam, Papua Barat, Gorontalo, dan Papua.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
10
-
EPIDEMIOLOGI
• Rata rata cakupan penemuan pneumonia pada balitatahun 2010 sebesar 23%, yang berarti masih jauh daritarget tahun 2010 yang sebesar 60%. Provinsi dengancakupan tertinggi adalah NTB (64,49%), Kalimantan Selatan (49,60%) dan Jawa Barat (48,65%
• Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan gejala penyakit, kecuali di Sumatera Selatan lebih banyak didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
• Prevalensi pneumonia tahun 2007 di Indonesia adalah 2,1% (rentang: 0,8% - 5,6%).
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
11
-
EPIDEMIOLOGI
• Cakupan penemuan penderita pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005 hingga2010. Hambatan yang ditemui dalammeningkatkan cakupan penemuanPneumonia balita di puskesmas yaitu:
a. Sebagian besar pengelola program danpetugas ISPA di poliklinik belum terlatihkarena keterbatasan dana dan mutasipetugas yang tinggi. 18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi
Jember ; Oleh; Moh. Wildan12
-
EPIDEMIOLOGI
• Manajemen data:Under reported karena kerancuan antaradiagnosa kerja dan klasifikasi
• ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan Pneumonia/ISPA biasa),
• sehingga banyak kasus pneumonia dimasukkan ke dalam ISPA biasa. Keterlambatan pelaporan secaraberjenjang
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
13
-
EPIDEMIOLOGI
• c. Pengendalian pneumonia balita masihberbasis Puskesmas. Data kasuspneumonia belum mencakup RS pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana kesehatan lain.
• d. Di beberapa Kabupaten dan Provinsimasih terjadi kesalahan perhitungan target cakupan.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
14
-
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun.
• Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur.
• Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
15
-
EPIDEMIOLOGI
• Karakteristik responden pneumonia serupa dengan karakteristik responden ISPA, kecuali pada kelompok umur ≥55 tahun (>3%) pneumonia lebih tinggi.
• Pneumonia klinis terdeteksi relatif lebih tinggi pada laki-laki dan satu setengah kali lebih banyak di perdesaan dibandingkan di perkotaan.
• Pneumonia cenderung lebih tinggi pada kelompok yang memiliki pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah. 18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi
Jember ; Oleh; Moh. Wildan16
-
Gejala & Tanda Umum• Demam
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Hidung buntu, pilek
• Batuk
• Nafas cepat & dalam
• Suhu tubuh meningkat
• Retraksi intercostal
• Gambaran paru abnormal
• Pemeriksaan darah abnormal
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
17
-
Patogenesis• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,
udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
• ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadipada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurangdan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidakhygienis.
• Risiko terutama terjadi pada anak-anak karenameningkatnya
• kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnyaterlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dancacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannyapemakaian antibiotik
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
18
-
KLASIFIKASI ISPA
• Di atas 5 th :
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing)..
• • Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
19
-
KLASIFIKASI ISPA
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
•• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
•• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
•• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
20
-
PNEUMONIA
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
21
-
PARU-PARU
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
22
-
DEFINISI PNEUMONIA
• Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru
• Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh faktor lain
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
23
-
PNEUMONIA
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
24
-
Klasifikasi berdasarkan TempatTerjadinya
• Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia), bila infeksinya terjadi di masyarakat
• Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia).
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
25
-
Patofisiologi
Mekanisme pertahananterganggu
Terbentuk sekretvirulen
Sekret berlebih turunke alveoli
Kuman masuk kesaluran napas atas
Inflamasi
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
26
-
Gejala Infeksi Umum
• Demam
• Sakit kepala
• Gelisah
• Malaise
• Penurunan napsu makan
• Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
27
-
Gejala Gangguan Respiratori
• Batuk
• Sesak napas
• Retraksi dada
• Takipnea
• Napas cuping hidung
• Air hunger
• Merintih
• Sianosis18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi
Jember ; Oleh; Moh. Wildan28
-
Pneumonia Pada Neonatus danBayi Kecil
• Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan
• Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
29
-
Pneumonia Pada Neonatus danBayi Kecil
Serangan apnea Sianosis Merintih Napas cuping hidung Takipnea Letargi, muntah Tidak mau minum Takikardi atau bradikardi Retraksi subkosta Demam
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
30
-
Pneumonia Pada Neonatus danBayi Kecil
• Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%
• Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
31
-
Diagnosis
Predikator paling kuat pneumonia adalahdemam, sianosis, dan lebih dari satugejala respiratori sebagai berikut : o Takipneao Batuko Napas cuping hidungo Retraksio Ronkio Suara napas melemah
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
32
-
Klasifikasi Takipnea
Usia Frekuensi
< 2 bulan ≥ 60 x/mnt
2 – 12 bulan ≥ 50 x/mnt
1 – 5 tahun ≥ 40 x/mnt
5-12 tahun ≥ 30 x/mnt
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
33
-
Pedoman Diagnosis dan Tata LaksanaUntuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi berusia dibawah 2 bulanPneumoniaoBila ada napas cepat atau sesak napasoHarus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumoniao Tidak ada napas cepat atau sesak napaso Tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
34
-
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
35
-
PENCEGAHAN
• Pemberantasan yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
36
-
Asuhan Keperawatan
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
37
-
Pengkajian
• B1 (Breath) :
• 1) Inspeksi:Membran mucosa hidung faring tampak kemerahanTonsil tanpak kemerahan dan edemaTampak batuk tidak produktifTidak ada jaringna parut pada leherTidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
38
-
• 2) PalpasiAdanya demamTeraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalisTidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
• 3) PerkusiSuara paru normal (resonance)
• 4) AuskultasiSuara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
39
-
• B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi
• B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman
• B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
• B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
• B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
40
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.b) Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada
membran mukosa faring dan tonsil.
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
d) Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.
e) Resiko tinggi penularan infeksi ( Khaidir:2008)
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.SoebandiJember ; Oleh; Moh. Wildan
41
-
No Diagnosa Keperawatan
TujuanKriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas).
1. Suhu tubuh kembali normal
1. Nadi : 60-100 denyut per menit
2. Tekanan darah : 120/80 mmHg
3. RR : 16-20 kali per menit
Observasi :
tanda-tanda vital
Mandiri :
1. Kompres pada kepala / aksila.
Atur sirkulasi udara kamar pasien
Health Education:
1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat
Anjurkan klien untuk minum banyak 2000-2500 ml/hari.
Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama masa febris penyakit
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
1. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara
2. Penyediaan udara bersih
1. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat
2. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
3.
4. Berbaring mengurangi metabolisme
Untuk mengontrol infeksi dan menurunkan panas
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
42
-
1. Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Nyeri berkurang skala 1-2
Observasi :
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya
Mandiri :
1) Anjurkan klien untuk menghindari alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak
2) Anjurkan untuk melakukan kumur air hanga
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan
1) Mengurangi bertambah beratnya penyakit
2) Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
43
-
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret
Bersihan jalan nafas efektif Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis
Mandiri :
Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Berikan cairan sedikitnay 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan air hangat daripada dingin .
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator, analgesic.
Takypnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru
Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan spasme jalan nafas atau obstruksi.
Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersiaan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertaankan jalan nafas paten. Penenkanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi dan mengluarkan secret
Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.
Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
44
-
3. Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia
Nutrisi kembali seimbang A:Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkarlenganBerat badan tidak turun (stabil)B: Biokimia:- Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)- Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl)C: Clinis:- Tidak tampak kurus- Rambut tebal dan hitam- Terdapat lipatan lemak subkutanD: Diet:- Makan habis satu porsi- Pola makan 3X/hari
Mandiri :
1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
Berikan porsi makan kecil tapi sering dalam keadaan hangat
Tingkatkan tirah baring
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
Berikan heath education pada ibu tentang Nutrisi : makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih yang banyak
Menjauhkan dari bayi lainMenjauhkan bayi dari keluarga
yang sakit
1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
2. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan
3. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik
4. Metode makan dan kebutuhan kalori di dasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal
5. Ibu dapat memberikan perawatan maksimal kepada anaknya. Makanan bergizi dan air putih yang banyak dapat membantu mengencerkan lendir dan dahak.
6. Tidak terjadi penularan penyakit
7. Tidak terjadi pemaparan ulang yang menyebabkan bayi tidak segera sembuh
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
45
-
4. Resiko tinggi penularan infeksi
Meminimalisir penularan infeksi lewat udara
Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA
Mandiri :
1.Batasi pengunjung sesuai indikasi
2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun atau asupan makanan berkurang
Kolaborasi :
Pemberian obat sesuai hasil kultur
1. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius
2. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhada infeksi
Dapat diberikan untuk organisme usus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
46
-
Terima....... Kasih......
18/10/2015 Blok Respirasi Stikes dr.Soebandi Jember ; Oleh; Moh. Wildan
47