kasus mortalitas

26
ANALISIS KEPENDUDUKAN PENURUNAN AKI DAN AKB MELALUI KB UNTUK MENCAPAI MDGs Disusun oleh : HANIFAH DYAH PUSPARINI 25010114120008 WILUJENG GINANJARWATI 25010114120033 ANIS FAIZAH 25010114120036 NANDA LISTYA SUKMAWATI 25010114120046 ZALFFARONNA JIHANTAMA 25010114120053 KELAS A 2014 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

description

kasus mortalitas

Transcript of kasus mortalitas

Page 1: kasus mortalitas

ANALISIS KEPENDUDUKAN

PENURUNAN AKI DAN AKB MELALUI KB UNTUK

MENCAPAI MDGs

Disusun oleh :

HANIFAH DYAH PUSPARINI 25010114120008

WILUJENG GINANJARWATI 25010114120033

ANIS FAIZAH 25010114120036

NANDA LISTYA SUKMAWATI 25010114120046

ZALFFARONNA JIHANTAMA 25010114120053

KELAS A 2014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

Page 2: kasus mortalitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Mengutip teori Lawrence Green yang menyatakan ada dua faktor

pokok yang mempengaruhi kesehatan individu atau masyarakat. Dua

faktor pokok tersebut yaitu behavior causes atau faktor perilaku dan non

behavior causes ataufaktor di luar perilaku. Kelompok faktor perilaku

ditentukan oleh :

a) Faktor predisposisi yaitu mempermudah dan mendasari terjadinya

perilaku tertentu. Bentuk dan perwujudannya yaitu pengetahuan

dari pendidikan formal, nilai-nilai, budaya serta beberapa

karakteristik individu, sikap, keyakinan.

b) Faktor pemungkin (Enabling factor) yakni berbagai hal

memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu terbentuk dan

berwujud dalam lingkungan fisikdan ketersediaan fasilitas dan

sarana kesehatan yaitu ketersediaan, tercapainya fasilitas serta

keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan.

c) Faktor memperkuat (Reinforcing factor) yaitu faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku tersebut seperti dukungan dari

keluarga, kerabat, teman, petugas kesehatan dan lain-lain

sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

1. Faktor Predisposisi

Perilaku yang menguntungkan atau merugikan kesehatan di

masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor sosial budaya. Kebudayaan

mempunyai peranyang sangat mendasar dalam membentuk, mengatur

dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu

kelompok sosial kesehatan masyarakat untuk memenuhi berbagai

kebutuhan kesehatan. Masyarakat pada awalnya dalam

praktek/perilaku memang tidak semua sesuai dengan praktek ketentuan

medis untuk menjaga kesehatan dirinya (Jahidin et al., 2012).

Page 3: kasus mortalitas

Lebih lanjut dikatakan oleh hasil penelitian Rao et al., (2008),

salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.

Pendidikan kesehatan membawa perubahan pada pengetahuan.

Kognitif atau pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam pembentukan sikap, dan dari sikap seseorang akan terwujud

dalam bentuk tindakan (Over Behavior). Perilaku yang tidak didasari

pengetahuan tidak akan langgeng (berlangsung lama) dibandingkan

perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Hal ini telah dibuktikan

berdasarkan pengalaman dan penelitian.

Tingkat pendidikan ibu bersalin dapat menunjukkan kualitas

pengetahuan yang di miliki oleh ibu bersalin tersebut. Pendidikan

ternyata memberikan perubahan terhadap perilaku seseorang yaitu baik

pengetahuan atau sikap seseorang. Seseorang yang berpendidikan akan

mempunyai respek terhadap penjelasan yang rasional, misalnya

tentang proses persalinan normal.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan

dibeberapa wilayah masih rendah. Masyarakat di pedesaan masih

percaya dan lebih memilih ke dukun dalam berobat dan meminta

pertolongan persalinan dirumah karena kharismatik dukun yang

sedemikian tinggi (Jahidin et al.,2012).

2. Faktor Pemungkin

Di tingkat lapangan program ini didukung dalam bentuk

pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Puskesmas. Pada kegiatan tersebut ibu

hamil bertemu dan belajar bersama secara kelompok tentang kesehatan

bagi ibu hamil. Pengetahuan dan keterampilan ditingkatkan untuk

merubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) ibu hamil dan

keluarganya tentang berbagai hal yang menyangkut kehamilan dan

perubahan tubuh, bagaimana perawatan pada masa hamil, persalinan,

perawatan pada masa nifas, merawat bayi, dan lain-lain, atau dengan

kata lain memberikan asuhan persalinan bagi ibu dan keluarganya

(Depkes RI,2009).

Page 4: kasus mortalitas

Upaya lain yang dilakukan dan merupakan program Nasional yaitu

Jampersal (Jaminan Persalinan). Program ini memberikan pelayanan

persalinan gratis bagi ibu hamil yang melahirkan di sarana pelayanan

kesehatan pemerintah,periksa kehamilan, pelayanan pada masa nifas

baik untuk pemasangan KB setelahbersalin dan pemberian pelayanan

bagi bayi baru lahir (Kemenkes, 2011b).

Program lain yang sejalan dan sangat menunjang gerakan AKINO

(AngkaKematian Ibu Menuju Nol) adalah Pengembangan Desa Siaga

dengan KeputusanMenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/

Menkes/ SK/ VII/ 2006tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan

Desa Siaga, dimana didalamnya terdapat bidan siaga. Bidan siaga yaitu

bidan desa yang oleh pemerintah/Negara diberi kepercayaan yang

lebih dan mampu untuk membantu masyarakat dalam memberi

konseling, penyuluhan dan pelatihan (Kemenkes, 2006).

Pelaksanaan program-program tersebut secara intensif dan

terintegrasi diterapkan sejak tahun 2010. Pada tahun-tahun berikutnya

yakni sejak akhir tahun2011 seharusnya semua persalinan ditolong

oleh tenaga kesehatan. Namun kenyataannya hal tersebut masih ada

persalinan oleh tenaga non kesehatan.

3. Faktor Memperkuat

Dari beberapa studi, ternyata masih terbatas pada mencari

hubungan langsung dari berbagai faktor terhadap penolong persalinan.

Pada kenyataan di lapangan berbagai faktor tersebut keterkaitan satu

dengan yang lainnya dan belum tentu berpengaruh secara langsung

terhadap keputusan memilih penolong persalinannya. Sebagai contoh

”pengetahuan” akan diperoleh melalui ”pendidikan”, baik pendidikan

formal, pendidikan non formal(kursus,pelatihan, dan lain sebagainya).

Contoh lainnya bahwa ”pengetahuan”akan terlebih dahulu membentuk

”sikap” dan baru akan membentuk ”tindakan”berupa keputusan

memilih penolong persalinan. Dari sisi lain studi-studi terdahulu

hampir seluruhnya terfokus mencari adanya hubungan yang bermakna

antar variabel dependen dengan variabel independen secara hubungan

Page 5: kasus mortalitas

langsung dan mengukur faktor risiko nya (berupa besaran nilai Odd-

Ratio, atau Ratio-Prevalensi) dan belum mencari keterkaitan dan

pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Oleh karena itu,

pada penelitian ini peneliti berkeinginan untuk tidak saja mencari

adanya kemaknaan hubungan saja, tapi lebih jauh yakni mengukur

besar pengaruh faktor tersebut, baik secara langsung maupun tidak

langsung berbagai prediktor terhadap tindakan pengambilan keputusan

memilih penolong persalinannya.

B. Kerangka Analisis

FAKTOR PREDISPOSISI :PengetahuanSikapKepercayaanKeyakinanNilai-nilai

FAKTOR PENDUKUNG :LingkunganSarana dan PrasaranaFasilitas Kesehatan

FAKTOR PENDORONG :Sikap dan Perilaku Petugas KesehatanPengaruh dari masyarakat jaman dulu

Tingginya AKI & AKB di Indonesia

Page 6: kasus mortalitas

BAB II

PEMBAHASAN

Tercatat pada tahun 2010 jumlah AKI 390 per 100.000 (KH) dan AKB

sebesar 69 per 1000 (KH) untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 AKI

harus mencapai 118 per 100.000 (KH) dan AKB 23 per 1000 (KH). (Depkes RI,

2010)

Kematian ibu dan bayi masih banyak terjadi di negara berkembang sebesar

99%. AKI dan AKB di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 307 per

100.000 (KH), dan AKB sebesar 34 per 1000 (KH). Mengalami penurunan pada

tahun 2009 jumlah AKI sebesar 228 per 100.000 (KH) dan AKB sebesar 25 per

1.000 (KH), di tahun 2010 AKI mengalami peningkatan lagi sebesar 277 per

100.000 (KH) dan AKB sebesar 32 per 1000 (KH). Jumlah AKI dan AKB masih

jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI sebesar

102 per 100.000 (KH) dan AKB sebesar 17 per 1000 (KH), sehingga masih

memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut

(Depkes RI, 2010). 2 Berdasarkan data profil kesehatan Jawa Tengah pada tahun

2008 AKI sebesar 114,42 per 100.000 (KH) dan AKB sebesar 9,17 per 1.000

(KH), sedangkan pada tahun 2009, AKI naik menjadi 117,17 kematian per

100.000 (KH) dan AKB sebesar 10,25 per 1.000 KH. Pada tahun 2010 AKI

mengalami kenaikan lagi sebesar 161,1 kematian per 100.000 (KH) dan AKB

sebesar 11,86 per 1000 (KH). Hal ini membuat perhatian untuk lebih

meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan bagi Dinas Kesehatan Jawa Tengah

terhadap angka kematian ibu yang meningkat (Dinkes Kesehatan Jawa Tengah,

2011).

AKI adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat Kesehatan Ibu. Kematian ibu tidak akan terjadi tanpa

adanya kehamilan. Oleh karena itu kehamilan merupakan determinan proksi dari

kematian ibu, di samping komplikasi kehamilan dan persalinan. Untuk

menurunkan kejadian kematian ibu, kehamilan perlu diatur sedemikian rupa

sehingga tidak terjadi pada kondisi yang berisiko tinggi untuk mengalami

Page 7: kasus mortalitas

komplikasi. Kehamilan, misalnya, seharusnya tidak terjadi pada kondisi “4

Terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua. Dalam

konteks inilah Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (Program KKB)

dan khususnya Pelayanan Keluarga Berencana memiliki peran penting. Dari 6

indikator Kesehatan Ibu yang menjadi target RPJMN Tahun 2010-2014 maupun

MDGs Tahun 2015, dua diantaranya berkaitan dengan Pelayanan KB, yaitu CPR

dan unmet need. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pencapaian kedua

indikator tersebut juga masih jauh dari yang diharapkan.

KB adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan

memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan

kelahiran (Depkes RI, 1999; ). KB adalah tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB adalah proses yang disadari oleh pasangan

untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004;

78).

Tujuan Keluarga Berencana

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga

kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Manfaat

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat

kehamilan yang dialami wanita.

UPAYA STRATEGIS MENURUNKAN AKI DAN AKB

1. Membatasi Usia Perkawinan

Page 8: kasus mortalitas

Di sadari atau tidak, masih banyak perempuan yang menikah di

bawah usia 20 tahun, yang notabene hamil dan melahirkan pada usia

berisiko tinggi itu. Namun jika melihat kondisi sosial dan ekonomi bangsa

kita, presentase yang menikah di bawah 20 tahun lebih besar dari pada

menikah di usia di atas 20 tahun. Kondisi tersebut di dukung batasan usia

menikah yang hingga kini masih mengacu pada Pasal 7 UU No. 1/1974

tentang perkawinan yang mengizinkan perempuan menikah jika suda

mencapai usia 16 tahun.

Persoalan menikah muda bagi perempuan di pedesaan memang

suatu yang kompleks. Selain tuntutan kultural, rendahnya pendidikan,

ekonomi keluarga, tidak adana peluang kerja, juga menjadi faktor-faktor

penyebab “ percepatan “ menikahnya perempuan. Bagi keluarga yang

memiliki anak perempuan, relatif cepatnya menikah di lain pihak

mengandung arti penguranggan beban ekonomi mereka. Bahkan ada

kultur masyarakat yang menganggap bahwa memiliki anak perempuan

jauh lebih “ menguntungkan “ ketimbang anak laki-laki. Dalam kultur ini

perkawinan di nilai akan cepat memberi “ keuntungan “ bagi keluarga

perempuan karena mendapatkan “ ganti rugi “ berwujud materi sebagai “

pengganti “ anak perempuannya yang diambil.

Tidak mudah memang untuk mengatasinya, apalagi itu

menyangkut budaya. Pendidikan di masyarakat perlu ditingkatkan untuk

secara perlahan mengubah budaya tersebut. Di pihak lain, pembuat

undang-undang di negeri ini juga sudah saatnya mengatur kembali UU No.

1/1974 tentang perkawinan. Di perlukan pengaturan baru tentang batasan

usia menkah terutama bagi perempuan, yang relevan dengan situasi

masyarakat terkini dan sesuai dengan konsep kesehatan reproduksi.

Batasan usia menikah yang tertera pada undang-undang tersebut jelas tidak

mendukung bagi upaya menekan AKI.

2. Partisipasi dan Pemberdayaan

Dalam prose pembangunan apapun, peran aktif masyarakat

menjadi kunci keberhasilan pembangunan. Upaya pembangunan kesehatan

menitikbrtkan pada aspek preventid, promotif,kuratif dan rehabilitatif.

Page 9: kasus mortalitas

Salah satu upaya membangun partisipasi masyarakat adlah mendidik

masyarakat melalui pendidikan non-formal semacam penyuluhan.

Pembangunan kesehatan untuk mengatasi AKI juga tidak dapat di lakukan

sendiri oleh Pemerintah. Demikian juga upaya mengatasi AKB di mana

Indonesia hingga kini masih berada di urutan atas antara negara-negara

anggota South East Asia Medical Information Center ( SEAMIC ).

Pengadaan sarana pelayanan kesehatan beserta fasilitasnya harus secara

simultan di lakukan dengan aktivitas mendidik masyarakat secara

berkelanjutan, sehingga masyarakat secara mandiri dapat menolong

dirinya ( help themselves ) dalam menghadapi masalahnya.

Kegiatan-kegiatan yang memberdayakan masyarakat dengan tujuan

meningkatkan partisipasi masyarakat masih belum banyak diakukan.

Posyandu sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang dekat dengan

masyarakat, yang seyogyanya dapat di gunakan sebagai sarana untuk

memberdayakan masyarakat dalam upaya mengurangi AKI saat ini

akitifitasnya lebih banyak pada penimbangan dan pemberian vitamin A

pada anak balita. Menurut statistik potensi desa Indonesia yang di

keluarkan BPS ( 2003 ) DARI 68.816 desa yang ada, sebanyak 90,4% di

antarana mempunyai posyandu.

3. Bidan Desa

Untuk meningkatkan upaya penurunan AKI dan AKB dibutuhkan

sumber daya yang dapat meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan

kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya, maka pemerintah mulai tahun

1989/1990 berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal Binkesmas

No.429/Binkesmas/DJ/II/89 diharapkan seluruh desa di Indonesia telah

memiliki bidan desa. Surat edaran tersebut menyatakan tujuan penempatan

Bidan Desa adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan

kesehatan ibu dan anak serta KB.

Tugas pokok bidan di desa adalah melaksanakan pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam mendukung pelayanan

kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi dan

anak balita, serta pelayanan KB. Dalam memberikan pelayanan kesehatan

Page 10: kasus mortalitas

ibu dan anak, bidan dituntut mengupayakan kelangsungan hidup untuk

mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal,

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal. Pelayanan KIA saat ini diutamakan pada

peningkatan pelayanan antenatal atau ANC (Antenatal Care) pada ibu

hamil disemua fasilitas kesehatan, peningkatan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan yang kompeten, peningkatan pelayanan bagi ibu

nifas, bayi, balita, dan Pelayanan KB sesuai standar. Pemerintah daerah

Kabupaten Batubara melalui Dinas Kesehatan telah melaksanakan upaya

penanggulangan AKI dan AKB dengan upaya pemenuhan kualitas dan

kuantitas bidan dengan menempatkan bidan desa di 100 desa yang

berjumlah 304 orang bidan. Namun upaya ini masih belum menunjukkan

hasil yang optimal, hal ini dapat dilihat dari angka AKI dan AKB yang

masih tinggi dalam 2 tahun terakhir, dimana dari 8.153 kelahiran hidup

pada tahun 2009 terdapat 19 kematian ibu dan 74 kematian bayi, setelah

dikonversi diperoleh angka AKI sebesar 233/ 100.000 kelahiran hidup dan

AKB sebesar 9/1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 dari 8.315

kelahiran hidup terdapat 13 kematian ibu dan 37 kematian bayi, setelah

dikonversi diperoleh angka AKI sebesar 156/ 100.000 kelahiran hidup dan

AKB sebesar 4/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan pencapaian

pertolongan persalinan yang 100% dibantu oleh bidan dan pencapaian

pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1)

mencapai 96,90% dan kunjungan keempat ibu hamil (K4) mencapai

91,81%, maka tingkat kematian ibu maupun bayi seharusnya masih dapat

diturunkan.

4. Biaya Bersalin

Di sisi lain, karena biaya pesalinan memiliki pengaruh yang kuat

dalam perilaku persalinan di masyarakat, perlu juga dipikirkan upaya

untuk memfasilitasi persalinan bagi masyarakat yang kurang mampu,

misalnya dengan memberi subsidi yang besar. Dengan cara ini dalam

jangka pendek, AKI di harapkan dapat turun, karena menurut hasil

Page 11: kasus mortalitas

penelitian perilaku menggunakan tenaga dukun beranak dalam persalinan

lebih bermotifkan biaya yang relatif murah di banding tarif bidan.

5. Kerjasama dengan masyarakat Internasional

Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan masyarakat

internasional dengan prinsip kerja sama kemitraan, untuk mendukung

upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Kerja sama

dengan berbagai development partners dalam bidang kesehatan ibu dan

anak telah berlangsung lama, beberapa kemitraan tersebut adalah :

1) AIP MNH (Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal

Health), bekerja sama dengan Pemerintah Australia di 14 Kabupaten

di Provinsi NTT sejak 2008, bertujuan menurunkan angka kematian

ibu dan bayi melalui Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak. Program ini

bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan dan masyarakat,

penigkatan kualitas pelayanan KIA di tingkat puskesmas dan RS serta

peningkatan tata kelola di tingkat kabupaten. Pengalaman menarik

dari program ini adalah pengalaman kemitraan antara RS besar dan

maju dengan RS kabupaten di NTT yaitu kegiatan sister hospital.

2) GAVI (Global Alliance for Vaccine & Immunization) bekerja

beberapa kabupaten di 5 provinsi (Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat

dan Papua), bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi dan KIA

melalui berbagai kegiatan peningkatan partisipasi kader dan

masyarakat, memperkuat manajemen puskesmas dan kabupaten/kota.

3) MCHIP (Maternal & Child Integrated Program) bekerjasama dengan

USAID di 3 kabupaten (Bireuen, Aceh, Serang-Banten dan Kab.Kutai

Timur- Kalimantan Timur)

4) Pengembangan buku KIA oleh JICA walaupun kerjasama project

telah berakhir namun buku KIA telah diterapan di seluruh Indonesia.

5) UNICEF melalui beberapa kabupaten di wilayah kerjanya seperti

ACEH, Jawa Tengah, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur

(kerjasama dengan Child Fund) serta Papua meningkatkan

pemberdayaan keluarga dan masyarakat terkait kesehatan ibu dan

Page 12: kasus mortalitas

anak dan peningkatan kualitas pelayanan anak melalui manajemen

terpadu balita sakit (MTBS).

6) Tidak terkecuali WHO memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan ibu dan anak baik dalam dukungan penyusunan standar

pelayanan maupun capasity building.

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS

(Expanding Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan

kurun waktu 2012 – 2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu

bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan

penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera

Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan JawaTimur yang

menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di Indonesia.

Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO,

serta mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle

Internasional, Muhammadiyah dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan

Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas

pelayanan emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi

medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata

kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas. Upaya lain

dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan

efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai ke RS

rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun dilibatkan dalam menjamin

akuntabilitas dan kualitas fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan

mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke pemerintah daerah

menggunakan teknologi informasi seperti media sosial dan SMS gateway, dan

memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif

dan efisien melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report

Card. Tekad dan tujuan Kementerian Kesehatan untuk mencapai Masyarakat

Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dapat diraih dengan dukungan berbagai

pihak, demi kesejahteraan masyarakat umumnya dan kesehatan ibu dan anak

Page 13: kasus mortalitas

khususnya. Tak ada harapan yang tak dapat diraih dengan karya nyata melalui

kerja keras dan kerja cerdas.

Dampak-dampak dari KB terhadap Kependudukan

1. Dampak Kesehatan

KB Suntik merupakan salah satu pilihan dari berbagai aneka alat

pencegah kehamilan yang ditawarkan kepada masyarakat. Biar

bagaimanapun, setiap alat tersebut, masing-masing mempunyai dampak

positif dan negatif bagi penggunanya. Namun, ada satu dampak yang

berlaku untuk semua, yaitu perubahan hormon. Perubahan hormon

tersebut menyebabkan perubahan siklus haid, ada yang tidak teratur dan

bahkan, ada yang mundur beberapa bulan dari sebelum menggunakan alat

KB. Seperti diketahui, bahwa haid terjadi karena adanya hormon estrogen

dan progresteron yang secara simultan merangsang pembentukan lapisan

endometrium (lapisan di dalam rahim.

Pembentukan hormon-hormon tersebut dilakukan oleh dua indung

telur yang di dalamnya mengandung cukup calon sel telur (folikel).

Perangsangan dari terbentuknya hormon tersebut adalah adanya hormon

FSH (Follicel stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone) yang

dibentuk oleh otak.

Bila wanita mengalami ketidakberaturan siklus haid atau siklus

haidnya mundur, berarti telah terjadi ketidakseimbangan hormon, di mana

hormon estrogennya sangat rendah sementara hormon FSH-nya sangat

tinggi. Sehingga menyebabkan tidak tercukupinya jumlah yang ideal

dalam pembentukan hormon estrogen dan calon sel telur untuk dapat

menekan pengeluaran hormon FSH, akibatnya haid pun tidak terjadi.

Pengaruh negatif dari KB suntik adalah perubahan hormon yang

begitu drastis, terutama sangat mempengaruhi siklus haid seperti yang

dialami isteri anda. Pengaruh positif, menurunkan risiko terkena gangguan

pada sel telur seperti kista dan kanker. Karena kanker ovarium terjadi

kalau ovariumnya aktif, mengalami pertumbuhan folikel. Tapi dengan

menggunakan kontrasepsi hormonal, terutama pil dan suntik KB, proses

Page 14: kasus mortalitas

itu pada ovarium ditekan, sehingga risikonya terjadi keganasan pada

ovarium akan menurun.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan dosis obat yang digunakan

pada KB suntik sehingga menyebabkan perubahan hormon yang berakibat

pada mundurnya siklus haid isteri anda. Jika anda ingin melakukan

progam KB secara alami dan isteri anda tidak dalam kondisi menyusui,

isteri anda bisa mengonsumsi Teh Herba. Caranya, ambil 3 uncang Teh

Herba, diseduh di cangkir, ditutup sebentar, lalu diminum setiap pagi dan

malam hari. Pada pagi hari, minum 30 menit sebelum makan dan malam

hari 2 jam setelah makan.

a. Untuk ibu

Dengan tujuan mengatur jumlah kelahiran, ibu mendapat manfaat

berupa :

Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang

berulangkali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.

Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan

oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak

untuk beristirahat dan menikmati waktu terluang serta

melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Untuk anak-anak lain :

Memberikan kesempatan kepada mereka agar perkembangan

fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang

cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.

Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena

pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat

diberikan oleh ibu untuk setiap anak.

Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik

karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk

mempertahankan hidup semata-mata.

c. Untuk ayah :

Untuk memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :

memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kesemasan

Page 15: kasus mortalitas

berkurang serta lebih banyak waktu yang tertuang untuk keluarganya.

Pengaruh Keluarga Berencana dari sudut kesehatan terutama terjadi

akibat-akibat berikut ini terhadap reproduksi manusia :

Pencegahan dari kehamilan dan kelahiran yang tak diinginkan,

dan terjadinya kehamilan yang diinginkan yang dengan cara lain

tak mungkin terjadi.

Perubahan dari jumlah anak yang bisa dilahirkan seorang ibu.

Variasi jarak waktu antara kehamilan.

Perubahan saat terjadinya kelahiran terutama kelahiran yang

pertama dan yang terakhir, sehubungan usia orang tua terutama si

ibu.

2. Dampak sosial

Dampak sosial nya antara lain :

Hilangnya hasrat masyarakat untuk memiliki anak banyak.

Dari segi agama menentang ajaran agama karena melangkahi takdir

tuhan.

Berkurangnya angka fertilitas karena semakin sedikit yang berminat

melahirkan dan punya anak.

Page 16: kasus mortalitas

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

AKI adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan

untuk meningkatkan derajat Kesehatan Ibu. KB adalah salah satu usaha

untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat

perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. Upaya

strategis menurunkan AKI dan AKB adalah membatasi usia perkawinan,

partisipasi dan perberdayaan, bidan desa, biaya bersalin, serta kerjasama

dengan masyarakat internasional. Ada 2 dampak KB terhadap

kependudukan, yaitu dampak kesehatan dan dampak sosial.

B. SARAN

- Pemerintah harus lebih giat mencanangkan dan menjalan kan program

KB.

- Perlu peran stakeholder untuk melakukan program-program

memberdayakan masyarakat khususnya untuk member pemahaman

tentang kesehatan reproduksi, sehingga diharapkan dapat menurunkan

AKI.

Page 17: kasus mortalitas

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat

2010. Jakarta

Depkes RI. 2009. Prinsip Pengelolaan Progam KIA. Jakarta : Depkes RI

Dinkes Jateng. 2011. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang : Depkes Jateng

Hartanto, Hanafi. 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, PUSTAKA

SINAR HARAPAN, Jakarta

Jahidin, A. Buraerah H. Abd Hakim, Burhanuddin Bahar. 2012. Faktor

Determinan Yang Mempengaruhi Alternative Pemilihan Persalinan

Dukun Beranak di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.

Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta

Stright, Barbara. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir. EGC, Jakarta.