Epidemiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Ispa )
Transcript of Epidemiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Ispa )
Oleh:KELOMPOK 1
ZumrotunTiti HusniawatiIrda Septiani
EPIDEMIOLOGI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT ( ISPA )
P O K O K B A H A S A N
DEFINISI ISPA
KLASIFIKASI PENYAKIT
ISPA
PERKEMBANGAN PENYAKIT ISPA
KONSEP H-A-E
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
PENCEGAHAN
PENYEBAB PREVALENSI ISPA MASIH TINGGI DI INDONESIA
PROGRAM PENANGGULANGAN ISPA
ETIOLOGI
Infeksi Saluran Pernafasan Akutsuatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang
dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari
14 hari.
Klasifikasi ispa Menurut Rasmaliah (2004)
ISPA Pneumonia
viral
bakterialis
Bukan Pneumonia
Rhinitis
Faringitis
Laringitis
Infeksi saluran nafas bawah
Infeksi saluran nafas atas
Lanjutan...Menurut WHO (2002), ISPA digolongkan berdasarkan lokasi anatomiknya :
ISPaA
ISPaB
ISPA
Infeksi yang menyerang hidung sampai epiglotis,
misalnya rhinitis akut, faringitis akut,
sinusitus akut dsb
Mulai dari bagian bawah
epiglotis sampai alveoli paru misalnya trakhetis,
bronkhitis akut, pneumoni dsb
pneumonia pada anak umur 2
bulan hingga 5 tahun
pneumonia pada bayi muda yg berumur kurang dari dua bulan.
lanjutanMenurut tingkat keparahan
ISPA ringan
gejala-gejala:1. Batuk2. Pilek dengan atau tanpa demam
ISPA sedanggejala-gejala:1. Batuk2. Pilek dengan atau tanpa demam3. Pernapasan cepat- Umur <1 tahun : 50 kali per menit atau lebih- Umur 1-5 tahun : 40 kali per menit4. Wheezing (mengi) 5. keluar cairan dari telinga6. campak
ISPA beratgejala-gejala:1. Batuk2. Pilek dengan atau tanpa demam3. Pernapasan cepat- Umur <1 tahun : 50 kali /menit atau lebih- Umur 1-5 tahun : 40 kali/menit4. Wheezing 5.keluar cairan dari telinga6.Bercak kemerahan (campak)7. Penarikan dinding dada8. Kesadaran menurun9. Bibir/kulit pucat kebiruan10. Stridor yaitu suara napas seperti mengorok
bakteri
virus
ricketsia
genus streptokokus, stafilokokus,
pneumokokus, hemofilus, bordetella dan korinebakterium.
golongan miksovirus, adnevirus, koronovirus,
pikornavirus
Koksiela burnetti
Pada penyakit Pneumonia, etiologi penyakitnya didasarkan pada
kelompok umur tertentu, yaitu :
Pneumonia pada anak balita,paling sering disebabkan oleh virus pernafasan dan
puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah, paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
pneumonia. Pada bayi dan anak-anak penyebab paling sering adalah virus sinsisial
pernapasan, adenovirus. Pneumonia lainnya pada orang dewasa antara lain: virus, mycoplasma dan jamur tertentu. Orang dewasa yang rentan / mudah terkena
pneumonia adalah :peminum alkohol, perokok, penderita Diabetes Melitus, penderita gagal
jantung, Penderita PPOM ( Penyakit Paru Obstruktif Menahun )
Infeksi saluran nafas bawah terutama pneumonia banyak diderita orang usia lanjut penyebabnya
antara lain, penurunan proses Imunologik. Penyebab lainnya yaitu oleh kolonisasi kuman di
orofaring yang terisap ke saluran bawah.
Agen penyakit bakteri dan virus di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas ( tenggorokan dan hidung)
Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan.
Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernapasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang, anak menjadi kejang bahkan bila tidak segera ditolong bisa menyebabkan kematian.
Data epidemiologis kasus ISPA/pneumonia di Indonesia
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi
nasional ISPA 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia bayi 2,2 %,
angka kesakitan (morbiditas) pneumonia balita 3%, kematian bayi
karena pneumonia (mortalitas) 23,8%, atau kematian balita karena pneumonia
(mortalitas) 15,5%.
Diagram penyebab kematian Balita di Indonesia :
Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap
tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari Lima kematian Balita,
satu diantaranya disebabkan pneumonia.
Kondisi di tahun 2003, tak berbeda jauh dengan
kondisi pada tahun 2007, dan berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) penyebab
kematian umur 1-4 tahun adalah pneumonia (ISPA)
15,5 persen, diare 25,2 persen, campak 5,8 persen,
dan DBD 6,8 persen.
host
environment
agent
Usia
Jenis Kelamin
Status Gizi
Status Imunisasi
Pemberian suplmntasi vit. A
Pemberian ASI
Pencemaran Udara
Tempat tinggal
Geografis
Lingkungan iklim global
Kebiasaan merokok anggota keluarga
usia•Infeksi saluran pernafasan sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al, 2003).
Jns kelamin
•Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
Status Gizi
•Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.
Status imunisasi
• Tupasi (1985) mendapatkan bahwa ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA (Koch et al, 2003).
Pemberian suplementasi
vit. A
• Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.
Pemberian ASI
•ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas (William and Phelan, 1994).
Pencemaran udara
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung
menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Tempat tinggal
Menurut (Entjang Indan, 2000), Hubungan rumah yang terlalu sempit dan
kejadian penyakit di antaranya mempengaruhi kebersihan udara, karena
rumah terlalu sempit maka ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen
sehingga akan menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh karena mudahnya perpindahan
bibit penyakit dari manusia yang satu ke manusia yang
lain.
Geografis
Pengaruh geografis dapat mendorong
terjadinya peningkatan kasus maupun
kematian penderita akibat ISPA.
Lingkungan dan iklim global
• Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan
penyakit ISPA.
Kebiasaan merokok anggota keluarga
• Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok (Koch et al, 2003).
RAP
PREPATOGENESIS
Interaksi antara agen-environment
Interaksi antara host-environment
PATOGENIESIS
Tahap inkubasi
Tahap penyakit dini
Tahap penyakit lanjut
Tahap penyakit akhir
Periode Prepatogenesis
Interaksi antara agen-environment
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
geografis dapat menyebabkan mudahnya agen berkembang. Perubahan cuaca yang
begitu cepat juga menjadi penyebab penyebaran virus dan bakteri.
Interaksi antara host-environment
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
dapat menimbulkan penyakit ISPA jika terhirup oleh host.
Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Tahap Patogenesis
Tahap Inkubasi
Tahap penyakit dini
Tahap Penyakit Lanjut
Tahap penyakit akhir
agen penyebab penyakit ISPA telah merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa yang notabennya
merupakan pelindung utama
pertahanan system saluran pernafasan
kita. Akibatnya, Tubuhpun menjadi
lemah apalagi diperparah dengan keadaan gizi dan daya tahan yang
sebelumnya rendah.
Tahap ini mulai dengan munculnya
Gejala-gejala klinis dapat
karena adanya interaksi
Merupakan tahap
dimana penyakit
memerlukan pengobatan yang tepat
untuk menghindari akibat lanjut yang kurang
baik.
• Dapat sembuh sempurna,
• sembuh dengan
ateletaksis,• menjadi
kronis dan • dapat
meninggal akibat
pneumonia.
PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA
a. Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran pencegahan tingkat pertama, yaitu
mengurangi penyebab,
mengatasi/modifikasi lingkungan,
meningkatkan daya tahan host.
Lanjutan…
c. Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
Pemberian antibiotic dapat mengatasi penumonia yang disebabkan oleh bakteri, mikoplasma dan beberapa kasus rickettsia.
Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski beberapa obat antivirus telah digunakan. Pada pasien
yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi tubuh.
d. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)
Mereka yang sudah sembuh dari pneumonia mikoplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang sudah sembuh dari
pneumonia jangan dilarang kembali melakukan aktifitasnya. Namun mereka perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan yang berat-
berat. Soalnya, istirahat cukup merupakan kunci untuk kembali sehat.
Program pengendalian penyakit ISPA ( p2ispa ) di Indonesia dimulai tahun
1984, bersamaan dengan dilancarkannya pengendalian
penyakit ISPA di tingkat global oleh WHO. Sejak tahun 1990,
pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada
Balita.
p2ispa
Usia dibawah 2 bln
Pnemonia Berat
Bukan Pnemonia
Usia 2 bln-5 thn
Pneumonia
Pneumonia Berat
Bukan Pneumonia
Bukan pneumonia ( BALITA )
Batuk2, tonsilitis, faringitis..
•Menurunkan morbiditas dan mortalitas pada balita akibat penyakit ISPA.
tujuan
•Menemukan dan mengobati ISPA secara dini dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor.
Kebijaksanaan
•Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia Balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar.
Strategi
Pengendalian ISPA di Indonesia me
miliki
banyak kendala
Mahalnya Vaks
in
PENYEBAB ISPA MASIH TINGGI DI INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
• Misnadiarly. 2008 . Penyakit Saluran Nafas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta : Penerbit Usaha Pustaka Obor Populer.
• Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Airlangga.
• http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/capaian-kesehatan-indonesia/
• http://www.mediaindonesia.com/read/2009/11/02/103538/71/14/Pneumonia-Pembunuh-Utama-Balita-Indonesia
• http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48• http://www.suarapembaruan.com/News/2009/11/08/Kesehata/kes01.ht
m• http://zainulmunasichin.blogspot.com/2009/11/pneumonia-penyebab-k
ematian-utama.html• http://knol.google.com/k/pneumonia#• http://rajawana.com/artikel/kesehatan/429-ispa.html• http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasa
n-akut-ispa/• http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:cnRgQ8qLPZ4J:library.
usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf+epidemiologi+penyakit+ISPA&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESg-kKy_6wzOVuW09ZpUyRIByOugPkgY2sAhUtvGqLrHGXHSJvjW3csnjxtNQZTNpxpFNdXzo6wKwt7-zVTJMuHt99xZ12LFh4co-ECHyHyKQevwa91gxNAMMJdmLYvK3S_lHE8f&sig=AHIEtbQfVvw7BvhlAQunJ8veNxAgJi-wIQ
• http://elsyaif13.blogspot.com/ ( PENELITIAN KINGKUNGAN )• http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/24/askep-ispa-pada-anak/