PENERAPAN OUTSOURCING-INSOURCING DALAM SISTEM INFORMASI ... · PDF fileSistem Informasi...

22
TUGAS INDIVIDU PENERAPAN OUTSOURCING-INSOURCING DALAM SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERUSAHAAN Oleh: Indana Saramita Rachman P056132072.46E Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Transcript of PENERAPAN OUTSOURCING-INSOURCING DALAM SISTEM INFORMASI ... · PDF fileSistem Informasi...

TUGAS INDIVIDU

PENERAPAN OUTSOURCING-INSOURCING DALAM

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERUSAHAAN

Oleh:

Indana Saramita Rachman

P056132072.46E

Dosen:

Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah dengan judul “Penerapan Outsourcing-Insourcing dalam Sistem

Informasi Manajemen Perusahaan”.

Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan

penerapan outsourcing-insourcing dalam sistem informasi manajemen serta

penerapannya dalam sistem informasi manajemen pada suatu perusahaan

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh

sebab itu dimohon kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah

ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Februari 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

a. Latar Belakang...................................................................................... 1

b. Rumusan Masalah.................................................................................

c. Tujuan Penulisan...................................................................................

2

2

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

a. Sistem Informasi Manajemen...............................................................

b. Pengertian Outsourcing.........................................................................

c. Pengertian Insourcing...........................................................................

3

5

8

III. PEMBAHASAN........................................................................................

a. Penerapan Outsourcing pada Perusahaan.........................................

b. Tantangan Outsourcing dalam Bisnis.................................................

c. Kekurangan dan Kelebihan Penerapan Outsourcing........................

d. Kekurangan dan Kelebihan Penerapan Insourcing.............................

9

9

10

12

15

IV. PENUTUP.................................................................................................. 17

a. Kesimpulan............................................................................................ 17

b. Saran...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 19

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

1

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Masalah daya saing dan keunggulan saing dalam era perdagangan bebas

seperti saat sekarang ini merupakan isu kunci dan sekaligus sebagai tantangan

yang tidak ringan bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Salah satu wujud konkret

tantangan globalisasi dalam produksi yaitu kita dituntut agar produk Indonesia

mampu bersaing terhadap produk luar yang masuk ke Indonesia. Di pasar

internasional, produksi kita didefinisikan (bukan penyedia barang murah

bersubsidi) tidak saja akan membuat murah produk yang dihasilkan tetapi juga

akan membangun produk Indonesia yang mempunyai keunggulan kompetitif

(competitive advantages). Untuk itu setiap organisasi dituntut untuk dapat

membangun sistem informasi manajemen yang lebih baik khususnya dalam hal

sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan pentingnya sistem informasi dalam

setiap pengambilan keputusan yang strategis pada suatu perusahaan.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat dengan segala

kecanggihannya sering menjanjikan harapan bagi suatu perusahaan.Teknologi

informasi telah diyakini oleh hampir semua pihak sebagai salah satu competitive

advantage yang paling potensial. Walaupun demikian, bukan hal yang mudah

untuk memadukan teknologi informasi dengan strategi organisasi. Pengaruh dan

peranan teknologi informasi terhadap kehidupan manusia sangat penting.

Perkembangan teknologi informasi kini berkembang seiring berjalanya

perkembangan manusia. Untuk dapat bersaing dengan pasar global, manajemen

meyakini bahwa penerapan outsourcing dalam suatu sistem informasi dapat

mengambil peran yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Seorang manajer dapat mengoptimalisasikan suatu keputusan mereka

ketika berhadapan dengan kepentingan yang saling bertentangan. Contohnya

dalan hal membahas outsourcing pegawai asing. Konsep outsourcing ini bukanlah

fenomena baru, selama beberapa tahun belakangan ini, perusahaan manufaktur

telah memberikan subkontrak kepada pabrik-pabrik yang memperkerjakan

pegawai dengan biaya rendah di negara-negara berkembang. Perusahaan Nike dan

Reebok, sebagai contoh melakukan outsourcing untuk produksi semua sepatu

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

2

atletiknya di pabrik-pabrik di Asia Tenggara, dan berbagai perusahaan lain

melakukan praktek yang serupa.

Keputusan suatu perusahaan dalam menjalankan konsep outsourcing perlu

dibahas lebih lanjut. Konsep ini tentu saja memiliki kekurangan dan kelebihan

bagi masing-masing perusahaan, tergantung dari bidang produksi perusahaan

tersebut. Makalah ini akan membahas lebih lanjut konsep outsourcing yang

dijalankan oleh berbagai jenis perusahaan dalam kelemahan dan kelebihannya

demi meningkatkan produksi dan kinerja perusahaan.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkaan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah kekurangan dan kelebihan penerapan outsourcing dalam sistem

informasi manajemen pada suatu perusahaan?

2. Apakah kekurangan dan kelebihan penerapan insourcing dalam sistem

informasi manajemen pada suatu perusahaan?

c. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan penerapan outsourcing-

insourcing dalam sistem informasi manajemen pada suatu perusahaan

2. Menganalisis penerapan outsourcing-insourcing dalam sistem informasi

manajemen pada suatu perusahaan

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Sistem Informasi Manajemen

Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh

manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting

untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa

informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang

mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami

ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil

keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan

mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping

itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik.

Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak

informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data).

Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain

sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan

langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan

dalam mendesain sistem baru (Gorgon 1995)

Sistem informasi dalam suatu pemahaman yang sederhana dapat

didefinisikan sebagai satu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi

bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya

tergabung dalam suatu entitas organisasi formal, seperti Departemen atau

Lembaga suatu Instansi Pemerintahan yang dapat dijabarkan menjadi Direktorat,

Bidang, Bagian sampai pada unit terkecil dibawahnya. Informasi menjelaskan

mengenai organisasi atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah

terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin akan

terjadi dimasa yang akan datang tentang organisasi tersebut (Pusdiklatwas BPKP

2007).

Sistem informasi memuat berbagai informasi penting mengenai orang,

tempat, dan segala sesuatu yang ada di dalam atau di lingkungan sekitar

organisasi. Informasi sendiri mengandung suatu arti yaitu data yang telah diolah

ke dalam suatu bentuk yang lebih memiliki arti dan dapat digunakan untuk

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

4

pengambilan keputusan. Data sendiri merupakan fakta-fakta yang mewakili suatu

keadaan, kondisi, atau peristiwa yang terjadi atau ada di dalam atau di lingkungan

fisik organisasi. Data tidak dapat langsung digunakan untuk pengambilan

keputusan, melainkan harus diolah lebih dahulu agar dapat dipahami, lalu

dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan.

Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan

piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi,

penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber

informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan keriga

terdiri dair sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan

pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri

dari sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan

kebijakan oleh tingkat manajemen.

Definisi sebuah sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal

orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted) untuk

menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan

pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur

pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah “data base” (Sanjoyo).

Manajemen tidak dapat mengabaikan sistem informasi karena sistem

informasi memainkan peran yang kritikal di dalam organisasi. Sistem informasi

ini sangat mempengaruhi secara langsung bagaimana manajemen mengambil

keputusan, membuat rencana, dan mengelola para pegawainya, serta

meningkatkan sasaran kinerja yang hendak dicapai, yaitu bagaimana menetapkan

ukuran atau bobot setiap tujuan/kegiatan, menetapkan standar pelayanan

minimum, dan bagaimana menetapkan standar dan prosedur pelayanan baku

kepada masyarakat. Oleh karenanya, tanggung jawab terhadap sistem informasi

tidak dapat didelegasikan begitu saja kepada sembarang pengambil keputusan.

(Pusdiklatwas BPKP 2007).

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

5

b. Pengertian Outsourcing

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) outsourcing adalah

pendelegasian operasi dan managemen harian dari suatu proses bisnis kepada

pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing). Melalui pendelegasian, maka

pengelolaan tak lagi dilakukan oleh perusahaan, melainkan dilimpahkan kepada

perusahaan jasa outsourcing.

Sedangkan menurut Sonhaji (2007), outsourcing adalah salah satu hasil

samping dari Business Process Reengineering (BPR). BPR adalah perubahan

yang dilakukan secara mendasar oleh suatu perusahaan dalam proses

pengelolaannya, bukan hanya sekedar melakukan perbaikan. BPR adalah

pendekatan baru dalam managemen yang bertujuan meningkatkan kinerja, yang

sangat berlainan pendekatan lama yaitu continuous improvement process. BPR

dilakukan untuk memberikan respons atas perkembangan ekonomi secara global

dan perkembangan teknologi yang demikian cepat sehingga berkembang

persaingan yang bersifat global dan berlangsung sangat ketat.

Di dalam Undang-Undang tidak menyebutkan secara tegas mengenai

istilah outsourcing. Tetapi pengertian outsourcing dapat dilihat dalam ketentuan

Pasal 64 Undang-Undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yang isinya

menyatakan bahwa outsourcing adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat antara

pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan

sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian

pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. (Ibrahim 2005).

Istilah outsourcing dari kata “out” dan “source” yang berarti sumber dari

luar, merupakan pendekatan manajemen yang memberikan kewenangan pada

sebuah agen luar (pihak ketiga) untuk bertanggung jawab terhadap proses atau

jasa yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan. Bisa juga didefinisikan sebagai

membeli barang atau jasa yang sebelumnya disediakan secara internal (Swink,

1999; Smith et al, 1996; Lankford and Parsa, 1999; Elmuti and Kathawala, 2000;

dalam Franceschini et al., 2003). Ada dua aktor pokok dalam proses outsourcing,

yakni “outsourced” dan “outsourcer”. Yang pertama menunjuk pada perusahaan

yang menyerahkan pekerjaan, yang kedua merupakan perusahaan yang menerima

pekerjaan (Saunders and Gebelt, 1997 dalam Franceschini et al., 2003). Sebutan

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

6

berbeda digunakan oleh Harland et al. (2005) yakni “outsourcer” dan

“outsourcee”. “Outsourcer” menunjuk pada perusahaan yang mempunyai

wewenang dalam bisnis tersebut, dan “outsourcee” merupakan perusahaan yang

diberi wewenang mengelolanya.

Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan outsourcing

(Rebernik and Barbara, 2006). Dasar konseptual yang paling banyak dipakai

adalah theory of transaction cost analysis – Williamson’s, 1975 (dalam McIvor,

2000) – yang mengkombinasikan teori ekonomi dan teori manajemen untuk

menentukan tipe hubungan yang terbaik dalam rangka mengembangkan

perusahaan menghadapi perubahan pasar. Teori ini meletakkan dasar-dasar

pembelian dengan menggunakan suatu analisis terhadap faktor-faktor yang

menentukan pemilihan internal atau eksternal perusahaan. Konsep analisis biaya

transaksi adalah bahwa sifat suatu transaksi menentukan pengelolaan yang efisien,

berorientasi pasar, secara hirarki, atau aliansi. Alternatif teori lain untuk

memahami batas perusahaan adalah resource-based view. Hal ini didasarkan pada

pemahaman bahwa perusahaan adalah keseluruhan aset yang unik dan merupakan

sumber yang dapat menciptakan keunggulan komtetitif. Sumber-sumber internal

merupakan pendorong utama dari profitabilitas dan keunggulan strategi

perusahaan. Teori yang ketiga adalah agency theory, yang berkenaan dengan

masalah yang timbul dari adanya saling hubungan antara principal dan agen. Isu

sentralnya adalah bagaimana mendapatkan agen (karyawan, subkontraktor,

manager) untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan kepentingan principal

(perusahaan, kontraktor dan pemilik) ketika agen mempunyai suatu keunggulan

informasi lebih dari principal dan mempunyai kepentingan yang berbeda

(Eisenhardt, 1987).

Menurut Komang dan Agus (2008) tipe outsourcing dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu Business Process Outsourcing dan Outsourcing Sumber Daya

Manusia.

1. Business Process Outsourcing (BPO), jika di Indonesia dikenal dengan

pemborongan pekerjaan. Outsourcing jenis ini mengacu pada hasil akhir

yang dikehendaki. Jika sebuah perusahaan manufaktur ingin mengalihkan

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

7

penjualan produknya pada perusahaan lain, maka pembayaran

kompensasinya berupa jumlah unit yang terjual.

2. Outsourcing Sumber Daya Manusia. Outsourcing ini mengacu pada

kebutuhan penyediaan dan pengelolaan sumber daya manusia. Untuk contoh

di atas, perusahaan manufaktur akan bekerja sama dengan perusahaan

outsourcing (vendor) yang memberikan jasa penyediaan dan pengelolaan

tenaga penjual. Kompensasi kepada vendor berupa management fee sesuai

kesepakatan.

Menurut O’Brien dan Marakas (2006) dalam bukunya “Introduction to

Information Systems”, dalam kaitannya dengan Teknologi Informasi, outsorcing

digunakan untuk menjangkau fungsi Teknologi Informasi secara luas dengan

mengontrak penyedia layanan eksternal. Outsourcing Teknologi Informasi juga

dapat diterjemahkan sebagai penyediaan tenaga ahli yang profesional di bidang

Teknologi Informasi untuk mendukung dan memberikan solusi guna

meningkatkan kinerja perusahaan. Bentuk kontrak outsourcing ini dapat berupa:

menambahkan pengelolaan Teknologi Informasi dengan penambahan sumberdaya

dari pihak luar, mengkontrakkan sistem secara utuh pada pihak luar,

mengkontrakan hanya sistem operasional dan fasilitasnya.

Menurut O’Brien dan Marakas (2006), tahapan yang harus dilakukan

dengan alternatif ini adalah :

1. Identifikasi kebutuhan, pemilihan, dan perencanaan sistem

2. Analisis sistem

3. Mengembangkan permohonan suatu proposal

4. Evaluasi proposal

5. Pemilihan vendor

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perlunya outsourcing diantaranya:

1. Masalah biaya dan kualitas sistem informasi yang akan dipergunakan

2. Masalah kinerja sistem informasi

3. Tekanan dari para vendor yang menawarkan produk mereka

4. Penyederhanaan, perampingan, dan rekayasa sistem informasi

5. Masalah keuangan perusahaan

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

8

6. Budaya perusahaan

7. Tekanan dari pelaksana sistem informasi

c. Pengertian Insourcing

Insourcing adalah perusahaan menfasilitasi karyawan untuk dipekerjakan

di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dengan

tujuan mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan. Insourcing juga dapat

didefinisikan sebagai transfer pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lain

yang terdapat di dalam negara yang sama. Insourcing adalah mengoptimalkan

karyawan dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan

kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya.

Insourcing membutuhkan perencanaan yang matang dan kemampuan

SDM yang baik agar hasil yang didapat mendekati kebutuhan. Pengembangan

dilakukan oleh para spesialis misalnya spesialis sistem informasi yang berada

dalam departemen EDP (Electronic Data Processing), IT (Information

Technology) atau IS (Information System).

Insourcing adalah metode pengembangan sistem informasi yang hanya

melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. Sistem

informasi mengenai operasi sistem pada pihak manajemen untuk memberikan

pengarahan dan pemeliharaan sistem dalam hal ini pengendalian ketika sistem

bertukar input dan output dengan lingkungannya. Perusahaan yang akan

melakukan insourcing harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Perencanaan : membentuk rencana pengembangan sistem informasi yang

memenuhi rencana-rencana strategis dalam organisasi.

2. Analisis : menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan.

3. Desain : merancang sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

diperoleh pada tahapan analisis.

4. Implementasi : membuat sistem dan menyiapkan infrastruktur untuk sistem.

5. Pemeliharaan : mendukung sistem yang telah berjalan.

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

9

III. PEMBAHASAN

a. Penerapan Outsourcing pada Perusahaan

Salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya adalah

dengan menerapkan konsep outsourcing. Perusahaan bebas menentukan apakah

akan menggunakan outsource atau tidak dalam pengelolaan sistem informasi

perusahaan tersebut namun rata-rata perusahaan yang core bisnis bukan berbasis

informasi teknologi melakaukan outsource untuk pengolahan sistem

informasinya, berbagai pertimbangan dilakukan perusahaan untuk memilih

outsource atau tidak. Menurut O’Brien dan Marakas (2006), beberapa

pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif

dalam mengembangkan sistem informasi antara lain:

1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi.

2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi.

3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan.

4. Faktor waktu/kecepatan.

5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka

waktu yang cukup lama.

6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan

terampil

Sebagai pertimbangan, perusahaan juga harus memikirkan bagaiamana

mendapatkan vendor outsourcing terbaik serta memepertimbanagkan keuntungan

dan kerugiannya menggunakan system outsorcing sebagai strategi perusahaan

Strategi outsourcing terutama untuk sumberdaya manusia merupakan

sesuatu yang relatif baru di Indonesia. Mulai berkembang sekitar akhir tahun

sembilan puluhan, dan makin pesat sesudah tahun 2000. Sejak tahun 2002 makin

banyak perusahaan yang menggunakan strategi outsourcing dalam penyediaan

dan pengelolaan sumberdaya manusianya. Oleh karena itu pertumbuhan

perusahaan outsourcing (vendor) yang memberikan pelayanan dalam penyediaan

dan pengelolaan jasa tenaga kerja juga berkembang cepat. Ini menandakan bahwa

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

10

perusahaan outsourcing merupakan bisnis yang memiliki prospek menjanjikan

ditinjau dari perspektif vendor.

Hasil penelitian Idrus, et.all menunjukkan bahwa semua perusahaan

outsourcing sumberdaya manusia yang diteliti baru beroperasi secara aktif

sesudah tahun 2004. Bahkan beberapa diantaranya baru beroperasi sekitar 2 tahun.

Memang ada diantaranya yang sudah mulai berdiri pada tahun 1997, namun

bentuk kerjasama dengan mitra lebih pada pemborongan pekerjaan (business

process outsourcing), bukan model outsourcing sumberdaya manusia seperti yang

berkembang akhir-akhir ini. Selain itu, jenis pekerjaan yang diborongkan biasanya

terbatas pada cleaning service, catering dan security.

b. Tantangan Outsourcing dalam Bisnis

Secara umum, outsourcing dilakukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang

membutuhkan keterampilan rendah, pekerja dan pengamat telah mewaspadai

praktek ini, pemimpin-pemimpin bisnis berargumen dengan yakin bahwa praktek

outsourcing mampu menciptakan pekerjaan yang lebih berkualitas. Dalam

beberapa tahun belakangan ini, sebuah perubahan besar dalam praktek

outsourcing telah terjadi, dimana satu per satu perusahaan mulai menggunakan

pegawai-pegawai berketerampilan khusus dan/ atau pekerja profesional dari

negara lain. Contohnya Programer pada piranti lunak adalah tenaga kerja yang

paling dicari. Perusahaan seperti Microsoft menemukan bahwa programer

berkemampuan tinggi dari tempat-tempat seperti India memiliki performa kerja

sebaik programer dari Amerika Serikat, dengan gaji hanya seperempatnya. Boeing

saat ini mengerjakan pekerjaan teknisnya di luar. Beberapa ahli mulai membuat

prediksi mengenai berapa banyak lagi sektor jasa dasar, mulai dari tenaga

pengumpul pajak pendapatan, hingga analisis keuangan dan medis yang dapat

dikerjakan di luar negeri.

Banyak ahli yang berpendapat bahwa outsourcing dapat berdampak

negatif pada beberapa individu, dan dalam jangka panjang negara secara

keseluruhan. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh salah satu CEO “Jika

pesaing Anda mengirimkan pekrejaan ke luar negeri, Anda seperti dipaksa untuk

melakukan hal yang sama”. Di satu sisi jika bisnis harus dipertanggungjawabkan

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

11

kepada para pemegang saham, mereka diwajibkan untuk menekan biaya hingga

serendah mungkin dan tetap kompetitif di pasar mereka. Berdasarakan pandangan

ini, maka mereka terpaksa melakukan outsourcing kapan pun dan dimana pun

memungkinkan. Di lain pihak, bisnis memiliki tanggung jawab sosial kepada

pekerjanya, mereka harus mempertimbangkan biaya sosial dan biaya kemanusiaan

dari menggantikan pekerja lokal.

Outsourcing saat ini semakin menjadi strategi yang populer karena

membantu perusahaan berfokus pada kegiatan inti mereka dan mencegah

terperosok pada kegiatan-kegiatan sekunder. Outsourcing juga merupakan alasan

mengapa integrasi vertikal tidak lagi populer seperti dulu. Banyak perusahaan

yang pernah memiliki lini pasokan bahan mentah sendiri berubah pikiran dan

kemudian melakukan outsourcing. Walaupun memiliki pemasok menjamin

pasokan yang pasti dari bahan baku, kepemilikan ini juga berarti keharusana

belajar mengelola bisnis pemasok yang biasanya agak berbeda dari bisnis pemilik.

Sering kali pemilik akhirnya mengorbankan terlalu banyak sumber daya untuk

bisnis pasokan dan terlalu sedikit sumber daya untuk kompetensi intinya.

Contohnya seperti perusahaan yang memotong dan mengemas kertas

fotokopi dan printer komputer. Perusahaan ini dapat mengurangi resiko

kekurangan kertas dengan membeli mesin giling untuk membuat kertas dari bubur

kayu. Tetapi untuk mengurangi resiko kekurangan kertas, perusahaan menambah

resiko kehilangan fokus pada lini bisnis utamanya yaitu pemotongan dan

pengemasan kertas. Lagi pula dalam mempertukarkan satu resiko dengan resiko

lainnya, manajer tidak punya keahlian dalam menjalankan mesin pembuat kertas

akan mengalami persaingan dengan perusahaan yang ada. Menghadapi persaingan

yang ketat dalam keguda industri, akhirnya dapat membuat mereka gagal

bersaingan dalam keduanya.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa keunggulan integrasi vertikal

merupakan kelemahan outsourcing, dan demikian pula sebaliknya. Akan tetapi,

dalam banyak kasus, outsourcing sering menghemat waktu dan uang,

meningkatkan efektifitas dalam bisnis inti, dan menghasilkan lebih banyak

keuntungan bagi pelanggan dan pemilik.

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

12

c. Kekurangan dan Kelebihan Penerapan Outsourcing

Penelitian Dun & Bradstreet menemukan bahwa seperempat dari seluruh

outsourcing gagal dalam waktu dua tahun dan setengahnya gagal dalam lima

tahun. Sebagai tambahan, banyak eksekutif yang memberi tahu peneliti bahwa

para pemasok sering kali tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan, memberi

harga terlalu mahal dan menyediakan layanan buruk. Terlebih lagi, ketika timbul

gangguan dalam rantai pasokan (supply chain) biaya yang timbul untuk kedua

belah pihak dapat menjadi tinggi. Satu hal yang pasti, outsourcing yang gagal

akan sangat mahal, terutama jika perusahaan ingin kembali ke aktivitas yang

sebelumnya di-outsource. Resiko lainnya dalam outsourcing adalah hilangnya

kontrol atas operasi dan informasi.

Kekurangan penerapan outsourcing pada perusahaan sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembangkan sistem

karena harus dimulai dari awal.

2. Terdapat kesulitan para user dalam menyatakan kebutuhan dan kesukaran

pengembang memahami user dan seringkali hal tersebut membuat para

pengembang merasa putus asa.

3. Adanya kemungkinan program mengandung bug yang sangat besar.

4. Memerlukan sumber daya manusia yang ahli dalam bidang sistem

informasi dan teknologi informasi. Jika masih terbatas, maka sangat

memerlukan diadakannya pelatihan.

5. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu

perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada

peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).

6. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat

menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan

kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan

(ditanggung sendiri).

7. Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas karena tidak adanya target yang

ditetapkan sehingga sulit untuk diprediksi oleh perusahaan.

8. Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh karyawannya sendiri.

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

13

9. Tidak secara fleksibel akan mampu menangani permasalahan-

permasalahan yang unik dalam perusahaan.

10. Kesepakatan dari kontraktual outsourcing harus berjangka waktu lama

untuk menjamin keamanan data dan kelanggengan sistem yang sudah

berjalan.

11. Memerlukan waktu, kordinasi dan biaya dalam melakukan perubahan

terhadap isi dari kesepakatan kerja sebelumnya.

12. Adanya kecenderungan outsourcer untuk merahasiakan sistem yang

digunakan dalam membangun sistem informasi bagi pelanggannya agar

jasanya tetap digunakan.

13. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang

dioutsourcekan. Dalam kasus seperti bila aplikasi tersebut merupakan

aplikasi yang harus memerlukan penanganan khusus dan cepat maka harus

terlebih dahulu menghubungi pihak vendor.

14. Memiliki ketergantungan kepada pihak ketiga (pengembang dan

pengelola) sehingga cukup sulit bagi perusahaan untuk mengambil alih

kembali sistem yang sudah berjalan saat ini (memerlukan waktu dan

tenaga).

15. Memungkinkan terjadinya pencurian atau hilangnya sistem dan data yang

perusahaan sehingga merugikan perusahaan.

Sedangkan kelebihan penerapan outsourcing pada perusahaan sebagai

berikut:

1. Sistem dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan.

2. Sistem dapat diintegrasikan dengan lebih baik terhadap sistem yang sudah

ada.

3. Dokumentasi menjadi lebih lengkap.

4. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dikontrol oleh

perusahaan.

5. User dalam perusahaan dapat mengendalikan pembuatan sistem.

6. Mengembangkan sistem sendiri dapat dijadikan sebagai keunggulan

kompetitif perusahaan.

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

14

7. Biaya pengembangannya relatif lebih murah karena hanya melibatkan

pihak perusahaan.

8. Rasa ikut memiliki yang dimiliki oleh pihak karyawan sehingga dapat

mendukung pengembangan sistem yang sedang dijalankan dan tidak

adanya konflik kepentingan bila dibandingkan dengan outsourcing.

9. Pengambilan keputusan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri

tanpa adanya intervensi dari pihak luar.

10. Dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan personil IT yang handal.

11. Biaya variabel dapat diubah menjadi biaya tetap dan membuat biaya

variabel menjadi lebih mudah diprediksi dan perusahaan dapat

menentukan tingkatan kualitas yang ingin dicapainya.

12. Akses kepada hak-hak intelektual dan pengalaman dan pengetahuan yang

luas karena Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem

teknologi ini dan pihak outsourcer memilikinya.

13. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan

dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcermemang spesialisasi

dan ahli di bidang tersebut. vendor dapat menyediakan solusi

menggunakan personilnya, infrastruktur, jasa pengintegrasian, dan jasa

pendukung. Vendor yang berpengalaman khususnya jenis jasa, banyak

menguji sistem dan permasalahan potensial sehingga dapat diantisipasi

lebih baik.

14. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer

teknologi dan transfer pengetahuan yang dimiliki olehoutsourcer.

15. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan

investasi.

16. Meminimalkan risiko kegagalan investasi yang mahal.

17. Katalisator dalam melakukan sebuah perubahan besar yang mungkin tidak

dapat diperoleh jika dilakukan sendiri oleh internal perusahaan.

18. Meminimalkan resiko melalui sharing risk kepada pihak ketiga.

Adanya kekurangan dan kelebihan dari penerapan outsourcing pada suatu

perusahaan sehingga dapat dijadikan pertimbangan oleh manajer dalam

mengambil keputusan. Perusahaan dapat lebih cermat dan teliti dalam

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

15

menentukan langkah strategis dalam meningkatkan kinerja perusahaan sehingga

perusahaan tetap dapat memperoleh keuntungan tanpa mengalami kagagalan

sistem informasi manajemen.

d. Kekurangan dan Kelebihan Insourcing

Kekurangan penerapan insourcing pada perusahaan sebagai berikut:

1. Mengurangi fleksibilitas strategi.

2. Membutuhkan investasi yang tinggi.

3. Supplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal.

4. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan

sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan

mereka.

5. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu

perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada

peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).

6. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat

menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan

kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan

(ditanggung sendiri).

7. Perlu waktu yang lama untuk mengembangkan sistem karena harus

dimulai dari nol.

8. Kesulitan para pemakai dalam menyatakan kebutuhan dan kesukaran

pengembangan memahami mereka dan seringkali hal ini membuat para

pengembang merasa putus asa.

9. Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas karena tidak adanya target yang

ditetapkan sehingga sulit untuk diprediksi oleh perusahaan.

10. Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh karyawannya sendiri.

Sedangkan kelebihan penerapan insourcing pada perusahaan sebagai

berikut:

1. High Degree Of Control.

2. Memiliki kemampuan untuk melihat secara keseluruhan dari proses.

3. Lebih ekonomis dalam hal ruanglingkup dan ukuran.

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

16

4. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data

lebih terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.

5. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan dengan lebih

mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.

6. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dikontrol.

7. Dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif sebab sekaligus

menunjukkan kemandirian dalam berusaha dan menambah rasa percaya

diri perusahaan akan kemampuannya.

8. Rasa ikut memiliki yang dimiliki oleh pihak karyawan sehingga dapat

mendukung pengembangan sistem yang sedang dijalankan dan tidak

adanya konflik kepentingan bila dibandingkan dengan outsourcing.

9. Cocok untuk pengembangan sistem dan proyek yang kompleks.

10. Kedekatan departemen yang mengelola sistem informasi dengan end-user

sehingga akan mempermudah dalam mengembangkan sistem sesuai

dengan harapan.

11. Pengambilan keputusan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri

tanpa adanya intervensi dari pihak luar

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

17

IV. PENUTUP

a. Kesimpulan

Penerapan konsep outsourcing maupun insourcing pada sisitem informasi

perusahaan tergantung pada situasi dan keadaan dari suatu perusahaan. Antara

Insourcing dan Outsourcing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Sebenarnya tidak bisa dikatakan mana yang lebih baik dan mana yang buruk, tapi

kebijakan memilih pendekatan itu tergantung pada situasi perusahaan.

Outsourcing menjadi salah satu solusi yang paling sering digunakan untuk

mengembangkan suatu sistem informasi pada suatu perusahaan karena dengan

outsourcing suatu perusahaan akan lebih fokus pada bisnis inti walaupun ada pula

perusahaan yang tidak hanya menggunakan satu pendekatan, namun dua

pendekatan sekaligus.

Keputusan melakukan insoursing/outsourcing merupakan sesuatu yang

penting untuk kesuksesan ekonomi perusahaan karena keputusan tersebut

mencerminkan batas kemampuan ekonomi dan karakteristik kompetitif dari

sebuah perusahaan. Keputusan melakukan Insourcing/ Outsourcing merupakan

strategi perusahaan melalui investasi terhadap kapabilitasnya.

b. Saran

Penerapan outsourcing-insourcing dalam pengelolaan sistem informasi

pada suatu perusahaan sebaiknya dilakukan dengan secara profesional dan matang

. Hal ini dikarenakan, biaya yang di keluarkan untuk investasi sangatlah besar

juga manfaat yang di rasakan akan sangatlah besar, perusahaan hendaknya

memilih vendor yang baik dan profesional serta menimbang keuntungan dan

kerugiannya.

Jika perusahaan memerlukan jasa yang membutuhkan keahlian pada area

tertentu yang bukan merupakan core competency dari perusahaan, maka

outsourcing juga dapat dijadikan, karena dengan outsourcing dapat memberikan

akses pada jasa keahlian, dan juga dapat mengurangi biaya, dan lebih cepat

mendapatkan hasil dari proyek atau operasional perusahaan yang dilempar ke

pihak ketiga atau perusahaan outsource. Namun, jika suatu operasional

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

18

perusahaan yang akan dikerjakan meliputi proses produksi, maka insourcing yang

menjadi pilihan, karena akan menghemat biaya transportasi dan perusahaan

memiliki kontrol lebih terhadap proyeknya.

Penerapan Outsourcin-Insourcing dalam Sistem Informasi ManajemenPerusahaan

Indana Saramita R, P056132072.46E

19

DAFTAR PUSTAKA

Davis, B. Gorgon. 1995. Kerangka Dasar SIM. Jakarta: PT Gramedia.

Eisenhardt, K. (1989). Agency Theory : An Assessment and Review, Academy of

Management Review, 14 (1): 57-74.

Franceschini, F., M.Galetto, A.Pignatelli, and M.Varetto (2003). Outsourcing:

guidelines for a structured approach. Benchmarking An International Journal.

10 (3): 246-260.

Harland, Christine, Louise Knight, Richard Lamming, and Helen Walker. (2005).

Outsourcing: assessing the risks and benefits for organizations, sector and

nations. International Journal of Operation & Production Management. 25

(9): 831-850.

Ibrahim Z. 2005. Praktek Outsourcing Dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja.

Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto. 2003. Proses Bisnis

Outsourcing. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

O’ Brien J. A dan George M. M. 2009. Management Information Systems. Ninth

Edition. MgGraw-Hill Inc, New-York.

Pusdiklatwas BPKP. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Diklat Penjenjangan

Auditor Ketua Tim. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Edisi Keempat.

Rebernik, Miroslav and Barbara Bradac (2006), Cooperation and opportunistic

behavior in transformational outsourcing. Kybernetes. 35 (7/8):1005-1013.

Sanjoyo R. Sistem Informasi Manajemen dan Fungsi SIM. Yogyakarta: D3

Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada.

Sonhaji. 2007. Aspek Hukum Hubungan Kerja Melalui Mekanisme Outsourcing

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Semarang:

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Majalah Masalah-Masalah

Hukum.