PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN KRAGILAN 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: ARIF NUR HIDAYAT X7108627 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN PADA SISWA

KELAS II SDN KRAGILAN 2

TAHUN PELAJARAN

2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

ARIF NUR HIDAYAT

X7108627

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN PADA SISWA

KELAS II SDN KRAGILAN 2

TAHUN PELAJARAN

2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

ARIF NUR HIDAYAT

X7108627

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun

Pelajaran 2009/2010.

Oleh :

Nama : ARIF NUR HIDAYAT

NIM : X7108627

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimning I Pembimbing II

Dra. MG. Dwijiastuti, M.Pd. Drs. Hartono, M.Hum

NIP 195007121979032001 NIP 196706171992031002

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun

Pelajaran 2009/2010.

Oleh :

Nama : Arif Nur Hidayat

NIM : X7108627

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

Nama Terang :

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd

Anggota I : Dra. MG Dwijiastuti, M. Pd

Anggota II : Drs. Hartono, M.Hum

Tanda Tangan

…………………

…………………

…………………

…………………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Arif Nur Hidayat. NIM X7108627. Penerapan Model Pembelajaran Quantum

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa

Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika

pada materi perkalian melalui model pembelajaran quantum di kelas II SD Negeri

Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah peningkatan hasil belajar matematika pada materi perkalian, sedangkan

variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran quantum.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SD

Negeri Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen yang berjumlah 17

siswa. Peneliti dalam memilih subjek bukan secara individual, tetapi secara klasikal.

Pengumpulan data dilakukan dengan, observasi, tes, dan dokumen. Penelitian ini

dilakukan sebanyak 3 siklus yang terbagi dalam 5 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I nilai

rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68 dengan presentase siswa yang memperoleh

nilai diatas KKM adalah 70,6%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa

sebesar 72,9 dengan presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah

82,4%. Pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,8 dengan

presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 94,1%. Dengan

demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika

dengan penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar

matematika pada materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Arif Nur Hidayat. NIM X7108627. An Application of quantum learning

method for increasing achievment mathematics with study material

multiplication for student second grade at Elementary School Kragilan 2

2009/2010 Academic Year. Script. Surakarta. The faculty of educational and

teacher’s training. Sebelas Maret University. March 2010.

The aims of research was for increasing achievment mathematics with study

material multiplication by quantum learning method for student second grade at

Elementary School Kragilan 2, Gemolong District, Sragen Regency.

The purposes changing of variable in classroom action research was an

increasing achievment mathematics with study material multiplication. And the

action variable wich be used research was implementation of quantum learning

method.

The research model was the classroom action research with cycle model. Each

cycle consist of 4 steps. It’s, planning, action, observation, reflection. And as subject

of this research was student second grade at Elementary School Kragilan 2,

Gemolong District. Sragen Regency, totaly 17 persons. The researcher didn’t choose

subjects individually, but clasically. And for collecting the data was done by

observation, test and document. The research was done at 3 cycle in 5 meeting.

Based on this research, it can be concluded that in the first cycle, the average

mark from student’s learning achievment is 68 and precentation for students who get

the mark more than mark of standart minimum of graduation is 70,6%. At the second

cycle, the average mark from student’s learning achievment is 72,9 and precentation

for students who get the mark more than mark of standart minimum of graduation is

82,4%. At the third cycle, the average mark from student’s learning achievment is

81,8 and precentation for students who get the mark more than mark of standart

minimum of graduation is 94,1%. Moreover, can be proposed a recomendation that

learning mathematics with implementation of quantum learning method can increase

achievment mathemetics with study material multiplication for students second

grade at Elementary School Kragilan 2, Gemolong District Sragen Regency

2009/2010 academic year.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-

gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemahan HR. Tabrani)

‘’Man jadda wa jadda ‘’

Barang siapa bersungguh –sungguh pasti akan berhasil.

(Pepatah Bangsa Arab)

Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina

(Hadits Nabi Muhammad SAW)

Sekali Milanisti selamanya tetap Milanisti

(anh)

Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuan nya untuk mencegah

munculnya masalah , tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap

kesulitan saat masalah terjadi

(David J. Schartz)

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

Ayah, Ibu, dan adik tercinta serta keluarga besar

penulis

Keluarga besar SD Negeri Kragilan 2

Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen

Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD dan

Almamaterku

Para Milanisti Indonesia

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat,

hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyselesaikan skripsi yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun

Pelajaran 2009/2010”.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua

pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP UNS.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program PGSD FKIP UNS.

4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

5. Dra. MG Dwijiastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I.

6. Drs. Hartono, M.Hum. selaku dosen pembimbing II.

7. M. Jumadi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah, semua dewan guru, karyawan serta

siswa-siswi SD Negeri Kragilan 2.

8. Teman-teman mahasiswa S1 Kualifikasi PGSD FKIP UNS.

9. Pembaca yang budiman serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya

skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv

ABSTRAK............................................................................................................. v

ABSTRACT........................................................................................................... vi

MOTTO.................................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN.................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR............................................................................................ ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah........................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah.......................................................................... 3

D. Rumusan Masalah.............................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian............................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian............................................................................. 4

BAB II : LANDASAN TEORI.............................................................................. 6

A. Landasan Teori................................................................................... 6

B. Penelitian Relevan.............................................................................. 26

C. Kerangka Berfikir............................................................................... 27

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 29

B. Bentuk dan Strategi Penelitian............................................................ 29

C. Subjek dan Objek Penelitian............................................................... 30

D. Data dan Sumber Data........................................................................ 31

E. Teknik Sampling................................................................................. 31

F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 31

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

G. Validitas Data..................................................................................... 33

H. Analisis Data....................................................................................... 33

I. Prosedur Penelitian............................................................................. 34

J. Indikator Kinerja................................................................................. 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN............................................................................. 40

A. Profil Tempat Penelitian...................................................................... 40

B. Deskripsi Kondisi Awal....................................................................... 40

C. Deskripsi Peleksanaan Penelitian........................................................ 43

1. Deskripsi Tindakan Siklus 1.......................................................... 43

2. Deskripsi Tindakan siklus II.......................................................... 52

3. Deskripsi Tindakan Siklus III........................................................ 59

D. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................... 63

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN............................................... 71

A. Simpulan............................................................................................... 71

B. Implikasi................................................................................................ 71

C. Saran.................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 74

LAMPIRAN............................................................................................................. 76

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir.................................................................................. 28

Gambar 2 Siklus PTK............................................................................................. 30

Gambar 3 Grafik Nilai Sebelum Tindakan............................................................. 42

Gambar 4 Grafik Data Nilai Tes Siklus I................................................................ 49

Gambar 5 Grafik Data Nilai Tes Siklus II.............................................................. 56

Gambar 6 Grafik Data Nilai Tes Siklus III............................................................. 61

Gambar 7 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa sebelum Tindakan dan

setelah Siklus I....................................................................................... 66

Gambar 8 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal, setelah Siklus I, dan setelah

Siklus II.................................................................................................. 68

Gambar 9 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal, setelah Siklus I, setelah Siklus

II, dan setelah Siklus III......................................................................... 70

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Sebelum Tindakan)............................... 41

Tabel 2 Hasil Tes Awal.......................................................................................... 42

Tabel 3 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I............................................................. 48

Tabel 4 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II............................................................ 56

Tabel 5 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus III.......................................................... 61

Tabel 6 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I................................................................ 65

Tabel 7 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah

Tindakan Siklus I dan Tindakan Siklus II................................................. 67

Tabel 8 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah

Tindakan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III............................................... 69

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan

dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dalam era globalisasi dewasa ini,

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh sumber daya

manusia yang berkualitas tinggi. Sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini,

matematika telah berkembang pesat, baik materi atau kegunaannya. Namun sayang,

sampai dengan saat ini matematika masih dipandang sebagai mata pelajaran yang

manakutkan dan sulit bagi para siswa.

Komponen utama dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa. Bila

ditinjau dari komponen guru, agar proses pembelajaran dapat berhasil, guru harus

dapat membimbing siswa sedemikian rupa sehingga para siswa dapat

mengembangkan pengetahuan mereka sesuai dengan struktur pengetahuan mata

pelajaran yang dipelajarinya. Untuk mencapai hal tersebut, selain harus memahami

mata pelajaran sepenuhnya, guru juga dituntut mengetahui secara tepat dimana posisi

pengetahuan siswa pada awal (sebelum) mengikuti pelajaran materi tertentu.

Selanjutnya berdasar metode yang dipilihnya, guru diharapkan dapat membantu

siswa dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif.

Ditinjau dari komponen siswa, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh

konsep-konsep yang relevan, yaitu konsep-konsep yang harus diketahui siswa

sebelum mempelajari materi tertentu, misalnya sebelum mempelajari perkalian,

siswa harus mengerti dan paham tentang penjumlahan. Konsep-konsep baru akan

sulit dipahami bila konsep-konsep yang relevan belum dimiliki siswa. Kegagalan

siswa di kelas sering diakibatkan oleh ketidakdisiplinan siswa mengenai konsep-

konsep yang relevan ini.

Sampai sekarang masih banyak terdengar keluhan dari para siswa bahwa

pelajaran matematika itu sulit, membosankan dan tidak menarik. Hal ini adalah

persepsi yang negatif terhadap matematika, persepsi ini ada dalam setiap jenjang

pendidikan. Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut,

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mungkin bersumber dari porsi materinya yang kurang sesuai maupun strategi

pembelajaran yang kurang tepat.

Persepsi negatif tentang matematika tersebut dapat menimbulkan minat dan

motivasi siswa dalam mempelajari matematika menjadi berkurang. Siswa menjadi

tidak tertarik dengan pelajaran matematika yang dianggap sulit, membosankan dan

tidak menarik. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika dapat

mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar matematika yang masih rendah juga terjadi pada siswa kelas II

SDN Kragilan 2, terutama dalam materi perkalian. Hal ini dapat dilihat dari masih

banyaknya siswa yang nilainya msih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

dan nilai rata-rata kelas dalam materi perkalian juga masih rendah. Hal ini

disebabkan karena adanya persepsi negatif tentang matematika yang dapat

menyebabkan rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru mempunyai peranan yang sangat penting,

maka dalam proses pembelajaran guru hendaknya mampu memilih dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,

fisik, maupun sosial. Bagaimana agar siswa itu belajar aktif? Agar siswa belajar

aktif, hendaknya pembelajaran matematika itu dilakukan dengan menarik minat

siswa, siswa mendapat kesempatan, sarana dan prasarana menunjang kelancaran

dalam proses pembelajaran, penggunaan teknik/metode yang tepat, guru harus

mampu mengadakan penilaian diri, pengetahuan guru luas, memakai cara evaluasi

yang bervariasi, dan guru memiliki kompetensi yang utuh serta mampu menerapkan

dalam pembelajaran matematika.

Model pembelajaran quantum adalah salah satu model pembelajaran yang

dapat menumbuhkembangkan pembelajaran yang aktif, yaitu pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik. Melalui model pembelajaran quantum, proses

pembelajaran akan berlangsung secara nyaman dan menyenangkan, sehingga dapat

meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Dengan begitu, diharapkan hasil

belajar siswa akan lebih meningkat.

Disamping hal tersebut di atas, pembelajaran matematika hendaknya

disesuaikan dengan materi apa yang akan diajarkan dan perkembangan berpikir

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa. Dengan demikian diharapkan akan terdapat keserasian dalam pembelajaran

yang menekankan keterampilan menyelesaikan dan pemecahan masalah. Karena

matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-

konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu, sebelum memanipulasi simbol-

simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari

pada apa yang telah diketahuinya.

Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman

belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar

materi matematika tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun

pelajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi

permasalahannya sebagai berikut:

1. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran

matematika.

2. Belum maksimalnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

3. Belum diterapkannya suatu model pembelajaran inovatif dalam proses belajar

mengajar.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman antar variabel, maka

dalam penelitian ini akan dibatasi masalah-masalahnya sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan dalam mata pelajaran matematika dengan materi

pokok perkalian pada kelas II semester 2.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Quantum Learning dengan

menggunakan media pembelajaran berupa benda konkret.

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Hasil penelitian ini dibatasi pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, kecamatan

Gemolong, kabupaten Sragen, tahun pelajaran 2009/2010.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran quantum dapat

meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN

Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran

2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada para

guru sekolah dasar untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenagkan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memperkaya

khasanah keilmuan, khususnya dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang

mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.

a. Bagi siswa:

1) Meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran

matematika.

2) Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotorik dalam materi perkalian.

3) Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Hasil belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat

bertahan dalam jangka waktu yang lama.

b. Bagi guru:

1) Mengetahui bahwa model pembelajaran quantum dapat dijadikan alternatif

bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika

siswa, terutama dalam materi perkalian.

2) Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi perkalian.

3) Meningkatnya profesionalisme guru.

c. Bagi sekolah:

1) Dapat memperbaiki proses pembelajaran di sekolah.

2) Terciptanya iklim pembelajaran yang menyenangkan bagi para siswa.

3) Meningkatnya hasil belajar siswa dan kualitas pendidikan di sekolah.

d. Bagi peneliti:

1) Memperdalam wawasan peneliti tentang penelitian tindakan kelas.

2) Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang karakteristik siswa

sehingga diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di masa yang

akan datang.

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Hasil Belajar

a. Hakikat belajar

Menurut James O. Wittaker (1970: 15) dalam Wasty Soemanto (2003), belajar

dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which

behaviour originates or is altered through training or experience”. Dengan demikian

perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,

kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar.

Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh

Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Education Psychologhy” yang menyatakan

sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of

experience” Wasty Soemanto(2003). Dengan demikian belajar yang efektif adalah

melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan

objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya,

kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Oleh karena itu belajar

adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada kompetensi, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,

memahami sesuatu. (Tim Penulis. Srategi Belajar Mengajar. FKIP UNS. 2007: 2).

Berkaitan dengan ini, Sumadi Suryabrata (1981: 2) dalam Srategi Belajar

Mengajar. FKIP UNS (2007: 2) memberikan ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar”

yaitu:

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang

belajar baik aktual maupun potensial,

2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang

berlaku dalam jangka waktu yang relatif lama,

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses perubahan tingkah laku suatu individu yang diperoleh melalui interaksi

dengan lingkungan, belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan suatu

perubahan pada diri individu sehingga diperoleh kemampuan baru yang bertahan

dalam jangka waktu yang relatif lama.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun

dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas

maupun individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada

jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil

belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-

definisi.html)

Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-

definisi.html, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya

adalah sebagai berikut:

1) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotorik

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku

yang lebih baik lagi.

Menurut Nana Sudjana ( 2004:22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam

hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap

dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada

kurikulum sekolah.

Pendapat dari Nana Sudjana ini menunjukkan hasil perubahan dari semua

proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah

menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan

berulang-ulang dan akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan

hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi

individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan

merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (1995:54-71) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan

faktor ektern adalah faktor yang ada diluar individu.

1) Faktor Intern

Slameto (1995:54-71) menyatakan bahwa faktor intern yang mempengaruhi

belajar dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis,

dan faktor kelelahan.

a) Faktor Jasmaniah

(1) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan segenap bagian-

bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal

sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu, selian itu juga ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,

mudah pusing, mengantuk jika badan lemah, kurang darah atau pun ada

gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indra serta

tubuhnya.

Agar seseorang dapat bekerja dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah

raga, rekreasi dan ibadah.

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta,

setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan

lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat

belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada

lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat

mengurangi pengaruh kecacatan itu

b) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor itu adalah inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

(1) Intelegensi

Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih

berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi

belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar

adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang

mempengaruhinya.

(2) Perhatian

Menurut Gazali dalam Slameto (1995: 56) menyatakan bahwa

"perhatian adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itupun semata-

mata tertuju pada suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar baik,

maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,

jika bahan pelajaran tidak menjadi perahatian siswa, maka timbulah

kebosanan, sehingga ia sudah tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat

belajar dengan baik, diusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian

dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau

bakatnya.

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(3) Minat

Hilgrad dalam Slameto (1995:57) memberi rumusan tentang minat

adalah sebagai berikut: "interest is persisting to pay attention to and enjoy

some activity or content". Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengengang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa

senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya

sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti oleh

perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasan senang

dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat belajar yang tingi berpengaruh terhadap hasil belajar, karena

jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan minat belajar siswa,

maka siswa lebih mudah mempelajari dan dengan sendirinya akan

tersimpan dalam ingatan siswa.

(4) Bakat

Bakat atau appitude menurut Hilgard dalam Slameto (1995:57)

adalah “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuaan itu baru akan terealisasi menjadi

kecakapan sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik,

misalnya akan lebih cepat dibandingakan dengan orang lain yang kurang

atau tidak berbakat dalam bidang itu.

Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari

siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia

senang belajar dan pastilah ia selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya

itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa

belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya

(5) Motif

Menurut James Draver dalam Slameto (1995: 58) memberikan

pengertian motif adalah "motive is an affective-conative factor which

operates in determining the direction of an individual's behavior towards

an end or goal, consioustly aprehended or unconcioustly". Yaitu segala

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

Dalam proses pembelajaran motivasi sangat penting. Motivasi merupakan

syarat mutlak untuk belajar karena tanpa motivasi anak kadang suka

bermain sendiri pada saat pembelajaran berlangsung.

Di sekolah sering terdapat peserta didik yang malas, tidak

menyenangkan, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru

tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong siswa

tersebut agar ia dapat bekerja dengan segenap tenaga dan fikiranya. Nilai

yang kurang bagus dalam suatu mata pelajaran tertentu belum tentu bahwa

peserta didik itu bodoh terhadap mata pelajaran itu, tetapi semata-mata

hanya kurang motivasi yang diberikan. Dengan demikian jelaslah bahwa

motivasi sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran.

(6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang. Tiap organ (fisik maupun Psikis) dapat dikatakan telah matang

jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Anak-anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal itu masih

terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuh dan fungsi-fungsi jiwanya

belum matang untuk melakukan pemecahan mengenai soal-soal tersebut.

Kematangan sangat erat hubunganya dengan umur. Jadi kemajuan dalam

belajar sangat dipengaruhi oleh kematangan.

(7) Kesiapan

Menurut Jamies Drever dalam Slameto (1995: 59) kesiapan atau

readiness adalah Preparedness to respond or react. Yaitu kesediaan untuk

memberi respon atau bereaksi. Kesedihan itu timbul dari dalam diri

seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan

berarti kesepian untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu

diperhatikan dalam proses belajar. Karena jika siswa belajar dan padanya

sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena

kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak atau

kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan

ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehinga sulit

berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan

rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat

tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama atau konstan tanpa ada

variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan

bakat, minat dan perhatiannya.

Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu

mempengaruhi belajar. Agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari

jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya sehingga perlu diusahakan

kondisi yang bebas dari kelelahan.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah

dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat.

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga

dan keadaan ekonomi keluarga

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, Alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat

Pengaruh belajar siswa yang ada hubungannya dengan masyarakat

antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, dan teman

bergaul.

2. Hakikat Matematika Perkalian

a. Pengertian Matematika

Banyak orang beranggapan bahwa matematika itu adalah aritmatika atau

berhitung. Padahal aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dengan

kata lain matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Dari

berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar, matematika adalah bidang

studi yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan peserta didik. Untuk dapat

memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan

pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli

berikut.

Matematika baerasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti

belajar atau hal yang dipelajari. Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang

matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana

administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika

merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua

dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang

terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika

itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan

matematika? Ketiga, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur

logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual.

(http://masthoni.wordpress.com)

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007:1) matematika adalah bahasa

simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang

pola keteraturan, dan struktur yang telah terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke

detail. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman (2007:1),

yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang

deduktif.

Kitcher dalam http://masthoni.wordpress.com lebih memfokuskan

perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa

matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan

oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para

matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum

terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,

dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang

sebagai the science of pattern.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur,

perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah

penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah

pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika

simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi

matematika.(www.wikipedia.org) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara

bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah bahasa simbolis yang memudahkan manusia berfikir dalam menyelesaikan

masalah mengenai bilangan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Heruman (2007:1-2) Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar

antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada

fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan

dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih

terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek

konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika

yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat

memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami

dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui

tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa

perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori

siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk

keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan

pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini

akan mudah dilupakan siswa.

c. Teori Belajar Matematika

Adapun teori-teori belajar matematika meliputi:

1) Teori Belajar Bruner

Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau

mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk

menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu

suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau

dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi

menjadi tiga tahapan yaitu : (a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), (b)

Tahap Ikonic atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic) (c)Tahap simbolik

(Symbolic)

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Teori Belajar Dienes

Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a). Tahap

bermain bebas ( Free Play), (b). Permainan (Games), (c). Penelaahan Kesaman

Sifat (Searching for Comunities), (d). Representasi (Repretantion), (e).

Simbolisasi (Symbolitation), (f). Formalisasi (Formalittion).

3) Teori Belajar Van Hiele

Van Hiele mengemukakan lima tahapan belajar geometri secara berurutan,

yaitu :(a) Tahap pengenalan, (b) Tahap Analisis, (c) Pengurutan, (d) Deduksi, (e)

Akurasi.

4) Teori Belajar Brownell dan Engen

Menurut teori Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam situasi

pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1) adanya suatu

kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang mewakili unsur-unsur

kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu yang menafsirkan simbol

tersebut.

5) Teori Belajar Gagne

Menurut Teori Gagne menyatakan bahwa: (1) obyek belajar matematika

ada dua yaitu obyek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan obyek

tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri,

bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar). (2) tipe belajar berturut-

turut ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan yang kompleks, yaitu belajar

isyarat, belajar stimulus respon, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar

konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah.

d. Matematika Sekolah

Erman Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah

merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah

(formal), yaitu SD, SMP, dan SMA. Sedangkan Soedjadi (1995:1) dalam

http://syarifartikel.blogspot.com/ menjelaskan bahwa matematika sekolah adalah

bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau

berorentasi pada pendidikan.

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah

adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap

perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk

mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.

e. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP

SD/MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan

mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI

mencakup: a). bilangan, b). geometri dan pengukuran, dan c). pengolahan data.

f. Pengertian Perkalian

Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan

bilangan yang sama sebanyak “n” kali. Perkalian juga dapat diartikan sebagai

penjumlahan berulang. Operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif

dan asosoatif, yaitu bilangan yang dikalikan saling ditukat tempatnya, hasilnya tetap

sama.

Dalam http://sigmetris.com/indexz.php?option=com_content&do_pdf=1&id,

perkalian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-

anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Bila operasi

penambahan dan pengurangan ini sudah diperkenalkan pada kelas satu di sekolah

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dasar, maka biasanya operasi perkalian mulai diperkenalkan pada kelas dua di

sekolah dasar.

Perkalian adalah penjumlahan berulang

Contoh:

3 x 4 = 4+4+4 = 12

4 x 2 = 2+2+2+2 = 8

Perkalian dua bilangan satu angka, contoh:

2 x 2 = 4

5 x 5 = 25

Pada perkalian berlaku sifat pertukaran, contoh:

3 x 5 = 5 x 3 = 15

6 x 8 = 8 x 6 = 48

Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 1 hasilnya sama dengan

bilangan itu sendiri, contoh:

3 x 1 = 3

6 x 1 = 6

Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 0 hasilnya sama dengan 0.

Contoh:

7 x 0 = 0

2 x 0 = 0

Perkalian tiga bilangan satu angka, contoh:

2 x 2 x 2 = (4)x2 = 8

5 x 5 x 5 = (25)x5 = 125

(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01cd/397b8312.dir/d

oc.pdf)

Sifat pertukaran pada perkalian

3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21

7 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21

3 x 7 = 7 x 3

Jadi, 3 x 7 = 7 x 3

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan perkalian adalah penjumlahan yang berulang sebanyak “n” kali dan berlaku

sifat komutatif dan asosiatif.

3. Hakikat Model Pembelajaran Quantum

a. Pengertian Pembelajaran Quantum

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Pembelajaran quantum dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam

interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang

monopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-

benar menerapkan suasana belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar

efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi ini mengubah kemampuan

dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan

orang lain (Bobbi De Porter, 2005: 5).

Tokoh utama di balik pembelajaran quantum adalah Bobbi DePorter, seorang

ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan

setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah

perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun

1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum

di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows,

Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau

dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian

pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia.

Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons,

Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara

terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran quantum

kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an.

“Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa

dan sinergi pendapat ratusan guru di SuperCamp”, jelas DePorter dalam Quantum

Teaching (2001: 4). “Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Quantum Learning menemukan bentuknya”, ungkapnya dalam buku Quantum

Learning (2004: 4).

Menurut De Porter dan Hernacki (2001: 16) Quantum Learning

menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program

neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk

diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain

seperti, 1) Teori otak kanan atau kiri, 2) Teori otak 3 in 1, 3) Pilihan modalitas

(visual, auditorial dan kinetik), 4) Teori kecerdasan ganda, 5) Pendidikan holistic

(menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar dengan simbol

(Metaphoric Learning), 8) Simulasi atau permainan.

Quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi

pancaran cahaya yang dahsyat. Menurut Ari Nilandri (1999:56), quantum teching

adalah berbagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-

interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan

siswa. Pempbelajaran yang menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses

kegiatan belajar dengan cara sengaja menggunakan musik/mewarnai lingkungan

sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, pengajaran yang efektif, dan

banyak mengaktifkan siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran quantum adalah suatu interaksi

yang terjadi di dalam proses pembelajaran, niscaya mampu mangubah berbagai

potensi yang ada di dalam diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan

(dalam memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan kepada orang lain.

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum

Quantum teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan

asas utama, “bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia

mereka”. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek quantum teching. Prinsip-

prinsip tersebut adalah:

1) Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan

guru hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam penggubahan Anda mempunyai tujuan.

3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adannya rangsangan kompleks, yang akan

menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi

ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk

apa yang mereka pelajari.

4) Akui setiap usaha

Belajar mempunyai aturan. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.

Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas

kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik

mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

Guru sebaiknya sering memberi hadiah kepada siswa yang berhasil dalam

menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar. Dengan pemberian hadiah berupa

pujian, mereka akan merasa dihargai, sehingga mereka akan selalu berusaha agar

dapat memecahkan masalah tugas yang diberikan. (Bobbi De Porter dan Mark

Reardon, 2005: 7-8).

Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus

berdampak bagi terbertuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu

diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Ada delapan prinsip keunggulan dalam

pembelajaran quantum, yaitu:

1) Terapkanlah hidup dalam integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir

ketika nilai-nilai dan perilaku menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi

belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar.

2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan

Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman, karena

kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Berbicaralah dengan niat baik

Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar

pembelajar.

4) Tegaskanlah komitmen

Disinilah perlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang

memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.

5) Jadilah pemilik

Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang

bertanggungjawab.

6) Tetaplah lentur

Pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk

memperoleh hasil yang diinginkan.

7) Pertahankanlah keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu

kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

c. Karakteristik Umum Pembelajaran Quantum

Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan

dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk

pembelajaran quantum adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai,

2) Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis empiris,

3) Bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behaviorisme. Oleh karena

itu, nuansa konstruktivisme dalam pembelajarn kuantum relatif kuat,

4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan

sekedar transaksi makna. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan

tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang

bermutu dan bermakna,

5) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi,

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6) Menekankan pada kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan

keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat,

7) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks

pembelajarn meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,

lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang

dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, fasilitas yang lentur,

keterampilan belajar dan keterampilan hidup,

8) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan

dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan,

diperlakukan, dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses

pembelajaran,

9) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

Pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam

proses pembelajaran,

10) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan

ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci

selain interaksi,

11) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran,

12) Menekankan pada kebermaknaan dan mutu proses pembelajaran oleh pengajar

atau fasilitator.

d. TANDUR sebagai Kerangka Perencanaan Pembelajaran Model Quantum

Menurut Bobbi DePorter (dalam Sugiyanto, 2009) Untuk mempermudah

mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran Quantum dikenalkan

dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami,

Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka TANDUR dapat membawa

siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun, tingkat kelas

dengan beragam budayanya, jika para guru benar-benar menggunakan prinsip-prinsip

pembelajaran Quantum Learning. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum

TANDUR adalah sebagi berikut:

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Tumbuhkan: Sertakan diri, pikat dan puaskan keingintahuan mereka. Buatlah

mereka tertarik tentang materi yang akan kita ajarkan. Artinya seorang guru dalam

mengajar harus dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar

dengan berbagai cara.

2) Alami: Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk

mengetahui”. Maksudnya, seorang guru dalam mengajar harus dapat menciptakan

pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara memberikan contoh peristiwa yang pernah dilihat atau dialami dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Namai: Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep

pokok dari mata pelajaran. Maksudnya, dalam mengajar seorang guru harus

menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh siswa, mengajarkan konsep

dengan jelas dan menggunakan strategi yang tepat agar siswa lebih mudah

memahami konsep yang diajarkan.

4) Demonstrasikan: Berikan kesempatan lagi mereka untuk mengaitkan pengalaman

dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai

pengalaman pribadi. Artinya dalam mengajar guru harus menggunakan media

atau alat peraga untuk mendemonstrasikan materi yang diajarkan, sehingga siswa

akan lebih mudah mengingat konsep atau isi pesan yang disampaikan oleh guru.

5) Ulangi: Rekatkan gambaran keseluruhannya. Pengulangan berfungsi untuk

memperkuat koneksi syaraf dengan materi yang telah diajarkan. Strategi yang

dapat dilakukan antara lain melalui pertanyaan, postest, ataupun penugasan, atau

membuat ikhtisar hasil belajar.

6) Rayakan: Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan. Perayaan

menambahkan belajar dengan asosiasi positif. Artinya seorang guru dalam

mengajar dapat memberi pengakuan atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas

dan pemerolehan keterampilan serta ilmu pengetahuan. Kelas dapat menjadi

rumah kedua bagi siswa, menjadi tempat belajar yang menyenagkan, tempat siswa

mengalami kegembiraan dalam belajar dan tumbuh.

Salah satu indikator keberhasilan guru dalam pembelajaran adalah adanya

perubahan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang lebih baik setelah

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa mengalami proses pembelajaran. Untuk mencapai indikator tersebut guru perlu

menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif serta pembelajaran yang

didalamnya melibatkan keaktifan siswa. Melalui metode pembelajaran Quantum

Teaching dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi, dan Rayakan), siswa dilatih untuk kreatif dan aktif sehingga afektif dan

psikomotorik siswa dapat berkembang. Disamping itu fungsi perayaan di dalam

Quantum Teaching memungkinkan anggapan Matematika sebagai pelajaran yang

sulit dan kurang disukai oleh siswa dapat berubah menjadi pelajaran yang

menyenangkan dan disukai oleh siswa. Jika siswa berada dalam lingkungan

pembelajaran yang kondusif serta suasana pembelajaran menyenangkan diharapkan

siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif

siswa dapat optimal.

B. Penelitian Relevan

Isna Noor Izzati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil

Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SDN

Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. Menjelaskan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar

siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Banyuputih. Yaitu pada kondisi awal (sebelum

menerapkan model pembelajaran kuantum) nilai rata-rata siswa adalah 5,5 dan siswa

yang belajar tuntas (mencapai KKM) adalah 43,33%. Setelah menerapkan model

pembelajaran kuantaum, nilai rata-rata siswa dan siswa yang belajar tuntas

meningkat. Setelah dilaksanakan siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

6,47 dan siswa yang belajar tuntas menjadi 80%. Setelah dilaksanakan siklus II, nilai

rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 7,33 dan siswa yang belajar tuntas menjadi

96,67%. Dan setelah dilaksanakan siklus III, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

8,4 dan 100% siswa dapat mencapai KKM (belajar tuntas).

Penelitian di atas terdapat kesamaan variabel penelitian. Kesamaan yang

pertama adalah pada variabel bebasnya, yaitu penerapan model pembelajaran

quantum. Dan kesamaan yang kedua adalah pada variabel terikat, yaitu peningkatan

hasil belajar. Selain terdapat kesamaan, penelitian di atas juga terdapat perbedaan

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan penelitian yang penulis lakukan. Yaitu lokasi/tempat penelitian, mata

pelajaran yang akan ditingkatkan hasil belajarnya, dan juga tingkatan/kelas siswa

yang akan diteliti.

C. Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal (sebelum tindakan), belum diterapkan suatu model

pembelajaran yang inovatif sehingga minat dan motivasi dan motivasi belajar siswa

rendah. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dapat mengakibatkan hasil

belajar siswa rendah.

Untuk meningkatkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan suatu model

pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan minat

dan motivasi belajar siswa. Maka dipilihlah model pembelajaran quantum.

Hasil belajar siswa diduga meningkat apabila guru dalam menyampaikan

materi pelajaran menggunakan model pembelajaran quantum. Dengan melihat

prinsip dan karakteristik model pembelajaran quantum, pada pembelajaran

matematika dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi

perkalian pada kelas II semester 2. Model pembelajaran quantum adalah salah satu

model pembelajaran inovatif. Dengan diterapkannya model pembelajaran quantum,

siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran

quantum, proses pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. Sehingga

minat, motivasi, dan aktivitas siswa dalam belajar akan lebih meningkat.

Meningkatnya minat, motivasi, dan aktivitas siswa selama mengikuti proses

pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang

disampaikan guru, dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik/meningkat.

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam gambar 1 sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Kondisi Awal

Guru Belum menerapkan

model pembelajaran

quantum pada pelajaran

matematika materi

perkalian. Pembelajaran

masih bersifat

konvensional. Guru juga

belum menggunakan

media/alat peraga saat

mengajarkan perkalian.

Hasil belajar

matematika materi

perkalian pada siswa

kelas II SDN Kragilan 2

masih rendah.

Tindakan

Guru menerapkan model

pembelajaran quantum

pada pelajaran

matematika materi

perkalian.

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Kondisi Akhir

Dengan menerapkan model pembelajaran

quantum pada materi perkalian, maka hasil

belajar matematika materi perkalian pada

siswa kelas II SDN Kragilan 2 meningkat.

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kragilan 2,

dengan alasan sebagai berikut:

a. Penulis adalah pengajar di SD Negeri Kragilan 2,

b. Secara psikologis penulis telah mengetahui kondisi dan sudah teerjalin hubungan

kedekatan, kemudian diharapkan dapat memperlancar kegiatan penelitian yang

penulis laksanakan,

c. Lingkungan mendukung.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2009/2010, dimulai

bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2010.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang lebih

menekankan pada perbaikan proses pembelajaran di kelas yang bermuara pada

meningkatnya hasil belajar siswa, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Wardhani (2007 : 1.19) menyatakan bahwa sasaran akhir

PTK adalah perbaikan pembelajaran. Dengan menggunakan bentuk Penelitian

Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya

untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional

2. Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani (2007 :

2.3) menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur atau

siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan,

mengamati dan melakukan refleksi.

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:

Merencanakan

Refleksi Melakukan Tindakan

Mengamati

Gambar 2. Strategi Penelitian Model Siklus

Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan inti meliputi: membuat rencana pembelajaran, membuat lembar

observasi dan membuat alat evaluasi.

b. Pelaksanaan tindakan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan

proses pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.

c. Observasi/pengamatan

Dalam tahap ini dilajsanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa

perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek

penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2 tahun pelajaran 2009/2010

sebanyak 17, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas II. Dalam penelitian ini yang

menjadi objek penelitian adalah pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri

Kragilan 2.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan ada tiga yaitu data yang berhubungan dengan

proses, dampak tindakan yang dilakukan dan data yang digunakan sebagai dasar

menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan

proses berupa data tentang peningkatan hasil belajar siswa pada materi perkalian

dengan model pembelajaran quantum.

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber data

primer dan sekunder. Menurut Slamet.St.Y dan Suwarto (2007 : 38) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini sumber data

primer yang diperlukan adalah data nilai akademik mata pelajaran matematika yang

akan diperbaiki serta informasi dari guru dan siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2,

kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.

E. Teknik Sampling

Teknik cuplikan atau sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan

sampling penelitian kuantitatif. Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 57) menyatakan

bahwa pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan atau

purposive sampling. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif maka teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan alasan dalam

mengambil sampel bukan secara individu tetapi secara klasikal yaitu seluruh siswa

kelas II SD Negeri Kragilan 2 kecamatan Gemolong kabupaten Sragen sebanyak 17

siswa, dengan perincian 9 siswa putra dan 8 siswa putri.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam

penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan

obyektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan

penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data.

Setiap teknik mempunyai kelemahan, namun kelemahan itu dapat ditunjang dengan

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

teknik-teknik yang lain. Sehingga antara teknik yang satu dengan teknik yang lain

saling melengkapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data

tertulis, yaitu hasil ulangan harian. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua

dokumen dan arsip, juga untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang

dokumen tersebut.

Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 52) menyatakan bahwa dokumen sebagai

sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

meramalkan. Dokumen dapat berupa bahan tertulis ataupun film.

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

hasil ulangan harian matematika siswa dalam materi perkalian.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung

merupakan observasi yang dilakukan terhadap obyek yang diteliti tanpa melalui

perantara. Observasi langsung memungkinkan peneliti memperoleh data secara

konkret dan mendalam terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan

pada peserta didik kelas II SD Negeri Kragilan 2 kecamatan Gemolong kabupaten

Sragen yang seluruhnya berjumlah 17 peserta didik. Observasi dilakukan untuk

mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh peneliti maupun guru kelas

terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi juga dilakukan

oleh guru kelas terhadap peneliti yang bertindak sebagai pengajar, hal ini

dilakukan untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang terjadi selama

proses pembelajaran supaya dalam proses pembelajaran selanjutnya kekurangan-

kekurangan tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisir.

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150).

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam penelitian ini tes dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Tes

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes dilakukan oleh guru

dengan tujuan untuk mengukur tingkat pencapaian atau keberhasilan siswa kelas

II SDN Kragilan 2 pada pelajaran matematika materi perkalian setelah dilakukan

tindakan.

4. Wawancara

Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari informan tentang

pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian. Wawancara

dikakukan kepada guru kelas II SDN Kragilan 2. Peneliti mencari tahu faktor-

faktor yang menyebabkan kurang optimalnya hasil belajar siswa pada materi

perkalian.

Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umunya dilakukan secara tidak

terstruktur atau sering disebut teknik wawancara mendalam (Slamet.St.Y. dan

Suwarto. 2007 : 49).

G. Validitas Data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan

penelitian harus diusahakan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus memilih

dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang

telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh STY.

Slamet dan Suwarto, WA (2007:54) bahwa “Ketepatan data tersebut tidak hanya

bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi

juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya”. Untuk menjamin dan

mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, biasa

digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi data yaitu

mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda.

H. Analisis Data

Analisis data dimaksudkan suatu cara yang digunakan untuk mengolah dan

menganalisis data hasil penyelidikan dalam rangka untuk membuktikan kebenaran

hipotesis. Dalam analisis data ini penulis menganalisis hasil belajar yang berupa nilai

dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hasil belajar atau nilai tes dari kondisi awal dengan hasil belajar atau nilai tes pada

siklus I maupun dengan hasil belajar atau nilai tes pada siklus II. Kemudian mencari

kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil yang diperoleh.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang

terdiri atas empat komponen pokok, yakni: perencanaan (planning), tindakan

(acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).

Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam

uraian berikut:

1. Siklus 1

a. Perencanaan

1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,

dokumentasi , dan wawancara.

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi

perkalian dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP) yang

indikatornya mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran

quantum serta mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran.

4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk

mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

b. Pelaksanaan

Tindakan yang telah direncanakan serta telah disepakati oleh guru

kelas dan peneliti diimplementasikan guru dalam proses pembelajaran

matematika materi perkalian dengan menggunakan model pembelajaran

quantum. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah yang

sistematis. Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi, “3 ekor anak ayam,

berapa jumlah kakinya anak-anak?”

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Tumbuhkan: guru menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan

berulang, guru harus menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa

dengan cara memberikan penguatan atau pujian-pujian kepada siswa.

3) Alami: saat guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian di depan

kelas dengan benda konkret, secara berkelompok siswa mengikuti apa

yang dicontohkan guru, yaitu melakukan operasi hitung perkalian dengan

menggunakan benda konkret.

4) Namai: setelah secara berkelompok melakukan operasi hitung perkalian

dengan menggunakan benda konkret, maka siswa dapat memahami

perkalian sebagai penjumlahan berulang.

5) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahai konsep perkalian sebagai

penjumlahan berulang mendemonstrasikan operasi hitung perkalian

menggunakan benda konkret di depan kelas secara bergantian (dibimbing

oleh guru).

6) Ulangi: siswa membuat catatan/rangkuman materi dengan bimbingan

guru.

7) Kegiatan evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh

guru.

8) Rayakan: setelah pembelajaran selesai, guru dan siswa menyanyikan

sebuah lagu untuk merayakan apa yang baru saja dipelajari.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan

dan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa

kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan

selama pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan

observasi dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan

yang dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data

kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi atau penilaian untuk

menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada akhir silklus I. Sasaran dari evaluasi ini adalah paling tidak terdapat

65% siswa yang dapat mencapai KKM.

2. Siklus II:

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) materi pokok perkalian dengan indikator: mengenal sifat

pertukaran pada perkalian. Disamping itu peneliti menyiapkan perangkat yang

diperlukan untuk observasi, dokumentasi, dan soal evaluasi. Siklus II

direncanakan 2 kali pertemuan.

b. Tahap Pelaksanaan

Tindakan yang telah direncanakan serta telah disepakati oleh guru kelas

dan peneliti diimplementasikan guru dalam proses pembelajaran matematika

materi sifat pertukaran pada perkalian dengan menggunakan model

pembelajaran quantum. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-

langkah yang sistematis. Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut:

1) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa dengan

cara memberikan penguatan atau pujian-pujian kepada siswa.

2) Alami: Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri

dari 4 siswa. Tiap kelompok dibagi menjadi dua bagian (kanan dan kiri).

Guru menugaskan kelompok bagian kanan untuk menghitung perkalian,

misalnya 5 x 6 dan kelompok bagian kiri untuk menghitung perkalian 6 x

5. Setelah kelompok bagian kanan dan bagian kiri selesai menghitung,

guru bertanya, “apakah hasilnya sama anak-anak?”. Kegiatan ini dilakukan

berulang-ulang dengan bilangan yang berbeda-beda sampai siswa

memahami konsep.

3) Namai: setelah melakukan kegiatan di atas, siswa dapat mengenal sifat

pertukaran pada perkalian.

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahami konsep sifat pertukaran

pada perkalian, melakukan demonstrasi di depan kelas dengan bimbingan

guru.

5) Ulangi: tanya jawab antara guru dengan siswa.

6) Rayakan: siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dengan benar,

mendapat tepuk tangan dari guru dan seluruh siswa.

7) Kegiatan evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh

guru.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan

hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa

kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan

selama pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan

observasi dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan

yang dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data

kaitannya dengan indikator kinerja siklus II. Evaluasi atau penilaian untuk

menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan

pada akhir silklus I. Sasaran dari evaluasi ini adalah paling tidak terdapat 75%

siswa yang dapat mencapai KKM.

3. Siklus III

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) materi pokok perkalian dengan indikator: mengalikan tiga bilangan satu

angka. Disamping itu peneliti menyiapkan perangkat yang diperlukan untuk

observasi, dokumentasi, dan soal evaluasi. Siklus III direncanakan 2 kali

pertemuan.

b. Pelaksanaan

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah yang sistematis.

Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Apersepsi: tanya jawab tentang materi sebelumnya.

2) Tumbuhkan: saat mengulang materi, guru juga memberikan penguatan

atau pujian-pujian kepada siswa untuk meningkatkan minat dan motivasi

belajarnya.

3) Guru menjelaskan dan memberi contoh perkalian tiga bilangan satu angka.

Untuk mempermudah pemahaman siswa, guru menggunakan media

berupa benda konkret, misal: sedotan.

4) Alami: saat guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian di depan

kelas dengan benda konkret, secara berkelompok siswa mengikutinya

(melakukan operasi hitung perkalian tiga bilangan satu angka dengan

benda konkret).

5) Namai: setelah melakukan kegiatan di atas, siswa dapat memahami konsep

perkalian tiga bilangan satu angka.

6) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahami konsep perkalian tiga

bilangan satu angka, melakukan demonstrasi di depan kelas dengan

bimbingan guru .

7) Ulangi: siswa mencatat materi di buku catatan masing-masing.

8) Rayakan: guru dan siswa melakukan senam dengan gerakan-gerakan kecil

untuk merayakan apa yang baru saja dipelajari.

c. Pengamatan

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan hasil

pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa kegiatan

pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama

pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi

dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang

dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data

kaitannya dengan indikator kinerja siklus III. Evaluasi atau penilaian untuk

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan

pada akhir siklus III. Sasaran dari evaluasi ini adalah terdapat 85% siswa yang

dapat mencapai KKM.

J. Indikator Kinerja

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, maka diharapkan akan

adanya peningkatan hasil belajar matematika pada materi perkalian, yaitu:

1. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran perkalian sebagai penjumlahan

berulang akan meningkat. Sasaran siklus I adalah 65% siswa dapat mencapai

KKM.

2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran sifat pertukaran pada perkalian akan

meningkat. Sasaran siklus II adalah 75% siswa dapat mencapai KKM.

3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran perkalian tiga bilangan satu angka

akan meningkat. Sasaran siklus III adalah 85% siswa dapat mencapai KKM.

4. Rata-rata kelas dalam pembelajaran matematika materi perkalian akan

meningkat menjadi 70.

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Tempat Penelitian

Lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian tindakan kelas

ini adalah Sekolah Dasar Negeri Kragilan 2. Sekolah ini terletak di Dukuh Godegan,

Desa Kragilan, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.

Sekolah Dasar Negeri Kragilan 2 terletak di tempat yang strategis, yaitu di

pinggir jalan raya Solo-Purwodadi. Sekolah ini memiliki halaman yang cukup luas

yang berfungsi sebagai tempat melaksanakan upacara bendera, sebagai tempat

bermain bagi para siswa, maupun kegiatan sekolah lainnya. Dipingir halaman

maupun di sekitar gedung sekolah, terdapat pepohonan yang cukup rindang,

sehingga sekolah ini cukup sejuk.

Sekolah ini memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor guru, 1 rumah penjaga, dan toilet

guru maupun siswa. Secara keseluruhan, pada tahun pelajaran 2009/2010 sekolah ini

memiliki siswa sebanyak 103 orang, dengan perincian sebagai berikut: siswa kelas I

sebanyan siswa, kelas II sebanyak 18 siswa, kelas III sebanyak 16 siswa, kelas IV

sebanyak 23 siswa, kelas V sebanyak 21 siswa, dan kelas VI sebanyak 12 siswa.

SD Negeri Kragilan 2 memiliki tenaga pengajar/guru sebanyak 11 orang, yaitu

6 guru kelas, 1 guru Pendidikan Agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru bahasa

inggris, 1 guru SBK, dan 1 guru komputer. Sekolah ini juga memiliki 1 orang

penjaga sekolah. Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan obeservasi awal

terhadap proses pembelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas 2.

Kegiatan observasi ini dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penelitian dan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil

observasi awal ini antara lain:

1. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

matematika pada materi perkalian. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa yang mengeluh bahwa materi yang diajarkan sulit. Selain itu, siswa juga

kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru.

2. Belum diterapkannya model pembelajaran inovatif dan guru juga tidak

menggunakan media/alat peraga dalam menyampaikan materi perkalian kepada

siswa. Pembelajaran masih bersifat konfensional, yaitu berpusat pada guru.

3. Rendahnya hasil belajar matematika pada materi perkalian yang ditandai dengan

masih banyaknya siswa yang nilainya di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar

siswa yang ditunjukkan dari hasil tes awal tentang materi perkalian yaitu dari 17

siswa hanya 58,8% atau hanya 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM.

Sedangkan 41,2% lainnya atau 7 siswa mendapat nilai di bawah KKM.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai

rendah, masih di bawah KKM. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa pada materi

perkalian perlu ditingkatkan.

Hasil tes awal siswa dalam mata pelajaran matematika materi perkalian terdapat

pada lampiran 4. Berdasarkan lampiran 4, maka diperoleh tabel 1 seperti di bawah

ini:

Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Sebelum Tindakan)

No Nilai Frekuensi Persentase

1. 0 – 10 0 0%

2. 11 – 20 0 0%

3. 21 – 30 1 5,9%

4. 31 – 40 2 11,8%

5. 41 – 50 2 11,8%

6. 51 – 60 5 29,4%

7. 61 – 70 3 17,6%

8. 71 – 80 4 23,5%

9. 81 – 90 0 0%

10. 91 – 100 0 0%

jumlah 17 100%

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan lampiran 4, maka dapat dituliskan hasil tes awal siswa

dalam tabel 2, yaitu sebagai berikut:

Tebel 2. Hasil Tes Awal

Keterangan Ujian Awal

Nilai terendah 30

Nilai tertinggi 80

Rata-rata nilai 60

Siswa belajar tuntas 58,8%

Berdasarkan tabel 1 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada

grafik gambar 3 sebagai berikut:

0123456789

10

0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Nilai

Frek

uens

i

Gambar 3. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan

Analisis hasil evaluasi dari tes awal diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 60

yang dimana hasil tersbut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak

sekolah, guru, maupun peneliti yaitu sebesar 72. Sedangkan siswa yang belajar tuntas

(mencapai KKM) hanya sebesar 58,8% saja, dari pihak guru maupun peneliti

menginginkan ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 85%. Dari hasil analisis

tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan keaktifan

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa pada proses pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam

proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian.

Berdasarkan hasil tes awal pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masih

banyak siswa yang belum menguasai materi, siswa masih belum begitu memahami

beberapa indikator pada materi perkalian.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka peneliti dan guru kelas II

berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang diupayakan untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut di atas. Pada pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas II sebagai observer.

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 minggu, mulai tanggal 29 Maret 2010

sampai dengan 14 April 2010 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan siklus I

terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar

matematika materi perkalian di kelas II diperoleh informasi sebagai data awal, yaitu

sebanyak 17 siswa kelas II SDN Kragilan 2 sebagian besar belum memahami konsep

perkalian.

Berdasarkan deskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan

dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian, maka disusun rencana

tindakan siklus I. Kegiatan perencanaan dalam siklus I ini meliputi:

1) Mengumpulkan data, yaitu nilai siswa dan aktivitas siswa maupun guru selama

proses pembelajaran berlangsung yang diperlukan melalui teknik observasi,

dokumentasi , dan wawancara. Yaitu data nilai ulangan harian siswa, observasi

terhadap siswa maupun guru pada saat proses pembelajaran dan wawancara

dengan guru kelas yang bersangkutan.

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian

dengan cara membuat rencana pembelajaran (seperti dalam lampiran 1) yang

indikatornya mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum serta

mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang

dibuat bukan hanya untuk siswa saja, tetapi juga untuk guru. Lembar observasi

dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hal-hal apa saja yang harus lebih

diutamakan dalam pengamatan.

Selain itu peneliti bersama guru kelas II juga menetapkan jadwal penelitian.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari

kamis tanggal 1 April 2010 dan pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 14 April

2010, sesuai dengan jadwal pelajaran matematika di kelas II SDN Kragilan 2 pada

saat itu.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti yang bertindak sebagai pengajar menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada pelajaran

matematika materi perkalian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

telah disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas II. Pembelajaran yang telah

direncanakan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran quantum,

sesuai dengan rencana yang telah disusun akan dilaksanakan 2 kali pertemuan.

1) Pertemuan pertama

Pada siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran

matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan

indikator mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu

mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, yaitu

dengan cara mengatur tempat duduk siswa. Kemudian guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Tumbuhkan: Sebagai kegiatan awal (apersepsi), guru mengajak siswa

bernyanyi tentang berhitung dengan tujuan untuk memusatkan perhatian dan

meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

matematika. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa “Pasti

anak-anak pernah melihat ayam kan? 4 ekor ayam berapa jumlah kakinya

anak-anak?” siswa berfikir, kemudian dengan antusias siswa menjawab “ada 8

pak”. Kemuadian guru menyuruh 3 orang siswa maju ke depan kelas. “Ada

berapa jumlah jari tangan kanan dari ketiga teman kalian?” kemudian guru

bersama seluruh siswa menghitung jumlah jari tangan kanan dari ketiga siswa

yang maju ke depan kelas satu persatu. Maka ditemukan hasilnya, yaitu 15.

Kemudian guru menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang.

Kegiatan selanjutnya, yaitu kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan

dalam proses pembelajaran adalah sebagai berukut:

a) Kegiatan ini dimulai dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok. Kemuadian

masing-masing kelompok diberikan 10 buah gelas plastik dan 100 buah

sedotan (masing-masing kelompok warna sedotannya berbeda). Kelompok

diberi nama sesuai dengan warna sedotan masing-masing kelompok, yaaitu

kelompok putuh, kelompok merah, kelompok hijau dan kelompok biru.

b) Alami: Guru memberikan contoh perkalian, seperti 5 x 4 = . . . , kemudian

secara berkelompok siswa menghitung hasil dari perkalian tersebut dengan

menggunakan sedotan dan juga gelas plastik. Dari contoh perkalian tersebut,

maka diambil 5 buah gelas plastik dan masing-masing gelas plastik diisi

dengan 4 buah sedotan. Kemudian seluruh sedotan di dalam gelas dihitung,

maka hasilnya adalah 20.

c) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memberikan salah satu contoh

perkalian. Misalnya disebutkan 6 x 7= . . . , kemudian secara berkelompok

siswa menghitung hasil dari perkalian tersebut dengan menggunakan sedotan

dan juga gelas plastik. Dari contoh perkalian tersebut, maka diambil 6 buah

gelas plastik dan masing-masing gelas plastik diisi dengan 7 buah sedotan.

Kemudian siswa menuliskan hasilnya dalam buku masing-masing, yaitu 6 x 7

= 7 + 7 + 7 + 7 + 7 +7 = 42.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Namai: Perwakilan masing-masing kelompok menuliskan hasilnya di depan

kelas, kemudian guru bersama siswa membahasnya. Kegiatan ini dilakukan

berulang-ulang sampai siswa memahami konsep perkalian sebagai

penjumlahan berulang.

e) Saat siswa mengalami kejenuhan, guru bersama siswa melakukan permainan

sederhana.

f) Demonstrasikan: Siswa yang kurang memahai konsep perkalian sebagai

penjumlahan berulang mendemonstrasikan operasi hitung perkalian

menggunakan benda konkret di depan kelas secara bergantian (dibimbing oleh

guru).

g) Ulangi: Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing kemudian siswa

membuat catatan/rangkuman materi dengan bimbingan guru.

h) Rayakan: kelompok dengan kinerja terbaik mendapat penghargaan berupa

tepuk tangan dari semua siswa.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir. Kegiatan yang dilakukan dalam

proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pemantapan materi, guru menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan.

b) Kegiatan evaluasi, yaitu siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan guru

dan peneliti sebelelumnya.

2) Pertemuan kedua

Pada siklus I pertemuan kedua ini dilaksanakan proses pembelajaran

matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan

indikator mengubah penjumlahan berulang menjadi bentuk perkalian.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal:

a) Peneliti yang bertindak sebagai pengajar mengawali proses pembelajaran

dengan berdo’a bersama serta mengabsen siswa.

b) Mengulang materi pelajaran sebelumnya.

c) Tumbuhkan: Apersepsi, “Anak-anak, pertemuan yang lalu kita sudah

mempelajari perkalian sebagai penjumlahan berulang, sekarang kita akan

belajar bagaimana cara merubah penjumlahan berulang menjadi bentuk

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perkalian”. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai kepada siswa.

Kegiatan selanjutnya, yaitu kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan

dalam proses pembelajaran adalah sebagai berukut:

a) Membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok dibagikan

sedotan dan gelas plastik sebagai media pembelajaran.

b) Alami: Peneliti yang bertindak sebagai pengajar menyusuh masing-masing

kelompok mengambil 4 buah gelas plastik. Kemudian menyuruh siwa untuk

mengisi masing-masing gelas plastik dengan 6 buah sedotan. Masing-masing

gelas dijajarkan, maka diperoleh 6 + 6 + 6 + 6. Guru bertanya kepada siswa,

“ada berapa gelas plastiknya anak-anak?”. Siswa menjawab, “4 pak”. Maka di

tulis 4 x . . . (jumlah gelas plastik ditulis diwal). “masing-masing gelas plastik

ada berapa sedotan?”, siswa menjawab “6 pak”. Maka di tulis 4 x 6 = . . .

(jumlah sedotan ditulis dibelakang). Maka diperoleh 6 + 6 + 6 + 6 = 4 x 6 = . .

., kemudian secara berkelompok siswa menghitung hasilnya.

c) Namai: Perwakilan kelompok menuliskan hasilnya di papan tulis, kemudian

guru membahasnya bersama-sama dengan siswa. Bila jawaban benar, maka

guru meberikan tepuk tangan kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan berulang-

ulang.

d) Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. Guru menuliskan contoh

penjumlahan berulang di papan tulis, misal: 6 + 6 + 6 = . . . x . . . = . . . , siswa

mencari jawabannya.

e) Demonstrasikan: Guru menunjuk salah seorang siswa untuk maju ke depan

kelas mendemonstrasikan menghitung perkalian tersebut di depan kelas dan

menuliskan jawabannya di papan tulis (diutamakan siswa yang kurang

memahami konsep).

f) Ulangi: Siswa merangkum materi pelajaran yang telah diajarkan.

g) Rayakan: setelah siswa selesai mengerjakan perintah guru, yaitu mengerjakan

perkalian dengan media gelas plastik dan sedotan di depan kelas, maka siswa

lain memberi penghargaan berupa tepuk tangan.

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir. Kegiatan yang dilakukan dalam

proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pemantapan materi, guru menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan.

b) Kegiatan evaluasi, yaitu siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan guru

dan peneliti sebelelumnya.

Hasil tes pada siklus I dalam mata pelajaran matematika materi perkalian terdapat

pada lampiran 5. Berdasarkan lampiran 5, maka diperoleh tabel 3 seperti di bawah

ini:

Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I

No Nilai Frekuensi Persentase

1. 0 – 10 0 0%

2. 11 – 20 0 0%

3. 21 – 30 0 0%

4. 31 – 40 0 0%

5. 41 – 50 3 17,6%

6. 51 – 60 2 11,8%

7. 61 – 70 4 23,5%

8. 71 – 80 6 35,3%

9. 81 – 90 2 11,8%

10. 91 – 100 0 0%

Jumlah 17 100%

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan tabel 3, maka dapat dituliskan hasil tes awal siswa dalam

tabel 2, yaitu sebagai berikut:

0123456789

10

0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Nilai

Fre

kue

nsi

Gambar 4. Grafik Data Nilai Tes Siklus I

c. Observasi

Selama prose pembelajaran berlangsung, peneliti berkolaborasi dengan guru

kelas II mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I

dengan panduan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dari

gambaran observasi tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses

pembelajaran yang secara garis besar sebagai berikut:

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan (dalam

lampiran 13 dan 14), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan baik.

b) Guru telah mempersiapkan media atau alat peraga dengan baik.

c) Guru telah melakukan apersepsi dengan cukup baik, guru telah memberi

pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna

meningkatkan motivasi belajar siswa.

d) Guru menguasai materi yang akan diajarkan dengan sangat baik.

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e) Pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai.

f) Penguasaan siswa kurang merata, guru kurang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

g) Penyampaian materi sudah baik, sesuai dengan alokasi waktu yang telah

direncanakan sebelumnya.

h) Guru dapat memanfaatkan media pembelajaran dengan sangat baik, siswa

telah dilibatkan dalam memanfaatkan media pembelajaran.

i) Guru melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dengan baik,

penilaian yang dilakukan sesuai dengan kompetensi/tujuan yang akan dicapai.

j) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum materi

pelajaran yang telah diajarkan, hal ini dapat dilihat dari buku catatan siswa.

2) Hasil observasi bagi siswa

Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan (dalam

lampiran 8 dan 9), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Sebagian besar siswa dapat melaksanakan perintah guru dengan baik.

b) Hampir semua siswa mengerjakan tugas dari guru dengan baik.

c) Sebagian kecil siswa tidak membawa buku paket dan atau buku catatan.

d) Sebagian besar siswa kurang memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan guru.

e) Sebagian kecil siswa kurang memperhatikan petunjuk guru saat melakukan

praktek menghitung perkalian dengan media yang disediakan.

f) Sebagian kecil siswa gaduh/mengganggu temannya saat guru menerangkan

pelajaran.

g) Siswa kurang aktif bertanya kepada guru saat proses pembelajaran

berlangsung.

h) Sebagian besar siswa menulis catatan/ringkasan pelajaran.

i) Sebagian kecil siswa kurang aktif mengerjakan soal latihan yang diberikan

guru.

j) Tanggungjawab, perhatian dan keaktifan siswa cukup baik.

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Refleksi

Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 5 siswa

yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka peneliti

melanjutkan ke siklus II untuk materi perkalian.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I masih banyak ditemukan

kekurangan-kekurangan, antara lain sebagai berikut:

1) Bagi Guru

a) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, hal ini

perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II.

b) Penguasaan siswa kurang merata, hal ini perlu diperbaiki pada tindakan siklus

II agar perhatian siswa pada saat proses pembelajaran lebih meningkat

sehingga hasil belajar siswa juga akan beningkat.

c) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan

pelajaran, dapat terlihat dari masih adanya beberapa siswa yang masih ramai

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum

menyeluruh), dalam pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya guru harus lebih

merata dalam menunjuk siswa untuk mengemukakan gagasannya.

2) Bagi siswa

a) Siswa sebenarnya telah memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan

berulang, tetapi masih kurang teliti dalam menghitung penjumlahan berulang,

sehingga hasilnya masih belum tepat.

b) Siswa kurang berani dalam menyampaikan jawabannya di depan kelas, dalam

pelaksanaan siklus selanjutnya guru perlu merangsang keberanian siswa

dengan cara memberikan penguatan agar keberanian siswa lebih meningkat.

c) Siswa kurang berani dalam bertanya kepada guru mengenai materi yang

diajarkan, hal ini harus diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan siklus

selanjutnya.

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Deskripsi Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama 1 minggu, mulai tanggal 22 sampai

dengan 28 April 2010 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan siklus II terdiri

dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I dapat

diketahui bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil

belajar matematika pada materi perkalian, tetapi masih ada beberapa kekurangan,

oleh karena itu perlu diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Oleh

karena itu maka disusun rencana tindakan siklus II, kegiatan perencanaan dalam

siklus II meliputi:

1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian

dengan cara membuat rencana pembelajaran (dalam lampiran 2) yang

indikatornya mengenal sifat pertukaran pada perkalian.

2) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum serta

mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang

dibuat bukan hanya untuk siswa saja, tetapi juga untuk guru. Lembar observasi

dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hal-hal apa saja yang harus lebih

diutamakan dalam pengamatan.

Selain itu peneliti bersama guru kelas II juga menetapkan jadwal penelitian.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari

kamis tanggal 22 April 2010 dan pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 28 April

2010, sesuai dengan jadwal pelajaran matematika di kelas II SDN Kragilan 2 pada

saat itu.

b. Pelaksanaan tindakan

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam tahap ini peneliti yang bertindak sebagai pengajar menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada

pembelajaran sifat pertukaran pada perkalian sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas II.

Pembelajaran yang telah direncanakan pada siklus I dengan menggunakan model

pembelajaran quantum, sesuai dengan rencana yang telah disusun akan dilaksanakan

2 kali pertemuan.

1) Pertemuan pertama

Pada siklus II pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran

matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan

indikator mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan media gelas

plastik dan sedotan.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Berdo’a, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembelajaran.

b) Tumbuhkan: Apersepsi dengan cara mengulang pelajaran sebelumnya.

Disamping itu guru juga memberikan pujian-pujian atau penguatan kepada

siswa dengan tujuan agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti pembelajaran, adapun kegiatan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Alami: Membagi siswa menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4

siswa. Tiap kelompok dibagi menjadi dua bagian (kanan dan kiri). Guru

menugaskan kelompok bagian kanan untuk menghitung perkalian dengan

bantuan gelas plastik dan sedotan, misalnya 5 x 6 dan kelompok bagian kiri

untuk menghitung perkalian 6 x 5.

b) Setelah semua kelompok selesai menghitung, guru meminta perwakilan tiap

kelompok untuk menuliskan hasil jawabannya di depan kelas, kelompok

kanan di bagian kanan, kelompok kiri di bagian kiri.

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c) Setelah kelompok bagian kanan dan bagian kiri selesai menuliskan jawaban di

papan tulis, guru bersama siswa membahasnya, menghitung bersama-sama.

d) Namai: Setelah selesai guru bertanya “apakah hasilnya sama anak-anak?”.

Siswa menjawab, “sama pak”. Siswa sambil mencatat.

e) Kegiatan di atas dilakukan berulang-ulang sampai siswa paham. Kegiatan ini

diselingi dengan permainan-permainan sederhana agar siswa tidak jenuh

dalam mempelajari materi.

f) Demonstrasikan: Siswa yang kurang paham diberi kesempatan melakukan

demonstrasi di depan kelas dengan bimbingan guru.

g) Rayakan: kelompok dengan kinerja terbaik mendapat reward berupa tepuk

tangan dari teman-temannya.

Kegiatan akhir:

Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Ulangi: menjelaskan kembali materi pelajaran.

b) Evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2) Pertemuan kedua

Pada siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan proses pembelajaran

matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan

indikator mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan media tabel

perkalian.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal:

a) Apersepsi: “anak-anak, hari ini kita akan belajar mengenai sifat pertukaran

pada perkalian dengan tabel perkalian”.

b) Membagikan tabel perkalian kepada semua siswa.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti pembelajaran, adapun kegiatan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Tumbuhkan: Guru menumbuhkan motivasi belajar siswa memberi contoh

contoh cara membaca tabel perkalian.

b) Alami: Guru meminta salah seorang siswa untuk memberi contoh perkalian,

misal 3 x 4, setelah itu guru meminta siswa untuk mencari hasil perkalian

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut menggunakan tabel perkalian. Setelah ketemu hasilnya, guru meminta

siswa mencari hasil dari 4 x 3 (kebalikan dari 3 x 4) dengan menggunakan

tabel perkalian, lalu bertanya “apakah hasilnya sama anak-anak?”

c) Namai/Demonstrasikan: Guru meminta 2 orang siswa maju ke depan kelas,

siswa pertama menyebutkan contoh perkalian, misalnya 5 x 6. Siswa kedua

mencari hasil perkalian tersebut (5 x 6 dan 6 x5) menggunakan tebel perkalian

di papan tulis, lalu guru bertanya “apakah hasilnya sama?”. Lalu gantian,

siswa kedua menyebutkan contoh perkalian dan siswa pertama mencari

jawabannya dengan menggunakan tabel perkalian di papan tulis.

d) Saat 2 siswa melakukan demonstrasi di depan kelas, siswa lain juga ikut

mencari hasil perkalian menggunakan tabel perkalian masing-masing.

e) Ulangi: siswa menulis catatan materi pelajaran.

f) Rayakan: setelah 2 orang siswa selesai melakukan demonstrasi di depan kelas,

guru dan semua siswa memberi apresiasi dengan tepuk tangan.

Kegiatan akhir:

a) Evaluasi: siswa mengerjakan soal.

b) Penutup: guru menyampaikan pesan atau nasihat kepada siswa agar selalu

rajin belajar.

Hasil tes pada siklus II dalam mata pelajaran matematika materi perkalian terdapat

pada lampiran 6. Berdasarkan lampiran 6, maka diperoleh tabel 4 sebagai berikut:

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4. Frekuensi data nilai tes siklus II

No Nilai Frekuensi Persentase

1. 0 – 10 0 0%

2. 11 - 20 0 0%

3. 21 – 30 0 0%

4. 31 – 40 0 0%

5. 41 – 50 2 11,8%

6. 51 – 60 2 11,8%

7. 61 – 70 2 11,8%

8. 71 – 80 7 41,1%

9. 81 – 90 3 17,6%

10. 91 – 100 1 5,9%

Jumlah 17 100%

Dari tabel 8 maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

0123456789

10

0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Nilai

Frek

uen

si

Gambar 5. Grafik Data Nilai Tes Siklus II

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Observasi

Guru kelas dan peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan model quantum. Pada tahap ini

dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku dan sikap siswa selama proses

pembelajaran berlangsung serta mengamati keterampilan guru(pengajar) dalam

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran quantum.

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data observasi dalam siklus 2 selama 2 kali pertemuan (dalam lampiran 15

dan 16) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat baik.

b) Guru telah menyiapkan media pembelajaran/alat peraga dengan baik sehingga

dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

c) Guru telah melakukan kegiatan apersepsi dengan baik.

d) Guru kurang mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan.

e) Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sudah baik.

f) Penyampaian materi sesuai dengan alokasi waktu.

g) Pengelolaan kelas sudah baik, suasana kelas pada saat proses pembelajaran

berlangsung sudah kondusif, sehingga siswa dapat belajar dengan baik,

nyaman, dan menyenangkan.

h) Guru dapat memanfaatkan media/alat peraga dengan baik, sebagian besar

siswa sudah dilibatkan dalam memanfaatkan media/alat peraga.

i) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.

j) Guru telah memberikan bimbingan kepada individu maupun kelompok yang

mengalami kesulitan.

k) Guru kurang memberikan teguran secara tegas kepada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.

l) Guru menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis dengan baik.

m) Guru melibatkan siswa dalam membuat rangkuman pelajaran.

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Hasil observasi bagi siswa

Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan (dalam

lampiran 10 dan 11), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Banyak siswa yang kurang bisa melaksanakan perintah guru dengan baik.

b) Semua siswa dapat mengerjakan tugas dari guru dengan baik.

c) Semua siswa membaca buku catatan dan atau buku paket matematika.

d) Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru saat proses

pembelajaran berlangsung.

e) Sebagian kecil siswa kurang memperhatiakan petunjuk guru saat proses

pembelajaran berlangsung.

f) Sebagian besar siswa tidak berbuat gaduh/mengganggu temannya saat proses

pembelajaran berlangsung.

g) Dibanding siklus I, terdapat peningkatan siswa yang aktif bertanya kepada

guru pada saat mengalami kesulitan atau kurang memahami materi yang

disampaikan guru.

h) Sebagian besar siswa menulis catatan/rangkuman materi pelajaran yang

diajarkan guru.

i) Hampir semua siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.

j) Tanggungjawab, perhatian, dan keaktifan siswa meningkat dibanding siklus I.

d. Refleksi

Dari hasil penelitian pada siklus II, maka peneliti mengulas masih ada 3 siswa

yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka peneliti

melanjutkan ke siklus III untuk materi perkalian.

Dalam pelaksanaan tindakan siklus II ini masih ditemui beberapa kekurangan,

yaitu:

1) Guru kurang memberikan teguran secara tegas kepada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.

2) Sebagian kecil siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru,

sehingga hasil belajar kurang maksimal.

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Deskripsi Tindakan Siklus III

Tindakan siklus III dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan. Yaitu pada

tanggal 5 Mei 2010. Deskripsi tindakan siklus III terdiri dari perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus II dapat

diketahui bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil

belajar matematika pada materi perkalian, tetapi masih ada beberapa kekurangan,

oleh karena itu perlu diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Oleh

karena itu maka disusun rencana tindakan siklus III, kegiatan perencanaan dalam

siklus II meliputi:

1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian

dengan cara membuat rencana pembelajaran (dalam lampiran 3) yang

indikatornya mengalikan tiga bilangan satu angka.

2) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum

dengan menggunakan teknik jarimatika.

3) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang

dibuat bukan hanya untuk siswa saja, tetapi juga untuk guru. Lembar observasi

dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hal-hal apa saja yang harus lebih

diutamakan dalam pengamatan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti yang bertindak sebagai pengajar menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada pelajaran

matematika materi perkalian dengan indikator mengalikan tiga bilangan satu angka

yang hasil kalinya di bawah seratus menggunakan teknik jarimatika sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama dengan

guru kelas II. Pelaksanaan pembelajaran siklus III ini sebanyak 1 kali pertemuan.

Adapun pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan awal pembelajaran:

1) Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu

mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, yaitu

dengan cara mengatur tempat duduk siswa. Kemudian guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Tumbuhkan: apersepsi, “anak-anak, pertemuan sebelumnya kita telah

mempelajari perkalian dengan table perkalian, hari ini kita akan belajar perkalian

dengan menggunakan jari kita, yaitu dengan jarimatika. Guru juga memberikan

pujian-pujian kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih termotivasi dalam

belajar.

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Kegiatan Inti pembelajaran:

1) Guru memberi contoh perkalian, misalnya 6 x 7. Kemudian guru menjelaskan

cara menghitung perkalian tersebut dengan menggunakan jarimatika. Guru

memberi contoh berulang-ulang, kemudian diikuti oleh semua siswa.

2) Alami: siswa belajar menghitung perkalian dengan jarimatika, guru membimbing

kegiatan siswa.

3) Demonstrasikan: Guru menyuruh siswa secara berpasangan maju ke depan kelas

untuk mendemonstrasikan cara menghitung perkalian dengan teknik jarimatika.

Satu siswa memberi pertanyaan dan satu siswa mengitungnya menggunakan

teknik jarimatika. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Setelah siswa selesai

berdemonstrasi, siswa yang lain memberi penghargaan berupa tepuk tangan.

4) Guru memberi contoh perkalian tiga bilangan satu angka yang hasilnya di bawah

100. Misalnya 3 x 2 x 8 = . . . , guru menjelaskan cara mengerjakannya dengan

menggunakan jarimatika. Siswa mengikuti petunjuk guru.

5) Ulangi: kegiatan di atas dilakukan berulang-ulang, sampai siswa memahami cara

mengerjakan perkalian dengan jarimatika.

6) Rayakan: setelah siswa selesai maju dari depan kelas, siswa lain memberikan

reward berupa tepuk tangan.

Kegiatan akhir:

1) Evaluasi, siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah dilaksanakan tindakan siklus III, maka diadakan kegiatan evaluasi.

Berdasarkan hasil perolehan nilai siswa pada siklus III (Lampiran 7), maka diperoleh

frekuensi seperti tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Frekuensi data nilai tes siklus III

No Nilai Frekuensi Prosentase

1. 0 – 10 0 0%

2. 11 – 20 0 0%

3. 21 – 30 0 0%

4. 31 – 40 0 0%

5. 41 – 50 0 0%

6. 51 – 60 1 5,9%

7. 61 – 70 4 23,5%

8. 71 – 80 4 23,5%

9. 81 – 90 5 29,4%

10. 91 – 100 3 17,6%

Jumlah 17 100%

Dari tabel 5 di atas maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

0123456789

10

0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Nilai

Fre

kue

nsi

Gambar 6. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus III

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Observasi

Guru kelas dan peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan model quantum. Pada tahap ini

dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku dan sikap siswa selama proses

pembelajaran berlangsung serta mengamati keterampilan guru(pengajar) dalam

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran quantum.

1) Hasil observasi bagi guru:

Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus III sebanyak 1 kali pertemuan

(dalam lampiran 17), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Guru telah melakukan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat baik.

b) Guru memeriksa kesiapan belajar siswa dengan baik.

c) Apersepsi sangat sesuai dengan materi yang akan diajarkan, guru juga telah

menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

d) Guru menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik.

e) Pembelajaran yang dilaksanakan sangat sesuai dengan kompetensi/tujuan

yang akan dicapai.

f) Guru dapat menguasai kelas dengan baik.

g) Guru telah melibatkan semua siswa mendemonstrasikan cara menghitung

perkalian dengan jarimatika.

h) Guru dapat membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan baik.

i) Guru telah menggunakan bahasa lisan dengan jelas, lancer, dan dapat

dipahami oleh siswa.

j) Guru melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dengan baik.

k) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran sudah baik dan sesuai dengan olokasi

waktu.

l) Siswa terlibat dalam menyusun rangkuman pelajaran.

2) Hasil observasi bagi siswa:

Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus III sebanyak 1 kali pertemuan

(dalam lampiran 12), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

a) Sebagian besar siswa telah melaksanakan perintah guru.

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Semua siswa dapat mengerjakan tugas dari guru dengan baik.

c) Semua siswa membawa buku catatan dan atau buku paket masing-masing.

d) Semua siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru.

e) Sebagian besar siswa memperhatikan petunjuk guru dengan baik.

f) Hanya sebagian kecil siswa yang berbuat gaduh saat guru menerangkan

pelajaran.

g) Lebih dari 60% siswa aktif bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan

atau kurang jelas dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru.

h) Tanggung jawab, perhatian, dan keaktifan siswa meningkat dibanding siklus

II.

d. Refleksi

Dari hasil penelitian pada siklus III, maka peneliti mengulas masih ada 1 atau

5,9% siswa yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Karena persentase siswa yang belajar tuntas telah mencapai 94,1% (lebih dari

persentase yang diinginkan pihak peneliti, guru, maupun sekolah, yaitu minimal 85%

siswa mencapai KKM) maka siklus penelitian dihentikan.

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran perkalian dengan

menggunakan model pembelajaran quantum, secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan. Hasil evaluasi terhadap siswa juga mengalami

peningkatan, baik dari segi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, maupun

persentase siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM), maka dapat dikatakan bahwa

pelaksanaan tindakan telah berhasil.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus dapat

dinyatakan bahwa pembelajaran matematika pada materi perkalian dengan

menggunakan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas II SDN Kragilan 2, baik hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa adalah sebagai berikut:

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Siswa lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran, baik itu aktif

bertanya maupun aktif menjawab pertanyaan guru.

b. Perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika

khususnya pada materi perkalian meningkat.

c. Siswa berani menuliskan jawaban pertanyaan di papan tulis.

d. Siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah

(menyesesaikan soal perkalian dengan menggunakan media berupa sedotan

dan gelas plastik).

e. Siswa memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan sungguh-

sungguh.

2. Perkembangan hasil belajar psikomotorik siswa adalah sebagai berikut:

a. Semua siswa masuk kelas sebelum pelajaran dimulai, tidak ada siswa yang

terlambat masuk kelas.

b. Siswa mau mencatat, merangkum materi pelajaran yang disampaikan guru

dengan baik.

c. Banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru

maupun untuk bertanya.

d. Siswa dapat menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh oleh guru.

e. Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dengan baik.

f. Siswa dapat bekerjasama dengan kelompoknya dengan baik.

g. Siswa berlaku sopan, ramah, dan hormat kepada guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

3. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.

a. Data nilai matematika materi perkalian sebelum tindakan (nilai awal)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tes awal siswa, diperoleh nilai

rata-rata siswa adalah 60, dimana hasil tersebut masih jauh dari nilai yang

diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 72. Sedangkan

besarnya persentase siswa yang belajar tuntas hanya sebesar 58,8%,

sedangkan 41,2% lainnya masih belum belajar tuntas, pihak sekolah

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menginginkan minimal 85% siswa dapat mencapai KKM. Nilai terendah pada

tes awal (sebelum dilaksanakannya tindakan) adalah sebesar 30, sedangkan

nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80. Berdasarkan hasil analisis tes

awal tersebut, maka dilakukan tindakan yang berupa penelitian tindakan kelas

untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perkalian melalui

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi perkalian.

b. Data nilai matematika siswa setelah siklus I

Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran matematika materi perkalian dengan

menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator mengenal

perkalian sebagai penjumlahan berulang dan mengubah bentuk penjumlahan

berulang menjadi bentuk perkalian. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai

dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru kelas

dan peneliti. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesai, maka dilakukan

evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus I

terdapat dalam lampiran 5.

Setelah diadakan penilaian pada siklus I, maka dapat dibuat perbandingan

hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan siklus I,

yaitu seperti pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I

Keterangan Tes Awal Tes Siklus I

Nilai Terendah 30 45

Nilai Tertinggi 80 85

Rata-rata Nilai 60 68

Siswa Belajar Tuntas 58,8% 70,6%

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari tabel 6 maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tes Awal Tes Siklus I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rata-rata Nilai

Siswa Belajar Tuntas(%)

Gambar 7. Grafik perbandingan hasil tes belajar siswa sebelum dan setelah

diberikan tindakan siklus I

Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I

dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik 11,8%

dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), siswa yang belajar tuntas pada

siklus I sebesar 70,6%, yang semula pada tes awal hanya 58,8% siswa mencapai

KKM. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal adalah 30

dan pada siklus I naik menjadi 45. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa

pada tes awal adalah sebesar 80, setelah dilaksanakannya tindakan siklus I, naik

menjadi 85. Untuk nilai rata-rata kelas yang pada saat tes awal sebesar 60, setelah

dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 68.

c. Data nilai siswa pada siklus II

Setelah dilakukan analisa mengenai kekurangan pada pelaksanaan siklus I, maka

disusun rencana pembelajaran siklus II agar kekurangan yang terjadi pada siklus I

lebih diminimalisir. Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran matematika materi

perkalian dengan menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator

mengenal sifat pertukaran pada perkalian. Proses pembelajaran dilaksanakan

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesuai dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru

kelas dan peneliti. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesa, maka dilakukan

evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II

terdapat dalam lampiran 6:

Setelah diadakan penilaian pada siklus II, maka dapat dibuat perbandingan hasil

belajar siswa sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I, dan setelah diadakan

tindakan siklus II, yaitu seperti pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah

Tindakan Siklus I dan Siklus II

Keterangan Tes Awal Tes siklus I Tes Siklus II

Nilai terendah 30 45 50

Nilai tertinggi 80 85 100

Rata-rata nilai 60 68 72,9

Siswa belajar tuntas 58,8% 70,6% 82,4%

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari tabel 7 di atas dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berkut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rata-rata Nilai

Siswa Belajar Tuntas(%)

Gambar 8. Grafik perbandingan nilai dari tes awal, setelah siklus I, dan setelah

siklus II

Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 30; pada tes siklus I

menjadi 45 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 50.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 80 ; pada tes

siklus I naik menjadi 85, kemudian naik lagi pada tes siklus II menjadi 100.

3) Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 60; pada tes siklus I naik

menjadi 68, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 72,9.

4) Siswa yang belajar tuntas (diatas KKM) pada tes awal hanya sebesar 58,8%;

setelah tes siklus I naik menjadi 70,6%, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi

82,4%.

d. Data Nilai Siswa Pada Siklus III

Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran matematika materi perkalian dengan

menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator mengalikan tiga

bilangan satu angka yang hasil kalinya dibawah 100. Proses pembelajaran

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilaksanakan sesuai dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya

oleh guru kelas dan peneliti. Pada pembelajaran siklus III ini dilaksanakan

pembelajaran perkalian dengan menggunakan jarimatika. Kegiatan pembelajaran

terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Setelah proses

pembelajaran selesa, maka dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hasil

perolehan nilai siswa pada siklus III terdapat dalam lampiran 7:

Setelah diadakan penilaian pada siklus I, maka dapat dibuat perbandingan hasil

belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan siklus I, setelah

tindakan siklus II, dan setelah diadakan tindakan siklus III, yaitu seperti pada tabel

8 sebagai berikut:

Tabel 8. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah

Tindakan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III

Nilai terendah 30 45 50 55

Nilai tertinggi 80 85 100 100

Rata-rata nilai 60 68 72,9 81,8

Siswa belajar tuntas 58,8% 70,6 82,4% 94,1%

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari tabel 8 di atas, maka dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berkut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rata-rata Nilai

Siswa Belajar Tuntas(%)

Gambar 9. Grafik Perbandingan nilai tes awal, tes siklus I, tes siklus II, dan tes

siklus III

Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 30; pada tes

siklus I sebesar 45; kemudian meningkat pada siklus II menjadi 50; dan

meningkat lagi pada siklus III menjadi 55.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 80 ; pada tes

siklus I naik menjadi 85, kemudian naik lagi pada tes siklus II menjadi 100; nilai

tertinngi pada siklus III juga 100.

3) Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 60; pada tes siklus I naik

menjadi 68, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 72,9; pada siklus III naik

lagi menjadi 81,8.

4) Siswa yang belajar tuntas (diatas KKM) pada tes awal hanya sebesar 58,8%;

setelah tes siklus I naik menjadi 70,6%, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi

82,4%, dan pada siklus III naik lagi menjadi 94,1%.

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitinan yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus selama 5

kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran quantum dalam

pembelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2,

Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dapat

dibuat kesimpulan sebagai berikut:

“Melalui penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, kecamatan

Gemolong, kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai

rata-rata kelas yang pada tes awal hanya sebesar 60, pada siklus I meningkat menjadi

68, pada silus II naik menjadi 72,9, kemudian naik lagi pada siklus III menjadi 81,8.

Sedangkan siswa yang belajar tuntasn (nilai mencapai KKM 60) pada tes awal

sebesar 58,8%, setelah dilaksanakan tindakan siklus I naik menjadi 70,6%, pada

siklus II naik menjadi 82,4%, dan pada siklus III naik lagi menjadi 94,1%”.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran

matematika materi perkalian. Model yyang dipakai dalam penelitian ini adalah model

siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 3 siklus. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2

kali pertemuan, yaitu pada tanggal 1 dan 14 April 2010. Siklus II dilaksanakan

sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 22 dan 28 April 2010. Sedangkan

siklus III dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 5 Mei 2010.

Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) mengenal perkalian sebagai

penjumlahan berulang, (2) mengenal sifat pertukaran pada perkalian, (3) mengalikan

tiga bilangan satu angka. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan

implikasi teoretis dan implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Implikasi Teoretis

Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

quantum dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil

belajar siswa, khususnya dalam pelajaran matematika. Penerapan model

pembelajaran quantum dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada

siswa, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran

quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran

matematika materi perkalian.

Penerapan model pembelajaran quantum ini dapat dijadikan masukan bagi

para guru sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan proses dan hasil belajar

para siswanya. Dengan menerapkan model pembelajaran quantum, siswa akan

lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, pembelajaran juga akan lebih

menyenangkan bagi para siswa. Sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan

dengan menerapkan model pembelajaran quantum. Penerapan model

pembelajaran quantum juga harus didukung dengan penggunaan media atau alat

peraga yang tepat, sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang

telah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk

membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu

dilakukannya penelitian yang lebih lanjut tentang upaya guru untuk

mempertahankan dan atau meningkatkan hasil belajar para siswanya.

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum pada hakikatnya

dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan

yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa,

khususnya dalam pelajaran matematika, yang pada umumnya dialami oleh

sebagian besar siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran quantum, tentunya juga ditemukan beberapa kendala atau

hambatan-hambatan tertentu. Oleh karena itu, kreativitas dan keaktifan guru

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sangat diperlukan guna mengatasi beberapa kendala atau hambatan tersebut.

Sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 5 kali pertemuan yang

terbagi dalam 3 siklus, maka ada beberapa saran dari peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru hendaknya memilih metode pembelajaran yang dapat membuat siswa

lebih aktif mengikuti proses pembelajaran, salah satu alternatifnya adalah dengan

menggunakan model pembelajaran quantum. Selain itu, dalam pembelajaran

perkalian, sebaiknya guru menggunakan media berupa benda konkret, misalnya

sedotan dan gelas plastik, sehingga siswa lebih aktif mengikuti proses

pembelajaran dan lebih cepat memahami materi yang diajarkan (tentang

perkalian), disamping itu proses pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.

Guru hendaknya juga lebih sering memberikan pujian atau penguatan-penguatan

kepada siswa, sehingga siswa lebih terangsang untuk mengikuti proses

pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Para siswa hendaknya selalu rajin belajar dan selalu aktif mengikuti proses

pembelajaran. Khususnya pembelajaran perkalian ini, para siswa harus selalu aktif

mengikuti petunjuk-petunjuk guru sehingga lebih cepat memahami konsep

perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya menyediakan alat peraga berupa benda konkret (misal

sedotan dan gelas plastik) yang dapat digunakan siswa dalam mempelajari konsep

perkalian sebagai penjumlahan berulang. Karena dengan benda konkret, siswa

akan lebih cepat memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang,

selain itu hasil pembelajaran kan lebih bermakna bagi siswa.