PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING...
Click here to load reader
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING...
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU
Lucki Winandasari Pebriana,Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang Tahan S., M.Pd
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
ABSTRAK
Pembelajaran fisika di kelas X-2 MAN 2 Malang Kota selama ini
cenderung menggunakan metode ceramah dan diskusi kelas, metode praktikum
dan diskusi dengan teman sebaya serta kegiatan pendahuluan di awal
pembelajaran untuk memotivasi siswa belum diterapkan, sehingga kemampuan
aspek psikomotorik belum pernah diamati, dan motivasi belajar fisika siswa
rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan motivasi belajar fisika siswa adalah pembelajaran LC 7E. Tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa
kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu melalui penerapan pembelajaran LC 7E.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan yang
diberikan adalah penerapan pembelajaran LC 7E. Penelitian dilakukan di kelas
X-2 MAN 2 Malang Kota Batu. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran, rubrik penilaian afektif, rubrik penilaian
psikomorik, dan angket motivasi belajar siswa. Motivasi belajar fisika dan hasil
belajar siswa dikatakan berhasil jika tiap aspek telah mencapai 70% dari skor
maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran LC 7E
dapat meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2
MAN 2 Malang Kota Batu. Motivasi belajar siswa yag diukur berdasarkan angket
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,39%, hasil belajar
siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II
sebesar 8,90 %.
Kata kunci: pembelajaran LC 7E, motivasi belajar, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika kelas X-2
MAN 2 Malang Kota Batu diperoleh informasi bahwa: (1) siswa memiliki motivasi
yang masih rendah, hal ini terbukti pada saat guru menerangkan hampir 60% masih
belum siap dengan pembelajaran, pada saat guru memberikan pertanyaan kurang
dari 15% yang mengacungkan tangan, siswa tidak perhatian terhadap tugas yang
diberikan oleh guru, tugas yang dikumpulkan juga tidak tepat waktu, suasana kelas
yang tidak kondusif dan ramai saat pembelajaran, siswa juga kurang percaya diri
dalam mengungkapkan ide dalam kegiatan diskusi kelas, (2) guru menggunakan
power point dalam mengajar tetapi kurang menghubungkan pelajaran fisika dengan
fenomena kehidupan sehari-hari, (3) kegiatan praktikum belum pernah dilakukan.
2
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran dengan rekan sebaya (peer
teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru (Lie, 2002: 30).
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar fisika
dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran LC 7E. Masalah yang akan
dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah
penerapan pembelajaran LC 7E dalam rangka meningkatkan motivasi belajar
fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu?, (2)
Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar fisika siswa kelas X-2 MAN 2
Malang Kota Batu dalam penerapan pembelajaran LC 7E?, (3) Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu dalam
penerapan pembelajaran LC 7E?.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran LC 7E
Learning cycle (LC) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif. LC pada mulanya terdiri dari fase-fase exploration, pengenalan
konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus
dan Their dalam Renner et al, 1988). LC 3 fase saat ini telah dikembangkan
menjadi 5 fase dan 7 fase. Pada LC 7 fase (LC 7E) ini terdiri dari 7 tahap yaitu :
elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand.
(Johnston dalam Iskandar, 2005).
Cohen dan Clough (dalam Soebagio, 2000) menyatakan bahwa LC 7E
merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena
dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa.
Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan
meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut.
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
dapat dijabarkan sebagai berikut.
Fase Elicit
Fase ini guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan
awal siswa. Pada fase ini guru mengetahui sampai dinama pengetahuan awal
siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang merangsang mengetahuan awal siswa.
Fase Engagement
Fase ini guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswa
tentang topik yang akan diajarkan, guru mengembangkan minat dan motivasi
siswa dengan menunjukkan demontrasi atau permasalahan sehari-hari.
3
Fase Exploration
Siswa mengeksplorasi materi dan gagasan baru dalam situasi baru dengan
bimbingan minimal. Situasi baru akan memberikan pengalaman baru yang
memunculkan pertanyaan dan masalah baru. Hal itu akan mendorong munculnya
gagasan-gagasan siswa yang menimbulkan perdebatan dan analisis dari alasan
munculnya gagasan itu. Pengumpulan data dan analisis akan mengarahkan siswa
pada penerimaan maupun penolakan gagasan itu (Yuliati, 2008:49).
Fase Explanation
Fase explanation, guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, memberikan fakta dan klarifikasi terhadap
penjelasannya, dan mendengarkan penjelasan siswa secara kritis.
Fase Elaboration
Fase ini adalah fase dimana siswa menerapkan konsep atau
keterampilannya pada situasi baru dan memberikan kesemapatan kepada siswa
untuk menyelidiki konsep-konsep tersebut lebih lanjut. Penerapan konsep
tersebut diarahkan pada kehidupan sehari-hari (Yuliati, 2008:50).
Fase Evaluation
Fase ini diisi dengan mengevaluasi seluruh pengalaman belajar siswa.
Aspek yang dievaluasi pada fase ini adalah pengetahuan atau keterampilan,
aplikasi konsep, dan perubahan proses berfikir siswa. Evaluasi dapat dilakukan
secara tertulis pada akhir pembelajaran maupun lisan dalam bentuk pertanyaan
selama belajar (Yuliati, 2008:50).
Fase Extand
Fase ini bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan dan menjelaskan
contih penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat
merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan
konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran LC 7E di atas, maka dapat
diuraikan bahwa penerapan pembelajaran LC 7E adalah suatu penerapan model
pembelajaran LC 7E. Dimana penerapan pembelajaran LC 7E ini merupakan
suatu rangkaian proses pembelajaran yang memiliki 7 fase yaitu: elicit,
engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand.
Motivasi Belajar Fisika
Menurut Djamarah (2002:62) motivasi merupakan faktor yang
menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan
pebelajar. Dari pernyataan tersebut motivasi dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak
mau menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam
belajar. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah akan terlihat tampak acuh,
mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu
kelas, sering meninggalkan pelajaran. Sehingga berakibat banyak mengalami
kesulitan dalam belajar. Akhirnya motivasi mempunyai arti yang sangat penting
dalam belajar, fungsi motivasi yang terpenting adalah sebagai pendorong
timbulnya aktivitas, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak untuk melakukan
suatu pekerjaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
4
mengadakan perubahan tingkah laku. Dalam penelitian ini variabel-variabel
motivasi yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Aspek Motivasi dan Indikatornya
No Variabel Indikator
1 Attention
(perhatian
terhadap
pelajaran)
a. rasa senang terhadap pelajaran
b. perhatian terhadap tugas
c. ketepatan waktu menyelesaikan tugas
d. ketenangan di dalam kelas
2 Relevance
(keterkaitan)
a. kegunaan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari
b. keterkaitan materi dengan disiplin ilmu lainnya
3
Confidence
(percaya diri)
a. keyakinan akan keberhasilan memahami pelajaran
b. keyakinan terhadap kebenaran materi pelajaran
c. keyakinan dapat memahami pelajaran
d. percaya diri mengemukakan pendapat dalam diskusi
4
Satisfication
(kepuasan)
a. kepuasan terhadap hasil belajar
b. kesediaan membantu teman yang belum bisa
c. kesenagan dalam belajar
d. kepuasan setiap mengikuti pelajaran
(Sumber: Dasianto,2009)
Hasil Belajar Siswa
Hasil dari aktivitas belajar ditandai dangan adanya proses perubahan dari
belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama
jangka waktu tertentu (Winkel, 2009). Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menyerap dan memahami bahan kajian yang diajarkan. Hasil belajar
dapat diukur dari indikator: (1) daya serap terhadap bahan pelajaran yang
diajarkan mencapai prestasi yang tinggi, baik individu maupun kelompok, (2)
perilaku yang digunakan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai siswa,
baik individu maupun kelompok. Dimyati dan Mudjiono (2006: 20) menjelaskan
hasil belajar mencakup tiga hal, yaitu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
proses belajar, kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dan
perubahan tingkah laku di ranah kognitif dan afektif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Tindakan ditekankan pada penerapan model pembelajaran LC 7E untuk
meningkatkan motivasi belajar fisika dan hasil belajar siswa kelas X-2 MAN 2
Malang Kota Batu dengan materi pembelajaran adalah Listrik Dinamis. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X-2 MAN 2 Malang Kota Batu yang berjumlah 34
siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Kehadiran peneliti
pada tindakan pembelajaran ini sebagai pengajar atau guru dibantu dengan dua
orang observer.
Tahapan penelitian dilakukan dengan menggunakan siklus yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai. Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan untuk
mengidentifikasi permasalahan. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan
5
observasi kelas dan wawancara dengan guru kelas. Dengan berpatokan pada hasil
studi pendahuluan ini, perencanaan penelitian tindakan kelas dirancang dan
dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas.
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, format catatan lapangan, RPP, LKS, rubrik kemampuan kognitif,
afektif, psikomotorik siswa, dan angket motivasi belajar fisika siswa.
Analisis data pada penelitian ini sebagaimana dalam Moleong (2005:248),
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh
dari wawancara, catatan lapangan yang ditulis dalam rekaman data yang
dipersiapkan. Data yang diperoleh disederhanakan melalui seleksi pemfokusan
dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Data yang
sudah diklasifikasikan dan disederhanakan, dideskripsikan dalam bentuk kata-kata
yang bermakna. Data yang telah diorganisir ditarik kesimpulan dalam bentuk
pernyataan kalimat yang singkat dan mengandung pengertian luas.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan tiga cara yakni lembar observasi
(untuk keterlaksanaan pembelajaran), rubrik (untuk penilaian afektif dan
psikomotorik), dan angket (untuk motivasi belajar). Keterlaksanaan model
pembelajaran bersifat kualitatif (berbentuk kalimat yang menjelaskan aktivitas
siswa dan guru). Sedangkan motivasi belajar dan hasil belajar kuantitatif (berupa
angka).
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
Paparan Data
Setelah semua proses pengumpulan dan analisis data, maka diperoleh hasil
penelitian. Pada penelitian kali ini, hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk
kolom ringkas yang berisi tentang semua informasi dari hasil observasi. Kolom
ringkas laporan berikut ini merupakan jawaban dari masalah yang sudah
dirumuskan pada bab sebelumnya.
Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan Pembelajaran LC 7E Siklus I dan Siklus II
TTahap pembelajaran Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Kenaiakan
(%)
E Elicit 56,25 84,37 28,12
Engagement 54,68 75,78 21,10
Eksploration 64,58 81,25 16,67
Eksplanation 62,50 90,62 28,12
Elaboration 62,50 75,00 12,50
Evaluation 52,50 78,75 26,25
Extand 62,50 81,25 18,75
Rata-rata 59,36 81,00 21,64
6
Tabel 4.2 Data Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Aspek Motivasi Siklus I (%) Siklus II (%) Kenaikan (%)
Attention 70,00 80,15 10,15
Relevance 64,30 81,30 17,00
Convidence 67,00 80,70 13,70
Satisfaction 63,50 80,20 16,70
Rata-rata 66,20 80,59 14,39
Tabel 4.3 Presentase Hasil Belajar Kelas X-2 Siklus I dan Siklus II
Hasil Belajar Rata- Rata Nilai Siswa
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Kognitif Tes kemampuan kognitif 76.50 78,47 1,97
Nilai tugas 75,25 78,26 3,01
Afektif Keaktifan merespon dalam
presentasi dan diskusi
2,09 3,03 1,30
Kekompakan kelompok
dalam presentasi dan
diskusi
1.85 3,15 1,00
Keseriusan dalam
mengikuti pelajaran
Kerjasama kelompok
2,47
1,85
3,47
3,32
1,47
Psikomotorik Cara merangkai/
menggunakan alat
1,76 3,29 1,53
Ketelitian/ kecermatan
pengamatan
1,91 2,94 1,03
Kebersihan dan kerapian 2,26 3,29 1,03
Pembahasan
Keterlaksanaan Pembelajaran LC 7E
Keterlaksanaan pembelajaran LC 7E meliputi tahap elicit, engagement,
exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand. Secara umum,
model pembelajaran LC 7E pada siklus I terlaksana dengan persentase sebesar
59,36% dengan kriteria cukup, sedangkan pada siklus II sudah terlaksana dengan
persentase 81,00% dengan kriteria baik. Peningkatan disebabkan karena guru
telah melaksanakan pembelajaran tanpa ragu-ragu dan lebih percaya diri, guru
telah mampu memotivasi siswa dalam belajar dan memberikan bimbingan yang
menyeluruh pada semua kelompok. Pembelajaran konstektual yang diterapkan
guru dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk menemukan sesuatu yang
diinginkannya melalui pengamatan secara langsung. Disamping itu siswa diberi
kesempatan untuk memecahkan masalah secara mandiri dengan berkelompok
melalui kegiatan pengamatan objek secara langsung. Cohen dan Cloug (dalam
Fajaroh dan Dasna, 2003) menyatakan bahwa siklus belajar merupakan strategi
jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah, karena dapat dilakukan secara
luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru,
penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru
dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa
7
menurut Fajaroh dan Dasna (2003), penerapan siklus belajar memberi keuntungan
sebagai berikut.
1. Siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru
yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
Motivasi Belajar Fisika Siswa
Sesuai dengan hasil analisis secara deskriptif untuk kriteria tingkat
motivasi siswa terhadap penerapan pembelajaran LC 7E terjadi peningkatan pada
siklus I ke siklus II yaitu sebesar 14,39%. Berdasarkan hasil persentase tersebut
dapat dikatakan bahwa tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran semakin
meningkat, artinya siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran LC 7E.
Dengan demikian ada kemauan dan semangat untuk mengikuti pelajaran yang
nantinya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Pernyataan ini sejalan dengan
pernyataan Winkel (1997) yang menyatakan dua hal yaitu jika peserta didik
merasa senang akan bergairah dan bersemangat, sebaliknya peserta didik yang
merasa tidak senang tidak akan bergairah dalam belajar dan akan mengalami
kesulitan. Jika suatu objek dihayati sebagai suatu yang berharga, maka timbullah
perasan senang (positif) dan sebaliknya jika suatu objek dihayati sebagai sesuatu
yang tidak berharga atau tidak bermanfaat, akan timbul perasaan tidak senang
(negatif).
Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu, jadi rasa ingin
tahu perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan
perhatian tersebut terpelihara selama berlangsungnya pembelajaran, bahkan lebih
lama lagi (Suciati,2001). Indikator perhatian dengan kriteria baik menunjukkan
bahwa siswa mempunyai rasa senang terhadap pelajaran, rasa ingin tahu,
perhatian terhadap tugas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan
menciptakan ketenangan di kelas.
Keterkaitan menunjukkan adanya hubungan meteri pembelajaran dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka
menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau
bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Indikator keterkaitan, dengan
kriteria baik siswa bisa memahami apa yang dipelajari dalam pembelajaran
dengan baik, memahami keterkaitan materi yang disampaikan dengan apa yang
telah dipelajari, mamahami materi pelajaran sesuai dengan keinginan, mengaitkan
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, kesesuaian metode belajar, perasaan
terdorong dalam belajar, dan kegunaan materi ajar.
Kepercayaan diri merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara
positif dengan lingkungan, konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan
pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang
menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa
motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil.
Indikator keyakinan, dengan kriteria baik siswa merasa yakin akan keberhasilan
setelah mengikuti pembelajaran, merasa yakin terhadap materi yang dipelajari,
8
yakin dapat memahami pelajaran dengan baik dan percaya diri yang kuat (Suciati,
2001: 134).
Kepuasan merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan, dan
siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk
meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat menggunakan
pemberian penguatan (rainforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan
sebagainya. Indikator kepuasan menunjukan terjadi peningkatan, dimana di akhir
pembelajaran siswa merasa sangat puas terhadap hasil belajar, senang atas
rainforcement, bersedia untuk membantu teman yang belum berhasil, keinginan
untuk berprestasi, mempunyai kesenangan dalam belajar, kepuasan dalam setiap
mengikuti pelajaran (Suciati, 2001: 34).
Hasil Belajar Fisika Siswa
Pada siklus I hasil belajar siswa masih rendah. Pada aspek kognitif siswa
rata-rata siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya sekitar 67,60% (data
diperiksa pada lampiran 20). Hal ini masih dibawah standar dari sekolah yaitu
minimal 70% rata- rata siswa yang tuntas. Aspek afektif dan psikomotor juga
rendah. Solusi pada siklus II pada aspek afektif yaitu guru menunjuk siswa
secara acak dan bergantian untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Pada
siklus I hasil belajar siswa rendah sehinggga perlu dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II hasil belajar siswa yang berupa aspek kognitif sudah
mengalami peningkatan yang signifikan dan rata-rata ketuntasan belajar siswa
sudah mencapai 76,50%. Sedangkan aspek afektif juga mengalami peningkatan
yang besar karena selama proses pembelajaran, siswa menunjukkan keaktifan
dalam setiap tahap di dalam penerapan pembelajaran siklus belajar. Pada aspek
psikomotorik juga mengalami peningkatan besar karena siswa sudah terampil
menggunakan alat. Pada siklus I siswa telah dilatih untuk menggunakan alat
dengan benar.
KESIMPULAN
Penerapan pembelajaran pembelajaran LC 7E melalui tujuh tahapan elicit,
engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extand pada
siklus I belum terlaksana secara maksimal, yaitu dengan persentase sebesar
59,36%, pada siklus II penerapan pembelajaran tersebut telah terlaksana dengan
persentase sebesar 81,00%. Penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan.
Penerapan pembelajaran LC 7E dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dari
siklus I ke siklus II dengan persentase sebesar 14,39%. Penerapan pembelajaran
LC 7E yang dilakukan pada siklus I dan siklus II terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, meningkatkan hasil belajar kognitif sebesar 1,97%,
peningkatan hasil belajar afektif sebesar 3,24%, hasil belajar psikomotorik dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 3,17%.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ary, Muslichhach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Jakarta:
9
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorak Ketenagaan.
Dasna I, Wayan & Fajaroh, Fauziatul. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle), (Online), http://www.dikmenum.go.id/e-learning,
diakses 18 Agustus 2011.
Iskandar, S. M. 2005. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Kimia.
Malang: Penerbit UM.
Khairil, 2009. Potensi model perkuliahan genetika di jurusan Biologi FMIPA UM
dalam memberdayakan kemampuan metakognisi, kerja ilmiah dan hasil
belajar kognitif mahasiswa. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: PT. Gramedia.
Moleong, L. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suciati. 2001. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Proyek Pengembangan
Univesitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Wartono. 2007.Kemampuan/Ketrampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajarn Fisika Teori dan Praktek. Malang:
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri
Malang.