PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... ·...

84
i PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL FURQON BRAKAS DESA TERKESI KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : MOKHAMAD ZAMRONI NIM: 093911326 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... ·...

Page 1: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

i

PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN

SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL FURQON BRAKAS DESA TERKESI KECAMATAN KLAMBU

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

MOKHAMAD ZAMRONI NIM: 093911326

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2011

Page 2: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mokhamad Zamroni

NIM : 093911326

Jurusan/Program Studi : Tarbiyah/Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 13 Agustus 2011

Saya yang menyatakan,

Meterai tempel

Rp. 6.000,00

Mokhamad Zamroni NIM: 093911326

Page 3: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

iii

Page 4: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

iv

NOTA DINAS Semarang, 13 Agustus 2011

Kepada

Yth. Dekan/Ketua

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan Al-

Qur’an Santri Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa

Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan

Tahun 2010/2011

Nama : Mokhamad Zamroni

NIM : 093911326

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam Sidang

Munaqosah.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Nasirudin, M.Ag NIP.19691012 199603 1 002

Page 5: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

v

ABSTRAK

Judul : Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan

Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nurul

Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu

Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011.

Penulis : Mokhamad Zamroni

NIM : 093911326

Sudah dimaklumi bersama dan sudah sangat jelas, bahwa menghafal al-

Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta dapat dilakukan kebanyakan

orang tanpa meluangkan waktu khusus, kesungguhan mengerahkan kemampuan

dan keseriusan, karena menghafal al-Qur’an merupakan tugas yang sangat agung

dan besar. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat membantu

mempermudah dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an santri pondok pesantren

Nurul Furqon Brakas.

Metode yang digunakan untuk mncapai tujuan dari penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data

dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode wahdah dalam meningkatkan

hafalan al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi

Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan dan untuk mengetahui hasil hafalan al-

Qur’an dengan metode wahdah santri di Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas

Desa Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Dan manfaatnya adalah:

diharapkan dapat memberikan solusi dan masukan mengenai pelaksanaan

peningkatan hafalan al-Qur’an serta diharapkan dapat memberikan solusi dan

masukan mengenai pelaksanaan peningkatan hafalan al-Qur’an.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Penerapan metode wahdah di Pondok

Pesantren Nurul Furqon dilakukan dengan tahap musyafahah (face to face),

resitasi, takrir, mudarrosah, dan tes. Semua langkah tersebut memberi kesempatan

pada santri untuk mengulang hafalan yang telah diperoleh. (2) Mewajibkan

memakai Qur’an pojok, mengadakan muroja’ah, mengadakan tes / sima’an

mingguan, mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran bacaan

wajib tartil/pelan dalam membaca, mewajibkan mudarrosah pada jadwal yang

ditentukan.

Dengan adanya pelaksanaan hafalan al-Qur’an dengan metode wahdah

di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan Santri dalam kategori baik,

terbukti dari 10 Santri yang penulis teliti mampu menghafal rata-rata 1,5 Juz

dalam waktu 1 bulan.

Page 6: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

vi

PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN

Skripsi Ini Aku Persembahkan Kepada

1. Ayah Ibundaku tercinta serta Kakak-kakakku tersayang.

2. Sang Motivator, buat Istri dan Anakku tercinta serta keluarga besar Bapak

Masrun + Ibu Parsini.

3. Tidak lupa terima kasih saya untuk keluarga besar Pondok Pesantren

Nurul Furqon, yang telah memberikan inspirasi dan bantuannya sehigga

terselesaikanya skripsi ini.

4. Teman-temanku Tarbiyah Angkatan 2009 Kelas C yang selalu

menghiburku dalam suka maupun duka.

5. Almamaterku Tercinta.

Page 7: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

vii

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

C?ف ;< اA3?ان @0? ;< ا3=08/ و ;/ 06:/ (ا78 56 ا0123/ن)

Artinya : “Satu huruf dari AlArtinya : “Satu huruf dari AlArtinya : “Satu huruf dari AlArtinya : “Satu huruf dari Al----qur’an adalah lebih baik dari pada qur’an adalah lebih baik dari pada qur’an adalah lebih baik dari pada qur’an adalah lebih baik dari pada

dunia seisinya (dalam pandangan Allah S.w.t)”dunia seisinya (dalam pandangan Allah S.w.t)”dunia seisinya (dalam pandangan Allah S.w.t)”dunia seisinya (dalam pandangan Allah S.w.t)”

Page 8: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Maha Suci Allah dengan segala keagungan dan

kebesaran-Nya, segala puji syukur hanya tercurah kepada-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga atas iringan

ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini walaupun belum mencapai

sebuah kesempurnaan. Namun harapan hati kecil dapat bermanfaat.

Iringan sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan keharibaan

beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi cahaya diatas cahaya bagi

seluruh alam, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia. Berkat

karunia dan ridlo-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan sekripsi

guna memperoleh gelar Sarjana Strata I (SI) dalam ilmu Tarbiyah Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Walisongo Semarang dengan judul "PENERAPAN METODE WAHDAH

DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK

PESANTREN NURUL FURQON BRAKAS DESA TERKESI KECAMATAN

KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011.”

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan Skripsi ini dapat

terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Dr. H. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Nasirudin, M.Ag. selaku Ketua Program peningkatan kualifikasi

sarjana (S.1) bagi guru MI dan PAI melalui Dual Mode System Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan arahan

tentang penelitian skripsi ini.

Page 9: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

ix

3. Bapak Nasirudin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para Dosen atau staf pengajar di lingkungan IAIN Walisongo Semarang

yang membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu

menyelesaikan Skripsi ini.

5. KH. Azhuri Amin serta ibu Hj. Kunayah selaku Pengasuh Pon-Pes Nurul

furqon yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan Penelitian.

6. Ayahanda (Alm. Zaenuri) dan Ibunda (Marsini) serta Istri Dan Anakku

tercinta yang langsung maupun tidak langsung telah membantu, baik moril

maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-temanku Kelas C angkatan 2009 yang telah banyak memberikan

suport dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

Akhirnya, penulis menadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

menyampai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Karena itu, kritik konstruktif

dari para pembaca diharapkan menjadi semacam suara yang dapat menyapa

tulisan ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun

demikian, sekecil apapun makna yang terjelma dalam tulisan ini, juga diharapkan

ada manfaatnya.

Semarang, 13 Agustus 2011

Penulis,

Mokhamad Zamroni NIM : 093911326

Page 10: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................... i

Halaman Pernyataan Keaslian............................................................ ii

Halaman Pengesahan.......................................................................... iii

Halaman Nota Dinas ......................................................................... iv

Halaman Abstrak................................................................................ v

Halaman Persembahan........................................................................ vi

Halaman Motto................................................................................... vii

Kata Pengantar................................................................................... viii

Daftar Isi............................................................................................ x

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ............................................................. 4

C. Rumusan Masalah ................................................................. 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5

BAB II :LANDASAN TEORI ........................................................ 6

A. Kajian Pustaka ....................................................................... 6

B. Kerangka Teoritik ................................................................. 7

C. Tahfidz Al-Qur’an ................................................................. 8

D. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an..................................................... 19

E. Peningkatan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an…………………… 20

F. Metode Wahdah…………………………………………… 22

BAB III :METODE PENELITIAN .................................................. 25

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 25

C. Sumber Data Penelitian………………………………… ..... 27

D. Fokus Penelitian…………………………… ........................ 28

E. Analisis Data Penelitian………………………………….. .. 28

F. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri PPNF…………………… 29

Page 11: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

xi

G. Upaya Meningkatkan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an…………. 31

H. Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an………………………………. 36

BAB IV : PENERAPAN DAN ANALISIS METODE WAHDAH

DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN

SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL FURQON

BRAKAS DESA TERKESI KECAMATAN KLAMBU

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011 ........... 37

A. Hasil Penelitian.... ................................................................. 37

B. Pembahasan ........................................................................... 46

BAB V : PENUTUP ......................................................................... 56

A. Kesimpulan ........................................................................... 56

B. Saran ...................................................................................... 57

C. Penutup .................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak terdapat kebatilan di

dalamnya, dan al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar dan kekal bagi

Rasulullah SAW. Allah SWT sudah memerintahkan agar menjaganya dari

perubahan dan penggantian.1 Allah swt berfirman :

)٩:احلجر( إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون

惇Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-hijr : 9)2

Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai

dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para

sahabatnya, hal itu karena Allah-lah yang menjaga. Penjagaan Allah

kepada al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase

penulisan al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya untuk ikut

menjaga al-Qur’an.3 Dari ayat tersebut yang membuat banyak umat Islam

yang ingin menghafalkan al-Qur’an demi keutuhan al-Qur’an itu sendiri.

Menghafal al-Qur’an dapat dikatakan sebagai langkah awal dalam

suatu proses penelitian yang dilakukan oleh para penghafal al-Qur’an

dalam memahami kandungan ilmu-ilmu al-Qur’an, tentunya setelah proses

dasar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, akan tetapi ada juga

yang sebaliknya, yaitu belajar isi kandungan al-Qur’an terlebih dahulu

kemudian menghafalnya.4 Progam pendidikan menghafal al-Qur’an adalah

program menghafal al-Qur’an dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap

1Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, Bandung : Sinar Baru, 1991, Cet.1,

hlm, 1-2. 2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:Toha Putra, (t. th),

hlm 391. 3Muhammad Ahsin Sakho, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, Jawa Barat: Badan

Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, t.th, hlm, 3. 4Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara, 2000,

hlm, 19.

Page 13: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

2

lafadz-lafadz al-Qur’an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat

yang memudahkan untuk menghadirkannya setiap menghadapi berbagai

masalah kehidupan, karena al-Qur’an senantiasa ada dan hidup di dalam

hati sepanjang waktu, sehingga memudahkan untuk menerapkan dan

mengamalkannya.5

Menghafal al-Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Kerumitan di dalamnya yang menyangkut ketepatan membaca dan

pengucapan tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab kesalahan sedikit saja

adalah suatu dosa. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak diproteksi

secara ketat maka kemurnian al-Qur’an menjadi tidak terjaga dalam setiap

aspeknya.6

Sudah dimaklumi bersama dan sudah sangat jelas, bahwa

menghafal al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta dapat

dilakukan kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu khusus,

kesungguhan mengerahkan kemampuan dan keseriusan7, karena

menghafal al-Qur’an merupakan tugas yang sangat agung dan besar. Tidak

ada yang sanggup yang melakukannya selain Ulul ‘Azmi, yakni orang-

orang yang bertekad kuat dan bulat serta keinginan membaca. Kiranya

tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menghafal al-Qur’an itu berat dan

melelahkan. Hal ini dikarenakan banyak problematika yang harus dihadapi

para penghafal al-Qur’an untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi

Allah SWT. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan,

pembagian waktu sampai kepada metode menghafal itu sendiri.8

Para penghafal al-Qur’an juga banyak yang mengeluh bahwa

menghafal itu susah. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan-

gangguan, baik gangguan-gangguan kejiwaan maupun gangguan

5Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an, Surakarta:

Daar An-Naba’, 2008, hlm, 19. 6Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, Bandung: Syaamil

Cipta Media, 2004, Cet. 4, hlm. 40 7Raghib As-Sirjani, Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an, Solo : Aqwam, 2007, Cet. 1, hlm. 53. 8Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Op-

Cit, hlm. 41

Page 14: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

3

lingkungan. Masing-masing di antara umat Islam tentu saja bercita-cita

untuk menghafal al-Qur’an. Setiap orang juga merasakan semangat dan

merasakan bahwa sebenarnya mampu menghafalnya dengan cara

konsisten, menghafal surat demi surat, juz demi juz. Namun setelah itu,

mulailah berbagai bisikan dan gangguan batin membuat orang tersebut

malas dan semangat semakin mengendor dengan alasan banyak surat yang

mirip, kata-kata yang sulit, waktu sempit, dan banyak kesibukan.

Menghafal al-Qur’an berbeda dengan menghafal buku atau kamus.

Al-Qur’an adalah kalamullah, yang akan mengangkat derajat mereka yang

menghafalnya9, oleh karena itu para penghafal al-Qur’an perlu mengetahui

hal-hal atau upaya agar mutu hafalannya tetap terjaga dengan baik.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an :

ôô ôô‰‰‰‰ ss ss)))) ss ss9999 uu uuρρρρ $$$$ tt ttΡΡΡΡ ÷÷ ÷÷���� œœ œœ££££ oo oo„„„„ tt ttββββ#### uu uu öö öö���� àà àà)))) øø øø9999 $$ $$#### ÌÌ ÌÌ���� øø øø.... ÏÏ ÏÏ ee ee%%%%#### ÏÏ ÏÏ9999 öö öö≅≅≅≅ yy yyγγγγ ss ssùùùù ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ 99 99���� ÏÏ ÏÏ.... ££ ££‰‰‰‰ •• ••ΒΒΒΒ )١٧:القمر(

”Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,

Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar :17).10

Maksudnya, Allah akan memberi kemudahan kepada orang-orang yang

ingin menghafalnya. Jika ada di kalangan manusia yang berusaha untuk

menghafalnya, maka Allah akan memberi pertolongan dan kemudahan

baginya11. Proses menghafal al-Qur'an adalah mudah dari pada

memeliharanya. Banyak penghafal al-Qur'an yang mengeluh karena

semula hafalannya baik dan lancar, tetapi pada suatu saat hafalan tersebut

hilang dari ingatannya. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada

pemeliharaan. Oleh karena itu untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an

harus mempunyai cara-cara yang tepat, sehingga hafalan al-Qur’an

tersebut akan bertambah lebih baik. Salah satu cara yang dirasa mudah dan

pada umumnya diterapkan di Pondok Pesantren Hafalan al-Qur’an adalah

9Abdul Azis dan Abdul Rauf

, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, Bandung:

Syaamil Cipta Media, 2004, Cet. 4. hlm, 55.

10Al-Qur’an Al-Karim dan terjemahnya, Op-Cit, hlm, 879.

11Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam,

Menghafal al-Qur’an Itu Mudah,Jakarta: At-

Tazkia, 2008, hlm, 13.

Page 15: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

4

Metode Wahdah, yakni metode menghafalkan al-Qur’an dengan

menghafal satu per satu ayat-ayat yang hendak dihafal secara berulang-

ulang hingga hafal, kemudian melanjutkannya pada ayat-ayat berikutnya

dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu

halaman12.

Setelah melihat uraian latar belakang di atas penulis mencoba

meneliti tentang Metode Wahdah hafalan al-Qur’an, dengan judul:

Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an

Santri Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan

Klambu Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas terdapat permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan

Al-Qur’an santri pondok pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi

Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011?

2. Bagaimana hasil hafalan Al-Qur’an santri dengan metode wahdah di

pondok pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan

Klambu Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode wahdah dalam

meningkatkan hafalan al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Nurul

Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten

Grobogan Tahun 2010/2011.

12 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara,

2000, hlm. 63.

Page 16: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

5

b. Untuk mengetahui hasil hafalan al-Qur’an dengan metode wahdah

santri di Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi

Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan solusi

dan masukan mengenai pelaksanaan peningkatan hafalan al-

Qur’an.

b. Secara praktis, diharapkan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan solusi dan masukan mengenai pelaksanaan

peningkatan hafalan al-Qur’an.

Fokus Penelitian

Peneliti membuat fokus penelitian sebagai batasan agar

permasalahan tidak meluas dan membuat penelitian menjadi tidak valid

dan tidak reliabel. Penentuan fokus ini berdasarkan hasil studi

pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing

atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.13

Terkait dengan judul yang dipilih oleh peneliti tentang Penerapan

metode wahdah, Maka peneliti akan memfokuskan pada penerapan metode

wahdah.

D. Kajian Pustaka

Sebelum diadakan penelitian tentang Penerapan Metode Wahdah

dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nurul

Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan

Tahun 2010/2011, Beberapa hasil dari penelusuran dan telaah terhadap

berbagai hasil kajian yang terkait dengan ruang lingkup penelitian yang

telah dilakukan adalah sebagai berikut:

13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D), Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 396

Page 17: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

6

Penelitian yang ditulis Iffah Alawiyah Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo tahun 2004. Skripsi tersebut berjudul Efektifitas Penghafalan

Al-Qur’an (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Yambu’ Al-Qur’an

Krandon Kudus Jawa Tengah), Hasil skripsi tersebut lebih memfokuskan

pada efektifitas penghafalan al-Qur’an di kalangan anak-anak.

Hasil penelitian yang ditulis oleh Dzikrotun Nafisah Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo tahun 2004, berjudul studi Penerepan Metode

Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an di PP Roudhatul Jannah Kudus,dalam

skripsi tersebut hanya membahas tentang penerapan metode takrir.Skripsi

tersebut menemukan cara-cara menerapkan takrir yang efektif.

Buku yang berjudul 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’an yang di

tulis oleh Sa’dulloh, terbitan tahun 2008. Buku ini berisi tentang cara

memelihara hafalan al-Qur’an.

Setelah menelaah berbagai karya tulis berupa hasil penelitian yang

ada dan buku-buku yang sudah diterbitkan, penulis berkeyakinan bahwa

penelitian tentang Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan

Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa

Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011

memang benar-benar belum pernah diteliti pada penelitian-penelitian

sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah fokus dalam penelitian ini merupakan upaya Pondok Pesantren

Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten

Grobogan dalam meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an.

E. Kerangka Teoritik

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan

judul skripsi ini, maka perlu dijelaskan istilah kunci sebagai berikut:

Page 18: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

7

1. Metode Wahdah

Metode Wahdah adalah metode menghafalkan al-Qur’an

dengan menghafal satu per satu ayat-ayat yang hendak dihafalkan.14

Sehingga secara sederhana metode wahdah adalah metode untuk

menghafalkan al-Qur’an dengan menghafal ayat satu persatu secara

berulang-ulang hingga benar-benar hafal, kemudian lanjut ke ayat-ayat

berikutnya dengan cara yang sama.

2. Santri

Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang

beribadat, orang yang sholeh.15

Santri di sini adalah sebagai objek

penelitian

3. Hafalan

Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa

Arab dikatakan al-hifdz dan memiliki arti ingat.16 Maka kata hafalan

dapat diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.

4. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf. Lebih jelas disebutkan

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.17

Setelah melihat definisi kata kunci pada judul skripsi di atas,

maka dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud penerapan Metode

Wahdah adalah menjaga ingatan (hafalan) kitab suci umat Islam

(al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk

menjadi pedoman hidup bagi manusia yang dilaksanakan santri (orang

yang mendalami Islam) di Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas

14Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara,

2000, hlm. 83. 15Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, hlm.374

16Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm, 301.

17Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i,

Ulumul Qur’an,Bandung: PT Pustaka Setia,1997,

hlm,11.

Page 19: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

8

Desa Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun

2010/2011.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan

lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian dideskripsikan sehingga

dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas. Dalam

buku Encyclopaedia of Social Research dijelaskan bahwa descriptive

research : it describes what is, it is concerned with describing,

recording, analyzing, and interpreting the existing

conditions.18Artinya, penelitian deskriptif mendiskripsikan isu

penelitian, penelitian ini membahas mengenai penggambaran,

pencatatan pengkajian dan penafsiran keadaan yang ada.

2. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek

dari mana data diperoleh.19 Untuk memperjelas sumber data, maka

perlu dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Person, sumber data berupa orang. Yaitu sumber data yang bisa

memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau

tertulis melalui angket. Dalam wawancara penelitian ini melibatkan

pengasuh pesantren, santri dan ustadz.

b. Place, sumber data berupa tempat. Yaitu sumber data yang

menyajikan tampilam berupa keadaan diam dan bergerak. Diam,

misalnya ruangan, alat, wujud benda dan lainnya. Bergerak seperti

18Laxmi Devi (eds), Encyclopaedia of Social Research, New Delhi : Mehra Offset Press,

1997, hlm, 14. 19Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: Rineka

Cipta, 2002, Cet. 12, hlm, 107.

Page 20: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

9

kinerja, kegiatan, aktivitas dan lain-lain. Keduanya merupakan objek

untuk penggunaan observasi.

c. Paper, sumber data berupa simbol. Yaitu sumber data berupa huruf,

angka, gambar dan simbol lainnya yang cocok untuk penggunaan

metode dokumentasi.

3. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain, sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna (meaning).20

Secara umum, analisis selama di lapangan berdasarkan model

Miles dan Hiberman dibagi dalam 3 tahap, yakni reduksi data, display

data, dan verifikasi/kesimpulan21. Secara lebih rinci, data yang telah

terkumpul dianalisis dengan langkah-langkah :

a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.

b. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi

yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-

pernyataan yang perlu.

c. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasikan

pokok-pokok pikiran tersebut dengan cara cakupan fokus

penelitian dan mengujikannuya dengan deskriptif.

d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna

pada hasil penelitian dengan cara menghubungkan teori.

e. Mengambil kesimpulan.

Untuk itu dalam analisis kualitatif deskriptif ini penulis

gunakan untuk menganalisis tentang penerapan metode wahdah dalam

20Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif,Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998,

Cet. 7, hlm, 124..

21Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D), Alfabeta, Bandung, 2008. Hlm. 337.

Page 21: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

10

meningkatkan hafalan al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul

Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan

dari hasil observasi lapangan, dan dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan objek penelitian.

Page 22: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tahfidz Al-Qur’an

1. Pengertian tahfidz al-Qur’an

Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan al-

Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama

tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari

bahasa arab hafidza – yahfadzu - hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu

selalu ingat dan sedikit lupa.1

Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf definisi menghafal

adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau

mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal.”2

Menurut Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku Teknik

Menghafal al-Qur’an karangan Abdurrab Nawabudin berkata bahwa

menghafal adalah orang yang selalu menekuni pekerjaannya3, pernyataan

ini merujuk pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 238 :

(#θ ÝàÏ�≈ ym】’n? tã】ÏN≡ uθ n=¢Á9 $#】Íο4θ n=¢Á9 $#uρ】4‘sÜó™âθ ø9 $#】(#θ ãΒθè%uρ】¬!】t ÏFÏΨ≈ s%】∩⊄⊂∇∪】】】】】

”Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” (QS : Al-

Baqarah : 238)4

Maksudnya, shalatlah tepat pada waktunya. Menghafal sesuatu, yaitu

mengungkapkan satu demi satu dengan tepat.5

1 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990), hlm, 105. 2Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah, (Bandung : PT

Syaamil Cipta Media, 2004), Cet, 4, hlm, 49. 3Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991),cet,1,

hlm 23. 4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Toha Ptra, t. th) hlm 400. 5Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm, 23-24

Page 23: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

12

Jika arti bahasa hafal tidak berbeda dengan arti istilah dari segi

membaca di luar kepala, maka penghafal al-Qur’an berbeda dengan

penghafal hadits, sya’ir, hikmah dan lain-lainnya dalam 2 pokok :

a. Hafal seluruh al-Qur’an serta mencocokannya dengan sempurna

Tidak bisa disebut al-hafidz bagi orang yang hafalannya

setengah atau sepertiganya secara rasional. Karena jika yang hafal

setengah atau sepertiganya berpredikat al-hafidz, maka bisa dikatakan

bahwa seluruh umat Islam berpredikat al-hafidz, sebab semuanya

mungkin telah hafal surat al-fatihah, karena surat al-Fatih merupakan

salah satu rukun shalat dari kebanyakan madzhab. Maka istilah al-

hafidz (orang yang berpredikat hafal Qur’an) adalah mutlak bagi yang

hafal keseluruhan dengan mencocokan dan menyempurnakan

hafalannya menurut aturan-aturan bacaan serta dasar-dasar tajwid yang

masyhur.

b. Senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam menjaga hafalan

dari lupa

Seorang hafidz harus hafal al-Qur’an seluruhnya. Maka apabila

ada orang yang telah hafal kemudian lupa atau lupa sebagian atau

keseluruhan karena lalai atau lengah tanpa alasan seperti ketuaan atau

sakit, maka tidak dikatakan hafidz dan tidak berhak menyandang

pedikat”penghafal al-Qur’an”.6

Kedua kata al-Qur’an, menurut bahasa al-Qur’an berasal dari

kata qa-ra-a yang artinya membaca7, para ulama’ berbeda pendapat

mengenai pengertian atau definisi tentang al-Qur’an. Hal ini terkait

sekali dengan masing-masing fungsi dari al-Qur’an itu sendiri.

Menurut Asy-Syafi’i, lafadz al-Qur’an itu bukan musytaq, yaitu

bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah,

yaitu tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya. Sehingga membaca

lafazh al-Qur’an dengan tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu,

6Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : CV Tri Daya

Inti, 1988), hlm, 17 7Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm, 305.

Page 24: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

13

menurut Asy-syafi’i lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam

pengertian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.8

Berarti menurut pendapatnya bahwa lafazh al-Qur’an bukan berasal

dari akar kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau akar katanya

berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap sesuatu

yang dibaca dapat dinamakan al-Qur’an.

Sedangkan menurut Caesar E. Farah, Qur’an in a literal sense

means” recitation,”reading,”.9 Artinya , Al-Qur’an dalam sebuah

ungkapan literal berarti ucapan atau bacaan.

Sedangkan menurut Mana’ Kahlil al-Qattan sama dengan

pendapat Caesar E. Farah, bahwa lafazh al-Qur’an berasal dari kata qa-

ra-a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun, qira’ah berarti

menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya

ke dalam suatu ucapan yang tersusun dengan rapi. Sehingga menurut al-

Qattan, al-Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata qa-ra-a yang artinya

dibaca.10 Kemudian pengertian al-Quran menurut istilah adalah kitab

yang diturunkan kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan

diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.11

Setelah melihat definisi menghafal dan al-Qur’an di atas dapat

disimpulkan bahwa menghafal al-Qur’an adalah proses untuk memelihara,

menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur’an yang diturunkan kepada

Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan

serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun

sebagiannya.

8Adnan Mahmud Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Restu Ilahi,2005), hlm,1. 9Caesar E. Farah, Islam Belief and Observances, (Amerika : Barron’s education Series,

1987), hlm, 80. 10

Ibid, hlm, 2. 11Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hlm, 31.

Page 25: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

14

2. Dasar dan hikmah menghafal al-Qur’an.

Secara tegas banyak para ulama’ mengatakan, alasan yang

menjadikan sebagai dasar untuk menghafal al-Qur’an adalah sebagai

berikut :

a. Jaminan kemurnian al-Qur’an dari usaha pemalsuan.

Sejarah telah mencatat bahwa al-Qur’an telah dibaca oleh jutaan

manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal al-Qur’an

adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga kemurnian al-

Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya, sesuai dengan jaminan Allah

dalam kitab suci al-Qur’an :

$ ‾ΡÎ)】ßøtwΥ】$ uΖø9 ¨“tΡ】t�ø.Ïe%!$#】$‾ΡÎ)uρ】…çµ s9】tβθ Ýà Ï�≈ ptm:】∩∪】】】

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS. Al-hijr ayat 9)12

b. Menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah.

Melihat dari surat al-Hijr ayat 9 bahwa penjagaan Allah

terhadap al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-

fase penulisan al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya

untuk ikut menjaga al-Qur’an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli

Qur’an yang mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah

fardhu kifayah, diantaranya adalah :

Ahsin Sakho Muhammad menyatakan bahwa hukum

menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah atau kewajiban bersama.

Sebab jika tidak ada yang hafal al-Qur’an dikhawatirkan akan terjadi

perubahan terhadap teks-teks al-Qur’an.13

Ahsin W juga mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur’an

adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal al-

Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan

12Departemen Agama RI, Op- Cit, hlm, 345.

13Abdul Aziz Abdul Rauf, Op-Cit, hlm 4

Page 26: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

15

ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-

ayat suci al-Qur’an.14

Kemudian menurut Abdurrab Nawabudin bahwa apabila Allah

telah menegaskan bahwa Dia menjaga al-Qur’an perubahan dan

penggantian, maka menjaganya secara sempurna seperti telah

diturunkan kepada hati Nabi-Nya, maka sesungguhnya menghafalnya

menjadi fardhu kifayah baik bagi suatu umat maupun bagi keseluruhan

kaum muslimin.15

Setelah melihat dari pendapat para ahli Qur’an di atas dapat

disimpulkan bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah,

yaitu apabila diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka

bebaslah beban yang lainnya, tetapi sebaliknya apabila di suatu kaum

belum ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.

Allah menurunkan al-Qur’an dan menjadikannya sebagai kitab

yang mulia, di dalam al-Qur’an disebutkan :

…çµ ‾ΡÎ)】×β#u ö�à)s9】×Λq Ì� x.】∩∠∠∪】’Îû】5=≈tGÏ.】5βθãΖõ3Β】∩∠∇∪】】】】】】】

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab

yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh).” 16

Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan al-Qur’an

menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia

dan di akhirat. Kemudian berikut ini ada beberapa hikmah menghafal

Qur’an :

a. Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi

penghafalnya.

b. Hafidz Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 49 :

14Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara, 2005),cet, 3,

hlm, 24. 15Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm 19.

16Fadhal A. R, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Mekar, 2004), hlm. 567.

Page 27: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

16

ö≅ t/ uθèδ 7M≈ tƒ#u ×M≈ oΨÉi�t/ ’Îû Í‘ρ߉߹ šÏ%©!$# (#θ è?ρé& zΟù=Ïè ø9 $# 4 $ tΒ uρ

߉ys øg s† !$ uΖÏF≈ tƒ$ t↔Î/ āωÎ) šχθ ßϑÎ=≈ ©à9$# ∩⊆∪

” Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada

orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-

ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”.17

c. Fasih dalam berbicara dan ucapannya.18

Allah SWT berfirman :

tΑt“tΡ】ϵ Î/】ßyρ”�9$#】ßÏΒ F{$#】’ n? tã∩⊇⊂∪】y7Î7 ù=s%】tβθ ä3tGÏ9】z ÏΒ】tÍ‘ É‹Ζßϑø9 $#】⊆∪】】】】】】】

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu

(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang

yang memberi peringatan,”(QS As-Syura’ : 193-194)19

d. Al-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Jika seluruh penghafal al-Qur’an

memahami seluruh arti kalimat tersebut berarti dia sudah banyak sekali

menghafal kosa kata bahasa arab yang seakan-akan ia menghafal kamus

bahas arab.

e. Dalam al-Qur’an banyak terdapat kata-kata hikmah yang sangat

berharga bagi kehidupan. Secara menghafal al-Qur’an berarti banyak

menghafal kata-kata hikmah.20

f. Hafidz Qur’an sering menjumpai kalimat-kalimat uslub atau ta’bir yang

sangat indah. Bagi seseorang yang ingin memperoleh rasa sastra yang

tinggi dan fasih untuk kemudian bisa menikmati karya sastra Arab atau

menjadi satrawan Arab perlu banyak menghafal kata-kata atau uslub

Arab yang indah seperti syair dan amtsar (perumpamaan) yang

tentunya banyak terdapat di al-Qur’an.

g. Mudah menemukan contoh-contoh nahwu, sharaf, dan juga balaghah

dalam al-Qur’an.

17Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 678.

18Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm, 21.

19Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 476.

Page 28: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

17

h. Dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat hukum, dengan demikian secara

tidak langsung seorang penghafal al-Qur’an akan menghafal ayat-ayat

hukum. Yang demiakian ini sangat penting bagi orang yang ingin terjun

di bidang hukum.

i. Orang yang menghafal al-Qur’an akan selalu mengasah hafalannya.

Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung

berbagai macam informasi.21

j. Bertambah imannya ketika membacanya.22

Allah swt berfirman :

$ yϑ‾ΡÎ)】šχθãΖÏΒ ÷σßϑø9 $#】tÏ% ©!$#】#sŒ Î)】t�Ï.èŒ】ª! $#】ôM n=Å_ uρ】öΝåκæ5θ è=è%】#sŒ Î)uρ】ôM u‹Î=è?】öΝÍκö� n=tã】

…çµ çG≈ tƒ#u】öΝåκøEyŠ# y—】$YΖ≈ yϑƒ Î)】4’n? tãuρ】óΟ Îγ În/u‘】tβθè=©.uθ tGtƒ】∩⊄∪】】】

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila

disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan

ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya

kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal ayat 2)

k. Penghafal al-Qur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung

dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.

Allah swt, menjelaskan dalam kitab suci al-Qur’an :

¨βÎ) tÏ%©!$# šχθè=÷Gtƒ |=≈tGÏ. «!$# (#θ ãΒ$s%r& uρ nο4θ n=¢Á9 $# (#θà)x�Ρr& uρ $ £ϑÏΒ öΝßγ≈ uΖø%y— u‘ # u�Å�

Zπ uŠÏΡŸξ tãuρ šχθ ã_ö� tƒ Zοt�≈ pgÏB ©9 u‘θ ç7 s? ∩⊄∪ óΟ ßγ uŠÏjùuθ ã‹ Ï9 öΝèδ u‘θã_ é& Νèδ y‰ƒ Ì“tƒ uρ ÏiΒ

ÿÏ& Î#ôÒ sù 4 …çµ ‾ΡÎ) Ö‘θ à�xî Ö‘θà6 x© ∩⊂⊃∪

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami

anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. agar

Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah

21Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-kiat Menghafal al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan

Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, tth), hlm 8-9. 22M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : Gema, 1998),

hlm, 41.

Page 29: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

18

kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”(QS. Faathir :29-30)23

3. Syarat menghafal al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia. Akan

tetapi menghafal al-Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan telapak

tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum

menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.

Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang

memasuki periode menghafal al-Qur’an ialah :

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,

atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya.

b. Niat yang ikhlas.

Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam

masalah hafalan al-Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah

perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata, maka

amalannya hanya akan sia-sia belaka.

c. Sabar

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal al-Qur’an. Hal

ini disebabkan karena dalam proses menghafal al-Qur’an akan banyak

sekali ditemui berbagai macam kendala.

d. Istiqamah

Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu tetap

menjaga keajekan dalam menghafal al-Qur’an. Dengan perkataan lain

penghafal harus senantiasa menjaga kontinuitas dan efisiensi terhadap

waktu untuk menghafal al-Qur’an.

e. Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela.

Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu

perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang

menghafal al-Qur’an, tetapi semua kaum muslim umumnya. Karena

23Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 443.

Page 30: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

19

keduanya mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik

ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan

konseantrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.

f. Izin dari orang tua, wali atau suami.

Walaupun hal ini tidak merupakan keharusan secara mutlak,

namun harus ada kejelasan, karena hal demikian akan menciptakan

saling pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara anak dan orang

tua, antara suami dan istri, antara wali dengan pihak yang berada

diperwaliannya.

g. Mampu membaca dengan baik.

Sebelum penghafal al-Qur’an memulai hafalannya, hendaknya

penghafal mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, baik

dalam Tajwid maupun makharij al-hurufnya, karena hal ini akan

mempermudah penghafal untuk melafadzkannya dan

menghafalkannya.24

h. Tekad yang kuat dan bulat

Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar

seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau menjadi

perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang

merintanginya.25

4. Adab-adab penghafal al-Qur’an

a. Menghindarkan diri dari perbuatan menjadikan al-Qur’an sebagai

sumber penghasilan pekerjaan dalam kehidupannya.

Imam Abu Sulaiman Al-Khatabi menceritakan larangan

mengambil upah atas pembacaan al-Qur’an dari sejumlah ulama’,

diantaranya Az-Zuhri dan Abu Hanifah. Sejumlah ulama’ mengatakan

boleh mengambil upah bila tidak mensyaratkannya, yaitu pendapat Ibnu

Sirin, Hasan Bashri, dan sya’bi. Imam atha’, Imam Syafi’i, Imam Malik

24Ahsin W, OP-Cit, hlm, 48-54.

25Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Menghafal al-Qur’an, (Aqwam : Solo, 2007), hlm, 63.

Page 31: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

20

dan lainnya berpendapat boleh mengambil upah, jika disyaratkan dan

dengan akad sewa yang benar.

b. Memelihara bacaan.26

Ulama’ salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berbeda

dalam jangka waktu pengkhataman al-Qur’an. Ibnu Abi Dawud

meriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa mereka mengkhatamkan

al-Qur’an dalam setiap bulan, ada juga yang khatam setiap sepuluh hari,

ada juga yang hanya seminggu mengkhatamkan al-Qur’an, bahkan ada

juga yang khatam al-Qur’an yang hanya ditempuh sehari semalam.

Diantara yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam sehari

semalam adalah Utsman bin Affan r.a, Tammim Ad-Daari Said bin

Jubair, Mujahid, As-Syafi’i dan lainnya.

Diantara yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam tiga hari

adalah Sali bin Umar r.a. Qadhi mesir di masa pemerintahan muawiyah.

Diriwayatkan oleh As-Sayid yang mulia Ahmad Ad-Dauraqi

dengan isnadnya dari Manshur bin Zaadzanr r.a. Seorang tabiin yang

ahli ibadah bahwa ia mengkhatamkan al-Qur’an diantara waktu dzuhur

dan ashar dan mengkhatamkannya pula antara waktu maghrib dan

isya’di bulan Ramadhan dua kali. Mereka mengakhirkan shalat isya’ di

bulan Ramadhan lewat seperempat malam.

c. Khusu’.

Orang yang menghafal al-Qur’an adalah pembaca panji-panji

Islam. Tidak selayaknya ia bermain bersama orang-orang yang suka

bermain, tidak mudah lengah bersama orang-orang yang lengah dan

tidak suka berbuat yang sia-sia bersama orang-orang yang suka berbuat

sia-sia. Yang demikian itu adalah demi mengagungkan al-Qur’an.

d. Memperbanyak membaca dan shalat malam27

26ImamAn-Nawawi, Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Amani,

2001), hlm, 58-60. 27Ahsin. W, Op-Cit, hlm, 95.

Page 32: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

21

Allah berfirman dalam kitab suci al-Qur’an :

ôÏiΒ】È≅ ÷δr&】É=≈tGÅ3ø9 $#】×π ¨Βé&】×πyϑÍ←!$ s%】tβθ è=÷Gtƒ】ÏM≈ tƒ#u】«!$#】u !$ tΡ#u】È≅ø‹ ©9 $#】öΝèδuρ】tβρ߉àf ó¡o„】∩⊇⊇⊂∪】】】】】】

Di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus[221], mereka

membaca ayat-ayat allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang

mereka juga bersujud (sembahyang). (QS. Ali-Imran : 113)

5. Metode menghafal al-Qur’an

Metode berasal dari bahasa Yunani (Greeca) yaitu “Metha” dan

“Hados”, “Metha” berarti melalui/melewati, sedangkan “Hados” berarti

jalan/cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.28

Menghafal al-Qur’an merupakan harta simpanan yang sangat

berharga yang diperebutkan oleh orang yang bersungguh-sungguh. Hal ini

karena al-Qur’an adalah kalam Allah yang bisa menjadi syafa’at bagi

pembacanya kelak dihari kiamat. Menghafal al-Qur’an untuk memperoleh

keutamaan-keutamaannya memiliki berbagai cara yang beragam.29

Metode atau cara sangat penting dalam mencapai keberhasilan

menghafal, karena berhsail tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh metode

yang merupakan bagian integral dalam sistim pembelajaran. Lebih jauh

lagi Peter R. Senn mengemukakan, “metode merupakan suatu prosedur

atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang

sistimatis.”30

Namun dengan memahami metode menghafal al-Qur’an yang

efektif, pasti kekurangan-kekurangan yang ada akan diatasi. Ada beberapa

metode menghafal al-Qur’an yang sering dilakukan oleh para penghafal,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Metode Wahdah

Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu persatu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan

awal, setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali

28Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), hlm, 66.

29Abdul Muhsin, Kunci-Kunci Surga, (Solo : Aqwam, 2007), hlm, 205.

30Mujamil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995), Hlm, 20.

Page 33: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

22

atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam

bayangannya.

b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain

dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu

menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah

disediakan untuk dihafal. Kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar

dan benar, kemudian dihafalkannya.

c. Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud metode ini adalah

mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan

Sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat extra,

terutama bagi penghafal yang tuna netra atau anak-anak yang masíh

dibawah umur yang belum mengenal baca tulis al-Qur’an. Cara ini bisa

mendengar dari guru atau mendengar melalui kaset.

d. Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan

kitabah. Hanya saja kitabah disini lebih mempunyai fungsional sebagai

uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Prakteknya yaitu

setelah menghafal kemudian ayat yang telah dihafal ditulis, sehingga

hafalan akan mudah diingat.

e. Metode Jama’

Cara ini dilakukan dengan kolektif, yakni ayat-ayat yang

dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh

instruktur. Pertama si instruktur membacakan ayatnya kemudian santri

atau siswa menirukannya secara bersama-sama.31

Sedangkan menurut Sa’dulloh macam-macam metode

menghafal adalah sebagai berikut :

31Ahsin W, Op-Cit, hlm, 63-66

Page 34: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

23

a. Bi al-Nadzar

Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur’an yang akan

dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang.

b. Tahfidz

Yaitu menghafal sedikit demi sedikit al-Qur’an yang telah

dibaca secara berulang-ulang tersebut.

c. Talaqqi

Yaitu menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru

dihafal kepada seorang guru.

d. Takrir

Yaitu mengulang hafalan atau menyima’kan hafalan yang

pernah dihafalkan/sudah disima’kan kepada guru.

e. Tasmi’

Yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada

perseorangan maupun kepada jamaah.32

Pada prinsipnya semua metode di atas baik semua untuk dijadikan

pedoman menghafal al-Qur’an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai

semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan

yang terkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan

kejenuhan dalam proses menghafal al-Qur’an.

Kemudian untuk membantu mempermudah membentuk kesan

dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi

menghafal yang baik, adapun strategi itu antara lain :

a. Strategi pengulangan ganda

b. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal

benar-benar hafal.

c. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan

jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.

d. Menggunakan satu jenis mushaf.

32Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Mengafal al-Qur'an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm. 52-

54.

Page 35: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

24

e. Memahami ayat-ayat yang dihafalnya.

f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.

g. Disetorkan pada seorang pengampu.33

Strategi di atas juga berfungsi untuk meningkatkan mutu atau

kualitas hafalan al-Qur’an.

B. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an

Semua pekerjaan atau kegiatan pasti menginginkan hasil dan mutu

yang baik, begitu pula dengan menghafal al-Qur’an. Agar seorang penghafal

benar-benar menjadi hafidzul qur’an yang representatif, dalam arti ia mampu

memproduksi kembali ayat-ayat yang telah dihafalnya pada setiap saat

diperlukan, maka ayat-ayat yang telah dihafal harus dimantapkan sehingga

benar-benar melekat dalam ingatannya.34 Melekat dalam iangatannya disini

tentunya mencakup ketepatan dalam hal tajwid dan ketepatan dalam

pengucapannya. Adapun kriteria hafalan al-Qur’an yang baik adalah sebagai

berikut :

1. Tajwid yang benar

Ibnu al-Jauzi berkata dalam syairnya (At-Tayyibah fi al-Qira’ah

al-Asyr) : “menggunakan tajwid adalah ketentuan yang lazim, barang siapa

yang mengabaikan maka ia berdosa”. Makna tajwid adalah memperhatikan

hukum-hukum yang ada dalam kitab-kitab tajwid, seperti idgham, ikhfa’,

ghunah dan mad serta memperhatikan makharij al-hurufnya.35

2. Membaca dengan tartil

Yang dimaksud dengan tartil adalah baik sebutan hurufnya, baik

mengucapkan kalimatnya, baik waqaf ibtidahnya, dan baik murajaahnya.36

33Ahsin W, Op-Cit, hlm, 72.

34 Ahsin W, Op-Cit, hlm, 80.

35Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta :

Pustaka at-Tazkia, 2008), hlm, 23-24. 36Muhaiman Zenha, Pedoman Pembinaan Tahfidzu Qur’an, (Jakarta: Proyek Penerangan,

1983), hlm, 96.

Page 36: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

25

Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :

÷ρr&】÷Š Η】ϵ ø‹n=tã】È≅ Ïo?u‘uρ】tβ#u ö� à)ø9 $#】¸ξ‹Ï?ö� s?】∩⊆∪】】】

"atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-

lahan." (QS : Al-Muzamil : 4)37

Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :

Ÿω】õ8Ìh� ptéB】ϵÎ/】y7 tΡ$ |¡ Ï9】Ÿ≅yf ÷ètGÏ9】ÿϵ Î/】】

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena

hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS : Al-Qiyamah : 16)38】

3. Lancar membaca

Kelancaran membaca adalah hal yang paling utama dalam

menghafal al-Qur’an. Lancar disini tidak berarti tanpa lupa, karena

manusia tidak luput dari lupa, apalagi menghafal al-Qur’an yang begitu

tebal kitabnya. Kelancaran memabaca dapat memberikan semangat

tersendiri bagi si penghafal untuk selalu mentakrir hafalannya, sehingga

hafalan al-Qur’annya akan selalu terjaga.

C. Peningkatan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an

Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang mempunyai arti;

proses, cara, perbuatan (usaha dan kegiatan) meningkatkan.39 Yang dimaksud

peningkatan oleh penulis dalam penelitian ini adalah segala proses, cara,

metode dan segala kegiatan serta usaha untuk meningkatkan mutu hafalan al-

Qur’an.

Mutu hafalan al-Qur’an dikatakan baik apabila bacaannya sesuai

dengan Tajwid, Fasih, dan lancar bacaannya. Untuk mencapai hasil yang

seperti itu, tentunya tidak bisa lepas dari cara untuk memelihara hafalan al-

37Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 567

38Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 437

39▽⊥≫∂♂∞】hlm. 1060.

Page 37: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

26

Qur’an. Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an adalah sebagai berikut :

� Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari

sekali.

� Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap

seminggu sekali.

� Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.

� Mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz dan

mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah

secara umum.

� Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.

� Takrir dalam shalat.

� Konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebih dahulu dan

mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.40

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut :

1. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz

a. Takrir sendiri

Seseorang yang menghafal al-Qur’an harus memanfaatkan

waktu untuk takrir atau untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru

harus selalu di-takrir minimal setiap hari dua kali dalam jangka waktu

satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus di-takrir setiap hari

atau dua hari sekali. Artinya, semakin banyak hafalan harus semakin

banyak pula waktu yang dipergunakan untuk takrir.

b. Takrir dalam shalat

Seorang yang menghafal al-Qur’an hendaknya bisa

memanfaatkan hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai

imam atau untuk shalat sendiri. Selain untuk menambah keutamaan

shalat, cara demikian juga akan menambah kemantapan hafalan al-

Qur’an.

40Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, (Solo, Qiblat Press, 2008), hlm, 141-142.

Page 38: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

27

c. Takrir bersama

Seseorang yang menghafal al-Qur’an perlu melakukan takrir

bersama dengan dua teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang

membaca materi takrir yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika

seorang membaca, maka yang lain mendengarkan.

d. Takrir dihadapan guru

Seseorang yang menghafal al-Qur’an harus selalu menghadap

guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan. Materi takrir yang

dibaca harus lebih banyak dari materi hafalan baru, yaitu satu banding

sepuluh, artinya apabila seseorang penghafal sanggup mengajukan

hafalan baru setiap hari dua halaman, maka harus diimbangi dengan

takrir dua puluh halaman (satu juz) setiap hari.41

2. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz

a. Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat

Yang dimaksud disini adalah istiqamah takrir di dalam shalat

wajib maupun sunah selalu memakai ayat-ayat al-Qur’an dari surah al-

Baqarah sampai Surah an-Nas secara berurutan sesuai dengan mushaf

al-Qur’an.

b. Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat

Membaca al-Qur’an di luar shalat berarti membaca Qur’an tidak

dalam waktu shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah. Takrir bisa

dilaksanakan pada waktu sebelum tidur, bangun tidur, dan pada waktu tengah

malam setelah shalat tahajud.42

Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut

menurut kemampuannya :

a. Khatam seminggu sekali

b. Khatam 2 (dua) minggu sekali

c. Khatam sebulan sekali

41Sa'dullah, Op-Cit, hlm, 68.

42Ibid, hlm, 69-78.

Page 39: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

28

Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti kegiatan

sebagai berikut :

a. Sering mengikuti acara sima’an

b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al- Qur’an

D. Metode Wahdah

Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani

”metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: ”metha” yang berarti

melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode

berarti jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan43. Dalam kamus bahasa

indonesia ”metode” adalah cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai

maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan

pelajaran44.

Menghafalkan al-Qur’an dengan metode wahdah merupakan

menghafalkan al-Qur’an dengan cara menghafal satu persatu terhadap ayat-

ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat

dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih, sehingga proses

ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat

berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai

satu muka dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah itu dilanjutkan

membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan

mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau

reflek dan akhirnya akan membentuk hafalan yang representatif.

Sedangkan tujuan instruksional khusus pembelajaran Al-Qur’an

dijabarkan sebagai berikut45:

43 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), hlm: 61

44 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai

Pustaka1995), hal: 52 45 Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 104

Page 40: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

29

� Santri mampu mengenal huruf, menghafalkan suara huruf, membaca kata

dan kalimat berbahasa arab, membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik

dan benar.

� Santri mampu mempraktekkan membaca ayat-ayat Al-Qur’an (pendek

maupun panjang) dengan bacaan bertajwid dan artikulasi yang shahih

(benar) dan jahr (bersuara keras).

� Santri mengetahui dan memahami teori-teori dalam ilmu tajwid walaupun

secara global, singkat dan sederhana terutama hukum dasar ilmu tajwid

seperti hukum lam sukun, nun sukun, dan tanwin, mad dan lainnya

� Santri mampu menguasai sifat-sifat huruf hijaiyah baik lazim maupun

yang ’aridh.

� Santri mampu memahami semua materi ajar dengan baik dan benar.

� Santri mampu menggunakan media atau alat bantu secara baik dan benar.

� Santri mampu menghafalkan al-Qur’an dengan kaidah yang berlaku.

Metode Wahdah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan beberapa metode lainnya. Adapun kelebihan-kelebihan tersebut

adalah sebagai berikut:46

� Lebih mudah dilakukan oleh santri.

� Ingatan santri terhadap hafalan yang telah dilakukan lebih kuat.

� Makhorijul Huruf santri dalam melafalkan al-Qur’an terjamin.

� Keistiqomahan santri dalam menambah hafalan lebih terjamin.

� Tajwid dan beberapa kaidah membaca al-Qur’an dengan tartil terjaga.

46 Azhuri Amin, Pengasuh Pesantren Nurul Furqon, Wawancara Pribadi, 3 April 2011.

Page 41: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

30

BAB III

KEADAAN UMUM PONDOK PESANTREN NURUL

FURQON BRAKAS DESA TERKESI KECAMATAN KLAMBU

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011

A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Nurul Furqon

1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Furqon (PPNF)

a. Sejarah

Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Furqon atau yang disingkat

PPNF ini dilatarbelakangi oleh niat pengasuh pondok dan masyarakat

desa Brakas untuk mendirikan lembaga pendidikan yang mampu

menampung generasi-generasi Qur'ani atau mencetak seorang hafidz

Qur’an, karena pengasuh pondok mengkhawatirkan akan punahnya

orang yang hafal Qur’an di negeri Indonesia ini.

Adanya keinginan dari pengasuh dan masyarakat tersebut maka

didirikanlah pondok pesantren ini yang dipelopori oleh Almarhum

KH. Dimyathi pada 20 maret 1986 M bertepatan 23 Sya’ban 1406 H.

Beliau mendirikan pondok pesantren ini bersama putrinya yang

bernama Ny. Hj. Kunayah dan menantunya KH. Azhuri Amin yang

meneruskan perjuangannya sebagai pengasuh utama pondok pesantren

sampai sekarang.

Semula ponpes ini khusus menerima santri putri, atau sering

disebut pondok putri, itu pun belum ada gedung yang layak, sehingga

5 santri putri tersebut singgah di kediaman Almarhum KH. Dimyathi.

Awalnya santri yang mengaji adalah warga sekitar pondok pesantren,

namun berkat kegigihan dan semangat perjuangan beliau akhirnya

banyak santri yang datang dari berbagai daerah baik dalam maupun

luar kota, bahkan ada pula santri yang berasal dari luar jawa. Sampai

saat ini jumlah seluruh santri kurang lebih 75 santri terdiri dari santri

putra dan putri.

Page 42: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

31

Kemudian pada tahun 1990, pondok ini menerima santri putra.

Pada akhirnya pengasuh membuat gubuk untuk tempat bersinggah

santri putra, tetapi dengan kerja keras pengasuh akhirnya pesantren

menambah gedung lagi khusus untuk santri putra pada tahun 1992

dengan satu lantai, satu lantai tersebut dibuat empat kamar tidur, dua

kamar mandi, dan sebuah aula. Kemudian pada tahun 2006 pondok

putra tersebut dikembangkan menjadi dua lantai sampai sekarang.

Adapun luas tanah keseluruhan 968 m2 dan luas bangunan

488 m2 dengan jumlah santri putra sebanyak 25 dan santri putri

sebanyak 50 yang berasal dari berbagai penjuru kota. Dari banyaknya

santri tersebut tidak semua melaksanakan hafalan al-Qur’an 30 juz,

karena santri yang melaksanakan pendidikan formal seperti MI dan

MTS tidak diwajibkan menghafl al-Qur’an 30 juz, akan tetapi santri

tersebut diwajibkan menghafal juz ‘Amma. Sedangkan santri yang

sedang melaksanakan pendidikan formal tingkat SMA dan santri yang

hanya mukim di pesantren diwajibkan menghafal al-Qur’an 30 juz1.

b. Tujuan

Pondok pesantren Nurul Furqon sebagai salah satu lembaga

pendidikan keagamaan ingin berperan aktif dalam usaha-usaha

memajukan bangsa. Hal ini dilakukan dengan memberikan pendidikan

ilmu-ilmu al-Qur’an, terutama bagaimana cara membaca al-Qur’an

dengan baik dan benar, yaitu mengetahui hukum-hukum bacaan al-

Qur’an (tajwid) dan fasih dalam pengucapannya, hingga menghafalkan

al-Qur’an suatu tingkat tertinggi dalam bidang qira’ah al-Qur’an serta

mengamalkannya. Selain itu, pondok juga memberikan pendidikan

ilmu-ilmu keislaman, mulai dari Nahwu, Sharaf, Fiqih, dan akhlak

berikut pengamalannya. Pendidikan ini diberikan kepada para santri,

baik yang tinggal di dalam pondok maupun putra putri dari lingkungan

sekitar yang ikut belajar di PP Nurul Furqon2.

1Azhuri Amin, Pengasuh Pesantren Nurul Furqon, Wawancara Pribadi, 3 April 2011.

2Ibid.

Page 43: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

32

Adapun tujuan didirikannya ponpes “Nurul Furqon” adalah

mencetak generasi huffadz, para penghafal al-Qur’an yang akan

menjadi penguat barisan dakwah Islam. Sehingga kegiatan sehari-hari

dititikberatkan pada proses menghafal al-Qur’an. Bahkan sebagian

besar waktu para santri dihabiskan untuk kegiatan ini, mulai dari

menghafal, mentadarus,dan menyetorkan hafalan. Namun sebagai

penunjang intelektualitas para santri, ponpes menyelenggarakan

kegiatan kajian kitab kuning, terutama untuk bidang fiqih.

Selain dengan membekali santri dengan hafalan al-Qur’an dan

kajian kitab kuning, para santri diberikan bekal latihan pengabdian

masyarakat dengan memberikan pengajaran baca tulis al-Qur’an pada

anak-anak di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) ponpes “Nurul

Furqon”. Setiap hari para santri yang telah memiliki kapabilitas cukup

dibidang al-Qur’an mengajar anak-anak usia sekolah dasar ketrampilan

baca tulis al-Qur’an. Di sini mereka dididik untuk memberikan

kontribusi intelektual bagi umat.

Tujuan lain dari ponpes ini adalah dakwah. Dakwah tersebut

adalah berupa kegiatan muqaddaman atau sima’an, yaitu pembacaan

al-Qur’an 30 juz secara kolektif untuk keperluan-keperluan tertentu

dari masyarakat dan dilanjutkan dengan ma’idzah hasanah dari

pengasuh pondok. Misalnya seseorang ingin menikahkan

putra/putrinya, atau ingin memperingati hari kematian anggota

keluarganya, biasanya mereka meminta do’a restu pengasuh pondok

dengan barokah dan fadhilah bacaan al-Qur’an. Pengasuh kemudian

mengajak beberapa santri untuk membacakan al-Qur’an di tempat

yang telah ditentukan. Ini merupakan syi’ar dakwah yang senantiasa

dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Furqon.

Pada tahun ajaran 2010/2011 ini, ponpes merencanakan

program pengembangan potensi para santri dalm bidang life skill

(ketrampilan hidup), yaitu memberikan pelatihan dan pembinaan

Page 44: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

33

berupa ilmu pengetahuan praktis dan ketrampilan yang bersifat tepat

guna, yang dapat dijadikan sebagai bekal hidup ketika para santri telah

menyelesaikan studinya di pesantren. Dan juga diharapkan tumbuh

pada diri santri jiwa entrepreneurship (kewirausahaan)3.

Program life skill terseabut adalah Agrobisnis Penggemukan

kambing etawa. Tujuan diberikannya pengetahuan dan ketrampilan

tersebut adalah agar santri4:

1. Memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan dibidang

penggemukan kambing etawa.

2. Tumbuh rasa percaya diri kemandirian serta keuletan dalam hidup

dan kehidupan.

3. Agar menjadi manusia yang cinta terhadap makhluk hidup, alam

dan lingkungannya.

4. Memiliki jiwa kewirausahaan bidang penggemukan kambing

etawa.

2. Letak geografis

Nama pondok pesantren ini adalah pondok pesantren “Nurul

Furqon” yang sering disingkat PPNF. Sebelum menamai pondok ini,

pengasuh terlebih dahulu izin kepada gurunya. Sebelumnya pondok ini

akan dinamai dengan nama Ponpes Tahfidzul Qur’an, akan tetapi nama

tersebut tidak diizinkan, dikarenakan nama tersebut hanya berfokus

kepada hafalan al-Qur’an. Pada akhirnya nama itu diganti dengan nama

“Nurul Furqon”. Menurut guru beliau nama ini tidak hanya difokuskan

menghafal al-Qur’an, tetapi dimungkinkan juga untuk santri yang akan

belajar membaca al-Qur’an dan ilmu lainnya, seperti ilmu fiqih dan

akhlaq.

Dengan nama tersebut diharapkan ponpes ini benar-benar

menjadi sumber mata airnya ilmu-ilmu al-Qur’an, sehingga santri yang

3 Ibid

4Ibid.

Page 45: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

34

menimba ilmu di pondok itu ibarat memanfaatkan fungsi sebuah mata air

sebagai tempat untuk menimba diri, mengembangkan potensi menjadi

orang yang ahli dalam al-Qur’an dan berilmu pengetahuan.5

Lokasi pondok cukup kondusif bagi kegiatan belajar mengajar.

Lingkungan yang agamis dan cuaca yang teduh menjadikan PPNF

memiliki harapan besar untuk dapat membantu mengembangkan dakwah

Islam dan mendidik generasi muda secara Qur’ani.

Adapun batas wilayah yang berbatasan dengan wilayah desa

Brakas adalah sebagai berikut : sebelah utara desa Goleng, sebelah selatan

desa Menawan, sebelah barat desa Brakas Kulon, dan sebelah timur

adalah Desa Terkesi.

3. Struktur Kepengurusan6

STRUKTUR PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUL

FURQON TAHUN 2010 / 2011

a. Pengurus pondok putra

Pengasuh : KH. Azhuri Amin, AH

Ketua I : Lukman Nur Amin

Wakil ketua : Mukhlisin

Sekertaris I : Abdullah Kurniawan

Sekertaris II : Ari Setiono

Bendahara I : Fatkhul ‘ulum

Bendahara II : Qori’

Seksi pendidikan : 1. Suratman

2. Mukhlasin

3. Maksum

Seksi keamanan : 1. Masruri

2. Reza Puraiza

Seksi kebersihan : 1. Saiful Anwar

2. Sajidun

5Ibid 6Buku Arsip Dokumentasi PPNF

Page 46: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

35

b. Pengurus pondok putri

Pengasuh : Ny.Hj. Kunayah

Ketua I : Azylina

Wakil ketua : Fadhilatussalisa

Sekertaris I : Ririn Yuni Wahyuni

Sekertaris II : Naila Duri Nafi’a

Bendahara I : Saidarofa

Bendahara II : Rizka

Seksi pendidikan : 1. Eni Rihanah

2. Uswatun Hasanah

3. Siti Wahyuni

Seksi Keamanan : 1. Ernawati

2. Maryatul Qibtiyah

3. Sofiyatun

Seksi kebersihan : 1. Rohimah

2. Umi Khabibah

3. Alif Bidayah

4. Evi

B. Kegiatan Santri di PPNF

Setelah calon santri mendaftarkan diri untuk menjadi santri di PPNF

dan telah mendapat izin dari pengasuh, maka calon santri tersebut telah sah

menjadi santri PPNF. Seluruh santri pondok diwajibkan tinggal di dalam

pondok pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan pondok.

Dengan diwajibkannya santri tinggal di pondok, maka akan lebih

mudah bagi pelaksana pondok untuk mencetak santri yang bertitel Hafidz

Qur’an dengan ilmu tajwid yang baik dan memahami pokok-pokok dari al-

Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Page 47: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

36

1. Jadwal Kegiatan7

a. Kegiatan harian

No Waktu Nama kegiatan

1 04. 00 – 04. 30 Bangun tidur, persiapan shalat jamaah

subuh.

2 04. 30 – 04. 45 Shalat berjamaah subuh

3 04. 45 – 07. 00 KBM al-Qur’an bi al- nadhar

4 07. 00 – 07. 25 KBM al-Qur’an bi al-ghaib

5 07. 25 – 12. 00 Mandi, makan , mudarasah sendiri

6 12.00 – 14. 00 Shalat berjamaah dzuhur, tidur siang

7 14. 00 – 15. 00 Mudarasah persiapan muraja’ah

8 15. 00 – 15. 30 Shalat berjamah shalat ashar

9 15. 30 – 17. 00 Muraja’ah

10 17. 00 – 17. 30 Istirahat, mandi

11 17. 30 – 17. 50 Persiapan shalat jamaah maghrib

12 17. 50 – 18. 25 Jamaah maghrib

13 18. 25 – 19. 15 Jam wajib mudarasah

14 19. 15 – 19. 45 Shalat jamaah isya’

15 19. 45 – 20. 00 Makan malam

16 20. 00 – 21. 30 Sekolah diniyah

17 21. 30 – 04. 00 Tidur malam atau mudarasah / membuat

hafalan

b. Kegiatan mingguan

1) Tahlilan

2) Berzanzi

3) Mudarasah

4) Yasinan

5) Mujahadahan

7Ibid

Page 48: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

37

6) Hiburan TV

7) Main bola

8) Kerja bakti

c. Kegiatan bulanan

1) Sima’an Minggu pon (bulanan)

2) Kerja bakti massal

d. Kegiatan tahunan

1) Acara maulid Nabi Muhammad SAW

2) Santunan anak yatim

3) Peringatan 17 agustus

4) Kepanitiaan qurban

5) Ziarah

6) Acara Isra’ Mi’raj sekaligus khatmil Qur’an

7) Kegiatan ramadhan

8) Liburan akhir tahun

2. Bimbingan dan penyuluhan8

Seperti keterangan di atas bahwa santri diwajibkan tinggal di dalam

pondok dan mengikuti kegiatan pondok. Apabila ada salah satu santri yang

melanggar peraturan pondok, maka santri tersebut akan mendapatkan

bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan

berupa hal-hal sebagai berikut :

1. Memberi teguran langsung

2. Pengarahan dan peringatan setelah shalat berjamaah

3. Bimbingan rohani setiap malam jumat

4. Peringatan tertulis di papan tulis

5. Diberi hukuman, misalnya : membersihkan halaman pondok atau WC

6. Pemanggilan wali santri

7. Dicukur gundul bagi pelanggar berat

8Ibid

Page 49: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

38

8. Dihadapkan ke pengasuh pondok untuk mendapatkan nasehat dan

peringatan ataupun hukuman langsung dari beliau

9. Diberi tugas, misalnya, menghafal surat atau beristighfar 1000 kali

C. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri PPNF

Menurut K.H.Azhuri Amin AH. di Pondok Pesantren Nurul Furqon

(PPNF) bahwa jaudah tahfidz al-Qur’an atau mutu hafalan al-Qur’an santri di

PPNF tidak jauh berbeda dengan santri penghafal al-Qur’an lainnya, yaitu

semua ada kelebihan dan kekurangannya, diantara kelebihan dan

kekurangannya adalah sebagai berikut :9

1. Segi kelebihan hafalan al-Quran santri PPNF

a. Tajwidnya

Santri PPNF dalam hafalan al-Qur’an tajwid sangat

diperhatikan. Penerapan tajwid oleh santri cukup baik karena sebelum

memulai hafalan al-Qur’an santri terlebih dahulu ditashih tajwidnya

oleh pengasuh pondok pesantren, karena kefasihan dalam membaca al-

Qur’an akan berpengaruh pada baik buruknya hafalan al-Qur’an.

b. Ketartilannya

Diantara salah satu kelebihan hafalan santri PPNF adalah

ketertartilannya, karena pengasuh pondok pesantren mewajibkan

membaca tartil ketika menyetorkan hafalan al-Quran

c. Makharijul huirufnya

Pengasuh PPNF juga mentashih makharijul huruf sebelum

santri memulai hafalan al-Qur’an, jadi saat santri hafalan al-Quran

mulai menghafal al-Quran akan mudah mengucapkan huruf hijaiyah

dengan fasih.

2. Segi kekurangan hafalan al-Quran santri PPNF

a. Mudahnya lupa

Santri PPNF tidak sedikit yang hafalannya masih kurang baik,

contohnya seperti hal lupa, lupa disini meliputi lafadz, ayat, dan

9 Azhuri Amin, Op-Cit.

Page 50: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

39

syakalnya, tetapi hal seperti itu tidak membuat santri jadi patah

semangat untuk menghafalkan al-Qur’an, justru dengan adanya sifat

lupa itu santri jadi tambah akrab dengan kitab suci al-Qur’an, karena

bagaimanapun seandaianya ada hafalan yang lupa pasti santri akan

membuka al-Qur’an kembalai guna mengingat-ingat hafalan yang

sempat lupa.

b. Sulit membedakan ayat yang mirip

Di antara kendala santri untuk memperbaiki hafalan al-

Qur’annya adalah sulitnya membedakan ayat-ayat yang hampir mirip,

karena di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang hampir sama akan

tetapi sebenarnya ada perbedaan sedikit dalam huruf atau lafadznya.

D. Pelaksanaan Tahfidz al-Qur’an dengan Metode Wahdah di Pondok

Pesantren Nurul Furqon

1. Persyaratan Santri Sebelum Menghafal

Santri di Pondok Pesantren Nurul Furqon sebelum memulai untuk

menghafal terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan yang diberikan

oleh pengasuh. Syarat tersebut bertujuan agar santri di dalam proses

menghafal tidak terlalu sulit dan akan menghasilkan mutu hafalan yang

baik. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :10

a. Izin dari orang tua

b. Menguasai ilmu tajwid

c. Menguasai ilmu musykilat

d. Baik makharij al-hurufnya

e. Khatam al-Qur’an binadzar

Santri yang belum menguasai ilmu tajwid, musykilat dan belum

baik makharijul-hurufnya akan dibimbing langsung oleh pengasuh terlebih

dahulu dengan belajar kitab yang berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut,

10 Ibid

Page 51: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

40

setelah menguasai ilmu-ilmu tersebut santri belajar membaca al-Qur’an bi

nadzar dan selanjutnya bisa langsung menghafal al-Qur’an.11

2. Persiapan Menghafal al-Qur’an

Adapun persiapan menghafal al-Quran di PPNF adalah sebagai

berikut :

a. Niat yang kuat untuk menghafal al-Qur’an

b. Puasa yang diperintahkan langsung oleh pengasuh

c. Menyiapkan al-Qur’an pojok

d. Target hafalan

e. Waktu (untuk mentakrir hafalan).

3. Pelaksanaan tahfidz al-Qur’an

a. Kegiatan tahfidz al-Qur’an

Pendidikan al-Qur’an merupakan program utama dari

pesantren ini, maka dari itu pondok tersebut menginginkan santri yang

lulus dari pondok tersebut menjadi seorang hafidz yang fasih dalam

bacaan al-Qur’annya. Dari keinginan tersebut pesantren melaksanakan

pentashihan, pentashihan tersebut meliputi tashih makhraj, tashih huruf,

tashih tajwid, dan tashih tahfidz.

Materi tersebut terutama meteri-materi tahfidz dilaksanakan

dalam beberapa kegiatan yaitu :

1) Kegiatan harian

a) Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (murajaah)

b) Selesai shalat maghrib : mudarasah sendiri

c) Setelah shalat shubuh : menambah hafalan (setoran)

2) Kegiatan mingguan

a) Hari sabtu jam 9 pagi : Sima’an Qur’an (putri)

b) Setelah shalat jumat : Sima’an Qur’an (putra)

c) Setelah shalat maghrib malam jumat : Kegiatan rutinan

11Azylina, Ketua Pondok Pesantren Putri Nurul Furqon, Wawancara Pribadi, 7 April

2011.

Page 52: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

41

3) Kegiatan bulanan

Setiap hari minggu pertama pada tiap bulannya diadakan

sima’an 30 juz yang dibaca oleh santri secara bergilir. Santri

membaca al-Qur’an bil-ghaib secara bergilir menurut juz yang

sudah ditentukan oleh seksi pendidikan.

4) Kegiatan tahunan

Pada setiap bulan Rajab tanggal 27 dilaksanakan khatmil

Qur’an dan dibacakan al-Qur’an 30 juz bil-ghaib oleh peserta

khatmil Qur’an dan diteruskan dengan pengajian akbar.

b. Mekanisme Menghafal al-Qur’an12

Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada guru, yaitu :

1. Meyetorkan halaman baru

Dalam meyetorkan hafalan baru, biasanya santri

menyetorkan hafalan sebanyak satu halaman atau lebih tergantung

pada kemampuan santri yang dilaksanakan setelah shalat subuh.

2. Mengulang hafalan yang telah diperoleh

Hafalan yang telah diperoleh harus didengarkan kembali

kepada guru, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali minimal

lima halaman.

c. Cara Menghafal al-Qur’an dengan Metode Wahdah

Sebelum memulai hafalan al-Qur’an, maka terlebih dahulu

para santri memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Penggunaan al-Qur’an pojok

Yaitu pada setiap halaman diakhiri dengan ayat dan setiap juz

terdapat 20 halaman

2) Hafalan dilakukan dengan satu per satu ayat, kemudian

mengulanginya hingga benar-benar hafal, lalu menambah ke ayat

yang selanjutnya, begitu seterusnya.

3) Upaya membuat target hafalan setiap hari

12 Ibid

Page 53: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

42

4) Setiap hari para santri membuat target hafalan, biasanya sebanyak

satu halaman.

5) Memperdengarkan hafalannya

6) Untuk menjaga hafalan maka para santri selalu mendengarkan

hafalannya kepada orang lain, sebelum disetorkan kepada guru.

7) Berusaha membenarkan ucapan dan bacaan

Hal ini dilakukan agar dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan

kaidah ilmu tajwid, serta fasih dalam membacanya.

d. Metode menghafal al-Qur’an

Dalam mengajarkan menghafal al-Qur’an tidaklah sama dan

semudah mengajarkan pelajaran yang lain. Oleh karena itu digunakan

berbagai metode yang tepat sehingga santri akan mempermudah dalam

menghafal al-Qur’an, metode tersebut antara lain :

1) Metode musyafahah (face to face)

Pada prinsipnya metode ini bisa dilakukan dengan tiga cara,

diantara tiga cara tersebut adalah sebagai berikut :

a) Guru membaca, santri mendengarkan dan sebaliknya

b) Guru membaca dan santri hanya mendengarkan

c) Santri membaca dan guru mendengarkan.

Dari ketiga cara di atas yang sering digunakan dalam

pesantren tersebut adalah cara yang ketiga, yaitu santri membaca

dan guru mendengarkan.

2) Metode resitasi

Guru memberi tugas kepada santri untuk menghafal

beberapa ayat atau halaman sampai hafal betul, kemudian santri

membaca halamannya di muka guru.

3) Metode takrir

Arti takrir adalah mengulang, yaitu santri mengulang-ulang

hafalannya, kemudian membaca hafalannya di hadapan guru.

Page 54: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

43

4) Metode mudarasah

Maksud dari metode ini adalah semua santri menghafal

secara bergantian dan berurutan secara bergantian dan yang lain

mendengarkan atau menyima’nya. Dalam praktiknya mudarasah ini

ada tiga cara :

a) Mudarasah perhalaman (pojokan)

Yaitu santri membaca satu halaman kemudian dilanjutkan

oleh santri lainnya.

b) Mudarasah lembaran

Yaitu santri membaca satu lembar atau dua halaman

kemudian dilanjutkan oleh santri lainnya.

c) Mudarasah perempatan

Yaitu setiap santri membaca ¼ (seperempat) juz atau lima

halaman, kemudian diteruskan oleh santri lainnya. Dan apabila

telah lancar bacaannya dapat dilanjutkan mudarasah setengah

juz dan seterusnya.

5) Metode tes

Metode ini digunakan untuk mengetahui ketepatan dan

kelancaran hafalan santri dengan menyetor juz tertentu kepada

seorang guru atau yang ditunjuk sebagai tim penyima’ atau penguji.

4. Upaya Meningkatkan Jaudah Tahfidz al-Qur’an

Hafalan al-Qur’an tentunya tidak mudah, karena sesungguhnya

hafalan al-Qur’an itu mudah, akan tetapi mudah pula untuk lepas hafalan

itu. Oleh karena itu di Pondok Pesantren Nurul Furqon ada cara-cara untuk

meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an, terutama dari pihak pengasuh/guru,

karena guru sebagai pihak yang paling berperan dalam aktivitas menghafal

al-Qur’an. Akan tetapi bukan hanya guru saja yang menjadikan hafalan

tersebut kuat, santri sendiri juga sangat berperan dalam membentuk

Page 55: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

44

hafalan al-Qur’an yang kuat. Adapun upaya-upaya tersebut adalah sebagai

berikut :13

a. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh pengasuh / guru

1) Tes tajwid dan makharijul-huruf.

Sebelum santri memulai proses penghafalan al-Qur’an,

terlebih dahulu santri dites ilmu tajwidnya dan makhorijul

khurufnya. Upaya ini dilakuakan agar di dalam melafadzkan bacaan

al-Qur’an bisa benar dan fasih dalam pengucapannya.

2) Mewajibkan memakai mushaf khusus (al-Qur’an pojok)

Hal ini sangat penting dilakukan oleh penghafal al-Qur’an,

karena dengan digunakannya Qur’an pojok akan mempermudah si

penghafal mengingat ayat selanjutnya pada halaman berikutnya.

3) Mengadakan muraja’ah

Guru mengadakan muraja’ah, yaitu untuk menyetorkan

hafalannya yang sudah disetorkan kepada pengasuh. Dalam

mengulang hafalan minimal 5 halaman dan maksimal satu juz atau

20 halaman. Hal ini bertujuan untuk memperlancar hafalan.

4) Mengadakan tes / sima’an mingguan

Sima’an ini dilaksanakan guna memperlancar hafalan juga

untuk meneliti bagian hafalan yang salah dan hafalan yang belum

lancar, sehingga dari kesalahan itu akan mudah diperbaiki santri

menjadi benar dan lancar.

5) Mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan

Kegiatan ini rutin setiap bulan diadakan, biasanya setiap

santri dapat bagian sendiri-sendiri guna menghafal al-Qur’an dan di

simak oleh para santri lainnya. Kegiatan ini berguna untuk

meningkatkan hafalan dan mempertebal mental dalam membaca al-

Qur’an pakai pengeras suara dan disimak orang banyak.

13 Ibid

Page 56: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

45

6) Pada waktu setoran, bacaan wajib pelan dalam membaca

Membaca al-Qur’an dengan pelan termasuk usaha untuk

memperkuat hafalan, karena dengan membaca seperti itu akan

memepermudah penyimak dalam meneliti bacaannya, sehingga

santri akan mudah dalam mengingat huruh-huruf yang keliru.

7) Mewajibkan mudarasah pada jadwal yang ditentukan

Kegiatan ini dilakukan setiap shalat maghrib. Tujuan

kegiatan ini untuk memperlancar bacaan.

8) Mentakrir dalam shalat tarawih

Setiap bulan ramadhan para santri melaksanakan shalat

tarawih secara berjamaah. Dalam shalat tarawih tersebut bacaan

suratnya dimulai dari surat al-Baqarah sampai khatam. Biasanya

setiap malam dibaca sampai satu setengah juz, sehingga pada hari

ke-20 ramadhan sudah khatam 30 juz. Setiap malamnya imam

dikasih giliran.

9) Memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-Qur’an

Pengasuh memperbolehkan santrinya untuk mengikuti

lomba hafalan al-Qur’an, karena dengan mengikuti lomba hafalan

santri akan selalu dijaga kelancaran hafalannya dan kefasihannya.

10) Mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok

Kegiatan sima’an ini dilaksanakan pada waktu-waktu

tertentu di luar pondok, biasanya seorang warga yang masih

mempunyai hajat seperti pernikahan atau khitanan meminta kepada

penagasuh pondok untuk membacakan al-Qur’an bi al-ghaib

bersama para santrinya. Kegiatan ini sangat berguna sekali bagi

santri untuk memperlancar hafalannya.

11) Mewajibkan sekolah diniyah kecuali para guru

Salah satu materi dari sekolah diniyah ini adalah nahwu

shorof. Nahwu sharaf sangat penting untuk dikuasai, karena bisa

Page 57: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

46

mempermudah santri untuk membedakan syakal al-Qur’an, seperti

fathah, kasrah dan dhamah.

12) Mengadakan do’a bersama

Do’a bersama ini dilaksanakan setiap seminggu sekali di

aula pondok putra lantai dua setelah shalat subuh hari jum’at yang

dipimpin oleh pengasuh pondok pesantren, sebelum berdo’a terlebih

dahulu melaksanakan dzikir bersama yang berisi bacaan istighfar,

tahmid, tahlil, dan takbir. Kegiatan ini bertujuan untuk memohon

kepada Allah agar semua hajat para santri bisa terkabul, khususnya

hajat dalam hal menghafal Qur’an agar diberi kemudahan,

kelancaran, dan istiqamah dalam mentadarusnya serta mengamalkan

isi al-Qur’an.

a. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh santri

Untuk meningkatkan mutu hafalan tidak hanya pengasuh atau

guru yang mempunyai peran penting, tetapi santri juga menentukan

bagaimana mutu hafalan al-Qur’annya. Berikut ini adalah upaya

peningkatan mutu hafalan yang dilakukan oleh santri PPNF.

1) Sikap semangat dan niat yang ikhlas

Sikap semangat dan niat yang ikhlas adalah modal yang

paling utama untuk menggapai cita-cita hafalan yang kuat, karena

tanpa sikap tersebut proses hafalan dan peningkatan hafalannya akan

kurang maksimal.

2) Kontinyu dalam bertakrir

Maksud dari kontinyu adalah ketetapannya didalam

mentadarus al-Qur’an. Walaupun sedikit dalam mentadarus al-

Qur’an akan tetapi apabila di dalam bertadarus selalu istiqamah

hasilnya pasti akan kelihatan. Yang dimaksud dengan istiqamah

adalah konsisten, yaitu tetap menjaga keajekan dalam menghafal al-

Qur’an. Dengan perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga

kontinuitas dan efisiensi terhadap waktu. Biasanya santri mentakrir

hafalannya setiap habis shalat fardu kecuali setelah shalat subuh,

Page 58: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

47

karena setelah shalat subuh mempersiapkan setoran hafalan yang

baru.

3) Sima’an atau takrir dengan teman

Santri di dalam meningkatkan kelancaran hafalan saling

menyimak antara santri satu dengan santri lainnya, hal ini bermaksud

untuk saling meneliti kalau ada bacaan yang salah atau kurangnya

kelancaran di dalam membaca.

4) Takrir di dalam shalat

Ada beberapa santri yang di dalam usahanya untuk

meningkatkan ketajaman hafalannya dengan bertakrir di dalam

shalat, biasanya dilakukan didalm waktu shalat sunah malam, yaitu

shalat tahajud.

5) Tanya jawab atau tebak-tebakan ayat

Tanya jawab disini biasanya dilakukan oleh dua santri atau

lebih, santri satu memberikan pertanyaan kepada santri lainnya untuk

menebak surat apa dan juz berapa, terus santri yang diberi

pertayanyaan menjawab dan membunyikan ayatnya. Hal ini sangat

berguna sekali pada ketajaman hafalan, karena santri selalu berfikir

dan penasaran dengan ayat yang dipertanyakan.

6) Berusaha membaca al-Qur’an dengan tartil

Santri berusaha bermudarasah dengan tartil atau pelan,

karena dengan membaca dengan pelan akan mudah meneliti

bacaannya sendiri.

7) Berusaha mudarasah dengan suara lantang

Disamping membaca dengan tartil atau pelan, santri juga

membaca dengan suara yang keras, fungsi ini sama dengan membaca

dengan tartil, yaitu mempermudah meneliti yang sedang dibaca.

8) Istirahat yang teratur

Istirahat adalah hal yang penting bagi para penghafal al-

Qur’an, karena dengan istirahat yang teratur akan memepermudah

Page 59: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

48

santri dalam proses menghafal dan memeliharanya. Dengan energi

yang fit otak juga akan bekerja dengan maksimal, oleh karena itu

istirahat hal yang tidak boleh disepelekan oleh para penghafal al-

Qur’an.

9) Berdo’a

Seorang penghafal al-Qur’an pasti akan mendambakan

hafalan yang kuat, disamping berusaha di dalam meningkatkan mutu

hafalannya dengan perbuatan, santri juga berdo’a kepada Tuhan sang

pencipta, santri berharap agar di dalam hafalannya terjaga dengan

baik dan bisa mentadarus al-Qur’an dengan istiqamah. Allah berjanji

barang siapa yang berdo’a kepada-Nya, niscaya Allah akan

mengabulkan do’a itu.14

5. Evaluasi Tahfidz al-Qur’an

Evaluasi mutlak dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

santri telah berkembang, tidak hanya dari hafalan santri, tetapi juga

perilaku sehari-hari santri. Evaluasi di pondok ini antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Tes formatif

Tes ini berupa mudarasah mingguan atau sima’an mingguan

yang dilaksanakan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at Tes ini

berfungsi untuk mengulang yang telah diperoleh santri dan disima’

oleh para santri yang bertugas untuk meneliti bacaannya. Mengulang

hafalan juga dilakukan setiap selesai shalat ashar kecuali hari Jum’at

dihadapan guru muraja’ah.

b. Tes sumatif

Tes ini dilaksanakan apabila seorang santri akan mengikuti

khataman al-Qur’an, tes ini dilakukan dengan cara santri tersebut

disima’ (diperdengarkan bacaan) keseluruhan dari juz 1 sampai juz 30

oleh masyarakat setempat dan dewan penguji dalam waktu satu hari.15

14Iva Safitri, Santri Pondok Pesantren Putri, Wawancara Pribadi, 7 April 2011.

15Ibid

Page 60: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

49

BAB IV

PENERAPAN DAN ANALISIS METODE WAHDAH

DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI

PONDOK PESANTREN NURUL FURQON BRAKAS DESA TERKESI

KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011

A. Hasil Penelitian.

1. Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan al-Qur’an Santri di

Pondok Pesantren Nurul Furqon (PPNF)

Bentuk penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen

dan sebagainya kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan

kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.

Proses menghafal al-Qur’an pada pondok pesantren ini dilakukan

dengan proses menghafal terlebih dahulu walaupun kadang ada santri yang

belum mengetahui seluk beluk ulumul Qur’an, gaya bahasa atau makna yang

terkandung didalamnya. Penghafal mengandalkan kecermatan, memperhatikan

bunyi ayat-ayat yang hendak dihafalkan. Artinya asal sudah bisa membaca

dengan baik sesuai dengan tajwid mulailah ia menghafal al-Qur’an. Proses

hafalan seperti ini harus langsung bertatap muka dengan guru. Karena seorang

guru mempunyai peranan yang sangat penting yaitu:

a. Sebagai penjaga kemurnian al-Qur’an

b. Sebagai sanad yang menyambungkan mata rantai sanad hingga

bersambung kepada Rasulullah saw

c. Menjaga dan mengembangkan minat menghafal santri

d. Sebagai pentashih hafalan

e. Mengikuti dan mengevaluasi perkembangan hafalan santri.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses menghafal santri

adalah penggunaan metode hafalan yang tepat. Di pesantren tersebut metode

yang digunakan adalah metode wahdah, yang mana pelaksanaannya dilakukan

Page 61: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

50

dengan cara menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak

dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dibaca sebanyak sepuluh

kali atau dua puluh kali atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk

pola dalam bayangannya.

Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat

berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu

muka dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah itu dilanjutkan membaca dan

mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu

memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau reflek dan

akhirnya akan membentuk hafalan yang representatif.

Tetapi sebelum memulai hafalan al-Qur’an, maka terlebih dahulu

para santri memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Penggunaan al-Qur’an pojok

Yaitu pada setiap halaman diakhiri dengan ayat dan setiap juz terdapat

20 halaman

1) Hafalan dilakukan dengan satu per satu ayat, kemudian mengulanginya

hingga benar-benar hafal, lalu menambah ke ayat yang selanjutnya,

begitu seterusnya.

2) Upaya membuat target hafalan setiap hari

3) Setiap hari para santri membuat target hafalan, biasanya sebanyak satu

halaman.

4) Memperdengarkan hafalannya

5) Untuk menjaga hafalan maka para santri selalu mendengarkan

hafalannya kepada orang lain, sebelum disetorkan kepada guru.

6) Berusaha membenarkan ucapan dan bacaan

Hal ini dilakukan agar dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan

kaidah ilmu tajwid, serta fasih dalam membacanya.

Keterampilan mengatur waktu juga termasuk hal yang sangat

penting bagi para penghafal, kerena disiplin waktu merupakan salah satu

kunci keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an. Adapun pengaturan waktu

untuk menghafal al-Qur’an ditetapkan oleh pondok pesantren. Pengaturan ini

Page 62: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

51

bertujuan untuk menjaga suasana yang kondusif agar para santri memiliki

disiplin dalam menghafal al-Qur’an. Adapun waktu kegiatan menghafal

al-Qur’an di PPNF adalah sebagai berikut :

Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (dengan guru)

Selesai shalat maghrib : mengulang hafalan (sendiri)

Selesai shalat subuh : menambah hafalan (dengan guru)

Waktu-waktu yang ditetapkan di atas sesuai dengan waktu-waktu

yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal al-Qur’an. Waktu yang baik

untuk kegiatan menghafal al-Qur’an adalah:

a. Waktu sebelum terbit fajar

b. Sebelum fajar hingga terbitnya matahari

c. Setelah bangun tidur

d. Setelah shalat

e. Waktu diantara maghrib dan isya’

Tetapi dengan dua waktu dalam kegiatan menghafal al-Qur’an santri

PPNF sudah cukup baik, yaitu setoran hafalan pada waktu pagi (setelah

subuh) dan untuk mengulang hafalan pada sore hari (setelah ashar). Kedua

waktu tersebut baik untuk kegiatan menghafal al-Qur'an, alasan pertama,

karena pada waktu pagi pikiran masih fresh atau belum ada kegiatan-kegiatan

yang akan dipikirkan, sehingga dalam proses menghafal akan lebih fokus dan

hafalan akan mudah diingat dalam otak. Kedua, setelah shalat ashar, waktu itu

juga cukup baik untuk kegiatan menghafal al-Qur'an, karena di PPNF ada

waktu qailulah (istirahat siang), berarti pada waktu setelah ashar santri cukup

bugar dan fit untuk menghafal al-Qur'an atau mengulang hafalan.

Dari kelima waktu di atas, tidak berarti bahwa selain waktu tersebut

tidak baik untuk menghafal al-Qur’an, yang paling penting setiap waktu yang

mendorong munculnya ketenangan dan terciptanya konsentrasi adalah baik

untuk menghafal. Semua waktu di atas juga tidak akan efektif jika tidak

dibarengi dengan sikap niat ikhlas dan istiqamah santri dalam menghafal al-

Qur'an, karena istiqamah dalam menghafal al-Qur'an merupakan salah satu

syarat utama dalam meraih kesuksesan menghafal al-Qur'an. Pendapat ini juga

Page 63: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

52

dikatakan oleh Sa'dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur'an. menurut beliau

syarat-syarat menghafal al-Qur'an adalah sebagai berikut1 :

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,

atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan

mengganggunya.

b. Niat yang ikhlas.

c. Merasakan keagungan al-Qur’an.

d. Istiqamah

e. Izin dari orang tua, wali atau suami.

f. Mampu membaca dengan baik.

Selain metode dan waktu evaluasi juga sangat penting dilaksanakan,

karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah tujuan menghafalkan al-

Qur’an yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik atau tidak. Evaluasi

tahfidz al-Qur’an adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan santri dalam

mencapai tujuan menghafal al-Qur’an yang telah ditetapkan di dalam sebuah

program2.

Adapun pelaksanaan evaluasi di PPNF menggunakan dua macam tes,

yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dan tes sumatif adalah hal yang

harus dilakukan dalam pembelajaran (hafalan al-Qur’an), karena

sesungguhnya menghafal al-Qur’an memerlukan ketelitian yang sangat teliti

didalam bacaannya, baik dari segi tajwid, makhraj, dan ketartilannya. Dengan

Metode Wahdah ternyata dapat meningkatkan hafalan al-Qur’an Santri di

Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi kecamatan Klambu

Kabupaten Grobogan.

2. Hasil hafalan al-Qur’an Santri dengan Metode Wahdah di Pondok Pesantren

Nurul Furqon (PPNF)

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa menghafal al-Qur’an bukanlah

pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran, ketekunan dan juga waktu khusus.

Seseorang yang memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung dia

1 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara,

2000, hlm. 61. 2 Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, Solo: Qiblat Press, 2008, hlm. 23.

Page 64: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

53

telah berjanji kepada dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup

sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.

Untuk meningkatkan kualitas / kualitas hafalan al-Qur’an di Pondok

Pesantren Nurul Furqon tersebut, maka dari pihak guru atau pengasuh

memberikan cara-cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an,

karena dari pihak guru atau pengasuh yang mempunyai peran secara langsung

dalam aktivitas menghafal al-Qur’an para santri. Hal ini disebabkan perhatian

para guru atau pengasuh pada santri yang bisa mendorong untuk

meningkatkan semangat para santri dalam menghafal al-Qur’an maupun

dalam menjaganya. Akan tetapi baik buruknya hafalan al-Qur’an tergantung

pada diri santri, karena menghafal al-Qur’an kalau tidak dibarengi dengan

semangat yang tinggi maka hasil hafalannya akan kurang maksimal,

sebaliknya kalau menghafal al-Qur’an dibarengi dengan semengat yang tinggi,

maka hasil hafalan al-Qur’annya akan maksimal. Adapun pelaksanaan

peningkatan mutu hafalan al-Qur’an di PPNF adalah sebagai berikut :

1. Upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an oleh pengasuh/guru.

Di dalam PPNF ada beberapa cara untuk meningkatkan mutu hafalan

al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/guru, diantaranya adalah dengan

berupa tes tajwid dan makharijul-huruf sebelum proses menghafal al-Qur’an,

setoraran hafalan baru setiap setelah shalat subuh, mewajibkan menggunakan

al-Qur’an pojok, mengadakan muraja’ah setiap setelah shalat ashar,

mengadakan jam wajib takrir sendiri setiap setelah shalat maghrib,

mengadakan tes / sima’an mingguan, mengadakan sima’an 30 juz setiap

bulan, pada waktu setoran hafalan al-Qur’an, bacaan wajib pelan dalam

membaca, mewajibkan tadarus al-Qur’an pada jadwal yang ditentukan,

mengadakan sekolah diniyah, memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-

Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok, dan

mengadakan do’a bersama.3

Dari cara-cara untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur'an di atas

bisa dikatakan sesuai dengan teori bab II, cara tersebut adalah sebagai berikut:

3Azhuri Amin, Pengasuh Pesantren Nurul Furqon, Wawancara Pribadi,10 April 2011.

Page 65: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

54

Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari sekali.

Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap

seminggu sekali, mengkhatamkan setiap 10 hari sekali, mengkhususkan dan

mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz dan mengulang-ulangnya selama

seminggu), sambil melakukan murajaah secara umum, mengkhatamkan

murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali, takrir dalam shalat,

konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebih dahulu dan

mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan, takrir sendiri, takrir

bersama, takrir dihadapan guru, takrir dalam shalat. Juga sesuai dengan

strategi untuk menghafal al-Qur’an yang fungsinya juga untuk meningkatkan

hafalan al-Qur’an.

Semua upaya-upaya di atas sudah sesuai dengan kebutuhan santri

yang hafalannya masih ada kekurangannya. Upaya meningkatkan kualitas

hafalan al-Qur’an di atas juga sesuai dengan tujuan untuk membentuk hafalan

al-Qur’an yang berkualitas, karena hafalan al-Qur'an tidak hanya sebatas

lancar bacaannya, akan tetapi ilmu tajwid, kefasihan, ketartilan, dan

memperbagus makharijul-hurufnya sangat penting dalam menghafal al-

Qur'an. Allah berfirman dalam al-Qur'an surat Al-Muzamil ayat 4 :

÷ρr& 】÷Š Η】ϵ ø‹n=tã】È≅Ïo?u‘uρ】tβ#u ö� à)ø9 $#】¸ξ‹Ï?ö� s?】∩⊆∪】】】

"atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-

lahan."(QS:Al-Muzamil:4)4

Allah juga berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :

Ÿω 】õ8Ìh� ptéB】ϵÎ/】y7 tΡ$ |¡ Ï9】Ÿ≅yf ÷ètGÏ9】ÿϵÎ/】】

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena

hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS : Al-Qiyamah : 16)5

Menurut penulis, dari semua peningkatan mutu hafalan di atas

dititikberatkan pada keistiqamahannya dalam mentakrir hafalan al-Qur’an,

upaya tersebut juga sama sebagaimana yang dijelaskan oleh Amjad Qosim dan

4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t.th) hlm 391. 5Departemen Agama RI, Op-Cit, hlm. 437.

Page 66: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

55

Sa’dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur’an, bahwa upaya peningkatan

mutu hafalan sesungguhnya adalah bagaimana banyaknya seorang penghafal

al-Qur’an tersebut dalam mentakrir hafalan al-Qur’annya. Adapun upaya-

upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an menurut beliau adalah sebagai

berikut6 :

� Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari

sekali.

� Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap

seminggu sekali.

� Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.

� Mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz dan

mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah

secara umum.

� Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.

� Takrir dalam shalat.

konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebih dahulu dan

mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut7 :

a. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz

a. Takrir sendiri

b. Takrir dalam shalat

c. Takrir bersama

d. Takrir dihadapan guru

b. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz

a. Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat

b. Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat

6 Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, Solo: Qiblat Press, 2008, hlm. 41. 7 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Mengafal al-Qur'an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), hlm, 52-53.

Page 67: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

56

Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut

menurut kemampuannya:

a. Khatam seminggu sekali

b. Khatam 2 (dua) minggu sekali

b. Khatam sebulan sekali

Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti kegiatan

sebagai berikut:

a. Sering mengikuti acara sima’an

b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al-

Qur’an

Dari semua peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang dilakukan

oleh pengasuh memang sangat berpengaruh sekali terhadap mutu hafalan

al-Qur’an santri, berhasil atau tidaknya upaya peningkatan hafalan al-

Qur'an di atas tergantung pada bagaimana kedisiplinan santri itu sendiri

didalam melaksanakan upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur'an yang

diberikan oleh pengasuh/guru.

Dengan adanya upaya-upaya yang ditawarkan dari para guru atau

pengasuh, diharapkan mutu hafalan al-Qur’an bisa meningkat. Sebagai

santri yang sedang menghafal al-Qur’an atau menjaga hafalannya harus

sabar dan tabah serta semangat dalam menghadapi semua masalah yang

sekiranya dapat mengganggu konsentrasi menghafal al-Qur’an dan

menjaganya. Tetapi, asalkan santri tersebut rajin dalam tadarus al-Qur’an,

banyak berdo’a, semangat, dan berpikir positif insya Allah apa yang

hendak dicapai dan diraih akan berhasil dan dipermudah dalam meraih

keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an yang mutqin.

2. Upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an oleh santri.

Upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur'an oleh santri yang berupa

sikap semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir, sima’an atau

takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya jawab atau tebak-

tebakan ayat, berusaha tadarus dengan bacaan yang tartil dan pelan, berusaha

tadarus dengan suara yang keras, istirahat yang teratur, dan berdo’a.

Page 68: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

57

Dan upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an dengan metode

wahdah yang dilakukan oleh santri sendiri merupakan kepandaian dari

masing-masing santri di dalam membagi waktu dan cerdik dalam membuat

strategi agar mutu hafalan al-Qur'annya akan menjadi baik dan melekat pada

otak, sehingga hafalannya tidak akan mudah lupa dalam ingatan. Penulis juga

berpendapat bahwa hal yang paling penting dalam memelihara hafalan al-

Quran santri adalah memperbanyak mengulang (mentakrir) dan

keistiqamahannya dalam menghafal al-Qur’an.

Setelah menganalisis pelaksanaan hafalan al-Qur’an dan upaya-

upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an yang dilakukan oleh

pengasuh/guru maupun oleh santri Pondok Pesantren Nurul Furqon, penulis

dapat mengatakan bahwa pelaksanaan hafalan al-Qur’an dengan metode

wahdah serta upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang

dilakukan oleh pengasuh/guru maupun santri PPNF yang bertujuan untuk

meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai oleh pihak pengasuh atau dari pihak pesantren, yaitu mencetak

seorang penghafal al-Qur’an yang berkualitas. Jadi dengan adanya

pelaksanaan hafalan al-Qur’an dengan metode wahdah di PPNF hasil hafalan

Santri dalam kategori baik, terbukti dari 10 Santri yang penulis teliti mampu

menghafal rata-rata 1,5 Juz dalam waktu 1 bulan.

Melihat fakta di atas dapat diketahui bahwa keseriusan PPNF dalam

membina dan mencetak hafidz Qur’an serta mengupayakan mutu hafalan al-

Qur’an santri agar menjadi lebih baik sudah sesuai dengan tujuan berdirinya

pesantren.

B. Pembahasan

1. Analisis Tentang Pelaksanaan Metode Wahdah di Pondok Pesantren Nurul

Furqon.

Sebelum menganalisis, penulis terlebih dahulu akan memaparkan

tentang pelaksanaan hafalan al-Qur'an dengan metode wahdah di pondok

Page 69: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

58

pesantren itu sendiri. Pelaksanaan merupakan hal yang sangat penting dalam

sebuah manajemen. Sebuah pondok pesantren tidak akan berjalan tanpa

adanya pelaksanaan dari rencana program-program yang menjadi tujuan

pondok pesantren.

Pondok Pesantren Nurul Furqon adalah sebuah pesantren yang

bertujuan mencetak para santri menjadi hafidz dan hafidzah hingga mampu

menghafal al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, menghayati dan

mengamalkan ajaran al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Dari data Bab III, penulis dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan

hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Nurul Furqon. Dari data tersebut

penulis akan menganalisa pelaksanaan hafalan al-Qur'an di Pondok Pesantren

Nurul Furqon.

1. Menghafal al-Qur’an dengan Metode Wahdah

Proses menghafal al-Qur’an pada pondok pesantren ini dilakukan

dengan proses menghafal terlebih dahulu walaupun kadang ada santri yang

belum mengetahui seluk beluk ulumul Qur’an, gaya bahasa atau makna

terkandung di dalamnya. Penghafal mengandalkan kecermatan,

memperhatikan bunyi ayat-ayat yang hendak dihafalkan. Artinya asal sudah

bisa membaca dengan baik sesuai dengan tajwid mulailah ia menghafal al-

Qur’an. Proses hafalan seperti ini harus langsung bertatap muka dengan guru

karena seorang guru mempunyai peranan penting, antara lain :

a. Sebagai penjaga kemurnian al-Qur’an.

b. Sebagai sanad yang menyambungkan mata rantai sanad hingga

bersambung kepada Rasulullah saw.

c. Menjaga dan mengembangkan minat menghafal santri

d. Sebagai pentashih hafalan

e. Mengikuti dan mengevaluasi perkembangan hafalan santri.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses menghafal santri

adalah penggunaan metode hafalan yang tepat. Di pesantren tersebut

metode yang digunakan adalah metode wahdah, yang mana

pelaksanaannya dilakukan dengan menghafal satu demi satu ayat sampai

Page 70: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

59

hafal, kemudian ditinjak lanjuti dengan beberapa langkah yaitu:

mushafahah, resitasi, takrir, mudarrasah, dan tes

Kelima langkah tersebut dari metode wahdah sebenarnya

memberikan kesempatan kepada santri untuk mengulang hafalan yang

telah diperolehnya. Karena untuk melekatkan hafalan perlu pengulangan

yang cukup banyak. Khusus langkah resitasi memberikan kesempatan

kepada santri yang mempunyai kemampuan lebih untuk cepat khatam

hafalannya.

2. Kegiatan tahfidz al-Qur'an dengan Metode Wahdah

Keterampilan mengatur waktu adalah hal yang sangat penting

bagi para penghafal, kerena disiplin waktu merupakan salah satu kunci

keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an. Adapun pengaturan waktu untuk

menghafal al-Qur’an ditetapkan oleh pondok pesantren. Pengaturan ini

bertujuan untuk menjaga suasana yang kondusif agar para santri memiliki

disiplin dalam menghafal al-Qur’an. Adapun waktu kegiatan menghafal

al-Qur’an di PPNF adalah sebagai berikut :

Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (dengan guru)

Selesai shalat maghrib : mengulang hafalan (sendiri)

Selesai shalat subuh : menambah hafalan (dengan guru)

Waktu-waktu yang ditetapkan di atas sesuai dengan waktu-waktu

yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal al-Qur’an. Waktu yang

baik untuk kegiatan menghafal al-Qur’an adalah sebagai berikut

a. Waktu sebelum terbit fajar

b. Sebelum fajar hingga terbitnya matahari

c. Setelah bangun tidur

d. Setelah shalat

e. Waktu diantara maghrib dan isya’

Menurut penulis, bahwa dua waktu dalam kegiatan menghafal

santri PPNF sudah cukup baik, yaitu setoran hafalan pada waktu pagi

(setelah subuh) dan untuk mengulang hafalan pada sore hari (setelah

ashar). Kedua waktu tersebut baik untuk kegiatan menghafal al-Qur'an,

Page 71: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

60

alasan pertama, karena pada waktu pagi pikiran masih fresh atau belum

ada kegiatan-kegiatan yang akan dipikirkan, sehingga dalam proses

menghafal akan lebih fokus dan hafalan akan mudah diingat dalam otak.

Kedua, setelah shalat ashar, waktu itu juga cukup baik untuk kegiatan

menghafal al-Qur'an, karena di PPNF ada waktu qailulah (istirahat siang),

berarti pada waktu setelah ashar santri cukup bugar dan fit untuk

menghafal al-Qur'an atau mengulang hafalan.

Menurut penulis, dari waktu kelima di atas, tidak berarti bahwa

selain waktu tersebut tidak baik untuk menghafal al-Qur’an, yang paling

penting setiap waktu yang mendorong munculnya ketenangan dan

terciptanya konsentrasi adalah baik untuk menghafal. Semua waktu di atas

juga tidak akan efektif juga jika tidak dibarengi dengan sikap niat ikhlas

dan istiqamah santri dalam menghafal al-Qur'an, karena istiqamah dalam

menghafal al-Qur'an merupakan salah satu syarat utama dalam meraih

kesuksesan menghafal al-Qur'an. Pendapat ini juga dikatakan oleh

Sa'dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur'an. menurut beliau syarat-

syarat menghafal al-Qur'an adalan sebagai berikut8 :

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,

atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan

mengganggunya.

b. Niat yang ikhlas.

c. Merasakan keagungan al-Qur’an.

d. Istiqamah

f. Izin dari orang tua, wali atau suami.

g. Mampu membaca dengan baik.

3. Evaluasi tahfidz al-Qur'an dengan Metode Wahdah

Evaluasi tahfidz al-Qur’an adalah penilaian terhadap tingkat

keberhasilan santri dalam mencapai tujuan menghafal al-Qur’an yang telah

8 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara,

2000, hlm. 61.

Page 72: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

61

ditetapkan di dalam sebuah program9. Evaluasi sangat penting

dilaksanakan, karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah tujuan

menghafalkan al-Qur’an yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik

atau tidak.

Pelaksanaan evaluasi di PPNF menggunakan dua macam tes,

yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dan tes sumatif adalah hal

yang harus dilakukan dalam pembelajaran (hafalan al-Qur’an), karena

sesungguhnya menghafal al-Qur’an memerlukan ketelitian yang sangat

teliti di dalam bacaannya, baik dari segi tajwid, makhraj, dan

ketartilannya. Dari berdirinya PPNF sampai tahun sekarang pesantren

tersebut sudah mencetak hafidz yang cukup banyak, hampir setiap tahun

dari tahun 1993 pesantren tersebut mewisudakan seorang hafidz, akan

tetapi penulis hanya menemukan data jumlah santri yang telah khatam al-

Qur’an bi al-ghaib dari tahun 2003/2004 sampai 2009/2010. Adapun data

tersebut adalah sebagai berikut:

No Tahun Khatam bi al-ghaib

1 2003/2004 8 santri

2 2004/2005 6santri

3 2005/2006 5 santri

4 2006/2007 7santri

5 2007/2008 4 santri

6

7

2008/2009

2009/2010

4 santri

3 santri

Jumlah 37 santri

Melihat fakta di atas dapat diketahui keseriusan PPNF dalam

membina dan mencetak hafidz Qur’an serta mengupayakan mutu hafalan

al-Qur’an santri agar menjadi lebih baik. Dari jumlah khataman yang ada

di atas membuktikan bahwa pesantren tersebut tidak menitik beratkan

9 Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, Solo: Qiblat Press, 2008, hlm. 23.

Page 73: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

62

pada banyaknya atau kecepatan hafalan santri untuk mengkhatamkan al-

Qur’an, akan tetapi pesantren tersebut menitikberatkan pada mutu hafalan

al-Qur’an yang baik, sesuai dengan tujuan berdirinya pesantren.

2. Hasil Analisis Menghafal al-Qur’an dengan Metode Wahdah di Pondok

Pesantren Nurul Furqon

Setelah melihat dari pelaksanaan hafalan al-Qur’an di PPNF, langkah

selanjutnya penulis akan menganalisis tentang hasil menghafalkan al-Qur’an

dengan metode wahdah di PPNF. Penulis memaparkan kelebihan dan

kekurangan menghafalkan al-Qur’an dengan metode wahdah. Kelebihannya

antara lain tajwidnya, ketartilannya, dan makharij hurufnya, sedangkan

kekurangannya antara lain lupa dan sulit membedakan ayat-ayat yang mirip.

Tidak dapat dipungkuri lagi bahwa menghafal al-Qur’an bukanlah

pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran, ketekunan dan juga waktu khusus.

Seseorang yang memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung dia

telah berjanji kepada dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup

sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.

Untuk meningkatkan kualitas / kualitas hafalan al-Qur’an di

Pondok Pesantren Nurul Furqon tersebut, maka dari pihak guru atau pengasuh

memberikan cara-cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an,

karena dari pihak guru atau pengasuh yang mempunyai peran secara langsung

dalam aktivitas menghafal al-Qur’an para santri. Hal ini disebabkan perhatian

para guru atau pengasuh pada santri yang bisa mendorong untuk

meningkatkan semangat para santri dalam menghafal al-Qur’an maupun

dalam menjaganya. Akan tetapi baik buruknya hafalan al-Qur’an tergantung

pada diri santri, karena menghafal al-Qur’an kalau tidak dibarengi dengan

semangat yang tinggi maka hasil hafalannya akan kurang maksimal,

sebaliknya kalau menghafal al-Qur’an dibarengi dengan semengat yang tinggi,

maka hasil hafalan al-Qur’annya akan maksimal. Adapun pelaksanaan

peningkatan mutu hafalan al-Qur’an di PPNF adalah sebagai berikut :

3. Upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an oleh pengasuh/guru.

Page 74: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

63

Di dalam PPNF ada beberapa cara untuk meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/guru, diantaranya adalah

dengan berupa tes tajwid dan makharij al-huruf sebelum proses

menghafal al-Qur’an, setoraran hafalan baru setiap setelah shalat subuh,

mewajibkan menggunakan al-Qur’an pojok, mengadakan muraja’ah setiap

setelah shalat ashar, mengadakan jam wajib takrir sendiri setiap setelah

shalat maghrib, mengadakan tes / sima’an mingguan, mengadakan

sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran hafalan al-Qur’an, bacaan

wajib pelan dalam membaca, mewajibkan tadarus al-Qur’an pada jadwal

yang ditentukan, mengadakan sekolah diniyah, memperbolehkan

mengikuti lomba hafalan al-Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada

acara di luar pondok, dan mengadakan do’a bersama.

Dari cara-cara untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur'an di

atas bisa dikatakan sesuai dengan teori bab II, cara-cara tersebut antara

lain sebagai berikut : Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an

setiap lima hari sekali. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah

mengkhatamkan al-Qur’an setiap seminggu sekali, mengkhatamkan setiap

10 hari sekali, mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan

satu juz dan mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan

murajaah secara umum, mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an

setiap sebulan sekali, takrir dalam shalat, konsentrasi melakukan murajaah

terhadap lima juz terlebih dahulu dan mengulang-ulangnya pada waktu

yang ditentukan, takrir sendiri, takrir bersama, takrir dihadapan guru,

takrir dalam shalat. Juga sesuai dengan strategi untuk menghafal al-Qur’an

yang fungsinya juga untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an.

Semua upaya-upaya di atas sudah sesuai dengan kebutuh santri

yang hafalannya masih ada kekurangannya. Upaya meningkatkan kualitas

hafalan al-Qur’an di atas juga sesuai dengan tujuan untuk membentuk

hafalan al-Qur’an yang berkualitas, karena hafalan al-Qur'an tidak hanya

sebatas lancar bacaannya, akan tetapi ilmu tajwid, kefasihan, ketartilan,

dan memperbagus makhariju al-hurufnya sangat penting dalam menghafal

Page 75: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

64

al-Qur'an. Seperti dikatakan oleh Ibnu Al-Jauzi dalam syairnya (At-

Tayyibah fi al-Qira’ah al-Asyr) : “menggunakan tajwid adalah ketentuan

yang lazim, barang siapa yang mengabaikan maka ia berdosa”.

Menurut penulis, dari semua peningkatan mutu hafalan di atas

dititikberatkan pada keistiqamahannya dalam mentakrir hafalan al-Qur’an,

upaya tersebut juga sama sebagaimana yang dijelaskan oleh Amjad Qosim

dan Sa’dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur’an, bahwa upaya

peningkatan mutu hafalan sesungguhnya adalah bagaimana banyaknya

seorang penghafal al-Qur’an tersebut dalam mentakrir hafalan al-

Qur’annya. Adapun upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an

menurut beliau adalah sebagai berikut10 :

- Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari

sekali.

- Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap

seminggu sekali.

- Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.

- Mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz dan

mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah

secara umum.

- Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.

- Takrir dalam shalat.

konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebuih dahulu dan

mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut11 :

1. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz

a. Takrir sendiri

b. Takrisr dalam shalat

10 Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, Solo: Qiblat Press, 2008, hlm. 41.

11 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Mengafal al-Qur'an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), hlm,

52-53.

Page 76: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

65

c. Takrir bersama

d. Takrir dihadapan guru

2. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz

a. Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat

b. Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat

Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut

menurut kemampuannya :

a. Khatam seminggu sekali

Khatam 2 (dua) minggu sekali

Khatam sebulan sekali

Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti

kegiatan sebagai berikut :

a. Sering mengikuti acara sima’an

b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al- Qur’an

Dari semua peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang dilakukan

oleh pengasuh memang sangat berpengaruh sekali terhadap mutu hafalan

al-Qur’an santri, akan tetapi dari semua peningkatan di atas belum

sepenuhnya menuju ke tujuan pondok pesantren tersebut terutama tujuan

dalam menghayati dan mengamalakan isi al-Qur’an, karena di dalam

pesantren tersebut tidak ada pengajian tafsir al-Qur’an yang notabene

untuk menghayati isi al-Quran dan jalan untuk menuju mengamalkan isi-

isi al-Qur’an, karena bagaimana mungkin mengamalkan keseluruhan isi

al-Qur’an kalau tidak mengerti isi al-Qur’an itu sendiri. Berarti di pondok

pesantren tersebut dititikberatkan pada kelancaran hafalan al-Qur’an saja,

akan tetapi usaha agar santri mengerti dan mengamalkan isi al-Quran

belum terlakasana.

Penulis menambahi, berhasil atau tidaknya upaya peningkatan

hafalan al-Qur'an di atas tergantung pada bagaimana kedisiplinan santri

itu sendiri didalam melaksanakan upaya peningkatan mutu hafalan al-

Qur'an yang diberikan oleh pengasuh/guru.

Dengan adanya upaya-upaya yang ditawarkan dari para guru atau

Page 77: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

66

pengasuh , diharapkan mutu hafalan al-Qur’an bisa meningkat. Sebagai

santri yang sedang menghafal al-Qur’an atau menjaga hafalannya harus

sabar dan tabah serta semangat dalam menghadapi semua masalah yang

sekiranya dapat mengganggu konsentrasi menghafal al-Qur’an dan

menjaganya. Tetapi, asalkan santri tersebut rajin dalam tadarus al-Qur’an,

banyak berdo’a, semangat, dan berpikir positif insya Allah apa yang

hendak capai dan raih akan berhasil dan dipermudah dalam meraih

keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an yang mutqin.

4. Upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an oleh santri.

Upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur'an oleh santri yang

berupa sikap semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir,

sima’an atau takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya

jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha tadarus dengan bacaan yang tartil

dan pelan, berusaha tadarus dengan suara yang keras, istirahat yang

teratur, dan berdo’a.

Menurut penulis, upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an

dengan metode wahdah yang dilakukan oleh santri sendiri merupakan

kepandaian dari masing-masing santri di dalam membagi waktu dan cerdik

dalam membuat strategi agar mutu hafalan al-Qur'annya akan menjadi

baik dan melekat pada otak, sehingga hafalannya tidak akan mudah lupa

dalam ingatan. Penulis juga berpendapat bahwa hal yang paling penting

dalam memelihara hafalan al-Quran santri adalah memperbanyak

mengulang (mentakrir) dan keistiqamahannya dalam menghafal al-

Qur’an.

Penulis juga menganalisa bahwa santri di pesantren tersebut

belum bisa menghayati isi-isi al-Qur’an, karena di dalam pesantren

tersebut santri hanya menghafal teks al-Qur’an tidak sampai menghayati

isinya, hal tersebut dikarenakan di pesantren tersebut belum ada pengajian

yang bisa menghayati isi ayat-ayat al-Qur’an yaitu tafsir al-Qur’an, santri

hanya bisa melihat terjemah al-Qur’an yang penjelasan isi ayatnya yang

masih kurang dimengerti.

Page 78: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

67

Setelah menganalisis pelaksanaan hafalan al-Qur’an dan upaya-

upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an yang dilakukan oleh

pengasuh/guru maupun oleh santri Pondok Pesantren Nurul Furqon,

penulis dapat mengatakan bahwa pelaksanaan hafalan al-Qur’an dengan

metode wahdah serta upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an

yang dilakukan oleh pengasuh/guru maupun santri PPNF yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai oleh pihak pengasuh atau dari pihak pesantren, yaitu

mencetak seorang penghafal al-Qur’an yang berkualitas. Jadi dengan

adanya pelaksanaan hafalan al-Qur’an dengan metode wahdah di PPNF

cukup baik untuk dicontoh lembaga tahfidz lainnya. Upaya meningkatkan

kualitas hafalan al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/guru serta santri

juga sangat membantu santri dalam meningkatkan kualitas hafalan al-

Qur’an.

Page 79: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis skripsi dengan judul

“Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri

Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu

Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011”, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan metode Wahdah dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an Santri di

Pondok Pesantren Nurul Furqon tahun 2010/2011 sudah sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai oleh pihak pengasuh, yaitu membentuk seorang

hafidz yang berkualitas, mulai dari kegiatan menghafal al-Qur’an,

mekanisme menghafal al-Qur’an, cara menghafal, metode menghafal al-

Qur’an, sampai evaluasi dalam menghafal al-Qur’an.

Waktu kegiatan menghafal al-Qur’an di PPNF adalah sebagai

berikut: selesai shalat ashar untuk mengulang hafalan (muraja’ah), selesai

shalat maghrib untuk mudarrasah sendiri, setelah shalat shubuh untuk

menambah hafalan (setoran).

Adapun langkah beberapa cara menghafal al-Qur’an di PPNF dengan

metode Wahdah yaitu: menggunakan al-Qur’an pojok, upaya membuat

target hafalan setiap hari, memperdengarkan hafalannya, berusaha

membenarkan ucapan dan bacaan.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan metode wahdah

adalah: musyafahah (face to face), resitasi, takrir, mudarrosah, dan tes.

Semua langkah tersebut memberi kesempatan pada santri untuk mengulang

hafalan yang telah diperoleh.

Pelaksanaan evalusai di PPNF menggunakan dua macam tes, yaitu

tes formatif dan tes sumatif, selain itu tekhnik non tes juga dilakukan, yaitu

wawancara dan pengamatan.

Page 80: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

69

2. Upaya meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an di PPNF dilakukan oleh

pengasuh/guru dan oleh santri itu sendiri. Pertama, oleh pengasuh/guru

antara lain: tes tajwid dan makharijul hurufnya, mewajibkan memakai

Qur’an pojok, mengadakan muroja’ah, mengadakan tes / sima’an mingguan,

mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran bacaan wajib

tartil/pelan dalam membaca, mewajibkan mudarrosah pada jadwal yang

ditentukan, memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-Qur’an, mengajak

sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok, mewajibkan sekolah diniyah

kecuali para guru, mengadakan do’a bersama. Kedua oleh santri, yaitu: sikap

semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir, sima’an atau takrir

dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya jawab atau tebak-

tebakan ayat, berusaha mudarrosah dengan tartil / pelan, berusaha

mudarrosah dengan suara yang keras, istirahat yang teratur, dan berdo’a.

Jadi dengan adanya pelaksanaan hafalan al-Qur’an dengan metode wahdah

di PPNF hasil hafalan Santri dalam kategori baik, terbukti dari 10 Santri

yang penulis teliti mampu menghafal rata-rata 1,5 Juz dalam waktu 1 bulan.

B. Saran

Berdasrkan hasil kajian teori dan penelitian di lapangan, ada

beberapa saran yang dapat dikemukakan menyangkut penelitian yang penulis

lakukan, yaitu :

1. Untuk meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren

Nurul Furqon hendaknya guru muraja’ah harus lebih meningkatkan

tugasya, baik dalam keaktifannya maupun di dalam meneliti bacaan si

penyetor hafalan, karena di samping pengasuh pondok, guru muraja’ah

sangat berperan dalam menjadikan kualitas hafalan santri agar menjadi

lebih baik terutama pada kelancarannya, karena penulis berpendapat

bahwa memelihara lebih berat dari pada membuat hafalan baru.

2. Untuk meningkatkan kualitas hafalan santri, hendaknya si santri tidak

mengandalkan kegiatan yang ada dalam pesantren, akan tetapi santri

harus pintar dalam mensiasati agar hafalan al-Qur’annya akan lebih baik

dan berkualitas.

Page 81: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

70

C. Penutup

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, skripsi ini selesai disusun. Berkat

izin dan ridla Allah SWT penulisannya dapat diselesaikan. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangannya.

Karena, tiada gading yang tak retak, sebab itu kritik dan saran yang

konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan. Semoga karya ini bermanfaat.

Amin.

Page 82: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

DAFTAR PUSTAKA

Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: CV Tri

Daya Inti, 1988).

Abdul Rauf, Abdul Aziz, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung:

Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4.

Abdul Muhsin, Kunci-Kunci Surga, (Solo: Aqwam, 2007), Mujamil Qomar,

Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 1995).

Adnan Mahmud Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Restu Ilahi,2005).

Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,

2000).

Al-Lahim, Khalid bin Abdul Karim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an,

(Surakarta: Daar An-Naba’, 2008).

Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, (Solo, Qiblat Press, 2008).

As-Sirjani, Raghib, Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an, (Solo: Aqwam, 2007), Cet. 1.

Caesar E. Farah, Islam Belief and Observances, (Amerika: Barron’s education

Series, 1987).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th).

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka1995).

Fadhal A. R, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar, 2004).

Hasan, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta: At-Tazkia, 2008).

Imam An-Nawawi, Adap dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Amani, 2001).

Muhammad, Ahsin Sakho, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat: Badan

Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, t.th).

Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), hlm: 61

Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 1995).

Page 83: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Gema,

1998).

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

1998), Cet. 7.

Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004).

Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Mengafal al-Qur'an, (Jakarta: Gema Insani, 2008)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D), Alfabeta, Bandung, 2008.

Syadali, Ahmad, Ulumul Quran, (Bandung: PT Pustaaka Setia, 1997).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002), Cet. 12.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990),

Cet. 8.

Zenha, Muhaimin Wasit, Pedoman Pembinaan Tahfizdul Qur’an, (Jakarta:

Proyek Penerangan, Bimbingan dan Da’wah/Khubah Agama Islam Pusat

Ditjen Bimas Islam dan Urusan Hají Depag RI, 1982).

Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993).

Page 84: PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · di Pondok Pesantren Nurul Furqon hasil hafalan ... bagi guru MI dan PAI melalui

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mokhamad Zamroni

Tempat/Tanggal lahir : Grobogan, 12 September 1979

Alamat : Kauman RT 3 RW 4 Klambu Grobogan

Telp : 085225501331

Jenjang Pendidikan :

1. SDN Klambu 01 Lulus Tahun 1993

2. MTs YPI Klambu Lulus Tahun 1996

3. SMK Muhammadiyah Kudus Lulus Tahun 2000

4. D2 STAIN Surakarta Lulus Tahun 2004

5. S1 IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2011

Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan

semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.

Semarang, 6 Desember 2011

Penulis,

Mokhamad Zamroni

NIM: 093911326