PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

188
PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) DI PERBANKAN SYARIAH (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 2279/PDT.G/2015/PA.Mks) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: ARIEF SETYAWAN NIM. 11140460000073 PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Page 1: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN)

DI PERBANKAN SYARIAH

(Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor

2279/PDT.G/2015/PA.Mks)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ARIEF SETYAWAN

NIM. 11140460000073

PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 3: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 4: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 5: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

v

ABSTRAK

Arief Setyawan, Penerapan Force Majeure Dalam Kontrak(Perjanjian) Di

Perbankan Syariah (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Makassar

Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks). Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440

H/2019 M. x + 85 halaman + 91 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengatahui bentuk peristiwa yang dapat dikualifikasi

sebagai suatu peristiwa force majeuere dalam sebuah kontrak/akad Perbakan Syariah.

Serta untuk mengetahui penerapan force majeuere dengan menggunakan kajian terhadap

putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks dalam hal

keluarnya kebijakan baru pemerintah sebagai bentuk force majeure.

Penelitian ini menggunakan jenis pelitian hukum normatif yuridis yaitu

melakukan studi kepustakaan dengan cara pengumpulan data, membaca dan mempelajari

literatur riview hukum kontrak terkait force majeure, perundang-undangan, salinan

putusan nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks, serta buku lainnya yang berkaitan tentang

materi penelitian. Selanjutnya penulis pilih sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum

yang berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti.

Hasil penelitian kajian yang dilakukan terhadap putusan Pengadilan Agama

Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks menunjukan bahwa (1) Merujuk pada

preseden kasus nomor 14/Pdt.Sus-PHI/2014/PN.Pal, kebijakan baru pemerintah dapat

dikualifikasi sebagai salah satu bentuk force majeure dengan syarat debitur terhalang

untuk melakukan prestasi (2) Melihat semakin banyaknya permasalahan terkait force

majeure oleh karena itu perlulah perbankan syariah memberikan secara detail klausul

force majeure baik ruang lingkup dan ketentuan-ketentuan lain sesuai undang-undang

yang berlaku di Indonesia (3) Seiring perkembangan saat ini seluruh para ahli sepakat

bahwasannya peristiwa keadaan memaksa tidak hanya karena bencana alam tetapi juga

melingkupi peperangan, blockade, epidemi, terorisme dan sebagainya termasuk di

Page 6: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

vi

antaranya perubahan regulasi (4) Keluarnya peraturan presiden nomor 12 tahun 2013

terkait fasilitas BPJS untuk seluruh masyarakat Indonesia ini tidak terbukti sebagai

keadaan force majeure karena dalam peraturan ini tidak ada larangan untuk penggugat

melakukan prestasi hanya saja dalam hal ini penggugat dapat di kategorikan dalam

keadaan sulit.

Kata Kunci : Penerapan Force Majeure, Perbankan Syariah, Putusan

Pengadilan Agama Makassar No. 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks.

Pembimbing : Fathudin, S.H.I., SH., M.A.Hum., M.H.

Daftar Pustaka : 1994-2018

Page 7: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena limpahan

berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK (PERJANJIAN) DI

PERBANKAN SYARIAH (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Makassar

Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks)”. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan

kepada junjungan alam semesta Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, yang telah

membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

melalui proses yang panjang, mulai dari bangku kuliah, penelitian, hingga penyusunan

sampai terbentuk seperti sekarang ini. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat

terselesaikan karena banyaknya pihak yang turut serta membantu, membimbing,

memberikan petunjuk, saran serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan rasa terimaksih yang

sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., selaku Dekan serta Para Wakil

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. A.M. Hasan Ali, M.A. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Dr.

Abdurrauf, Lc, M.A. Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dari proses perkuliahan

hingga dalam pembuatan skripsi ini.

4. Bapak Fathudin, S.H.I., SH., M.A.Hum., M.H. Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam

Page 8: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

viii

membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan

tepat waktu.

5. Dosen penguji seminar proposal peneliti yang telah memberikan arahan dan

masukan yang bermanfaat sehingga peneliti bisa mengembangkan dan

menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

6. Segenap Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas, beserta seluruh staff dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa

membalas jasa-jasa beliau-beliau serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai

amal jariyah untuk beliau semua.

7. Kepala dan staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Kepala dan Sraff Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai untuk

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda dan Ibunda, Bapak Siyam dan Ibu

Ngadiyah yang luar biasa sabar dalam membimbing untuk menggapai semua cita-

cita saya, dan mendidik dari masih dalam kandungan hingga dapat meraih gelar

S1 dan akan berlanjut dalam pendidikan saya selanjutnya.

9. Segenap Keluarga Besar dari pihak Bapak maupun Ibunda, kakak dan adik

tercinta beserta saudara-saudara saya semua yang telah memberikan dukungan

hingga dapat memotivasi.

10. Kepada pihak Sharia Banking PT. Bank Panin Syariah. Yang berkedudukan di

Jakarta Barat, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data

penelitian.

11. Kepada pihak Sharia Banking PT. Bank Jawa Barat Syariah. Yang berkedudukan

di Ciputat, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data

penelitian.

12. Seluruh teman-teman Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2014 yang tidak bisa saya

Page 9: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

ix

sebutkan satu persatu, yang telah menemani waktu luang dan memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat selama kuliah.

13. Seluruh teman-teman keorganisasian, komunitas, teman-teman KKN, teman

semasa Sekolah Dasar, semasa Sekolah Menengah Atas serta teman-teman

kampung saung cinere, terimakasih untuk kontribusi dan dedikasinya.

14. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berkenan

memberikan bantuan kepada penulis.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukungannya, hanya doa

dan semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penulis berharap

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca. Sekian terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 11 April 2019

Penulis

Page 10: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ............................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

D. Review Studi Terdahulu ................................................................ 8

E. Metode Penelitian .......................................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 16

BAB II FORCE MAJEURE DALAM TINJAUAN TEORITIK DAN

PERATURAN PERUDANG-UNDANGAN

A. Force Majeuere dalam Hukum Positif

1. Pengertian Force Majeuer ......................................................... 18

2. Dasar Hukum Force Majeuere ................................................. 20

3. Macam-macam Force Majeuere ............................................... 23

4. Unsur-unsur Force Majeuere .................................................... 25

5. Teori-Teori Force Majeuere ..................................................... 26

6. Akibat Hukum Force Majeuere ............................................... 27

B. Force Majeuere dalam Hukum Islam

1. Pengertian Force Majeuere Menurut Hukum Islam .................. 29

2. Dasar Hukum Force Majeuere Menurut Hukum Islam ............ 30

Page 11: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

xi

3. Macam-Macam Force Majeuere Menurut Hukum Islam ......... 32

4. Force Majeuere Al-Jawa’ih .................................................. 34

BAB III FORCE MAJEURE DALAM PUTUSAN PENGADILAN

A. Force Majeure dalam Putusan Pengadilan Agama Makassar

Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks.

1. Deskripsi Perkara .............................................................. 36

2. Pertimbangan Hukum Hakim ............................................. 39

3. Amar Putusan Hakim ................................................................ 43

B. Force Majeure dalam Putusan Pengadilan Hubungan Industri

Nomor 14/Pdt.Sus-PHI/2014/PN.Pal

1. Deskripsi Perkara ................................................................. 44

2. Pertimbangan Hukum Hakim .................................................... 47

3. Amar Putusan Hakim ................................................................ 50

BAB IV PARADIGMA BARU TENTANG BENTUK FORCE MAJEUERE

A. Kebijakan Pemerintah di Kualifikasi Sebagai Force Majeure ....... 52

B. Ketidakseragaman Mengenai Pasal Force Majeure dalam

Akad atau Kontrak Perbankan Syariah........................................... 63

C. Konsep Mutakhir Tentang Force Majeure .................................... 66

D. Force Majeuere dalam Putusan Pengadilan Agama

Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks ................................. 70

BAB V PENUTUP

A. Keismpulan .................................................................................... 80

B. Saran .............................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Putusan Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks

2. Akad Kerjasama Mudharabah PT Bank Jawa Barat Syariah

3. Akad Kerjasama Murabahah PT Bank Panin Syariah

Page 12: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kritik utama ekonomi syariah terhadap praktek-praktek

ekonomi konvensional adalah masalah keadilan, baik pada aspek konsumsi,

produksi, transaksi maupun distribusi. Kehadiran konsep dan praktek ekonomi

syariah yang berusaha menghapuskan bentuk riba, gharar (ketidakjelasan),

maysir (perjudian), dhulm (penganiayaan) dan tadlis (penipuan) diyakini lebih

dekat kepada dan mengandung semangat keadilan yang paripurna.

Pada tataran hukum kontrak asas-asas al-'aqd yang mendasari kontrak

syariah, seperti al-hurriyah (kebebasan), ikhtiyari (sukarela), luzum(tidak

berubah), taswiyah (kesetaraan), transparansi, kehati-hatian, itikad baik, taisir

(kemudahan) dan lain sebagainya merupakan elemen yang menegakkan

berdirinya bangunan keadilan dalam bertransaksi. Alhasil kontrak yang

berkeadilan tidak lain adalah kontrak yang dibangun diatas pondasi yang

penuh dengan semangat la dharara wa la dhirara (tidak ada yang

memberikan mudarat dan diberikan kemudaratan).1

Kontrak pada dasarnya merupakan bagian penting dari suatu proses bisnis

yang syarat dengan pertukaran kepentingan diantara para pelakunya.

Merancang suatu kontrak pada hakikatnya “menuangkan proses bisnis ke

dalam format hukum”. Mengandaikan hubungan yang sinergis korelatif antara

aspek bisnis dengan hukum kontrak, ibarat lokomotif dan gerbongnya sebagai

personifikasi aspek bisnis sebagai bantalan rel di mana lokomotif dan gerbong

itu berjalan menuju tujuannya sebagai personifikasi aspek hukumnya

(kontrak). Oleh karena itu, keberhasilan bisnis antara lain juga akan

ditentukan oleh struktur bangunan atau kontrak yang di rancang dan disusun

1 Mohammad Noor, “Memperkuat Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah”, Majalah Peradilan

Agama, Edisi 8, (Desember 2015), h., 31.

Page 13: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

2

oleh para pihak. Namun patut disayangkan para pelaku bisnis merumuskan

proses bisnisnya dalam format kontrak yang asal-asalan, sehingga tidak

memerhatikan proses, prosedur serta norma perancangan kontrak yang benar

(drafting contract process).

Sebagai suatu proses, kontrak yang ideal seharusnya mampu mewadahi

pertukaran kepentingan para pihak secara fair dan adil ataupun proposional

pada setiap fase atau tahapan kontrak. Oleh karena itu, perlu dicermati adanya

fase penting yang harus dilalui para pihak dalam proses pembentukan kontrak

yaitu negosiasi.2

Hukum kontrak ini diatur dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri atas

18 bab dan 631 pasal. Dimulai dari pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan

Pasal 1864 KUH Perdata. Masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian.

Di dalam NBW Negeri Belanda, tempat pengaturan hukum kontrak dalam

buku IV tentang van verbintenissen, yang dimulai dari pasal 1269 NBW

sampai dengan Pasal 1901 NBW.3

Dalam perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan

perkumpulan, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, bunga tetap dan abadi,

untung-untungan, pemberi kuasa, penanggung utang, dan perdamaian

merupakan perjanjian yang bersifat khusus, yang di dalam berbagai

kepustakaan hukum disebut dengan perjanjian nominaat. Perjanjian nominaat

adalah perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata. Di luar KUHPerdata

dikenal juga perjanjian lainnya, seperti kontrak production sharing, kontrak

joint venture, kontrak karya, leasing, beli sewa, franchise, kontrak rahim, dan

lain-lain, yaitu perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup dan berkembang dalam

praktik kehidupan masyarakat. Perjanjian ini disebut perjanjian innominaat.

2 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak Komersil,

(Jakarta: KENCANA, 2010, Cet. Pertama), h., 147-148. 3 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, ( Jakarta: Sinar Grafika,

2003, Cet. Pertama), h., 5.

Page 14: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

3

Perjanjian innominaat ini belum dikenal pada saat KUH Perdata di

undangkan.4

Kontrak sebagai instrumen pertukaran hak dan kewajiban diharapkan

dapat berlangsung dengan baik, fair dan proposional sesuai kesepakatan para

pihak. Terutama pada kontrak komersial, baik pada tahap pra kontraktual,

pembentukan kontrak maupun pelaksanaannya, asas proporsionalitas

mempunyai daya kerja menciptakan aturan main pertukaran hak dan

kewajiban. Aturan main pertukaran ini menjadi domain para pihak, kecuali

dalam batas-batas tertentu muncul intervensi, baik dari undang-undang yang

bersifat memaksa, maupun dari otoritas tertentu (hakim). Namun sifat

intervensi ini, lebih ditunjukan untuk menjaga proses pertukaran hak dan

kewajiban berlangsung secara fair.

Dinamika bisnis dengan pasang surutnya, juga berakibat pada

keberlangsungan hubungan kontraktual para pihak. Apa yang diproyeksikan

lancar, untung, memuaskan, prospek bisnis cerah kadang kala dapat berubah

merugi dan memutus hubungan bisnis para pihak. Siapa yang dapat

memastikan hujan esok hari, demikian pula dengan kontrak. Para pihak yang

berkontrak senantiasa berharap kontraknya berakhir dengan “happy ending”,

namun tidak menutup kemungkinan kontrak dimaksud menemui hambatan

hambatan bahkan berujung pada kegagalan kontrak.

Terkait dengan kegagalan kontrak, dapat terjadi karena faktor internal

para pihak dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap eksistensi kontrak

yang bersangkutan. Dalam pembahasan ini akan dibahas faktor penting yang

mengakibatkan kegagalan pelaksanaan pemenuhan kewajiban kontraktual,

yaitu overmacht (force majeure; daya paksa).5

4 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, h., 7.

5 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak Komersil, h.,

259-260.

Page 15: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

4

Force majeure atau yang sering disebut sebagai “keadaan memaksa”

merupakan suatu keadaan di mana seseorang debitur terhalang untuk

melakukan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada

saat dibuatnya kontrak. Keadaan tersebut tidak dapat dimintakan pertanggung

jawaban kepada debitur, sementara si debitur tidak dalam keadaan beritikad

buruk. Kausa-kausa force majeure dalam KUH Perdata terdiri dari sebagai

berikut:6

Force majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga. Dalam hal ini, jika

terjadi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya oleh para pihak yang

menyebabkan terjadinya kegagalan melaksanakan kontrak, maka hal tersbut

tidak tergolong kepada wanprestasi, akan tetapi termasuk kedalam katagori

force majeure. Terhadap kejadian seperti ini debitur tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban. Beban pembuktian terhadap terjadinya sebab-sebab tak

terduga ini ada pada debitur. Jika debitur dapat dibuktikan dalam keadaan

beritikad buruk, maka meskipun dalam keadaan force majeure, si debitur

harus tetap bertanggung jawab atas kegagalannya memenuhi prestasi.

Force majeure karena keadaan memaksa. Sebab lain mengapa seorang

kreditor dianggap dalam keadaan force majeure adalah jika tidak terpenuhinya

kontrak karena terjadinya keadaan memaksa yang tidak dapat dihindari oleh

debitur, misalnya bencana alam, perang, kerusuhan, dan lain-lain yang

menyebabkan debitur menjadi terhalang memenuhi prestasi.

Force majeure karena perbuatan tersebut dilarang. Apabila ternyata

prestasi yang harus dilakukan oleh debitur dikemudian hari ternyata diketahui

sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang. Hal itu mungkin

terjadi karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan ketentuan

perundang-undangan. Akibat hukum force majeure adalah bahwa terhadap

debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya untuk membayar

6 Sophar Maru Hutagalung, Kontrak Bisnis Di ASEAN Pengaruh Sistem Hukum Common Law

dan Civil Law, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet. Pertama), h., 67.

Page 16: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

5

penggantian biaya, ganti rugi, atau bunga akibat tidak terpenuhinya prestasi

debitur karena terjadinya keadaan force majeure.

Peristiwa yang dikategorikan sebagai force majeure membawa implikasi,

konsekuensi atau akibat hukum bagi kreditur, dimana tidak dapat menuntut

pemenuhan prestasi dan debitur tidak lagi dinyatakan wanprestasi sehingga

debitur tidak wajib membayar ganti rugi dan dalam perjanjian timbal balik,

kreditur tidak dapat menuntut pembatalan karena perikatannya dianggap

gugur, sehingga keadaan memaksa atau force majeure terkait dan merupakan

persoalan yang berhubungan dengan risiko.

Risiko merupakan kewajiban memikul kerugian yang disebabkan

kejadian di luar kesalahan salah satu pihak. Persoalan risiko berpangkal pada

terjadinya suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan

perjanjian. Dengan kata lain, persoalan risiko adalah buntut dari keadaan

memaksa atau force majeure.

Dengan demikian maka force majeure atau bukanlah merupakan

terminologi yang asing di kalangan komunitas hukum. Konteks hukum, force

majeure dapat diartikan sebagai klausula yang memberikan dasar pemaaf pada

salah satu pihak dalam suatu perjanjian, untuk menanggung sesuatu hal yang

tidak dapat diperkirakan sebelumnya, yang mengakibatkan pihak tersebut

tidak dapat menunaikan kewajibannya berdasarkan kontrak yang telah

diperjanjikan.7

Hanya saja adanya perjanjian berkaitan dengan force majeure ini di

masukkannya sebagai penyalahgunaan keadaan saat terjadinya wanprestasi

dari pihak kreditur sebagai pembatalan kontrak dalam NBW, tentunya

penyalahgunaan keadaan tersebut menyebabkan terjadinya sengketa yang

tidak dapat dilepaskan dari praktik pengadilan dalam menangani perkara yang

7 Daryl John Rasuh, “Kajian Hukum Keadaan Memaksa(Force Majeure) Menurut Pasal 1244

dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Lex Privatum, Vol IV, No. 2 (Februari:

2016), h., 177.

Page 17: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

6

terkait dengan syarat sahnya kontrak. Hal ini terutama terkait dengan

kebiasaan (i.c. penyalahgunaan keadaan) sehinnga memengaruhi penutupan

kontrak.8

Besar kemungkinan terjadinya perselisihan bahkan pertengkaran antara

kedua belah pihak terkait dengan perjanjian Force Majeure. Hal inilah yang

menarik perhatian penulis untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang penerapan

Force Majeure, serta analisis studi kasus terhadap sengketa ekonomi syariah

kontrak (perjanjian) Force Majeure perbankan syariah. Untuk itu penulis

mengambil judul “Penerapan Force Majeure Dalam Kontrak (Perjanjian) Di

Perbankan Syariah (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Makasar

Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks)”.

B. Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa hal yang

dapat diidentifikasi untuk diteliti, beberapa hal tersebut diantaranya:

a. Bagaimana penerapan force majeure dalam kontrak(perjanjian) di

perbankan syariah?

b. Apakah hakim dalam putusannya telah menerapkan force majeure

sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku?

c. Bagaimana penanganan perbankan syariah terhadap nasabah akibat

terjadinya force majeure?

d. Bagaimana penerapan force manjeure yang sesuai dengan ketentuan

dan undang-undang yang berlaku di Indonesia?

e. Bagaimana putusan hakim mengakualifikasi dalam memutus perkara

force majeure telah memenuhi asas Keadilan?

2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya pada beberapa hal, yaitu:

8 Agus Yudha Hernoko, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak., h., 174.

Page 18: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

7

a. Implementasi penerapan force majeure yang digunakan dalam

lembaga keuangan syariah.

b. Perapan force majeure dikaji melalui perkara putusan Pengadilan

Agama Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks. dibatasi dengan

permasalahan mengenai kualifikasi bentuk force majeure berkaitan

keluarnya regulasi baru.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar penelitian ini

dapat lebih terfokus dan terarah, maka permasalahan yang hendak diteliti

oleh penulis yaitu:

a. Bagaimanakah konsep force majeure menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia?

b. Bagaimana penerapan force majeure sebagaimana dalam Putusan

Pengadilan Agama Makasar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks dalam

perkara ekonomi syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait konsep

force majeure sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

b. Untuk mengetahui penerapan force majeuere dengan menggunakan

kajian Putusan Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks dalam hal keluarnya

kebijakan baru pemerintah sebagai bentuk force majeure.

c. Untuk mengetahui bentuk peristiwa yang dapat dikualifikasi sebagai

suatu peristiwa force majeure.

Page 19: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

8

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak.

a. Manfaat secara teoritis

1) Untuk menambah wawasan keilmuan bagi para pembaca tentang

perkara berkaitan dengan hukum perjanjian force majeure yang

diselesaikan melalui Pengadilan Agama serta memberikan

sumbangsih dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

khususnya ketika terjadi perkara keadaan memaksa.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literatur kepustakaan tentang bentuk force majeure khususnya

mengenai putusan dalam perkara ekonomi syariah serta hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian

sejenis untuk tahap berikutnya.

b. Manfaat secara praktis

1) Sebagai bahan pemikiran dan kebijakan putusan majelis hakim

Peradilan Agama terhadap sengketa yang berkaitan dengan force

majeure sehingga mempunyai kekuatan hukum tetap.

2) Dapat memberikan pemahaman baik untuk para pihak nasabah

perbankan syariah maupun pihak perbankan syariahnya itu sendiri,

jika terjadi sengketa yang berkaitan dengan hukum kontrak force

majeure. Sehingga para pihak dapat menggunakan hak dan

kewajiban mereka saat terjadi sengketa tersebut sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Indonesia.

D. Kajian (Reiew) Studi Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menelusuri penelitian penelitian yang

telah dilakukan terdahulu yang relevan terhadap penelitian ini. Berdasarkan

penelitian dan penelaah pustaka yang penulis lakukan terhadap literatur-

Page 20: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

9

literatur yang ada, belum ada satu karya ilmiah yang secara khusus membahas

mengenai penerapan hukum kontrak(perjanjian) force majeure yang dikaitkan

dengan studi kasus putusan sengketa ekonomi syariah.

Beberapa karya tulis yang berhasil ditemukan penulis yang berhubungan

dengan penelitian ini yaitu berupa skripsi dan jurnal-jurnal terkait yang

membahas hukum kontrak(perjanjian) force majeure serta membahas studi

analisis putusan terkait sengketa ekonomi syariah, yaitu sebagai berikut:

Pertama penelitian yang dialakukan oleh Tri Ertina Panjaitan, pada tahun

2011, konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam skripsinya yang berjudul “Analisis penyelesaian force major dalam

produk pembiayaan bank syariah pasca gempa Padang 2009 (studi kasus pada

Bank Syariah Mandiri cabang Padang, SUMBAR).9

Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan metode penelitian

dengan berbasis kualitatif karena peneliti tidak menggunakan statistik dalam

pengolahan data, dan bersifat deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan dari

gejala-gejala yang diamati, tentang penyelesaian force major dalam produk

pembiayaan murabahah dan mudharabah bank syariah Mandiri cabang

Padang pasca gempa 2009.

Hasil dari penelitian Tri Ertina Panjaitan ialah penyelesaian force major

dalam produk pembiayaan murabahah dan mudharabah bank syariah Mandiri

cabang Padang akibat gempa Padang 2009 yaitu: 1) Diberikan penundaan

pembayaran cicilan pembiayaan selama 2 bulan yaitu pada bulan November

dan Desembertahun 2009, 2) Diberikan tambahan pembiayaan bagi nasabah

yang membutuhkan, 3) Memberikan margin yang lebih kecil dari besar

9 Tri Ertina Panjaitan, “Analisis penyelesaian force major dalam produk pembiayaan bank

syariah pasca gempa Padang 2009 (studi kasus pada Bank Syariah Mandiri cabang Padang,

SUMBAR)”, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h., 65.

Page 21: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

10

margin pembiayaan yang disalurkan sebelum terjadi gempa Padang tanggal 30

September 2009.

Teori keadaan force major bank bermasalah atau berpotensi bermasalah

akibat gempa Padang 2009 yang dipakai oleh BSM cabang Padang sudah

sesuai dengan teori yang seharusnya dan diatur dalam teori subyektif (keadaan

memaksa relatif) dan teori ketidakmungkinan (onmogelikehid) relatif atau

ketidakmungkinan subjektif (relative onmogelijkheid). Sedangkan teori

keadaan force major pembiayaan mudharabah bank bermasalah akibat gempa

Padang 2009 masih kurang sesuai dengan teori dan force major yang ada

sesuai dengan teori Obyektif (keadaan memaksa mutlak). Dalam

menyelesaikan pembiayaan bermasalah atau berpotensi bermasalah Bank

Syariah Mandiri cabang memakai: Rescheduling dan Restructuring.

Kedua penelitian yang dilakukan oleh Nurus Sa’adah, pada tahun 2017,

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) Fakultas Syariah Institut

Agama Islam Negeri Surakarta dalam skripsinya yang berjudul “Analisis

Putusan Hakim Dalam Perkara Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama

Surakarta Tahun 2013-2017 (Berbasis Nilai Keadilan).”10

Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan metode penelitian yang

sesuai dengan permasalahan. Untuk memperoleh data yang sempurna dalam

menyusun skripsi ini maka metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa gambaran, penelitian fakta-fakta, kondisi maupun

aktifitas yang ada dan yang terjadi saat ini.

Hasil dari penelitian Nurus Sa’adah Dasar hukum yang digunakan sebagai

pertimbangan hakim dalam putusan perkara Nomor 0519/Pdt.G/2013/PA.Ska

dan perkara Nomor 0644/Pdt.G/2015/PA.Ska adalah Pasal 1352 dan Pasal

10

Nurus Sa’adah, “Analisis Putusan Hakim Dalam Perkara Ekonomi Syariah Di Pengadilan

Agama Surakarta Tahun 2013-2017 (Berbasis Nilai Keadilan).” (Skripsi: IAIN Surakarta, 2017), h.,

58.

Page 22: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

11

1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, serta Pasal 181 HIR (Herziene

Inlandsch Reglement).

Asas keadilan dalam putusan hakim yang terdapat pada ketiga perkara

ekonomi syariah yang diteliti oleh penulis dapat dilihat dari dua perspektif.

Pertama, perspektif Hakim dalam menjatuhkan putusan ini sudah memenuhi

asas keadilan karena sudah sesuai dengan prosedur beracara di Pengadilan

Agama Surakarta dan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Kedua, keadilan menurut pihak yang berperkara dinilai belum

seimbang atau adil, karena Penggugat yang menuntut keadilan merupakan

pihak yang kalah dalam putusan perkara ekonomi syariah tersebut.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi Hidayat dan

Parman Komarudin, pada tahun 2017, AL-IQTISHADIYAH Jurnal Ekonomi

Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, Dosen Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Studi Islam Universitas Islam Kalimantan MAB

Banjarmasin Indonesia, dalam jurnalnya yang berjudul Klausul Overmacht

dalam Akad Murabahah dI Perbankan Syariah.11

Berkaitan dengan hal ini, maka penulis melakukan penelusuran kepada

empat bank syariah, yaitu BNI Syariah, Bank Muamalat, Bank Syariah

Mandiri, dan Bank Kalsel Syariah untuk mendapatkan sampel akad

murabahah yang diterbitkan oleh keempat lembaga keuangan syariah tersebut.

Empat sampel akad murabahah itu kemudian menjadi sumber data primer

untuk dianalisis secara normatif sesuai dengan norma hukum yang berlaku.

Hasil dari penelitian Muhammad Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin

yaitu Perbankan syariah dalam prakteknya memiliki pola yang berbeda-beda

dalam mencantumkan klausul overmacht pada akad murabahahnya, bahkan

ada pula bank yang tidak mencantumkan klausul tersebut. Namun pada

11

Muhammad Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, “Klausul Oermacht dalam Akad

Murabahah dI Perbankan Syariah”, Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, Vol. 7, No. 1, (Juni:

2017), h., 39.

Page 23: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

12

dasarnya, ada ataupun tidak klausul overmacht tersebut dalam akad, pasal

1244 dan 1245 KUH Perdata tetap berlaku. Hanya saja aturan overmacht

dalam peraturan perundangan hanyalah pada tataran konsep dan tidak sampai

menyentuh masalah teknis seperti batas waktu pelaporan.

Oleh karena itu, disarankan kepada perbankan syariah untuk

mencantumkan klausul force majeure dalam akad dengan lengkap hingga

tataran teknis serta tetap memperhatikan asas keadilan bagi kepentingan pihak

bank dan nasabah sehingga tidak terjadi ketimpangan hukum yang

diakibatkan oleh klausul yang tidak berimbang.

Keempat penelitian yang dilakukan oleh Daryl John Rasuh, pada tahun

2016, artikel skripsi Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016, dalam artikel

skripsinya yang berjudul ” Kajian Hukum Keadaan Memaksa (Force

Majeure) Menurut Pasal 1244 dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata” Ruang lingkup penelitian Skripsi ini merupakan kajian disiplin Ilmu

Hukum, maka penelitian ini akan mengaji dan membahas penelitian hukum

secara normatif dari kepustakaan.12

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Daryl John rasuh ialah

Implikasi hukum keadaan memaksa (force majeure), bahwa keadaan yang

menghalangi pemenuhan prestasi itu ada tidaknya hanya jika setiap orang

sama sekali tidak mungkin memenuhi prestasinya bahkan debitur sendiri yang

bersangkutan tidak mungkin atau sangat berat untuk memenuhi prestasi.

Penentuannya harus berdasarkan kepada masing-masing kasus.

Sedangkan judul penelitian yang akan dilakukan” Penerapan Force

Majeure Dalam Kontrak(Perjanjian) Di Perbankan Syariah (Kajian Terhadap

Putusan Pengadilan Agama Makasar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks).

Dalam penelitian kali ini peneliti terfokus pada penyelesaian sengketa

12

Daryl John Rasuh, “Kajian Hukum Keadaan Memaksa(Force Majeure) Menurut Pasal 1244

dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Lex Privatum, Vol IV, No. 2 (Februari:

2016), h., 173.

Page 24: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

13

ekonomi syariah yang terjadi hingga mencapai tingkat kasasi yang berkaitan

dengan hukum kontrak (perjanjian) force majeure selanjutnya penulis

mencoba menjabarkan penerapan ataupun konsep yang terkait hukum kontrak

(perjanjian) force majeure sehingga nasabah perbankan syariah dapat

menggunakan haknya dengan baik ketika terjadi keadaan memaksa begitupun

sebaliknya agar tidak ada lagi penyalahgunaan keadaan ketika terjadi

sengketa.

E. Metode Penelitian

Metodologi adalah suatu sarana pokok pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi oleh karena suatu penelitian bertujuan untuk mengungkap

kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan

analisis.13

Dalam menguraikan dan membahas rumusan masalah yang ada dalam

skripsi ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum yuridis normatif, dikatakan demikian karena dalam penelitian ini

digunakan cara-cara pendekatan terhadap masalah yang diteliti dengan

cara meninjau dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku pada

suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan yang

berdaulat dan dengan meneliti bahan pustaka yang ada. 14

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih ditujukan kepada pendekatan

undang-undang. Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah

13

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h., 1. 14

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

h., 13-14.

Page 25: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

14

semua undang-undang dan peraturan yang bersangkutan dengan isu

hukum yang sedang ditangani.15

Pendekatan kasus (case approach) digunakan untuk melakukan

penalaahan pada suatu kasus dan dilakukan secara mendalam, menditail,

komperhensif yang dikuatkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku

dimasyarakat serta norma-norma hukum islam yang di kaitkan langsung

dengan putusan Pengadilan Agama Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks.

3. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh

secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Yang

diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (atau data

dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya

dinamakan data sekunder.16

Data dalam penulisan ini adalah data dan

sekunder, yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah,

artikel artikel, serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian.

Bahan hukum tersebut mencakup dari:

a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyi otoritas

(autoritatif). Bahan hukum tersebut terdiri dari: (a) peraturan

perundang-undangan yang mengatur force majeure yaitu UU No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU No. 23 Tahun 2007 tentang

Pertambangan Mineral dan Batu Bara, UU. No 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Jasa Angkutan, Peraturan Bank Indonesia No.

13/8/PBI/2011 tentang Laporan Harian Bank Umum, Peraturan Bank

Indonesia No. 15/3/PBI/2013 tentang Transparasi Kondisi Keuangan

Bank Perkreditan Rakyat, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), h., 93. 16

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

h., 12.

Page 26: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

15

49/POJK.03/2017 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank

Perkreditan Rakyat Fatwa DSN-MUI Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000

tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-Nunda

Pembayaran Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,17

Selanjutnya dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal, 1244, 1245, 1444, dan

1445 BW, tentang Force Majeure; (b) catatan-catatan resmi atau

risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan; (c)

Putusan Pengadilan Agama Makasar No. 2279/Pdt.G/2015/ PA.Mks.

b. Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri atas.

(a) buku-buku teks berkaitan tentang force majeure; (b) kamus-kamus

terkait force majeure; (c) jurnal-jurnal terkait force majeure; (d)

komentar-komentar putusan hakim. Publikasi tersebut merupakan

petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan

hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, jurnal, surat

kabar, dan sebagainya.18

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan merupakan studi pustaka yaitu

pengumpulan data-data tentang penyelesaian sengketa ekonomi syariah

Putusan Pengadilan Agama Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.MKs kemudian

sebagai tambahan pendukung skripsi maupun buku, jurnal, transkrip,

artikel, media massa, skripsi terdahulu, dan sebagainya yang berhubungan

dengan masalah penelitian.

5. Pengolahan dan Metode Analisis Data

Dalam hal ini peneliti membandingkan teori yang satu dengan teori

yang lain dan hasil penelitian yang satu dengan hasil penelitian yang lain.

17

Rahmat, S.S Soemadipraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, (Jakarta:

Gramedia, 2010), h., 95. 18

H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika; 2010), h., 47.

Page 27: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

16

Putusan hakim Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks dikaitkan dengan

peraturan-peraturan terkait Force Majeure serta paradigma terbaru tentang

kualifikasi bentuk Force Majeure.

Dalam penelitian hukum dapat menggunakan pendekatan yuridis

normatif, maka bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

non hukum yang telah dikumpulkan untuk menganalisis data. Sehingga

ditampilkan penulis dalam penulisan yang lebih sistematis untuk

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas arah pembahasan

maka dalam penulisan skripsi ini disistematikan menjadi lima bab dengan

uraian sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab awal memuat latar belakang masalah, dilanjut dengan

identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan (Review) kajian terdahulu,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi

Bab II FORCE MAJEURE DALAM TINJAUAN TEORITIK DAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pembahasan pada bab II ini yaitu berkaitan tentang teori umum

yang menyangkut force majeure Dalam Hukum Positif:

Pengertian force majeure, Dasar Hukum force majeure,

Macam-macam force majeure, unsur-unsur force majeure,

teori-teori force majeure, akibat adanya force majeure.

Kemudian yang kedua berkaitan force majeure dalam hukum

islam : pengertian, dasar hukum islam terkait force majeure,

macam-macam force majeure dalam hukum islam, force

majeure Al-Jawa’ih,

Page 28: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

17

Bab III FORCE MAJEURE DALAM PUTUSAN PENGADILAN

Pembahasan pada bab III ini yaitu berkaitan tentang penyajian

data dan gambaran umum yang berkenaan dengan Putusan

Pengadilan Agama Makasar nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks :

deskripsi perkara, pertimbangan hukum hakim, amar putusan

hakim. Dan berkenaan putusan 14/Pdt-Sus-PHI/2014/PN.Pal:

deskripsi perkara, pertimbangan hukum hakim, dan amar

putusan hakim.

Bab IV PARADIGMA BARU TENTANG BENTUK FORCE

MAJEURE

Berpijak dari bab sebelumnya maka untuk mempertajam fokus

penelitian ini, penyusun melanjutkan pada bab keempat yang

merupakan memaparkan mengenai hasil analisis secara

mendalam dari Studi kasus Putusan Pengadilan Agama

Makasar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks berkaitan

paradigma baru tentang force majeure terdiri dari: kebijakan

pemerintah sebagai force majeure, force majeure dalam

akad/kontrak perbankan syariah, konsep mutakhir tentang force

majeure, dan force majeure dalam putusan Pengadilan Agama

Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks.

Bab V PENUTUP

Bab ini merupakan bab yang terakhir dari penulisan skripsi,

untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil

penelitian, selain itu penulis menengahkan beberapa saran yang

dianggap penting dan perlu.

Page 29: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

18

BAB II

FORCE MAJEURE DALAM TINJAUAN TEORITIK DAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

A. Force Majeure dalam Hukum Positif

1. Pengertian Force Majeure

Istilah keadaan memaksa berasal dari bahasa Inggris, yaitu force

majeure, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan overmacht.1

Meskipun para ahli hukum telah menerjemahkan terminologi itu dengan

keadaan memaksa, dalam pembahasan masih juga menggunakan

terminologi overmacht.

Keadaan Memaksa merupakan keadaan dimana adanya peristiwa yang

dikategorikan sebagai keadaan yang membawa konsekuensi bagi para

pihak dalam suatu perikatan, di mana pihak yang tidak dapat memenuhi

prestasi tidak dinyatakan wanprestasi. Dengan demikian, dalam hal

terjadinya keadaan memaksa, debitur tidak wajib membayar ganti rugi dan

dalam perjanjian timbal balik, kreditur tidak dapat menuntut pembatalan

karena perikatannya dianggap gugur/terhapus. Beberapa pakar membahas

akibat hukum dari keadaan memaksa.2

Force majeure merupakan salah satu konsep dalam hukum perdata

dan diterima sebagai prinsip dalam hukum. Mochtar Kusumaatmadja

menyatakan bahwa force majeure atau vis major dapat diterima sebagai

suatu alasan untuk tidak memenuhi pelaksanaan kewajiban karena

hilangnya atau lenyapnya objek atau tujuan yang menjadi pokok

perjanjian. Keadaan ini ditujukan terhadap pelaksanaan secara fisik dan

1

Salim HS dan Abdullah, Wiwiek Wahyu Ningsih, Perancangan Kontrak &

Memorandum of Understanding (MoU), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h., 110. 2 Daryl john, “Kajian Hukum Keadaan Memaksa (Force Majeure) Menurut Pasal 1244

dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Lex Privatum, Vol. IV, No. 2 (Februari:

2016) h., 174.

Page 30: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

19

hukum, bukan dikarenakan hanya kesulitan dalam melaksanakan

kewajiban.3

Dalam khazanah hukum indonesia konsep keadaan memaksa lebih

banyak dijelaskan oleh pendapat-pendapat ahli hukum Indonesia antara

lain:

a. Menurut R. Subekti: Debitur menunjukan bahwa tidak terlaksananya

apa yang dijanjikan itu disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tidak

dapat diduga, dan dimana ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap

keadaan atau peristiwa yang timbul di luar dugaan tadi. Dengan

perkata lain, hal tidak terlaksananya perjanjian atau kelambatan dalam

pelaksanaan itu, bukanlah disebabkan karena kelalaian. Ia tidak dapat

dikatakan salah satu alpa, dan orang yang tidak salah tidak boleh

dijatuhi sanksi-sanksi yang diancamkan atas kelalaian itulah yang

dapat dikatakan suatu keadaan memaksa.4

b. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan yang menyitir Dr. H.F.A.

Vollmar: overmacht adalah keadaan di mana debitur sama sekali tidak

mungkin memenuhi perutangan (absolute overmacht) atau masih

memungkinkan memenuhi perutangan, tetapi memerlukan

pengorbanan besar yang tidak seimbang atau kekuatan jiwa di luar

kemampuan manusia atau dan menimbulkan kerugian yang sangat

besar (relative overmacht).5

c. Menurut Purwahid Patrik mengartikan overmacht atau keadaan

memaksa adalah debitur melaksanakan prestasi karena tidak ada

kesalahan maka akan berhadapan dengan keadaan memaksa yang

tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.6

3

Agri Chaerunisa Isradjuningtia, “Force Majeure (Overmacht) dalam Hukum

Kontrak(Perjanjian) Indonesia”,Jurnal UNPAR,Vol. 1, No. 1, h., 140. 4 R. Subekti, Hukum Perjanjian, dalam Rahmat S.S SoemadiPraja, Penjelasan Hukum

Tentang Keadaan memaksa, (Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), h., 7.8. 5 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata, Hukum Perutangan, Bagian A, dalam

Rahmat S.S SoemadiPraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan memaksa, h., 8. 6 Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, dalam Rahmat S.S SoemadiPraja,

Penjelasan Hukum Tentang Keadaan memaksa

Page 31: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

20

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam keadaan memaksa

ini debitur tidak dapat dipersalahkan atas tidak dapat terlaksananya suatu

perjanjian atau terlambatnya pelaksanaan suatu perjanjian. Sebab, keadaan

ini timbul diluar kemauan dan kemampuan atau dugaan dari si debitur; dan

oleh karenanya, maka debitur tidak dapat dihukum atau dijatuhi sanksi.7

2. Dasar Hukum Force Majeure

Pengaturan force majeure secara umum termuat dalam bagian Umum

Buku III BW yang dituangkan dalam Pasal 1244, 1245, 1444 dan 1445

yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:8

Pasal 1244

Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan

bungan apabila ia tidak membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu

yang tepat dilaksanakannnya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang

tidak terduga, pun tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya

itupun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.

Pasal 1245

Tidaklah biaya rugi dan bunga harus digantinya, apabila lantaran keadaan

memaksa atau lantaran suatu kejadian tidak disengaja, siberutang berhalangan

memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang

sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.

Pasal 1444

Jika barang tertentu yang menjadi bahan persetujuan musnah, tidak lagi

diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tidak diketahui

apakah barang itu masih ada, hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau

hilang diluar sahnya si berutang, dan sebelum ia lalai menyerahkannya.

Bahkan, meskipun siberutang lalai menyerahkan suatu barang sedangkan ia telah

menanggung terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga, perikatan hapus jika

barangnya akan musnah secara yang sama di tangannya si berpiutang, seandainya

sudah diserahkan kepadanya.

Siberpiutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak terduga, yang

dimajukan itu.

7 P.N.H. Simanjutak, Hukum Perdata indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),

h,.295. 8 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per) Pasal 1244, 1245, 1444, dan

1445.

Page 32: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

21

Dengan cara bagaimana suatu barang, yang telah dicuri, musnah atau hilang,

hilangnya barang ini tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri barang

dari kewajibannya untuk mengganti harganya”.

Pasal 1445

Jika barang yang terutang. Diluar salahnya si berutang, musnah, tak dapat lagi

diperdagangkan , atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak atau

tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan

hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut kepada orang yang mengutangkan

kepadanya.

Rumusan kausa force majeure dalam KUHPerdata dapat dirinci

sebagai berikut:9 Pertama, peristiwa yang menyebabkan terjadinya force

majeure tersebut haruslah “tidak terduga“ oleh para pihak, atau tidak

termasuk dalam asumsi dasar (basic assumption) pada saat para pihak

membuat kontrak itu (Pasal 1244 KUHPerdata); Kedua, peristiwa tersebut

tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang harus

melaksanakan presentasi (pihak debitur) tersebut (Pasal 1244

KUHPerdata); Ketiga, peristiwa yang menyebabkan terjadinya force

majeure itu diluar kesalahan pihak debitur, (Pasal 1244 KUHPerdata);

Keempat, peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure tersebut

bukan kejadian yang disengaja oleh Debitur. Ini merupakan perumusan

yang kurang tepat, sebab yang semestinya tindakan tersebut “diluar

kesalahan para pihak (Pasal 1545 KUHPerdata), bukan tidak sengaja”.

Sebab, kesalahan para pihak baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun

yang tidak sengaja, yakni dalam bentuk “kelalaian” (negligence); Kelima,

para pihak tidak dalam keadaan itikad buruk (Pasal 1244 KUHPerdata);

Keenam, jika terjadi force majeure, maka kontrak tersebut menjadi gugur,

dan sedapat mungkin para pihak dikembalikan seperti seolah–olah tidak

pernah dilakukan perjanjian (Pasal 1545 KUHPerdata); Ketujuh, jika

terjadi force majeure, maka para pihak tidak boleh menuntut ganti rugi.

Vide Pasal 1244 juncto Pasal 1245, juncto Pasal 1553 ayat (2)

KUHPerdata. Akan tetapi karena kontrak yang bersangkutan menjadi

9

Agri Chaerunisa Isradjuningtia, “Force Majeure (Overmacht) dalam Hukum

Kontrak(Perjanjian) Indonesia”, h., 147.

Page 33: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

22

gugur karena adanya force majeure, maka untuk menjaga terpenuhinya

unsur-unsur keadilan, pemberian restitusi atau quantum merit tentu masih

dimungkinkan; dan Kedelapan, resiko sebagai akibat dari force majeure,

beralih dari pihak kreditur kepada pihak debitur sejak saat seharusnya

barang tersebut diserahkan (vide Pasal 1545 KUHPerdata). Pasal 1460

KUHPerdata mengatur hal ini secara tidak tepat (di luar sistem).

Selanjutnya pada dua pasal terakhir ini pasal 1444 BW dan pasal 1445

BW pada dasarnya menerangkan tentang pembebanan risiko atas

musnahnya barang yang menjadi objek perikatan.10

Sedangkan keadaan memaksa dalam peraturan perundang-undangan

hanya menjelaskan pengertian bahwasannya keadaan memaksa atau force

majeure sebagai suatu kejadian yang timbul di luar kemauan dan

kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak,

sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang jasa

kontruksi. Adapun Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang

pengadaan barang atau jasa pemerintah, dalam lampiran mengartikan

keadaan kahar sebagai suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para

pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak

dapat dipenuhi.11

Begitupun keadaan memaksa dalam perundang-undangan dan

peraturan-peraturan lainnya sebagaimana peraturan perundang-undangan

yang mengatur force majeure yaitu UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan UU No. 23 Tahun 2007 tentang Pertambangan Mineral

dan Batu Bara, UU. No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Jasa

Angkutan, Peraturan Bank Indonesia No. 13/8/PBI/2011 tentang Laporan

Harian Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia No. 15/3/PBI/2013 tentang

Transparasi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat, Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan No 49/POJK.03/2017 tentang Batas Maksimum

Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat, Fatwa DSN-MUI Nomor

10

Ahmad Miru dan Saka Pati, Hukum perikatan Penjelasan makna pasal 1233 sampai

1456 BW, (Jakarta, Rajawali Pers, 2011 Ed, 1-3) h., 13. 11

Rahmat S.S SoemadiPraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan memaksa, h., 8.

Page 34: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

23

17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang

Menunda-Nunda Pembayaran, dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah .12

Mengenai ketentuan dan kedudukan force majeure di Indonesia

nyatanya belum terdapat pengaturan yang jelas dan komprehensif

mengenai force majeure, karena Indonesia masih menggunakan ketentuan

warisan dari Belanda yang kemungkinan sudah tidak lagi relevan dengan

keadaan ekonomi Indonesia saat ini. padahal ketentuan ini sangat

dibutuhkan dan sangat berpengaruh terhadap iklim usaha dan

pembangunan ekonomi di Indonesia.13

3. Macam-macam Force Majeure

Force Majeure terbagi menjadi dua macam : pertama, “Force majeure

(objektif) merupakan peristiwa dimana debitur mengalamai keadaan

memaksa sehingga dalam pemenuhan prestasinya itu tidak mungkin

dilakukan oleh siapapun juga ataupun oleh setiap orang. Misalnya: A

harus menyerahkan kuda kepada B, ditengah jalan disambar petir, hingga

oleh siapapun juga penyerahan kuda itu tidak mumngkin dilaksanakan.”;14

kedua, “Force majeure (subjektif) merupakan peristiwa dimana

debitur mengalami keadaan memaksa hanya saja debitur masih mungkin

melaksanakan prestasi tetapi, praktis dengan kesukaran atau dengan

pengorbanan yang besar sehingga dalam keadaan yang sedemikian itu

kreditur tidak dapat menuntut pelaksanaan prestasi. Misalnya: seorang

penyanyi yang berjanji untuk mengadakan pertunjukan. Sebelum

pertunjukan diadakan. Ia mendengar berita tentang kematian anaknya

hingga sukar bagi debitur untuk melaksanakan perjanjian.

Pembedaan antara overmacht absolut dan overmacht relatif

merupakan turunan dari teori tentang overmacht (keadaan memaksa).

12

Rahmat, S.S Soemadipraja, “Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa (Syarat-

Syarat Pembatalan Perjanjian yang Disebabkan Keadaan Memaksa/Force Majeure)”, (Jakarta:

Gramedia, 2010), h., 95. 13

Agri Chaerunisa Isradjuningtia, “Force Majeure (Overmacht) dalam Hukum

Kontrak(Perjanjian) Indonesia”, h., 147. 14

Keadaan Memaksa (Overmacht) diakses pada 28 Juli 2018 Pukul 15.47 WIB, dari

http://materihukum.com/keadaan-memaksa-overmacht/

Page 35: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

24

Dalam sejarah pemikiran tentang keadaan memaksa, terdapat dua ajaran

yaitu; pertama, Ajaran yang objektif (de objectieve overmachtsleer) atau

overmacht absolut. pemenuhan prestasi tidak mungkin dilaksanakan oleh

siapapun juga (imposibilitas). Misalnya jika objek perjanjian musnah

karena bencana, maka siapapun orangnya tidak mungkin akan melakukan

penyerahan. Ketentuan tentang ini dapat dibaca dalam Pasal 1444

KUHPerdata bahwa “Jika barang tertentu yang menjadi objek persetujuan

(perjanjian) musnah, tidak lagi dapat diperdagangkan atau hilang

sedemikian rupa, sehingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu

masih ada, maka hapuslah perikatannya;15

Kedua, Ajaran yang subjektif (de subjectieve overmachtsleer) atau

overmacht relatif. Dalam overmact yang objektif (absolut), Pada

overmacht yang subjektif (relatif), debitur masih mungkin memenuhi

prestasi, tetapi dengan kesulitan atau pengorbanan yang besar (difficulties).

Artinya bahwa debitur dengan mengingat keadaan pribadinya, tidak dapat

memenuhi prestasinya. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan

yaitu; (a) Ketidakmungkinan untuk memenuhi prestasi dalam perikatan

hanya ada pada debitur yang bersangkutan, tidak pada setiap orang; (b)

Secara teorits pemenuhan prestasi masih mungkin, tetapi praktis

menimbulkan banyak kesulitan.

Overmacht dapat bersifat tetap dan dapat pula bersifat sementara.

“Jika overmacht (keadaan memaksa bersifat tetap, perjanjian berhenti

sama sekali”. Misalnya musnahnya barang yang akan diserahkan.

Sedangkan “jika keadaan memaksa bersifat sementara, perjanjian tidak

berhenti sama sekali, melainkan hanya ditunda. Pada saat keadaan

memaksa tidak ada lagi, perjanjian berlaku(bekerja) kembali”. Sebagai

contoh, adanya larangan mengekspor barang dalam jangka waktu tertentu.

Apabila larangan ini dicabut, maka perjanjian kembali mempunyai daya

kerja, sehinggga prestasi harus dilaksanakan.

15

Elfiani, “Akibat Overmacht(Keadaan Memaksa) dalam Perjanjian Timbal Balik”, Al-

Hurriyah, Vol. 13, No. 1 (Januari-Juni: 2012), h., 72.

Page 36: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

25

Overmacht dapat dikatakan sebagai alasan pembenar dan alasan

pemaaf, yaitu “alasan yang mengakibatkan debitur yang tidak

melaksanakan kewajibannya sesuai perikatan pokok/asal, tidak diwajibkan

untuk mengganti biaya, kerugian, dan bunga”. Alasan pembenar adalah

alasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan objektif dari debitur

untuk memenuhi perikatan yang ada. Sedangkan alasan pemaaf adalah

alasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan subjektif dari debitur

dalam memenuhi perikatan. Alasan pembenar termasuk overmacht

absolut, sementara alasan pemaaf adalah overmacht relatif.16

4. Unsur-Unsur Force Majeure

Menurut Rahmat S.S Soemadipraja dalam bukunya penjelasan hukum

tentang keadaan memaksa, Saat debitur mengalami keadaan memaksa

haruslah memenuhi unsur-unsur yang meliputi : Peristiwa yang tidak

terduga; Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur; Tidak dapat

itikad buruk pada debitur Adanya keadaan yang tidak sengaja oleh debitur;

Keadaan itu menghalangi debitur berprestasi; Jika prestasi dilaksanakan

maka akan terkena larangan; Keadaan diluar kesalahan debitur; Debitur

tidak gagal berprestasi; Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh

siapapun (baik debitur maupun pihak lain); Debitur tidak terbukti

melakukan kesalahan atau kelalaian.17

Seperti yang diketahui keadaan memaksa tersebut suatu keadaan yang

dimana seorang debitur terhalang melakukan prestasinya karena keadaan

atau peristiwa yang tidak terduga sebelumnya, sehingga keadaan atau

peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan oleh debitur yang

tidak dalam itikat buruk sebelumnya. Yang dimaksudkan keadaan

memaksa atau peristiwa yang tidak terduga sehingga menimbulkan akibat

yang besar misalnya banjir, gempa bumi, kebakaran, angin topan,

16

Elfiani, “Akibat Overmact (Keadaan Memaksa) dalam Perjanjian Timbal Balik”, h.,

73. 17

Rahmat S.S SoemadiPraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa (Syarat-

Syarat Pembatalan Perjanjian yang Disebabkan Keadaan Memaksa/Force Majeure), h., 77.

Page 37: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

26

peperangan,wabah penyakit, huru hara dan peristiwa lainnya yang dapat

memberhentikan kontrak akibat barang yang musnah sehingga pemenuhan

tidak dapat dilakukan.18

5. Beberapa Teori tentang Force Majeure

Mengenai ajaran tentang teori Force Majeure, yaitu sebagai berikut:

A. Teori Ketidakmungkinan (on mogelijkeheid), menyatakan bahwa

force Majeure adalah sesuatu keadaan tidak mungkin melakukan

pemenuhan prestasi yang diperjanjikan. Ajaran ini di bedakan lagi

menjadi : (a) Ketidakmungkinan absolut atau objektif (absolut

onmogelijkheid), yaitu suatu ketidakmungkinan sama sekali dari

debitur untuk melakukan prestasinya pada kreditur; (b)

Ketidakmungkinan relatif atau ketidakmungkinan subjektif (relative

onmogelijkheid), yaitu suatu ketidakmungkinan relatif dari debitur

untuk memenuhi prestasinya.19

B. Teori Penghapusan atau Peniadaan kesalahan (afwesigheid van

schuld). Berarti dengan adanya overmacht terhapuslah. Kesalahan

debitur atau overmacht peniadaan kesalahan. Sehingga akibat

kesalahan yang ditiadakan tadi tidak boleh/ bisa dipertanggung

jawabkan.20

C. Halangan di luar kesalahan debitur. Mengenai debitur yang

mengemukakan overmacht bilamana halangan untuk memenuhi suatu

perikatan adalah diluar kesalahan-nya, karena bukan menjadi

resikonya. Hal itu dapat dibicarakan bagian-bagiannya sebagai

berikut. 21

a. Harus ada halangan untuk memenuhi perikatan yang mengenai

prestasi itu. Itulah sebabnya tidk boleh dikatakan overmacht,

18

Laras Sutrawaty, Force majeure Sebagai Alasan Tidak Dilaksanakan Suatu Kontrak

DiTinjau Dari Perspektif Hukum Perdata, di akses pada 05 April 2019, Pukul. 01.00 WIB dari

https://media.neliti.com. 19

I ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, (Jakarta, Sinar Grafika, 2015), h., 24 20

Salim HS, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta, sinargrafika,

2006) h., 106 21

I ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, h., 25

Page 38: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

27

bilamana karena suatu perubahan keadaan yang timbul kemudian,

misalnya karena kenaikan harga.

b. Halangan timbul setelah lahirnya perikatan. Menurut

yurispudensi, baru terdapat overmacht bilamana halangan itu

timbul setelah lahirnya perikatan. Suatu halangan tidak hanya ada

apabila pemenuhannya mutlak dapat dijalankan oleh siapapun,

tetapi juga bilamana pemenuhannya tidak mungkin atau terlalu

berat untuk dilakukan sendiri oleh debitur.

c. Ketidakmampuan bukan resiko debitur. Menurut Inspaning

Theori, bahwa overmacht ada apabila debitur telah cukup

berusaha, tetapi berhalangan untuk berprestasi. Ajaran ini

berpendapat bahwa ketidakmampuan untuk memberikan prestasi

diluar kesalahan debitur. Overmacht dimulai pada saat kesalahan

berakhir.

Sedangkan Risico Theorie menyatakan, tidak selamanya demikian,

karena walaupun debitur telah cukup berusaha, kalau keitdak mampuan itu

sebagai akibat dari suatu sebab. Dalam hal ini debitur harus menanggung

risikonya.

6. Akibat Adanya Force Majeure

Salim H.S., mengemukakan tiga akibat dari keadaan memaksa, yaitu:

Debitur tidak perlu membayar ganti rugi (Pasal 1244 KUH Perdata);

Beban risiko tidak berubah, terutama pada keadaan memaksa sementara;

Kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi

hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontraprestasi,

kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.22

Ketiga akibat tersebut lebih lanjut dibedakan menjadi dua macam,

yaitu pada akibat keadaan memaksa absolut, yaitu akibat butir a dan c,dan

akibat keadaan memaksa relatif, yaitu akibat butir b. Namun, Perlu

22

Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 2001),

h,.184-185.

Page 39: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

28

digarisbawahi bahwa hak kreditur. Dalam force majeure sama sekali tidak

dihilangkan, hanya saja jangka waktu pemenuhan hak tersebut

diperpanjang untuk memberi kolonggaran bagi pihak debitur.

A. Debitur tidak perlu membayar ganti rugi (Pasal 1244 KUHPer)

“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga.

Bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan

itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu

disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat

dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikad buruk

kepadanya”.

B. Beban risiko tidak berubah, terutama pada keadaan memaksa

sementara; ini disebabkan karena sebenarnya masih ada kemungkinan

untuk memenuhi prestasi dalam kontrak tersebut, tetapi karena suatu

keadaan menyebabkan penyerahan tersebut terhambat, misalnya

barang yang seharusnya diangkut melalui darat, tetapi jalan satu-

satunya yang dapat dilalui untuk mengantar barang tersebut tertutup

karena terjadi tanah longsor yang menutupi jalan, sehingga presatsi itu

sebenarnya masih bisa dipenuhi jika jalan tersebut sudah tidak tertutup

tanah longsor.23

C. Kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi

hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontras prestasi,

kecuali untuk yang disebut dalam pasal 1460 KUH Perdata. “Jika

barang yang dijual itu berupa barang yang sudah ditentukan, maka

sejak saat pembelian, barang itu menjadi tanggungan pembeli,

meskipun penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak

menuntut harganya”.

Dalam pasal 1444 KUHPerdata dijelaskan tentang musnahnya barang

yang terutang. “Jika barang tertentu yang menjadi pokok persetujuan

musnah, tak dapat diperdagangkan, atau hilang hingga tak diketahui

23

Ahmad Miru, Hukum Kontrak& Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2007), h., 77.

Page 40: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

29

sama sekali apakah barang itu masih ada, atau tidak, maka hapuslah

perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar kesalahan

debitur dan sebelum ia lalai menyerahkannya. Bahkan meskipun

debitur lalai menyerahkan suatu barang, yang sebelumnya tidak

ditanggung terhadap kejadian-kejadian yang tak terduga, perikatan

tetap hapus jika barang itu akan musnah juga dengan cara yang sama

di tangan kreditur, seandainya barang tersebut sudah diserahkan

kepadanya. Debitur diwajibkan membuktikan kejadian tak terduga

yang dikemukakannya. Dengan cara bagaimanapun suatu barang

hilang atau musnah, orang yang mengambil barang itu sekali-kali

tidak bebas dan kewajiban untuk mengganti harga”24

B. Force Majeure Menurut Hukum Perjanjian Islam

1. Pengertian Force Majeure dalam Hukum Perjanjian Islam

Overmacht atau force majeure dalam hukum Islam adalah Al-

Dharurah, berasal dari kata dharra, yadhurru yang artinya merusak dan

memberikan mudarat. Atau sangat memaksa/kebutuhan yang amat

mendesak apabila tidak dipenuhi. konsepsi ini memberikan pengertian

bahwa manusia harus dijauhkan dari idhrar (tindak menyakiti), baik oleh

dirinya maupun orang lain, dan tidak semestinya ia menimbulkan bahaya

(menyakiti) pada orang lain.

Namun Dharar (Kemudharatan) secara etimologi adalah berasal dari

kalimat "adh Dharar" yang berarti sesuatu yang turun tanpa ada yang

dapat menahannya. Sedangkan Dharar secara terminologi menurut para

ulama ada beberapa pengertian diantaranya adalah:25

a. Dharar ialah posisi seseorang pada suatu batas dimana kalau tidak

mau melanggar sesuatu yang dilarang maka bisa mati atau nyaris mati.

24

Overmacht dalam Perikatan diakses pada 5 Agustus 2018 Pukul 22.15 WIB, dari

http://www.npslawoffice.com/overmacht-dalam-perikatan/ 25

Arif Wisnu Wardana, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht dalam Perjanjian

Mudharabah….”, (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Indonesia, 2017), h., 38.

Page 41: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

30

Hal seperti ini memperbolehkan ia melanggarkan sesuatu yang

diharamkan dengan batas batas tertentu.

b. Abu Bakar Al Jashas, mengatakan “Makna Dharar disini adalah

ketakutan seseorang pada bahaya yang mengancam nyawanya atau

sebagian anggota badannya karena ia tidak makan.”

c. Menurut Ad Dardiri, “Dharar ialah menjaga diri dari kematian atau

dari kesusahan yang teramat sangat”.

d. Menurut sebagian ulama dari Madzhab Maliki, “Dharar ialah

mengkhawatirkan diri dari kematian berdasarkan keyakinan atau

hanya sekedar dugaan.”

e. Menurut Asy Suyuti, “Dharar adalah posisi seseorang pada sebuah

batas dimana kalau ia tidak mengkonsumsi sesuatu yang dilarang

maka ia akan binasa atau nyaris binasa.

Jadi, Dharar disini menjaga jiwa dari kehancuran atau posisi yang

sangat mudharat sekali, maka dalam keadaan seperti ini kemudaratan itu

membolehkan sesuatu yang dilarang. Berdasarkan pendapat para ulama di

atas dapat diambil kesimpulan bahwa Dharar adalah kesulitan yang sangat

menentukan eksistensi manusia, karena jika ia tidak diselesaikan maka

akan mengancam agama, jiwa, nasab, harta serta kehormatan manusia.

2. Dasar Hukum Force Majeure dalam Hukum Perjanjian Islam

A. Pengaturan Force Majeure menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an Surat Al- Baqarah (ayat) 280, yang berbunyi :

ر لكم إن قوا خي وإن كان ذو عسرة ف نظرة إل ميسرة وأن تصد

تم ت علمون كن Artinya : "Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."

Page 42: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

31

Dari dalil yang dikemukakan di atas berkaitan dengan keadaan

terpaksa atau Overmacht dan menunjukkan bahwa hukum Islam

memiliki sifat dinamis (harakah) dalam artian tetap sesuai dengan

perkembangan zaman terutama dalam ruang lingkup muamalah.26

Al-Qur’an surat Al-Qashas ayat 77 yang berbunyi :

ار الخرة ول تنس نصيبك من الد ن يا اواب تغ فيما آتك الل الد

إليك ول ت بغ الفساد ف وأ الل إن الرض حسن كما أحسن الل

ب المفسدين ل يArtinya : “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah

dianugerahkan Allah kepadamu. Tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di

dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah

berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.

Sungguh, Allah itu tidak senang kepada orang-orang yang membuat

kerusakan.”

B. Pengaturan Force Majeure Menurut Hadist

Merujuk kepada hadits Imam al-Bukhari ra. “ Barangsiapa yang

memudharatkan (orang lain), maka Allah akan memudharatkannya, dan

barang siapa yang meyusahkan (orang lain). Maka Allah

menyusahkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)27

“Kalau kamu menagih seseorang yang sedang kesulitan, maka

bebaskanlah utangnya, semoga Allah juga kelak akan membebaskan

kita (dari dosa-dosa kita). Maka ketika ia berjumpa dengan Allah, maka

Allah pun benar-benar membebaskannya.” (HR. Al Bukhari dan

Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

26

Rezki Amelia Hardiningtias, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht dalam

Perjanjian Borongan”, (Surabaya: Skripsi UIN Sunan Ampel, 2014) h., 23. 27

Muliadi kurdi, Ushul Fiqh Sebuah Pengenalan Awal, (Aceh: Lembaga Naskah Aceh

(NASA), 2015), h., 393.

Page 43: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

32

ي وم القيامة ت هت ظل عر من انظر معسرااووضع له اظله اللي وم ل ظل ال ظله شه

Artinya: “Barang siapa yang mau memberi tangguhan kepada orang yang

sedang kesulitan atau bahkan membebaskannya, maka Allah akan

menaunginya di bawah naungan „Arsy-Nya di hari tiada naungan selain

naungan-Nya.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu

anhu dan dishahihkan Al Albani dalam Shahihut Targhib no. 909)28

3. Macam-Macam Force Majeure Menurut Hukum Islam

A. Force Majeure Absolut

Karakterisitik Force Majeure yang merupakan suatu bencana atau

musibah adalah sebuah keadaan darurat yang secara hukum akan

berimplikasi kepada munculnya berbagai aturan untuk menghilangkan

ataupun setidaknya mengurangi kondisi darurat tersebut. Seorang

pengusaha misalnya dilarang keras untuk menimbun kebutuhan

makanan pokok karena tindakan tersebut dapat menimbulkan

kemudaratan yang besar bagi masyarakat. Begitu pula dalam hal Force

Majeure ini misalnya, seorang kreditur tidak layak membebankan

debitur yang tertimpa musibah berat dengan beban yang sama saat

debitur belum mengalami musibah itu. Bahkan jika dianggap perlu,

kontrak dapat dibatalkan untuk menghilangkan beban tambahan bagi

debitur dalam keadaan darurat tersebut. Kaidah dibawah ini cocok

digunakan pada Force Majeure kategori absolut dimana kontrak tidak

mungkin dilanjutkan kembali.

Artinya :“Kerugian harus dihilangkan.”

28

Ceisa Sandrina Pranindira, ”Analisis Penyelesaian Force Majeure dalam Produk

Pembiayaan Pada Bank Syariah”, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2016), h., 27.

Page 44: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

33

Konsepsi kaidah ini memberikan pengertian bahwa manusia harus

dijauhkan dari idhrar (tindakan menyakiti), baik oleh dirinya sendiri

maupun oleh orang lain, dan tidak semestinyaia menimbulkan bahaya

(menyakiti) bagi orang lain.29

B. Force Majeure Relatif

Sementara itu, untuk Force Majeure kategori relatif, dimana

pelaksanaan isi kontrak sebenarnya masih dapat dilakukan walaupun

akan sangat menyulitkan, maka dalam hal ini kaidah kaidah dibawah ini

lebih tepat. Makna kaidah tersebut adalah bahwa jika terjadi suatu

kondisi yang menyulitkan dimana pelaksanaan sebuah hukum lebih

berat dan menyulitkan dibandingkan kebiasaan, maka syariah akan

memberikan keringanan sehingga seorang mukalaf dapat melaksanakan

hukum tersebut tanpa kesukaran. Misalnya seorang muslim yang

sedang dalam perjalanan boleh melaksanakan salat dengan cara qasar

atau jamak. Adapun dalam hal Force Majeure ini misalnya, jika terjadi

suatu hal yang menyebabkan debitur kesulitan memenuhi prestasi

sebagaimana biasanya, maka harus ada keringanan semacam

perpanjangan jangka waktu atau yang sejenisnya.

Artinya :“Kesukaran mendatangkan kelonggaran”.

Adapun penjelasan makna kaidah diatas secara bahasa al-

masyaqqat berarti al-ta’b (kelelahan, kepenatan, dan keletihan),

sedangkan arti terminologi kata al-taysir adalah al-subulat (gampang,

mudah, dan ringan), dan al-lunuyat (lunak, halus, dan ramah).

Adapun makna secara terminologi kaidah diatas adalah hukum

yang praktiknya menyulitkan mukallaf; dan pada diri dan sekitarnya

terdapat kesulitan, maka syari’at meriangkannya sehingga beban

29

Nashr Farid, Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawaid

Fiqhiyyah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h., 17.

Page 45: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

34

tersebut berada dibawah kemampuan mukallaf tanpa kesulitan dan

kesusahan.30

Force Majeure merupakan keadaan darurat sekaligus menyulitkan

sehingga dapat dikaitkan dengan kaidah yang lebih khusus lagi,

sebagaimana dalil yang dipakai oleh teori keadaan yang memberatkan

(masyaqqah) dalam hukum Islam. Dasar hukum dari konsep keadaan

yang memberatkan ini adalah kaidah fikih sebagai berikut:

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Force Majeure

dipandang dari perspektif kaidah fikih telah memenuhi nilai-nilai yang

diinginkan dalam kaidah kaidah tersebut.31

4. Force Majeure Al-Jawa’ih

Teori al-Jawa’ih terdapat dalam akad Jual beli salam. Akad salam

adalah transaksi jual-beli barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli

sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang disepakati, dimana

waktu penyerahan barang dilakukan di kemudian hari sementara

penyerahan uang dibayarkan dimuka (secara tunai). Dalam hal apabila

komoditas yang ditransaksikan berupa buah ataupun hasil pertanian

lainnya, apabila buah dan hasil pertanian tersebut sudah terlihat matangnya

maka sudah boleh diperjual-belikan dengan sistem salam, dimana pembeli

membayar terlebih dahulu sedangkan barang diserahkan penjual setelah ia

menjadi matang sempurna.32

Namun, apabila pada masa pematangan tersebut terjadi bencana

(ja’ihah) di luar kekuasaan kedua belah pihak sehingga buah ataupun hasil

pertanian yang diperjualbelikan menjadi rusak sebagian ataupun

30

Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Sejarah dan Kaidah Asasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002), h., 139. 31

M. Rifqi Hidayat, “Analisis Hukum Kontrak Syariah Terhadap Klausul Force Majeure

dalam Akad Murabahah”, (Banjarmasi: Tesis UIN Antasari, 2015), h., 104. 32

Muhammad Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, “Tinjauan Hukum Kontrak Syariah

Terhadap Ketentuan Force Majeure dalam Hukum Perdata”, Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan

Pemikiran, Vol. !7, No. 1, (Juni: 2017), h., 39.

Page 46: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

35

keseluruhan, maka kerugian akan ditanggung oleh penjual. Ketentuan

tentang al-Jawa’ih ini didasarkan kepada hadis yang berbunyi:

لوبعت من اخيك ثرا فأصا صلى الل عليه وسلم: قال رصول الل ئا ل لك أن تأ خذمنه شي ب تخذمال أخيك ب ته جائحة,فلي

ى؟ بغيحقArtinya :“ Jika engkau menjual buah kepada saudaramu, lalu terkena bencana,

maka tidak halal bagimu mengambil sesuatu pun darinya. Dengan (imbalan) apa

engkau mengambil harta saudaramu dengan tanpa hak?”33

Berdasarkan teori tentang alJawa’ih tersebut, maka dapat terlihat

kontradiksi diantara keduanya. Yaitu bahwa dalam al-Jawa’ih, penjual

selaku debitur lah yang bertanggung jawab, kewajiban pembeli hanyalah

membayar harga yang telah dikurangi dari akad awal sesuai dengan

kerusakan yang terjadi pada objek akibat bencana tersebut. Sedangkan

dalam Force Majeure, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1244 dan

1245 KUH Perdata, debitur tidak dapat dimintai pertanggung jawaban dan

tidak dapat dianggap wanprestasi. Kewajiban debitur untuk menunaikan

prestasi telah gugur sehingga kreditur tidak berhak lagi menuntutnya.

33

Imam Muslim, Shahih Muslim, Vol. III, (Beyrouth: Dar al-Fikr, 1993), h., 33.

Page 47: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

36

BAB III

FORCE MAJEURE DALAM PUTUSAN PENGADILAN

A. Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks

1. Deskripsi Perkara

Pada hari Jumat tanggal 27-11-2013 Hajjah Andi Syamsiar. bertempat

tinggal di BTN Citra Daya Permai 1 Blok B. 7/1. Kelurahan Sudiang

Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar mengadakan perikatan

(akad pembiayaan murabahah1) dengan Perseroan Terbatas PT. Bank BNI

Syariah, yang bertempat di jalan Perintis Kemerdekaan Ruko Daya Nomor

8, Kelurahan Daya, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar di hadapan

Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, Sarjana Hukum, berkedudukan di

Kota Makassar.

Hajjah Andi Syamsiar, dalam perjanjian tersebut menjaminkan kepada

PT. Bank BNI Syariah, yaitu agunan sebidang tanah yang berdiri di atas

Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 23251/Sudiang Raya, sebagaimana

diuraikan dalam Surat Ukur, tertanggal 18-06-2007, Nomor 04314/2007,

seluas 217 m2 (dua ratus tujuh belas meter persegi), Nomor Identifikasi

Bidang Tanah (NIB) : 20.01.11.06.3.2325), yang diterbitkan oleh Kantor

Pertanahan Kota Makassar tertanggal 24-07-2007, Sertipikat mana terakhir

terdaftar atas nama Hajjah Andi Syamsiar.

Dalam perikatan tersebut Hajjah Andi Syamsiar mendapatkan realisasi

pembiayaan (harga perolehan) dari PT. Bank BNI Syariah Rp

200.000.000,00. (dua ratus juta rupiah), total pengembalian angsur (bi

tsaman ajil) kepada Tergugat sebesar Rp 344.000.000,00. (tiga ratus empat

puluh empat juta rupiah), maka harga keuntungan (marjin) PT. Bank BNI

1 Akad Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya

kepada pembeli dan pembeli membayamya dengan harga yang lebih sebagai laba.

Page 48: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

37

Syariah sebesar Rp 144.000.000,00. (seratus empat puluh empat juta

rupiah).2

Jangka waktu pelunasan pembiayaan kepada PT. Bank BNI Syariah

dilakukan secara angsuran dengan jangka waktu pembayaran 60 (enam

puluh) bulan, terhitung sejak 27-11-2013 sampai dengan 26-11-2018.

maka keharusan Hajjah Andi Syamsiar melakukan pembayaran angsuran

sebesar Rp 5.735.833,00. (lima juta tujuh ratus tiga puluh lima delapan

ratus tiga puluh tiga rupiah) setiap bulannya, waktu mana ditetapkan

paling lambat tanggal 25 setiap bulannya dimulai sejak bulan Desember

2013. Hal mana pembayaran angsuran dilakukan dengan pemindah bukuan

via rekening nomor 0319370969 (Bank BNI Syariah Mikro Veteran

Makassar) atas nama Hajjah Andi Syamsiar.3

Pada bulan Agustus tahun 2014 usaha Klinik Herbal Hajjah Andi

Syamsiar mulai menurun, karena Hajjah Andi Syamsiar merasa para

pelanggan beralih menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) yang ditetapkan pemerintah pada tanggal 18 Januari 2013.

Hajjah Andi Syamsiar mengalami kerugian yaitu stock barang/herbal

mengalami kerusakan (kadaluarsa). segala upaya telah dilakukan oleh

Hajjah Andi Syamsiar untuk menyelamatkan usahanya. Namun Hajjah

Andi Syamsiar hanya dapat melakukan pembayaran angsuran berjalan

secara lancar sampai dengan bulan Juli tahun 2014.

Pada tanggal 9 Januari 2015 Hajjah Andi Syamsiar mendapatkan surat

teguran keras (somasi) dari PT. Bank BNI Syariah untuk segera melunasi

kewajiban angsuran/total tunggakan selama empat bulan sebesar Rp

16.321.203,00 (enam belas juta tiga ratus dua puluh satu ribu dua ratus tiga

rupiah), itikad baik Hajjah Andi Syamsiar untuk melunasi tunggakannya

tanggal 25 Februari 2015 (setoran tunai tertanggal 25 Februari 2015

2 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 2. 3 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Maassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 3.

Page 49: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

38

sebesar Rp16.365.000,00.(enam belas juta tiga ratus enam puluh lima ribu

rupiah).

Selanjutnya Penggugat mendapatkan lagi peringatan-peringatan dari

PT. Bank BNI Syariah secara tertulis; tertanggal 4 Juni 2015 Perihal Surat

Peringatan I tunggakan sebesar Rp17.095.358,00.(tujuh belas juta

sembilan lima ribu tiga ratus lima puluh delapan rupiah), tertanggal 12

Juni 2015 Perihal Surat Peringatan II tunggakan menjadi sebesar Rp

22.828.689,00.(dua puluh dua juta delapan ratus dua puluh delapan ribu

enam ratus delapan puluh sembilan rupiah), tertanggal 23 Juni 2015

Perihal Surat Peringatan III mengharuskan penyelesaian/melunasi seluruh

kewajiban (total) Rp 192.336.525,00.(seratus sembilan puluh dua juta tiga

ratus tiga puluh enam ribu lima ratus dua puluh lima rupiah).4

Hajjah Andi Syamsiar masih dapat membayar sebahagian tunggakan

sebagaimana tercantum pada somasi peringatan peringatan tersebut dengan

setoran tunai tertanggal 16/06/2015 Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah)

dan tertanggal 31/07/2015 Rp100.000,00. (seratus ribu rupiah).

Sebelumnya Hajjah Andi Syamsiar telah mengajukan Surat kepada

PT. Bank BNI Syariah perihal pembebasan kewajiban hutang, tertanggal

23 Desember 2014, tertanggal 7 Februari 2015, tertanggal 10 Februari

2015, tertanggal 29 Juli 2015, pada inti permohonannya agar seluruh

kewajiban atas beban hutang dibebaskan dengan dasar alasan usaha

Penggugat tergolong peristiwa sebagai keadaan memaksa (force majeure)

sesuai bunyi Pasal 17 tertuang di akad Pembiayaan Murabahah yang

dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, Sarjana

Hukum, dengan akte nomor 103 yang disepakati bersama.5

Meskipun Hajjah Andi Syamsiar sudah berupaya memenuhi

kewajiban dengan meminta petunjuk, saran, arahan serta pembinaan dari

4 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Maassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 4. 5 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Maassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 5.

Page 50: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

39

pihak PT. Bank BNI Syariah dan meminta restrukturisasi/perubahan

schedule dengan pembayaran separuh dari gaji Penggugat sebagai pegawai

negeri. Namun pihak PT. Bank BNI Syariah hanya mengarahkan dan

menunjukkan beberapa bank lain untuk meng-take over pinjaman

Penggugat dan memaksa melunasi kewajiban.

Akan tetapi PT. Bank BNI Syariah tetap mengirimkan perihal Surat

Pemberitahuan jadwal Lelang hari Rabu, tanggal 23 Desember 2015 dari

Turut PT. Bank BNI Syariah kepada Hajjah Andi Syamsiar, S.K.M.,

M.Kes. binti A. Ilyas. Terlampir lembaran Pengumuman Lelang I (dengan

limit lelang Rp 312.600.000,00.(tiga ratus dua belas juta enam ratus ribu

rupiah), uang jaminan Rp 63.000.000,00.(enam puluh tiga ribu ribu juta

rupiah.

2. Pertimbangan Hukum Hakim

Pokok sengketa perkara ekonomi syariah tersebut, yang menjadi

permasalahan hukum ialah:6 (a) apakah benar dan terbukti secara sah dalil-

dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad), karena

bermaksud melelang objek hak tanggungan sementara Penggugat dalam

kondisi force mayeur; (b) Apakah benar dan terbukti secara sah dalil-dalil

Tergugat yang menyatakan Penggugat telah melakukan wanprestasi

(mukhalafatus syuruth).

Dalam menemukan hukum atas permasalahan tersebut, majelis Hakim

Pengadilan Agama Makassar telah memeriksa keseluruhan dalil-dalil

gugatan dan jawaban, demikian juga surat-surat bukti yang diajukan dan

tanggapan masing-masing atas surat-surat bukti para pihak.

Di antara keseluruhan dalil Penggugat dan Tergugat, yang menjadi

dasar pertimbangan pokok untuk memutus perkara ini ialah Akad

Pembiayaan Murabahah yang dibuat oleh kedua belah pihak, meskipun

6 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Maassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 58.

Page 51: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

40

demikian majelis hakim tetap mempertimbangkan keseluruhan alasan

hukum yang diajukan, karena pengadilan memeriksa dan mengadili

perkara demi keadilan, atau tidak sekedar menjadi corong Undang-

Undang.

Terkait isi petitutum Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang

dilakukan Tergugat menurut Penggugat, dalam hal ini Majelis Hakim

mengkaji suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) adalah

kondisi objektif yang dalam perspektif hukum perdata berdasar pada

ketentuan Pasal 1365 BW. memuat persyaratan sebagai berikut : “Setiap

perbuatan melawan hukum yang oleh karenanya menimbulkan kerugian

pada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya

menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian”.7

Menurut teori hukum, perbuatan melawan hukum harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

a. Perbuatan yang melawan hukum yaitu suatu perbuatan yang

melanggar hak subjektif orang lain atau yang bertentangan dengan

kewajiban hukum dari si pembuat sendiri yang telah diatur dalam

undang-undang. Dengan perkataan lain melawan hukum ditafsirkan

sebagai melawan undang-undang.

b. Harus ada kesalahan, baik yang dapat diukur secara objektif (pelaku

adalah orang yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum)

maupun subjektif (pelaku dapat mengetahui akibat-akibat dari

perbuatannya)

c. Harus ada kerugian yang ditimbulkan, baik dalam bentuk kerugian

materil maupun moril. Menimbang, bahwa menjadi pertanyaan: siapa

sebenarnya yang tertimpa kerugian dalam kasus ini, apakah pihak

Penggugat yang tidak melakukan pembayaran angsuran hutang

sebagaimana mestinya, atau pihak Tergugat yang telah memberikan

pinjaman atas permohonan Penggugat sebagai Nasabah.

7 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Maassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 59.

Page 52: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

41

Melihat beberapa teori yang ada Majelis Hakim menganggap

melakukan pelelangan terhadap Penggugat yang dilakukan Tergugat

tersebut merupakan bukan sebagai perbuatan melawan hukum, justru

sebaliknya tindakan Tergugat tersebut adalah berdasar hukum yaitu

menjalankan ketentuan Pasal 14 dan Pasal 15 Akad Pembiayaan

Murabahah yang telah telah menjadi disepakati bersama. Kemudian

daripada itu yang menanggung beban kerugian dalam perkara ini ialah

Tergugat, karena Penggugat tidak melaksanakan ketentuan Pasal 14 huruf

(a) Akad Pembiayaan Murabahah.8

Adapun isi petitum gugatan penggugat yaitu permohonan kepada

Majelis Hakim untuk membebaskan penggugat dari seluruh kewajiban

pembayaran pembiayaan murabahah karena terjadinya keadaan memaksa

(force mayeur), sedangkan dalam pertimbangannya Majelis Hakim

menyatakan “Force mayeur merupakan kondisi objektif yang harus dapat

dibuktikan dengan fakta hukum. Sehingga seseorang menurut hukum,

tidak dibenarkan menyatakan diri berada dalam kondisi force mayeur

tanpa fakta hukum tersebut”.9

Melihat fakta hukum yang dimaksud adalah suatu keadaan bahaya

yang berlangsung secara massif, atau menurut keterangan resmi otoritas

yang berwenang menyatakan telah terjadi kondisi force mayeur. Sehingga

menurut Majelis Hakim kondisi force mayeur yang dialami penggugat

hanyalah sebatas alasan, bukan keadaan memaksa yang sesungguhnya,

sehingga dengan demikian menurut hukum objek hak tanggungan

sebagaimana tersebut dalam Akta Pembiyaan Murabahah, dapat dijual

lelang oleh Tergugat untuk menutupi kelalaian Penggugat menjalankan

kewajibannya.

Di dalam Akad Pembiayaan Murabahah tersebut tidak terdapat suatu

klausula perjanjian yang memuat ketentuan jika usaha Penggugat

8 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 60. 9 Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 62.

Page 53: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

42

mengalami kerugian atau hal lain di luar kekuasaan Penggugat, maka

Penggugat dapat dibebaskan demi hukum dari seluruh kewajiban.10

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1253 KUHPerdata yang menyatakan

suatu perikatan adalah bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa

yang mungkin terjadi dan memang belum terjadi, baik dengan cara

menangguhkan berlakunya perikatan itu sampai terjadinya peristiwa itu,

maupun dengan cara membatalkan perikatan itu, tergantung pada terjadi

tidaknya peristiwa itu.11

Dalam hal terjadinya wanprestasi oleh Penggugat, maka ketentuan

yang berlaku ialah Pasal 13 yakni : Menyimpang dari jangka waktu yang

telah ditentukan dalam akad ini, Bank dapat mengakhiri jangka waktu

pembiayaan dengan mengenyampingkan ketentuan Pasal 1266 dan 1267

KUHPerdata, sehingga Nasabah wajib membayar seketika dan sekaligus

seluruh hutangnya dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh Bank

kepada Nasabah, apabila Nasabah dinyatakan cidera janji (wanprestasi).

Terkait petitum gugatan agar Tergugat mengembalikan hak agunan,

bahwa terhadap agunan tanah berikut bangunan rumah, dengan SHGB No.

23251 yang terletak di Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya,

Kota Makassar; dengan nilai tanggungan peringkat I sebesar Rp

250.000.000, terikat dengan Sertipikat Hak Tanggungan No. 11553 / 2013,

sehingga tidak terdapat alasan hukum untuk mengembalikan agunan

tersebut, sebelum Penggugat menjalankan kewajiban sebagaimana tersebut

dalam Akad.12

Proses pelelangan atas objek hak tanggungan dinyatakan tidak

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat menurut penggugat, hanya

saja menurut pandangan Majelis Hakim apabila syarat dan ketentuan

pelelangan telah memenuhi ketentuan perundang-undangan, maka

10

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 63. 11

Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1253 BW. 12

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 64.

Page 54: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

43

pelelangan dimaksud adalah sah dan mengikat sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 14 tahun 1996 Pasal 21 yang menyatakan “Apabila

pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit/cidera janji, pemegang Hak

Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehya dari

perjanjian ini ataupun Undang-Undang ini.13

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka majelis hakim

mengambil kesimpulan:

a. Gugatan Penggugat tentang terjadinya perbuatan melawan hukum

(onrechmatige daad) oleh Tergugat, adalah tidak terbukti.

b. Alasan hukum Penggugat (legal standing) yang menyatakan dirinya

dalam kondisi force mayeur adalah tidak terbukti.

c. Jawaban Tergugat yang menyatakan Penggugat telah melakukan

wanprestasi, adalah terbukti, karena Penggugat menunggak

pembayaran kewajibannya terhadap Tergugat terhitung sejak bulan

September 2015.

3. Amar Putusan Hakim

Pengadilan Agama Makassar perkara ekonomi syariah pada tingkat

pertama dengan Nomor Perkara 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks telah

menjatuhkan putusan dalam perkara atas nama Penguggat Hajjah Andi

Syamsiar, S.K.M., M.Kes. binti A. Ilyas bertempat tinggal di BTN Citra

Daya Permai 1 Blok B. 7/1. Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan

Biringkanaya, Kota Makassar dengan Tergugat Perseroan Terbatas PT.

Bank BNI Syariah, yang bertempat di jalan Perintis Kemerdekaan Ruko

Daya Nomor 8, Kelurahan Daya, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar

di hadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, Sarjana Hukum,

berkedudukan di Kota Makassar.14

13

Lihat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1996 Pasal 21 tentang Pemberian Hak

Tanggungan. 14

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 1.

Page 55: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

44

Pengadilan Agama Makassar setelah mempelajari berkas perkara,

setelah memperhatikan barang bukti yang diajukan dalam persidangan,

setelah mendengar keterangan saksi-saki, keterangan para penguggat

maupun tergugat dengan menyatakan dalam perjanjian akad murabahah

nomor xxxx tidak dapat dikatakan sebagai keadaan memaksa (force

majeure) disebabkan karena penggugat tidak dapat menyertakan surat-

surat dan bukti yang kongkret tentang terjadinya kondisi force majeure.

Sehingga Majelis Hakim menyatakan keadaan force majeure penggugat

tersebut hanyalah sebatas alasan untuk dibebaskan dari pembiayaan

murabahah Nomor xxxx.15

Dalam pokok perkara yang terjadi sebaliknya yaitu penggugat terbukti

telah melakukan wanprestasi karena Penggugat menunggak pembayaran

kewajibannya terhadap Tergugat terhitung sejak bulan September 2015,

maka dalam hal ini penggugat dinyatakan sebagai pihak yang kalah.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 192 ayat (1) R.Bg yang menyatakan

penggugat sebagai pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya

perkara. Oleh karena itu Majelis Hakim menghukum penguggat untuk

membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan, yang dalam hal

ini berjumlah Rp 881.000,00 (delapan ratus delapan satu ribu rupiah).16

B. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Nomor 14/Pdt.Sus-

PHI/2014/PN.Pal

1. Deskripsi Perkara

Perkara antara penggugat I berkedudukan sebagai karyawan PT

Kumala Mining yaitu Idrus Awali yang bertempat tinggal di Desa

Salabenda, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai serta Penggugat II yang

berkedudukan sebagai Karyawan PT. Kumala Mining yaitu Tasman. B

yang bertempat tinggal di Desa Hiong, Kecamatan Nuhon, Kabupaten

15

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 62. 16

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 65.

Page 56: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

45

Banggai. Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Felicius Manurung, SH

yang beralamat dan berkantor di Jl. Setia Budi Lrg. Delima No. 19 B Palu,

Melawan PT Kumala Mining yang beralamat di jalan Koridor Nikel

Bunta, Kec. Bunta Kab. Banggai dan selajutnya disebut Tergugat.17

Para Penggugat merupakan karyawan permanen Tergugat yang

bergerak dibidang Tambang dengan penerimaan upah dari Tergugat

berkisar Rp 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) sampai Rp 6.000.000,-

(enam juta rupiah) . Sengketa timbul bermula pada bulan Desember 2013,

ketika terbit surat tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap

seluruh karyawan PT . Kumala Mining oleh pihak Tergugat.18

Ketika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja ini pada prinsipnya Para

penggugat dapat menerima, namun pada saat pelaksanaan pembayaran

pesangon dan hak-hak normatif buruh, ternyata tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, Penggugat pun mencoba

melakukan perundingan dengan pihak Tergugat berkaitan dengan

pembayaran pesangon dan hak-hak lainnya namun tetap tidak ada

kesepakatan, karena tidak adanya kesepakatan tersebut maka para

Penggugat mengadukan permasalahan perselisihan ini ke Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi yang bertanggung jawab di bidang

Ketenagakerjaan.

Pada tanggal 28 Januari 2014, tanggal 07 Pebruari 2014, tanggal 17

Pebruari 2014 dan tanggal 28 Mei 2014 baik penggugat maupun tergugat

dipanggil secara layak oleh pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

untuk melakukan mediasi oleh Mediator Hubungan Industrial Propinsi

Sulawesi Tengah namun masih tidak tercapai kesepakatan. Oleh karena itu

penggugat mencoba mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan

Industrial Kota Palu, Dalam hal ini para Penggugat menuntut hak-hak

17

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 1. 18

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 2.

Page 57: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

46

normatif yang harus dibayarkan oleh tergugat kepada para penggugat

sesuai dengan ketentuan Undang-Undangan Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.19

Akan tetapi, dalam bantahannya, Tergugat memaknai bahwa

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap seluruh karyawannya di

karenakan terbitnya Peraturan Menteri dan Sumber Daya Mineral Nomor

07 tahun 2012 tanggal 06 Februari 2012 jo. Surat Dari Menteri

Perdagangan RI Nomor 04/M-Dag/ED/12/2013 tertanggal 09 Desember

2013 yang berbunyi yang dapat dikatagorikan sebagai bentuk ”force

majeure”.20

Melihat perkembangan ilmu hukum saat kini kalimat atau kata force

majeure tidaklah dapat diartikan semata-mata hanya karena perusahaan

mengalami bencana alam, kebakaran, huru hara. Tetapi memaknai lebih

lanjut semestinya keluarnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral No. 07 Tahun 2012 tanggal 06 Februari 2012 Jo. Surat dari 2013

seyogyanya dipandang pula merupakan bahagian dari arti force majeure.

Dalam mendukung alasan force majeure tersebut Tergugat mengutip

doktrin Rahmat, S.S Soemadipraja dalam bukunya yang berjudul

Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa yang menuliskan Force

majeure berdasarkan penyebab, yaitu suatu keadaan memaksa yang

disebabkan oleh karena sesuatu keadaan dimana terjadi perubahan

kebijakan pemerintah atau hapus dan atau dikeluarkannya kebijakan yang

baru yang mana berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung.

Misalnya dengan dikelauarkannya atau diterbitkannya suatu peraturan

pemerintah.21

Adapun akibat langsung atas peristiwa atau kejadian terhadap suatu

kontrak dapat dikategorikan sebagai force majeure, terdapat dua macam

19

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 3. 20

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 7. 21

Rahmat S.S Soemadipraja Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial

Palu Nomor 14/Pdt. Sus-PHI/2014/PN Pal, h., 8.

Page 58: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

47

teori kausalitas yakni: Teori Conditio Sine Qua Non yaitu setiap peristiwa

adalah penting dan menyebabkan akibat, sedangkan Teori Adequate force

majeure adalah suatu peristiwa berdasarkan pikiran orang yang noormal

tidak dapat menduga terjadinya suatu peristiwa yang dikategorikan sebagai

force majeure atau overmacht pada saat dibuatnya perjanjian.22

Keluarnya Peraturan Menteri No. 7/2012 tersebut mengakibatkan

perusahaan tidak dapat mengeksepor nikel ke luar negeri seperti saat

sebelum dibuatnya kontrak dengan karyawan. Sehingga dengan

sedemikian kondisi keuangan perusahaan yang berhenti akibat Peraturan

Menteri tersebut tentu tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan masuk ke

dalam kategori force majeure relatif. Di sisi lain tentu tidak sesuai pula

dengan asas Kepatutan manakala karyawan tetap meminta haknya kepada

perusahaan saat kondisi perusahaan sedang goyah karena dikeluarkannya

peraturan Menteri tersebut. Oleh karena itu dalam peristiwa ini tergugat

merasa telah memberikan hak penggugat sesuai undang-undang berkaitan

peristiwa tidak terduga.

Mengedepankan sebagaimana teori Inspanning atau teori usaha yang

diutarakan oleh J.F.Houwing, Perusahaan tidak dapat diminta

pertanggungjawaban atas prestasinya, manakala perusahaan atau debitur

tidak dapat menyerahkan prestasinya tersebut dikarenakan suatu peristiwa

force majeure atau overmacht. Sedangkan dalam hal ini debitur atau

perusahaan dapat membuktikan bahwa ia telah berusaha semaksimal

mungkin, namun tidak terlepas dari situasi overmacht relative tersebut.

2. Pertimbangan Hukum Hakim

Penggugat dalam perkara tersebut mendalilkan di dalam gugatannya

bahwasannya Tergugat telah melakukan PHK terhadap seluruh karyawan

PT. Kumala Mining yang mengakibatkan para Penggugat mengalami PHK

tanpa diberikan pesangon dan hak-hak lainnya yang seharusnya diterima

22

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 9.

Page 59: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

48

berdasarkan ketentuan pasal 164 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003.23

Tergugatpun di dalam jawabannya tidak secara kongkrit membantah

telah melakukan PHK, Tergugat tanpaknya hanya berbeda pandangan

dengan para Penggugat mengenai Force Majeur sebagai alasan Pemutusan

Hubungan Kerja dan Tergugat menyatakan pernah memberikan uang

pesangon kepada para Penggugat sesuai Pasal 156 (2) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003, dengan demikian Majelis Hakim akan

mempertimbangkan mengenai Force Majeur dan pembayaran kompensasi

PHK sebagai berikut.

Setelah menelaah seluruh isi gugutan para Penggugat dan tanggapan

Tergugat serta meneliti bukti-bukti yang diajukan kedua belah pihak, maka

persoalan yang paling pokok dan fundamental harus dipertimbangkan

sesuai dengan petitum para Penggugat adalah :

(a) Apakah Tergugat dalam kondisi Force Majeure?

(b) Apakah pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat

kepada Para Penggugat berdasar hukum?24

Melihat pendapat para ahli yang diajukan Tergugat Prof. Abrar Saleng

antara lain telah mengemukakan sebagai berikut : Keadaan Force Majeur

tidak hanya dapat disebabkan oleh tindakan alam tetapi juga karena adanya

regulasi. Dengan keluarnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral Nomor 07 Tahun 2012 dan Nomor 20 Tahun 2013 serta Surat

Edaran Menteri Perdagangan RI No. 04/M.Dag/ED/12/2013, maka

perusahaan tambang PT. Kuala Mining berada dalam keadaan Force

Majeure.25

Sedangkan jika melihat para ahli yang diajukan oleh penggugat adalah

mediator dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

23

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 20. 24

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 19. 25

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 20.

Page 60: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

49

Tengah yang pada pokoknya hanya megemukakan pendapatnya

berdasarkan ketentuan pasal 164 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 bahwa PHK yang terjadi adalah karena efisiensi dimana

kelihatannya perusahaan tidak tutup, padahal jika mencermati putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-IX/2011 jelas bahwa efisiensi tanpa

penutupan perusahaan tidak dapat dijadikan alasan melakukan PHK.

Berdasarkan uraian di atas majelis hakim membuat pertimbangan

bahwasannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Republik

Indonesia No. 07 tahun 2012 dan No. 20 tahun 2013, yang secara yuridis

membuktikan adanya larangan kepada pengusaha tambang untuk

melakukan ekspor bahan mentah mineral yang mengakibatkan Tergugat

sangat kesulitan berproduksi dan melakukan ekspor biji mineral. Dengan

demikian Majelis Hakim berpendapat berdasarkan hukum Tergugat

melakukan PHK terhadap para penggugat dengan alasan mengalami Force

Majeure.26

Hanya saja Hakim berpandangan sesuai ketentuan pasal 156 (1)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang mengamanatkan bahwa:

Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha diwajibkan

membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang

penggantian hak yang seharusnya diterima. Dikarenakan prakarsa PHK

berasal dari Tergugat dan berdasarkan sesuai ketentuan pasal 156 ayat (1)

di atas serta demi pertimbangan keadilan, maka meskipun Tergugat dalam

keadaan Force Majeure sewaktu melakukan PHK maka sepatutnya

Tergugat masih tetap diwajibkan untuk membayar uang kompensasi atas

Pemutusan Hubungan Kerja tersebut.27

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Majelis Hakim

berpendirian bahwa uang kompensasi yang harus diterima oleh para

Penggugat sebagaimana dimaksud dalam pasal 164 (1) yaitu memperoleh

26

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 21. 27

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 22.

Page 61: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

50

uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 (2) dan uang

penggantian hak sebesar 15% dari pesangon setelah dikurangkan dengan

uang pesangon yang sudah diterima.

3. Amar Putusan Hakim

Berdasarkan uraian di atas serta melihat fakta-fakta hukum yang

terjadi majelis hakim membuat amar putusan yang menyatakan

berdasarkan fakta dan bukti berupa Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Alam Republik Indonesia No. 07 tahun 2012 dan No. 20 tahun 2013,

secara yuridis dapat membuktikan adanya larangan kepada pengusaha

tambang untuk melakukan ekspor bahan mentah mineral yang

mengakibatkan Tergugat sangat kesulitan berproduksi dan melakukan

ekspor biji mineral. Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat

berdasarkan hukum Tergugat melakukan PHK terhadap para penggugat

dengan alasan mengalami Force Majeure.28

Dalam menentukan kompensasi majelis hakim memutuskan

bahwasannya besarnya kompensasi yang harus diterima oleh para

pengugat berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku dan

berdasarkan pemutusan hubungan kerja dengan alasan Force Majeure

yang diatur dalam Pasal 164 (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan yang mengamanatkan bahwa:29

“Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap

pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan

mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau

keadaan memaksa dengan ketentuan pekerja atau buruh berhak atas uang

pesangon sebesar 1 (satu) kali, sesuai Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan

masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang

penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Serta uang

penggantian hak sebesar 15% dari pesangon setelah dikurangkan dengan

uang pesangon yang sudah diterima.”

28

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 21. 29

Lihat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 164 (1) tentang Ketenagakerjaan

Page 62: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

51

Sedangkan pembayaran uang cuti, uang efisiensi dan tunjangan hari

raya tidak dapat dikabulkan karena para Penggugat di depan persidangan

tidak mampu membuktikan tuntutannya tersebut.30

Berkaitan Pemutusan Hubungan Kerja karena peristiwa force majeure

dalam hal ini hakim memutuskan hubungan kerja penggugat dan tergugat

putus sejak terbitnya surat Pemutusan Hubungan Kerja dari tergugat,

karena pada prinsipnya penggugat dapat menerima Pemutusan Hubungan

Kerja yang dilakukan tergugat pada akhir bulan Desember 2013.31

30

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 23. 31

Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 25.

Page 63: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

52

BAB IV

PARADIGMA BARU TENTANG BENTUK FORCE MAJEURE

A. Kebijakan Pemerintah Sebagai Force Majeuere

Keadaan memaksa atau force majeure merupakan suatu keadaan ketika

debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditor, yang disebabkan

adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, seperti gempa bumi,

banjir, tanah longsor, dan lain-lain.1 Namun seiring perkembangan memang

keadaan memaksa tidak hanya dikonstruksikan sebagai bencana alam dan

peperangan akan tetapi berkaitan juga tentang larangan oleh hukum dalam

peraturan baru yang menyebabkan ketidakmungkinan untuk melaksanakan

perjanjian. Munculnya peraturan baru atau perubahan regulasi tersebut

merupakan hal yang terjadi di luar kehendak dan kendali dari para pihak yang

mengikatkan diri dalam perjanjian karena peraturan tersebut dikeluarkan oleh

pemerintah, sehingga hal tersebut dapat dikategorikan sebagai force majeure.

Merujuk perkara nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks, penggugat

menganggap terjadinya wanprestasi oleh penggugat diakibatkan karena

terjadinya force majeure yang sebagaimana kebijakan Peraturan Presiden

nomor 12 Tahun 2013 terkait fasilitas gratis Badan Pelayanan Jasa

Kesehatan(BPJS) mengakibatkan pada bulan Agustus tahun 2014 usaha

Klinik Penggugat mengalami penurunan, Penggugat merasa para pelanggan

beralih menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

yang ditetapkan pemerintah pada tanggal 18 Januari 2013. Penggugatpun

mengalami kerugian yaitu stock barang atau herbal mengalami kerusakan

(kadaluarsa). segala upaya telah dilakukan oleh penggugat untuk

menyelamatkan usahanya. Namun penggugat hanya dapat melakukan

pembayaran angsuran berjalan secara lancar sampai bulan Juli tahun 2014.

Majelis Hakim dalam putusan nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks

mempertimbangkan, bahwasannya dalam hal ini majelis hakim tidak dapat

membenarkan kebijakan pemerintah tersebut sebagai suatu keadaan

1 Salim dan Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih, “Perancangan Kontrak&MoU”, h. 110.

Page 64: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

53

sedangkan pemohon penggugat tidak dapat membuktikan bahwa secara tegas

kebijakan pemerintah tentang BPJS tersebut telah secara langsung

menyebabkan bankrutnya usaha pemohon penggugat, oleh karena itu dalil-

dalil gugatan pemohon penggugat tentang force majeure harus ditolak.

Sedangkan Jika melihat yurispudensi atau preseden kasus nomor perkara

14/Pdt.Sus-PHI/2014/PN.Pal, antara Penggugat I yang berkedudukan sebagai

karyawan PT Kumala Mining yaitu Idrus Awali yang bertempat tinggal di

Desa Salabenda, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai serta Penggugat II

yang berkedudukan sebagai Karyawan PT. Kumala Mining yaitu Tasman. B

yang bertempat tinggal di Desa Hiong, Kecamatan Nuhon, Kabupaten

Banggai. Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Felicius Manurung, SH

yang beralamat dan berkantor di Jl. Setia Budi Lrg. Delima No. 19 B Palu,

Melawan PT Kumala Mining yang beralamat di jalan Koridor Nikel Bunta,

Kec. Bunta Kab. Banggai dan selajutnya disebut Tergugat.2

Para Penggugat merupakan karyawan permanen Tergugat yang bergerak

dibidang Tambang. Sengketa timbul bermula pada bulan Desember 2013 ,

terbit surat tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap seluruh

karyawan PT . Kumala Mining oleh pihak Tergugat.3

Para penggugat prisnsipnya dapat menerima , namun pada saat

pelaksanaan, namun pada saat pelaksanaan pembayaran pesangon dan hak-

hak normatif buruh, ternyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sehingga para penggugat mengadukan permasalahan

ke Suku Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, sekaligus mengadukan ke

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi propinsi Sulawesi Tengah. Setelah itu

mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial Kota Palu.

Dalam bantahannya, Tergugat memaknai bahwa Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) terhadap seluruh karyawannya di karenakan terbitnya Peraturan

2 Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 1. 3 Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 2.

Page 65: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

54

Menteri dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 tahun 2012 tanggal 06 Februari

2012 jo. Surat Dari Menteri Perdagangan RI Nomor 04/M-Dag/ED/12/2013

tertanggal 09 Desember 2013 yang berbunyi yang dapat dikatagorikan

sebagai bentuk ”force majeure”.

Mengikuti perkembangan ilmu hukum saat ini, istilah hukum force

majeure tidaklah dapat diartikan semata-mata hanya karena perusahaan

mengalami bencana alam, kebakaran, huru hara, yang sifat fisiknya material,

sehingga pemaknaanya diperluas seperti diterbitkanya Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Alam No. 07 tahun 2012 jo. Surat Dari Menteri

Perdagangan RI Nomor 04/M-Dag/ED/12/2013, seyogiayanya dipandang

pula merupakan bagian dari arti force Majeure.4

Peristiwa ataupun kejadian terhadap suatu kontrak dapat dikategorikan

sebagai force majeure, terdapat dua macam teori kausalitas yakni: Menurut

Teori Conditio Sine Qua Non setiap peristiwa adalah penting dan

menyebabkan akibat, sedangkan Teori Adequate force majeure adalah suatu

peristiwa berdasarkan pikiran orang yang noormal tidak dapat menduga

terjadinya suatu peristiwa yang dikategorikan sebagai force

majeure/overmacht pada saat dibuatnya perjanjian.5

Mengutip doktrin Rahmat, S.S Soemadipraja dalam bukunya yang

bertuliskankan: Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa menjelaskan

“Force majeure berdasarkan penyebab”, yaitu suatu keadaan memaksa yang

disebabkan oleh karena sesuatu keadaan dimana terjadi perubahan kebijakan

pemerintah atau hapus dan atau dikeluarkannya kebijakan yang baru yang

mana berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung. Misalnya dengan

dikelauarkannya atau diterbitkannya suatu peraturan pemerintah.6

4 Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 7 5 Muhammad Abdul Kadir, Hukum Perikatatan, Dalam Arsip Salinan Putusan pengadilan

Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-PHI/2014/PN Pal, h., 9. 6 Rahmat, S.S Soemadipraja, “Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa/force

majeure”, dalam Arsip Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 8.

Page 66: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

55

Majelis Hakim membuat pertimbangan dan amar putusan yang

menyatakan berdasarkan fakta dan bukti berupa Peraturan Menteri Energi dan

Sumber Daya Alam Republik Indonesia No. 07 tahun 2012 dan No. 20 tahun

2013, yang secara yuridis membuktikan adanya larangan kepada pengusaha

tambang untuk melakukan ekspor bahan mentah mineral yang mengakibatkan

Tergugat sangat kesulitan berproduksi dan melakukan ekspor biji mineral.

Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat berdasarkan hukum Tergugat

melakukan PHK terhadap para Penggugat dengan alasan mengalami Force

Majeure.7

Akan tetapi sesuai ketentuan Pasal 156 (1) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 yang mengamanatkan bahwa “Dalam hal terjadi Pemutusan

Hubungan Kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau

uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya

diterima.8

Majelis Hakim dalam menentukan besarnya kompensasi yang harus

diterima oleh para pengugat berdasarkan peraturan perundang undangan yang

berlaku dan berdasarkan pemutusan hubungan kerja dengan alasan Force

Majeure yang diatur dalam Pasal 164 (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang ketenagakerjaan yang mengamanatkan bahwa “Pengusaha dapat

melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena

perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara

terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa dengan ketentuan

pekerja atau buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan

Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali

ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal

156 ayat (4).9 Serta uang penggantian hak sebesar 15% dari pesangon setelah

dikurangkan dengan uang pesangon yang sudah diterima.

7 Dalam Salinan Putusan pengadilan Hubungan Industrial Palu Nomor 14/Pdt. Sus-

PHI/2014/PN Pal, h., 20. 8 Lihat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 156 (1) tentang Ketenagakerjaan.

9 Lihat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 164 (1) tentang Ketenagakerjaan.

Page 67: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

56

Menurut hemat penulis Putusan Majelis Hakim nomor

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks, sudahlah cukup tepat dalam memutus perkara

tersebut, jika melihat preseden kasus sebelumnya Putusan Pengadilan

Hubungan Industrial Palu Senketa PHK Register Nomor 14/Pdt.Sus-

PHI/2014/PN.Pal tertanggal 30 oktober 2014, Menyatakan sebab akibat

keadaan force majeure tidak hanya dapat disebabkan oleh tindakan alam, huru

hara dan peperangan tetapi juga karena adanya perubahan atau

dikeluarkannya regulasi. Hanya saja regulasi tersebut dapat diakatakan force

majeure, jika debitur ataupun penggugat dapat membuktikan secara tegas

bahwasannya regulasi tersebut melarang pengusaha untuk mengembangkan

usahanya jika tetap dijalankan usahanya akan menimbulkan polemik. Contoh:

keluarnya regulasi larangan ekspor bahan mentah maka mengakibatkan

perusahaan sangat kesulitan berproduksi dan melakukan ekspor biji mineral.

Sedangkan jika melihat akibat yang di timbulkan Peraturan Presiden

nomor 12 Tahun 2013 terkait fasilitas gratis Badan Pelayanan Jasa

Kesehatan(BPJS) tidak secara tegas menimbulkan polemik ataupun melarang

penggugat untuk tetap menjalankan usaha klinik herbal yang sudah di

jalankan penggugat, oleh karena itu majelis hakim dalam hal ini cukup tepat

menyatakan bahwasannya peraturan presiden tersebut hanya alasan

penggugat untuk di bebaskan dari pembiayaan angsuran murabahah.

Bagan Bentuk Kualifikasi force Majeure Perundang-Undangan dan

Peraturan Force Majeure

Keeadaan memaksa tidak hanya diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pertadata(KUHPer) akan tetapi force majeure diatur juga dalam

perundang-undangan dan peraturan yang ada di Indonesia yaitu UU No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU No. 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batu Bara, UU. No 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Jasa Angkutan, Peraturan Bank Indonesia No. 13/8/PBI/2011

tentang Laporan Harian Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia No.

15/3/PBI/2013 tentang Transparasi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan

Rakyat, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 49/POJK.03/2017 tentang

Page 68: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

57

Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat, Fatwa DSN-

MUI Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu

yang Menunda-Nunda Pembayaran, dan Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah.10

Adapun bentuk force majeure peraturan dan perundang-undangan diatas

yaitu sebagai berikut:

Peraturan dan

Perundang-

Undangan

Bentuk Force Majeure

UU No. 4 tahun 2009

tentang

Pertambangan

Mineral dan Batubara

Penghentian Sementara Kegiatan Izin Usaha

Pertambangan dan Izin Usaha Pertambangan

Khusus

Pasal 113

(1) Penghentian sementara kegiatan usaha

pertambangan dapat diberikan kepada

pemegang IUP dan IUPK apabila terjadi:

a. keadaan kahar; b. keadaan yang

menghalangi sehingga menimbulkan

penghentian sebagian atau seluruh

kegiatan usaha pertambangan; c. apabila

kondisi daya dukung lingkungan wilayah

tersebut tidak dapat menanggung beban

kegiatan operasi produksi sumber daya

mineral dan/atau batubara yang dilakukan

di wilayahnya.

(2) Penghentian sementara kegiatan usaha

pertambangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak mengurangi masa

berlaku IUP atau IUPK.

(3) Permohonan penghentian sementara

kegiatan usaha pertambangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b

disampaikan kepada Menteri, gubernur,

atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

(4) Penghentian sementara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat

dilakukan oleh inspektur tambang atau

dilakukan berdasarkan permohonan

masyarakat kepada Menteri, gubernur, atau

10

Rahmat, S.S Soemadipraja, “Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa (Syarat-

Syarat Pembatalan Perjanjian yang Disebabkan Keadaan Memaksa/Force Majeure)”, (Jakarta:

Gramedia, 2010), h., 95.

Page 69: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

58

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya wajib

mengeluarkan keputusan tertulis diterima

atau ditolak disertai alasannya atas

permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari

sejak menerima permohonan tersebut.11

UU No. 13 tahun

2003 tentang

Ketenagakerjaan

Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial

Pasal 164

(1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan

hubungan kerja terhadap pekerja/buruh

karena perusahaan tutup yang disebabkan

perusahaan mengalami kerugian secara

terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau

keadaan memaksa (force majeur), dengan

ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang

pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan

Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa

kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal

156 ayat (3) dan uang penggantian hak

sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

(2) Kerugian perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) harus dibuktikan

dengan laporan keuangan 2 (dua) tahun

terakhir yang telah diaudit oleh akuntan

publik.

(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan

hubungan kerja terhadap pekerja/buruh

karena perusahaan tutup bukan karena

mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-

turut atau bukan karena keadaan memaksa

(force majeur) tetapi perusahaan melakukan

efisiensi, dengan ketentuan pekerja/buruh

berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua)

kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang

penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu)

kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang

penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156

ayat (4).12

Undang-Undang No. Pertolongan dan Perawatan Korban

11

Lihat Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. 12

Lihat Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Page 70: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

59

22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas

dan Jasa Angkutan

Pasal 231

(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor yang

terlibat Kecelakaan Lalu Lintas, wajib:

a. menghentikan Kendaraan yang

dikemudikannya;

b. memberikan pertolongan kepada korban;

c. melaporkan kecelakaan kepada

Kepolisian Negara Republik Indonesia

terdekat; dan

d. memberikan keterangan yang terkait

dengan kejadian kecelakaan.

(2) Pengemudi Kendaraan Bermotor, yang

karena keadaan memaksa tidak dapat

melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b,

segera melaporkan diri kepada Kepolisian

Negara Republik Indonesia terdekat.

Pasal 234

(1) Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor,

dan/atau Perusahaan Angkutan Umum

bertanggung jawab atas kerugian yang

diderita oleh Penumpang dan/atau pemilik

barang dan/atau pihak ketiga karena

kelalaian Pengemudi.

(2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan

Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan

Umum bertanggung jawab atas kerusakan

jalan dan/atau perlengkapan jalan karena

kelalaian atau kesalahan Pengemudi.13

Peraturan Bank

Indonesia No.

13/8/PBI/2011

tentang Laporan

Harian Bank Umum

Penyampaian Laporan Harian Bank Umum

Pasal 10

(1) Kewajiban untuk menyampaikan LHBU

dan/atau koreksi LHBU dikecualikan bagi

Bank Pelapor yang mengalami keadaan

memaksa (force majeure) sehingga

mengakibatkan Bank Pelapor tidak dapat

menyampaikan LHBU dan/atau koreksi

LHBU tersebut.

(2) Bank Pelapor yang tidak dapat

menyampaikan LHBU dan/atau koreksi

LHBU sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus segera memberitahukan secara

tertulis kepada Bank Indonesia disertai

penjelasan mengenai penyebab terjadinya

13

Lihat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Jasa Angkutan.

Page 71: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

60

keadaan memaksa (force majeure) beserta

upayaupaya yang dilakukan, yang

ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang.

(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) hanya diberikan sampai dengan

keadaan memaksa (force majeure)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

teratasi.14

Pengaturan Bank

Indonesia No.

15/3/PBI/2013tentang

Transparansi Kondisi

Keuangan Bank

Perkereditan Rakyat

Keadaan Memaksa

Pasal 21

(1) BPR yang mengalami keadaan memaksa

yang dampaknya terhadap BPR melampaui

batas waktu seharusnya mengumumkan

dan/atau menyampaikan laporan,

dikecualikan dari kewajiban

mengumumkan dan/atau menyampaikan

laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (4), Pasal 9 ayat (3), Pasal 13 dan

Pasal 14 ayat (1).

(2) Untuk memperoleh pengecualian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR

harus menyampaikan permohonan secara

tertulis kepada Bank Indonesia disertai

penjelasan mengenai penyebab terjadinya

keadaan memaksa yang dialami dan disertai

keterangan pejabat yang berwenang dari

instansi terkait di daerah setempat.

(3) BPR yang memperoleh pengecualian

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

mengumumkan dan/atau menyampaikan

laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (4), Pasal 9 ayat (3), Pasal 13 dan

Pasal 14 ayat (1), setelah BPR kembali

melakukan kegiatan operasional secara

normal.

(4) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan (2) hanya diberikan hingga

keadaan memaksa atau berdasarkan

pertimbangan Bank Indonesia telah dapat

teratasi.15

14

Lihat Peraturan Bank Indonesia No. 13/8/PBI/2011 tentang Laporan Harian Bank

Umum. 15

Lihat Pengaturan Bank Indonesia No. 15/3/PBI/2013tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank Perkereditan Rakyat

Page 72: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

61

Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan No.

49/POJK.03/2017

tentang Batas

Maksimum

Pemberian Kredit

Bank Perkreditan

Rakyat

Keadaan Kahar (Force Majeure)

Pasal 26

(1) BPR yang mengalami keadaan kahar (force

majeure) selama paling singkat satu periode

penyampaian laporan BMPK dan/atau

koreksi laporan BMPK dikecualikan dari

kewajiban menyampaikan laporan BMPK

dan/atau koreksi laporan BMPK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat

(1), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 24 ayat (3).

(2) BPR yang mengalami keadaan kahar

kurang dari satu periode penyampaian

laporan BMPK dan/atau koreksi laporan

BMPK dikecualikan dari kewajiban

menyampaikan laporan BMPK dan/atau

koreksi laporan BMPK sampai dengan

batas waktu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 22 ayat (1), ayat (2), ayat (5), dan

ayat (6).

(3) BPR yang mengalami keadaan kahar,

menyampaikan surat pemberitahuan secara

tertulis dengan disertai penjelasan

mengenai keadaan kahar yang dialami

kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan

tembusan kepada Bank Indonesia dalam hal

penyampaian laporan melalui sistem

pelaporan Otoritas Jasa Keuangan belum

dapat dilakukan dengan disertai penjelasan

mengenai keadaan kahar yang dialami.

(4) BPR wajib menyampaikan laporan BMPK

dan/atau koreksi laporan BMPK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan

Pasal 24 ayat (3) setelah kembali

melakukan kegiatan operasional secara

normal.16

16

Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 49/POJK.03/2017 tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Page 73: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

62

Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah

Keadaan Memaksa

Pasal 40

Keadaan memaksa atau darurat adalah keadaan

dimana salah satu pihak yang mengadakan akad

terhalang untuk melaksanakan prestasinya

Pasal 41

Syarat keadaan memaksa atau darurat adalah

seperti :

(1) Peristiwa yang menyebabkan terjadinya

darurat tersebut tidak terduga oleh para

pihak;

(2) peristiwa tersebut tidak dapat

dipertanggung jawabkan kepada pihak yang

harus melaksanakan prestasi;

(3) peristiwa yang menyebabkan darurat

tersebut di luar kesalahan pihak yang harus

melakukan prestasi;

(4) pihak yang harus melakukan prestasi tidak

dalam keadaan beriktikad buruk.

Risiko

Pasal 42

Kewajiban memikul kerugian yang tidak

disebabkan kesalahan salah satu pihak dinyatakan

sebagai risiko.

Pasal 43

(1) Kewajiban beban kerugian yang disebabkan

oleh kejadian di luar kesalahan salah satu

pihak dalam akad, dalam perjanjian sepihak

dipikul oleh pihak peminjam;

(2) Kewajiban beban kerugian yang disebabkan

oleh kejadian di luar kesalahan salah satu

pihak dalam perjanjian timbal balik, dipikul

oleh pihak yang meminjamkan.17

Fatwa DSN MUI No.

17/DSN-

MUI/IX/2000 tentang

Sanksi atas Nasabah

Mampu yang

Menunda-Nunda

Pembayaran

Ketentuan Umum:

(1) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah

sanksi yang dikenakan LKS kepada

nasabah yang mampu membayar, tetapi

menunda-nunda pembayaran dengan

disengaja.

(2) Nasabah yang tidak/belum mampu

membayar disebabkan Force Majeure tidak

boleh dikenakan sanksi.

(3) Nasabah mampu yang menunda-nunda

pembayaran dan/atau tidak mempunyai

17

Lihat Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tentang Keadaan Memaksa.

Page 74: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

63

kemauan dan itikad baik untuk membayar

hutangnya boleh dikenakan sanksi.

(4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu

bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam

melaksanakan kewajibannya.

(5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang

yang besarnya ditentukan atas dasar

kesepakatan dan dibuat saat akad

ditandatangani.

(6) Dana yang berasal dari denda

diperuntukkan sebagai dana sosial.18

B. Force Majeure dalam Akad/Kontrak Perbankan Syariah

Pada dasarnya kontrak dibuat untuk saling menguntungkan bukan untuk

saling merugikan atau untuk merugikan pihak lain. Oleh karena itu, walaupun

undang-undang memungkinkan pihak yang dirugikan untuk membatalkan

kontrak, selayaknya wanprestasi-wanprestasi kecil atau tidak esensial tidak

dijadikan alasan untuk pembatalan kontrak, melainkan hanya pemenuhan

kontrak baik yang disertai ganti rugi maupun tidak.19

Dalam suatu perjanjian klausula mengenai force majeure ini, tetap saja

banyak menimbulkan masalah mengenai sejauh mana dan bagaimana suatu

keadaan dapat dikatakan dalam suatu keadaan memaksa dan bagaimana

hukum perdata memandang force majeure sebagai alasan pemaaf tidak

dilaksanankan suatu kontrak. Jika melihat beberapa sampel terkait force

majeure masih banyaknya ketidakseragaman mengenai ruang lingkup force

majeure.

Kontrak Bank Panin Syariah berkedudukan di Jakarta Barat terkait Force

Majeure yang meliputi sebagai berikut:20

BANK tidak bertanggung jawab atas setiap tuntutan ataupun kerugian yang

disebabkan karena peristiwa atau sebab yang berada diluar pengendalian BANK,

termasuk didalamnya; (a) Bencana alam: gempa, badai, banjir, air bah dan

sebagainya. (b) Kebakaran, tindakan perusakan/vandalism, sabotase, kerusuhan,

18

Lihat Fatwa DSN MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas Nasabah

Mampu yang Menunda-Nunda Pembayaran. 19

Ahmad Miru, Hukum Kontrak&Perancangan Kontrak, (Jakarta : RajawaliPers, 2016),

h., 76. 20

Dalam Salinan Kontrak Akad Murabahah PT Bank Panin Syariah Pasal 7, h., 6.

Page 75: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

64

pemogokan, terorisme dan gangguan sipil, perang atau keadaan perang. (c)

Kebijakan baru pemerintah atau perubahan atas peraturan yang berlaku.

Apabila terjadi force majeure sebagaimana disebutkan di atas maka harus

diberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis disertai dengan bukti-bukti yang

sah, antara lain pernyataan resmi dari pemerintah atau instasi lainnya yang yang

berwenang selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah

terjadinya force majeure tersebut.

Para Pihak setuju untuk berunding tentang pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban masing-masing Pihak bila terjadi force majeure.

Pasal pertama tersebut merupakan bagian pengertian dari overmacht itu

sendiri. Dalam poin tersebut overmacht diartikan sebagai suatu peristiwa atau

keadaan tak terduga yang terjadi diluar kekuasaan atau kemampuan salah satu

atau kedua belah pihak, yang secara langsung dapat mempengaruhi

pemenuhan pelaksanaan perjanjian, sehingga mengakibatkan salah satu atau

kedua pihak tersebut tidak dapat melaksanakan hak-hak dan atau kewajiban-

kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian. Poin ini juga sekaligus

menjabarkan peristiwa apa saja yang dapat dikategorikan sebagai overmacht,

namun dijelaskan pula bahwa bentuk keadaan memaksa tersebut tidak

terbatas pada hal-hal yang disebutkan saja.21

Pada umumnya masalah keadaan memaksa ini biasanya di tentukan

seperti kontrak diatas. Para pihak memang diperbolehkan untuk menyepakati

hal-hal tertentu yang akan digunakan sebagai alasan pemaaf untuk kegalalan

memenuhi kewajiban. Misalnya dalam kontrak pembangunan gedung, gempa

bumi dapat dijadikan alasan pemaaf untuk memaafkan salah salah satu pihak

yang tidak sanggup menyelesaikan karena gempa bumi itu. Dalam kontrak

pengangkutan laut, angin topan dapat digunakan sebagai alasan untuk

memaafkan pengangkut yang gagal menyelesaikan kewajibannya, dan

sebagainya.22

Selanjutnya pada bagian pasal kedua Bank Panin Syariah merupakan hal

teknis yang berkaitan tentang tata cara pemberitahuan atau pelaporan

terjadinya overmacht tersebut agar dapat diketahui oleh pihak bank, yaitu

21

M. Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, “Klausul Overmacht dalam Akad

Murabahah di Perbankan Syariah”, h., 43. 22

Agus Sardjono, dkk., Pengantar Hukum Dagang, (Jakarta : RajawaliPers, 2014), h., 23.

Page 76: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

65

maksimal empat belas hari kerja pasca terjadinya force majeure. Pembatasan

waktu ini dimaksudkan agar nasabah tidak berdiam diri atau secara sengaja

melupakan kewajibannya, ia harus bersegera melaporkan kejadian apa yang

menimpanya agar bisa mendapatkan jalan keluar berupa keringanan atau yang

lainnya. Hal ini sekaligus untuk menunjukkan adanya itikad baik dari nasabah

dalam memenuhi prestasinya.23

Intinya, keadaan memaksa adalah sebuah alasan pemaaf bagi salah satu

pihak yang tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang

telah diperjanjikan dalam kontrak. Hanya saja, keabsahan penggunaan

keadaan memaksa itu juga harus disandingkan dengan itikad baik. Artinya,

debitur dapat menggunakan klausula keadaan meksa ketika ia dengan itikad

baik telah berupaya melaksanakan kewajibannya, tetapi pelaksanaan itu

menjadi tidak mungkin karena keadaan memaksa.24

Selanjutnya pada pasal terakhir pada bagian ini merupakan solusi

apabila force majeure benar-benar terjadi, yaitu diselesaikan dengan cara

musyawarah, tanpa mengurangi hak bank dan kewajiban nasabah sesuai

dalam perjanjian/akad. Ini merupakan indikasi bahwa pada dasarnya bank

tetap tidak bisa membebaskan nasabah dari kewajiban pembayaran, namun

akan ada keringanan-keringanan yang diberikan lewat keputusan musyawarah

tersebut.

Sedangkan jika melihat kontrak pembiayaan Bank Jabar Banten Syariah

yang berkedudukan di Ciputat, menjelaskan pasal force majeure hanya

meliputi:25

Dalam hal terjadi force majeure, maka pihak yang terkena langsung dari force

majeure tersebut wajib memberitahukan secara tertulis dengan melampirkan bukti-

bukti dari instansi yang berwenang pada pihak lainnya mengenai peristiwa force

majeure tersebut dalam waktu selambat lambatnya 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak tanggal force majeure terjadi.

Keterlambatan atau kelalaian pihak yang mmengalami force majeure untuk

memberitahukan adanya force majeure tersebut kepada pihak lainnya

mengakibatkan tidak di akuinya peristiwa tersebut sebagai force majeure.

23

M. Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, “Klausul Overmacht Dalam Akad

Murabahah Di Perbankan Syariah”, h., 43. 24

Agus Sardjono, dkk., Pengantar Hukum Dagang, h., 24. 25

Dalam Salinan Kontrak Akad Mudharabah PT Bank Jawa Barat Syariah Pasal 23, h., 13.

Page 77: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

66

Seluruh permasalahan yang timbul akibat terjadinya force majeure akan

diselesaikan oleh para pihak secara musyawarah untuk mufakat. Hal tersebut tanpa

mengurangi hak-hak bank sebgaimana diatur dalam akad ini.

Pada pasal-pasal diatas secara tegas hanya menjelaskan teknis yang

berkaitan tentang tata cara pemberitahuan atau pelaporan terjadinya

overmacht tersebut agar dapat diketahui oleh pihak bank, yaitu maksimal

empat belas hari kerja pasca terjadinya force majeure. Berkaitan batas waktu

ini dimaksudkan agar nasabah tidak berdiam diri atau secara sengaja

melupakan kewajibannya. Nasabah di wajibkan untuk bersegera melaporkan

kejadian apa yang menimpanya agar bisa mendapatkan jalan keluar berupa

keringanan atau yang lainnya melalui musyawarah antara kedua belah pihak

untuk mencapai kesepakatan.

Hanya saja jika melihat kontrak tersebut, tidak terdapat secara tegas

pencantumkan klausa force majeure yang berkaitan langsung terkait ruang

lingkup force majeure seperti terjadinya act of God, seperti kebakaran, banjir

gempa, hujan badai, angin topan, (atau bencana alam lainnya), pemadaman

listrik, kerusakan katalisator, sabotase, perang, invasi, perang saudara,

pemberontakan, revolusi, kudeta militer, terorisme, nasionalisasi, blokade,

embargo, perselisihan perburuhan, mogok, dan sanksi terhadap suatu

pemerintahan. Terkadang hal inilah yang banyak menimbulkan pertanyaan

bagi para nasabah berkaitan dengan objek force majeure yang di terapkan

secara masif oleh perbankan syariah.

C. Konsep Mutakhir Tentang Force Majeure

Dalam sejarah hukum di Negara Civil Law, yang diawali diprancis,

terdapat Pasal dalam kitab undang-undang perdata mereka yang mengatur

tentang force majeure yang kemudian diadopsi dalam hamper semua kitab

undang-undang perdata di Negara-negara Civil Law lainnya, termasuk

Belanda dan Indonesia denagn nama overmacht.26

26

Afifah Kusumadara, Kontrak Bisnis Internasional (Elemen-Elemen Penting dalam

Penyusunannya), (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h., 90

Page 78: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

67

Seiring zaman perkembangan Terminologi yang digunakan untuk

menyebutkan force majeure telah bergeser, dari hanya disebut force majeure

atau overmacht, sebagaimana terdapat dalam KUH Perdata, menjadi keadan

paksa. Keadaan paksa banyak digunakan dalam kontrak karya yang dibuat

pada tahun 1980an, bersamaan dengan boomingnya harga minyak yang

menyebabkan banyak sekali kontrak karya yang disetujui. Perubahan

penggunaan terminologi ini menunjukan adanya upaya untuk menyerap

terminology force majeure/overmacht yang berasal dari kosa kata bahasa

asing ke dalam koleksi kosa kata Bahasa Indonesia.27

Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan dan teknologi maka

terminologi yang digunakan pun bergeser dengan menggunakan terminologi

keadaan yang menghalangi. Terminologi ini secara tidak langsung melakukan

perluasan dari makna force majeure sebelumnya. Hal ini disebabkan telah

dimasukkannya peristiwa yang disebabkan oleh perselisihan perburuhan dan

diterbitkannya peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah

yang menghalangi pelaksanaan perjanjian. Terminologi ini digunakan sekitar

tahun 2007-an dan banyak digunakan dalam kontrak-kontrak yang berkaitan

dengan pertambangan mineral dan batu bara.

Dalam Doktrin Teori Rahmat, S.S Soemadipraja secara garis besar ruang

lingkup keadaan memaksa atau overmacht dikelompokan menjadi sebagai

berikut :28

Overmacht karena keadaan alam; Overmacht karena keadaan

darurat; Overmacht karena keadaan ekonomi; Overmacht karena kebijakan

atau peraturan pemerintah; Overmacht keadaan teknis tidak terduga.

Overmacht karena keadaan alam yaitu overmacht yang disebabkan oleh

keadaan alam yang tidak dapat diduga dan dihindari oleh setiap oerang karena

bersifat alamlah tanpa unsur kesengajaan. Termasuk di dalam overmacht ini,

antara lain banjir, longsor, gempa bumi, badai, gunung meletus dan

sebagainya. Menurut Subekti keadaan memaksa ini merupakan keadaan yang

27

Rahmat, S.S Soemadipraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, h., 95. 28

Rahmat S.S Soemadipraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, h., 42.

Page 79: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

68

bersifat mutlak (absolut) apabila sama sekali tidak mungkin lagi

melaksanakan perjanjian.29

Overmacht karena keadaan darurat merupakan overmacht yang

ditimbulkan oleh situasi atau kondisi yang tidak wajar, keadaan khusus yang

bersifat segera dan berlangsung dengan singkat, tanpa bisa diprediksi

sebelumnya. Termasuk di dalam overmacht tersebut, antara lain peperangan,

blockade, pemogokan, epidemic, terorisme, ledakan, kerusuhan massa, dan

sebagainya.30

Overmacht karena keadaan ekonomi merupakan peristiwa keadaan

memaksa yang berkaitan erat dengan kebijakan baru pemerintah, termasuk

dalam bidang moneter yang berkaitan dengan uang atau keuangan. Dengan

adanya kebijakan ini, maka Pihak Kedua dapat mengelak untuk

melaksanakan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati anatara Pihak

Pertama dengan Pihak Kedua.31

Overmacht karena kebijakan atau peraturan pemerintah, yaitu overmacht

yang disebabkan oleh suatu keadaan di mana terjadi perubahan kebijakan

pemerintah atau hapus atau dikeluarkannya kebijakan yang baru, yang

berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman undang-undang atau peraturan

pemerintah adakalanya menimbulkan keadaan memaksa. Dalam hal ini tidak

berarti bahwa prestasi itu tidak dapat dilakukan , tetapi prestasi itu tidak boleh

dilakukan, akibat adanya undang-undang atau peraturan pemerintah tadi.

Hanya saja keadaan memaksa ini adakalanya menimbulkan force majeure,

adakalanya tidak.32

Sedangkan menurut Purwahid Patrik, Hal ini sangat berkaitan dengan

larangan terhadap pengangkutan barang masuk ke Indonesia atau dari

Indonesia, maka itu dapat menghalangi pemenuhan prestasi dan akan

29

Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, (Jakarta: Intermasa, 2010) h., 150. 30

Rahmat S.S Soemadipraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, h., 42. 31

Salim HS dan H. Abdullah, Wiwik Wahyuningsih, “Perancangan Kontrak dan

Memorandum Of Understanding (MoU)”, h., 111. 32

Mariam Darus Badrulzaman, eat al, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001), h., 28.

Page 80: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

69

menimbulakan keadaan memaksa. Bukannya prestasi itu tidak dapat di

lakukan tetapi tidak boleh dilakukan karena adanya undang-undang dan

tindakan pemerintah itu.33

Overmacht ini termasuk dalam perbuatan tersebut dilarang karena

apabila ternyata prestasi yang harus dilakukan oleh debitur di kemudian hari

ternyata diketahui sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-

undang, hal itu mungkin terjadi karena perubahan kebijakan pemerintah atau

perubahan ketentuan perundang-undangan. Akibat hukum overmacht tersebut

adalah debitur tidak dapat di mintakan pertanggungjawabannya untuk

membayar biaya, ganti rugi, atau bunga akibat tidak terpenuhinya prestasi

debitur karena overmacht.34

Overmacht keadaan teknis yang tidak terduga, yaitu overmacht yang

disebabkan oleh suatu peristiwa rusak atau berkurangnya fungsi peralatan

teknis atau operasional yang berperan penting bagi kelangsungan proses

produksi suatu perusahaan, dan hal tersebut tidak dapat diduga akan terjadi

sebelumnya. Termasuk di dalam overmacht tersebut, antara lain tidak

berkerjanya mesin yang berpengaruh besar pada kegiatan perusahaan.35

Meluasnya jenis peristiwa penyebab terjadinya force majeure berdampak

pula pada akibat atau konsekuensinya terhadap perjanjian. Jika keadaan

memaksa tersebut absolut, maka debitur tidak perlu membayar ganti rugi

sesuai Pasal 1244 KUH Perdata dan kreditur tidak berhak atas pemenuhan

prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas dari kewajibannya untuk

menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460

KUH Perdata, Maka kontrak dapat dihentikan secara permanen berdasarkan

kesepakatan para pihak.36

33

Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, (Jakarta: Mandar Maju,1994), h., 24. 34

Sophar Maru Hutagalung, Kontrak Bisnis Di Asean, h., 68. 35

Rahmat S.S Soemadipraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, h., 42. 36

Azharudin lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum Positif

dan Hukum Islam, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h., 75.

Page 81: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

70

D. Force Majeure dalam Putusan Pengadilan Agama Kota Makassar No

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks.

Pengadilan sebagai pilar utama dalam penegakan hukum dan sumber

keadilan dalam menempatkan hakim sebagai actor utama atau figur sentral

dalam proses peradilan yang senantiasa di tuntut untuk mengasah kepekaan

nurani, memelihara integritas, kecerdasan moral dan meningkatkan

profesionalisme, dalam menegakan hukum dan keadilan bagi rakyat banyak.

Lembaga peradilan adalah perpanjangan tangan dari tujuan pembentukan

hukum, yaitu sebagai alat untuk menemukan keadilan.37

Sesuai amanat Undang-undang RI Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 18

tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa kekuasaan

kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang

berada di bawahnya, serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Badan

peradilan yang dimaksud mencakup 4 (empat) wilayah hukum, yang secara

resmi diakui dan berlaku di Indonesia yaitu Peradilan Umum, Peradilan

Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha.38

Pengadilan Agama sebagai salah satu dari 4 (empat) lembaga peradilan

yang ada di Indonesia. Semenjak diundangkannya UndangUndang Nomor 3

Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama, mempunyai wewenang baru sebagai bagian dari

yurisdiksi absolutnya, yaitu kewenangan untuk menerima, memeriksa dan

mengadili serta menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah.39

Dalam hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang menentukan

bahwa: Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

37

M. Hatta Ali, Peradilan Sederhana Cepat dan Biaya Ringan Menuju Keadilan

restorative, (Bandung: PT Alumni, 2012, Cet. 1), h., 178. 38

Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman. 39

Sri Suwastini, “Kompetensi Absolut Pengadilan Agama Dalam Perkara Ekonomi

Syariah Di Pengadilan Agama Pontianak”, diakses pada 10 Maret 2019 dari

(https://media.neliti.com)

Page 82: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

71

menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam di bidang: a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f.

zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah.40

Berdasarkan pokok perkara Pengadilan Agama Makassar nomor

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks, yang menjadi sengketa adalah terkait rencana

pelelangan hak tanggungan milik penggugat berupa sebidang tanah yang

berdiri di atas sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 23251/Sudiang Raya,

sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur, tertanggal 18-06-2007, Nomor

04314/2007, seluas 217 m2 (dua ratus tujuh belas meter persegi), Nomor

Identifikasi Bidang Tanah (NIB) : 20.01.11.3.2325, yang diterbitkan oleh

kantor pertanahan Kota Makassar; yang oleh penggugat didalilkan sebagai

suatu perbuatan melawan hukum. Di lain pihak tergugat I dan tergugat II

mendalilkan pelelangan atas hak tanggungan milik pengguggat tersebut

dikarenakan penggugat melakukan wanprestasi.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman terkait Wanprestasi merupakan

tidak terpenuhinya kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam perikatan atau

perjanjian, tidak dipenuhinya kewajiban dalam suatu perjanjian dapat

disebabkan dua hal yaitu: Kesalahan debitur baik disengaja maupun karena

kelalaian dan Karena keadaan memaksa (overmacht/force majeure).41

Dalam perkara ini penggugat menganggap terjadinya wanprestasi oleh

penggugat diakibatkan karena terjadinya force majeure, yang sebagaimana

kebijakan Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2013 terkait fasilitas gratis

Badan Pelayanan Jasa Kesehatan(BPJS) mengakibatkan pada bulan Agustus

tahun 2014 usaha Klinik Penggugat mengalami penurunan, Penggugat

merasa para pelanggan beralih menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) yang ditetapkan pemerintah pada tanggal 18 Januari

2013. Penggugatpun mengalami kerugian yaitu stock barang atau herbal

mengalami kerusakan (kadaluarsa). segala upaya telah dilakukan oleh

penggugat untuk menyelamatkan usahanya. Namun penggugat hanya dapat

40

Lihat Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama. 41

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 2005), h., 29.

Page 83: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

72

melakukan pembayaran angsuran berjalan secara lancar sampai dengan bulan

Juli tahun 2014.

Hanya saja peristiwa keadaan memkasa karena perubahan regulasi atau

hapusnya regulasi tersebut haruslah dibuktikan oleh debitur. Dengan

terjadinya suatu keadaan memaksa berupa perubahan regulasi ataupun

hapusnya regulasi tersebut menyebabkan adanya halangan untuk melakukan

prestasi berupa seperti larangan undang-undang. Dalam pembuktian ini juga

harus dibuktikan bahwa debitur tidak memiliki itikad buruk atau selalu

beritikad baik dalam melaksanakan perjanjian. Debitur atau penggugat juga

harus membuktikan bahwa seandainya prestasi yang di perjanjikan tersebut

dilaksanakan dengan baik, maka prestasi tersebut akan musnah juga dalam

tangan kreditur atau penggugat (Pasal 1444 ayat 2 KUHPerdata).42

Menurut Rahmat S.S Soemadipraja dalam bukunya penjelasan hukum

tentang keadaan memaksa, Saat debitur mengalami keadaan memaksa

haruslah memenuhi unsur-unsur yang meliputi : Peristiwa yang tidak terduga;

Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur; Tidak dapat itikad buruk

pada debitur Adanya keadaan yang tidak sengaja oleh debitur; Keadaan itu

menghalangi debitur berprestasi; Jika prestasi dilaksanakan maka akan

terkena larangan; Keadaan diluar kesalahan debitur; Debitur tidak gagal

berprestasi; Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapapun (baik

debitur maupun pihak lain); Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau

kelalaian.43

Jika melihat kasus maka dapat diuraikan unsur-unsur force majure

sebagai berikut:

Peristiwa yang tidak terduga; Terjadinya Peraturan Presiden Nomor 12

tahun 2013 terkait fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

merupakan hal yang sudah diduga sebelomnya karena pada dasarnya

Pelayanan kesehatan sebagai hak masyarakat tercantum dalam Konstitusi

UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan pasal 24 ayat (3) yang menempatkan

42

Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1444 ayat 2 43

Rahmat S.S SoemadiPraja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, h., 77.

Page 84: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

73

status sehat dan pelayanan kesehatan merupakan hak masyarakat atau setiap

warga negara.44

Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur; Jika melihat petitum

gugatan unsur ini masih dapat di pertanggung jawabkan kepada debitur

dengan restrukturisasi pembayaran menggunakan separuh dari gaji debitur

sebagai PNS. Hanya saja dalam hal ini perlu adanya musyawarah dan

mufakat untuk meringankan pembayaran angsuran penggugat karena usaha

klinik penggugat mengalami kepailitan.45

Tidak dapat itikad buruk pada debitur; Jika melihat perkara

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks masih ada itikad baik dari debitur untuk tetap

melakukan pembayaran angsuran sesuai isi akad pembiayaan murabahah

antara penggugat dengan tergugat, hanya saja penggugat tidak mampu

menyelesaikan angsuran pembayaran karena Klinik Herbal Penggugat

mengalami penurunan pembeli sehingga barang-barang mengalami

kadaluarsa ataupun rusak menyebabkan penggugat melakukan wanprestasi.46

Adanya keadaan yang tidak sengaja oleh debitur; Unsur ini terpenuhi

karena ini bukanlah keadaan sengaja yang dilakukan oleh Penggugat untuk

memperlambat atau tidak membayar angsuran pembiayaan murabahah, akan

tetapi dengan adanya fasilitas BPJS gratis menyebabkan usaha klinik

pengobatan herbal penggugat mengalami penurunan sehingga mengakibatkan

kerugian yang dialami penggugat.47

Keadaan itu menghalangi debitur berprestasi; Penurunan penjualan klinik

herbal penggugat menyebabkan penggugat mengalami kerugian yang sangat

besar sehingga menyulitkan penggugat untuk melakukan prestasi membayar

angsuran pembayaran pembiayaan murabahah. Hanya saja perjanjian tersebut

dapat tetap dilaksanakan dengan restrukturisasi ulang pembayaran dengan

44

Lihat UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan pasal 24 ayat (3) tentang Jaminan Kesehatan. 45

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 10. 46

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 5. 47

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 3.

Page 85: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

74

menggunakan separuh gaji debitur sebagai PNS serta perubahan pasal-pasal

dengan keadaan sulit.

Jika prestasi dilaksanakan maka akan terkena larangan; Unsur ini tidak

terpenuhi karena pada prinsipnya Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013

tersebut tidak secara tegas melarang usaha Klinik Herbal yang dimiliki

Penggugat untuk mengembangkan usahanya.

Keadaan diluar kesalahan debitur; Jika melihat perkara nomor

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks unsur ini terpenuhi karena keterlambatan

pembayaran angsuran diakibatkan penurunan pembeli usaha Klinik Herbal

Penggugat yang menyebabkan obat-obat herbal yang penggugat miliki

mengalami kerusakan sampai dengan kadaluarsa, hal ini bukan karena

keinginan debitur untuk terlambat membayar angusran pembiayaan

murabahah tersebut.48

Debitur tidak gagal berprestasi; jika melihat perkara nomor

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks unsur ini tidak terpenuhi karena penggugat gagal

melakukan pembayaran angsuran pembiayaan murabahah terhadap tergugat.

Akan tetapi dalam hal ini penggugat merasa melakukan wansprestasi

diakibatkan penurunan pembeli usaha klinik herbal penggugat, sehingga

penggugat mengalami kerugian yang sangat besardan tidak sanggup

membayar angsuran tersebut.

Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapapun; Jika melihat

perkara nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks unsur ini tidak terpenuhi pada

karena prinsipnya kebijakan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 terkait

fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan hal yang

sudah diduga sebelomnya karena pada dasarnya Pelayanan kesehatan sebagai

hak masyarakat tercantum dalam Konstitusi UUD 1945 pasal 28 H ayat (1)

dan pasal 24 ayat (3), jadi seharusnya pengembangan usaha dapat dilakukan

baik melalui online ataupun lainnya agar pembeli tetap menggunakan herbal

usaha debitur.

48

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 3.

Page 86: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

75

Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian; Jika melihat

perkara nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks penggugat dinyatakan terbukti

melakukan wanprestasi oleh majelis hakim karena tidak mampu membayar

angsuran pembiayaan murabahah dan tidak mampu membuktikan secara

tegas telah terjadinya force majeure dalam usaha yang penggugat jalankan.49

Ketika diuraikan suatu unsur peristiwa atau kondisi tertentu bisa jadi

tidak dapat dikategorikan sebagai force majeure jika hal tersebut sudah

diduga sebelumnya atau karena kelalaian dan atau kesalahan salah satu atau

para pihak dalam perjanjian peristiwa tertentu itu terjadi. Hal lain yang juga

muncul terkait dengan peristiwa atau kondisi force majeure adalah akibat

yang mengikutinya. Adanya peristiwa force majeure membawa konsekuensi

atau akibat hukum kreditur tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi dan

debitur tidak lagi dinyatakan wanprestasi. Dengan demikian, debitur tidak

wajib membayar ganti rugi, dan dalam perjanjian timbal balik kreditur tidak

dapat menuntut pembatalan karena perikatannya dianggap gugur. Jadi,

pembicaraan mengenai force majeure terkait dengan akibatnya terhadap

perjanjian itu sendiri dan persoalan risiko.50

Keadaan darurat ini sangat erat kaitannya dengan kaidah khusus,

sebagaimana dalil yang dipakai oleh teori keadaan yang memberatkan

(masyaqqah) dalam hukum Islam. Dasar hukum dari konsep keadaan yang

memberatkan ini adalah kaidah fikih sebagai berikut:

Artinya: “kerugian harus di hilangkan”

Artinya: “kesukaran mendatangkan kelonggaran”

49

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 64. 50

Daryl john, “Kajian Hukum Keadaan Memaksa (Force Majeure) Menurut Pasal 1244

dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, h., 175.

Page 87: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

76

Pada dasarnya karakterisitik force majeure merupakan suatu bencana

atau musibah adalah sebuah keadaan darurat yang secara hukum akan

berimplikasi kepada munculnya berbagai aturan untuk menghilangkan

ataupun setidaknya mengurangi kondisi darurat tersebut. Seorang pengusaha

misalnya dilarang keras untuk menimbun kebutuhan makanan pokok karena

tindakan tersebut dapat menimbulkan kemudaratan yang besar bagi

masyarakat. Begitu pula dalam hal Force Majeure ini misalnya, seorang

kreditur tidak layak membebankan debitur yang tertimpa musibah berat

dengan beban yang sama saat debitur belum mengalami musibah itu. Bahkan

jika dianggap perlu, kontrak dapat dibatalkan untuk menghilangkan beban

tambahan bagi debitur dalam keadaan darurat tersebut51

Jika dilihat dari segi kemungkinan pelaksanaan prestasi dalam kontrak,

force majeure dapat diklasifikasikan menjadi dua: (a) overmacht yang bersifat

mutlak ataupun absolut (tetap; permanen), yang mengakibatkan pelaksanaan

prestasi tidak mungkin dilakukan; dan (b) overmacht yang bersifat tidak

mutlak ataupun relatif (tidak tetap; temporer), yang mengakibatkan

pelaksanaan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan namun secara

tidak normal mungkin dilakukan atau untuk sementara waktu ditangguhkan

sampai dimungkinya pemenuhan prestasi kembali.52

Misalnya barang yang

seharusnya diangkut melalui darat, tetapi jalan satu-satunya yang dapat dilalui

untuk mengantar barang tersebut tertutup karena terjadi tanah longsor yang

menutupi jalan, sehingga prestasi itu sebenernya masih bisa dipenuhi jika

jalan tersebut sudah tidak tertutup tanah longsor.

Menurut hemat penulis dalam kasus ini dapat dikategorikan pada force

majeure yang bersifat tidak mutlak (relatif), artinya bahwa penggugat dapat

memenuhi prestasinya dengan pemenuhan prestasi yang tidak normal

sehingga diperlukan renegoisasi untuk merubah angsuran pembayaran

51

Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, “Tinjauan Hukum Kontrak Syariah Terhadap

Ketentuan Force Majeure dalam Hukum Perdata”, h., 40-41. 52

Agus yudha hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak

Komersil, h., 273.

Page 88: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

77

pembiayaan murabahah, ataupun berkerja sama menyelesaikan masalah untuk

tetap mengembangan usaha klinik herbal penggugat.

Berhadapan dengan suatu peristiwa tidak terduga diatas ketentuan pasal

6: 258 BW memuat suatu solusi , yakni bahwa hakim atau dasar permohonan

salah satu pihak dapat memutus untuk mengubah akibat suatu perjanjian atau

membatalkan perjanjian untuk sebagian atau seluruhnya. Di sini persoalan

pertama yang muncul ialah kapan dan bilamana campur tangan hakim dapat

dimunculkan. Ketentuan Pasal 6: 258 BW berkenaan dengan masalah ini

menetapkan kriterium bahwa haruslah ada: “ keadaan yang tidak terduga

sedemikian rupa sehingga pihak lawan beranjak dari ukuran kepatutan dan

kelayakan tidak dapat lagi mengharapkan dipertahankannya muatan isi

kontrak tanpa perubahan. 53

Sebagaimana telah diterangkan, seseorang debitur yang digugat di depan

hakim karena ia dikatakan telah melalaikan kewajibannya, dapat membela

dirinya untuk menghindarkan dirinya dari penghukuman yang merugikan

dengan mengajukan keadaan-keadaan di luar kekuasaannya yang

memaksanya hingga ia tidak dapat menepati perjanjian (overmacht).

Pembelaan itu bermaksud agar ia tidak dipersalahkan tentang tidak

ditepatinya perjanjian itu.54

Untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa”, (overmacht atau force

majeure), selain keadaan itu “di luar kekuasaanya” si berhutang dan

“memaksa” keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa suatu keadaan

yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat, setidak-tidaknya

tidak dipikul risikonya oleh si berhutang. Jika si berhutang berhasil dalam

membuktikan adanya keadaan yang demikian itu, tuntutan si berpiutang akan

ditolak oleh hakim dan si berhutang terluput dari penghukuman, baik yang

berupa penghukuman untuk memenuhi perjanjian, maupun penghukuman

untuk membayar penggantian kerugian.

53

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, (Jakarta: Citra Aditya Bakti,2006), h., 425.

54 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003), h., 150.

Page 89: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

78

Pada pokok perkara putusan nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks hakim

mempertimbangkan, dalam hal ini penggugat meminta agar dibebaskan dari

kewajiban pembayaran pembiayaan diakibatkan terjadinya force majeure.

Hanya saja majelis hakim tidak dapat membenarkan kebijakan pemerintah

tersebut sebagai suatu keadaan memaksa, sedangkan pemohon penggugat

tidak dapat membuktikan bahwa secara tegas kebijakan pemerintah tentang

BPJS tersebut telah secara langsung menyebabkan bankrutnya usaha

penggugat, oleh karena itu dalil-dalil gugatan pemohon penggugat tentang

force majeure harus ditolak;55

Dalam putusannya hakim haruslah melihat preseden-preseden terdahulu

serta mempertimbangkan doktrin dalam putusannya yang berkaitan langsung

terkait force majeure. Jika melihat doktrin-doktrin dari beberapa ahli dan

preseden kasus terkait force majeure berdasarkan penyebab regulasi

pemerintah yaitu suatu peristiwa keadaan memaksa yang disebabkan oleh

karena sesuatu keadaan dimana terjadi perubahan kebijakan pemerintah atau

hapus dan atau dikeluarkannya kebijakan yang baru yang mana berdampak

pada kegiatan yang sedang berlangsung. Misalnya dengan dikeluarkannya

ataupun diterbitkannya suatu peraturan pemerintah menyebabkan salah satu

pihak gagal untuk melakukan prestasi karena adanya larangan tersebut.

Bentuk keadaan memaksa yang diakibatkan oleh perubahan regulasi

mengenai adanya larangan oleh undang-undang untuk melakukan suatu

prestasi termasuk dalam overmacht obyektif. Bahwa adanya larangan tersebut

bukan berarti debitur tidak mampu melaksanakan presatsi, namun sebagai

warga yang baik untuk mematuhi hukum atau undang-undang sehingga juga

mematuhi larangan hukum yang secara sah dan terdapat kewajiban untuk

menaatinya untuk tidak melaksanakan prestasi.

Pada dasarnya doktrin-doktrin ini sesuai dengan posisi kasus yang

diterima Penggugat, bahwasannya dalam hal ini penggugat mengalami

kerugian yang diakibatkan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun

55

Dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor2279/Pdt.G/2015/PA.Mks,

h., 63.

Page 90: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

79

2013 berkaitan penggunaan fasilitas kesehatan gratis (BPJS) bagi seluruh

kalangan masyarakat.

Akan tetapi, hakim dalam memutuskan suatu perkara tidak hanya melihat

peristiwa dan akibatnya, tetapi juga harus melihat ada tidaknya aturan hukum

yang dilanggar. Dalam kasus ini melihat doktrin dan perkembangan teori

memang dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa tidak terduga, tetapi

sebelum adanya kebijakan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahuin 2013 terkait

fasilitas BPJS gratis itu ada, bahwa UUD 1945 sudah mencanagkan dalam

Pasal 28H ayat 1 yang berbunyi :56

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir

dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Dengan demikian ketika diuraikan unsur dan perkembangan teori force

majeure dengan kasus tersebut unsur pada kasus ini tidak terpenuhi secara

mutlak, sehingga kebijakan Praturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 terkait

fasilitas Badan Penyelenggara Jasa Kesehatan (BPJS) bukanlah merupakan

suatu keadaan yang dikategorikan force majeure karena masih bisa

dilaksanakannya prestasi tersebut dengan restrukturisasi ulang pembayaran

dengan menggunakan separuh gaji debitur sebagai PNS dan dibicarakan

secara musyawarah untuk merubah pasal-pasal akad pembiayaan murabahah

dengan keadaan sulit.

56

Lihat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 tentang Jaminan Kesehatan.

Page 91: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. konsep peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia ini

masilah menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu

mengkualifikasi peristiwa yang menyebabkan terjadinya force majeure

tersebut hanyalah haruslah “tidak terduga“ oleh para pihak, atau tidak

termasuk dalam asumsi dasar (basic assumption) pada saat para pihak

membuat kontrak itu. Sedangkan tidak ada kualifikasi khusus secara

detail dalam menentukan peristiwa seperti apa yang dapat di

kualifikasi sebagai konseptual force majeure.

2. Berdasarkan putusan Pengadilan Agama Makassar No.

2279/Pdt.G/2015/PA.Mks, keluarnya peraturan peraturan presiden

nomor 12 tahun 2013 terkait fasilitas BPJS dalam hal ini tidak dapat

dijadikan sebagai suatu alasan pemaaf dalam keadaan memaksa (force

majeur) karena jika melihat beberapa doktrin dan preseden kasus

suatu kebijakan pemerintah yang dapat di golongkan sebagai suatu

keadaan memaksa merupakan peraturan pemerintah yang dapat

menyebabkan suatu objek perjanjian/perikatan menjadi tidak mungkin

di laksanakan seutuhnya sebagaimana yurispudensi kasus Putusan

Pengadilan Hubungan Industrial Palu Senketa PHK Register Nomor

14/Pdt.Sus-PHI/2014/PN.Pal.

B. Saran

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak dapat dengan bebas

menentukan isi perjanjian sesuai dengan kehendak mereka tetapi juga

harus menghormati batasan undang-undang, kesuasilaan yang baik dan

ketertiban umum. Dalam membuat perjanjian yang memikat para pihak

tersebut, sebaiknya memasukan klausul terkait keadaan memaksa tersebut

sebagai upaya memitigasi kerugianyang mungkin ditimbulkan di sertai

penjelasan mengenai ruang lingkup suatu peristiwa yang dapat

dikualifikasi sebagai suatu keadaan memaksa sehingga para nasabah

memahami objek apa saja yang dapat di klaim sebagai suatu peristiwa

Page 92: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

81

force majeure. Misalnya jika terjadi suatu peristiwa keadaan memaksa

karena bencana alam yang merusak objek perjanjian maka para pihak

dapat tanggung menanggung untuk membangun kembali objek perjanjian

yang rusak karena peristiwa keadaan memaksa tersebut serta cara-cara

untuk menanggulangi resiko yang disebabkan keadaan memaksa ini tetap

harus mempertimbangkan kesepakatan para pihak dalam perjanjian

tersebut.

Bagi hakim yang memeriksa perkara ekonomi syariah berkaitan

dengan force majeure hendaknya memeriksa dan memerhatikan terlebih

dahulu klausul perjanjian yang dibuat oleh para pihak meskipun perjanjian

itu sudah dibuat sesempurna mungkin. Akan tetapi terkadang masih ada

perusahaan-perusahaan perbankan syariah yang tidak mencantumkan

klausul force majeure, dalam hal ini hakim diwajibkan untuk tetap

memeriksa dan memberikan keadilan kepada pihak yang mengalami

peristiwa keadaan memaksa tersebut. Ketika suatu peristiwa di katakan

sebagai keadaan memaksa para pihak dapat melakukan musyarawah untuk

bernegosiasi terhadap akibat hukum dengan memberikan keringanan

dalam menjalankan prestasi tersebut. Begitu pun ketika seorang debitur

mengalami keadaan sulit seharusnya dapat meminta renegoisasi kontrak

terhadap pihak kreditur sebagaiama teori hardsip Agus Yudha Hernoko.

Page 93: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

82

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika; 2010.

Ali, M. Hatta, Peradilan Sederhana Cepat dan Biaya Ringan Menuju Keadilan

restorative, Cet. 1, Bandung: PT Alumni, 2012.

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 2005.

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Budiono, Herlien, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Jakarta:

Citra Aditya Bakti,2006.

Farid, Nashr dan Muhammad Washil, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawaid

Fiqhiyyah, Jakarta: AMZAH, 2009.

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak

Komersil, Cet. 1, Jakarta: KENCANA, 2010.

H.S, Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. 1,

Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

H.S, Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Penerbit Sinar

Grafika, 2001.

HS, Salim dan Abdullah, Wiwiek Wahyu Ningsih, Perancangan Kontrak &

Memorandum of Understanding (MoU), Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Hutagalung, Sophar Maru, Kontrak Bisnis Di ASEAN Pengaruh Sistem Hukum

Common Law dan Civil Law, Cet. 1 Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Kusumadara, Afifah, Kontrak Bisnis Internasional (Elemen-Elemen Penting

dalam Penyusunannya), Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Lathif, Azharuddin dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009.

Miru, Ahmad , Hukum Kontrak& Perancangan Kontrak, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007.

Page 94: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

83

Miru, Ahmad dan Saka Pati, Hukum perikatan Penjelasan makna pasal 1233

sampai 1456 BW, Ed. 1-3, Jakarta, Rajawali Pers, 2011.

Miru, Ahmad, Hukum Kontrak&Perancangan Kontrak, Jakarta : RajawaliPers,

2016.

Mubarok, Jaih, Kaidah Fiqh Sejarah dan Kaidah Asasi, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002.

Patrik, Purwahid, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Jakarta: Mandar Maju,1994.

Sardjono, Agus, dkk., Pengantar Hukum Dagang, Jakarta : RajawaliPers, 2014.

Setiawan, I ketut Oka, Hukum Perikatan, Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Simanjutak, P.N.H, Hukum Perdata indonesia, Jakarta: Prenadamedia Group,

2015.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011

Soemadipraja, Rahmat S.S, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa,

Jakarta: Gramedia, 2010.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2010.

Sunggono, Bambang Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2003.

Jurnal, Skripsi dan Majalah

Elfiani, “Akibat Overmacht(Keadaan Memaksa) dalam Perjanjian Timbal Balik”,

Al- Hurriyah, Vol. 13, No. 1, Januari-Juni: 2012.

Hidayat, M. Rifqi, “Analisis Hukum Kontrak Syariah Terhadap Klausul Force

Majeure dalam Akad Murabahah”, Banjarmasi: Tesis UIN Antasari, 2015.

Hidayat, Muhammad Rifqi dan Parman Komarudin, “Tinjauan Hukum Kontrak

Syariah Terhadap Ketentuan Force Majeure dalam Hukum Perdata”,

Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, Vol. 7, No. 1, Juni: 2017.

Isradjuningtia, Agri Chaerunisa, “Force Majeure (Overmacht) dalam Hukum

Kontrak(Perjanjian) Indonesia”,Jurnal UNPAR, Vol. 1, No. 1, 2015.

Page 95: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

84

Latifah, Mir’atul, dkk, Perubahan Regulasi Sebagai Keadaan Memaksa Terhadap

Perjanjian: Studi Kasus Putusan Perjanjian Karena Perubahan Reguasi

(Putusan No. 04/PDT.G/2004/PN.BTG), Depok: Fakultas Hukum UI,

2013.

Noor, Mohammad, “Memperkuat Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah”, Majalah

Peradilan Agama. Edisi 8, Desember, 2015.

Pranindira, Ceisa Sandrina, ”Analisis Penyelesaian Force Majeure dalam Produk

Pembiayaan Pada Bank Syariah”, Jakarta: Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah, 2016.

Rasuh, Daryl John, “Kajian Hukum Keadaan Memaksa (Force Majeure) Menurut

Pasal 1244 dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Lex

Privatum, Vol IV, No. 2, Februari, 2016.

Wardana, Arif Wisnu “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht dalam

Perjanjian Mudharabah….”, Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam

Indonesia, 2017.

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1444 ayat 2.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1244, 1245, 1444,

dan 1445.

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Fasilitas BPJS.

Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 156 (1) tentang Ketenagakerjaan.

Undan-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Jasa Angkutan.

Peraturan Bank Indonesia No. 13/8/PBI/2011 tentang Laporan Harian Bank

Umum.

Pengaturan Bank Indonesia No. 15/3/PBI/2013tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank Perkereditan Rakyat.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 49/POJK.03/2017 tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat.

Page 96: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

85

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tentang Keadaan Memaksa.

Fatwa DSN MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu

yang Menunda-Nunda Pembayaran

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 tentang Jaminan Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.

UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan pasal 24 ayat (3) tentang Jaminan Kesehatan.

Internet

Keadaan Memaksa (Overmacht), diakses pada 28 Juli 2018 Pukul 15.47 WIB dari

http://materihukum.com/keadaan-memaksa-overmacht/.

Overmacht dalam Perikatan, diakses pada 5 Agustus 2018 Pukul 22.15 WIB dari

http://www.npslawoffice.com/overmacht-dalam-perikatan/

Sutrawaty, Laras Force majeure Sebagai Alasan Tidak Dilaksanakan Suatu

Kontrak DiTinjau Dari Perspektif Hukum Perdata, di akses Pada 05 April

2019, Pukul. 01.00 WIB, dari https://media.neliti.com.

Suwastini, Sri “Kompetensi Absolut Pengadilan Agama Dalam Perkara Ekonomi

Syariah Di Pengadilan Agama Pontianak”, diakses pada 10 Maret 2019

dari (https://media.neliti.com)

Page 97: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Lampiran-Lampiran

Page 98: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman1dari66

PUTUSAN

Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA Mks.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara

bank syariah dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai

berikut dalam perkara antara:

PENGGUGAT, umur 53 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir Stara Dua

(S-2), pekerjaan Aparatur Sipil Negara (ASN), tempat tinggal di

Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota

Makassar, dalam hal ini di wakili oleh kuasa hukumnya TAHIR,

SH., S.HI., MH., warga Negara Indonesia, pekerjaan advokat,

pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum TAHIR & Rekan

beralamat di Jalan Abd. Daeng Serua Nomor 69, Kelurahan

Masale, Kecamatan Panakukkang, Kota Makassar.

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Desember

2015 selanjutnya disebut PENGGUGAT.

melawan

1. PT. BANK BNI SYARIAH , beralamat di Kelurahan Daya Kecamatan

Tamalanrea, Kota Makassar, disebut sebagai TERGUGAT.

2. KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA dan LELANG (KPKNL)

MAKASSAR, beralamat di Kelurahan Karuwisi Utara,

Kecamatan Panakukang Kota Makassar, disebut sebagai

TURUT TERGUGAT .

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 99: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman2dari66

Pengadilan Agama tersebut:

Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara.

Setelah mendengar para pihak di muka sidang.

DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan yang

terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Makassar tanggal 18

Desember 2015 di bawah register perkara Nomor 2279/Pdt.G/2015/PA Mks.

dengan mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa pada hari Jumat tanggal 27-11-2013 Penggugat telah

mengadakan perikatan (akad pembiayaan murabahah) dengan

Perseroan Terbatas PT. Bank BNI Syariah, di hadapan Notaris Hajjah

Andi Mindaryana Yunus, Sarjana Hukum, berkedudukan di Kota

Makassar.

2. Bahwa in cusa perikatan dimaksud Penggugat telah menjaminkan

kepada Tergugat, agunan sebidang tanah yang berdiri di atas Sertipikat

Hak Guna Bangunan Nomor 23251/Sudiang Raya, sebagaimana

diuraikan dalam Surat Ukur, tertanggal 18-06-2007, Nomor 04314/2007,

seluas 217 m2 (dua ratus tujuh belas meter persegi), Nomor Identifikasi

Bidang Tanah (NIB) : 20.01.11.06.3.2325), yang diterbitkan oleh Kantor

Pertanahan Kota Makassar tertanggal 24-07-2007, Sertipikat mana

terakhir terdaftar atas nama Penggugat.

3. Bahwa in cusa perikatan di maksud Penggugat mendapatkan realisasi

pembiayaan (harga perolehan) dari Tergugat Rp 200.000.000,00. (dua

ratus juta rupiah), total pengembalian angsur (bi tsaman ajil) kepada

Tergugat sebesar Rp 344.000.000,00. (tiga ratus empat puluh empat juta

rupiah), maka harga keuntungan (marjin) Tergugat sebesar Rp

144.000.000,00. (seratus empat puluh empat juta rupiah).

4. Bahwa in cusa perikatan di maksud Penggugat wajib melakukan

pelunasan pembiayaan kepada Tergugat secara angsuran/jangka waktu

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 100: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman3dari66

pembayaran 60 (enam puluh) bulan, terhitung sejak 27-11-2013 sampai

dengan 26-11-2018.

5. Bahwa untuk terpenuhi pada point 3 dan 4, maka keharusan Penggugat

melakukan pembayaran angsuran sebesar Rp 5.735.833,00. (lima juta

tujuh ratus tiga puluh lima delapan ratus tiga puluh tiga rupiah) setiap

bulannya, waktu mana ditetapkan paling lambat tanggal 25 setiap

bulannya dimulai sejak bulan Desember 2013. Hal mana pembayaran

angsuran dilakukan dengan pemindahbukuan via rekening nomor

0319370969 (Bank BNI Syariah Mikro Veteran Makassar) atasnama

Penggugat.

6. Bahwa keadaan mana Penggugat dalam pembayaran angsuran berjalan

lancar sampai bulan Juli tahun 2014 (dapat dilihat bukti transaksi

pemindahbukuan rekening/pemotongan angsuran). Namun pada bulan

Agustus tahun 2014 usaha Klinik Herbal Penggugat mulai menurun,

karena para pelanggan Penggugat beralih menggunakan fasilitas Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang ditetapkan pemerintah pada

tanggal 18 Januari 2013.

7. Bahwa keadaan mana Penggugat mengalami kerugian dimana stock

barang/herbal sudah rusak (kadaluarsa).

8. Bahwa segala upaya telah dilakukan oleh Penggugat untuk mencari

upaya maksimal penyelamatan usaha, akan tetapi sudah di luar

kekuasaan dan kemampuan akibat dari dampak penerapan pelanggan

Penggugat kecenderungan menggunakan fasilitas pada (point 6).

9. Bahwa pada tanggal 9 Januari 2015 keadaan mana Penggugat

mendapatkan surat teguran keras (somasi) dari Tergugat untuk segera

melunasi kewajiban angsuran/total tunggakan selama empat bulan

sebesar Rp 16.321.203,00 (enam belas juta tiga ratus dua puluh satu ribu

dua ratus tiga rupiah), itikad baik Penggugat telah melunasi

tunggakannya tanggal 25 Februari 2015 (setoran tunai tertanggal 25

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 101: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman4dari66

Februari 2015 sebesar Rp16.365.000,00.(enam belas juta tiga ratus

enam puluh lima ribu rupiah).

10. Bahwa telah menjadi ketentuan Akad, Penggugat tetap dikenakan denda

5 % pertahun dari angsuran tertunggak dan harus dibayar lunas oleh

Penggugat kepada Tergugat.

11. Bahwa selanjutnya Penggugat mendapatkan lagi peringatan-peringatan

dari Tergugat secara tertulis; tertanggal 4 Juni 2015 Perihal Surat

Peringatan I tunggapan sebesar Rp17.095.358,00.(tujuh belas juta

sembilan lima ribu tiga ratus lima puluh delapan rupiah), tertanggal 12

Juni 2015 Perihal Surat Peringatan II tunggakan menjadi sebesar Rp

22.828.689,00.(dua puluh dua juta delapan ratus dua puluh delapan ribu

enam ratus delapan puluh sembilan rupiah), tertanggal 23 Juni 2015

Perihal Surat Peringatan III mengharuskan penyelesaian/melunasi

seluruh kewajiban (total) Rp 192.336.525,00.(seratus sembilan puluh dua

juta tiga ratus tiga puluh enam ribu lima ratus dua puluh lima rupiah).

12. Bahwa terkait pada point 9, Penggugat masih dapat membayar

sebahagian tunggakan sebagaimana tercantum pada in cusa peringatan-

peringatan tersebut (bukti: setoran tunai tertanggal 16/06/2015 Rp

6.000.000,00 (enam juta rupiah) dan tertanggal 31/07/2015

Rp100.000,00.(seratus ribu rupiah).

13. Bahwa atas keadaan mana Penggugat tidak dapat menyelesaikan

kewajiban angsuran, pada tanggal 24 November 2015 Tergugat

menyampaikan perihal Surat Pemberitahuan jadwal Lelang hari Rabu,

tanggal 23 Desember 2015 dari Turut tergugat kepada Penggugat.

Terlampir lembaran Pengumuman Lelang I (dengan limit lelang Rp

312.600.000,00.(tiga ratus dua belas juta enam ratus ribu rupiah), uang

jaminan Rp 63.000.000,00.(enam puluh tiga ribu ribu juta rupiah).

14. Bahwa sebelumnya Penggugat telah mengajukan Surat kepada Tergugat

perihal pembebasan kewajiban hutang, tertanggal 23 Desember 2014,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 102: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman5dari66

tertanggal 7 Februari 2015, tertanggal 10 Februari 2015, tertanggal 29

Juli 2015, pada inti permohonannya agar:

a. seluruh kewajiban atas beban hutang dibebaskan dengan dasar

alasan usaha Penggugat tergolong peristiwa sebagai keadaan

memaksa (force majeure) sesuai bunyi Pasal 17 tertuang di akad

Pembiayaan Murabahah yang dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi

Mindaryana Yunus, Sarjana Hukum, dengan akte nomor 103 yang

disepakati bersama.

b. Dengan itikad baik Penggugat berupaya memenuhi kewajiban

dengan meminta petunjuk, saran, arahan serta pembinaan dari pihak

Tergugat dan meminta restrukturisasi/perubahan schedule dengan

pembayaran separuh dari gaji Penggugat sebagai pegawai negeri.

Namun pihak Tergugat hanya mengarahkan dan menunjukkan

beberapa bank lain untuk meng-take over pinjaman Penggugat dan

memaksa melunasi kewajiban.

15. Bahwa dengan dinyatakan Penggugat telah melakukan perbuatan

cedera janji (wanprestasi/Mukhalafatu Syuruth) oleh Tergugat, kondisi

mana Penggugat mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan

pula berupa;

a. Peristiwa tanggal 23 Desember 2014, oknum petugas Tergugat dari

bersifat kasar dianggap arogansi dengan melakukan penggembokan,

mencat pagar dengan tulisan, dan merante/gembok pagar rumah

diketahui anak Penggugat dan teman anak Penggugat sedang di

dalam rumah hingga kelaparan, diketahui Penggugat pada jam 17.00

Wita pulang dari kantornya, anak Penggugat dan temannya tertolong

dengan panjat pagar, waktu mana yang sama Penggugat tinggalkan

rumah dan menumpang di rumah keluarga.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 103: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman6dari66

b. Dan dampak melakukan penggembokan dan merante/gembok pagar

rumah, usaha Penggugat sebagai pemilik sekaligus pegelola Klinik

Herbal bertempat di rumah tersebut otomatis ditutup.

16. Bahwa pada posita yang telah diuraikan di atas menemukan fakta di

mana ketentuan pada akad pada Pasal 2, Tergugat mendapatkan total

keuntungan sebesar 72 % (selama 60 bulan), berlakunya denda 5% dan

tidak ada kejelasan dalam akad hitungan persen bagi hasil (nisbah)

antara Penggugat-Tergugat atau rasio pembinaan usaha

nasabah/kebaikan Penggugat karena keharusan Tergugat sebagai

sahibul mal fil mudharib, dengan demikian dapat dinyatakan tidak

memiliki prinsip syariah yang syirkah, mudharabah wa musyarakah,

tidak jelas/samar-samar (gharar), serta keharusan memperhatikan

kehalalan ; sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 2

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

17. Bahwa demikian pula dikuatkan pada ketentuan Fatwa No. 7 /DSN-

MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan mudharabah, berkaitan dengan

ketentuan akad perkara a aquo.

18. Bahwa keadaan mana tersebut menjadi syarat batal, sebagaimana diatur

dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1449 KUHPerdata perkara a

quo.

Berdasarkan atas hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka

Penggugat, memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Makassar Cq.

Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk

memberi putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan bahwa perikatan (akad pembiayaan murabahah) antara

Pengugat dengan Tergugat di hadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana

Yunus, Sarjana Hukum, berkedudukan di Kota Makassar, tertanggal 27-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 104: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman7dari66

11-2013, tidak memiliki prinsip syariah dan ketentuan akad, maka harus

dinyatakan syarat batal.

3. Menghukum Tergugat membatalkan perikatan/perjanjian Nomor 103

(akad Pembiayaan Murabahah) dengan Penggugat, yang telah dibuat

dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, Sarjana Hukum.,

berkedudukan di Kota Makassar, tertanggal 27-11-2013, karena

merugikan Penggugat.

4. Menyatakan bahwa menerima keadaan mana Penggugat seluruh

kewajiban atas beban hutang dibebaskan dengan dasar alasan usaha

Penggugat tergolong peristiwa sebagai keadaan memaksa (force

majeure).

5. Menghukum Tergugat untuk membebaskan Penggugat dari segala

pembiayaan angsuran dan beban biaya lainnya dikerenakan usaha

Penggugat tergolong peristiwa keadaan memaksa (force majeure) dan

tanpa syarat.

6. Menghukum Tergugat untuk mengembalikan agunan Pengugat berupa

sebidang tanah yang Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor:

23251/Sudiang Raya, sebagaimana diuaraikan dalam Surat Ukur,

tertanggal 18-06-2007, Nomor 04314/2007, seluas 217 M2. (dua ratus

tujuh belas meter persegi), Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) :

20.01.11.06.3.2325), yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kota

Makassar tertanggal 24-07-2007, Sertipikat mana terakhir terdaftar

atasnama Penggugat dan tanpa syarat.

7. Menyatakan bahwa prosesi pelelangan yang dilakukan oleh Turut

Tergugat tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dikarenakan

klausal syarat batal perikatan/perjanjian akad antara Pengugat dan

Tergugat.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 105: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman8dari66

8. Menghukum Turut Tergugat membatalkan segala berkaitan ketentuan

prosesi pelelangan dan atau sekaligus terpilihnya pemenang lelang

sebagai pembeli yang beritikad baik.

9. Menghukum Tergugat dan Turut Tergugat untuk membayar biaya

perkara.

Atau: Apabila majelis hakim berpendapat lain dalam kaitannya dengan

perkara a quo, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aeque et bono).

Menimbang, bahwa pada hari-hari persidangan perkara ini Penggugat

dan Tergugat masing-masing diwakili oleh kuasanya untuk datang

menghadap.

Menimbang, bahwa sebelum memeriksa perkara, Penggugat dan

Tergugat terlebih dahulu melakukan mediasi di hadapan mediator hakim

Pengadilan Agama Makassar, akan tetapi tidak berhasil, karena para pihak

tidak mengajukan usul kesepatakan damai. Pemeriksaan kemudian

dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan Penggugat dan oleh

Penggugat dinyatakan berketetapan pada gugatannya.

Menimbang, bahwa atas gugatan tersebut Tergugat dan turut

Tergugat memberikan jawaban sebagai berikut :

Jawaban Tergugat :

Setelah membaca dan mempelajari gugatan yang disampaikan oleh

Penggugat dalam perkara Nomor 2279/PDT.G/2016/PA.MKS. di

Pengadilan Agama Makassar, maka dengan ini kami menyampaikan

eksepsi dan jawaban terhadap pokok perkara (in casu PT. Bank BNI

Syariah), sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 106: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman9dari66

I. DALAM EKSEPSI

Bahwa Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) dengan ini mengajukan

eksepsi, berdasarkan alasan serta dasar hukum sebagai berikut berikut :

OBYEK GUGATAN KABUR (OBSCUUR LIBEL)

1. Bahwa formulasi gugatan tidak jelas, kabur. Posita (fundamentum

petendi) tidak menjelaskan dasar hukum (rechtsgrond) atau pasal-

pasal peraturan perundang-undangan dan kejadian yang mendasari

gugatan dan Petitum Penggugat. Dalam posita maupun petitum

gugatan Penggugat tidak dijelaskan dasar hukum gugatan, apakah

dasar gugatan Penggugat kepada Tergugat termasuk kedalam

kategori Perbuatan Melawan Hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)

ataukah wanprestasi (Pasal 1238 KUHPerdata).

Dengan tidak dijelaskannya dasar hukum suatu gugatan maka

gugatan tersebut harus dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat

diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard) sebagaimana dikuatkan dalam

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 239 K/Sip/1968 yang

menyatakan ”Gugatan yang tidak berdasarkan hukum harus

dinyatakan tidak dapat diterima…”.

Bahwa dalil gugatan yang demikian tentunya tidak memenuhi

syarat formil suatu gugatan yakni harus jelas dan tegas (een duidelijke

en bepaalde conclusie) sebagaimana diatur pasal 8 Rv. Dengan tidak

terpenuhinya syarat formil suatu gugatan maka gugatan tersebut

harus dinyatakan gugatan Penggugat tidak diterima (Niet Ontvankelijk

Verklaard) sebagaimana dikuatkan dalam Yurisprudensi Mahkamah

Agung RI No. 1343 K/Sip/1975 tanggal 15 Mei 1979 yang menyatakan

”Karena gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh karena tidak

memenuhi persyaratan formil”.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 107: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman10dari66

2. Bahwa antara posita dengan petitum saling bertentangan, dalam

posita Gugatan Penggugat angka 14 huruf (b) menjelaskan

“…dengan iktikad baik Penggugat berupaya memenuhi kewajiban …

dan meminta restrukturisasi dengan pembayaran separuh dari gaji

Penggugat sebagai PNS…dst” sedangkan dalam Petitumnya angka 5

menyebutkan “..Menghukum Tergugat untuk membebaskan

Penggugat dari segala pembiayaan angsuran dikarenakan usaha

Penggugat tergolong peristiwa keadaan memaksa (force majeure)…”

Berkaitan dengan pertentangan tersebut, dalam Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI No. 28 K/Sip/1973 menyebutkan : “yang

menyatakan Petitum sangat bertentangan dengan Posita dan gugatan

dinyatakan tidak dapat diterima dan Kabur.

3. Bahwa di dalam petitum angka 7 dan 8 gugatan Penggugat , pada

intinya menyebutkan bahwa “…menyatakan prosesi pelelangan yang

dilakukan oleh Turut Tergugat tidak mempunyai kekuatan hukum

memikat… Menghukum Turut Tergugat membatalkan segala

berkaitan ketentuan prosesi pelelangan dan/atau terpilihnya

pemenang lelang sebagai pembeli…” merupakan petitum yang masih

bersifat umum dan abstrak dan tidak jelas.

Hal ini dikarenakan Penggugat tidak menyebutkan prosesi

pelelangan yang mana, tanggal berapa dan obyek yang mana yang

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat serta ketentuan

pelelangan mana yang harus dibatalkan. Selain itu Penggugat dalam

petitumnya tidak menyebutkan kerugian apa yang diderita atas

tindakan yang dilakukan Tergugat , sehingga petitum tersebut tidak

memenuhi syarat formil dan materil karena obscuur libel

(sebagaimana di atur dalam pasal 8 Rv).

Bahwa dengan tidak jelasnya, bersifat umum dan abstrak petitum

pada gugatan Penggugat, maka gugatan tersebut tidak sempurna dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 108: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman11dari66

harus dinyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk

Verklaard) sebagaimana dikuatkan dalam Yurisprudensi Mahkamah

Agung RI No. 492 K/Sip/1970 tanggal 21-11-1970 yang menegaskan

bahwa “Gugatan yang tidak sempurna, karena tidak menyebutkan

dengan jelas apa yang dituntut, harus dinyatakan tidak dapat diterima”

4. Bahwa berdasarkan argumentasi yuridis tersebut diatas, jelas gugatan

Penggugat kepada Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) tidak

berdasarkan hukum dan kabur (Obscuur Libel) oleh karenanya

GUGATAN PENGGUGAT HARUS DINYATAKAN TIDAK DAPAT

DITERIMA (Niet Ontvankelijk Verklaard).

II. DALAM POKOK PERKARA

Bahwa Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) dengan ini menolak

dengan tegas seluruh dalil yang dikemukakan Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa-apa yang telah diakui dan dibenarkan secara

tegas oleh Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah), Bahwa dalil-dalil

Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) yang telah digunakan dalam

eksepsi dengan ini secara mutatis mutandis berlaku dan diinyatakan

kembali dalam pokok perkara sebagai satu kesatuan serta bagian yang

tidak terpisahkan dalam pokok perkara ini :

1. Bahwa Tergugat merupakan Bank Umum Syariah yang salah satu

kegiatan usahanya adalah menghimpun dana masyarakat dalam

bentuk simpanan/ investasi dan menyalurkan pembiayaan kepada

masyarakat berdasarkan Akad Murabahah, Musyarakah maupun akad

lainnya berdasarkan prinsip Syariah.

2. Bahwa dalil Gugatan Penggugat dalam posita angka 1 s/d 5 yang

pada intinya telah mengakui telah menerima Fasilitas Pembiayaan

Murabahah untuk renovasi tempat usaha dan pembelian peralatan dari

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 109: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman12dari66

Tergugat berdasarkan Akad Pembiayaan Murabahah No. 103 yang

dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, SH tanggal

27 November 2013.

3. Bahwa dalil Gugatan Penggugat dalam posita angka 6 yang pada

intinya menyatakan bahwa “Penggugat dalam pembayaran angsuran

berjalan lancar sampai bulan Juli 2014, namun pada bulan agustus

tahun 2014 usaha klinik herbal Penggugat mulai menurun, karena para

pelanggan beralih menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan…”

merupakan pengakuan yang sempurna oleh Penggugat.

Bahwa Penggugat sendiri mengakui secara tegas bahwa dari bulan

juli 2014 sampai dengan gugatan ini diajukan hanya 6 (enam)

kali/bulan saja Penggugat membayar angsuran.

Sehingga dapat diketahui bersama bahwa Penggugatlah sebenarnya

yang telah melakukan wanprestasi dengan tidak melaksanakan

kewajibannya berdasarkan akad pembiayaan yang telah disepakati

bersama.

4. Bahwa dalil Gugatan Penggugat dalam posita angka 6, 7, 8, 14 huruf

(a) yang pada intinya menyatakan bahwa ”…dampak dari penerapan

fasilitas BPJS Kesehatan yang ditetapkan pemerintah tanggal 18

Januari 2013 mengakibatkan keadaan force majeure (sesuai pasal 17

Akad Pembiayaan Murabahah) dimana para pelanggan Penggugat

beralih menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan sehingga usaha klinik

herbal menjadi menurun…” merupakan dalil yang keliru, mengada-

ngada dan penuh dengan rekayasa hukum belaka.

Bahwa fasilitas kesehatan melalui sarana BPJS Kesehatan telah

digulirkan oleh Negara/Pemerintah melalui UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden No. 12

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 110: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman13dari66

Bahwa fasilitas tersebut telah diundangkan dan diterapkan jauh

sebelum Penggugat mengajukan pembiayaan dengan akad

pembiayaan murabahah (jual-beli) bukan pembiayaan musyarakah

kepada Tergugat. Selain itu pembiayaan yang diterima oleh Penggugat

dari Tergugat sesuai dengan Akad Pembiayaan Murabahah No. 103

yang dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, SH

adalah untuk renovasi rumah dan pembelian peralatan sehingga tidak

ada kaitannya dengan BPJS Kesehatan.

Bahwa terkait dengan Peraturan Pemerintah yang dianggap force

majeure yakni merupakan suatu keputusan administratif pemerintah

setempat (beschiking), yang mengatur boleh tidak nya seseorang atau

badan hukum melakukan suatu perbuatan hukum terhadap objek

tertentu.

Adapun kebijakan pemerintah yang dapat dikategorikan force majeure

seperti yang diatur dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.

24/K/Sip/1958 yang menyatakan bahwa “Kebijakan pemerintah

sebagai force majeure adalah keluarnya kebijakan pemerintah yang

melarang sesuatu yang ada kaitannya dengan isi perjanjian yang

membuat kalau debitur memaksakan diri untuk melaksanakannya

akibatnya debitur dapat ditangkap”. Seperti halnya Peraturan

Pemerintah mengenai larangan impor baju bekas, padahal

sebelumnya impor baju bekas tidak dilarang, namun karena banyaknya

wabah penyakit dan berdampak luas maka pemerintah melarang impor

baju bekas.

5. Bahwa dalil gugatan Penggugat dalam posita angka 10, 16, 17 dan 18

yang pada intinya menyatakan bahwa “… telah menjadi ketentuan

Akad, Penggugat dikenakan denda 5% pertahun dari angsuran

tertunggak dan harus dibayar lunas kepada Tergugat… berlakunya

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 111: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman14dari66

denda 5 % dan tidak ada kejelasan persen bagi hasil (nisbah) antara

Penggugat-Tergugat dapat dinyatakan tidak memiliki prinsip syariah

seperti dikuatkan Fatwa MUI tentang pembiayaan Mudharabah…”

merupakan dalil yang keliru, mengada-ngada dan tidak berdasarkan

hukum.

Bahwa pengenaan denda pada prinsipnya bukanlah sesuatu hal yang

bertentangan dengan hukum yang berlaku, pengenaan denda

merupakan suatu sanksi bagi Nasabah yang sengaja menunda-nunda

angsuran kewajibannya. Hal tersebut sesuai dengan Fatwa Dewan

Syari’ah Nasional NO: 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas

Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran.

Namun faktanya meskipun telah diatur dalam akad pembiayaan

maupun di dalam Fatwa DSN MUI, pihak Tergugat pada praktiknya

tidak pernah menerapkan denda atau menjatuhkan sanksi denda

kepada Penggugat yang telah nyata-nyata lalai dalam melaksanakan

kewajibannya.

Sedangkan terkait dengan dalil tidak ada kejelasan persen bagi hasil

(nisbah) antara Penggugat-Tergugat dapat dinyatakan tidak memiliki

prinsip syariah seperti dikuatkan Fatwa MUI tentang pembiayaan

Mudharabah merupakan dalil yang sangat keliru dan tidak berdasarkan

hukum sama sekali, hal ini dikarenakan antara Penggugat dengan

Tergugat telah sepakat untuk mengadakan Akad Pembiayaan

Murabahah (jual beli) bukan Akad Pembiayaan Mudharabah (bagi

hasil) untuk modal kerja. Sehingga di dalam akad pembiayaan

murabahah telah diatur tegas berapa harga pokok, keuntungan (margin

bank) dan harga jual bank/total pembiayaan yang wajib dibayar oleh

Penggugat kepada Tergugat.

6. Bahwa dalil Gugatan Penggugat dalam posita angka 9, 11, 13 dan 15

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 112: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman15dari66

merupakan dalil yang mengada-ngada, tidak jelas, tidak beralasan

hukum dan tidak patut untuk dipertimbangkan. Hal tersebut

dikarenakan sebagai berikut :

a). Bahwa untuk menyelesaikan pembiayaan Penggugat dan

menjaga dana masyarakat yang dikelola oleh Tergugat, maka

setelah melakukan negosiasi dan musyawarah untuk penyelesaian

pembiayaan Penggugat tidak menemukan titik temu, serta surat-

surat teguran dari Tergugat tidak ditanggapi serius oleh

Penggugat, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Tergugat berwenang dan dilindungi oleh hukum untuk melakukan

penjualan jaminan/agunan pembiayaan (objek hak tanggungan)

melalui kantor lelang.

b). Bahwa mengenai Penggugat dan keluarganya mendapat

perlakuan kasar dari Tergugat merupakan dalil yang tidak benar

dan mengada-ngada, sedangkan mencat pagar dengan tulisan

dalam rangka memasang pengumuman, memasuki pekarangan

merupakan bagian dari upaya Tergugat untuk menyelamatkan

pembiayaan Penggugat. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 15

Akad Pembiayaan Murabahah No. 103 yang dibuat dihadapan

Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, SH tanggal 27 November

2013, yakni “…Dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian

Pembiayaan, Bank berwenang melakukan hal-hal sebagai berikut:

− Memasuki objek agunan, memasang papan tanda, stiker atau

bentuk-bentuk lainnya yang dipasang ke atau dituliskan pada

objek agunan Pembiayaan tanpa memerlukan persetujuan/izin

terlebih dahulu dari Nasabah.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 113: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman16dari66

− Nasabah menyetujui bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan

Bank dalam Pasal ini bukan merupakan tindakan pencemaran

nama baik Nasabah ataupun perbuatan tidak menyenangkan

dan bukan pula tindakan yang melanggar hukum, sehingga

Nasabah tidak akan mengajukan gugatan perdata maupun

pidana”.

c). Bahwa pada dasarnya Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang

dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam

UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (UUPA) berikut benda-benda lain yang merupakan satu

kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu

terhadap kreditor-kreditor lain (pasal 1 angka 1 UUHT).

d). Bahwa di dalam Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan (UUHT) telah tegas menyatakan bahwa pemegang

Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek

Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan

umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan

tersebut apabila debitur cidera janji.

e). Bahwa apabila debitur melakukan perlawanan terhadap eksekusi

agunan di pengadilan, maka terhadap agunan yang dibebani

dengan Hak Tanggungan tersebut tetap dapat dilakukan eksekusi

meskipun belum ada putusan pengadilan. Hal ini dikarenakan

adanya Sertipikat Hak Tanggungan yang diatur dalam Pasal 14

UUHT, fungsi Sertipikat tersebut adalah sebagai tanda bukti yang

diterbitkan oleh Kantor Pertanahan dan Sertipikat tersebut memuat

irah-irah dengan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Dengan adanya irah-irah

tersebut, maka Sertipikat tersebut mempunyai kekuatan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 114: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman17dari66

eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap (pasal 14 ayat [3] UUHT).

7. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelas dan tegas bahwasanya

Gugatan dari Penggugat kepada Tergugat untuk tidak melakukan

pelelangan atas objek Hak Tanggungan, sama sekali tidak berdasar

hukum dan hanya merupakan upaya untuk mengulur waktu dan

menghambat penyelesaian kewajiban atas hutang dari Penggugat

sendiri. Maka sudah sepantasnya jika Majelis Hakim yang terhormat

berkenan menolak seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan a quo tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklraad).

Berdasarkan alasan-alasan dan fakta hukum yang Tergugat

kemukakan di atas, mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Agama

Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara a quo agar menjatuhkan

putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1. Menerima eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan obyek gugatan Penggugat kabur (Obscuur Libel);

3. Menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima (Niet onvenkelijke Verklaard).

DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya

menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet

onvenkelijke Verklaard).

2. Menyatakan Penggugat adalah Penggugat yang tidak benar dan

beritikad buruk.

3. Menyatakan Tergugat adalah sebagai pihak yang beritikad baik dan patut

dilindungi hukum.

4. Menghukum Penggugat untuk tunduk dan patuh atas putusan dalam

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 115: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman18dari66

perkara ini.

5. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang

timbul dalam perkara a quo.

Menimbang jawaban Turut Tergugat sebagai berikut :

A. DALAM EKSEPSI

1. Bahwa Turut Tergugat dengan tegas menolak seluruh dalil Penggugat,

kecuali terhadap hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya;

2. Eksepsi gugatan aquo tidak dapat diperkarakan (Premptoria eksepsi):

a. Bahwa terkait gugatan Penggugat yang ditujukan kepada Turut

Tergugat maka dapat Turut Tergugat tegaskan bahwa gugatan

Penggugat tidak dapat diperkarakan, karena lelang atas objek perkara

a quo telah dibatalkan oleh Pejabat Lelang;

b. Bahwa lelang eksekusi pasal 6 Undang Undang Hak Tanggungan

atas permintaan PT. BNI Syariah Divisi Mikro KCP Tamalanrea in

casu Tergugat terhadap objek lelang berupa (selanjutnya disebut

objek perkara aquo) “Sebidang tanah seluas 217 m2 berikut

bangunan tempat tinggal di atasnya sesuai Sertipikat Hak Guna

Bangunan Nomor 23251 atas nama Hj, Syamsiar A. Ilyas, SKM,

terletak di Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota

Makassar” telah dilakukan “pembatalan lelang” oleh Pejabat Lelang

berdasarkan Surat Pernyataan Pembatalan Lelang Nomor SPL-

164/WKN.15/KNL.0205/2015 tanggal 23 Desember 2015.

c. Bahwa oleh karena adanya pembatalan lelang terhadap objek perkara

a quo maka kami mohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia untuk

menolak atau setidak-tidaknya tidak menerima gugatan a quo karena

jelas-jelas tidak dapat diperkarakan (premature).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 116: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman19dari66

B. DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa apa yang telah diuraikan dalam eksepsi tersebut di atas, mohon

juga dianggap telah termasuk dalam pokok perkara ini, serta Turut

Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat, kecuali

terhadap apa yang diakui secara tegas kebenarannya.

2. Bahwa yang menjadi pokok permasalahan gugatan Penggugat pada

pokoknya adalah mempersoalkan tindakan Tergugat yang menurut

Penggugat merugikan Penggugat, yang tidak ada sangkut pautnya

dengan Turut Tergugat, sehingga Turut Tergugat tidak akan menjawab

dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat yang tidak berkaitan dengan

tugas dan wewenang Turut Tergugat.

3. Bahwa dalam perkara a quo, posisi/kedudukan KPKNL Makassar in

casu Turut Tergugat adalah sebagai perantara penjualan melalui

lelang, sebagaimana tugas dan fungsi sesuai peraturan/perundang-

undangan yang berlaku.

4. Bahwa terhadap lelang Eksekusi Pasal 6 Undang Undang Hak

Tanggungan yang dimohonkan PT. BNI Syariah Divisi Mikro KCP

Tamalanrea in casu Tergugat sesuai dengan surat permohonan lelang

Nomor KCPM/860-5/026/11/2015 tanggal 18 November 2015 telah

dijadwalkan pelaksanaannya tanggal 23 Desember 2015 sebagaimana

surat Kepala KPKNL Makassar Nomor : SPNT-567/WKN.15.02/2015

tanggal 19 November 2015, namun pada saat hari pelaksanaan lelang,

Pejabat Lelang membatalkan pelaksanaan lelang objek perkara a quo

sesuai dengan Surat Pernyataan Pembatalan Lelang Nomor: SPL-

164/WKN.15/KNL.0205/2015 tanggal 23 Desember 2015.

5. Bahwa demikian pula, atas pembatalan lelang terhadap objek perkara a

quo, Turut Tergugat juga telah menyurati Tergugat dengan surat Nomor

S-2092/WKN.15/KNL.02/2015 tanggal 28 Desember 2015 hal

Pembatalan Lelang, dimana pada pokoknya Turut Tergugat telah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 117: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman20dari66

memberitahukan bahwa atas permohon lelang yang diajukan oleh

Tergugat atas objek perkara a quo telah dilakukan pembatalan lelang

dengan alasan karena tidak memenuhi legalitas formal subjek dan

objek lelang. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI

Nomor : 103/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Lelang, Pasal 27 huruf e, dengan tegas dinyatakan bahwa “

Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang di luar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan oleh Pejabat Lelang

dalam hal ( e ) tidak memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang

karena terdapat perbedaan data pada dokumen persyaratan lelang”.

Dengan demikian pelaksanaan lelang atas objek perkara aquo tidak jadi

dilaksanakan atau telah dibatalkan.

6. Bahwa perlu Turut Tergugat sampaikan bahwa KPKNL Makassar telah

menjalankan tugas dan kewenangannya di bidang lelang sesuai

prosedur hukum yang berlaku sesuai Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) Nomor 93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah diubah dengan PMK

Nomor 103/PMK.06/2013,

7. Bahwa oleh karenanya, tuntutan Penggugat dalam gugatan yang

ditujukan terhadap Turut Tergugat yaitu petitum angka 7 dan 8 patut

ditolak atau dikesampingkan, karena tidak adanya tindakan Turut

Tergugat atas perkara a quo yang merugikan Penggugat ataupun yang

dapat dikategorikan sebagai tindakan perbuatan melawan hukum

(onrecht matigedaad).

Maka, berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Turut Tergugat mohon

agar kiranya Majelis Hakim Pengadilan Agama Makassar berkenan memutus

dengan amar sebagai berikut :

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 118: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman21dari66

Dalam Eksepsi :

1. Menyatakan Eksepsi Turut Tergugat cukup tepat dan beralasan sehingga

dapat diterima.

2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk

Verklaard);

Dalam Pokok Perkara :

1. Menyatakan gugatan Penggugat ditolak untuk seluruhnya atau setidak-

tidaknya menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima

(Niet Ontvankelijk Verklaard);

2. Menyatakan tidak ada tindakan Turut Tergugat yang bisa dikategori

Perbuatan Melawan Hukum;

3. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara;

Atau: Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-

adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat dan turut Tergugat

tersebut, Penggugat mengajukan replik sebagai berikut :

Terhadap jawaban yang telah diajukan oleh Tergugat pada

persidangan tertanggal 3 Maret 2016 dan Turut Tergugat pada persidangan

tertanggal 11 Pebruari 2016, dengan ini memberikan replik sebagai berikut :

I. MENGENAI EKSEPSI

1. Eksepsi Penggugat dan Turut Tergugat ini dengan tegas ditolak

karena menyatakan bahwa dalil-dalil gugatan Penggugat telah

memenuhi persyaratan formalitas gugatan Penggugat, hal mana PT.

Bank BNI Syariah pada Kantor Cabang Pembantu Tamalanrea Kota

Makassar diposisikan sebagai Tergugat dan KPKNL Makassar

diposisikan sebagai Turut Tergugat dalam perkara a quo telah sesuai

dengan bukti-bukti yang diajukan persidangan kemudian.-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 119: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman22dari66

2. Sebagaimana dalam in cusa gugatan Penggugat, pada positanya

telah jelas memberikan gambaran tentang kejadian (materile

gebeuren) yang merupakan alasan yang layak untuk dijadikan dasar

tuntutan Penggugat, sedangkan petitum sebagai kesimpulan atau

keseluruhan substansi gugatan yang berisi hal-hal yang dimohonkan

diputuskan di Pengadilan.

3. Dalam eksepsi Terut-Tergugat point angka 2 a,b,c, dapat ditanggapi

pada eksepsi tersebut dengan tegas ditolak, karena sebelumnya telah

terjadi suatu peristiwa hukum prosesi/prosedural administratif yang

telah diproses berlaku final pada “ legalitas formil dan objek lelang”

dengan Tergugat sampai terbitnya penggumuman lelang pertama

pada tanggal 23 Desember 2015 sebagaimana dimaksud dalam Pasal

1 ayat 23 Peraturan Menteri Keuangan No.93/PMK.06/2010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang;

“Legalitas formal subjek dan objek lelang adalah suatu kondisi

dimana dokumen persyaratan lelang telah dipenuhi oleh pemohon

lelang/Penjual sesuai jenis lelangnya dan tidak ada perbedaan data,

menunjukkan hubungan hukum antara pemohon lelang/Penjual

(subjek lelang) dengan barang yang akan dilelang (objek lelang),

sehingga meyakinkan Pejabat Lelang bahwa subjek lelang berhak

melelang objek lelang, dan objek lelang dapat dilelang”.

4. Maka patutnya untuk tidak dapat diterima atau diabaikan dalil eksepsi

Tergugat dan Turut Tergugat tersebut.

II. DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa hal-hal yang telah dikemukan dalam tanggapan terhadap dalil

eksepsi di atas, sepanjang ada kaitannya dengan terhadap jawaban

pokok perkara, disisipkan pula di sini dengan demikian tidak

terpisahkan satu sama lain. Dengan tegas menolak semua dalil dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 120: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman23dari66

alasan Tergugat dan Turut Tergugat, sepanjang dalil dan alasan itu

merugikan Penggugat.

2. Bahwa diketahui Tergugat merupakan bank umum syariah yang salah

satu kegiatan usahanya adalah menghimpun dana masyarakat dalam

bentuk simpanan/investasi dan menyalurkan pembiayaan kepada

masyarakat berdasarkan Akad Murabahah, Musyarakah maupun akad

lainnya berdasarkan prinsip syariah. Terhadap perkara a quo tidak

berprinsip syariah.

3. Bahwa Tergugat untuk mengetahui terhadap perkara a quo tidak

memiliki prinsip syariah adalah pada in cusa perikatan (Akad

Pembiayaan Murabahah) Penggugat-Tergugat pada hari Jum’at

tanggal 27-11-2013 dengan Akte Nomor 103, dibuat dihadapan

Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, Sarjana Hukum.

4. Bahwa untuk mengetahui in cusa perjanjian/pada Akad Pembiayaan

Murabah di maksud point angka 3 di atas, kemudian dihubungkan

dengan posita angka 16 pada in cusa gugatan Penggugat terdapat

kekhilafan/akad tidak shahih mengarah kepada kezaliman/samar-

samar (gharar)/ kebathilan/ketidakhalalan, diuraikan sebagai berikut:

4.1. In cusa Akad Pembiayaan Murabahah yang disebutkan pada

point 3 di atas adalah mengandung unsur bunga (interest/riba);

ketentuan mana Tergugat mendapatkan total keuntungan

sebesar 72 % (selama 60 bulan) dan berlaku denda 5 persen

(tertuang dalam Pasal 2 dan 7), sebagaimana keadaan

Penggugat dalam in cusa gugatannya pada posita angka 16.

4.2. Bahwa Tergugat bertindak la Sahibul Maal fil Mudharif yaitu

Tergugat tidak menjalankan fungsinya selaku pemilik dana

(Sahibul maal) sebenarnya kepada Penggugat selaku nasabah

pengelola dana (Mudharif), tidak mampu mengatur/ pembinaan

(ijtihad) usaha kebaikan Penggugat, sebagaimana keadaan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 121: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman24dari66

Penggugat dalam in cusa gugatannya pada posita angka 3 –

15.

4.3. In cusa Akad Pembiayaan Murabahah secara keseluruhannya

tidak jelas/gharar atas kententuan akad bagi hasil mudharabah

(qiradh) antara Penggugat dan Turut Tergugat yang pada

lazimnya/kekhususan dalam setiap praktek perbankan syariah

yaitu seharusnya Keuntungan usaha secara mudharabah

pihak pertama (Tergugat/shahibul maal) menyediakan seluruh

modal 100 %, sedang pihak lainnya pengelola usaha

(Penggugat/mudharib) harus jelas dituangkan dalam kontrak.

5. Bahwa dampak dari point angka 4 (4.1-4.3) di atas, mengakibatkan

ketidakberdayaan Penggugat melakukan pembayaran cicilan,

sehingga dinyatakan Penggugat telah melakukan perbuatan cedera

janji (wanprestasi/mukhlafatu syuthur).

6. Bahwa dampak dari point angka 4 (4.1-43) di atas, usaha klinik herbal

Penggugat mengalami kemerosotan/penurunan usaha, Tergugat tidak

memberikan solusi/berijtihad/rasio pembinaan terbaik/produktif atau

penyelamatan usaha, cendrung Tergugat mengarahkan Penggugat

meng-Take Over pinjaman atau segera melunasi kewajiban, di mana

keadaan in cusa gugatan Penggugat pada posita angka 6, dan 7.

7. Bahwa Penggugat menyatakan Tergugat tidak memiliki pembinaan

etikad baik/tidak berakhlak mulia, keadaaan mana in cusa gugatan

Penggugat pada posita angka 15.

8. Bahwa in cusa gugatan Penggugat pada posita angka 14 adalah

bersifat permohonan kepada Tergugat tetapi diabaikan.

9. Bahwa ketika diketahui Turut-Tergugat telah dimediakan/

pemberitahukan jadwal lelang pada tanggal 23 Desember 2015,

akibat perbuatan Turut-Tergugat tersebut sangat merugikan

Penggugat karena dapat dimungkinkan kehilangan kepemilikan hak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 122: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman25dari66

atas Sertipikat Hak bangunan Nomor 23251/Sudiang Raya diterbitkan

oleh kantor Pertanahan Kota Makassar (dalam masa hak tanggungan)

berakhir jatuh kepada orang lain/pembeli yang beretikad baik.

10. Bahwa dalam perkara a quo, diposisikan sebagai Turut Tergugat,

karena adanya kesertaan merealisasikan permohonan Tergugat untuk

melaksanakan pelelangan, sebagaimana telah dijadwalkan/

dimediakan pemberitahuan jadwal lelang pada tanggal 23 Desember

2015.

11. Bahwa adanya tindakan Turut Tergugat melakukan pembatalan

lelang terhadap objek lelang pada saat hari pelaksanaan lelang,

adalah tidak objektif, ketidakwajaran, ketidakseksamaan, terdapat

kekeliruan yang nyata (erroneous real), pada lazimnya dalam

administation of legal issues ketika sedang berperkara para pihak

seharusnya Turut-Tergugat melakukan “penundaan pelelangan” saja

sampai para pihak telah mendapatkan putusan tetap, kondisi mana

seharusnya Turut Tergugat tetap konsisten menjalani prosesi hukum

dan bersedia menerima akibat hukum ditimbulkan pasca putusan.

12. Bahwa agar dapat menguatkan in cusa gugatan Penggugat dengan

Tergugat seluruhnya , maka perlu dituangkan ketentuan-ketentuan

mendasari yakni.

12.1 Pasal 1 ayat 7 (ralat ayat 5) dan Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, selaras

disebutkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

ayat 13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

12.2 Dalam kaitan ini Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan

fatwa yang ditetapkan tanggal 29 Dzulhijjah 1420/ 4 April 2000

oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang

ditandatangani ketua dan sekretaris, masing-masing Prof. KH.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 123: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman26dari66

Ali Yafie, Drs. H. A. Nazri Adlani sebagai berikut ; Fatwa Dewan

Syariah Nasional majelis Ulama Indonesia Nomor 07/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh),

menetapkan : FATWA Tentang PEMBIAYAAN MUDHARABAH

(QIRADH), terhadap perkara a quo Tergugat telah melanggar ;

12.2.1 ketentuan Pembiayaan pada nomor 5 dan 8 berbunyi :

(5) “Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang

disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk usaha yang

produktif”., dan (8) “Kriteria pengusaha, presedur

pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan

diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN”.

12.2.2 Rukun dan Syarat pembiayaan pada nomor 2a, 4a, dan 5

berbunyi;

(2 a ) “penyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh

para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam

mengadakan kontrak (akad) dengan memperhatikan

penawaran dan penerimaan harus sesuai secara

eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad), (4a)

Keuntungan nudharabah adalah jumlah yang didapat

sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut

ini harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh

diisyaratkan hanya satu pihak., (5b) kegiatan usaha oleh

pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal yang

disediakan oleh penyedia dana, penyedia dana tidak

boleh mempersempit tindakan pengelola sedimikian

rupa yang dapat menghalangi tercapaianya tujuan

mudharabah, yaitu keuntungan.

12.2.3 in cusa penjanjian/akad perkara a quo menjadi syarat

batal, sebagaimana di atur dalam Pasal 1320

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 124: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman27dari66

KUHPerdata dan Pasal 1449 KUH Perdata perkara a

quo.

13. Bahwa in cusa gugatan Penggugat pada posita angka 14 dan Potitum

angka 4 dan 5 adalah dikenal sebagai kategori peristiwa keadaan

memaksa (force Mejeure) dalam kebebasan berkontrak/ perjanjian

antara Kreditur/Penggugat dengan Debitur/ Tergugat, Persoalan

resiko ditujukan kepada Tergugat harus menjadi pilihan ketika terjadi

peristiwa keadaan memaksa (force Mejeure), sebagaimana disebut

sebagai penghapusan biaya ansuran dan rugi/beban biaya lainnya

untuk kepentingan Penggugat adalah dampak dari wanprestasi,

dimungkinkan untuk dapat terlaksana peristiwa keadaan memaksa

(force majeure) parkara a quo karena Tergugat ceroboh dalam

melakukan akad/pernjanjian (akad tidak syariah) dan ceroboh dalam

pembinaan/produktifitas usaha, maka menjadi ketentuan hukum akad

perkara a quo menjadi syarat batal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 in cusa Akad pembiayaan Murabahah perkara a quo, Pasal

1320 KUH Perdata, Pasal 1449 KUH Perdata, dan Pasal 1245

KUHPerdata. Selanjutnya pada Pasal 1444, dan 1445 KUHPerdata

(terkaitan posita gugatan Penggugat angka 7).-

Demikian Replik Penggugat, penjelasan di atas merupakan

penguatan pada in cusa gugatan Penggugat keseluruhan dan tetap pada

surat gugatannya.

Menimbang, bahwa atas replik Penggugat tersebut, Tergugat

mengajukan duplik sebagai berikut :

Setelah membaca dan mempelajari replik yang disampaikan oleh

Penggugat dalam perkara Nomor 2279/PDT.G/2016/PA.MKS. di

Pengadilan Agama Makassar, maka dengan ini kami menyampaikan

duplik Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah), sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 125: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman28dari66

II. DALAM EKSEPSI

Bahwa Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) dengan ini mengajukan

EKSEPSI, berdasarkan alasan serta dasar hukum sebagai berikut berikut :

OBYEK GUGATAN KABUR (OBSCUUR LIBEL)

1. Bahwa Replik yang disampaikan oleh Penggugat tidak satupun

menyanggah dalil Jawaban Tergugat mengenai dasar hukum

gugatan a quo, apakah dasar gugatan Penggugat kepada Tergugat

termasuk kedalam kategori Perbuatan Melawan Hukum (Ps. 1365

KUH Perdata) ataukah wanprestasi (Ps. 1238 KUH Perdata).

2. Dengan tidak dijelaskannya dasar hukum suatu gugatan maka

gugatan tersebut harus dinyatakan gugatan tidak dapat (Niet

Ontvankelijk Verklaard) sebagaimana dikuatkan dalam Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI No. 239 K/Sip/1968 yang menyatakan ”Gugatan

yang tidak berdasarkan hukum harus dinyatakan tidak dapat

diterima…”.

Bahwa dalil gugatan yang demikian tentunya tidak memenuhi

syarat formil suatu gugatan yakni harus jelas dan tegas (een duidelijke

en bepaalde conclusie) sebagaimana diatur pasal 8 Rv. Dengan tidak

terpenuhinya syarat formil suatu gugatan maka gugatan tersebut

harus dinyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk

Verklaard) sebagaimana dikuatkan dalam Yurisprudensi Mahkamah

Agung RI No. 1343 K/Sip/1975 tanggal 15 Mei 1979 yang menyatakan

”Karena gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh karena tidak

memenuhi persyaratan formil”.

3. Bahwa sama sekali tidak membantah dalil-dalil/argumentasi yuridis pada

butir 3 yang Tergugat kemukakan dalam eksepsi / jawaban Tergugat.

Sedangkan replik Penggugat mengenai eksepsi butir 3 merupakan dalil yang

tidak jelas, mengada-ngada dan tidak patut dipertimbangkan.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 126: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman29dari66

4. Bahwa berdasarkan argumentasi yuridis tersebut diatas, jelas gugatan

Penggugat kepada (in casu PT. Bank BNI Syariah) tidak

berdasarkan hukum dan kabur (Obscuur Libel) oleh karenanya

gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet

Ontvankelijk Verklaard).

III. DALAM POKOK PERKARA

Bahwa Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) dengan ini menolak

dengan tegas seluruh dalil yang dikemukakan Penggugat dalam replik

Penggugat kecuali apa-apa yang telah diakui dan dibenarkan secara

tegas oleh Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah), Bahwa dalil-dalil

Tergugat (in casu PT. Bank BNI Syariah) yang telah digunakan dalam

eksepsi dengan ini secara mutatis mutandis berlaku dan dinyatakan

kembali dalam pokok perkara sebagai satu kesatuan serta bagian yang

tidak terpisahkan dalam pokok perkara ini:

1. Bahwa dalil Penggugat dalam replik pada pokok perkara angka 1 s/d 4

yang pada intinya menyatakan Akad Pembiayaan Murabahah No. 103

yang dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, SH

tanggal 27 November 2013 tidak berprinsip syariah, gharar dan

mengarah kepada kezhaliman merupan dalil yang keliru, mengada-

ngada, tidak beralasan hukum dan penuh dengan fitnah belaka.

2. Bahwa justru Penggugat-lah yang telah menzhalimi Tergugat dan

masyarakat/nasabah yang telah menempatkan dananya pada

Tergugat dalam bentuk tabungan dan deposito untuk dikelola dan

disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Kezhaliman itu dilakukan

Penggugat dengan cara menunda-nunda dan tidak melaksanakan

pembayaran kewajiban/utangnya yang telah diterimanya dari Tergugat,

bahkan Penggugat malah mengajukan gugatan a quo, sehingga

merugikan Tergugat baik secara moril maupun materil.

3. Bahwa dalil Replik Penggugat yang menyatakan Akad Pembiayaan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 127: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman30dari66

Murabahah No. 103 mengandung unsur Bunga (riba) karena mendapat

keuntungan sebesar Rp. 72 % selama 60 bulan semakin

memperlihatkan ketidakpahaman dan kekeliruan Penggugat mengenai

Akad Pembiayaan Murabahah, sehingga dalam hal ini perlu Tergugat

berikan pencerahan hukum kembali sebagai berikut :

Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang

ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati (lihat Pasal 1

angka 7 Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad

Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah).

Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan

oleh shahib al-mal (pemilik modal) dengan pihak yang membutuhkan

melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan

barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan

atau laba bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara

tunai atau angsur (lihat Pasal 20 angka 6 Peraturan Mahkamah Agung

No. 02 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah).

4. Bahwa dalil Replik Penggugat yang menyatakan Akad Pembiayaan

tersebut bersifat gharar tidak sesuai dengan prinsip mudharabah

karena seharusnya shahib al-mal (pemilik modal) menyediakan dana

100% dan pihak lainnya sebagai pengelola usaha/Mudharib

merupakan dalil yang ceroboh, tidak paham dan penuh dengan

kekeliruan.

Seperti yang telah Tergugat jelaskan dalam Jawaban Tergugat angka

5, bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah sepakat untuk

mengadakan Akad Pembiayaan Murabahah (jual beli) BUKAN Akad

Pembiayaan Mudharabah (bagi hasil) untuk modal kerja. Sehingga di

dalam akad pembiayaan murabahah telah diatur tegas berapa harga

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 128: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman31dari66

pokok, keuntungan (margin bank) dan harga jual bank/total

pembiayaan yang wajib dibayar oleh Penggugat kepada Tergugat .

5. Bahwa dalil Replik Penggugat angka 5 s/d angka 11 patut untuk

ditolak karena merupakan dalil yang diulang-ulang kembali oleh

Penggugat padahal telah dinyatakan dalam gugatannya sehingga

tidak perlu Tergugat tanggapi ulang karena telah ditanggapi dalam

Jawaban Tergugat angka 6 butir a s/d e.

6. Bahwa ketentuan Mudharabah yang didalilkan oleh Penggugat pada

Replik angka 12 merupakan ketentuan yang keliru dan tidak sinkron

dengan Akad Pembiayaan Murabahah yang telah disepakati oleh

Penggugat dengan Tergugat .

7. Bahwa dalil Replik Penggugat angka 13 mengenai force majeure

sehingga harus dibebaskan dari pembayaran angsuran merupakan

dalil yang tidak berdasarkan hukum mengada-ngada dan hanya upaya

buruk untuk membebaskan diri dari pembayaran utang.

Bahwa sesuai Pasal 17 Akad Pembiayaan Murabahah No. 103 yang

dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, SH telah

diatur mengenai keadaan memaksa sebagai berikut :

Pasal 17 Keadaan (Force Mayeur)

(1) Para Pihak dibebaskan dari kewajiban untuk melaksanakan isi

Akad ini, baik sebagian maupun keseluruhan apabila

kegagalan atau keterlambatan melaksanakan kewajiban

tersebut disebabkan karena keadaan memaksa (force

majeure). Hal-hal yang termasuk dalam keadaan memaksa

(force majeure) adalah suatu peristiwa atau keadaan yang

terjadi di luar kekuasaan atau kemampuan salah satu atau

Para Pihak untuk mengatasinya, termasuk namun tidak

terbatas pada kebakaran, bencana alam, peperangan, aksi

militer, huru-hara, malapetaka, pemogokan, epidemi, dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 129: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman32dari66

kebijaksanaan maupun peraturan Pemerintah atau penguasa

setempat yang secara langsung dapat mempengaruhi

pelaksanaan Akad.

(2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure), pihak

yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) wajib

memberitahukan secara tertulis tentang hal tersebut kepada

Pihak lainnya, dengan melampirkan bukti secukupnya dari

kepolisian atau instansi yang berwenang mengenai terjadinya

keadaan memaksa (force majeure) tersebut, selambat-

lambatnya 14 (empat belas) Hari Kerja terhitung sejak tanggal

terjadinya keadaan memaksa (force majeure).

(3) Keterlambatan atau kelalaian salah satu pihak di dalam

memberitahukan adanya force majeure tersebut

mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai

keadaan memaksa (force majeure) oleh pihak lainnya.

(4) Bilamana dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak

diterimanya pemberitahuan dimaksud, belum atau tidak ada

tanggapan dari pihak yang menerima pemberitahuan, maka

adanya peristiwa tersebut dianggap telah disetujui oleh pihak

tersebut.

(5) Setelah berakhir atau dapat diatasinya keadaan memaksa

(force majeure), pihak yang mengalami keadaan memaksa

(force majeure) wajib segera melaksanakan kewajiban-

kewajibannya yang tertunda.

(6) Segala akibat yang timbul dari terjadinya force majeure

menjadi tanggung jawab masing-masing pihak.

Sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas, ketentuan mana dan

kebijakan pemerintah mana serta dasar hukum apa yang menyatakan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 130: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman33dari66

utang yang tidak dibayar oleh Penggugat merupakan suatu keadaan

memaksa (Force Mayeure).

Jika dikaitkan dengan Kebijakan Pemerintah yang dianggap force

majeure, maka hal tersebut sangatlah tidak tepat, karena yang

dimaksud kebijakan pemerintah yakni merupakan suatu keputusan

administratif pemerintah setempat (beschiking), yang mengatur boleh

tidak nya seseorang atau badan hukum melakukan suatu perbuatan

hukum terhadap objek tertentu.

Adapun kebijakan pemerintah yang dapat dikategorikan force majeure

seperti yang diatur dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.

24/K/Sip/1958 yang menyatakan bahwa “Kebijakan pemerintah

sebagai force majeure adalah keluarnya kebijakan pemerintah yang

melarang sesuatu yang ada kaitannya dengan isi perjanjian yang

membuat kalau debitur memaksakan diri untuk melaksanakannya

akibatnya debitur dapat ditangkap”. Seperti halnya Peraturan

Pemerintah mengenai larangan impor baju bekas, padahal

sebelumnya impor baju bekas tidak dilarang, namun karena banyaknya

wabah penyakit dan berdampak luas maka pemerintah melarang impor

baju bekas.

8. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelas dan tegas bahwasanya

gugatan dari Penggugat kepada Tergugat untuk tidak melakukan

pelelangan atas objek Hak Tanggungan, sama sekali tidak berdasar

hukum dan hanya merupakan upaya untuk mengulur waktu dan

menghambat penyelesaian kewajiban atas hutang dari Penggugat

sendiri. Maka sudah sepantasnya jika Majelis Hakim yang terhormat

berkenan menolak seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan a quo tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklraad).

Berdasarkan alasan-alasan dan fakta hukum yang Tergugat

kemukakan di atas, mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Agama

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 131: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman34dari66

Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara a quo agar menjatuhkan

putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1. Menerima eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan obyek gugatan Penggugat kabur (Obscuur Libel);

3. Menolak gugata Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima (Niet onvenkelijke Verklaard).

DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya

menyatakan bahwa Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet

onvenkelijke Verklaard).

2. Menyatakan Penggugat adalah Penggugat yang tidak benar dan

beritikad buruk.

3. Menyatakan Tergugat adalah sebagai pihak yang beritikad baik dan

patut dilindungi hukum.

4. Menghukum Penggugat untuk tunduk dan patuh atas putusan dalam

perkara ini.

5. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang

timbul dalam perkara a quo.

Menimbang, bahwa turut Tergugat mengajukan duplik sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

1. Bahwa Turut Tergugat tetap berpegang pada dalil-dalil dalam jawaban

terdahulu dan dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil Penggugat baik di

dalam Replik maupun di dalam Gugatannya, kecuali terhadap hal-hal

yang secara tegas diakui kebenarannya.

2. Eksepsi gugatan a quo tidak dapat diperkarakan (Peremptoria Esepsi):

a. Bahwa Turut Tergugat tetap pada Jawaban dalam Eksepsi terdahulu

yang menyatakan bahwa gugatan a quo tidak dapat diperkarakan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 132: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman35dari66

(Peremptoria Exceptie), karena pelaksanaan lelang eksekusi pasal 6

Undang-undang Hak Tanggungan atas objek perkara aquo tidak jadi

dilakukan lelang karena telah dilakukan pembatalan lelang oleh

Pejabat Lelang sehingga terlalu dini dan keliru jikalau Penggugat

mendalilkan bahwa lelang eksekusi hak tanggungan yang dilakukan

oleh Turut Tergugat adalah merupakan perbuatan melawan hukum,

karena tidak ada perbuatan Turut Tergugat yang dapat dikategorikan

perbuatan melawan hukum terhadap perkara aquo.

b. Bahwa perlu kami tegaskan pembatalan lelang yang dilakukan oleh

Pejabat Lelang dikarenakan masih ada kelengkapan dokumen

persyaratan lelang permohonan lelang dari Tergugat yang tidak

memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang. Sehubungan

dengan hal tersebut di atas, maka kami mohon kepada Majelis Hakim

Yang Mulia sudah sepatutnya menolak atau setidak-tidaknya tidak

menerima gugatan a quo karena jelas-jelas tidak dapat diperkarakan

(premature).

DALAM POKOK PERKARA :

1. Bahwa apa yang diuraikan dalam eksepsi tersebut di atas, mohon

dianggap telah menjadi satu kesatuan dalam pokok perkara ini, serta

Turut Tergugat menolak seluruh dalil Penggugat, kecuali terhadap apa

yang diakui secara tegas kebenarannya;

2. Bahwa Turut Tergugat menolak dalil Penggugat halaman 3 angka 4.3.

baris ketiga yang menyebutkan bahwa mudharabah (qiradh) antara

Penggugat dan Turut Tergugat, dalil tersebut adalah dalil yang keliru dan

menyesatkan karena Turut Tergugat sama sekali tidak ada hubungan

hukum atapun perikatan dengan Penggugat yang terkait dengan Akad

Pembiayaan Murabahah yang Penggugat uraikan dalam dalil-dalil posita

angka 4 halaman 3. Bahwa Akad Pembiayaan Murabahah adalah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 133: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman36dari66

perikatan perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat bukan dengan

Turut Tergugat .

3. Bahwa Turut Tergugat menolak dalil Penggugat halaman 4 angka 9 yang

pada pokoknya menyatakan bahwa perbuatan Turut Tergugat yang

memediakan dan memberitahukan jadwal lelang atas objek perkara a quo

sangat merugikan Penggugat karena dapat dimungkinkan Penggugat

kehilangan kepemilikan hak atas objek perkara a quo. Dalil Penggugat

tersebut adalah dalil-dalil yang tidak berdasar hukum sama sekali, karena

Pemberitahuan Lelang ataupun memediakan Pengumuman Lelang

bukanlah merupakan perbuatan hukum dari Turut Tergugat tetapi

merupakan tugas dari Pemohon Lelang in casu Tergugat. Hal ini

sebagaimana ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal 41 ayat (1),

yang berbunyi “Penjualan secara lelang wajib didahului dengan

Pengumuman Lelang yang dilakukan oleh Penjual”.

4. Bahwa demikian pula, dengan dalil Penggugat dalam Replik halaman 5

angka 11 yang pada pokoknya menyatakan bahwa tindakan Turut

Tergugat yang melakukan pembatalan lelang adalah tidak objektif karena

menurut Penggugat bahwa ketika sedang berperkara para pihak

seharusnya Turut Tergugat melakukan penundaan lelang hingga adanya

putusan tetap, dalil Penggugat tersebut adalah dalil-dalil yang merupakan

asumsi subjektif Penggugat yang tidak berdasar hukum sama sekali.

Bahwa perlu Turut Tergugat tegaskan berdasarkan Pasal 24 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.06/2010 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2013 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang yang berbunyi “ Lelang yang akan dilaksanakan

hanya dapat dibatalkan dengan permintaan Penjual atau penetapan

provisional atau putusan dari lembaga pengadilan.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 134: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman37dari66

5. Bahwa perlu Turut Tergugat tegaskan lagi, terhadap objek perkara aquo

telah dilakukan pembatalan lelang oleh Pejabat Lelang berdasarkan Surat

Pernyataan Pembatalan Lelang oleh Pejabat Lelang No. SPL-

164/WKN.15/KNL.0205/2015 tanggal 23 Desember 2015, sehingga tidak

terdapat fakta hukum yang menunjukkan bahwa terdapat tindakan Turut

Tergugat yang melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan

Penggugat, karena Turut Tergugat dalam hal ini menjalankan tugas dan

fungsinya di bidang lelang selalu mengacu dan berpedoman pada

peraturan perundangan yang berlaku sesuai Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 103/PMK.06/2013;

4. Bahwa Turut Tergugat menolak dalil-dalil Penggugat selebihnya, karena

hal tersebut telah tertanggapi melalui Duplik Turut Tergugat tersebut di

atas, maupun Jawaban Turut Tergugat terdahulu.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, Turut

Tergugat mohon Kepada Majelis Hakim Pengadilan yang memeriksa dan

mengadili perkara a quo kiranya berkenaan memutus dengan amar

sebagaimana Turut Tergugat sampaikan dalam Jawaban terdahulu.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya,

Penggugat mengajukan surat-surat bukti sebagai berikut:

No. Urut Surat-surat bukti Penggugat Instansi penerbit

Bukti P-1

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk

(KTP) atas nama Penggugat;

Diterbitkan oleh pemerintahan

kota Makassar, pada tanggal 01

Desember 2012;

Bukti P-2 Fotokopi Akad Pembiayaan

Murabahah dengan Nomor 103

antara Penggugat –Tergugat;

Diterbitkan dan disahkan

dihadapan Notaris Hajjah Andi

Mindaryana Yunus, S.H, Nomor

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 135: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman38dari66

103, tanggal 27 November

2013;

Bukti P-3 Fotokopi Kwitansi Premi atas

nama Penggugat;

Diterbitkan oleh Asuransi

Sinarmas, Nomor Polis

01.005.2014.00188, tanggal 14

Agustus 2014;

Bukti P-4 Fotokopi Sertipikat Hak Guna

Bangunan atas nama

PENGGUGAT;

Diterbitkan oleh Badan

Pertanahan Kota Makassar,

Nomor 23251, tanggal 24 Juli

2007;

Bukti P-5 Fotokopi Surat izin Walikota

Makassar, tentang izin

gangguan Walikota Makassar;

Diterbitkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Administrasi

Perizinan, Nomor 512/0432/IG-

B/02/KPAP, tanggal 11

November 2011;

Bukti P-6 Fotokopi Surat izin Walikota

Makassar, tentang izin usaha

perdagangan kecil;

Diterbitkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Administrasi

Perizinan, Nomor

522/400/SIUPK-B/02/KPAP,

tanggal 11 November 2011;

Bukti P-7 Fotokopi Nota pembelanjaan

stock awal;

Beberapa nota pembelian dari

tahun 2013 sampai dengan

tahun 2014, sejumlah 34 nota;

Bukti P-8 Fotokopi Daftar dan jumlah fisik

stock kadaluarsa;

Daftar obat-obatan diklinik

herbal.

Bukti P-9 Fotokopi Buku tabungan BNI

Syariah Mikro Veteran

Makassar atas nama

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang veteran

Makassar, nomor rekening

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 136: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman39dari66

Penggugat; 0319370969;

Bukti P-10 Fotokopi Rekening Koran atas

nama Penggugat;

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar rekening

0319370969;

Bukti P-11 Fotokopi Surat-surat prihal

teguran keras (somasi) dari

Tergugat ditujukan untuk

Penggugat

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar, nomor 003/860-

05/Somasi/I/2015, tanggal 09

Januari 2015 dan tanggal 18

September 2015;

Bukti P-12 Fotokopi Surat-surat prihal

peringatan dari Tergugat

ditujukan untuk Penggugat

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar, surat peringatan I,

nomor 004/SP1/BNIS-

TML/VI/2015, tanggal 04 Juni

2015, surat peringatan II, nomor

012H/SP2/BNIS-ML/VI/2015,

tanggal 12 Juni 2015, surat

peringatan II, nomor

004/SPII/BNIS-TML/VIII/2015,

tanggal 04 Agustus 2015, surat

peringatan III, nomor

023C/SP3/BNIS-TML/VI/2015,

tanggal 23 Juni 2015, surat

peringatan III, nomor

007/SP3/BNIS-TML/IX/2015,

tanggal 07 September 2015,;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 137: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman40dari66

Bukti P-13 Fotokopi Surat-surat

permohonan Penggugat

ditujukan untuk Tergugat;

Prihal Pembebasan seluruh

kewajiban akad pembiayaan

Murabahah

Nomor 7/KHS-Kr/XII-2014,

tanggal 23 Desember 2014,

Pembebasan kewajiban hutang,

nomor 02/KHS-Kr/II-2015,

tanggal 07 Februari 2015,

Pembebasan kewajiban hutang,

nomor 02/KHS-Kr/II-2015,

tanggal 10 Februari 2015, surat

Penggugat tertanggal 29 Juli

2015;

Bukti P-14 Fotokopi Foto-foto kondisi

rumah Penggugat;

Adanya penggembokan

pagardan penyemprotan tulisan

dari Bank BNI Syariah cabang

Veteran Makassar, sebagai

jaminan atas pinjaman

Penggugat dari Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar, yang dilakukan pada

tanggal 23 Desember 2014 dan

tanggal 07 Oktober 2015 ;

Bukti P-15 Fotokopi Pengumuman lelang

kedua;

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar, melalui koran Tribun

Timur pada halaman 2

tertanggal 8 Desember 2015;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 138: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman41dari66

Menimbang, bahwa atas surat-surat bukti Penggugat tersebut,

Tergugat dan turut Tergugat memberikan tanggapan sebagai berikut:

Tanggapan Tergugat:

Perkenankanlah kami selaku Kuasa Tergugat menyampaikan tanggapan

atas bukti-bukti tertulis (surat) yang telah disampaikan Penggugat dalam

perkara a quo yang tersusun dalam Tanggapan atas bukti Penggugat

sebagai berikut :

1. Bukti P-1 : Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penggugat

Tanggapan :

Bukti ini membenarkan bahwa identitas Penggugat merupakan pihak

yang telah menerima Pembiayaaan Murabahah dari Tergugat,

sebagaimana tertuang dalam komparisi Akad Pembiayaan Murabahah.

2. Bukti P-2 : Akad Pembiayan Murabahah dengan Nomor 103

Antara

Penggugat dan Tergugat

Tanggapan :

Bahwa bukti ini menerangkan/membuktikan serta menguatkan:

a. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah sepakat untuk

mengikatkan diri untuk mengadakan Akad Pembiayaan Murabahah

No. 103 yang dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana

Yunus, SH tanggal 27 November 2013 bukan pembiayaan

Musyarakah;

b. Bahwa dalam Pasal 2 tentang Pembiayaan secara jelas dan tegas

menyatakan, “…Harga barang berupa Renovasi tempat usaha dan

pembelian peralatan yang dijual bank kepada nasabah dengan

harga yang disepakati dan diterima sebesar Rp. 344.000.000

dengan rincian :

• Harga Perolehan : Rp. 200.000.000,-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 139: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman42dari66

• Uang Muka : Rp. 0,-

• Pokok Pembiayaan Bank : Rp. 200.000.000,-

• Keuntungan Bank (Marjin) : Rp. 144.000.000,-

• Harga Jual : Rp. 344.000.000,-

Bahwa bukti ini semakin membuktikan kejelasan dan ketegasan

mengenai nilai pembiayaan Murabahah, sehingga tidak ada unsur

gharar dan riba dalam Akad Pembiayaan tersebut.

c. Bahwa pada Pasal 7 akad tersebut mengatur tentang Denda yakni :

“Apabila Nasabah tidak atau terlambat melakukan pembayaran

angsuran Pembiayaan, maka Nasabah dikenakan denda sebesar

5% (lima persen) pertahun dari angsuran yang tertunggak dan

harus dibayar lunas oleh Nasabah kepada Bank. Dana hasil denda

tersebut digunakan atau disalurkan untuk kepentingan sosial”.

Bahwa pasal ini mengatur tentang denda jika Nasabah tidak atau

terlambat melakukan pembayaran angsuran Pembiayaan, namun

demikian dana hasil denda tersebut digunakan atau disalurkan

untuk kepentingan sosial bukan menjadi pendapatan ataupun laba

dari Tergugat . Selain itu dalam praktiknya meskipun denda telah

diatur dalam Akad Pembiayaan tersebut, tetapi Tergugat belum

pernah mengambil denda atas tunggakan kewajiban Penggugat.

d. Bahwa dalam Pasal 10 ayat (2) menyatakan : “…Guna lebih

menjamin pembayaran kembali pembiayaan, Nasabah

menyerahkan Agunan kepada Bank. Perubahan dan penggantian

Agunan-agunan tersebut dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan

tertulis Para Pihak. Sedangkan jenis dan pengikatan Agunan

tersebut sebagaimana tercantum dalam rincian sebagai berikut :

- Tanah berikut bangunan rumah tinggal dengan Sertipikat Hak

Guna Bangunan No. 23251/Sudiang Raya tanggal 24-07-2007

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 140: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman43dari66

yang terletak di kelurahan Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya

Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan dengan nilai Hak

Tanggungan Peringkat I sebesar Rp.250.000.000,- (dua ratus dua

puluh lima juta rupiah)…”

e. Bahwa dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a dan b menyatakan,

“…Kejadian cidera janji (wanprestasi) timbul apabila terjadi salah

satu atau lebih dari kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa di bawah

ini :

a. Nasabah tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam

Akad ini;

b. Nasabah tidak melakukan pelunasan pembiayaan yang jatuh

tempo…”.

f. Bahwa dalam Pasal 15 telah diatur secara tegas mengenai

Kewenangan bank dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian

pembiayaan sebagai berikut :

1. Menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan penagihan

pelunasan Pembiayaan, apabila dianggap perlu oleh Bank.

2. Memasuki objek agunan, memasang papan tanda, stiker atau

bentuk-bentuk lainnya yang dipasang ke atau dituliskan pada

objek agunan Pembiayaan tanpa memerlukan persetujuan/izin

terlebih dahulu dari Nasabah.

3. Nasabah menyetujui bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan

Bank dalam Pasal ini bukan merupakan tindakan pencemaran

nama baik Nasabah ataupun perbuatan tidak menyenangkan

dan bukan pula tindakan yang melanggar hukum, sehingga

Nasabah tidak akan mengajukan gugatan perdata maupun

pidana.

4. Melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya hukum lainnya

yang dianggap perlu oleh Bank sebagai upaya penyelamatan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 141: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman44dari66

dan penyelesaian Pembiayaan, baik yang dilakukan sendiri

oleh Bank maupun oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Bank.

Sehingga tuduhan Perbuatan Melawan Hukum yang dituduhkan

oleh Penggugat sama sekali tidak berdasar dan patut ditolak atau

setidak-tidaknya dinyatakan Tidak Dapat Diterima.

g. Bahwa dalam Pasal 17 Keadaan Memaksa (Force Majeure)

mengatur :

i. Para Pihak dibebaskan dari kewajiban untuk melaksanakan isi

Akad ini, baik sebagian maupun keseluruhan apabila

kegagalan atau keterlambatan melaksanakan kewajiban

tersebut disebabkan karena keadaan memaksa (force

majeure). Hal-hal yang termasuk dalam keadaan memaksa

(force majeure) adalah suatu peristiwa atau keadaan yang

terjadi di luar kekuasaan atau kemampuan salah satu atau

Para Pihak untuk mengatasinya, termasuk namun tidak

terbatas pada kebakaran, bencana alam, peperangan, aksi

militer, huru-hara, malapetaka, pemogokan, epidemi, dan

kebijaksanaan maupun peraturan Pemerintah atau penguasa

setempat yang secara langsung dapat mempengaruhi

pelaksanaan Akad.

ii. Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure), pihak

yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) wajib

memberitahukan secara tertulis tentang hal tersebut kepada

Pihak lainnya, dengan melampirkan bukti secukupnya dari

kepolisian atau instansi yang berwenang mengenai terjadinya

keadaan memaksa (force majeure) tersebut, selambat-

lambatnya 14 (empat belas) Hari Kerja terhitung sejak tanggal

terjadinya keadaan memaksa (force majeure).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 142: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman45dari66

iii. Keterlambatan atau kelalaian salah satu pihak di dalam

memberitahukan adanya force majeure tersebut

mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai

keadaan memaksa (force majeure) oleh pihak lainnya.

iv. Bilamana dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak

diterimanya pemberitahuan dimaksud, belum atau tidak ada

tanggapan dari pihak yang menerima pemberitahuan, maka

adanya peristiwa tersebut dianggap telah disetujui oleh pihak

tersebut.

v. Setelah berakhir atau dapat diatasinya keadaan memaksa

(force majeure), pihak yang mengalami keadaan memaksa

(force majeure) wajib segera melaksanakan kewajiban-

kewajibannya yang tertunda.

vi. Segala akibat yang timbul dari terjadinya force majeure

menjadi tanggung jawab masing-masing pihak.

3. Bukti P-3 : Kwitansi Premi Asuransi Sinarmas No. Polis

01.005.2014.00188, an. Penggugat

Tanggapan :

Bukti ini tidak perlu dipertimbangkan mengingat tidak ada kaitannya

dengan pokok Gugatan dalam perkara a quo. Oleh karena itu, maka

bukti ini tidak memiliki kekuatan pembuktian yang mengikat dan harus

dikesampingkan.

4. Bukti P-4 : Sertipikat Hak Guna Bangunan No. 23251 an.

PENGGUGAT.

Tanggapan :

Bahwa bukti ini justru membuktikan pada catatan SHGB tersebut,

bahwasanya Sertipikat Hak Guna Bangunan No. 23251 an.

PENGGUGAT sudah dijaminkan kepada Tergugat sesuai Akad

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 143: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman46dari66

Pembiayaan Murabahah No. 103 yang dibuat dihadapan Notaris Hajjah

Andi Mindaryana Yunus, SH tanggal 27 November 2013.

5. Bukti P-5 : Surat Izin Walikota Makassar Tentang Izin Gangguan

No.

04/06687/2011.

Tanggapan :

Bukti ini tidak perlu dipertimbangkan mengingat tidak ada kaitannya

dengan pokok Gugatan dalam perkara a quo. Oleh karena itu, maka

bukti ini tidak memiliki kekuatan pembuktian yang mengikat dan harus

dikesampingkan.

6. Bukti P-6 : Surat Izin Walikota Makassar Tentang Izin Usaha

Perdagangan No. 08/04269/2011.

Tanggapan :

Bukti ini tidak perlu dipertimbangkan mengingat tidak ada kaitannya

dengan pokok Gugatan dalam perkara a quo. Oleh karena itu, maka

bukti ini tidak memiliki kekuatan pembuktian yang mengikat dan harus

dikesampingkan.

7. Bukti P-7 : Nota Pembelanjaan Stock Awal

Tanggapan :

Bukti ini justru membuktikan bahwa Penggugat telah menikmati dana

pembiayaan murabahah yang telah diterimanya dari Tergugat , namun

Penggugat setelah menikmati dana tersebut tidak mau melaksanakan

kewajibanya kepada Tergugat .

8. Bukti P-8 : Daftar dan Jumlah fisik Stock Kadaluarsa

Tanggapan :

Bahwa meskipun stock barang dagang dari Penggugat telah

kadaluarsa dan mengalami kerugian, maka hal tersebut tidak dapat

dikaitkan dengan kewajibannya untuk membayar utang kepada

Tergugat berdasarkan Akad Pembiayaan Murabahah yang telah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 144: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman47dari66

disepakati oleh para pihak, hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah

Nasional NO: 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Murabahah, bagian

Keempat butir 1 dan 3 Fatwa DSN MUI tersebut menegaskan :

1. “Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang

dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut.

Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan

keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk

menyelesaikan utangnya kepada bank.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah

tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal.

Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau

meminta kerugian itu diperhitungkan”.

9. Bukti P-9 : Buku Tabungan BNI Syariah Mikro Veteran Makassar

dengan No. Rekening 0319370969 an. Ibu Syamsiar.

Tanggapan :

Bahwa bukti buku tabungan ini merupukan rekening afiliasi (sarana

pembayaran) kewajiban pembiayaan Penggugat kepada Tergugat ,

bukti ini justru membuktikan dengan tegas bahwa Penggugat telah

WANPRESTASI/CIDERA JANJI kepada Tergugat atas pelaksanaan

kewajiban pembayaran Angsuran Pembiayaan Murabahahnya, dimana

pembayaran angsuran tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Hal tersebut dimulai dari bulan September 2014 PENGGUGAT telah

menunggak, meskipun bulan-bulan berikutnya terdapat pembayaran

namun tidak sesuai dengan jumlah angsuran sebagaimana yang telah

ditetapkan pada Akad Pembiayaan Murabahah No. 103, yakni sebesar

Rp. 5.733.333,- + Rp. 2.500,-(Adm Rekening Pembiayaan) = Rp.

5.735.831,-.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 145: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman48dari66

Bahwa pada bulan Desember 2014, Januari 2015, Maret 2015 serta

Agustus 2015 sampai dengan saat ini, PENGGUGAT sama sekali tidak

membayar kewajibannya.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan uraian tersebut maka

PENGGUGAT telah memenuhi Unsur WANPRESTASI sebagaimana

diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yakni “Melakukan prestasi tetapi

tidak sebagaimana dijanjikan dan Tidak melaksakan prestasi sama

sekali”.

10. Bukti P-10 : Rekening Koran

Tanggapan :

Tidak perlu ditanggapi ulang karena sama dengan tanggapan atas Bukti

P-9.

11. Bukti P-11 : Surat-Surat Perihal Teguran Keras dari Tergugat

ditujukan Penggugat.

Tanggapan :

Akan ditanggapi sama dengan tanggapan atas Bukti P-12.

12. Bukti P-12 : Surat-Surat Perihal Peringatan dari Tergugat ditujukan

Penggugat.

Tanggapan :

Bukti ini justru membuktikan dengan tegas bahwa setelah sekian lama

menunggak dan beberapa kali diberikan teguran surat sesuai dengan

prosedur yang berlaku maupun komunikasi langsung dengan

Penggugat , tetapi Penggugat tetap tidak merespon dan tidak

beriktikad baik untuk membayar seluruh kewajibannya kepada

Tergugat, untuk itu Tergugat kembali memberikan surat teguran untuk

segera melakukan penyelesaian kewajiban pada Tergugat, tetapi

Penggugat masih tidak mau merespon dan beriktikad baik untuk

membayar kewajibannya.

13. Bukti P-13 : Surat-surat Permohonan Penggugat ditujukan Tergugat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 146: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman49dari66

Tanggapan :

Bahwa bukti ini mengandung cacat hukum dan tidak memiliki kekuatan

pembuktian yang mengikat dan harus dikesampingkan karena:

Bukti surat mengenai pembebasan seluruh kewajiban Akad

Pembiayaan Murabahah ini justru menunjukkan iktikad buruk dari

Penggugat untuk “lepas tangan”, tidak mau bertanggung jawab dan

tidak mau membayar kewajiban pembiayaan yang selama ini telah

dinikmatinya, perbutan tersebut justru menzhalimi Masyarakat luas

yang telah menempatkan dananya pada Tergugat untuk dikelola dalam

bentuk pembiayaan.

Hal ini diperkuat dengan Yurisprudensi Mahmakah Agung No.

180/K/Sip/1971 tertanggal 25 Agustus 1971 yang menyatakan “Apabila

dari pemeriksaan di persidangan ternyata bahwa surat bukti yang

diajukan oleh pihak berperkara dibuat dengan tidak memenuhi syarat

baik menurut hukum adat maupun undang-undang, maka Hakim harus

menyatakan surat bukti itu sebagai tidak bernilai” dan “surat yang

diajukan dipersidangan tidak dapat dinilai oleh pengadilan sebagai alat

bukti, jika pada saat pemeriksaan ternyata bahwa surat dibuat dengan

itikad tidak baik”.

14. Bukti P-14 : Poto-poto Kondisi Rumah Penggugat

Tanggapan :

Bukti ini justru semakin membuktikan adanya perbuatan rekayasa dari

Penggugat , dimana Penggugat tidak menampilkan perbuatannya yang

telah mencopot stiker maupun menghapus dan menghilangkan tanda

pengumuman atas Jaminan Pembiayaan yang telah dipasang oleh

Tergugat pada objek jaminan.

Padahal pemasangan tanda/pengumuman pada objek jaminan yang

dilakukan oleh Tergugat semata-mata untuk menyegerakan proses

penyelamatan dan penyelesaian utang/kewajiban Penggugat kepada

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 147: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman50dari66

Tergugat , sehingga perbuatan Tergugat tersebut tidak dapat dikualifisir

sebagai Perbuatan Melawan Hukum.

Hal ini sesuai dengan Pasal 15 Akad Pembiayaan Murabahah No. 103

yang dibuat dihadapan Notaris Hajjah Andi Mindaryana Yunus, SH

tanggal 27 November 2013 mengatur secara tegas mengenai

Kewenangan bank dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian

pembiayaan sebagai berikut :

1. Menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan penagihan

pelunasan Pembiayaan, apabila dianggap perlu oleh Bank.

2. Memasuki objek agunan, memasang papan tanda, stiker atau

bentuk-bentuk lainnya yang dipasang ke atau dituliskan pada

objek agunan Pembiayaan tanpa memerlukan persetujuan/izin

terlebih dahulu dari Nasabah.

3. Nasabah menyetujui bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan

Bank dalam Pasal ini bukan merupakan tindakan pencemaran

nama baik Nasabah ataupun perbuatan tidak menyenangkan

dan bukan pula tindakan yang melanggar hukum, sehingga

Nasabah tidak akan mengajukan gugatan perdata maupun

pidana.

4. Melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya hukum lainnya

yang dianggap perlu oleh Bank sebagai upaya penyelamatan

dan penyelesaian Pembiayaan, baik yang dilakukan sendiri

oleh Bank maupun oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Bank.

Sehingga tuduhan Perbuatan Melawan Hukum yang dituduhkan oleh

Penggugat sama sekali tidak berdasar dan patut ditolak atau setidak-

tidaknya dinyatakan Tidak Dapat Diterima.

15. Bukti P-15 : Pengumuman Lelang II (Tribun Timur halaman dua

tertanggal 8 Desember 2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 148: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman51dari66

Tanggapan :

Bukti ini justru membuktikan bahwa Tergugat telah melaksanakan

prosedur pengumuman lelang sesuai dengan prosedur dan ketentuan

hukum yang berlaku. Hal tersebut berdasarkan Pasal 43 ayat (1) dan

(6) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

103/PMK.06/2013 Tentang Perubahan atas peraturan menteri

keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan

Lelang menyebutkan :

(1) “Pengumuman Lelang dilaksanakan melalui surat kabar harian

yang terbit dan/atau beredar di kota/kabupaten tempat barang

berada.

(6) Penjual dapat menambah Pengumuman Lelang pada media

Lainnya guna mendapatkan peminat lelang seluasluasnya”.

Demikian Tanggapan atas bukti Penggugat disampaikan dan mohon

kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk

mempertimbangkannya.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil bantahannya

Tergugat dan turut Tergugat mengajukan surat-surat bukti sebagai berikut:

Surat bukti Tergugat:

No. Urut Surat-surat bukti Tergugat Instansi penerbit

Bukti T-1

Fotokopi Akad Pembiayaan

Murabahah dengan Nomor

103 antara Penggugat –

Tergugat;

Diterbitkan dan disahkan

dihadapan Notaris Hajjah Andi

Mindaryana Yunus, S.H, Nomor

103, tanggal 27 November

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 149: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman52dari66

2013;

Bukti T-2A Fotokopi Sertipikat hak guna

bangunan atas nama

PENGGUGAT;

Diterbitkan oleh Badan

Pertanahan Kota Makassar,

Nomor 23251, tanggal 24 Juli

2007;

Bukti T-2B Fotokopi hak tanggungan

atas nama PENGGUGAT;

Diterbitkan oleh Badan

Pertanahan Kota Makassar,

Nomor 11553, tanggal 12

Desember 2013;

Bukti T-3A Fotokopi Surat peringatan

dari Tergugat ditujukan untuk

Penggugat;

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar, surat peringatan I,

nomor 004/SP1/BNIS-

TML/VI/2015, tanggal 04 Juni

2015,

Bukti T-3B Fotokopi Surat peringatan

dari Tergugat ditujukan untuk

Penggugat;

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar Surat peringatan II,

nomor 012H/SP2/BNIS-

ML/VI/2015, tanggal 12 Juni

2015,

Bukti T-3C Fotokopi Surat peringatan

dari Tergugat ditujukan untuk

Penggugat;

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar , surat peringatan III,

nomor 023C/SP3/BNIS-

TML/VI/2015, tanggal 23 Juni

2015,

Bukti T-4 Fotokopi Pembayaran

Angsuran Penggugat kepada

Pembayaran Penggugat kepada

Bank BNI Sayriah cabang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 150: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman53dari66

Tergugat; Veteran Makassar dan

tunggakan pembayaran

Penggugat kepada Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar;

Menimbang, bahwa turut Tergugat mengajukan surat-surat bukti

sebagai berikut:

No. Urut Surat-surat bukti Penggugat Instansi Penerbit

Bukti TT-1 Fotokopi permohonan lelang dan

permohonan pengantar SKPT dari

Tergugat;

Diterbitkan oleh Bank BNI

Syariah cabang Veteran

Makassar, nomor

KCPM/860-5/026/11

/2015, tanggal 18

November 2015;

Bukti TT-2 Fotokopi Surat penetapan hari dan

tanggal lelang dari Turut Tergugat;

Diterbitkan oleh Kantor

Pelayanan Kekayaan

Negara Dan Lelang

Makassar, nomor SPNT-

567/WKN.15/KNL.02/201

5 tanggal 19 November

2015;

Bukti TT-3 Fotokopi Surat Tugas ; Diterbitkan oleh Kantor

Pelayanan Kekayaan

Negara Dan Lelang

Makassar, nomor ST-

1085/WKN.15/KNL.02/20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 151: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman54dari66

15 tanggal 11 Desember

2015;

Bukti TT-4 Fotokopi Surat pernyataan

pembatalan lelang;

Diterbitkan oleh Kantor

Pelayanan Kekayaan

Negara Dan Lelang

Makassar, nomor SPL-

164/WKN.15/KNL.0205/2

015 tanggal 23 Desember

2015;

Bukti TT-5 Fotokopi Surat pembatalan lelang

dari Turut Tergugat kepada

Tergugat;

Diterbitkan oleh Kantor

Pelayanan Kekayaan

Negara Dan Lelang

Makassar, nomor S-

2092/WKN.15/KNL.02/20

15 tanggal 28 Desember

2015;

Menimbang, bahwa atas surat bukti Tergugat dan turut Tergugat

tersebut, Penggugat memberikan tanggapan sebagai berikut :

I. Tanggapan Bukti Tergugat (T).

Bahwa Bukti Tergugat yang diajukan dipersidangan adalah bagian

dari pada bukti Penggugat juga, selebihnya adalah bukti

Penggugat yang diserahkan adalah fakta relevan incasu gugatan

Penggugat yang Kaffah dan istiqomah. Penekanan terhadap bukti

T.1 : incasu akad pembiayaan akad murrobaah tidak berprinsip

syariah, telah memenuhi unsur riba dimana pengembalian dana

yang diterima melebihi pokok pinjaman berjalannya waktu (nasi’ah)

= 72% (selama dalam 60 bulan ) dan denda 5% apapun bentuk

atau manfaatnya digunakan dalam prinsip syariah tidak dibenarkan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 152: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman55dari66

dapat dikategorikan perbuatan Zholim, Bukti T.3A, B, C, dan T.4

telah menunjukkan ketidakmampuan Penggugat/berdampak pada

bukti P.8 dan bukti P.14 usaha Penggugat ditutup, karena

Tergugat tidak melakukan rasio pembinaan secara kolektif

berkesinambungan/melakukan produktifitas, agar Penggugat

usahanya dapat produktif lebih baik dan meningkat, sebagaimana

diharapkan tujuan perbankan umum dan pembankan syariah pada

khuisusnya untuk menjunjung pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan

merataan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya akan diuraikan lebih

mendalam dimihonkan kepada Majelis pada kesimpulan

Penggugat .

II. Tanggapan Bukti Turut Tergugat ( TT )

Bahwa terhadap bukti TT-1 – TT-5, sebagaimana T-1 telah jelas

Tergugat telah mengajukan Permohonan lelang kepada Turut

Tergugat terealisasi dengan bukti TT-2 dan TT-3 telah

menunjukkan keterlibatan yang nyata dapat merugikan Penggugat

kehilangan pada bukti P-4 jatuh kepada orang lain, karena telah

dimediakan/diumumkan (bukti P-15). Kemudian terbit bukti TT-4,

TT.5 menunjukkan ketidakberesan/kekeliruan administratif yang

nyata. Kesemuanya menunjukkan adanya perbuatan melawan

hukun terdapatnya unsur kelalaian atau ketidakhati-hatian.

Menimbang, bahwa pada akhirnya Penggugat dan Tergugat

menyatakan tidak akan mengajukan alat-alat bukti lagi dan telah memohon

putusan.

Menimbang, bahwa untuk singkatnya, maka semua berita acara

dalam persidangan perkara ini harus dianggap telah termasuk dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan ini.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 153: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman56dari66

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa gugatan Penggugat adalah bermaksud dan

bertujuan sebagaimana telah diuraikan di atas.

Menimbang terlebih dahulu, bahwa memenuhi maksud Peraturan

Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan, atas perkara ini telah dilakukan mediasi oleh Drs. H.

Muhammad Takdir, S.H., M.H. Hakim Pengadilan Agama Makassar, dan

dalam laporan hasil mediasi tanggal 10 Februari 2016 dinyatakan tidak

berhasil.

Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat (PT. Bank BNI Syariah,

berkedudukan di Jakarta, yang diwakili oleh Bank Syariah Cabang Pembantu

Makassar, yang berkedudukan di Kelurahan Paccerakkang, Kecamatan

Biringkanaya, Makassar) telah terikat dalam transaksi murabahah

sebagaimana tertuang dalam Akad Pembiayaan Murabah No. 103 tanggal

27 November 2013, di hadapan Notaris, Hajjah Andi Mindaryana Yunus, S.H.

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam perkara ini

ialah rencana pelelangan hak tanggungan milik Penggugat berupa:

sebidang tanah yang berdiri di atas Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor

23251/Sudiang Raya, sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur, tertanggal

18-06-2007, Nomor 04314/2007, seluas 217 m2 (dua ratus tujuh belas meter

persegi), Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) : 20.01.11.06.3.2325),

yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kota Makassar; yang oleh

Penggugat didalilkan sebagai suatu perbuatan melawan hukum dan harus

dibatalkan. Di lain pihak Tergugat I dan Turut Tergugat II mendalilkan

pelelangan atas hak tanggungan milik Penggugat tersebut merupakan

konsekwensi hukum dari perbuatan Penggugat yang melakukan wanprestasi

(mukhalatus syuruth), masing-masing dengan mengemukakan dalil-dalil

sebagaimana telah diuraikan.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 154: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman57dari66

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok sengketa

tersebut, maka majelis hakim terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi

Tergugat dan Turut Tergugat.

DALAM EKSEPSI

Tergugat dan Turut Tergugat mengajukan eksepsi sebagai berikut :

1. Tentang gugatan kabur (obscuur libel)

Menimbang, bahwa Tergugat menyatakan formulasi gugatan

Penggugat tidak menjelaskan dasar hukum (rechtsgrond) atau pasal-pasal

peraturan perundang-undangan dan kejadian yang mendasari gugatan dan

petitum Penggugat. Dalam hal tersebut majelis hakim berpendapat, adalah

tidak menjadi kewenangan Penggugat mendalilkan pasal-pasal peraturan

perundang-undangan dan kejadian yang mendasari gugatan dan petitum

Penggugat, karena hal tersebut adalah kewenangan majelis hakim dalam

melakukan konstruksi hukum. Adapun kewajiban Penggugat ialah

menjelaskan duduk perkara (fundamentum petendi) dan petitum gugatan

2. Tentang dalil antara posita dengan petitum saling bertentangan

Menimbang, bahwa hubungan hukum antara dalil-dalil posita

Penggugat dengan petitum gugatan cukup mempunyai relevansi, yakni

Penggugat mendalilkan Tergugat dan Turut Tergugat telah melakukan

perbuatan melawan hukum ( onrechtmatige daad , Almas’uliyah

attaqshiriyah ), sehingga oleh Penggugat merasa cukup alasan untuk

mengajukan gugatan ke pengadilan dengan tuntutan hak sebagaimana

tersebut dalam petitum gugat.

3. Proses pelelangan mempunyai kekuatan hukum

Menimbang, bahwa pihak Tergugat dan Turut Tergugat memang

menyatakan proses pengajukan lelang atas objek hak tanggung adalah sah,

tetapi sebaliknya Penggugat menyatakan proses lelang tersebut cacat

hukum karena merupakan perbuatan melawan hukum dalam hal mana

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 155: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman58dari66

Penggugat berada dalam kondisi force mayeur (keadaan terpaksa) yang

seharusnya diberikan perlindungan hukum.

4. Tentang Peremptoria Eksepsi.

Menimbang, bahwa Turut Tergugat mendalilkan gugatan Penggugat

tidak dapat diperkarakan (premptoria eksepsi). Dalam hal tersebut majelis

hakim berpendapat suatu tuntutan hak yang diajukan ke pengadilan dapat

dipertimbangkan apabila dalam tuntutan tersebut terdapat dasar hukum,

hubungan hukum dan kepentingan hukum. Bahwa sangat boleh jadi

Penggugat berasumsi pembatalan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang

tidak cukup kuat (gezag van gewijsde) sehingga dengan demikian

dibutuhkan suatu putusan pengadilan.

Menimbang, bahwa dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka

eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat, dinyatakan ditolak.

DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa dari pokok sengketa tersebut, yang menjadi

permasalahan hukum ialah:

1. Apakah benar dan terbukti secara sah dalil-dalil Penggugat yang

menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat telah melakukan perbuatan

melawan hukum (onrechmatige daad), karena bermaksud melelang objek

hak tanggungan sementara Penggugat dalam kondisi force mayeur.

2. Apakah benar dan terbukti secara sah dalil-dalil Tergugat yang

menyatakan Penggugat telah melakukan wanprestasi (mukhalafatus

syuruth).

Menimbang, bahwa untuk menemukan hukum atas permasalahan

tersebut, majelis hakim telah memeriksa keseluruhan dalil-dalil gugatan dan

jawaban, demikian juga surat-surat bukti yang diajukan dan tanggapan

masing-masing atas surat-surat bukti para pihak.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 156: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman59dari66

Menimbang, bahwa di antara keseluruhan dalil Penggugat dan

Tergugat, yang menjadi dasar pertimbangan pokok untuk memutus perkara

ini ialah Akad Pembiayaan Syariah yang dibuat oleh kedua belah pihak,

meskipun demikian majelis hakim tetap mempertimbangkan keseluruhan

alasan hukum yang diajukan, karena pengadilan memeriksa dan mengadili

perkara demi keadilan, atau tidak sekedar menjadi corong Undang-Undang.

Menimbang, sebagai pengertian, bahwa suatu perbuatan melawan

hukum (onrechtmatige daad) adalah kondisi objektif yang dalam perspektif

hukum perdata berdasar pada ketentuan Pasal 1365 BW. memuat

persyaratan sebagai berikut : “Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh

karenanya menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang

karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian”.

Menimbang, bahwa menurut teori hukum, perbuatan melawan hukum

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Perbuatan yang melawan hukum yaitu suatu perbuatan yang melanggar

hak subjektif orang lain atau yang bertentangan dengan kewajiban

hukum dari si pembuat sendiri yang telah diatur dalam undang-undang.

Dengan perkataan lain melawan hukum ditafsirkan sebagai melawan

undang-undang.

2. Harus ada kesalahan, baik yang dapat diukur secara objektif (pelaku

adalah orang yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum)

maupun subjektif (pelaku dapat mengetahui akibat-akibat dari

perbuatannya).

3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan, baik dalam bentuk kerugian

materil maupun moril.

Menimbang, bahwa menjadi pertanyaan: siapa sebenarnya yang

tertimpa kerugian dalam kasus ini, apakah pihak Penggugat yang tidak

melakukan pembayaran angsuran hutang sebagaimana mestinya, atau pihak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 157: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman60dari66

Tergugat yang telah memberikan pinjaman atas permohonan Penggugat

sebagai Nasabah.

Menimbang kemudian, bahwa apakah tindakan Tergugat yang

melakukan somasi kepada Penggugat dan merencanakan lelang terhadap

objek tanggungan – karena adanya wanprestasi oleh Penggugat – dianggap

sebagai perbuatan melawan hukum.

Menimbang, bahwa surat-surat bukti yang diajukan oleh Penggugat

prihal terjadinya perbuatan melawan hukum oleh Tergugat ialah:

ð Bukti P.11 (prihal teguran keras dari Tergugat tanggal 18 September

2015);

ð Bukti P.12 (prihal peringatan dari Tergugat tanggal 4 Juni 2015, 12 Juni

2015, tanggal 24 Agustus 2015 dan tanggal 7 September 2015);

ð Bukti P.13 (surat permohonan Penggugat yang ditujukan kepada

Tergugat);

ð Bukti P.14 (foto-foto kondisi rumah Penggugat );

ð Bukti P.15 (pengumuman lelang II pada surat kabar harian Tribun Timur

halaman 2 tanggal 8 Desember 2015);

Oleh majelis hakim tidak dianggap sebagai perbuatan melawan hukum,

justru sebaliknya tindakan Tergugat tersebut adalah berdasar hukum yaitu

menjalankan ketentuan Pasal 14 dan Pasal 15 Akad Pembiayaan

Murabahah yang telah telah disepakati bersama. Kemudian daripada itu

yang menanggung beban kerugian dalam perkara ini ialah Tergugat, karena

Penggugat tidak melaksanakan ketentuan Pasal 14 huruf (a) Akad

Pembiayaan Murabahah.

Menimbang tentang petitum gugatan untuk membatalkan akad,

karena tidak memiliki prinsip syariah (mengandung unsur riba dan gharar),

Penggugat mendalilkan praktik perbankan syariah dapat dinyatakan tidak

memiliki prinsip syariah yang syirkah, mudharabah wa musyarakah, tidak

jelas/samar-samar (gharar), serta keharusan memperhatikan kehalalan ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 158: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman61dari66

sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Bahwa atas dalil tersebut, majelis hakim dapat menerima jawaban

Tergugat yang menyatakan transaksi antara Penggugat dengan Tergugat

memang bukan akad mudharabah dan musyarakah, akan tetapi akad

murabahah.

Menimbang, bahwa transaksi antara Penggugat dengan Tergugat

adalah jual beli murabahah sebagaimana tersebut dalam Akad Pembiayaan

Syariah, yang menurut pengertiannya yakni:

ل مع زیادة ر بح معلوم بیع بمثل الثمن الأو

Yaitu jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan

yang disepakati. (sebagaimana juga disebutkan dalam Akad Pembiayaan

murabahah, dengan kelebihan pembayaran yang telah disepakati, baik

jumlah maupun tenggang waktunya).

Transaksi murabahah tersebut mempunyai dasar hukum :

كون یاأیھا الذین ءامنوا لاتأكلوا أموالكم بینكم بالباطل إلا أن ت

نكم. تجارة عن تراض م

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisaa: 29).

Menimbang, bahwa majelis hakim berpendapat kewajiban Penggugat

untuk melakukan pembayaran kepada Tergugat melebihi dari pinjaman,

adalah bukan riba dan tidak mengandung garar.

Menimbang tentang petitum untuk membatalkan Akad Pembiayaan

Murabahah, bahwa akad pembiayaan murabahah yang dibuat oleh dan atau

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 159: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman62dari66

di hadapan Notaris Hj. Andi Mindaryana Yunus, S.H. No. 130 tanggal 27

November 2013 sebagaimana tersebut adalah mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat (gezag van gewijsde), karena:

ð Dilindungi oleh Undang-Undang perbankan syariah, sehingga akad

tersebut merupakan perjanjian yang kekuatannya sama dengan

Undang-Undang bagi para pihak;

ð Akta Pembiayaan Murabahah tersebut dibuat di hadapan pejabat

umum yang berwenang sehingga kedudukannya menjadi akta otentik;

ð Hal-hal yang diperjanjikan di dalam Akta Pembiayaan Murabahah

tidak melanggar hukum;

ð Ditandatangi oleh kedua belah pihak yang berkepentingan bersama

Notaris dan saksi-saksi.

maka atas dasar pertimbangan tersebut, maka pengadilan tidak dapat

membatalkan akta dimaksud.

Menimbang tentang petitum gugatan untuk dibebaskan dari seluruh

kewajiban karena terjadinya keadaan memaksa (force mayeur), bahwa

“Force mayeur merupakan kondisi objektif yang harus dapat dibuktikan

dengan fakta hukum. Sehingga seseorang menurut hukum, tidak dibenarkan

menyatakan diri berada dalam kondisi force mayeur tanpa fakta hukum

tersebut”.

Menimbang, fakta hukum yang dimaksud adalah suatu keadaan

bahaya yang berlangsung secara massif, atau menurut keterangan resmi

otoritas yang berwenang menyatakan telah terjadi kondisi force mayeur.

Menimbang, bahwa surat-surat bukti Penggugat tentang terjadinya

kondisi force mayeur hanyalah sebatas alasan, bukan keadaan memaksa

yang sesungguhnya, sehingga dengan demikian menurut hukum objek hak

tanggungan sebagaimana tersebut dalam Akta Pembiyaan Murabahah,

dapat dijual lelang oleh Tergugat untuk menutupi kelalaian Penggugat

menjalankan kewajibannya.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 160: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman63dari66

Menimbang, bahwa di dalam Akad Pembiayaan Murabahah tidak

terdapat suatu klausula perjanjian yang memuat ketentuan jika usaha

Penggugat mengalami kerugian atau hal lain di luar kekuasaan Penggugat,

maka Penggugat dapat dibebaskan demi hukum dari seluruh kewajiban.

Menimbang, bahwa Akad Pembiayaan Murabahah adalah

Pembiayaan Investasi Renovasi tempat usaha dan pembelian peralatan

sebagaimana tersebut dalam Akad Pasal 3, dengan demikian tidak terkait

secara langsung dengan Usaha Klinik Herbal Penggugat yang didalilkan

mengalami kerugian karena pelanggan Penggugat beralih menggunakan

fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Mengingat, ketentuan Pasal 1253 KUHPerdata yang menyatakan

Suatu perikatan adalah bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa

yang mungkin terjadi dan memang belum terjadi, baik dengan cara

menangguhkan berlakunya perikatan itu sampai terjadinya peristiwa itu,

maupun dengan cara membatalkan perikatan itu, tergantung pada terjadi

tidaknya peristiwa itu.

Menimbang, bahwa dalam hal terjadinya wanprestasi oleh Penggugat,

maka ketentuan yang berlaku ialah Pasal 13 yakni : Menyimpang dari

jangka waktu yang telah ditentukan dalam akad ini, Bank dapat mengakhiri

jangka waktu pembiayaan dengan mengenyampingkan ketentuan Pasal

1266 dan 1267 KUHPerdata, sehingga Nasabah wajib membayar seketika

dan sekaligus seluruh hutangnya dalam tenggang waktu yang ditetapkan

oleh Bank kepada Nasabah, apabila Nasabah dinyatakan cidera janji

(wanprestasi).

Menimbang tentang petitum gugatan agar Tergugat mengembalikan

hak agunan, bahwa terhadap agunan tanah berikut bangunan rumah,

dengan SHGB No. 23251 yang terletak di Kelurahan Sudiang Raya,

Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar; dengan nilai tanggungan peringkat

I sebesar Rp 250.000.000, terikat dengan Sertipikat Hak Tanggungan No.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 161: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman64dari66

11553 / 2013, sehingga tidak terdapat alasan hukum untuk mengembalikan

agunan tersebut, sebelum Penggugat menjalankan kewajiban sebagaimana

tersebut dalam Akad.

Menimbang tentang petitum gugatan agar proses pelelangan atas

objek hak tanggungan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat, bahwa apabila syarat dan ketentuan pelelangan telah memenuhi

ketentuan perundang-undangan, maka pelelangan dimaksud adalah sah dan

mengikat.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut maka majelis hakim mengambil kesimpulan:

ð Gugatan Penggugat tentang terjadinya perbuatan melawan hukum

(onrechmatige daad) oleh Tergugat, adalah tidak terbukti.

ð Alasan hukum Penggugat (legal standing) yang menyatakan dirinya

dalam kondisi force mayeur adalah tidak terbukti.

ð Jawaban Tergugat yang menyatakan Penggugat telah melakukan

wanprestasi, adalah terbukti, karena Penggugat menunggak

pembayaran kewajibannya terhadap Tergugat terhitung sejak bulan

September 2015.

Menimbang, bahwa atas dasar pertimbangan gugatan Penggugat

tidak terbukti secara sah, maka gugatan tersebut harus dinyatakan ditolak.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 192 ayat (1) R.Bg. Penggugat

sebagai pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya perkara.

Mengingat, Pasal 49 (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama.

Mengingat, Pasal 19 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 162: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman65dari66

Mengingat, Pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Hak

Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996.

Mengingat, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan.

Mengingat, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

Mengingat, Putusan Mahkamah Agung No. 913 /PDT/2014 tanggal 27

Agustus 2014 tentang gugatan “perbuatan melawan hukum oleh debitur”.

Mengingat, Peraturan Mahkamah Agung No. 02 Tahun 2008 tentang

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Mengingat, prinsip muamalah dalam syariah antara lain “

almuslimuna li “uqudihim “, bahwa seseorang muslim ditentukan dari sejauh

mana menepati perjanjian yang telah dibuatnya”.

Memperhatikan, segala ketentuan perundang-undangan dan hukum

syariah yang bersangkutan dengan perkara ini.

MENGADILI

DALAM EKSEPSI

− Menolak eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat.

DALAM POKOK PERKARA

− Menolak gugatan Penggugat seluruhnya.

− Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp

881.000 (delapan ratus delapan puluh satu ribu rupiah).

Demikian putusan ini dijatuhkan pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2016

Masehi, bertepatan dengan tanggal 5 Syakban 1437 Hijriyah, oleh kami Drs.

Muh. Arief Musi, SH. sebagai Ketua Majelis, Dra. Hj. Mardianah R, S.H. dan

Drs. H. Muh. Anwar Saleh, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 163: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PutusanNo.2279/Pdt.G/2015/PAMks.Halaman66dari66

Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

oleh Ketua Majelis, dengan didampingi oleh Hakim Anggota dan dibantu

oleh Haryati, S.H., sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri Penggugat

bersama kuasanya dan Tergugat bersama kuasanya, tanpa hadirnya kuasa

Turut Tergugat.

Hakim Anggota, Ketua Majelis,

ttd. ttd.

Dra. Hj. Mardianah R, S.H. Drs. Muh. Arief Musi, S.H.

ttd.

Drs. H. Muh. Anwar Saleh, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

ttd.

Hariyati, S.H.

Perincian Biaya Perkara :

1. Pendaftaran : Rp 30.000,00

2. Proses : Rp 50.000,00

3. Panggilan : Rp 790.000,00

4. Redaksi : Rp 5.000,00

5. Materai : Rp 6.000,00

Jumlah : Rp 881.000,00

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 164: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

1 - Page 1 of 8103100010

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM

AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Nomor : 048/MUD/JAS/15 Akad Pembiayaan Mudharabah (selanjutnya disebut “Akad”) ini dibuat dan ditandatangani di Jakarta, pada hari Senin tanggal dua puluh delapan bulan Desember tahun dua ribu lima belas (28-12-2015), yang diadakan oleh dan antara pihak-pihak : 1. Nama : AKMAL SURYADI

Jabatan : Pemimpin Kantor Cabang Utama Slipi, Jakarta Nama : AMIR RUSOPI

Jabatan : Pemimpin Kantor Cabang Pembantu Kemang, Jakarta dalam hal ini keduanya bertindak dalam jabatannya tersebut diatas, dan berdasarkan

Surat Kuasa Direksi PT. Bank Panin Syariah, Tbk No. 042/DIR/INT/15 dan No. 043/DIR/INT/15, keduanya tertanggal 30 Juli 2015, dari dan karenanya keduanya berhak bertindak mewakili Direksi serta berhak bertindak untuk dan atas nama PT BANK PANIN SYARIAH Tbk, berkedudukan di Jakarta Barat, suatu perseroan terbatas yang didirikan dengan anggaran dasar yang dimuat dalam akta nomor 12, tanggal 8 Januari 1972, dibuat dihadapan Moeslim Dalidd, SH, Notaris di Malang, akta mana telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan nomor YA.5/284/4, tanggal 11 Desember 1979 yang telah diubah beberapa kali, terakhir diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat nomor 75 tanggal 24 April 2015, dibuat dihadapan Aryanti Artisari, SH Notaris di Jakarta, Perubahan Data Perseroan telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 4 Mei 2015, nomor : AHU-AH.01.03-0929303 juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa nomor 4, tanggal 2 Oktober 2015, Perubahan Data Perseroan telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 19 Oktober 2015, nomor : AHU-AH.01.03-0973003 juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa nomor 5, tanggal 2 Oktober 2015, Perubahan Anggaran Dasar Perseroan telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 19 Oktober 2015, nomor : AHU-AH.01.03-0973015. Untuk selanjutnya disebut “BANK”.

2. Nama : IR. WASIS DJUHAR, MM TTL : Yogyakarta, 06 September 1959 No. KTP : 3271060609290003 Nama : MIA PRIHARTINI TTL : Cianjur, 26 April 1980 No. KTP : 3203046604800001

Bahwa untuk melakukan perbuatan hukum ini bertindak berdasarkan surat kuasa dari Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Nusantara No. 160/SK-KSP Nusantara/HKM/XII/2015, tanggal 10 Desermber 2015, oleh karenanya keduanya berhak bertindak untuk mewakili Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Nusantara dalam menjalani jabatannya tersebut, dan telah mendapatkan persetujuan dari rapat pengawas, sebagaimana terbukti dari Surat tanggal 24 Juni 2015, karenanya sah mewakili untuk dan atas nama Koperasi Simpan Pinjam Nusantara, yang berkedudukan di Kabupaten Cianjur, (selanjutnya disebut “Koperasi”) yang

Page 165: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

2 - Page 2 of 8103100010

anggaran dasarnya dimuat dalam Akta Pendirian dibawah tangan KSU Koperasi Dana Indonesia Kabupaten Cianjur, tanggal 1 Oktober 2004, Pengesahaan dari Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ub. Kepala Dinas Koperasi Kabupaten Cianjur, sebagaimana ternyata dalam surat keputusannya tertanggal 10-10-2004 (sepuluh Oktober dua ribu empat) Nomor : 1033/BH-DK/BK/2004, anggaran dasar mana telah beberapa kali dirubah, terakhir dirubah berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam Nusantara, Akta No. 41, tanggal 24 September 2014, dibuat dihadapan Alvin Nugraha, SH. M.Kn., LLM., Pengesahaan dari Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagaimana ternyata dalam surat keputusannya tertanggal 22-10-2014 (dua puluh dua Oktober dua ribu empat belas) Nomor : 305/DEP.1/X/2014. Untuk selanjutnya disebut sebagai “NASABAH”.

BANK dan NASABAH (selanjutnya bersama-sama disebut Para Pihak dan masing-masing disebut Pihak) sebagaimana kedudukannya tersebut di atas terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa NASABAH telah mengajukan permohonan kepada BANK untuk mendapatkan

Fasilitas Pembiayaan (untuk selanjutnya disebut “Fasilitas Pembiayaan”) yang digunakan untuk pembiayaan kepada anggota koperasi sebagaimana ternyata dari Surat No. 152/PGRS/KOPNUS-KP/III/2015, tanggal 06 Maret 2015, perihal Permohonan Kerjasama Pembiayaan Kredit, permohonan mana telah disetujui oleh BANK berdasarkan Surat Nomor 026/OL/JAS/VII/2015 tertanggal 01 Juli 2015, perihal Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan juncto No. 059/OL/JAS/IX/2015, tanggal 03 November 2015, perihal Surat Penegasan Persetujuan Perluasan Tujuan Pembiayaan (selanjutnya disebut “Surat Penegasan Persetujuan”) yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

2. Bahwa antara BANK dan NASABAH telah menandatangani Akad Line Facility nomor 08 (selanjutnya disebut sebagai “Akad Line Facility”) tertanggal tanggal 02 Juli 2015, dibuat dihadapan Efran Yuniarto, SH., Notaris di Jakarta sebagaimana telah dirubah berdasarkan Addendum Pertama Akad Line Facility Mudharabah No. 106/ADD-LF-MUD/JAS/15, tanggal 05 November 2015 yang dibuat secara dibawah tangan, dimana BANK telah mempunyai komitmen kepada NASABAH untuk memberikan fasilitas pembiayaan Mudharabah sampai setinggi-tingginya sebesar Rp. 30.000.000.000,- (tiga puluh milyar rupiah).

3. Bahwa NASABAH telah mengajukan permohonan kepada BANK untuk mencairkan fasilitas pembiayaan Mudharabah sebesar Rp. 1.209.100.000,- (satu milyar dua ratus sembilan juta seratus ribu Rupiah) (selanjutnya disebut sebagai “Fasilitas Pembiayaan”) sesuai dengan Surat dari NASABAH kepada BANK nomor 2651/KSU/KN-OPS/XII/2015, tanggal 15 Desember 2015, perihal Pencairan Executing (Batch 16).

4. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, BANK sebagai Pemilik Dana bersedia memberikan Fasilitas Pembiayaan dan karenanya BANK dan NASABAH telah saling setuju dan karenanya sepakat untuk dan dengan ini membuat serta menetapkan Akad Mudharabah (untuk selanjutnya secara singkat disebut "Akad") untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK tersebut.

Selanjutnya kedua belah pihak setuju menuangkan kesepakatan ini dalam Akad untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak, dengan syarat – syarat dan ketentuan sebagai berikut :

Page 166: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

3 - Page 3 of 8103100010

Pasal 1 DEFINISI

Dalam Akad ini, yang dimaksud dengan : 1. Bagi Hasil adalah pembagian atas pendapatan antara NASABAH dan BANK yang

ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara NASABAH dengan BANK. 2. Barang Jaminan adalah barang yang diserahkan NASABAH guna menjamin

terbayarnya kewajiban NASABAH kepada BANK berdasar Akad ini termasuk tetapi tidak terbatas pada pembebanan hak tanggungan, gadai, aval, fidusia, penjaminan.

3. Cidera Janji adalah peristiwa atau peristiwa-peristiwa sebagaimana dimaksud Pasal 11 Akad ini, yang menyebabkan BANK dapat menghentikan seluruh atau sebagian dari isi Akad ini, menagih seketika dan sekaligus jumlah kewajiban NASABAH kepada BANK sebelum jangka waktu Akad ini berakhir.

4. Dokumentasi Jaminan adalah dokumen jaminan Akad ini. 5. Fasilitas Pembiayaan adalah fasilitas pembiayaan berdasarkan akad

Mudharabah yang disediakan BANK kepada NASABAH; 6. Hari kerja BANK adalah hari kerja Bank Indonesia beroperasi dan bank-bank di

Indonesia melakukan kliring. 7. Jangka Waktu Akad adalah Masa berlakunya Akad ini sesuai dengan yang

ditentukan dalam Pasal 2 Akad ini. 8. Kerugian usaha adalah berkurangnya Modal dalam menjalankan usaha yang dihitung

pada periode tertentu, yaitu dengan mengurangkan jumlah Modal pada akhir periode dengan jumlah Modal pada awal periode.

9. Lampiran adalah Setiap lampiran yang disebut dalam Akad ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dan isinya harus dianggap kata demi kata termaktub dalam Akad ini.

10. Modal adalah sejumlah dana yang disediakan oleh BANK untuk kegiatan usaha yang dikelola oleh NASABAH

11. Mudharabah adalah kerjasama usaha antara pihak pemilik dana (shahibul Maal) dengan pihak pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana/modal.

12. Nisbah adalah bagian dari hasil pendapatan yang menjadi hak NASABAH dan BANK yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara NASABAH dan BANK

13. Obyek bagi hasil adalah pendapatan yang diperoleh NASABAH dari hasil usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 5 Akad ini.

14. Pembukuan Pembiayaan adalah pembukuan atas nama NASABAH pada BANK yang khusus mencatat seluruh transaksi-transaksi NASABAH sehubungan dengan Fasilitas Pembiayaan, yang merupakan bukti yang sah dan mengikat NASABAH atas segala kewajiban pembayaran;

15. Pendapatan adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha yang dijalankan NASABAH sesuai dengan Akad ini.

16. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadist (Sunnah) sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN - MUI).

17. Proyeksi Pendapatan adalah perkiraan pendapatan yang akan diterima BANK dari NASABAH yang diberikan dengan jumlah dan tanggal jatuh tempo yang disepakati antara BANK dan NASABAH.

18. Realisasi Pendapatan adalah pendapatan yang diterima BANK dari NASABAH atas pembiayaan yang diberikan.

19. Sanksi (ta’zir) adalah denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan yang ditandatangani pada saat Akad dan harus dibayarkan NASABAH, apabila NASABAH menunda pembayaran kewajibannya. Denda tersebut diperuntukkan sebagai dana sosial.

Page 167: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

4 - Page 4 of 8103100010

20. Surat Penegasan Persetujuan adalah penawaran pembiayaan Mudharabah dari BANK yang memuat ketentuan dan syarat-syarat pembiayaan Mudharabah yang diberikan oleh BANK yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Akad ini.

21. Surat Pernyataan Realisasi Pendapatan adalah surat yang ditandatangani oleh NASABAH yang menyatakan tentang realisasi pendapatan.

22. Tanggal Pencairan adalah tanggal dimana BANK mencairkan dana Fasilitas Pembiayaan ke rekening NASABAH di BANK.

23. Ta’widh adalah ganti rugi yang harus dibayarkan NASABAH kepada BANK yang besarnya adalah biaya riil yang dikeluarkan BANK dalam rangka penagihan hak yang harus dibayar NASABAH, antara lain tetapi tidak terbatas biaya jasa pihak ketiga yang dipergunakan BANK untuk melakukan penagihan kepada NASABAH apabila NASABAH cidera janji kepada BANK.

24. TTUN adalah Tanda Terima Uang oleh NASABAH yang merupakan bukti penerimaan uang oleh NASABAH dari BANK sebagai porsi Modal BANK .

Pasal 2

FASILITAS PEMBIAYAAN DAN JANGKA WAKTU PENGGUNAANNYA

1. BANK bersedia menyediakan Fasilitas Pembiayaan kepada NASABAH sebesar Rp. 1.209.100.000,- (satu milyar dua ratus sembilan juta seratus ribu Rupiah) secara sekaligus, yang semata-mata akan dipergunakan untuk tujuan usaha, yaitu pembiayaan kepada anggota, sesuai dengan rencana realisasi pembiayaan yang disiapkan oleh NASABAH dan disetujui BANK.

2. Pembiayaan yang dimaksud dalam Akad ini berlangsung untuk jangka waktu sebagai berikut: sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta Rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 12

(dua belas) bulan terhitung sejak tanggal pencairan. sebesar Rp. 173.000.000,- (seratus tujuh puluh tiga juta Rupiah) berlangsung

untuk jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal pencairan. sebesar Rp. 91.100.000,- (sembilan puluh satu juta seratus ribu rupiah)

berlangsung untuk jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 421.000.000,- (empat ratus dua puluh satu juta rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 60 (enam puluh) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 41.000.000,- (empat puluh satu juta rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 72 (tujuh puluh dua) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 90.600.000,- (sembilan puluh juta enam ratus ribu rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 84 (delapan puluh empat) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 51.900.000,- (lima puluh satu juta sembilan ratus ribu rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 106 (seratus enam) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 38.500.000,- (tiga puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 108 (seratus delapan) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 68.000.000,- (enam puluh delapan juta rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 119 (seratus sembilan belas) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

sebesar Rp. 232.000.000,- (dua ratus tiga puluh dua juta rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 120 (seratus dua puluh) bulan terhitung sejak tanggal pencairan.

Page 168: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

5 - Page 5 of 8103100010

Pasal 3 PEMBAGIAN HASIL USAHA

1. Para Pihak sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa

Nisbah Bagi Hasil untuk masing-masing Pihak adalah dengan sistem multi Nisbah sebagaimana tercantum dalam proyeksi jadwal pembayaran angsuran terlampir, dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari akad ini.

2. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, untuk menyerahkan Surat Pernyataan Realisasi Pendapatan atas usaha Nasabah berdasarkan Akad ini, pada tanggal yang disepakati Para Pihak yang akan dijadikan dasar penghitungan dan pelaksanaan Bagi Hasil.

3. Para Pihak sepakat, dan dengan ini saling mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa pelaksanaan penghitungan dan pembayaran Bagi Hasil akan dilakukan pada setiap tanggal yang disepakati para pihak.

4. Para Pihak sepakat bahwa Obyek Bagi Hasil dalam Akad ini adalah pendapatan NASABAH dari usaha NASABAH.

5. Sebagai dasar perhitungan Bagi Hasil, NASABAH dan BANK telah membuat proyeksi pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Akad ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Akad ini. Terhadap proyeksi tersebut dapat dilakukan perubahan berdasarkan kesepakatan Para Pihak sesuai ketentuan yang berlaku.

6. BANK akan melakukan penilaian kembali atas Surat Pernyataan Realisasi Pendapatan yang diajukan oleh NASABAH yang disertai data dan bukti-bukti lengkap dari NASABAH. Dalam hal BANK tidak menyerahkan kembali hasil penilaian tersebut kepada NASABAH dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja, maka BANK dianggap secara sah telah menerima dan mengakui perhitungan yang dibuat oleh NASABAH.

Pasal 4

TATA CARA PEMBAYARAN

1. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk mengembalikan kepada BANK, seluruh jumlah Fasilitas Pembiayaan dan membayar bagian pendapatan yang menjadi hak BANK sesuai dengan Nisbah sebagaimana dimaksud Pasal 4 Akad ini atau menurut proyeksi jadwal angsuran sebagaimana ditetapkan pada Lampiran dan proyeksi pendapatan sebagaimana ditetapkan pada Lampiran yang dilekatkan pada dan karenanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari Akad ini.

2. Sumber pembayaran kembali Fasilitas Pembiayaan oleh NASABAH kepada BANK dapat berasal dari usaha yang dibiayai, kegiatan usaha NASABAH lainnya, maupun sumber-sumber lain yang dimiliki NASABAH. Apabila NASABAH melunasi Fasilitas Pembiayaan yang diberikan oleh BANK lebih awal dari waktu yang diperjanjikan, maka tidak berarti pembayaran tersebut akan menghapuskan atau mengurangi bagian dari pendapatan yang menjadi hak BANK berdasarkan kesepakatan antara NASABAH dan BANK.

3. Setiap pembayaran atas kewajiban NASABAH, wajib dilakukan NASABAH pada hari dan jam kas di kantor BANK atau tempat lain yang ditunjuk oleh BANK dan dibayarkan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama NASABAH pada BANK, sehingga dalam hal pembayaran diterima oleh BANK setelah jam kerja BANK, maka pembayaran tersebut akan dibukukan pada keesokan harinya dan apabila hari tersebut bukan Hari Kerja BANK, pembukuan akan dilakukan pada Hari Kerja BANK yang pertama setelah pembayaran diterima.

4. Bila tanggal jatuh tempo atau saat pembayaran angsuran jatuh tidak pada Hari Kerja BANK, maka NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan

Page 169: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

6 - Page 6 of 8103100010

dana atau melakukan pembayaran kepada BANK pada 1 (satu) hari kerja sebelumnya.

Pasal 5 BIAYA, POTONGAN DAN PAJAK-PAJAK

1. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung dan

membayar selambat-lambatnya pada saat Akad ditandatangani, biaya-biaya antara lain : a. Biaya administrasi sebesar Rp. 6.045.500,- (enam juta empat puluh lima ribu lima

ratus Rupiah ). b. Biaya-biaya lain yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan Akad termasuk tetapi

tidak terbatas pada biaya Notaris/PPAT dan biaya pengikatan jaminan. 2. Dalam hal NASABAH Cidera Janji sehingga BANK perlu menggunakan jasa pihak

ketiga, maka NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membayar seluruh biaya jasa pihak ketiga dimaksud sepanjang hal itu dapat dibuktikan secara sah menurut hukum.

3. Setiap pembayaran Fasilitas Pembiayaan dan/atau kewajiban lainnya oleh NASABAH kepada BANK sehubungan dengan Akad ini dan/atau perjanjian lain yang terkait dengan Akad ini, dilakukan oleh NASABAH kepada BANK tanpa potongan, pungutan, bea, pajak dan/atau biaya-biaya lainnya, kecuali jika potongan tersebut diharuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membayar melalui BANK, setiap potongan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku (bila ada).

5. Segala pajak yang timbul sehubungan dengan Akad ini merupakan tanggungan dan wajib dibayar oleh NASABAH, kecuali Pajak Penghasilan BANK.

6. Nasabah wajib membayar ganti rugi (ta’widh) kepada BANK apabila NASABAH tidak menyerahkan bagian pendapatan yang sudah menjadi hak BANK.

Pasal 6 DENDA

1. Dalam hal NASABAH terlambat membayar kewajiban dari jadwal yang telah

ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Akad ini, maka BANK membebankan dan NASABAH setuju membayar denda (ta’zir) atas keterlambatan tersebut sebesar Rp. 1.500,- (seribu lima ratus rupiah) per bulan untuk setiap tunggakan pembayaran kewajiban senilai Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atas pembayaran kewajiban bagi NASABAH.

2. Dana dari denda atas keterlambatan yang diterima oleh BANK akan diperuntukkan sebagai dana sosial.

Pasal 7 FORCE MAJEURE

1. BANK tidak bertanggung jawab atas setiap tuntutan ataupun kerugian yang disebabkan

karena peristiwa atau sebab yang berada di luar pengendalian BANK, termasuk didalamnya : a. bencana alam : gempa, badai, banjir, air bah dan sebagainya b. kebakaran, tindakan perusakan/vandalism, sabotase, kerusuhan, pemogokan,

terorisme dan gangguan sipil, perang atau keadaan perang c. kebijakan baru pemerintah atau perubahan atas peraturan yang berlaku.

2. Apabila terjadi force majeure sebagaimana disebutkan di atas maka harus diberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis disertai dengan bukti-bukti yang sah, antara lain pernyataan resmi dari pemerintah atau instansi lainnya yang

Page 170: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

7 - Page 7 of 8103100010

berwenang selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah terjadinya force majeure tersebut.

3. Para Pihak setuju untuk berunding tentang pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing Pihak bila terjadi force majeure

Pasal 8

KUASA-KUASA

Semua kuasa yang termaktub dalam Akad ini merupakan bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari Akad dan oleh karena itu kuasa-kuasa tersebut tidak dapat ditarik kembali dan/atau dibatalkan dengan cara apapun juga dan karenanya NASABAH melepaskan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam pasal-pasal 1813, 1814, dan 1816 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 9

LAIN-LAIN

1. Perubahan dan Penambahan yang diadakan pada Akad ini dan Akad tambahan lainnya merupakan satu kesatuan dan karena itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

2. Jika satu atau lebih ketentuan dari pada Akad ini tidak berlaku, tidak sah, atau tidak dapat diperlakukan sama sekali karena peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka keabsahan dan berlakunya ketentuan lain di dalam Akad ini, dan Akad tambahan lainnya dalam segala hal tidak terganggu.

3. BANK dan NASABAH dengan ini, sepakat dan setuju untuk memberlakukan seluruh ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Surat Penegasan Persetujuan dan Akad Line Facility, karenanya Surat Penegasan Persetujuan dan Akad Line Facility tersebut mengikat NASABAH dan BANK serta merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Akad ini.

4. Seluruh Lampiran dari Akad ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

5. Sebelum Akad ini ditandatangani oleh NASABAH, NASABAH mengakui dengan sebenarnya, dan tidak lain dari yang sebenarnya, bahwa NASABAH telah membaca dengan cermat atau dibacakan kepadanya seluruh isi Akad ini berikut semua surat dan/atau dokumen yang menjadi Lampiran Akad ini, sehingga oleh karena itu NASABAH memahami sepenuhnya segala yang akan menjadi akibat hukum setelah NASABAH menandatangani Akad ini.

6. Akad ini mengikat Para Pihak yang sah, para pengganti atau pihak-pihak yang menerima hak dari masing-masing Para Pihak.

7. Akad ini memuat, dan karenanya menggantikan semua pengertian dan kesepakatan yang telah dicapai oleh Para Pihak sebelum ditandatanganinya Akad ini, baik tertulis maupun lisan, mengenai hal yang sama.

8. Jika salah satu atau sebagian ketentuan-ketentuan dalam Akad ini menjadi batal atau tidak berlaku, maka tidak mengakibatkan seluruh Akad ini menjadi batal atau tidak berlaku seluruhnya.

9. Kelalaian atau keterlambatan BANK dalam melaksanakan haknya berdasarkan Akad ini atau dokumen-dokumen lain yang dibuat berdasarkan Akad ini tidak boleh ditafsirkan bahwa BANK telah melepaskan hak-hak tersebut.

10. Para Pihak mengakui bahwa judul pada setiap pasal dalam Akad ini dipakai hanya untuk memudahkan pembaca Akad ini, karenanya judul tersebut tidak memberikan penafsiran apapun atas isi Akad ini.

11. Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Akad ini, maka BANK dan NASABAH akan mengaturnya bersama secara musyawarah untuk mufakat dalam suatu Akad tambahan (Addendum) yang ditandatangani oleh Para Pihak.

Page 171: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …

8 - Page 8 of 8103100010

12. Setiap Akad tambahan (Addendum) dari Akad ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

Demikian, Akad ini dibuat dan ditandatangani di Jakarta pada tanggal yang telah disebutkan di awal Akad ini oleh BANK dan NASABAH di atas kertas yang bermeterai cukup . BANK PT. BANK PANIN SYARIAH Tbk KUASA DIREKSI (AKMAL SURYADI) (AMIR RUSOPI) NASABAH KOPERASI SIMPAN PINJAM NUSANTARA KUASA PENGURUS materai 6000 + stempel

(IR. WASIS DJUHAR, MM) (MIA PRIHARTINI)

Page 172: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 173: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 174: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 175: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 176: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 177: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 178: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 179: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 180: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 181: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 182: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 183: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 184: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 185: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 186: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 187: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …
Page 188: PENERAPAN FORCE MAJEURE DALAM KONTRAK(PERJANJIAN) …