Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada...

28
Pendahuluan Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) bukanlah merupakan suatu hal yang lazim yang terjadi dalam suatu bangsa. Menurut Transparency International, Korupsi atau rasuah ( bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak , menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri , serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar. Di Indonesia, kolusi paling sering terjadi dalam proyek pengadaan barang dan jasa tertentu (umumnya dilakukan pemerintah). Nepo tisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Dalam prakteknya, ketiga hal ini saling berkaitan dan mengakibatkan kerugian financial yang besar terhadap suatu negara. Parktek KKN yang terjadi dalam penyelenggaraan negara dilakukan pada berbagai sektor-sektor dalam negara, seperti; pendidikan, kesehatan, pemberdayaan, dll.

description

Artikel

Transcript of Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada...

Page 1: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Pendahuluan

Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) bukanlah merupakan suatu hal yang

lazim yang terjadi dalam suatu bangsa. Menurut Transparency International,

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna

busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,

baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara

tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada

mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak

jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian

yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala

urusannya menjadi lancar. Di Indonesia, kolusi paling sering terjadi dalam proyek pengadaan

barang dan jasa tertentu (umumnya dilakukan pemerintah). Nepotisme berarti lebih memilih

saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini

biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Dalam prakteknya, ketiga hal ini saling berkaitan

dan mengakibatkan kerugian financial yang besar terhadap suatu negara. Parktek KKN yang

terjadi dalam penyelenggaraan negara dilakukan pada berbagai sektor-sektor dalam negara,

seperti; pendidikan, kesehatan, pemberdayaan, dll.

Jasa konstruksi merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan

suatu bangsa. Hasil-hasil kemajuan yang dihasilkan melalui sektor ini berupa infrastruktur, baik

umum maupun pribadi, seperti; jalan tol, jembatan, rel kereta api, bangunan tinggi, jembatan, dll.

Sektor ini menekankan pada pembangunan fisik suatu wilayah. Hal ini secara periodik akan

berdampak pada kemajuan ekonomi dan sosial wilayah tersebut. Melalui infarstruktur yang

dibangun, terjadi permebrdayaan masyarakat serta peningkatan kualitas hidup. Semua ini

mengacu pada sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Dalam makalah ini, penulis berfokus pada penanggulangan praktek KKN yang terjadi

pada sektor industri jasa konstruksi melalui penerapan e-procurement dibuktikan melalui hasil-

hasil survei terhadap menurunya angka praktek KKN yang terjadi sebagai dampak dari

penerapan sistem tersebut.

Page 2: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Permasalahan

Berdasarkan UU No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pada pasal empat, bab tiga

menjelaskan bahwa jenis usaha konstruksi terdiri dari usaha perencanaan konstruksi,

pelaksanaan konstruksi serta pengawasan . Perencanaan konstruksi memberikan layanan jasa

perencanaan dalam kegiatan konstruksi, meliputi studi pengembangan sampai dengan

penyusunan dokumen kontrak kerja. Tahap pelaksanaan memberikan layanan jasa yang meliputi

rangkaian kegiatan dari penyiapan lapangan hingga penyerahan hasil akhir kerja konstruksi.

Pekerjaan pengawasan konstruksi memberikan layanan jasa pengawasan, baik secara

keseluruhan maupun sebagian mulai dari penyiapan lapangan hingga penyerahan hasil akhir

kerja konstruksi. Ketiga usaha jasa ini saling berkaitan satu sama lain serta memiliki fungsi

saling mempengaruhi.

Mengacu pada kompleksitas sektor jasa konstruksi karena melibatkan banyak pihak

terkait, penyediaan keamanan sangatlah diperlukan untuk menunjang berjalannya kegiatan ini

dengan baik. Isu-isu krusial yang terjadi pada sektor jasa konstruksi telah menjadi suatu rahasia

umum. Telah terjadi sejumlah kegiatan-kegiatan illegal, seperti kasus korupsi, penyuapan, dan

lain sebagainya yang terjadi di hampir semua bagian di Indonesia. Mengingat jasa konstruksi

bertujuan untuk penyediaan infrastruktur umum, sehingga seringkali kepentingan publik

dijadikan terobosan bagi perseorangan maupun sekelompok orang tertentu untuk mencari

keuntungan. Di Indonesia, telah tercatat bahwa 70 persen pengadaan jasa konstruksi melibatkan

praktek-praktek KKN.

Dalam rangka mewujud nyatakan Undang Undang RI No.31 tahun 1999 mengenai

Pemberantasan Tindak Korupsi serta terwujudnya kegiatan jasa konstruksi yang kondusif dan

bersih, suatu sistem baru, e-procurement diterapkan. Diharapkan bahwa melalui suatu sistem

yang baru ini, dapat memngurangi angka praktek KKN di bidang jasa konstruksi. Spekulasi-

spekulasi bermunculan terkain dengan hal ini. Perlu dipertanyakan; Apa itu sistem e-

procurement? Bagaimana sistem ini dapat mengurangi praktek KKN yang terjadi di sektor jasa

konstruksi? Apakah kelebihan dan kekurangan sistem ini dibandingkan dengan sistem pengadaan

barang dan jasa umumnya?

Page 3: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Analisa Data

Berikut ini penulis akan memperlihatkan laporan-laporan serta tulisan-tulisan dari

beberapa sumber sebagai acuan analisa terhadap sistem e-procurement dalam usaha-usaha

pemberantasan korupsi di Indonesia.

1. Dahlan: Kontraktor BUMN Paling Rawan Korupsi

Senin, 4 Juni 2012 | 17:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan

mengatakan, BUMN yang bergerak sebagai kontraktor di bidang konstruksi rawan

terlibat kasus dugaan korupsi. Hal tersebut merupakan permasalahan yang harus dicari

jalan keluarnya.

Dahlan mengatakan, permainan uang cenderung dilakukan BUMN mengingat sulitnya

mendapatkan proyek. "Serunya mendapat proyek, sulitnya rebutan proyek, saya tahu

sehingga, memang, bagaimana caranya BUMN kontraktor enggak terseret masalah

korupsi, tetapi tetap dapat proyek? Tanpa nyogok, enggak dapat (proyek). Nyogok, masuk

penjara," kata Dahlan dalam diskusi bertajuk "Peran dan Komitmen BUMN/BUMD

dalam Memerangi Praktik Bisnis Koruptif" yang digelar di Gedung Komisi

Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Senin (4/6/2012). Hadir dalam diskusi tersebut, Wakil

Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Erman Rajagukguk.

Menurut Dahlan, permainan uang di BUMN biasa dilakukan melalui pihak lain, seperti

perusahaan subkontraktor atau pihak konsultan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan

Kementerian BUMN, kata Dahlan, hanya 30 persen kontraktor dalam BUMN yang

mengaku bermain bersih dalam mendapatkan proyek. "Selebihnya hanya lewat

permainan. Mereka khawatir kalau mereka yang dibersihkan, tetapi pemilik proyek

enggak dibersihkan, mereka enggak bakal dapat proyek," kata Dahlan.

Page 4: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Dahlan berpendapat, bukan hanya BUMN yang harus "bersih-bersih" diri dalam

mencegah tindak pidana korupsi. Pemilik proyek pun, yakni pihak kementerian,

diharapkannya ikut bermain bersih. "Konsekuensinya itu di pemilik proyeknya. Saat

tender, pemilik proyek boleh tentukan apa pun, bisa tentukan apakah proyek ini bersih

apa tidak. Kalau ada keinginan kuat pemilik proyek buat tender bersih, bisa!" ujarnya.

Sejumlah BUMN yang bergerak di bidang konstruksi kerap disebut terlibat dalam kasus

yang ditangani KPK. Sebut saja PT Adhi Karya, PT Wijaya Karya, atau PT

Pembangunan Perumahan (PT PP). Adhi Karya dan Wijaya Karya merupakan BUMN

penggarap proyek pembangunan pusat pelatihan olahraga Hambalang, Jawa Barat, yang

tengah diselidiki KPK.

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin mengatakan bahwa

Adhi Karya menggelontorkan uang pelicin miliaran rupiah untuk menjadi rekanan proyek

Hambalang. Uang dari Adhi Karya tersebut, kata Nazaruddin, mengalir ke Ketua Umum

DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi

Mallarangeng, serta ke Komisi X DPR. Tudingan ini dibantah oleh Anas dan Andi.

Selain Adhi Karya dan Wijaya Karya, BUMN lain yang disebut dalam kasus dugaan

korupsi adalah PT Pembangunan Perumahan. Kasus dugaan suap pembahasan perubahan

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Dana Pengikatan Tahun Jamak

Pembangunan Venue PON 2012 Riau, misalnya, melibatkan pegawai PT PP, Rahmat

Syaputra. KPK menetapkan Rahmat sebagai tersangka karena diduga ikut menyuap

anggota DPRD Riau dalam rangka memuluskan rencana penambahan anggaran

pembangunan fasilitas PON di Riau.

Sumber : Kompas.com (diakses pada 11 April 2015, pukul 18:07)

Page 5: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

2. Machfud Suroso Didakwa Merugikan Keuangan Negara Rp 464,5

Miliar

Kamis, 18 Desember 2014 | 18:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Dutasari Citralaras, Machfud

Suroso, didakwa melakukan korupsi dalam proyek pembangunan Pusat Pendidikan,

Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang. Jaksa penuntut umum

Komisi Pemberantasan Korupsi menganggap Machfud melakukan tindakan melawan

hukum bersama-sama Kepala Divisi Konstruksi I PT Adhi Karya Teuku Bagus

Mokhamad Noor dengan memengaruhi Kuasa Pengguna Anggaran dan panitia

pengadaan dalam proyek tersebut.

"Terdakwa melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi," ujar jaksa Fitroh Rohcahyanto di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis

(18/12/2014).

Jaksa mengatakan, perbuatan Machfud telah merugikan keuangan negara sebesar Rp

464.514.294.145,91. Dalam surat dakwaan, Machfud menginginkan agar perusahaannya

dijadikan sub-kontraktor oleh PT Adhi Karya yang ikut serta dalam lelang proyek

P3SON Hambalang. Machfud kemudian memberikan uang sebesar Rp 3 miliar kepada

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam agar PT Adhi Karya

menang tender.

Teuku, menurut dakwaan, juga menyuap Wafid sebesar Rp 2 miliar untuk memuluskan

lelang tersebut. Ternyata, bos Grup Permai Muhammad Nazaruddin juga mengincar

proyek tersebut dan telah mengeluarkan uang sebesar Rp 10 miliar untuk pengurusan

proyek Hambalang. Dakwaan jaksa menjelaskan, sebagian uang tersebut diberikan

kepada mantan Menpora Andi Alfian Mallarangeng melalui adik Andi, Choel

Mallarangeng, sebesar 550 ribu dollar Amerika dan diberikan juga kepada Komisi X

DPR RI sebesar Rp 2 miliar.

"Atas permasalahan tersebut, terdakwa (Machfud) meminta bantuan Anas Urbaningrum

agar Nazaruddin mundur dari proyek Hambalang," kata Jaksa.

Page 6: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Menurut surat dakwaan, Machfud dan Teuku terus melakukan pendekatan yang gencar

terhadap panitia pengadaan proyek sehingga Adhi-Wika memenangkan proses lelang

tanpa adanya pelaksanaan proses lelang sebagaimana semestinya.

Adhi-Wika yang dipimpin oleh Teuku Bagus merupakan bentuk kerjasama operasi antara

PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya. Diketahui nilai kontrak pembangunan proyek

P3SON di Hambalang sebesar Rp 1,077 triliun. "Setelah kontrak ditandatangani,

perusahaan terdakwa PT DCL ditunjuk KSO Adhi-Wika menjadi subkontrak pekerjaan

mekanikal elektrikal dengan harga yang digelembungkan," kata jaksa.

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek P3SON Hambalang, KSO Adhi-Wika telah

menerima pembayaran dan Kemenpora sebesar Rp 453.274.231.090,45. Sebagian dana

tersebut digunakan untuk membayar PR DCL sebesar Rp 171.580.224.894. Machfud juga

disebut menerima pembayaran dari PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I sebesar Rp 12,5

miliar.

"Sehingga total uang yang diterima terdakwa sebesar Rp 185.580.224.894," kata Jaksa.

Namun, dari sejumlah uang yang diterima Machfud untuk proyek Hambalang, hanya

sebesar Rp 89,150 miliar yang digunakan sebagaimana mestinya. Sedangkan sisanya

dibagi-bagi oleh Machfud untuk sejumlah pihak untuk memuluskan keterlibatan PT DCL

dalam proyek itu.

Atas perbuatannya, Machfud disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 jo

Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

Sumber: Kompas.com (diakses pada 11 April 2015, pukul 15:34)

Page 7: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

3. Sebanyak 55% Kasus Korupsi Terkait Pengadaan Barang dan Jasa

Laporan oleh: Artanti Hendriyana

[Unpad.ac.id, 26/07] Pengadaan barang dan jasa di lingkungan organisasi

kepemerintahan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam rangkaian kegiatan

kenegaraan.  Melalui kegiatan pengadaan barang dan jasa baik, berbagai kebutuhan

negara dalam rangka pembangunan negara untuk kesejahteraan rakyat  dapat dicukupi 

dengan baik pula. Untuk itu, dibutuhkan proses pengaturan agar kegiatan ini berhasil

dijalankan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan e-procurement.

“Besarnya dimensi dan aktivitas sebuah negara membutuhkan proses pengadaan barang

dan jasa yang jauh lebih teratur dan didukung oleh banyak lembaga atau organisasi

pemasok atau penyedia barang dan jasa. Tapi pada kenyataannya, pengadaan barang dan

jasa di organisasi kepemerintahan ini menghadapi berbagai kendala yang kompleks.

Negara seringkali dirugikan dalam proses pengadaan barang dan jasa dilingkungan

organisasi kepemerintahan ini,” tutur Cahyana Ahmadjayadi saat mempresentasikan

disertasinya yang berjudul “Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Di Instansi

Pemerintah Secara Elektronik (E-Procurement) untuk Mewujudkan Tata Kelola

Pemerintahan yang Baik” pada Sidang Terbuka Promosi Doktor di Ruang Sidang

Gedung Pascasarjana Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (26/07).

Dalam penelitiannya, Cahyana menemukan betapa buruknya pengelolaan barang dan jasa

di organisasi kepemerintahan di Indonesia. Dalam data KPK misalnya, dari 59 kasus

korupsi yang ditangani, 33 diantaranya merupakan kasus yang berkenaan dengan

pengadaan barang dan jasa pemerintah. “Ini berarti 55% kasus korupsi berkaitan dengan

pengadaan barang dan jasa pemerintah,” ujar pria yang kini menjabat sebagai Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Departemen Komunikasi dan Informatika ini.

Rendahnya taat pengelolaan yang baik di Indonesia ini, mendorong dilakukannya

berbagai usaha pembenahan  aktivitas pengelolaan barang dan jasa di lingkungan

pemerintahan. Penerapan e-procurement diharapkan dapat menjadi katalisator dalam

proses perbaikan tata kelola pemerintahan. Sifat dan karakter elektronik yang

Page 8: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

meminimalisasi tatap muka dalam pengelolaan barang dan jasa diharapkan akan mampu

mengurangi potensi munculnya KKN.

Dalam pelaksanaan e-procurement, ada upaya memperoleh suatu proses pengadaan

barang dan jasa sebagai penyediaan kelengkapan kehidupan bernegara secara baik, tepat,

dan taat hukum. Disinilah arti penting dari berbagai ketentuan ataupun kaidah-kaidah

hukum diterapkan dalam e-procurement.  “Dengan demikian sudah sangat tepat bila saya

katakan bahwa e-procurement sebagai enable dalam rangka penyelenggaraan negara

yang baik. Hal ini juga merupakan salah satu aspek yang dimaksud di dalam konsep

negara kesejahteraan seperti yang tertuang dalam  pembukaan UUD 1945,” jelas Cahyana

saat mempertahankan disertasinya.

Cahyana mengungkapkan bahwa penerapan e-procurement menciptakan suatu keadilan

bagi pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak yang mengikuti kegiatan e-procurement,

seperti pemasok, pengelola, vendor, dan para penyelenggara e-procurement tidak saling

bertatap muka. Siapapun yang mengajukan, tidak terlihat lagi siapakah pemilik

perusahaan, tetapi lebih kepada apa yang ditawarkan, apakah barang dan jasa yang

ditawarkan sudah dapat memberikan yang terbaik dan memenuhi apa yang diinginkan

oleh pemerintah. “Dengan demikian, akan tercipta nuansa yang lebih transparan, lebih

berkeadilan, dan terbuka bagi para pengguna dan pemasoknya.”

Di Indonesia saat ini, payung hukum bagi pelaksanaan e-procurement adalah Undang-

Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. “Dengan ini

kami mengusulkan bahwa komponen-komponen yang berkaitan dengan e-

procurement tidak hanya sekedar payung hukum mengenai bagaimana sebuah transaksi

elektronik itu dilaksanakan, tetapi ada dua parameter lain yang harus dipertimbangkan.

Yang pertama adalah memahami bagaimana aspek-aspek penting dalam mencapai good

governance, yang kedua adalah kaidah-kaidah yang ada dalam implementasi e-

procurement. Ada 88 kaidah yang harus diikuti oleh sebuah sistem yang berbasis

elektronik untuk pengadaan barang dan jasa, dengan kata lain untuk sebuah pelayanan e-

procurement,” tutur Cahyana.

Page 9: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Berkaitan dengan disertasinya itu, Cahyana ingin memberikan kontribusi khusus. “Hasil

dari disertasi ini adalah sebuah kontribusi bagi perkembangan  ilmu hukum Indonesia,

khususnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pengadaan barang dan jasa,” ujar Cahyana yang berhasi lulus dengan predikat Cumlaude.

Sumber : news.unpad.ac.id (diakses pada 9 April 2015, pukul 17:00)

4. E-Procurement, Cara Pengadaan Bersih dari Korupsi

RABU, 09 PEBRUARI 2011

Menguntungkan pihak penyedia sekaligus pengguna barang atau jasa.

Penyelewengan dalam proyek pengadaan barang dan jasa

merupakan kasus terbesar dalam perkara korupsi yang selama ini ditangani

KPK. Jumlahnya mencapai 80 persen. “Itu tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari

Sabang hingga Merauke,” kata Wakil Ketua KPK M Jasin dalam sebuah diskusi

di Jakarta, Rabu (9/2).

 Umumnya, lanjut Jasin, bentuk penyelewengan dalam pengadaan barang dan jasa adalah

praktik penunjukkan langsung dan merekayasa Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

Akibatnya timbul penggelembungan harga (mark up), yang disusul dengan adanya aliran

dana dari penyedia barang/jasa kepada pengguna barang/jasa seperti aparat pemerintah

daerah dan pejabat kementerian.

 

Dari pandangan KPK, program pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik

(e-procurement) merupakan solusi mencegah terjadinya korupsi. Karena dengan program

ini, para pengusaha atau panitia lelang yang nakal akan sulit melakukan aksi kotornya.

“Siapa yang gunakan (pengadaan barang dan jasa) konvensional berarti masih pakai

celah-celah korupsi. Untuk solusinya, gunakan e-procurement,” ujar Jasin.

 

Di tempat yang sama, Deputi Monitoring dan Evaluasi Lembaga Kajian Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) Himawan Adinegoro memastikan program e-

procurement tak akan merugikan pengusaha. Karena dengan Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) para pengusaha yang terlibat pengadaan tak akan bertemu langsung

dengan pihak panitia lelang sebelum pengumuman tender keluar.

Page 10: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

 Untuk pengguna barang yaitu pemerintah, anggaran taktis seperti biaya

penggandaan surat ataupun penggunaan kertas dapat ditekan lagi. Jika menggunakan e-

procurement, panitia lelang hanya cukup menyediakan CD (compact disk) berisi

administrasi lelang kepada pengusaha yang ingin ikut tender. “Dengan e-

procurement semakin mudah pengawasannya,” kata Himawan.

 

Malah, lanjut Himawan, dengan e-procurement audit lelang akan mudah dilakukan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ini dikarenakan pihak LKPP sebelumnya telah

bekerja sama dengan BPK terkait cara mengaudit pengadaan melalui elektronik tersebut.

 

Dari beberapa pengadaan elektronik yang telah dilakukan

instansi pemerintahan belakangan ini sebagian besar hasil auditnya di BPK

bukan disclaimer, melainkan wajar dengan pengecualian dan bahkan ada yang wajar

tanpa pengecualian.

 

Sebelumnya, LKPP melansir pelaksanaan e-procurement pada 2010 masih minim.

Buktinya,baru mampu menyerap Rp13 triliun dari APBN dari seharusnya bisa mencapai

sekitar Rp430 triliun. Di daerah, tercatat baru Jawa Barat yang paling sering

menggunakan e-procurement.

 

Terpaksa

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Djimanto mengeluhkan rentannya posisi pengusaha

dalam proyek pengadaan. Di satu sisi, pemberian hadiah atau penjamuan kepada para

pejabat atau panitia lelang dianggap sudah menjadi kebiasaan. Sisi lain, pemberian

hadiah atau penjamuan itu perlu dilakukan untuk menjaga kelanggengan relasi bisnis.

 

Para pejabat yang dijamu pengusaha, lanjut Djimanto, beragam latar belakangnya. Mulai

dari pejabat di tingkat polsek, polres, bupati hingga gubernur. “Pengusaha itu,

daripada enggak dapat apa-apa, mending ‘bermain’ dengan untung sedikit,” tambahnya.

 

Page 11: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Untuk itu, ia menyetujui program e-procurement yang sedang dicanangkan LKPP.

Menurut Djimanto, program ini harus dilakukan secara menyeluruh di semua instansi

pemerintah. Dengan begitu bisnis-bisnis yang dianggap sebagian orang kotor dapat

terkurangi. “Kalau enggak terpaksa, kami pasti main bersih,” tukasnya.

 

Mengenai hal ini, M Jasin tak bisa apa-apa. Karena biasanya pemberian dari pengusaha

ke pejabat seperti perjamuan akan sulit dideteksi jika tak tertangkap tangan. “Kalau

sama-sama mau, ini yang repot. Muncul benefit, pengusahanya diam saja,” katanya.

 

Tapi, apabila terjadi pemerasan yang dilakukan pejabat negara ke pengusaha, Jasin

berharap segera dilaporkan ke pihaknya. Dengan sistem whistleblower yang dimiliki

KPK, pengusaha yang melaporkan bisa terbebas dari tindak pidana. “Itu bisa dimasukkan

ke pidana pemerasan.”

 

Perlakuan ini penting diterapkan pengusaha karena selama ini penanganan KPK

khususnya modus pengadaan barang dan jasa banyak pihak swasta atau pengusaha yang

ikut terseret. “Umumnya kasus pengadaan ujung-ujungnya kena korupsi itu pasti ada

faktor swastanya,” pungkasnya.

Sumber : www.hukumonline.com (diakses pada 10 April 2015, pukul 16:00)

Dari laporan-laporan serta ulasan di atas menunjukkan beberapa kasus praktek KKN pada

bidang kasa konstruksi di Indonesia serta penerapan e-procurement sebagai salah satu

pencegahan praktek KKN di bidang ini.

Page 12: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Pembahasan

Suatu sistem yang dinamakan e-procurement menjadi salah satu alternatif dalam rangka

meminimalisir praktek KKN pada sektor jasa konstruksi di Indonesia. Sistem ini memanfaatkan

kemajuan teknologi dalam pengadaan barang dan jasa, yaitu secara elektronik. Dalam hal ini,

tujuan utama adalah untuk menghidarkan panitia penyelenggara pengadaan barang dengan pihak

jasa untuk bersinggungan secara langsung. Hal ini secara langsung mencegah terjadinya

‘kongkalikong’ antara panitia dengan peserta kegiatan pelelangan demi mewujudkan Good

Corporate Governance (tata kelola bisnis yang baik).

1. Pengertian E-Procurement

E-procurement adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang memanfaatkan

teknologi informasi. Teknologi informasi digunakan untuk melakukan pengolahan data

penggadaan hingga ke proses pembuatan laporan. E-procurement merupakan istilah umum

diterapkan pada penggunaan sistem yang terintegrasi antara database dengan area yang luas

(biasanya berbasis web) jaringan sistem komunikasi disebagian atau seluruh proses

pembelian. Proses pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan awal dan spesifikasi oleh

pengguna, melalui pencarian, sumber dan tahap negosiasi kontrak, pemesanan dan termasuk

mekanisme yang meregistrasi penerimaan, pembayaran dan sebagai  pendukung evaluasi

pasca pengadaan.

2. Prinsip-prinsip dalam E-Procurement

Mengacu pada tujuan utamanya dalam pengadaan barang dan jasa sektor

konstruksi, yaitu untuk meminimalisir praktek KKN yang terjadi, prinsip-prinsip yang

diterapkan oleh sistem, ini haruslah mengacu pada suatu keterbukaan (transparansi). Berikut

ini adalah prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami dalam penerapan sistem ini, yaitu:

Page 13: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Transparansi

Semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk tata cara

peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan Penyedia Barang/Jasa harus bersifat terbuka

bagi Penyedia Barang/Jasa yang berminat dan mampu tanpa diskriminasi.

Adil

Tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon Penyedia

Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu,

dengan cara atau alasan apa pun.

Bertanggung Jawab

Mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat bagi kelancaran

pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebi-jakan serta ketentuan yang

berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Efektif

Sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi para pihak terkait.

Efisien

Menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya.

Kehati-hatian

Berarti senantiasa memperhatikan atau patut menduga terhadap informasi, tindakan, atau

bentuk apapun sebagai langkah antisipasi untuk menghindari kerugian material dan

imaterial selama pro-ses pengadaan, proses pelaksanaan pekerjaan, dan paska

pelaksanaan pekerjaan.

Kemandirian

Berarti senantiasa memperhatikan atau patut menduga terhadap informasi, tindakan, atau

bentuk apapun sebagai langkah antisipasi untuk menghindari kerugian material dan

imaterial selama pro-ses pengadaan, proses pelaksanaan pekerjaan, dan pasca

pelaksanaan pekerjaan.

Integritas

Berarti pelaksana pengadaan barang/jasa harus berkomitmen penuh untuk memenuhi

etika pengadaan.

Page 14: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Good Corporate Governance

Memenuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance).

3. Manfaat E-Procurement dalam memberantas praktek KKN di Indonesia

Beberapa literatur menyebutkan manfaat penerapan E-Procurement dalam mereduksi

korupsi antara lain :

Melalui E-Procurement transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dapat

diperoleh melalui akses yang lebih baik ke informasi. Hal ini dapat membantu negara-

negara berkembang untuk mengurangi korupsi, yang merupakan masalah besar di

banyak negara berkembang (Olken, 2007).

E-procurement telah memberikan manfaat yaitu keuntungan langsung (meningkatkan

akurasi data, meningkatkan efisiensi dalam operasi, proses aplikasi yang lebih cepat,

mengurangi biaya administrasi dan mengurangi biaya operasi) dan keuntungan tidak

langsung (e-procurement membuat pengadaan lebih kompetitif, meningkatkan customer

services, dan meningkatkan hubungan dengan mitra kerja) (Teo et al, 2009).

E-procurement dapat mengurangi supply cost(rata-rata sebesar 1 %), mengurangi Cost

per tender (rata-rata 20% cost per tender), dapat memberikan lead time

savings (untuk open tender rata-rata 6,8 bulan - 4,1 bulan dan untuk tender terbatas rata-

rata 11,8 bualan-7,7 bulan), peningkatan proses (pemesanan yang simpel,

mengurangi pekerjaan kertas, mengurangi pemborosan, mempersingkat birokrasi,

standarisasi proses dan dokumentasi. (Panayitou et al., 2004).

4. Elemen Kunci Pencegahan Korupsi dalam E-Procurement        

United Nations Office On Drugs and Crime (UNODC) dalam Guidebook on anti

corruption in public procurement and the management of public finances menyebutkan ada 3

elemen kunci yang diperlukan untuk mencegah korupsi dalam pengadaan barang jasa. Tiga

elemen itu adalah transparansi, kompetisi dan pengambilan keputusan yang obyektif.

Bagaimana 3 elemen kunci tersebut bekerja dalam E-Procurement.

Page 15: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Transparansi

Sesuai Perpres 54 tahun 2010 salah satu tujuan penerapan E-Procurement adalah

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Dengan penerapan E-Procurement keterbukaan

informasi tentang pengadaan dapat diketahui oleh semua penyedia yang memenuhi

persyaratan yang ditentukan ULP. Transparasi dalam e-procurement berkenaan dengan:

Terciptanya peluang dan aturan yang sama kepada semua penyedia tanpa ada

diskriminasi.

 Proses pengadaan dapat diketahui oleh masyarakat sesuai aturan dan prosedur yang

ada.

Tersedianya sistem untuk memantau dan menegakkan aturan yang berlaku.

Kompetisi

Kompetisi dalam pengadaan publik berarti penyedia secara independen bersaing

untuk menawarkan barang/jasa dalam suatu proses pemilihan. Penerapan E-Procurement

akan meningkatkan akses pasar bagi penyedia untuk bersaing menawarkan barang dan

jasanya. Tidak akan ada lagi pembatasan penyedia hanya untuk kabupaten tertentu yang

dulu sering kita temui dalam pelelangan secara manual karena dengan E-Procurement maka

kompetisi menjadiborderless.

Dengan peningkatan akses pasar ini akan tercipta kompetisi yang sehat dalam

pengadaan barang dan jasa. Kompetisi yang sehat merupakan elemen kunci yang akan

menghasilkan penawaran yang paling menguntungkan bagi pemerintah khususnya harga

paling rendah dan kualitas barang yang paling baik. Bagi Penyedia kompetisi berfungsi

sebagai pendorong penting tumbuhnya inovasi produk barang/jasa untuk menghasilkan

produk terbaik dengan harga bersaing.

Salah satu masalah yang paling menonjol dalam korupsi pengadaan di sektor

publik adalah kolusi. Kompetisi hanya bisa tercapai jika tidak ada kolusi dalam tender,.

Penyedia akan bersaing dengan sehat ketika mereka yakin bahwa mereka disediakan semua

informasi yang sama dan akan dievaluasi dengan metode evaluasi yang tidak diskriminatif,

serta tersedia mekanisme untuk melakukan sanggahan terhadap keputusan hasil

Page 16: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

evaluasi. E-Procurement dibuat untuk membatasi tatap muka antara penyedia dengan ULP

dimana dalam lelang manual tatap muka tersebut sering menjadi ajang kolusi antara

penyedia dengan ULP. E-Procurement juga menyediakan mekanisme sanggahan yang

mudah, dimana penyedia dapat langsung menyampaikan materi sanggahan secara on-line.

Objektifitas dalam pengambilan keputusan

UNODC menetapkan objektivitas dalam pengambilan keputusan pengadaan sebagai

salah satu landasan penting dalam penetapan sistem anti korupsi dalam pengadaan.

Objektivitas dalam pengambilan keputusan dalam konteks pengadaan publik

mengacu pada usaha semaksimal mungkin untuk mengurangi atau menghilangkan bias,

prasangka dan evaluasi yang subyektif. Prinsip objektifitas dalam pengadaan sektor publik

berkaitan erat dengan prinsip non - diskriminasi dan perlakuan yang sama bagi penyedia. Hal

ini berarti tidak ada pembedaan antara penyedia barang/jasa kecuali dibenarkan berdasarkan

pertimbangan obyektif yang relevan .

Melalui penerapan E-procurement objektivitas dijaga dengan berbagai cara, adanya

kewajiban upload dokumen pengadaan, addendum dokumen pengadaan serta hasil evaluasi

dalam website dapat menjamin pengungkapan semua kriteria untuk partisipasi dan kualifikasi

penyedia , aturan mengenai spesifikasi teknis, hasil evaluasi. Hal ini untuk  memastikan

bahwa entitas pengadaan tidak melakukan diskriminasi diantara penyedia dan kejelasan

metode dalam evaluasi penawaran.

Page 17: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Kesimpulan

Dalam pengadaan barang dan jasa, seringkali terjadi penyelewengan-penyelewengan.

Praktek KKN yang terjadi disebabkan oleh banyka faktor. Faktor paling berpengaruh adalah

sistem yang digunakan dalam pengadaan barang dan jasa. Sistem dengan adanya kontak secara

langsung antara panitia penyelenggara dengan peserta memungkinkan terjadinya praktek KKN.

Diperlukan suatu sistem yang baru untuk meminimalisir kemungkinan tersebut.

E-procurement merupakan suatu sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik,

dimulai dari pendaftaran peserta hingga tahap-tahap lanjutan. Dalam sistem ini, tujuan utamanya

adalah menghindari kontak langsung antara panitia penyelenggara dan peserta. Diyakini dan

terbukti bahwa sistem ini mampu meminimalisir angka praktek KKN. Selain itu, melalui sistem

ini, panitia enyelenggara dapat menghemat biaya penyelenggaraan serta peserta mundapat

kemudahan akses dan penghematan biaya. Sistem ini dianggap jauh lebih efisien dan efektif

dibandingkan dengan sistem pengadaan barang dan jasa biasanya.

Page 18: Penerapan E-procurement Sebagai Upaya Meminimalisir Praktek Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi

Daftar Pustaka

Anon., 2013. Manfaat E-Procurement. [Online] Available at: http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/01/06/manfaat-e-procurement/[Accessed 11 4 2015].

Anon., n.d. E-procurement, apa itu dan apa kegunaannya?. [Online] Available at: http://bisnis-pengembangandiri.blogspot.com/2008/12/e-procurement-apa-itu-dan-apa.html[Accessed 10 4 2015].

BPPK, 2014. E-Procurement : Pencegahan Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa. [Online] Available at: http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/19286-e-procurement-pencegahan-korupsi-dalam-pengadaan-barang-dan-jasa[Accessed 10 4 2015].

Joshua Fredrick Wesley Titaley

12410021

Aspek Hukum Konstruksi