Penerapan Basis Akuntansi pada Negara OECD.doc
-
Upload
andy-wijaya -
Category
Documents
-
view
155 -
download
11
description
Transcript of Penerapan Basis Akuntansi pada Negara OECD.doc
1. Latar Belakang Penyebaran Tren Perpindahan Akuntansi Berbasis Kas
Menuju Akuntansi Berbasis Akrual
Perpindahan penerapan akuntansi berbasis kas ke akuntansi berbasis akrual
pada sektor publik dimulai pertama kali oleh Selandia Baru, yang kemudian
diikuti oleh negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). Meningkatnya kebutuhan informasi akuntansi yang
semakin lengkap dan menunjang pengambilan keputusan kebijakan publik yang
lebih baik menuntut perubahan pada basis akuntansi pemerintah yang digunakan
pada negara-negara ini. Akuntansi berbasis kas yang sebelumnya diterapkan
dianggap sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga
perpindahan kepada akuntansi berbasis akrual menjadi hal yang krusial pada
negara-negara tersebut. Kebutuhan tersebut semakin dirasa mendesak dengan
penerapan New Public Management pada negara-negara tersebut.
Tren reformasi pelayanan publik (salah satunya berupa konsep New Public
Management) yang menyebar ke berbagai negara lain diluar anggota OECD
menghadapkan negara-negara lainnya yang sedang melakukan reformasi
pelayanan publik pada berbagai kebutuhan yang sebelumnya dihadapi oleh
negara-negara anggota OECD, yang terlebih dahulu melakukan reformasi
pelayanan publik. Perkembangan ekonomi dunia dan berbagai transisi di
dalamnya membuat kebanyakan negara di dunia menjadikan negara-negara
anggota OECD sebagai model bagi reformasi sistem manajemen belanja publik
mereka.
Selain itu, rekomendasi dari berbagai lembaga keuangan internasional juga ikut
menyarankan para debiturnya yang pada umumnya negara-negara berkembang
untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual. International Monetary Fund (IMF)
sebagai lembaga kreditur menyusun Government Finance Statistics (GFS) yang
di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan
akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan
penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan sesuai dengan saat terjadinya
arus sumber daya. Sehingga, basis akrual ini menyediakan estimasi yang lebih
tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian secara
makro. Selain itu basis akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif
1
karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind
transaction, dan arus ekonomi lainnya.
2. Isu akuntansi berbasis akrual di berbagai negara.
IMF dalam makalah yang berjudul ”Transition to Accrual Accounting”
menyimpulkan beberapa isu terkait dengan penerapan basis akrual. Diantara isu
tersebut adalah:
a. Perumusan kebijakan akutansinya.
Basis kas yang hanya mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran
kas secara relatif akan mudah dioperasikan. Pengakuan dan
pengukuran/penilaian atas transaksi yang semakin kompleks
menyebabkan persyaratan kemampuan teknis dan judgement yang lebih
tinggi karena mengandung risiko kesalahan dan salah saji yang tinggi.
Kebijakan akuntansi suatu negara, dengan demikian,haruslah
disinkronisasikan dengan kebijakan internasional untuk mengurangi risiko
seperti itu. Isu utamanya adalah bahwa pemerintah perlu memfokuskan
pada materi pilihan kebijakan akuntansi mana yang paling tepat yang
konsisten dengan standar akuntansinya.
b. Ada gap dengan standar internasional.
Standar akuntansi pemerintah internasional yang diterbitkan oleh The
International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB)
dirancang untuk memfasilitasi penerapan umum pelaporan keuangan
pemerintah dengan kualitas yang tinggi yang dapat diperbandingkan
secara internasional. Namun demikian, masih terdapat jarak atau gap
antara standar internasional dengan standar yang dikembangkan suatu
negara. Pemerintah suatu negara perlu memformulasikan standarnya
sendiri atau pedoman atas aspek tertentu yang standar internasionalnya
belum final.
c. Informasi kas dalam kerangka kerja akrual.
Penerapan basis akuntansi menuju basis akrual bukan berarti
menghilangkan basis kas, tetapi pengelolaan kas merupakan bagian yang
integral dari kerangka manajemen keuangan berbasis akrual. Basis
akrual yang modern mempunyai fungsi-fungsi untuk mendukung basis
akuntansi dan pelaporan secara kas.
2
d. Sinkronisasi antara akuntansi akrual dengan anggaran.
Sering diargumentasikan bahwa konsep akuntansi dan anggaran
haruslah disamakan agar terdapat basis yang jelas dan transparan dalam
pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan hasil
keuangan yang aktual. Namun demikian, pertanyaannya adalah apa
perbedaan antara basis akuntansi akrual dan basis akrual dalam
anggaran? Akuntansi berkaitan dengan pelaporan transaksi ex post,
sementara anggaran merupakan perencanaan ex ante dalam basis
akrual. Secara teknik, pemerintah dapat saja menerapkan basis akuntansi
akrual tanpa membuat perubahan kerangka penganggaran yang berbasis
kas, dan, dengan demikian, dalam pelaporan akuntansi berbasis akrual,
pertanggungjawaban anggaran berbasis kas akan tetap disusun. Sebagai
contoh, negara seperti Amerika Serikat dan Perancis menerapkan
pelaporan berbasis akrual tanpa mengadopsi anggaran berbasis akrual,
sementara Selandia Baru menerapkan basis akrual secara simultan pada
akuntansi dan penganggarannya.
e. Klasifikasi anggaran dan akun standar.
Apabila pemerintah menerapkan basis akrual pada akuntansi dan
anggarannya secara simultan, akun standar dan klasifikasi anggaran
sebaiknya disamakan, akan tetapi jika pemerintah menerapkan basis
akrual hanya pada akuntansi dengan masih menerpkan basis kas pada
anggarannya, akan ada perbedaan antara akun standar dan klasifikasi
anggaran. Namun demikian, akun standar tetap akan mencakup
laporanlaporan yang berbasis akrual maupun kas.
f. Neraca awal
Neraca awal dari penerapan basis akrual harus didukung dengan
informasi dan penjelasan yang cukup untuk kepentingan audit. Pada titik
ini, kegiatan tersebut akan merupakan proses yang memakan waktu dan
sangat riskan. Konsep materialitas mungkin dapat digunakan untuk
membuat pertimbangan-pertimbangan tentang aset dan kewajiban mana
yang harus dijadikan perhatian utama selama penerapan basis akrual.
g. Proses keuangan yang tersentralisasi atau terdesentralisasi
Pertimbangan proses keuangan yang lebih detail tentang sentralisasi atau
desentralisasi menyangkut apakah tingkat kementerian atau agency
3
(satuan kerja) dipersyaratkan melaporkan secara harian operasinya atau
tidak. Jika ya, pemerintah perlu melakukan penilaian skala dan
kompleksitas transaksi yang tercakup dalam identifikasi dan pengukuran
atas transaksi dan saldo-saldo rekening basis akrual. Untuk negara
sedang berkembang, kendala kapasitas seperti itu tidak mungkin dicapai
dalam jangka pendek.
h. Konsolidasi
Apapun – sentralisasi atau desentralisasi - yang akan diterapkan oleh
pemerintah, konsolidasi laporan untuk pemerintah secara keseluruhan
tetap merupakan titik penting sehingga identifikasi akun entitas untuk
kepentingan eliminasi dapat dilakukan. Sistem dan prosedur harus
dirancang agar tercapai efisiensi.
3. Komparasi penerapan basis akuntansi di negara-negara anggota OECD
Tahapan atau fase yang diterapkan oleh berbagai negara anggota OECD dalam
melakukan transformasi akuntansi sektor publik dari basis kas ke basis akrual
tidaklah sama. Langkah-langkah transformasi dan berbagai modifikasi dilakukan
negara-negara tersebut dengan menyesuaikannya terhadap karakteristik dan
kondisi kesiapan masing-masing. Secara ringkas, komparasi penerapan
akuntansi berbasis akrual pada negara-negara anggota OECD dapat terlihat dari
tabel berikut ini.
No Nama Negara
Akuntansi
Individual Untuk
departemen /
Lembaga
Laporan
Konsolidasian
Akrual
Penganggaran
Akrual
1.Amerika Serikat Sejak tahun
anggaran 1998
Sejak tahun
anggaran 1998
Beberapa
2.Australia Sejak tahun
anggaran 1995
Sejak tahun
anggaran 1997
Sejak tahun
anggaran 2000
3.Austria Tidak Tidak Akrual yang
dimodifikasi
4.Belgia Beberapa Tidak Akrual yang
dimodifikasi
4
No Nama Negara
Akuntansi
Individual Untuk
departemen /
Lembaga
Laporan
Konsolidasian
Akrual
Penganggaran
Akrual
5.
Belanda Sekat tahun 1994 Sedang
dikenalkan
Untuk lembaga-
lembaga sejak
1997. Sedang
dikenalkan
akrual penuh.
6.
Republik Ceko Tidak Tidak Tidak, tapi akan
dikenalkan
akrual yang
dimodifikasi.
7.
Denmark Beberapa Beberapa Sedang
dikenalkan
penganggaran
akrual penuh
8.Finlandia Sejak tahun
anggaran 1998
Sejak tahun
anggaran 1998
Ya.
9.Yunani Beberapa Ya ESA 95. yang
dimodifikasi
10.
Hungaria Laporan nasis
kas didukung
dengan informasi
akrual
Tidak Tidak, tapi akan
dikenakan
akrual yang
dimodifikasi
11.Islandia Sejak tahun
anggaran 1992
Sejak tahun
anggaran 1992
Sejak tahun
anggaran 1998
12.
Republik Irlandia Laporan basis
kas, didukung
dengan infomasi
akrual
Tidak Akrual yang
dimodifikasi
13. Republik Korea Sedang
dikenalkan akrual
Tidak Sedang
dikenalkan
5
No Nama Negara
Akuntansi
Individual Untuk
departemen /
Lembaga
Laporan
Konsolidasian
Akrual
Penganggaran
Akrual
penuh. anggaran akrual
penuh
14.
Jerman Laporan Kas,
didukung dengan
informasi akrual
Tidak Dalam
persiapan.
15. Italia Ya Ya Ya
16. Jepang Ya Dikenalkan Tidak
17.Inggris Sejak tahun
anggaran 2000
Sejak tahun
anggaran 2006
Sejak tahun
2002
18. Luksemburg Tidak Tidak ya
19.Kanada Sejak tahun
anggaran 2002
Sejak tahun
anggaran 2002
Ya
20. Meksiko Tidak Tidak Tidak
21.Selandia Baru Sejak tahun
anggaran 1992
Sejak tahun
anggaran 1992
Sejak tahun
anggaran 1995
22. Norwegia Tidak Tidak Tidak
23.
Perancis Sedang
dikenalkan
Beberapa, akrual
penuh sedang
dikenalkan.
Dimaksudkan
untuk berpindah
ke akrual basis
modifikasian
24.
Polandia Beberapa Beberapa Tidak, tetapi
akan dikenalkan
akrual yang
dimodifikasi
25.
Portugal Ya Tidak Sedang
dikenalkan
tambahan
informasi akrual.
26. Republik Slovakia Tidak Tidak Tidak, tetapi
6
No Nama Negara
Akuntansi
Individual Untuk
departemen /
Lembaga
Laporan
Konsolidasian
Akrual
Penganggaran
Akrual
akan dikenalkan
akrual yang
dimodifikasi
27.Spanyol Akruan yang
dimodifikasi
Akrual yang
dimodifikasi
Basis kas yang
dimodifikasi
28.
Swedia Sejak 1994 Sejak 1994 Sedang
dikenalkan
akrual penuh.
29.
Swiss Ya Tidak Sedang
dikenalkan
akrual penuh
30. Turki Tidak Tidak Tidak
4. Praktek Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Beberapa Negara
a. Selandia Baru
Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an
didominasi oleh kontrol input yang tersentralisasi, yaitu ditetapkannya
instruksi-instruksi menyangkut masalah perbendaharaan dan manual
pelayanan publik, adanya keharusan untuk menggunakan penyedia barang
dan jasa (supplier) tertentu yang telah ditentukan (adanya monopoli) dalam
pengadaan akomodasi, kendaraan, komputer, dsb. Upaya-upaya manajemen
dan audit pun diarahkan untuk menjamin agar kontrol-kontrol seperti itu
dipahami dan dilaksanakan. Seluruh uang negara dikelola oleh Departemen /
Kantor Perbendaharaan (Treasury) di dalam rekening bank konsolidasian.
Mengacu pada instruksi dari Treasury, departemen-departemen mengajukan
voucher pembayaran (semacam SPM atau surat perintah membayar) kepada
kantor perbendaharaan yang kemudian mengorganisasikan pembayaran, dan
melaporkan transaksi dalam laporan pemerintah.
7
Pengolaan anggaran lebih ditekankan pada pembatasan alokasi anggaran
(apropriasi) belanja untuk tujuan program yang kurang tegas. Apropriasi
menginformasikan tentang penerima anggaran, aktivitas pemerintah, atau
jenis pengeluaran (contoh, belanja modal, belanja pegawai, belanja bantuan
sosial, dsb). Hal-hal di atas menimbulkan lingkungan kerja yang kurang
menyenangkan bahkan keputusasaan bagi para pegawai, pejabat dan
menteri.
Saat ini, Selandia Baru merupakan salah satu negara yang paling sukses
dalam menerapkansistem akuntansi berbasis akrual di sektor publiknya.
Tingkat perubahan ( the degree of change) dalammanajemen sektor publik di
Selandia Baru dilalui dengan cepat dan sangat inovatif.
Pemerintahmereformasi hampir di semua lini pemerintahan, mulai dari
pelaksana (para pejabat pengelola keuangandan akuntan negara), sistem
yang digunakan, hingga ke budaya yang dianut di setiap lembaga
negara,yang dituangkan dalam Public Finance Act 1989.
Keberhasilan Selandia Baru dalam menerapkan Akuntansi berbasis akrual
pada sektor publiknya dipengaruhi oleh beberapa hal penting, anatara lain
sebagai berikut.
1) Key people, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses
reformasi keuangan yangdilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari
politisi di dewan, bendahara negara di kementerian (treasury), dan
pejabat penyusun laporan keuangan (financial management support
service).
2) Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide
dan pengetahuan teoritis kedalam prinsip yang disepakati dan
digunakan dalam praktik. Komitmen dalam menjalankan panduanyang
telah disepakati membuat proses yang dijalankan menjadi lebih
komprehensif dibandingkan dinegara-negara lainnya. Komitmen tersebut
berupa peniadaan intervensi politis selama adopsi sistemakuntansi
akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan sesuai bagi
pelaksana keuangannegara untuk memacu kinerja dan tercapainya
efektifitas di sektor public
3) Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam
penyampaian ide, informasi,dan rencana agar memperoleh timbal balik
8
yang positif dari semua pelaksana keuangan negara selamaproses
reformasi keuangan dilakukan. Interaksi yang terjadi selama prosesnya
juga semakin meluastidak hanya melibatkan orang-orang dalam suatu
atau antar organisasi pemerintah, tetapi juga telahmelibatkan orang-
orang di tataran international level (seperti OECD, IMF, dan Bank
Dunia), national level (seperti antar kementerian dan antar partai di
parlemen), community level (seperti organisasiformal dan informal di
masyarakat), organizational/institutional level (seperti lembaga
pengawaskeuangan negara dan organisasi akuntan), dan sub-
organizational/sub-institutional level (seperti antarunit-unit kerja di
berbagai lembaga negara).
4) Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan
berpengaruh dalam prosesreformasi yang dilakukan di Selandia Baru.
Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:
Krisis ekonomi di periode 1970an.
Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai
Perdana Menteri denganmembawa gagasan ekonomi baru di
tengah krisis keuangan yang menerpa Selandia Baru
Political will para politisi yang mendukung reformasi yang
dilakukan
Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem
satu kamar (one legislative chamber ) sehingga segala rencana
yang disusun pemerintah dan dimasukkan ke dewan
untuk disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama,
sehingga sering diartikan bahwa proses yang dijalankan antara
legislatif dan pemerintah essentially non-negotiable
5) Ethos, merepresentasikan ide dimana orang-orang dari organisasi-
organisasi yang berbeda saling bekerja sama dengan sikap terbuka
untuk melakukan reformasi dalam pemerintahan. Hubungan kerjasama
yang terjadi seperti antara perdana menteri David Lange dan para
bendahara negara dikementerian dan lembaga negara lainnya.
Hubungan tersebut menimbulkan simpati dari para pegawaipemerintah
dimana mereka merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam reformasi
yang sedangdijalankan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi
9
di periode-periode sebelumnya sehinggadisebut sebagai bureaucratic
revolution
6) Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge ,
dan precedents. Theoritical knowledge merupakan filosofi managerial
dan pemahaman ekonomi yangdiperoleh dari beragam literatur. Sebagai
contoh, pemerintah membuat keseimbangan antarakebijakan ekonomi
makro dan mikro yang berasal dari beragam literatur sebagai asal
muasalreformasi sistem dan manajemen yang dilakukan.
Experiential knowledge, mengacu kepada pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh daribeberapa orang. Sebagai contoh,
pemahaman mengenai masalah yang dihadapi oleh parapegawai
pemerintah dan tata kelola yang dijalankan diperoleh melalui akumulasi
pengalamandari lembaga-lembaga pemerintah dari beberapa periode
yang lalu.
Precedents, merepresentasikan waktu dan kebergunaan di masa lalu.
Contohnya adalahpenerapan akuntansi akrual bukan pertama kalinya
diterapkan di Selandia Baru di periode1980an tersebut. Hal tersebut
pernah dipakai dalam penyusunan neraca keuangan pemerintahdi tahun
1922-1940. Penelusuran lalu dilakukan dan ditemukan bahwa masalah
yang terjadidalam pelaporan keuangan saat itu adalah akuntansi
berbasis kas yang digunakan tidak dapatmerefleksikan keuntungan atau
kerugian dari suatu aktivitas yang dilakukan, dan terdapatkeragaman
praktik akuntansi di berbagai organisasi pemerintah saat itu.
7) Innovation, merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru
yang digunakan. Dalamkonteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh
pemerintah akibat krisis keuangan di tahun 1970anmengharuskan
adanya inovasi yang belum pernah dilakukan guna mengatasi krisis
tersebut dalamwaktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam
kepemimpinan perdana menteri David Lange.
b. Hongkong
Hong Kong menjadi wilayah otonom (Hong Kong sejak 1 Juli 1997 telah
diserahkan kembali ke Cina oleh pemerintah Inggris dan oleh pemerintah
Cina dijadikan sebagai daerah otonom) pertama bekaskoloni jajahan Inggris
di Asia yang mengadopsi akuntansi akrual di sektor publiknya. Pemerintah
10
negara ini merasa bahwa Hong Kong harus mengikuti praktik terbaik dalam
tata kelola keuangannya di sektorpublik berdasarkan prinsip akuntansi yang
dianut banyak negara di dunia saat ini.
Persiapan penerapan akuntansi akrual di Hong Kong telah dimulai sejak
tahun 2003 dan 2004. Dengan diberlakukannya sistem yang baru ini,
pemerintah berharap bahwa setiap pejabat negara tidak akan dapat
menghindar daritanggung jawab untuk membuat pelaporan keuangan dan
tidak lagi dapat mengemukakan alasan bahwa mereka tidak memiliki
pengendalian atas biaya yang ada di departemen mereka. Tekanan
penerapan akrual itu sendiri telah mulai digaungkan sejak tahun 1999 oleh
para akuntan profesional. Mereka berpendapat bahwa dengan penerapan
sistem akuntansi akrual di sektor publik, khususnya pemerintah,selain dapat
menyediakan informasi yang lebih komprehensif, para akuntan juga dapat
juga denganmudah berpindah atau bertukar pengalaman dari sektor bisnis ke
sektor publik. Dengan adanya sistem yang sama maka tentunya kedua sektor
tersebut dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Masalah yang dihadapi kemudian adalah sistem akuntansi akrual akan
memberikan dampak yangsangat besar terhadap sistem, pelaksana, dan
budaya yang telah berjalan sejak lama. Penerapan system yang baru tersebut
tentunya akan membutuhkan biaya yang secara signifikan cukup besar, baik
untuk menyiapkan hardware maupun software yang akan digunakan. Untuk
pelaksana, tentunya akan tidak mudah dan cepat dalam menyiapkan para
akuntan pemerintah agar dapat memahami sistem akrual denganbaik.
Sedangkan dampak terhadap budaya, tentunya akan berpengaruh signifikan
terhadap budaya dihampir seluruh departemen pemerintah karena selama ini
departemen-departemen tersebut bekerja layaknya pusat biaya.
Kekhawatiran terbesar dari para pejabat pemerintah dari diberlakukannya
sistem akrual tersebutadalah sistem tersebut akan mengungkap seluruh
kewajiban terselubung (hidden liabilities) yang dimilikioleh pemerintah.
Namun para akuntan di organisasi profesional akuntan di Hong Kong
memberikan keyakinan bahwa kekhawatiran tersebut tidaklah perlu karena
pemerintah Hong Kong juga memiliki asset terselubung (hidden assets) yang
nilainya melebihi nilai kewajiban tersebut. Beberapa aset yang nilainya sangat
signifikan antara lain bandara, jaringan kereta api massal, dan saham atau
11
properti yang dimiliki oleh pemerintah. Penerapan akuntansi akrual secara
penuh akan membawa pada penilaian kembali atasaset yang ada ataupun
belum di masukkan ke dalam dalam neraca pemerintah. Hal tersebut
tentunya akanberujung pada meningkatnya akuntabilitas sektor publik dan
tersedianya informasi yang lebih kaya atas sumber daya yang dimiliki oleh
pemerintah.
c. Nepal
Proses institusionalisasi akuntansi berbasis akrual di Nepal diawali di tahun
1987 dimana pemerintahmulai menyusun kode, klasifikasi, dan format untuk
pelaksanaannya di seluruh instansi pemerintah danmulai diberlakukan di
tahun 1989 pada beberapa proyek pembangunan yang didanai oleh bantuan
danpinjaman internasional. Namun dari catatan pemerintah, tidak ada bukti
bahwa proyek yang dijalankan tersebut telah selesai dan memberikan hasil,
tetapi fakta yang ditemukan bahwa uji coba sistem akuntansiakrual tersebut
dihentikan beberapa bulan kemudian, yang menjadi penanda dari
ketidakberhasilan upaya akrualisasi yang coba dilakukan.
Beberapa faktor yang kemudian dianggap sebagai penyebab kegagalan
upaya akrualisasi tersebutantara lain adalah kurangnya sumber daya
manusia yang mampu menguasai pelaksanaan sistem akuntansiberbasis
akrual tersebut, serta kesiapan sarana dan prasarana yang tidak memadai di
seluruh instansipemerintah saat itu. Selain itu, kebanyakan akuntan
pemerintah tidak dilibatkan dalam upaya yang telahdilakukan karena
sebagian besar tugas dan pekerjaan mereka dikerjaan oleh konsultan dan
staf dariorganisasi internasional yang membawa proyek akrualisasi akuntansi
ke pemerintah Nepal.
Di awal tahun 1990, pemerintah lalu mencanangkan upaya perbaikan
terhadap sistem akuntansidi negara tersebut. Dengan bantuan dari Bank
Dunia dan Asian Development Bank (ADB), pemerintahmengeluarkan tiga
rekomendasi perbaikan: penggunaan peralatan teknologi informasi,
pengadopsianstandar internasional, dan perubahan menuju akuntansi
berbasis akrual secara menyeluruh. Namun upayatersebut kembali mendapat
sandungan karena ketidak mampuan seluruh pihak untuk membuat suatu
technical assistance yang memadai untuk dapat diterapkan oleh seluruh
instansi pemerintah. Hal inimenimbulkan tekanan publik yang besar kepada
12
pemerintah karena telah banyak upaya yang telahdilakukan dalam proses
perbaikan tata kelola keuangan pemerintah namun selalu menemui
kegagalandalam uji coba dan pelaksanaannya. Kondisi tersebut tersebut
tentunya telah menelan biaya yang begitubesar dan telah menguras dana
pemerintah yang sebagian besar di danai dari pinjaman luar negeri. Selainitu,
di saat yang sama terjadi konflik dalam negeri (Konflik Maoist) yang juga turut
memperparah kondisikeuangan pemerintah karena konflik tersebut telah
menghambat penarikan pendapatan pemerintah daribeberapa daerah.
Klimaks dari berbagai kejadian tersebut adalah semakin membengkaknya
jumlahpinjaman pemerintah dari luar negeri, dari sebesar 56% (dari total
penerimaan pemerintah) di awal tahun1990, hingga mendekati 70% di awal
milenium baru.
Semakin besarnya jumlah utang yang harus ditanggung pemerintah membuat
pemerintah saat itumenjadi semakin tidak independen terhadap lembaga-
lembaga donor internasional sehingga tidak memiliki kemampuan untuk
menolak segala agenda yang coba diterapkan di dalam negeri. Perhatian
utama dari setiap lembaga donor adalah berhasilnya setiap proyek dan
program yang dijalankan daripinjaman yang telah diberikan kepada negara.
Hal ini seperti sebuah investasi bagi lembaga donor tersebut karena tentunya
mereka berhadap adanya return dari pinjaman yang telah mereka berikan.
Apabila ditarik ke ranah akuntansi, maka hampir seluruh lembaga donor akan
meminta kepada negara untuk mengikuti aturan dan sistem mereka. Selain
itu, mereka akan meminta laporan akuntansi untuk proyek yang sedang dan
telah dijalankan terhadap penggunaan dana pinjaman yang mereka
berikan.Informasi tersebut tentunya hanya akan berguna bagi mereka bila
aturan dan sistem yang berlaku di negara sesuai dengan yang mereka anut,
yang dalam hal ini adalah sistem akuntansi berbasis akrual.Namun kemudian,
tekanan dari lembaga-lembaga internasional tersebut tidak dibarengi dengan
langkah nyata dalam membantu pemerintah untuk turut menyiapkan sarana
dan prasarana yang perlu dalamimplementasi akuntansi berbasis akrual.
Kondisi tersebut bagaikan membiarkan pemerintah untuk berjalan sendiri di
tengah tekanan yang harus ditanggung.
Tekanan besar yang diterima pemerintah, tidak hanya dari lembaga-lembaga
donor internasional tetapi juga dari khalayak publik di dalam negeri akibat
13
kegagalan dalam penerapan akuntansi berbasisakrual di tahun-tahun
sebelumnya, yang kemudian mendorong pemerintah untuk segara melakukan
perubahan sistem akuntansi di tahun-tahun mendatang. Melalui kerja sama
dengan para akuntan publik dinegara tersebut, pemerintah berharap bahwa
penerapan akuntansi berbasis akrual dapat segera terlaksanadengan baik.
Kebanyakan akuntan publik (yang bekerja untuk perusahaan bisnis)
berpendapat bahwaakuntansi berbasis akrual akan menjadi alat yang dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas informasiakuntansi pemerintah. Selain
itu, adopsi terhadap sistem akuntansi berbasis akrual telah menjadi trenglobal
di banyak negara saat itu.
Pemerintah lalu mulai memasuki masa transisi selama lima tahun dalam
proses implementasiakuntansi berbasis akrual di institusi pemerintah di
seluruh negeri. Namun upaya tersebut kemudian lebihbanyak menuai kritik
dari sebagian besar pejabat dan akuntan pemerintah. Mereka berpendapat
bahwa upaya yang dilakukan terlalu tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan
kesiapan seluruh aspek penunjangyang ada di negara tersebut. Kelemahan
utama yang ditemukan adalah kurangnya kapasitas akuntanpemerintah untuk
dapat mengerti dan mengimplementasikan sistem tersebut dalam waktu yang
singkat. Banyak akuntan pemerintah berargumen bahwa perlu waktu lebih
dari 20 tahun untuk dapatmengimplementasikan sistem tersebut dengan
sukses. Selain itu, tidaklah mudah untuk memberikanpengetahuan mengenai
sistem akuntansi berbasis akrual kepada para akuntan junior yang tersebar
disangat banyak instansi pemerintah di negara tersebut dan sebagian besar
berada di lokasi yang terpencilyang bahkan, dari awal, telah sulit
mengaplikasikan akuntansi berbasis kas dan kemudian diharuskanuntuk
beralih ke sistem baru yang lebih rumit dari sebelumnya.
Semakin banyaknya bukti yang ditemukan terhadap sulitnya penerapan
akuntansi berbasis akrualdi sektor pemerintah menimbulkan skeptisme dari
lembaga-lembaga donor internasional untuk terusmendorong pemerintah
menerapkan sistem tersebut. Itu menjadi kali pertama dimana pemerintah
Nepal menyaksikan sikap dari lembaga-lembaga donor tersebut dimana
sebelumnya merekalah yang sangatgigih menyuarakan kepada pemerintah
terkait penerapan akuntansi berbasis akrual. Pemerintah jugamulai menyadari
kesalahan terhadap ketergantungan yang sangat besar pada kemampuan
14
konsultan danstaf dari organisasi internasional dalam penerapan sistem
tersebut, dan mengucilkan peran akuntanpemerintah selama proses
perubahan dari akuntansi berbasis kas ke akrual.
Di akhir tahun 2007, pemerintah dengan bekerja sama dengan Bank Dunia
dan para akuntanpemerintah mulai manjalankan misi untuk mereformasi tata
kelola keuangan negara tersebut kembali kebasis kas yang dulu digunakan
sebelum tahun 1960. Pemerintah mulai mengisi beberapa kelemahan
yangditemukan di masa lalu dengan terus diiringi dengan perbaikan aturan
terhadap sistem akuntansi yangakan diimplementasikan di seluruh instansi.
Sistem akuntansi kas yang digunakan mengacu kepada basiskas dari IPSAS
karena ini dianggap akan sangat membantu pemerintah dalam menyiapkan
jalan gunakembali melakukan reformasi akuntansi di masa depan menuju
sistem akuntansi berbasis akrual.
5. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
a. Kebutuhan penerapan akuntansi sektor publik berbasis akrual pada berbagai
negara di dunia semakin meningkat, hal itu dipengaruhi oleh tuntutan
akuntabilitas dan transparansi pelayanan publik yang semakin baik, dimana
akuntansi berbasis akrual dinilai mampu membantu pemerintah mewujudkan
hal tersebut.
b. Dalam melakukan perpindahan dari akuntansi berbasis kas ke akuntansi
berbasis akrual pada sektor publiknya, pemerintah perlu memerhatikan
beberapa isu penting, antara lain Penyusunan kebijakan akuntansi, gap
dengan standar akuntansi internasional, sinkronisasi antara akuntansi akrual
dan anggaran, klasifikasi anggaran dan akun standar, neraca awal, proses
keuangan yang terdesentralisasi/tidak terdesentralisasi, dan konsolidasi.
c. Terdapat berbagai perbedaan dalam proses transformasi akuntansi sektor
publik berbasis kas ke akuntansi berbasis akrual yang diterapkan berbagai
negara di dunia. Hal itu dipengaruhi dengan karakteristik dan kondisi
kesiapan masing-masing negara.
d. Selandia baru hingga saat ini masih merupakan salah satu model terbaik
dalam transformasi akuntansi sektor publik menggunakan basis akrual.
15
Keberhasilan Selandia Baru dipengaruhi oleh beberapa kondisi positif yang
ada di negaranya.
e. Nepal dan Hongkong adalah contoh lain dari negara yang menerapkan
akuntansi sektor publik berbasis akrual, dimana keduanya memiliki berbagai
kendala dan kondisi sulit tersendiri yang harus dihadapi dengan cara
berbeda.
16