Penerapan Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka ...
Transcript of Penerapan Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka ...
1
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
Penerapan Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka
Batang Beton Bertulang
Tedy Wonlele1)
, Sri Murni Dewi 2)
, Siti Nurlina3)
1)
Dosen Politeknik Negeri Kupang
Jl. Adisucipto Penfui Kupang, PO BOX 139 Nusa Tenggara Timur
E-mail: [email protected] 2,3)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167, Malang 651
ABSTRAK
Penerapan bambu sebagai tulangan dalam beton bertulang berangkat dari kenyataan akan kekuatan tarik
bambu yang besar, merupakan material yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan sedangkan baja
merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui sehingga keberadaanya akan habis. Rangka atap
bangunan sederhana merupakan salah satu jenis struktur yang dapat menggunakan beton bertulang bambu.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kapasitas beban runtuh rangka batang beton bertulang
bambu, (2) Megetahui perilaku keruntuhan rangka batang beton bertulang bambu, (3) Mengetahui pengaruh
variasi ketinggian batang vertikal terhadap kapasitas beban runtuh dan pola keruntuhan beton bertulang
bambu, (4) Mengetahui tegangan-tegangan yang bekerja pada elemen-elemen struktur rangka batang beton
bertulang bambu. Penelitian ini menggunakan 6 buah benda uji rangka batang beton bertulang bambu,
dimana 3 buah RB-100 dan 3 buah RB-80. Dimensi seluruh benda uji adalah panjang 240 cm dan dimensi
penampang 8 x 8 kecuali tinggi 100 cm untuk RB-100 dan 80 cm untuk RB 80. Kesemuanya diuji dengan
memberikan beban terpusat pada 3 buah titik simpul sejarak 60 cm, 120 cm dan 240 cm dari perletakan.
Berdasarkan analisi hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan: (1) RB-100 mampu memikul beban total lebih
besar dari RB-8 namun variasi ketinggian RB-100 dan RB-80 tidak memberikan perbedaan beban
maksimum yang signitifikan dimana nilai-nilai beban dianalisis dengan statistic yang memberikan penolakan
a = 5%, (2) Keruntuhan awal yang terjadi pada struktur rangka batang beton bertulang bambu adalah
keruntuhan tarik yang diperlihatkan dengan pola retak yang tegak lurus batang tarik horizontal namun
keruntuhan seluruh struktur disebabkan karena keruntuhan titik buhul perletakan akibat pengaruh gaya geser
dan gaya tekan , (3) Tegangan-tegangan pada RB-100 lebih besar dari tegangan-tegangn RB-80, (4) Rangka
batang beton bertulang bambu cukup berpotensi untuk menggantikan rangka batang kayu
Kata kunci: Rangka batang, beton, bambu
Pendahuluan
Dalam banyak bangunan,
penggunakan material beton dan baja
memegang peranan yang sangat penting.
Beton adalah material mutu tinggi dengan
kemampuan menahan api dan gempa bumi
pada bangunan. Namun demikian beton
mempunyai kekurangan yaitu kekuatan
tarik yang kecil. Oleh karena itu, perlu
tulangan untuk menahan gaya tarik untuk
memikul beban-beban yang berkerja pada
beton. Baja adalah meterial yang terbaik
untuk menggantikan kekuatan tarik yang
kecil dari beton.
Pada struktur bangunan-bangunan
bertingkat tinggi, penggunaan baja atau
beton bertulang masih belum tergantikan
akan tetapi untuk bangunan-bagunan tidak
bertingkat atau bertingkat rendah terdapat
banyak material-material yang telah
digunakan, salah satu diantarnya adalah
bambu. Bambu umumnya digunakan
sebagai struktur bangunan misalnya pada
struktur bangunan tradisional ataupun
jembatan akan tetapi banyak peneliti telah
mencoba menerapkan bambu sebagai
tulangan dalam beton bertulang untuk
manggantikan kuat tarik beton yang kecil.
Penelitian-penelitian ini berangkat dari
dari kenyataan akan kekuatan tarik bambu
yang besar dan kenyataan bahwa baja
merupakan bahan tambang yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga
keberadaannya suatu saat akan habis.
2
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
Bambu mempunyai pertumbuhan
yang sangat cepat. Jenis tertentu dari
bambu bahkan dapat tumbuh 5 cm per jam
atau 120 cm per hari. Berbeda dengan
kayu yang baru siap di tebang dengan
kualitas baik setelah umur 40-50 tahun
bambu dengan kualitas baik dapat
diperoleh dalam umur 3 -- 5 tahun.
Beberapa aspek positif dari bambu adalah
ringan,kuat, ulet, rata, keras, mudah
dikerjakan, flexibilitas yang lebih baik,
dan berbentuk dinding tipis yang di bagi
menjadi ruas-ruas yang memeberikan
kekuatan besar sehingga baik untuk
dijadikan bahan konstruksi.
Kebutuhan energi untuk
memproduksi 1 m3 per unit tegangan
dalam praktek untuk material yang
biasanya digunakan dalam konstruksi sipil,
seperti baja dan beton telah dibandingkan
dengan bambu. Ditemukan bahwa untuk
baja membutuhkan 50 kali energy lebih
banyak dari bambu. Kekuatan tarik dari
bambu adalah reltive tinggi dan dapat
mencapai 370 MPa. Ini membuat bambu
menjadi subuah alternative pengganti baja
dalam aplikasi beban tarik. Ini adalah
sebuah fakta bahwa rasio tegangan tarik
terhadap berat spesifik bambu adalah 6
kali lebih besar dari baja. (Ghavami,
2000)
Bambu sebagai tulangan beton
bertulang telah banyak di teliti diantaranya
adalah oleh Khare (2005) yang meneliti
balok beton bertulang bambu dan
menyimpulkan bahwa bambu sangat
potensial digunakan untuk menggantikan
tulangan baja. Ghavami (2000), yang
meneliti tentang kolom beton bertulang
bambu dan menyimpulkan secara umum
bahwa 3% persen tulangan bambu yang di
treatment dengan Sikadur-32 Gel akan
memberikan hasil yang bagus seperti
tulangan baja konvensinal dalam beton
normal.
Walaupun berpotensi digunakan
sebagai material bangunan, bambu juga
memiliki kelemahan seperti mudah
terbakar, terlalu lentur, berlubang dan
tidak awet. Dengan menggunakan bambu
sebagai tulangan beton selain dapat
mengurangi biaya bangunan dan memakai
material yang ramah lingkungan juga
dengan bambu yang tercover oleh lapisan
beton maka akan mengurangi salah satu
kekurangan bambu yaitu mudah terbakar.
Pada penelitian ini memfokuskan pada
penerapan bambu sebagai tulangan pada
struktur rangka beton bertulang.
Perumusan masalah (1) Apakah
struktur rangka beton bertulang bambu
mampu manahan beban seperti pada
rangka batang kayu? (2) Bagaimana
perilaku model/keruntuhan rangka batang
beton bertulang dengan bambu sebagai
tulangan? (3) Berapa besar tegangan-
tegangan yang bekerja pada struktur
rangka batang beton bertulang bambu?
Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
Mengetahui kapasitas beban runtuh rangka
batang beton bertulang bambu.(2)
Megetahui perilaku keruntuhan rangka
batang beton bertulang bambu, (3)
Mengetahui pengaruh variasi ketinggian
batang vertical terhadap kapasitas beban
runtuh dan pola keruntuhan beton
bertulang bambu, (4) Mengetahui
tegangan-tegangan yang bekerja pada
elemen-elemen struktur rangka batang.
Tinjauan pustaka
Rangka batang adalah susunan
elemen-elemen linier yang membentuk
segitiga atau kombinasi segitiga, sehingga
membentuk rangka yang tidak dapat
berubah bentuk apabila di beri beban
eksternal tanpa adanya perubahan bentuk
pada satu atau lebih batangnya. Setiap
elemen tersebut secara khas dianggap
tergabung pada titik hubung sendi
(Scodek 1995).
Rangka batang sederhana yang
menggunakan batang relative sedikit
seringkali di jumpai pada atap. Prinsip
utama yang mendasari penggunaan rangka
batang sebagai struktur pemikul beban
3
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
adalah penyusunan elemen menjadi
konfigurasi segitiga hingga menjadi
bentuk stabil. Beban external pada rangka
batang adalah beban terpusat dan di
anggap bekerja pada titik simpul atau
sendi. Efek beban eksternal ini
menyebabkan keadaan tarik murni atau
tekan murni pada setiap batang.
Gambar 1. Beban rangka batang
Karakteristik beton
Kuat tekan f’c ditentukan dengan
silinder standar berukuran 6 in x 12 in
(diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
untuk SNI) yang di rawat di bawah kondisi
standar laboratorium dan dibebani pada
kecepatan pembebanan tertentu, pada
umur 28 hari.
Kuat tarik beton menggunakan
rumus:
f’cr = 0,5��′� …………..(1)
Modulus elastisitas beton normal
menggunakan rumus:
Ec = 4700��′� (dalam MPa) .……….(2)
Asumsi-asumsi dalam perencanaan
rangka batang beton bertulag bambu
adalah seperti pada beton bertulangan baja
yaitu:
� Regangan pada baja dan beton
berbanding lurus dengan jaraknya dari
sumbu netral.
� Regangan pada serat beton terluar ec
adalah 0,003.
� Tegangan yang terjadi pada baja fs
dibawah kuat leleh yang ditentukan fy
untuk mutu tulangan yang digunakan
adalah fs = Es . es dan untuk tegangan
fs ¥ fy maka tegangan maksimum di
tepakan sama dengan tegangan
lelehnya.
� Kuat tarik beton diabaikan.
Bila diaplikasikan beton bertulang
bambu maka anggapan-anggapan untuk
beton adalah sama sedangkan untuk
bambu tegangan leleh baja fy
diidealisasikan menjadi tegangan tarik
bambu dan dinyatakan sebagai fbambu.
Analisis Batang Beton Bertulang
Dengan Beban Axial Tekan Murni
Kapasitas beban sentries
maksimum adalah P0 dapat dinyatakan
sebagai:
P0=0,85 f’c(Ag – Ast) + (Ast . fy)……..( 3)
Rumus (3) diidealisasikan untuk
tulangan bambu maka akan di dapatkan:
P0 = 0,85 f’c(Ag – Abambu)
+ (Abambu . ftk bambu)................................(4)
Dimana:
Ag = Luas penampang bruto beton
f’c = Kuat tekan beton
Abambu = Luas penampang bambu
ftk bambu = Kuat tekan bambu
Rumus (4) adalah kondisi dimana
beton telah mencapai kekuatan maksimum.
Untuk mencari tegangan tekan yang
bekerja pada elemen beton menggunakan
rumus:
stk = �����
…………………………( 5)
Dengan:
Aekv = An +���
Abambu……………….(6)
Dimana:
stk = Tegangan tekan
P = Gaya tekan pada elemen
rangka batang
Aekv = Luas ekivalen
Eb = Elastisitas bambu
Ec = Elastisitas beton
Analisis Batang Beton Bertulang
Dengan Beban Axial Tarik Murni
Pada perencanaan tarik beton
bertulan umumnya beban tarik diabaikan
karena kuat tarik beton yang kecil akan
tetapi pada nilai beban yang kecil sebelum
terjadinya retak beton maka kekuatan tarik
ditahan oleh beton dan baja sehingga
4
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
kapasitas beban tarik maksimum dengan
memperhitungkan kuat tarik beton adalah:
P0 = 0,85 f’cr(Ag – Ast)
+ (Ast . fy)................................(7)
Rumus (7) diidealisasikan untuk
tulangan bambu maka akan di dapatkan:
P0 = 0,85 f’cr(Ag – Abambu)
+ (Abambu . ftr bambu)...........................(8)
Dimana:
Ag = Luas penampang bruto beton
f’cr = Kuat tarik beton
Abambu = Luas penampang bambu
ftr bambu = Kuat tarik bambu
Tegangan tarik pada saat beton
masih dalam kondisi elastis
menggunakan rumus:
str= �����
……………………………....(9)
Sedangkan setelah tegangan tarik
maksimum telah dilampaui maka gaya
tarik hanya di tahan oleh tulangan
bambu sehingga besarnya tegangan
tarik adalah:
str = ��
������ ………………………..(10)
Karakteristik Bambu
Kuat tarik bambu menggunakan
rumus:
sult = ����
������ ………………………(11)
Dimana:
sult = kuat tarik ultimate dalam MPa
Fult = Beban maksimum pada saat
runtuh dalam N
A = Luas potongan melintang
Metodologi penelitian
Penelitian ini adalah penelititian
eksperiment di laboratorium. Sedangkan
analisis yang dilakukan adalah analisis
data hasil pengujian dan analisis teoritis.
Penelitian ini menggunakan 6 buah
benda uji dimana 3 buah mewakili
kelompok RB-100 dan 3 buah mewakili
kelompok RB-80. Dimensi benda uji
kelompok RB-80 adalah rangka batang
panjang 240 cm, tinggi 80 cm dengan
dimensi penampang 8 x 8 cm dan dimensi
benda uji untuk kelompok RB-100 adalah
rangka batang panjang 240 cm, tinggi 100
cm dengan dimensi penampang 8 x 8 cm
(RB - 100).
Kuat tekan beton yang dituju 22,5
MPa. Campuran beton menggunakan mix
desin khusus dengan perbandingan berat
PC:Pasir:Kerikil = 392:887:887. Bambu
yang digunakan adalah bambu jenis Ori.
Untuk mengatasi kembang susut yang
terjadi pada bambu maka bambu dilapisai
dengan lapisan kedap air. Lapisan kedap
air ini menggunakan cat kayu. Sesaat
setelah bambu di cat maka permukaan
bambu ditaburu pasir halus untuk
memberikan daya lekat dengan beton.
Pengujian benda uji setelah berumus
28 hari. Pengujian dilakukan dengan
memberi beban terpusat pada benda uji
rangka batang pada 3 buah titik simpul. 3
buah dial gauge dipasang pada 3 titik
untuk membaca lendutan yang terjadi.
Untuk tegangan pada rangka batang
dengan memasang alat ukur regangan
strain gauge pada 2 titik pada rangka
batang dan pada masing-masing titik
dipasang strain gauge pada bambu dan
beton. Selama proses pengujian dilakukan
pencatatan nilai beban dan deformsai yang
terjadi. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah gaya vertikal P, lendutan (∆), pola
retak dan jenis keruntuhan sedangkan
variabel bebas adalah tinggi rangka
batang.
Hasil dan pembahasan
Pengujian yang dilakukan pada
rangka batang RB-100 , RB-80
memberikan hasil analisis seperti yang
ditampilkan pada gambar dan tabel
berikut.
5
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
80
A
A
A
A
2Ñ1x2
2Ñ1x2 Ø5-10
60 60 60 60
240
Potongan A - A
Ø5-10
1
4Ñ1x1
6 18
8
Gambar 2. Penulangan rangka batang RB-80
100
A
A
A
A
2D1x2
2D1x2 Ø5-10
60 60
240
Potongan A - A
1
4Ñ1x1
6 18
8
60 60
40°
Ø5-10
Gambar 3. Penulangan rangka batang RB-100
Gambar 4. Benda uji RB-100 dan RB-80
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume
Gambar 5. Grafik Beban-Lendutan
T
Benda
Uji
Jarak
dari
perletakan
A 20
B 120
C 180
Rata-rata
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
0 2 4 6 8 10
Be
ba
n (
P)
-k
g
Lendutan (∆) - mm
GRAFIK P - ∆ RB-100, RB-100B DAN RB-100C PADA TITIK BUHUL 1
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
0 2 4 6 8
Be
ba
n (
P)
-k
g
Lendutan (∆) - mm
GRAFIK P - ∆ RB-100A, RB-100B, RB-100C PADA TITIK BUHUL 3
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
0 2 4 6 8 10
Be
ba
n (
P)
-k
g
Lendutan (∆) - mm
GRAFIK P - ∆ RB-80A, RB-80B DAN
RB-80C PADA TITIK BUHUL2
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978
Lendutan RB-100 Gambar 6. Grafik Beban-Lendutan RB
Tabel 1. Lendutan maksimum rangka batang
Lendutan (∆) Maximum (mm)
Rangka batang RB-100 Rangka batang RB
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
8,94 9,73 5,73 8,32 11,00
9,89 10,12 7,70 10,33 11,62
8,71 12 8,73 6,52 8,49
9,18 10,617 7,387 8,39 10,37
10
100C PADA TITIK BUHUL 1
RB-100A
RB-100B
RB-100C
RERATA TTK
1
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
0 2 4 6 8 10
Be
ba
n (
P)
-k
g
Lendutan (∆) - mm
GRAFIK P - ∆ RB-80A, RB-80B DAN
RB-80C PADA TITIK BUHUL 1
10
100C PADA TITIK BUHUL 3
RB-
100B
RB-
100c
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
0 2 4 6 8 10
Be
ba
n (
P)
-k
g
Lendutan (∆) - mm
GRAFIK P - ∆ RB-100A, RB-100B DAN RB-100C PADA TITIK BUHUL 2
12
80B DAN
80C PADA TITIK BUHUL2
RB-80A
RB-80B
RB-80C
RERATA TTK 2
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
0 2 4 6 8
Be
ba
n (
P)
-k
g
Lendutan (∆) - mm
GRAFIK P - ∆ RB-80A, RB-80B DAN
RB-80C PADA TITIK BUHUL 3
6 ISSN 1978 - 5658
Lendutan RB-80
Rangka batang RB-80
Titik 3
11,00 9,77
11,62 12,62
9,81
10,37 10,733
12
80B DAN
RB-80B
RB-80A
RB-80C
RERATA TTK 1
12
100C PADA TITIK BUHUL 2
RB-100A
RB-100B
RB-100C
RERATA TTK 2
10
80B DAN
RB-80A
RB-80B
RB-80C
RERATA TTK 3
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 0,0001 0,0002 0,0003
Te
ga
ng
an
(s)
-M
Pa
Regangan (e) - mm
GRAFIK s-e BAMBU DAN BETON
RB-100 BATANG TEKAN (AD)
Benda Uji RB
A
5044 6864
P max rata
( a )
Gambar 7
(
Gambar 8
( a )
Gambar 9. Pola retak RB
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 0,00002 0,00004 0,00006 0,00008
Te
ga
ng
an
(s)
-M
Pa
Regangan (e) - mm
GRAFIK s - e BAMBU DAN BETON
RB-80 BATANG TEKAN (AC)
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 0,0005 0,001 0,0015
Te
ga
ng
an
(s)
-M
Pa
Regangan (e) - mm
GRAFIK s-e BAMBU DAN BETON
RB-100 BATANG TARIK (AC)
0,0004 0,0005
e BAMBU DAN BETON
100 BATANG TEKAN (AD)
BETON
BAMBU
0
20
40
60
80
100
120
-0,001 0 0,001 0,002
Te
ga
ng
an
(s)
-M
Pa
Regangan (e) -
GRAFIK s-e BAMBU DAN BETON
RB-80 BATANG TARIK (AC)
Tabel 2. Beban maksimum rangka batang
Beban (P) Maximum (kg)
Benda Uji RB-100 Benda Uji RB-80
B C A B C
6864 6500 4368 6500 5564
P max rata-rata = 6136 P max rata-rata = 5477
(b)
Gambar 7. Grafik Tegangan-Regangan RB-100
( a )
Gambar 8. Grafik Tegangan-Regangan RB-80
(b)
Pola retak RB-100 Gambar 10. Pola retak RB
0,0001 0,00012 0,00014
mm
e BAMBU DAN BETON
80 BATANG TEKAN (AC)
BETON
BAMBU
7 ISSN 1978 - 5658
0,0015 0,002 0,0025
mm
e BAMBU DAN BETON
100 BATANG TARIK (AC)
BAMBU
BETON
0,002 0,003 0,004
- mm
e BAMBU DAN BETON
80 BATANG TARIK (AC)
BAMBU
BETON
C
rata = 5477
(b)
Pola retak RB-80
8
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
( a ) (b)
( a ) (b)
Gambar 9 (lanjutan). Pola retak RB-100 Gambar 10. Pola retak RB-80
Tabel 3. Perbandingan hasil perhitungan teoritis dan hasil eksperimen
Ket. RB-100 RB-80
Pendekatan Teoritis
Hasil Uji
�����������������
Pendekatan
Teoritis Hasil Uji
�����������������
Beton-Bambu
Kayu E10 kelas A
Beton-Bambu
d/b d/c Beton-Bambu
Kayu E10 kelas A
Beton-Bambu
i/g i/h
( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ) ( f ) ( g ) ( h ) ( i ) ( j ) ( k )
P total (kg)
11208 10919,2 6136 0,547 0,5619 8995,3 7423,5 5447 0,605 0,7337
Lemdutan di titik 1 (mm)
1,395 0,296 9,18 6,580 31,013 1,696 0,265 8,39 4,946 31,660
Lendutan di titik 2 (mm)
1,442 0,335 10,617 7,362 31,692 1,720 0,295 10,37 6,029 35,152
Lendutani di titik 3 (mm)
1,395 0,296 7,387 5,295 24,956 1,696 0,265 10,733 6,328 40,501
Lendutan Tekan (MPa)
13,74 11,84 8,066 0,547 0,6351 12,68 9,26 7,973 0,508 0,6965
Lendutan Tekan
(mm/mm) 0,00065 0,0013 0,000037 0,056 0,028 0,0006 0,001 0,00007 0,116 0,07
Lendutan Tarik (MPa)
168,25 9,07 98,2 0,583 10,826 168,25 9,07 104,67 0,500 9,290
Lendutan Tarik
(mm/mm) 0,0089 0,001 0,000446 0,294 2,62 0,0089 0,001 0,0035 0,393 3,5
Hubungan Beban Dan Lendutan
Dari grafik Gambar 5 dan Gambar
6 hubungan Beban – Lendutan terlihat
bahwa rata-rata pada beban 0 – 500 kg
grafik masih linier, hal ini disebabkan
belum terjadi keretakan pada batang tarik.
Pada 500 – 1000 kg rata-rata benda uji
rangka batang telah tejadi keretakan awal
namun hubungan beban lendutan masih
cenderung linier. Ini karena rangka batang
9
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
adalah kombinasi dari banyak elemen
sehingga pada saat satu elemen mengalami
retak maka kekakuan struktur masih besar
sehingga belum memberikan penambahan
lendutan yang besar. Pada tahap ini
bertambahnya nilai beban akan
menyebabkan peningkatan nilai lendutan
secara proporsional. Setalah tahap retak
awal terlampaui maka penambahan beban
masih diikuti penambahan lendutan secar
proporsional akan tetapi kemiringannya
lebih landai. Hal ini berarti kenaikan beban
yang lebih kecil dari tahap pertama akan
menyebabkan kehilangan lendutan yang
lebih besar. Ini disebakan karena kekakuan
struktur yang berkurang akibat dari retak
yang semakin banyak timbul pada elemen-
elemen batang. Dari grafik beban-lendutan
juga tampak bahwa rangka batang tidak
bersifat daktail karena walaupun
penambahan beban dan lendutan masih
cukup proporsional, keruntuhan terjadi
secara mendadak. Ini disebabkan kerena
keruntuhan geser yang terjadi pada titik
buhul perletakan.
Hubungan Tegangan Regangan
Grafik Gambar 7(a)
memperlihatkan pada rangka batang RB-
100, tegangan tekan pada beton dan bambu
masih bekerja dengan efektif sampai
dengan 2,214 MPa (beban maksimum
sebesar 1716 kg atau beban pertitik simpul
sebesar 572 kg) setelah itu regangan beton
berkurang sedangkan regangan bambu
terus bertambah. Ini karena pada tegangan
2,405 MPa terjadi retak baru pada 3 titik
dan salah satu retakan terjadi pada titik
buhul perletakan rol. Dari retakan-retakan
pada perletakan rol terlihat bahwa retakan
terjadi pada satu sisi. Pada sendi di titik
satu juga terjadi retakan kecil ini
mengindikasikan bahwa batan tertekuk ke
arah retakan namun bukan tekuk pada
elemen batang tapi tekuk pada struktur
rangka batang. Strain gauge beton terletak
pada sisi yang searah tekuk sedangkan
bambu pada sisi berlawanan sehingga
strain gauge menunjukkan nilai yang
tertarik setelah melewati tegangan 2,214
MPa. Ini artinya batang tekan tidak benar-
benar lurus namun demikian batang tekan
masih mampu menahan tegangan tekan
hingga 6,730 MPa setelah itu terjadi
penurunan regangan. Ini dikerenakan
kerusakan yang terjadi pada titik buhul
perletakan sehingga batang tekan tidak lagi
efektif menahan gaya tekan. Dari grafik
terlihat bahwa garis masih linier yang
berarti bambu masih dalam kondisi elastis
saat terjadi keruntuhan. Tegangan tekan
maksimum yang di capai adalah 8,066
MPa yang adalah tegangan runtuh dengan
beban 6500 kg.
Grafik Gambar 8(a)
memperlihatkan pada rangka batang RB-
80, tegangan tekan beton dan bambu masih
bekerja dengan efektif sampai 2,402 MPa.
(beban maksimum sebesar 2028 kg atau
per titik simpul sebesar 676 kg) setelah itu
regangan beton dan bambu berkurang. Hal
ini dikarenakan pada tegangan 1,137 MPa
terjadi retak pada perletakan sendi dan
pada beban 1,576 MPa mulai timbul retak
pada titik buhul perletakan rol. Keretakan-
keretakan ini menyebabkan regangan
bertambah cukup besar tanpa penambahan
tegangan seperti terlihat pada grafik.
Seperti pada RB-100 dari retakan-retakan
pada perletakan rol terlihat bahwa retakan
terjadi pada satu sisi. Pada sendi di titik
satu juga terjadi retakan kecil ini
mengindikasikan bahwa batang tertekuk
ke arah retakan namun bukan tekuk pada
elemen batang tapi tekuk pada struktur
rangka batang. Strain gauge beton terletak
pada sisi yang searah tekuk sedangkan
bambu pada sisi berlawanan sehingga
strain gauge menunjukkan nilai yang
tertarik setelah melewati tegangan 4,208
MPa. Ini artinya batang tekan tidak benar-
benar lurus namun demikian batang tekan
masih mampu menahan tegangan tekan
hingga 7,937 MPa setelah itu terjadi
keruntuhan pada titik buhul sehingga
7,937 MPa adalah tegangan runtuh rangka
10
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
batang dengan beban maksimum 5564 kg.
Dari grafik terlihat bahwa garis masih
linier yang berarti bambu masih dalam
kondisi elastis saat terjadi keruntuhan.
Grafik Gambar 8(a)
memperlihatkan bahwa pada RB-100
tegangan tarik beton dan bambu masih
bekerja efektif sampai 26,958 MPa (beban
maksimum 1746 kg atau 572 kg per titik
simpul). Ini mengindikasikan ahwa beton
dan bambu masih menahan gaya tarik
secara bersamaan. Setelah melewati
26,958 MPa terjadi retakan pada beton
sehingga tegangan tarik hanya di tahan
oleh tulangan bambu.
Grafik Gambar 8(b) memperlihatkan
bahwa pada RB-80 teganngan tarik beton
dan bambu masih bekerja efektif sampai
12,197 MPa (beban 572 atau 190,67 kg per
titik simpul). Setelah pengurangan
regangan pada beton sebaliknya regangan
pada bambu terus bertambah. Ini karena
beton kehilangan kekuatan sihingga
tegangan tarik hanya di tahan oleh bambu.
Hilangnya kekuatan tarik beton ini terlihat
pula pada grafik 4 – 6a dimana terjadi
pertambambahan regangan yang cukup
besar tanpa ada penambahan regangan
tekan. Regangan beton yang telihat minus
dikarenakan setalah terjadi beberapa retak
tarik maka pada bagian beton dimana
terdapat strain gauge beton kembali ke
bentuk awal sehingga terjadi regangan
tekan.
Pola retak
Model keruntuhan yang terjadi pada
rangka batang dapat dilihat dari pola
retaknya. Pola retak yang ditunjukkan oleh
ke enam benda uji mempunnyai pola retak
yang hampir sama. Keruntuhan awal
disebabkan oleh keruntuhan tarik yang
dapat dilihat dari pola awal retak yang
tegak lurus terhadap sumbu balok. Retak
kemudian timbul sepanjang balok tarik
seiring dengan pertambahan beban.
Pembebanan yang ditingkatkan
menyebabkan retakan yang timbul
disekitar perletakan dengan pola berbentuk
garis miring terhadap balok tarik
horisontal. Beban maksimum yang dicapai
menyebakan keruntuhan pada titik buhul
perletakan. Dari pola retak disekitar
menunjukkan bahwa keruntuhan akibat
adanya pengaruh gaya geser dan gaya
tekan yang bekerja secara bersamaan.
Perbandingan Analsis Teoritis Dan
Eksperimen
Berdasarkan tabel 3, maka rasio
antara hasil experiment dan pendekatan
teoritis rangka batang beton bertulang
bambu, untuk beban maksimum RB-100
54,7% dan RB-80 sebesar 39,45%. Untuk
tegangan tekan RB-100 sebesar 54,7% dan
RB-80 50,8% sedangkan tegangan tarik
RB-100 sebesar 58,3% dan RB-80 sebesar
50,0%. Akan tetapi untuk deformasi dan
regangan terdapat persentasi rasio yang
jauh melebihi 100% antara hasil analisis
struktur dengan metode elemen hingga dan
hasil penelitian. Dari prosentasi di atas
terlihat bahwa tegangan tarik beton
bertulang bambu hasil penelitian belum
mencapai 60% kekuatan tarik teoritis pada
RB-100 sedangkan RB-80 belum
mencapai 51% dari kekuatan tarik teoritis.
Perbedaan-perbedaan di atas
disebabkan karena 2 hal yaitu (1) pola
keruntuhan sangat berpengaruh karena
walaupun keruntuhan awal terjadi akibat
gaya tarik pada batang horizontal akan
tetapi keruntuhan struktur seluruhnya
disebabkan karena kombinasi, gaya geser
dan tekan pada sendi perletakan. Hal ini
menyebabkan batang tarik belum
sepenuhnya memikul beban tarik saat
terjadi keruntuhan atau degan kata lain
keruntuhan struktur seluruhnya bukan
karena keruntuhan tarik tetapi akibat
kombinasi keruntuhan geser dan tekan
pada sendi perletakan. Dari pola retak juga
menunjukkan adanya kerusakan
penampang secara local pada bagian
bawah balok titik buhul perletakan. (2)
Asumsi-asumsi dalam analitis teoritis juga
11
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
menyebabkan perbedaan dikarenakan
banyak asumsi dalam perhitngan struktur
dengan metode elemen hingga yang tidak
sesuai dengan keadaan pada saat penelitian
di laboratorium, seperti titik buhul di
anggap sendi ataupun modulus elastic
yang di anggap konstan.
(a)
(b)
Gambar 11. Pola retak titik buhul perletakan
Kesimpulan
1. Variasi ketinggian rangka batang
menyebakan RB-100 mampu memikul
beban tekan terpusat Ptotal = 6136 kg
sedangkan RB-80 mampu memikul
beban tekan terpusat Ptotal = 5477 kg
namun perbedaan ini tidak
signitifikan dimana nilai-nilai beban
dianalisis dengan statistic yang
memberikan penolakan a = 5%.
2. Dari pola retak terlihat bahwa
Keruntuhan awal yang terjadi pada
struktur rangka batang beton bertulang
bambu adalah keruntuhan tarik yang
diperlihatkan dengan pola retak yang
tegak lurus batang tarik horizontal
namun keruntuhan seluruh struktur
disebabkan karena kombinasi gaya
tekan dan geser pada titik buhul
perletakan.
3. Keruntuhan pada titik buhul
perletakan menyebabkan batang tarik
maupun bantang tekan tidak mampu
mengembangkan kekuatan tarik dan
tekan hingga maksimal.
4. Tegangan-tegangan pada rangka
batang RB-100 lebih besar dari
tegangan-tegangn RB-80
5. Rangka batang beton bertulang bambu
cukup berpotensi untuk menggantikan
rangka batang kayu walaupun terdapat
terdapat beberapa kekurangan
dibandingkan kayu.
Daftar Pustaka Dewi, S.M. 2008. Mekanika Struktur Komposit,
Bargie Media, 2008, Malang.
Dipohusodo, I. 2001. Analisis Struktur, Gramedia
Pustaka Utama, 2001, Jakarta.
Ernawati, 2005. Perkuatan Lentur Balok Kayu
Sengon Dengan Menggunakan Bambu
Ori Dengan Perkuatan Lentur Pada
Bagian Tarik Dan Tekan. Universitas
Negeri Malang (tidak di publikasi),
2005, Malang
Frick, H. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu,
Kanisius, 2004, Yogyakarta.
Ghavami, K. 2004. “Bamboo As Reinforcement In
Structural Concrete Elements”, Juornal,
Science and Direct Elsevier, 2005.
Grewal, J.K. 2009. Bamboo As Structures
Materials, Universitiy Of Southampton.
ISO/DIS-22157. 1999. Determination Of Physical
And Mechanical Properties Of
Bamboo, ISO, 1999.
Janssen, J.J.A. 1981. Bamboo In Building
Structures, thesis (unpblised),
Eindhoven University Of Technology,
Netherlands.
Khare, L. 2005. Performance Evaluation Of
Bamboo Reinforced Concrete Beams,
The University Of Texas, 2005,
Arlington.
Morisco, Rekayasa Bambu, 1999, Yogyakarta.
Nawy, E.G. 1998. Beton Bertulang Suatu
Pendekatan Dasar, PT Eresco, 1990,
Bandung.
Nurlina, S. Struktur Beton, Bargie Media, 2008,
Malang.
12
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658
Park, R. Paulay, T. 1975, Reinforced Concrete
Structures, John Wiley&Sons, 1975,
New Zealand
Phaturahman, F. Jauhar, Kusuma, D. A.. 2003.
“Aplikasi Bambu Pilinan Sebagai
Tulangan Balok Beton”, Dimensi Teknik
Sipil, Jurnal, Vol 5, No. 1, Maret 2003:
39 – 44.
Ramanuja, R. Sastry, C.B. 1995. “Bamboo, People
And The Environment”, Proceedings,
5th International Bamboo Workshop
and the 4th International Bamboo
Congress Ubud, Bali, Indonesia, 19 –
22 June 1995.
Salmon, C.G dan Wang, C.K. 1993. Disain Beton
Bertulang, Erlangga, 1992 Jakarta.
Schodek, D.L. 1995. Struktur, PT. Eresco, 1995,
Bandung
SNI 03-2000. Tata Cara Perencanaan Struktur
Kayu Untuk Bangunan Gedung, 2000,
Bandung
SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung, 2002, Bandung.
Xiao, Y. Inoue, M. Poudel, S.K. 2007. “Modern
Bamboo Structures”, Proceedings, 1st
International Conference On Modern
Bamboo Structures (Icbs-2007),
Changsha, China, 28–30 October 2007
Young, J. 2006. Investigation Of Bamboo As
Reinforcement In Concrete, The
University Of Texas, 2006, Arlington.