PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN … II.pdf · TUGAS AKHIR BAB II ... Sifat fisik batang...
Transcript of PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN … II.pdf · TUGAS AKHIR BAB II ... Sifat fisik batang...
PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN
TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI
TUGAS AKHIR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Balok
Balok merupakan elemen struktur lentur yaitu elemen struktur yang
dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Geser
maksimum pada balok sederhana umumnya terjadi didaerah sekitar tumpuan atau
disekitar beban terpusat yang cukup besar. Dalam pelaksanaanya di lapangan
balok selalu dicor monolit (bersamaan atau menyatu) dengan pelat lantai, maka
dari itu perilaku balok juga dipengaruhi oleh pelat yang ada disekitarnya.
2.2. Beton
Beton merupakan bahan campuran yang terdiri dari agregat kasar dan halus
yang dicampur dengan air dan semen sebagai bahan pengikat dan pengisi antara
agregat kasar dan halus, dan kadang-kadang ditambah dengan bahan tambahan
bila diperlukan (Neville, 1981). Beton juga merupakan campuran antara semen
portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2013). Beton
mempunyai kuat desak yang besar, tetapi kuat tariknya relatif rendah sehingga
beton mudah retak (Park dan Paulay, 1975). Nilai kuat tekan beton relatif tinggi
dibandingkan kuat tariknya dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Nilai
kuat tarik beton berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya (Dipohusodo,
1994).oleh karena itu, beton bekerja baik pada daerah tekan, sedangkan gaya tarik
dipikul oleh tulangannya, baik yang berasal dari baja maupun dari bahan lainnya.
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur
beton. Menurut SNI 2847-2013 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Bertulang, regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terluar harus diambil sama dengan 0,003 sebagai batas hancur.
6
Gambar 2.1 Hubungan Tegangan – Regangan Beton
(Park & Paulay,1975)
Beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat
yang lemah terhadap tarik sehingga pada umumnnya beton hanya diperhitungkan
bekerja dengan baik hanya pada daerah tekan saja pada penampangnya,
sedangkan gaya tarik dipikul oleh tulangannya (Dipohusodo, 1996). Nilai kuat
tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (f’c) yang dicapai benda uji
pada umur 28 hari. Kuat tekan beton dapat dihitung menggunakan rumus :
f’c =
Dimana :
f’c = kuat tekan beton (MPa)
P = beban maksimum benda uji (N)
A = luas bidang tekan benda uji (mm2)
2.3. Baja Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak-retak, sehingga perlu diberikan perkuatan penulangan untuk
dapat menahan gaya tarik yang timbul. Untuk keperluan penulangan tersebut
dapat dipergunakan bahan baja. Dibandingkan denganbeton, tulangan merupakan
material berkekuatan tinggi. Baja tulangan dapat memikul tarik maupun tekan.
7
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting dipergunakan untuk
perhitungan perencanaan beton bertulang adalah tegangan luluh (fy) dan modulus
elastisitas (Es). Hubungan tegangan dan regangan pada baja tulangan secara
umum dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hubungan Tegangan-Regangan pada Baja
2.4. Balok Beton Bertulangan Bambu
Balok beton dengan tulangan bambu banyak dijumpai di daerah pedesaan
dimana balok beton dengan tulangan bambu banyak digunakan pada struktur
rumah sederhana pada daerah penghasil bambu. Untuk di Bali sendiri bisa
dijumpai di Desa Pengotan, Kabupaten Bangli. Penelitian tentang bambu
dilakukan oleh Pathurahman dkk (2003). Pada penelitian ini digunakan bambu
galah sebagai tulangan balok beton, balok direncanakan under reinforced dan
tidak bertulangan tekan, semua balok diberi tulangan bambu pilinan dengan
diameter 12 mm dan diberi lapisan kedap air. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai rata-rata perbandingan antara momen retak awal (eksperimen) dengan
momen perhitungan (teoritis) menunjukkan adanya kecocokan. Dapat
disimpulkan bahwa bambu dapat digunakan sebagai tulangan tarik pengganti baja
khususnya untuk struktur yang sederhana
8
2.5. Bambu
Bambu merupakan tanaman Ordo Bambooidae yang pertumbuhannya cepat
dan dapat dipanen pada umur sekitar 3 tahun. Kekuatan bambu umumnya
dipengaruhi oleh jumlah serat sklerenkin dan selulosa didalam bambu. Kekuatan
bambu di bagian luar jauh lebih tinggi dibandingkan bambu bagian dalam.
Keragaman spesies dan habitat bambu berimplikasi pada perbedaan sifat
penampangnya. Konsekuensinnya, beberapa parameter yang mempengaruhi sifat
mekanikanya perlu diidentifikasi dan diuji. Sifat mekanika bambu meliputi kuat
lentur (bending), kuat tekan (compression), kuat geser (shear), kuat tarik (tension),
puntir (torsion), elastisitas (elasticity), pemuaian panas (thermal expansion) dan
lain-lain.
Bambu juga merupakan bahan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan
pemakainnya pada konstruksi bangunan, disamping material konstruksi lainnya
(Janssen, J.J.A. 1991: 1998). Dilihat dari segi ekonomi bambu sangat
menguntungkan karena harganya yang murah dan banyak terdapat di Indonesia
sedangkan dari segi konstruksi bambu mempunyai kekuatan yang cukup baik
(Masdar, 2006). Menurut Liese (1980), bambu tanpa pengawetan hanya dapat
bertahan kurang dari 1-3 tahun jika langsung berhubungan dengan tanah dan tidak
terlindung terhadap cuaca. Bambu yang terlindung terhadap cuaca dapat bertahan
lebih dari 4-7 tahun. Tetapi untuk lingkungan yang ideal, sebagai rangka, bambu
dapat bertahan lebih dari 10-15 tahun. Dengan demikian untuk bambu yang
diawetkan akan dapat bertahan lebih dari 15 tahun.
2.5.1. Bambu Tali
Ribuan jenis bambu sekitar sepersepuluh hidup dinegeri ini. Berumbuh baik
didaerah dataran rendah, hingga didaerah pegunungan. Beberapa jenis bambu
diantaranya yang lazim digunakan untuk material bangungan, antara lain adalah
bambu Tali atau bambu Apus (Gigantochla apuz Kurz)
9
Gambar 2.3 Bambu Tali
Bambu tali merupakan salah satu jenis bambu yang dapat digunakan
sebagai bahan material bangunan. Bambu pada umumnya memiliki ciri-ciri tinggi
batang 45-65 cm, berdiameter 4-10 cm, dan tebal 3-15 mm. Bambu dikenal
memiliki sifat-sifat yang sangat memnguntungkan untuk dimanfaatkan karena
batangnya lurus, kuat, rata, keras dan mudah dibelah. Selain sifat-sifat tersebut
bambu memiliki sifat mekanik, dimana sifat ini berhubungan dengan kekuatan
suatu bahan didalam menahan gaya luar yang bekerja pada bambu tersebut. Sifat
ini dipengaruhi oleh beberapa factor seperti : jenis bambu, umur bambu,
kandungan air pada bambu, dan bagian bambu. Bambu yang digunakan termasuk
penggunaan nodia dan tanpa nodia.
2.5.2. Kuat Tarik Bambu
Pengujian kuat tarik bambu, menurut Morisco dan Marjono (1996) yang
melakukan pengujian terhadap bambu dengan dan tanpa nodia didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tegangan tarik bambu tanpa buku kering oven
Jenis Bambu Tegangan Tarik (Mpa)
Bagian Dalam Bagian Luar
Ori 164 417
Petung 97 285
Hitam 69 237
Tutul 146 286
Sumber Morisco (1996)
10
Tabel 2.2 Tegangan tarik rata-rata bambu kering oven
Jenis Bambu Tegangan Tarik (Mpa)
Tanpa Buku Dengan Buku
Ori 291 128
Petung 190 116
Hitam 166 147
Legi 288 126
Tutul 216 74
Galah 253 124
Tali 151 55
Sumber : Morisco (1996)
Berikut rumusan di dalam menghitung kuat tarik pada bambu :
(2.2)
dimana:
fub = tegangan tarik pada batas maksimum (kg/cm2)
Pmax = beban tarik maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
Kekuatan bambu :
Kekuatan tarik (tegangan patah untuk tarik) 1000-4000 kg/cm2
Kekuatan tekan (tegangan patah untuk tekanan) 250-1000 kg/cm2
Modulus kenyal untuk tarikan 100.000-300.000 kg/cm2
Tegangan izin lentur bambu 100 kg/cm2
Untuk membandingkan kuat tarik bambu dan baja struktur, maka telah
diuji kuat bambu ori dan bambu petung. Bambu petung dibuat dari bahan sekitar
kulit, sedangkan bambu petung dibuat sampai bagian dalam (utuh). Semua
spesimen dibuat dari bagian bambu tanpa buku. Sebagai pembanding dipakai baja
beton dengan tegangan leleh sebesar 240 Mpa, yang mewakili baja beton yang
terdapat dipasaran. Pengujian memakai universal testing machine merek United,
11
dengan kapasitas 136 KN. Mesin uji dilengkapi dengan komputer yang dapat
memberikan keluaran berupa diagram teganagn reganagn lewat plotter/printer.
Operasi mesin uji secara load control. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar
2.4.
Gambar 2.4 Hubungan tegangan-regangan bambu dan baja
Sumber: Morisco (1996)
Pemakaian bambu sebagai bahan tulangan beton, masih perlu diteliti karena
lekatan antara bambu dengan semen kurang baik. Selain itu bambu bersifat sangat
higroskopis, sedangkan kandungan air pada bambu sangat mempengaruhi
kembang-susut bambu. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperbaiki
lekatan dan kembang susut bambu sebagai pengaruh dari kandungan air,
diantaranya :
a. Krisnamurthy (1990)
Krisnamurthy melakukan penelitian dengan memberikan lapisan kedap air.
Beberapa bahan lapis kedap air yang telah diteliti antara lain adalah aspal, vernis
atau cat. Namun dari penelitian tersebut hanya dapat mengurangi perubahan
volume air dalam bambu dan tidak memperbaiki lekatan tulangan.
12
b. Surjokusumo dan Nugroho (1996)
Surjokusumo dan Nugroho melakukan penelitian daengan terlebih dahulu
merendam bambu di dalam air selama tiga bulan untuk menurunkan kandungan
patinya. Kemudian bambu tersebut diberikan bahan kimia untuk memperbaiki
lekatan antara bambu dan beton. Namun berdasarkan hasil penelitian ini
menyatakan bahwa dari berbagai pemakaian bahan kimia, pemberian vernis pada
permukaan bambu dapat memberikan hasil yang paling memuaskan untuk
mengurangi pengasuh kembang susut dari beton, namun belum dapat
memperbaiki lekatan dari beton.
2.5.3. Kelebihan dna kelemahan bambu :
Beberapa kelebihan bambu antara lain :
Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat
dipersaingkan dengan baja.
Tanaman bambu memiliki ketahanan yangluar biasa
Dari segi ekonomis, bambu jauh lebih terjangkau harganya
dibandingkan dengan baja.
Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara
khusus.
Beberapa kelemahan bambu antara lain :
Bambu memeiliki durabilitas yang sangat rendah sehingga sangat
potensial untuk diserang kumbang bubuk.
Kekuatan sambungan bambu sangat rendha karena perangkaian
batang-batang struktur bambu sering dilakukan secara
konvensioanal.
Sifat bambu yang mudah terbakar
Daya lekat dengan beton yang kurang baik.
13
2.6. Landasan Teori
2.6.1. Kapasitas Lentur Balok
Pada suatu komposisi tertentu balok menahan beban sedemikian sehingga
regangan tekan lentur beton maksimum (Ɛmaks) mencapai 0,003 sedangkan
tegangan tarik baja tulangan mencapai tegangan luluh fy. Apabila hal demikian
terjadi, penampang dinamakan mencapi keseimbangan regangan, atau disebut
penampang bertulang seimbang.
Berdasarkan anggapan – anggapan seperti yang telah dikemukakan dapat
dilakukan pengujian regangan, tegangan dan gaya-gaya yang timbul pada
penampang balok yang bekerja menahan momen batas, yaitu momen akibat beban
luar yang timbul tepat pada saat terjadi hancur. Momen ini mencerminkan
kekuatan dan disebut sebagai kuat lentur ultimit balok.
Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi
(berarah vertikal) maupun beban-beban lain, seperti beban angin (dapat berarah
horizontal), atau juga beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur,
menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur yang
terjadi pada balok merupakan akibat adanya regangan yang timbul karena adanya
beban luar yang bekerja pada balok tersebut.
Gambar 2.5 Asumsi Lentur
14
Dimana : L adalah panjang bentang balok (mm, P adalah beban (N), dan
M adalah momen maksimum balok (N-mm).
Menurut Nawy (1990), berdasarkan jenis keruntuhan yang dialami apakah
akan terjadi leleh pada tulangan tarik atau akan terjadi hancurnya beton yang
tertekan, maka balok dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu :
Gambar 2.6 Regangan Baja pada Keadaan Batas Lentur
1. Keruntuhan Seimbang (balanced reinforced)
Keruntuhan tekan terjadi bila regangan baja tulangan sama besar
dengan regangan lelehnya dimana Ɛs = fy / Es. Dengan demikian :
(2.3)
Dimana cb adalah tinggi garis netral saat kondisi seimbang
Dari persamaan keseimbangan :
(2.4)
(2.5)
15
Karena :
Dalam keadaan keruntuhan seimbang :
Dengan mensubtitusikan harga ab, diperoleh :
Dengan harga Es = 2 x 105 Mpa, diperoleh :
2. Keruntuhan Tekan (Over Reinforced)
Keruntuhan tekan terjadi bila reganga yang terjadi pada daerah baja
tulangan lebih kecil dari regangan leleh baja, sehingga diperoleh
persamaan keseimbangan :
Karena a = β1 c, maka :
Persamaan keseimbangan :
Dari kedua harga diatas diambil a yang berharga terkecil. Selanjutnya
diperoleh :
(2.6)
(2.7)
(2.8)
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
(2.14)
(2.15)
16
3. Keruntuhan Tarik (Under Reinforced)
Keruntuhan tarik terjadi bila regangan yang terjadi pada daerah baja
tulangan lebih besar dari regangan lelehnya sehingga diperoleh persamaan
keseimbangan :
Dengan demikian :
Dimana
2.6.2. Teori Lendutan
Suatu struktur haruslah aman dan dapat memberikan pelayanan yang baik.
Struktur dikatakan aman apabila dapat memikul semua beban yang akan bekerja
selama umur rencana tanpa menimbulkan kerugian-kerugian dan masih
mempunyai faktor keamanan (Winter dan Nilson, 1993). Lendutan yang perlu
diperhatikan adalah yang terjadi pada kondisi pembebanan normal. Dalam
keadaan bekerja, suatu struktur memikul beban mati sepenuhnya ditambah dengan
beberapa bagian atau seluruh beban hidup perencanaan maksimum. Faktor
keamanan yang biasa dipakai memberikan kepastian bahwa pada saat memikul
beban kerja, tulangan atau beton tidak akan mengalami tegangan yang besarnya
melebihi batas daerah elastis bahan tersebut.
Park dan Paulay ( 1975 ) mengemukakan hubungan beban dan lendutan
akibat beban seperti ditunjukan pada gambar 2.4 berikut ini :
(2.16)
(2.17)
(2.18)
(2.19)
17
Gambar 2.7 Hubungan antara beban dan lendutan
Hubungan beban – lendutan balok beton bertulang pada dasarnya dapat
diidialisasikan menjadi bentuk trilinier seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.8
sebagai berikut :
Gambar 2.8 Grafik hubungan beban dan lendutan pada balok
18
Keterangan :
Daerah I = taraf pra retak (batang-batang struktural bebas retak)
Daerah II = taraf pasca retak (batang-batang struktural mengalami
retak-retak terkontrol yang masih dapat diterima, baik
ditribusinya maupun lebarnya )
Daerah III = tarif pasca service-ability (tegangan pada tulangan tarik
sudah mencapai tegangan lelehnya)
Lendutan yang diijinkan sangat bergantung pada besarnya lendutan yang masih
dapat ditahan oleh komponen-komponenstruktur yang berinteraksi tanpa
kehilangan penampilan elastis tanpa kerusakan pada elemen yang terdeteksi.
2.6.3. Lendutan Yang Diijinkan Pada Balok
Lendutan yang diijinkan pada sistem struktur sangat bergantung cpada
besarnya lendutan yang masih dapat ditahan oleh komponen-komponen struktur
yang berinteraksi tanpa kehilangan penampilan estetis dan tanpa kerusakan pada
elemen yang melendut. Karena pembatasan lendutan harus ada untuk suatu beban
kerja, maka struktur-struktur yang dirancang konservatif (tegangan pada beton
dan baja cukup kecil) pada umumnya tidak mempunyai masalah dalam hal
lendutan. Akan tetapi struktur-struktur pada masa sekarang dirancnag dengan
menggunakan prosedur kekuatan batas (ultimate), sehingga diperoleh elemen
struktur yang semakin langsing dan dalam hal itu lendutan sesaat maupun jangka
panjang sangat perlu dikontrol.
Pada Tabel 2.3 dicantumkan rekomendasi peraturan SNI 2847-2013
mengenai tebal minimum balok sebagai fungsi dari panjang bentang. Terlihat
disini bahwa untuk balok yang tidak memikul atau tidak dihubungkan dengan
konstruksi yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar dan tidak diperlukan
perhitungan lendutan. Lendutan yang lainnya harus dihitung dan dikontrol dengan
menggunakan Tabel 2.4.
19
Tabel 2.1 Tebal minimum balok non pratekan atau pelat satu arah bila
lendutan tidak dihitung *)
*) Panjang bentang l dalam mm
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan
beton normal (Wc = 2300 Kg/m3) dan tulangan BJTD 40. Untuk kondisi lain, nilai
diatas harus dimodifikasi sebagai berikut :
1. Untuk beton ringan dengan unit masa diantara 1500-2000 Kg/m3, nilai tadi
harus dikalikan dengan (1,65 – 0,005 Wc) tidak kurang dari 1,09, dimana
Wc adalah unit masa dalam Kg/m3.
2. Untuk fy lain dari 400 Mpa nilainya harus dikalikan dengan (0,4 +
).
20
Tabel 2.4 Lendutan Ijin Maksimum
Sumber : SNI 2847-2013
2.6.4. Analisa Lebar Retak
Beton dapat retak pada tahap awal pembebanan karena material ini sangat
lemah terhadap tarik. Retak mempunyai kontribusi terhadap proses korosi
tulangan, rusaknya permukaan beton dan efek-efek jangka panjang lainnya.
Menurut Winter dan Nilson, metode-metode yang ada dewasa ini
mengenai pengendalian retak sebagian besar didasarkan atas studi percobaan yang
telah menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
21
1) Lebar retak dapat dibuat menjdai sekecil mungkin melalui penggunaan
tulangan ulir.
2) Lebar maksimum retak yang disebabkan oleh beban yang bekerja
kurang lebih berbanding lurus dengan besar tegangan yang terjadi pada
tulangan.
3) Lebar retak lentur dibuat sekecil mungkin apabila tulangan tersusun
dengan baik pada daerah tarik beton.
4) Lebar retak pada permukaan beton berbanding lurus dengan jumlah
penutup beton yang disediakan untuk melindungi tangan.
Lebar retak maksimum yang diijinkan dalam suatu elemen struktur
tergatung dari kondisi lingkungan elemen struktur tersebut. Didalam SNI 03-
2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan struktur Beton Untuk Bangunan gedung
tidak membahas tentang lebar retak maksimum yang diijinkan , namun didalam
ACI Committe 224 memberikan petunjuk mengenai lebar retak toleransi seperti
yang ditunjukkan dalam tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Lebar retak toleransi menurut ACI Committee 244
Kondisi Lingkungan Lebar retak toleransi
(mm)
Udara kering atau membran terlindung 0.41
Udara lembab, tanah senyawa kimia 0.3
Air laut, basah maupun kering 0.18
Struktur penahan air 0.15
Tidak termasuk pipa tak tertekan 0.10
22
2.6.5. Analisa Data
2.6.5.1. Rata-Rata Hitung (Mean)
Nilai rata-rata dari sekumpulan data statistik pada umumnya cenderung
berada disekitar titik pusat penyebaran data dan merupakan gambaran umum atau
nilai yang dianggap mewakili nilai nilai sekelompok atau sederetan data
(Wirawan,2011).
Rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
(2.20)
Dimana :
: rata-rata hitung
Xi : nilai sampel ke-i
n : jumlah sampel
2.6.5.2. Standar Deviasi
Dari hasil penelitian trhadap beberapa sample akan mendapatkan suatu
hasil yang nilainya menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Makin besar
nilai penyebaran tersebut terhadap nilai rata-rata, makin kecil tingkat
penyebarannya makin sempurna tingkat ketepatan datanya. Ukuran besar kecilnya
penyebarann dari hasil-hasil penelitian ini disebut nilai Standar Deviasi (S).
Standar Deviasi dirumuskan :
√
(2.21)
Dimana :
S : standar deviasi
Xi : nilai ke-i
: rata-rata hitung
2.6.5.3. Koefisien Variasi (Covarian)
23
Koefisien variasi adlah perbandingan antara simpangan baku
sekelompok data/pengamatan dengan rata-rata hitungnya (mean). Koefisien
variasi paling banyak digunakan dalam statistic untuk membandingkan
kehomogenan sekelompok data dengan kelompok data lainnya, baik dengan
satuan yang sama ataupun satuan kedua kelompok tersebut berbeda. Semakin
kecil koefisien variasinya maka semakin homogenya seragam kelompok data
tersebut. Maksudnya data-data tersebut terkonsentrasi dekat kepusat (rata-rata)
kumpulan data tersebut (Wirawan,2001)
Koefisien variasi untuk sampel dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
CoV = koefisien variasi (covarian)
S = standar deviasi
= rata-rata hitung sampel