PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun...

85
PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM PEMBAGIAN ROYALTI PERTAMBANGAN EMAS PT. FREEPORT INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh NEVO AMABA NIM: 1111048000021 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

Transcript of PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun...

Page 1: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM PEMBAGIAN ROYALTI

PERTAMBANGAN EMAS PT. FREEPORT INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

NEVO AMABA

NIM: 1111048000021

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

i

Page 3: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

ii

Page 4: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

iii

Page 5: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

iv

ABSTRAK

Nevo Amaba, NIM 1111048000021, “PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS

DALAM PEMBAGIAN ROYALTI PERTAMBANGAN EMAS PT FREEPORT

INDONESIA”, Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/ 2015 M. ix

+ 73 halaman. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asas proporsionalitas dalam

pembagian royalti emas oleh PT. Freeport Indonesia dan upaya pemerintah dalam

menjatuhkan sanksi kepada PT. Freeport Indonesia karena tidak mematuhi Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012. Latar belakang skripsi

ini adalah masih banyaknya perusahaan asing pemegang kontrak karya yang tidak mau

melakukan renegosiasi kontrak yang salah satu poin tersebut adalah penyesuaian royalti.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai

dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan penulis adalah metode

yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach).

Selanjutnya ada tiga bahan hukum yang digunakan yaitu bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembagian

royalti antara PT. Freeport Indonesia dengan Pemerintah Indonesia dapat dikatakan tidak

terdapat asas proporsionalitas dari awal pembuatan kontrak hingga penerapan isi kontrak.

Belum ada sanksi terkait PT. Freeport Indonesia belum menyesuaikan royalti emas dari 1%

menjadi 3,75%. Tetapi pada akhirnya PT. Freeport sudah menandatangani nota kesepahaman

renegosiasi yang terdiri dari 6 poin yang salah satunya mengenai penyesuaian royalti.

Kata kunci : Asas Proporsionalitas, Royalti, Undang-Undang Mineral

dan Batu Bara

Dosen Pembimbing : Dr. H. Nahrowi, S.H. M.H.

Hotnidah Nasution, M.A.

Daftar Pustaka : Tahun 1967 s.d Tahun 2015

iv

Page 6: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahhim ....

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,

nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN

ASAS PROPORSIONALITAS DALAM PEMBAGIAN ROYALTI PERTAMBANGAN

EMAS PT. FREEPORT INDONESIA”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,

penulis banyak mendapatkan bantuan serta arahan dari berbagai pihak, sehingga dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang ta terhingga kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH. selaku ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Thamrin,. SH,. M. Hum selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Nahrowi SH., MH. dan Hotnidah Nasution MA. selaku dosen pembimbing

yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh

kesabaran, perhatian, dan ketelitian memberikan arahan dan masukan kepada penulis

serta meluangkan waktunya demi memberikan bimbingan kepada penulis hingga

skripsi ini selesai

4. Kepada Ibu Subur, Pak Priyo, Pak Made, Pak Hersonyo, Pak Syarifudin, ibu Nena

dan staf-staf di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal

Mineral dan Batu Bara yang telah bersedia mengarahkan penulis dan menyempatkan

melakukan wawancara dengan penulis.

v

Page 7: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

vi

5. Segenap staf Perpustakaan Utama dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas guna

melakukan studi kepustakaan.

6. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengan tulus dan ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang sudah diberikan

dapat bermanfaat bagi penulis dan semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa

beliau serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal di akhirat kelak.

7. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Sutardi dan Ibu Rutinah, terima kasih atas segala

kasih sayang serta selalu memberikan motivasi, nasihat, semangat serta kasih

sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kepada Awwaliyah Nasyiah yang telah memberikan semangat, nasihat, dan motivasi

serta kasih sayangnya.

9. Kepada Syarif Chidayatulloh sahabat penulis sedari smp, yang telah menjadi teman

untuk bertukar pikiran dalam penulisan skripsi.

10. Sahabat-sahabat penulis di grup ‘KUE LAPIS’ yaitu Idham, Ilyas, Ihsan, Ririn,

Musyrifah, Suci terima kasih atas semangat perjuangan selama kuliah dan penulisan

skripsi.

11. Sahabat-sahabat grup ‘BR’ yaitu Dadan, Alif, Andrio, Rudi, Syawal, Rifki, Febyo,

Barra, Ian teman-teman seperjuangan dalam skripsi.

12. Teman-teman Ilmu Hukum angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik

konsentrasi Hukum Bisnis dan Kelembagaan Negara.

Wassalamualaikum Wr. Wb

vi

Page 8: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

vii

Jakarta, 10 Juli 2015

Nevo Amaba

vii

Page 9: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah..................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 9

E. Metodologi Penelitian ................................................................. .. 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 15

BAB II Kerangka Teoritis

A. Perjanjian di Indonesia

1. Pengertian Perjanjian ........................................................ 18

2. Syarat Sahnya Perjanjian .................................................. 21

3. Asas-Asas Dalam Hukum Perjanjian ................................ 24

4. Bentuk-Bentuk Perjanjian ................................................. 25

5. Pembatalan Perjanjian ....................................................... 26

6. Penggantian Kerugian ....................................................... 29

B. Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak

1. Pengertian Asas Proporsionalitas ...................................... 30

2. Kriteria Asas Proporsionalitas .......................................... 31

3. Makna Asas Proporsionalitas ............................................ 33

4. Fungsi Asas Proporsionalitas ............................................ 34

BAB III Ketentuan Royalti Mineral dan Teori Dalam Hukum Pertambangan

A. Ketentuan Royalti Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral

dan Batu Bara ................................................................................ 36

B. Ketentuan Royalti Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2012 tentang

Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ........................... 39

C. Kontrak Karya ............................................................................... 40

D. Production Sharing Contract ........................................................ 46

E. Royalti Dalam Kontrak Karya Pertambangan .............................. 47

BAB IV Analisis Yuridis Penerapan Asas Proporsionalitas Dalam Pembagian Royalti

Pertambangan Emas PT. Freeport Indonesia viii

Page 10: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

ix

A. Penerapan asas proporsionalitas dalam pembagian royalti emas oleh PT. Freeport

Indonesia ....................................................................................... 50

B. Upaya pemerintah dalam menjatuhkan sanksi kepada PT. Freeport Indonesia

karena belum mematuhi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 ................................................. 64

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................... 70

B. Saran.............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 73

LAMPIRAN

ix

Page 11: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di masa ekonomi global saat ini, keterbukaan ekonomi suatu

negara adalah keharusan. Keterbukaan ekonomi negara terhadap arus

investasi asing ke suatu negara bukan hanya merupakan kebutuhan suatu

negara untuk ikut berpartisipasi dalam ekonomi global, tapi juga menjadi

keharusan suatu negara dalam rangka memenuhi kelangkaan sumber-

sumber ekonomi di negaranya agar dapat segera terpenuhi dengan adanya

peran dari sumber daya asing. Investasi di suatu negara akan dapat

berlangsung dengan baik dan bermanfaat bagi negara dan rakyatnya,

manakala negara mampu menetapkan kebijakan investasi sesuai dengan

amanah konstitusinya.1 Secara konsep investasi merupakan kegiatan

mengalokasikan atau menanamkan sumber daya saat ini (sekarang,

present) dengan harapan mendapatkan manfaat atau keuntungan di

kemudian hari (future). Investasi adalah padanan kata dari penanaman

modal yang merupakan terjemahan dari istilah investment.2 Investasi

diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan dana yang dimiliki dengan

menanamkannya ke usaha atau proyek yang produktif baik secara

langsung maupun tidak langsung, dengan harapan selain mendapatkan

1 Tim Kompendium, Kompendium Bidang Hukum Investasi, (Jakarta: Badan Pembinaan

Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Ham RI, 2011), h. 1. 2 John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1996), h. 330.

1

Page 12: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

2

pengembalian modal di kemudian hari, tentunya pemilik modal juga akan

mendapatkan sejumlah keuntungan dari penanaman modal dimaksud.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal

memberikan pengertian Penanaman Modal sebagai berikut :

“Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal

dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan kegiatan

usaha di wilayah Republik Indonesia.”3

Dengan demikian pengertian penanaman modal, khususnya dalam

hal penanaman modal asing, di Indonesia hanya mencakup penanaman

modal yang dilaksanakan secara langsung (direct investment) dan bukan

penanaman secara tidak langsung (portofolio investment) dimana pemilik

modal hanya memiliki sejumlah saham dalam suatu perusahaan tanpa ikut

serta atau mempunyai kekuasaan langsung dalam pengelolaan manajemen

perusahaan tersebut.4

Menarik investasi asing tentunya harus dibarengi dengan pra

kondisi iklim investasi yang pro terhadap investor sehingga merasa

nyaman dan yakin bahwa investasi yang mereka tanam akan

menguntungkan. Iklim investasi yang baik akan memberikan kepastian

dan insentif kepada dunia usaha untuk melakukan investasi yang

produktif, menciptakan lapangan kerja dan memperluas usaha. Negara

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para

pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha

3 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 4 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2007), h. 43.

Page 13: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

3

nasional belum memiliki kapasitas yang cukup dalam mengelola kekayaan

alam yang masih berbentuk potensi dan terpendam di bumi Indonesia

secara maksimal, oleh karenanya pemerintah memberikan kesempatan

kepada perusahaan-perusahaan asing untuk ikut serta mengelola dan

berinvestasi di Indonesia. Bagi Indonesia kegiatan investasi langsung, baik

yang berbentuk investasi asing (foreign direct investment) maupun

investasi langsung dalam negeri (penanaman modal dalam negeri)

mempunyai kontribusi secara langsung bagi pembangunan. Investasi

langsung terutama investasi asing akan semakin mendorong pertumbuhan

ekonomi, alih teknologi, dan pengetahuan, serta menciptakan lapangan

kerja baru untuk mengurangi angka pengangguran serta mampu

meningkatkan daya beli masyarakat.5

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya

salah satunya di bidang pertambangan. Pertambangan merupakan salah

satu wujud dari kekayaan alam yang dikuasai orang banyak dan

menyangkut dengan hajat hidup orang banyak, hal tersebut erat kaitannya

dengan ketentuan dari pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia Tahun 1945, adapun ketentuan dari Pasal 33 tersebut,

adalah :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan;

5 Tim Kompendium, Kompendium Bidang Hukum Investasi, h. 3.

Page 14: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

4

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang.6

Amanat dari ketentuan Pasal 33 tersebut adalah merupakan

landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk memanfaatkan

potensi kekayaan sumber daya alam mineral dan energi yang dimiliki

secara optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang

berkelanjutan.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing berisi ketetapan mengenai penanaman modal asing di bidang

pertambangan yang harus didasarkan pada sistem kontrak karya (contract

of work).7 Dengan kontrak karya ini, posisi investor atau pengusaha

tambang hanyalah sebagai kontraktor yang bekerja untuk pemerintah,

sedangkan pemerintah dalam perjanjian kontrak berkedudukan sebagai

6 Tim Wahyu Media, Pedoman Resmi UUD 1945 & Perubahannya, (Jakarta: Wahyu

Media, 2014), h. 33. 7 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Page 15: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

5

principal dan pemilik tambang. Karenanya dalam pola kontrak karya

pertambangan, pengusaha tambang (kontraktor) tidak dapat menjadikan

cadangan bahan galian dalam wilayah kontraknya sebagai agunan untuk

meminjam modal pada bank atau lembaga keuangan lainnya. Ada pun hak

kepemilikan atas bahan galian yang telah ditambang baru beralih dari

pemerintah kepada kontraktor, setelah kontraktor memenuhi segala

kewajiban dan membayar royalti atas bahan galian yang bersangkutan di

tempat penjualan (point of sale).8 Berdasarkan pasal tersebut secara

konsep Indonesia berkedudukan sebagai pemilik tambang dan investor

berkedudukan sebagai kontraktor, tetapi seringkali Indonesia mendapatkan

royalti yang kecil. Contohnya dalam kasus pembagian royalti antara

pemerintah Indonesia dengan PT. Freeport Indonesia, untuk emas royalti

yang diberikan hanya 1% dari hasil produksi, sedangkan di dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral, untuk emas tarif royaltinya 3,75%. Memang

pada awal pembuatan kontrak, royalti yang diberikan 1% untuk emas

tetapi dasar hukum untuk menaikkan royalti tersebut yaitu pasal 169

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara

yaitu:

a) Kontrak karya dan perjanjian pengusahaan pertambangan

batu bara yang telah ada sebelum berlakunya undang-

8 Soetaryo Sigit, Sepenggal Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia, (Jakarta:

Penerbit Yayasan Minergi Informasi Indonesia, 2004), Cet. 1, h. 90.

Page 16: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

6

undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu

berakhirnya kontrak atau perjanjian.

b) Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan

perjanjian karya pengusahaan batu bara sebagaimana

dimaksud pada huruf (a) disesuaikan selambat-lambatnya 1

(satu) tahun sejak undang-undang ini diundangkan kecuali

mengenai penerimaan negara.

c) Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana

dimaksud pada huruf (b) adalah upaya peningkatan

penerimaan negara.9

Berdasarkan pasal 169 poin (b), seharusnya ketentuan royalti yang

baru mulai berlaku selambat-lambatnya satu tahun semenjak

diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tersebut.

Berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, lalu

bagaimana upaya pemerintah mengoptimalkan royalti yang didapat,

sehingga muncul judul “PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS

DALAM PEMBAGIAN ROYALTI PERTAMBANGAN EMAS PT.

FREEPORT INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

9 Pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.

Page 17: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

7

Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya masalah, maka

peneliti membuat batasan ruang lingkup dalam penelitian ini hanya

pada penerapan asas proporsionalitas dalam pembagian royalti emas

pada PT. Freeport Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk emas tarif

royaltinya 3,75%, akan tetapi PT. Freeport Indonesia hanya

memberikan 1% kepada pemerintah Indonesia, karena itu pertanyaan

penelitiannya adalah:

a. Bagaimana penerapan asas proporsionalitas dalam pembagian

royalti emas oleh PT. Freeport Indonesia?

b. Bagaimana upaya pemerintah dalam menjatuhkan sanksi kepada

PT. Freeport Indonesia karena belum mematuhi Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

2012?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah mendalami tentang

permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

Page 18: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

8

masalah. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui penerapan asas proporsionalitas dalam

pembagian royalti emas oleh PT. Freeport Indonesia.

b. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menjatuhkan sanksi

kepada PT. Freeport Indonesia karena belum mematuhi Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara dan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dalam hukum bisnis di bidang Investasi, Perjanjian

dan Pertambangan, utamanya mengenai segala aspek yang

menyangkut pembagian royalti antara pemerintah Indonesia

dengan penanam modal asing. Selain itu adanya tulisan ini dapat

menambah perbendaharaan koleksi karya ilmiah dengan

memberikan kontribusi juga bagi perkembangan hukum bisnis di

Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Page 19: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

9

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka

acuan dan landasan bagi penulis lanjutan, dan mudah-mudahan

dapat memberikan bahan informasi dan masukan baik bagi

pemerintah maupun semua pihak yang terkait dalam rangka

penyiapan dan penyempurnaan perangkat hukum di bidang

investasi, perjanjian dan pertambangan.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan

menyertakan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan

tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:

Skripsi yang disusun oleh Jesi Karina dari Universitas Indonesia

pada tahun 2012 dengan judul Hubungan Asas Pacta Sunt Servanda

Dengan Kewajiban Negosiasi Ulang Royalti Pada Kontrak Pertambangan

(Studi Kasus: Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia). Penelitian tersebut

menjelaskan tentang kewajiban negosiasi ulang kontrak karya PT.

Freeport Indonesia dihadapkan dengan asas pacta sunt servanda.

Skripsi yang disusun oleh Amelia Djamaoedin dari Universitas

Indonesia pada tahun 1991 dengan judul Sistem Penanaman Modal Asing

Di Bidang Pertambangan Emas (Studi Kasus Pada PT Eastara Melawi

Mineral). Penelitian tersebut menjelaskan tentang sistem penanaman

modal asing di bidang pertambangan emas di Indonesia.

Page 20: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

10

Buku dari Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, yang berjudul ‘Kompendium Bidang

Hukum Investasi’ diterbitkan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, tahun 2011.

Pada buku tersebut hanya menjelaskan tentang penanaman modal atau

investasi secara umum, dari pengertian, ruang lingkup, batasannya, serta

permasalahan dalam kegiatan investasi beserta regulasinya namun tidak

menjelaskan seperti apa pembagian royalti dari kontrak karya antara

pemerintah Indonesia dengan investor asing.

Sebagai pembanding sekaligus pembeda, pada skripsi ini penulis

menguraikan perihal bagaimana upaya pemerintah dalam mengoptimalkan

pendapatan negara dalam royalti di bidang pertambangan, karena antara

undang-undang dengan praktiknya tidak sesuai. Sehingga terdapat

perbedaan pembahasan dan masalah yang diangkat penulis dengan

penelitian-penelitian yang sudah ada.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini dibutuhkan data yang akurat, yang

dititikberatkan pada data sekunder yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan dan data primer dari penelitian lapangan yang mendukung

data sekunder, sehingga permasalahan pokok yang diteliti dapat

ditemukan. Agar data yang dimaksud dapat diperoleh dan dibahas, peneliti

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

Page 21: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

11

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode

pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yang bersifat

yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif adalah metode

penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.10 Sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan

tersebut penulis melakukan dengan cara meneliti peraturan-peraturan,

perundang-undangan, teori-teori hukum dan pendapat-pendapat para

sarjana hukum terkemuka yang merupakan data sekunder, kemudian

dikaitkan dengan keadaan yang sebenarnya. Pendekatan bersifat yuridis

yang mempergunakan data sekunder adalah untuk menganalisa penerapan

asas proporsionalitas dalam pembagian royalti pertambangan emas PT.

Freeport Indonesia.

Dalam kaitannya dengan penelitian normatif akan digunakan

pendekatan yaitu:

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach)

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah suatu

pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang

berkaitan dengan investasi dan pertambangan, diantaranya: Undang-

Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Undang-

Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan, Undang-Undang No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan

10 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14.

Page 22: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

12

dan Tambahan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing, Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan

Batu Bara, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Spesifikasi Penulisan

Spesifikasi atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif analisis, yaitu menggambarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik

pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan diatas.11

Data yang diperoleh dari penelitian diupayakan memberikan

gambaran atau mengungkapkan berbagai faktor yang berhubungan erat

dengan gejala-gejala yang diteliti, kemudian dianalisa mengenai penerapan

atau pelaksanaan peraturan perundang-undangan untuk mendapatkan data

atau informasi mengenai pelaksanaanya serta hambatan-hambatan yang

dihadapi.

3. Sumber Data

Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan

difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam

penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam

pembahasan. Data yag digunakan hanyalah data sekunder, data sekunder

merupakan data yang dikumpulkan dalam penelitian kepustakaan.

11 Rony Hanitijo, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 35.

Page 23: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

13

Penelitian kepustakaan adalah teknik untuk mencari bahan-bahan atau

data-data yang bersifat sekunder yaitu data-data yang erat hubungannya

dengan bahan primer dan dapat dipakai untuk menganalisa permasalahan.

Pada penelitian kepustakaan, sarana yang dipergunakan adalah

bahan-bahan pustaka yang terdiri dari tiga macam bahan hukum, yaitu

sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat12,

yaitu

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing;

2. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pertambangan;

3. Undang-Undang No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan

Tambahan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing;

4. Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

6. Peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan objek

penelitian.

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 52.

Page 24: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

14

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu

1. Berbagai hasil penelitian mengenai penanaman modal asing;

2. Berbagai buku yang membahas investasi, perjanjian dan

pertambangan;

3. Berbagai artikel dan makalah di dalam jurnal dan majalah.

c. Bahan hukum tersier, bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri

dari:

1. Kamus Hukum;

2. Kamus Bahasa Indonesia;

3. Kamus Bahasa Inggris;

4. Ensiklopedi;

5. Dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan objek

penelitian untuk diterapkan dalam penelitian ini.

4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif

yang diperoleh dari data yang bersumber dari studi kepustakaan maupun

dari penelitian lapangan. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis

data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari

penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian

dianalisa secara intepretatif menggunakan teori maupun hukum positif

Page 25: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

15

yang telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk

menjawab permasalahan yang ada.

5. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tahun 2012

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk mempermudah

penjabaran dan pemahaman tentang permasalahan yang dikaji serta untuk

memberikan gambaran garis besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Metodologi Penelitian,

Sistematika Penulisan yang berkenaan dengan permasalahan yang

akan dibahas dalam skripsi ini.

BAB II Kerangka Teoritis

Pada bab ini menguraikan tentang pengertian perjanjian, syarat

sahnya perjanjian, asas-asas dalam hukum perjanjian, bentuk-

bentuk perjanjian, pembatalan perjanjian, penggantian kerugian,

serta menjelaskan tentang asas proporsionalitas dalam kontrak

Page 26: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

16

komersial seperti pengertian asas proporsionalitas, kriteria asas

proporsionalitas, makna dan fungsi asas proporsionalitas, kontrak

karya PT. Freeport Indonesia.

BAB III Ketentuan Royalti Mineral dan Teori Dalam Hukum

Pertambangan

Pada bab ini menguraikan tentang pembagian royalti dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu

Bara, pembagian royalti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 2012 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral, serta teori dalam hukum pertambangan, kontrak karya,

production sharing contract, royalti dalam kontrak karya

pertambangan.

BAB IV “Analisis Yuridis Penerapan Asas Proporsionalitas Dalam

Pembagian Royalti Pertambangan Emas PT. Freeport Indonesia”.

Pada bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasannya

yaitu Penerapan asas proporsionalitas dalam pembagian royalti

emas oleh PT. Freeport Indonesia, Upaya pemerintah dalam

menjatuhkan sanksi kepada PT. Freeport Indonesia karena belum

mematuhi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012.

BAB V Penutup

Page 27: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

17

Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran dari penulis.

Page 28: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

18

BAB II

KERANGKA TEORITIS

C. Perjanjian di Indonesia

1. Pengertian dan Makna Perjanjian Atau Kontrak

Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu

contract of law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah

overeenscomstrecht. Dalam praktik istilah kontrak atau perjanjian

terkadang masih dipahami secara berbeda. Banyak pelaku bisnis

mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan pengertian

yang berbeda. Burgerlijk Wetboek menggunakan istilah overeenkomst dan

contract untuk pengertian yang sama.13

Menurut Subekti istilah “perjanjian atau persetujuan” dengan

“kontrak” memiliki pengertian lebih sempit karena ditujukan kepada

perjanjian atau persetujuan yang tertulis.14 Menurut Peter Mahmud

Marzuki penggunaan istilah kontrak atau perjanjian dengan melakukan

perbandingan terhadap pengertian kontrak atau perjanjian dalam sistem

Anglo-American.15

Sistematika Buku III tentang Verbintenissenrecht (Hukum

Perikatan) mengatur mengenai overeenkomst yang kalau diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia berarti perjanjian. Istilah kontrak merupakan

13Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010), h. 13. 14 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermusa, 1996), Cet. XVI, h. 1. 15 Peter Mahmud Marzuki, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak, (Jakarta: Yuridika,

2003), h. 195.

18

Page 29: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

19

terjemahan dari bahasa Inggris contract. Di dalam konsep kontinental,

penempatan pengaturan perjanjian pada Buku III BW Indonesia tentang

Hukum Perikatan mengindikasikan bahwa perjanjian memang berkaitan

dengan masalah Harta Kekayaan (Vermogen). Pengertian perjanjian ini

mirip dengan contract pada Anglo-American, perjanjian yang bahasa

Belanda-nya overeenkomst dalam bahasa Inggris disebut agreement yang

mempunyai pengertian lebih luas dari contract, karena mencakup hal-hal

yang berkaitan dengan bisnis atau bukan bisnis. Untuk agreement yang

berkaitan dengan bisnis disebut contract, sedangkan untuk yang tidak

terkait dengan bisnis disebut agreement.16

Pasal 1313 BW memberikan rumusan tentang “kontrak atau

perjanjian” adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih”.17 Terhadap penggunaan istilah kontrak dan perjanjian, penulis

sependapat dengan beberapa sarjana hukum yang memberikan pengertian

sama antara kontrak dengan perjanjian.

Dari berbagai definisi di atas, dapat dikemukakan unsur-unsur yang

tercantum dalam hukum kontrak atau perjanjian yaitu:

a. Adanya Kaidah Hukum

Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis

adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan

16 Ibid., h. 195-196. 17 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:

Pradnya Paramita, 2004), Cet. 34, h. 338.

Page 30: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

20

perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah

hukum kontrak tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang

timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat. Contohnya jual beli

lepas, jual beli tahunan, dan lain-lain. Konsep hukum ini berasal dari

hukum adat

b. Subjek Hukum

Subjek hukum diartikan sebagai pendukung hak dan

kewajiban. Yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah

kreditur dan debitur.

c. Adanya Prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban

debitur. Prestasi terdiri dari:

1. Memberikan sesuatu.

2. Berbuat sesuatu.

3. Tidak berbuat sesuatu.

d. Kata Sepakat

Di dalam pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat

sahnya perjanjian. Salah satunya kata sepakat (konsensus).

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara para

pihak.

e. Akibat Hukum

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan

menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan

Page 31: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

21

kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah suatu

beban.18

2. Syarat Sah Perjanjian

Syarat sah perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu:19

a. Kesepakatan Kedua Belah Pihak

Syarat yang pertama sahnya perjanjian adalah adanya

kesepakatan atau konsensus para pihak. Yang dimaksud dengan

kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu

orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu pernyataanya,

karena kehendak itu tidak dapat dilihat atau diketahui orang lain. Ada

lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan:

1. Bahasa yang sempurna dan tertulis.

2. Bahasa yang sempurna secara lisan.

3. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima

oleh pihak lawan. Karena dalam kenyataannya

seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa

yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak

lawannya.

4. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak

lawannya.

5. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau

diterima pihak lawan.20

18 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006), Cet. 4, h. 4-5. 19 Prof. R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 339.

Page 32: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

22

Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak,

yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis.

Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan

kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna

dikala timbul sengketa di kemudian hari.

b. Kecakapan Untuk Melakukan Perbuatan Hukum

Cakap hukum adalah kecakapan atau kemampuan untuk

melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan

yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan

mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Seorang oleh

hukum dianggap tidak cakap untuk melakukan kontrak jika orang

tersebut belum berumur 21 tahun, kecuali jika ia telah kawin sebelum

cukup 21 tahun. Sebaliknya setiap orang yang berumur 21 tahun ke

atas, oleh hukum dianggap cakap, kecuali karena suatu hal dia ditaruh

di bawah pengampuan, gelap mata, dungu, sakit ingatan, atau

pemboros.21

c. Adanya Objek Perjanjian

Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi

objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah

apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak

20 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, h. 33. 21 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, (Jakarta: RajaGrafindo, 2007),

Cet. 1, h. 29.

Page 33: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

23

kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan yang positif dan negatif.

Prestasi terdiri dari:

1. Memberikan sesuatu.

2. Berbuat sesuatu.

3. Tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 KUH Perdata).22

d. Adanya Kausa Yang Halal

Dalam pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian

kausa yang halal. Di dalam pasal 1337 KUH Perdata hanya disebutkan

kausa yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban

umum.23

Syarat yang pertama dan kedua syarat subjektif, karena

menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat

ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek

perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka

perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu pihak dapat

mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang

disepakatinya. Tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka

perjanjian itu tetap dianggap sah. Syarat ketiga dan keempat tidak

terpenuhi maka perjanjian batal demi hukum. Artinya bahwa dari semula

perjanjian itu dianggap tidak ada.24

22 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, h. 34. 23 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 342. 24 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, h. 35.

Page 34: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

24

3. Asas-Asas Dalam Hukum Perjanjian

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan pasal

1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: ”Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku bagi mereka yang membuatnya”.25

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan

kebebasan kepada para pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.

2. Mengadakan perjanjian.

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan

persyaratannya.

4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

b. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1)

KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat

sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas

konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian

pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan

adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan

persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua

belah pihak.26

c. Asas Pacta Sunt Servanda

25 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 342. 26 Ibid., h. 339.

Page 35: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

25

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian

hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini

merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya

sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi

terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta

sunt servanda dapat disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata, yang berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang”.27

d. Asas Itikad Baik

Asas itikad baik dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUH

Perdata, yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

baik.” Asas itikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu

kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan

baik dari para pihak.

e. Asas Kepribadian

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya

untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam pasal

1315 dan pasal 1340 KUH Perdata.28

4. Bentuk-Bentuk Perjanjian

27 Ibid., h. 342. 28 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, h. 9.

Page 36: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

26

Istilah perjanjian bernama atau kontrak bernama merupakan

terjemahan dari istilah “nominaat contract” (Inggris) “benoemde”

(Belanda) penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang

tercantum di dalam pasal 1319 KUH Perdata, disebutkan dua macam

perjanjian menurut namanya, yaitu perjanjian bernama (nominaat) dan

perjanjian tidak bernama (innominaat).29

a. Perjanjian Bernama (nominaat)

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang dikenal dalam KUH

Perdata. Yang termasuk dalam perjanjiaan bernama jual beli, tukar-

menukar, sewa-menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan

barang, pinjam pakai, pinjam meminjam, pemberian kuasa,

penanggungan utang, perdamaian, dan lain-lain.

b. Perjanjian Tidak Bernama (innominaat)

Perjanjian yang timbul, tumbuh, dan berkembang dalam

masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal dalam KUH Perdata.

Yang termasuk dalam perjanjiaan tidak bernama adalah leasing, beli

sewa, franchise, kontrak rahim, joint venture, kontrak karya, keagenan,

production sharing, dan lain-lain.30

5. Pembatalan Perjanjian

Pembatalan perjanjian adalah pembatalan sebagai salah satu

kemungkinan yang dapat dituntut kreditur terhadap debitur yang telah

melakukan wanprestasi. Selain dapat mengajukan tuntutan pembatalan,

29 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 339. 30 Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional, (Jakarta: RajaGrafindo, 2006), Cet. 1, h.

49-50.

Page 37: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

27

kreditur dapat pula mengajukan tuntutan yang lain yaitu pembatalan

perjanjian dan ganti kerugian, ganti kerugian saja, pemenuhan perikatan

dan ganti kerugian.

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk pembatalan perjanjian,

yaitu:

a. Perjanjian harus bersifat timbal balik;

b. Harus ada wanprestasi;

c. Harus dengan putusan hakim.31

Dasar hukum pembatalan perjanjian adalah pasal 1266 KUH Perdata

yang berbunyi sebagai berikut:

1. Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian-

perjanjian yang bertimbal balik, manakalasalah satu pihak

tidak memenuhi kewajibannya.

2. Dalam hal yang demikian perjanjian tidak batal demi hukum,

tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.

3. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal

mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam

perjanjian.

4. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam perjanjian, hakim

adalah leluasa untuk menurut keadaan, atas permintaan si

tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga

31 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni,

2010), Cet. 1, h. 230.

Page 38: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

28

memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana, namun itu tidak

boleh lebih dari satu bulan.32

Perjanjian yang bersifat timbal balik adalah perjanjian dimana

kedua belah pihak sama-sama mempunyai kewajiban untuk memenuhi

prestasi, misalnya jual-beli, tukar menukar, sewa-menyewa. Jika dalam

perjanjian yang bersifat timbal balik ini salah satu pihak tidak memenuhi

prestasi atau kewajibannya maka disebut wanprestasi, pihak lainnya dapat

menuntut pembatalan. Namun, sebelum kreditur menuntut pembatalan,

debitur harus diberikan teguran atau pernyataan lalai (ingebrekestelling).

Pembatalan tidak terjadi dengan sendirinya dengan adanya wanprestasi

tersebut, melainkan harus dimintakan kepada hakim dan yang akan

membatalkan adalah putusan hakim tersebut. Jadi putusan hakim bersifat

konstitutif yaitu membatalkan perjanjian antara penggugat dan tergugat,

bukan bersifat deklaratif yang menyatakan batal perjanjian antara

penggugat dengan tergugat.33

Dengan demikian, wanprestasi hanyalah alasan hakim untuk

memberikan putusan yang membatalkan perjanjian, dan hakim

memberikan tenggang waktu satu bulan kepada debitur untuk memenuhi

prestasinya. Jadi tuntutan kreditur untuk membatalkan perjanjiannya

dengan debitur tidak selamanya dikabulkan oleh hakim, tetapi hakim

memeriksa dan mempertimbangkan lebih dulu besar kecilnya wanprestasi

tersebut. Apabila wanprestasi hanya mengenai hal kecil maka hakim akan

32 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 328. 33 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, h.231.

Page 39: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

29

menolak membatalkan perjanjian dan apabila wanprestasi cukup besar

merugikan kreditur tentu saja hakim akan membatalkan perjajian tersebut.

Apabila hakim telah menjatuhkan putusan membatalkan perjanjian, maka

hubungan hukum antara para pihak yang semula mengadakan perjanjian

menjadi batal, sehingga tidak perlu lagi memenuhi prestasinya. Apabila

salah satu pihak sudah melakukan prestasi namun dilain pihak belum

melakukan maka wajib dikembalikan, dan apabila tidak mampu maka

dihargai dengan materi.34

6. Penggantian Kerugian

Ketentuan tentang ganti rugi dalam KUH Perdata diatur pada pasal

1243-1252 KUH Perdata. Dari pasal-pasal itu dapat ditarik kesimpulan

bahwa yang dimaksud ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan

kepada debitur yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perjanjian untuk

memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.

Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-

nyaa telah dikeluarkan oleh kreditur. Rugi adalah segala kerugian karena

musnahnya atau rusaknya barang-barang milik kreditur akibat kelalaian

debitur. Sedangkan bunga adalah segala keuntungan yang diharapkan atau

sudah diperhitungkan. Kerugian-kerugian yang dapat dituntut:

Walaupun debitur yang wanprestasi dapat dituntut oleh kreditur

untuk membayar ganti kerugian, tetapi kerugian yang dituntut oleh

34 Ibid., h.232.

Page 40: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

30

kreditur jumlahnya tidak dapat dituntut sekehendak hati kreditur, maka

dari itu harus memiliki batasan yang diatur dalam undang-undang.

Batasan pertama untuk wanprestasi disebutkan dalam pasal 1248

KUH Perdata yaitu: bahkan jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu

disebabkan karena tipu daya si berutang, penggantian biaya, rugi dan

bunga sekadar mengenai kerugian yang diderita oleh si berpiutang dan

keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang

merupakan akibat langsung dari tidak dipenuhinya perikatan.35

Batasan kedua termuat dalam pasal 1247 KUH Perdata yang

menentukan: si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi, dan

bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduga sewaktu

perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu

disebabkan oleh suatu tipu daya yang dilakukan olehnya.36

D. Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak

1. Pengertian Asas Proporsionalitas

Pengertian asas proporsionalitas dapat dirunut dari asal kata

“proporsi” (proportion-Inggris; proportie-Belanda) yang berarti

perbandingan, perimbangan, sedangkan “proporsional” (proportional-

Inggris; proportioneel-Belanda) berarti sesuai dengan proporsi, sebanding,

seimbang, berimbang.37 Menurut P.S Atijah, asas proporsionalitas dalam

35 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 325. 36 Ibid. 37 Tim Redaksi Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. IV, h. 1106.

Page 41: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

31

kaitannya dengan peran kontrak sebagai landasan pertukaran yang adil di

dunia bisnis, menurutnya pertemuan para pihak dalam mekanisme pasar

sesuai sesuai dengan apa yang diinginkan (proportion in what they want)

merupakan bentuk pertukaran yang adil (fair echange). Mekanisme ini

merupakan dasar fundamental yang melandasi konsep “freedom of choice

in exchange-freedom of contract”.38

Maka asas proporsionalitas bermakna sebagai asas yang melandasi

atau mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi

atau bagiannya dalam seluruh proses kontraktual. Asas proporsionalitas

dalam kontrak diartikan sebagai asas yang mendasari pertukaran hak dan

kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya. Proporsionalitas

pembagian hak dan kewajiban ini yang diwujudkan dalam seluruh proses

hubungan kontraktual, baik pada fase prakontraktual, pembentukan

kontrak maupun pelaksanaan kontrak. Asas proporsionalitas tidak

mempermasalahkan keseimbangan atau kesamaan hasil, namun lebih

menekankan proporsi pembagian hak dan kewajiban di antara para

pihak.39

2. Kriteria Asas Proporsionalitas

a. Kontrak yang bersubstansi asas proporsionalitas adalah kontrak

yang memberikan pengakuan terhadap hak, peluang dan

38 Seperti dikutip oleh Agus Yudha Hernoko dari P.S Atijah, An Introduction to The Law

of Contract, 4th Ed, Oxford University Press Inc, New York, 1995, h. 5. Lihat Agus Yudha

Hernoko, Hukum Perjanjian (Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial), (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2010), h. 13. 39 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsional Dalam Kontrak

Komersial, h. 31-32.

Page 42: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

32

kesempatan yang sama kepada para kontraktan untuk menentukan

pertukaran yang adil bagi mereka. Kesamaan bukan dalam arti

“kesamaan hasil” melainkan pada posisi para pihak yang

mengandaikan “kesetaraan kedudukan dan hak (equitability)”

(prinsip kesamaan hak atau kesetaraan hak)

b. Berlandaskan pada kesamaan atau kesetaraan hak tersebut, maka

kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang

dilandasi oleh kebebasan para kontraktan untuk menentukan

substansi apa yang adil dan apa yang tidak adil bagi mereka

(prinsip kebebasan)

c. Kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang

mampu menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban secara

proporsional bagi para pihak. Perlu digarisbawahi bahwa keadilan

tidak selalu berarti semua orang harus mendapatkan dalam jumlah

yang sama, dalam konteks ini dimungkinkan adanya hasil akhir

yang berbeda. Dalam hal ini maka prinsip distribusi-proporsional

terhadap hak dan kewajiban para pihak harus mengacu pertukaran

yang fair.

d. Dalam hal terjadinya sengketa kontrak, maka beban pembuktian,

berat ringan kadar kesalahan maupun hal-hal lain terkait, harus

diukur berdasarkan asas proporsionalitas untuk memperoleh hasil

penyelesaian yang elegan dan win-win solution.40

40 Ibid., h.84-86.

Page 43: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

33

3. Makna Asas Proporsionalitas

Ruang lingkup dan daya kerja asas proporsionalitas lebih

dominan pada kontrak komersial dengan asumsi dasar bahwa

karakteristik kontrak komersial menempatkan posisi para pihak pada

kesetaraan, sehingga tujuan para kontraktan yang berorientasi pada

keuntungan bisnis akan terwujud apabila terdapat pertukaran hak dan

kewajiban yang fair (proporsional). Asas proporsionalitas tidak dilihat

konteks keseimbangan-matematis (equilibrium), tetapi pada proses dan

mekanisme pertukaran hak dan kewajiban yang berlangsung secara fair.

Menurut Peter Mahmud Marzuki menyebut asas proporsionalitas

dengan istilah “equitability contract” dengan unsur justice serta

fairness. Makna “equitability” menunjukkan suatu hubungan yang

setara (kesetaraan), tidak berat sebelah dan adil (fair), artinya hubungan

kontraktual tersebut pada dasarnya berlangsung secara proporsional dan

wajar.41

Pada dasarnya asas proporsionalitas merupakan perwujudan

doktrin “keadilan berkontrak” yang mengoreksi dominasi asas kebebasan

berkontrak yang dalam beberapa hal justru menimbulkan ketidakadilan.

Perwujudan keadilan berkontrak ditentukan melalui dua pendekatan.

Pertama, pendekatan prosedural, pendekatan ini menitikberatkan pada

persoalan kebebasan kehendak dalam suatu kontrak. Pendekatan kedua,

yaitu pendekatan substantif yang menekankan kandungan atau substansi

41 Peter Mahmud Marzuki, Batas-batas Kebebasan Berkontrak, h. 205.

Page 44: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

34

serta pelaksanaan kontrak. Mengambil moralitas pertimbangan tersebut,

maka asas proporsionalitas bermakna sebagai “asas yang melandasi atau

mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau

bagiannya dalam seluruh proses kontraktual”. Asas proporsionalitas sangat

berorientasi pada konteks hubungan dan kepentingan para pihak, menjaga

kelangsungan hubungan agar berlangsung kondusif dan fair.42

4. Fungsi Asas Proporsionalitas

Dalam hubungannya dengan kegiatan bisnis, kontrak berfungsi

untuk mengamankan transaksi. Hal ini karena dalam kontrak terkandung

suatu pemikiran atau tujuan akan adanya keuntungan komersial yang

diperoleh para pihak. Terkait dengan kontrak komersial yang diperoleh

para pihak. Terkait dengan kontrak komersial yang berorientasi

keuntungan para pihak, fungsi asas proporsionalitas menunjukkan pada

karakter kegunaan yang operasional dan implementatif dengan tujuan

mewujudkan apa yang dibutuhkan para pihak. Dengan demikian, fungsi

asas proporsionalitas, baik dalam proses pembentukan maupun

pelaksanaan kontrak komersial adalah:

a. Dalam tahap pra-kontrak, asas proporsionalitas membuka peluang

negosiasi bagi para pihak untuk melakukan pertukaran hak dan

kewajiban secara fair. Oleh karena itu, tidak proporsional dan harus

ditolak proses negosiasi dengan itikad buruk.

42 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsional Dalam Kontrak

Komersial, h.88.

Page 45: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

35

b. Dalam pembentukan kontrak asas proporsionalitas menjamin

kesetaraan hak serta kebebasan dalam menentukan atau mengatur

proporsi hak dan kewajiban para pihak berlangsung secara fair.

c. Dalam pelaksanaan kontrak, asas proporsional menjamin terwujudnya

distribusi pertukaran hak dan kewajiban menurut proporsi yang

disepakati atau dibebankan pada para pihak.

d. Dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kontrak, maka harus

dinilai secara proporsional apakah kegagalan tersebut bersifat

fundamental sehingga mengganggu pelaksanaan sebagian besar

kontrak atau sekadar hal-hal sederhana atau kesalahan kecil. Oleh

karena itu, pengujian melalui asas proporsionalitas sangat menentukan

dalil kegagalan pelaksanaan kontrak, agar jangan sampai terjadi

penyalahgunaan oleh salah satu pihak dalam memanfaatkan klausul

kegagalan pelaksanaan kontrak, semata-mata demi keuntungan salah

satu pihak dengan merugikan pihak lain.

e. Bahkan dalam hal terjadi sengketa kontrak, asas proporsionalitas

menekankan bahwa proporsi beban pembuktian kepada para pihak

harus dibagi menurut pertimbangan yang fair.43

43 Ibid., h. 101-102.

Page 46: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

36

Page 47: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

37

BAB III

KETENTUAN ROYALTI MINERAL DAN TEORI DALAM HUKUM

PERTAMBANGAN

A. Ketentuan Royalti Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Mineral dan Batu Bara

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa

bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Mengingat mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung

di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan,

pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan,

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan agar

memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat secara

berkelanjutan.44

Guna memenuhi ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang

Dasar 1945 tersebut, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 11 tahun

1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-undang

tersebut selama lebih kurang empat dasawarsa sejak diberlakukannya telah

dapat memberikan sumbangan yang penting bagi pembanguan nasional.

Dalam perkembangan lebih lanjut, undang-undang tersebut yang

materi muatannya bersifat sentralistik sudah tidak sesuai dengan

44 Tim Wahyu Media, Pedoman Resmi UUD 1945 & Perubahannya, (Jakarta: Wahyu

Media, 2014), h. 33.

37

Page 48: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

38

perkembangan situasi sekarang dan tantangan di masa depan. Di samping

itu, pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan

perubahan lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun

internasional. Tantangan utama yang dihadapi oleh pertambangan mineral

dan batubara adalah pengaruh globalisasi yang mendorong demokratisasi,

otonomi daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup, perkembangan

teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan

peningkatan peran swasta dan masyarakat.45 Maka dibuatlah Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan

Batu Bara royalti atau iuran produksi diatur dalam beberapa pasal yaitu:

1. Pasal 39 ayat (2) yaitu berisikan tentang kewajiban memuat

ketentuan IUP Operasi Produksi salah satunya wajib memuat

penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan

iuran produksi.

2. Pasal 45 yaitu mineral atau batu bara yang tergali sebagaimana

dimaksud pasal 43 dikenai iuran produksi.

3. Pasal 70 yaitu berisikan tentang kewajiban pemegang IPR yang

salah satunya membayar iuran tetap dan iuran produksi.

4. Pasal 79 yaitu berisikan tentang kewajiban memuat ketentuan

IUPK Operasi Produksi salah satunya wajib memuat iuran tetap

45 Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.

Page 49: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

39

dan iuran produksi serta bagian pendapatan negara/ daerah, yang

terdiri atas bagi hasil dari keuntungan bersih sejak berproduksi.

5. Pasal 82 yaitu mineral atau batu bara yang tergali sebagaimana

dimaksud pasal 81 dikenai iuran produksi.

6. Pasal 92 yaitu pemegang IUP dan IUPK berhak memiliki mineral,

termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang tela diproduksi

apabila telah memenuhi iuran eksplorasi dan iuran produksi kecuali

mineral ikutan radioaktif.

7. Pasal 105 ayat 3 yaitu mineral atau batubara yang tergali dan akan

dijual sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenai iuran produksi.

8. Pasal 128 ayat 4 yaitu penerimaan negara bukan pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:

a. Iuran tetap;

b. Iuran eksplorasi;

c. Iuran produksi; dan

d. Kompensasi data informasi.

9. Pasal 130 ayat (1) yaitu pemegang IUP atau IUPK tidak dikenai

iuran produksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat (4)

huruf c dan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana

dimaksud dalam pasal 128 ayat (5) atas tanah/ batuan yang ikut

tergali pada saat penambangan.

Pasal 130 ayat (2) yaitu pemegang IUP atau IUPK tdikenai iuran

produksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat (4) huruf c

Page 50: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

40

atas pemanfaatan tanah/ batuan yang ikut tergali pada saat

penambangan.

10. Pasal 132 ayat (1) yaitu besaran tarif iuran produksi ditetapkan

berdasarkan tingkat pengusahaan, produksi, dan harga komoditas

tambang.

pasal 132 ayat (2) yaitu besaran tarif iuran produksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

B. Ketentuan Royalti Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2012

tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak

serta guna menunjang pembangunan nasional, Penerimaan Negara Bukan

Pajak pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai salah

satu sumber penerimaan negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk

peningkatan pelayanan pada masyarakat. Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral telah memiliki tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2003 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Berlaku Pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun

dengan adanya perubahan struktur organisasi dan penyesuaian atas jenis

dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Page 51: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

41

Kementerian Negara Energi dan Sumber Daya Mineral, perlu mengatur

kembali jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

berlaku pada Kementerian Negara Energi dan Sumber Daya Mineral.46

Telah dijelaskan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun

2012 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di bagian

penjelasan bahwa royalti untuk emas 3,75%.47

C. Kontrak Karya

PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari

Freeport McMoran merupakan perusahaan modal asing pertama yang

melakukan usaha pertambangan di Indonesia dengan menggunakan

kontrak karya. Kontrak karya PT. Freeport Indonesia dilakukan pada 7

April 1967 dan disebut kontrak karya generasi 1, karena kontrak karya ini

merupakan pelopor penanaman modal asing dalam bidang pengusahaan

pertambangan. Dilihat dari sejarah munculnya pola kontrak karya di

Indonesia, banyak pihak berpendapat bahwa kedudukan para pihak di

dalam kontrak karya tidak seimbang, dengan posisi pemerintah Indonesia

46 Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2012 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral. 47 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2012 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral.

Page 52: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

42

yang lebih lemah dalam merundingkan kerangka investasi asing di industri

pertambangan.48

Pada awal negosiasi dengan PT. Freeport Indonesia, pemerintah

Indonesia telah menawarkan skema bagi hasil seperti yang diterapkan

dalam pertambangan minyak dan gas, dan meyakinkan pemerintah

Indonesia bahwa model kontrak bagi hasil tidak sesuai untuk diterapkan

pada pertambangan tembaga. Oleh karena pemerintah Indonesia tidak

memiliki argumentasi lain, maka pemerintah Indonesia justru menawarkan

kepada PT. Freeport Indonesia untuk menyiapkan kerangka kontrak. PT.

Freeport Indonesia kemudian menunjuk Bob Duke selaku ahli hukum PT.

Freeport Indonesia untuk menyusun dokumen kontrak, yang selanjutnya

disebut kontrak karya.49

Kontrak karya ini sangat menguntungkan PT. Freeport Indonesia

karena sebagian besar materi kontrak tersebut merupakan usulan yang

diajukan oleh perusahaan selama proses negosiasi artinya lebih banyak

disusun untuk kepentingan PT. Freeport Indonesia. Dalam operasi

pertambangan, pemerintah Indonesia tidak mendapatkan manfaat yang

proporsional dengan potensi ekonomi yang sangat besar di wilayah

pertambangan tersebut. Padahal posisi tawar Indonesia sangat tinggi

seharusnya kontrak karya tersebut disusun lebih banyak untuk kepentingan

negara bukan kepentingan PT. Freeport Indonesia.

48 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan

Indonesia, (Malang: Setara Press, 2013), Cet. 1, h. 5. 49 Seperti dikutip oleh Nanik Trihastuti dari Arianto Sangaji, Buruk Inco Rakyat digusur,

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), h.76. Lihat Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola

Kerja Sama Pengusahaan Pertambangan Indonesia, (Malang: Setara Press, 2013), Cet. 1, h. 4.

Page 53: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

43

Masa berlaku kontrak karya PT. Freeport Indonesia 30 tahun

terhitung mulai masa produksi komersial perusahaan tersebut yaitu pada

tanggal 1 juli 1973, sehingga berakhir pada tanggal 1 juli 2003, namun

sebelum tahun 2003, Freeport McMoran Inc. Selaku pemegang saham PT.

Freeport Indonesia pada tahun 1989 menyampaikan permohonan

perpanjangan kontrak karya PT. Freeport Indonesia kepada Menteri

Pertambangan dan Energi, permohonan ini sesuai dengan ketentuan dalam

kontrak karya PT. Freeport Indonesia generasi 1 bahwa setelah jangka

waktu kontrak berjalan setengahnya yaitu 15 tahun, perusahaan dapat

mengajukan permohonan perpanjangan karena PT. Freeport Indonesia

menemukan cadangan yang lebih kaya. Sehingga kontrak karya akan

berakhir pada 1 juli 2021 dan dapat diperpanjang lagi 2 x 10 tahun,

sehingga akan berakhir 2041.50

Menurut pasal 10 ayat (2) dan (3) Undang-Undang No. 11 tahun

1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, istilah yang

digunakan dalam ketentuan tersebut adalah Perjanjian Karya, tetapi dalam

praktik, istilah yang digunakan adalah Kontrak Karya sebagai terjemahan

dari “Contract of Work”. Menurut pasal 1 huruf a Keputusan Direktur

Jenderal Pertambangan Umum Nomor 150.K/20.01/DDJP/1998 tentang

Tatacara, Persyaratan dan pemrosesan permohonan Kontrak Karya,

Kontrak Karya memiliki pengertian sebagai “kontrak antara Pemerintah

Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk

50 “Sejarah PT. Freeport Indonesia”, artikel diakses pada 20 mei 2015 dari

http://ptfi.co.id/id/media/facts-about-feeport-indonesia/facts-about-kontrak-karya.

Page 54: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

44

melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak

bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif dan batu bara”.51

Dasar hukum digunakannya pola Kontrak Karya dalam

pengusahaan sektor pertambangan terdapat dalam pasal 8 ayat (1)

Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang

menyatakan bahwa “Penanaman Modal Asing di bidang pertambangan

didasarkan pada suatu kerja sama dengan pemerintah atas dasar Kontrak

Karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku”52, serta pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 11 tahun 1967

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang menyatakan

bahwa:

1. Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor apabila

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum

atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah atau

Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang Kuasa

Pertambangan.

2. Dalam mengadakan Perjanjian Karya dengan kontraktor seperti

yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, instansi pemerintah atau

perusahaan negara harus berpegang pada pedoman-pedoman,

petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat yang diberikan oleh menteri

51 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan

Indonesia, h. 33. 52 Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing.

Page 55: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

45

3. Perjanjian Karya tersebut dalam ayat (2) pasal ini berlaku sesudah

disahkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan

Perwakilan Rakyat apabila menyangkut eksploitasi golongan a

sepanjang bahan galian yang ditentukan dalam pasal 13 undang-

undang ini dan/ atau yang perjanjian karyanya berbentuk

penanaman modal asing.53

Kontrak karya diperuntukkan bagi perusahaan yang berstatus sebagai

penanam modal asing. Ruang lingkup kewenangan kontrak karya yaitu dapat

mengusahakan seluruh jenis bahan galian kecuali minyak dan gas bumi dan

batu bara yang diatur dalam aturan tersendiri. Adapun mekanisme atau

prosedurnya adalah sebagai berikut:54

1. Perusahaan mengajukan permintaan pencadangan wilayah kepada

Unit Pelayanan Informasi Pencadangan Wilayah Pertambangan

(UPIPWP).

2. Perusahaan pemohon memperoleh peta dan formulir permohonan

kontrak karya dari UPIPWP.

3. Perusahaan pemohon menyetor uang jaminan ke bank yang

ditunjuk, bukti setoran dijadikan lampiran dengan dokumen dan

persyaratan lain.

4. Perusahaan mengajukan surat permohonan kepada Direktur

Jenderal Pertambangan Umum (DJPU), berikut lampiran atau

53 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan

Indonesia, h. 32-33. 54 Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia, (Jakarta: Pustaka

Yustisia, 2013), Cet. 1, h. 67.

Page 56: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

46

dokumen yang harus dipenuhi kepada Direktorat Pembinaan

Pengusahaan (DPB) melalui sekretariat Direktorat Jenderal

Pertambangan Umum.

5. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum menyampaikan hasil

pemrosesan DPB kepada perusahaan pemohon, apakah

pengajuannya diterima atau ditolak.

6. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum membentuk dan

menugaskan tim perunding, yang bertugas melakukan perundingan

dengan perusahaan pemohon kontrak karya.

7. Direktur DPB bersama perusahaan pemohon, menyampaikan hasil

perundingan kepada DJPU.

8. DJPU menyampaikan draf kontrak karya kepada menteri untuk

dilakukan pemrosesan lebih lanjut.

9. Menteri menyampaikan draf kontrak karyakepada DPR RI untuk

dikonsultasikan dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) untuk mendapat rekomendasi.

10. DPR menyampaikan tanggapan kepada menteri atas draf kontrak

karya yang disampaikan sebelumnya.

11. BKPM menyampaikan rekomendasi atas draf kontrak karya yang

disampaikan menteri kepada presiden.

12. Presiden memberikan persetujuan, yang dalam pelaksanaannya

didelegasikan kepada menteri, untuk dan atas nama pemerintah

menandatangani kontrak karya.

Page 57: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

47

13. Menteri melaksanakan penandatanganan kontrak karya dengan

perusahaan pemohon.

Setelah dilakukan penandatanganan kontrak karya, kemudian

perusahaan memulai kegiatan di lapangan pada area yang telah ditetapkan

dalam kontrak karya, dengan luas dan titik-titik koordinatnya ditentukan

secara jelas dan rinci yang merupakan wilayah hukum kontrak karya yang

dimaksud. Secara teknis, perusahaan pemegang kontrak karya melakukan

kegiatan di lapangan sebagai berikut:

1. Melaksanakan penyelidikan umum, dengan jangka waktu

pelaksanaan satu tahun ditambah kesempatan perpanjangan

selama satu tahun.

2. Melaksanakan kegiatan eksplorasi, dengan jangka waktu

pelaksanaan tiga tahun, dengan diberikan kesempatan dua

tahun masa perpanjangan waktu.

3. Tahapan studi kelayakan (feasibility study) selama satu tahun,

dengan masa perpanjangan selama satu tahun.

4. Tahapan konstruksi atau pekerjaan persiapan selama tiga tahun.

5. Masa eksploitasi selama tiga puluh tahun, ditambah masa

perpanjangan selama 2 x 10 tahun.55

D. Production Sharing Contract

55 Ibid., h. 68-69.

Page 58: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

48

Production Sharing Contract adalah salah satu pola kerja sama

modal pertambangan di Indonesia dimana perusahaan negara di negeri

tuan rumah menguasai kepemilikan, tetapi memberikan tanggung jawab

penuh kepada perusahaan asing untuk mengelola operasi dan menyediakan

atau menghasilkan kebutuhan dana untuk eksplorasi dan pengembangan.

Perusahaan asing memperoleh bagian dari produksi untuk membayar biaya

yang dikeluarkannya dan persentase tertentu dari hasil bersih.56 Pola

kontrak kerja sama seperti ini biasanya terdapat pada pertambangan

minyak dan gas.

Perbedaan kontrak karya dengan production sharing contract

adalah pada sistem manajemen operasinya, di dalam kontrak karya,

manajemen operasi sepenuhnya berada di tangan kontraktor, sehingga

kontraktor memiliki hak serta kewenangan mutlak untuk mengatur dan

mendahulukan kepentingan perusahaannya dengan mengambil langkah-

langkah yang secara pasti akan memberikan keuntungan sebesar-besarnya

bagi perusahaan.57 Sedangkan dalam production sharing contract

manajemen operasi ada pada pemerintah.

E. Royalti Dalam Kontrak Karya Pertambangan

Royalti atau iuran produksi/ iuran eksploitasi adalah jumlah yang

diserahkan kepada pemerintah untuk mineral yang diproduksi perusahaan

pertambangan. Perusahaan harus membayar iuran eksploitasi atau

56 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan

Indonesia, h. 85. 57 Ibid., h. 5.

Page 59: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

49

produksi untuk kadar mineral hasil produksi dari wilayah pertambangan

sepanjang setiap mineral dan produksi itu merupakan mineral yang

nilainya sesuai dengan kebiasaan umum dibayar atau dibayarkan kepada

perusahaan oleh pembeli.58 Royalti berhubungan erat dengan kegiatan

produksi yang terjadi dalam pertambangan, diberikan kepada pemilik atau

penguasa mineral atas pemberian ijin untuk mengeksploitasi mineral yang

ada di suatu wilayah. Royalti dikenakan karena pemilik sebenarnya sudah

memberikan ijin dan kewenangannya kepada penerima ijin untuk

mengambil manfaat dari adanya kekayaan mineral di tempat tersebut.

Dalam kegiatan produksinya, penerima ijin atau kontraktor bekerja atas

risikonya sendiri dan juga dengan modalnya sendiri, akan tetapi bekerja di

“lahan” bukan miliknya, karena itu kontraktor berkewajiban memberikan

royalti kepada pemilik “lahan” yaitu pemerintah bersangkutan. Kontraktor

hanya mempunyai hak untuk menambang saja (mining right).59

Dalam sistem royalti, sebenarnya telah terjadi perpindahan

kepemilikan kepada penerima ijin. Hal tersebut bisa dilihat dari

kewenangan penerima ijin untuk menggali dan menjual hasil tambang itu

atas nama dirinya. Tetapi dalam tambang kontraktor tidak menjadi pemilik

penuh dari hasil tambang itu karena harus membayar royalti atas berapa

banyaknya hasil tambang yang digalinya. Besaran royalti itu ditentukan

dari besarnya produksi, bukan dari besarnya penjualan produksinya.

Logikanya adalah negara tetap mempunyai hak untuk menjual atau tidak

58 Pemerintah Republik Indonesia dan PT. Freeport Indonesia Company, Kontrak Karya,

(Jakarta: 1991 ), pasal 11 butir ke-2. 59 Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. 1, h. 342.

Page 60: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

50

atau memanfaatkan langsung atau tidak barang tambang itu yang mungkin

berbeda dengan kepentingan kontraktor. Hanya saja kontraktor dianggap

tidak mempunyai kemampuan untuk memasarkan atau memanfaatkan

barang mineral tersebut atau kemampuan itu ditundanya dan diserahkan

kepada kontraktor atau bahwa telah terjadi perpindahan kewenangan atau

penguasaan atau kepemilikan atas barang tambang itu sehingga

kontraktorlah yang paling berhak memanfaatkan barang tambang tersebut.

Tetapi walaupun begitu, atas kemauan negara untuk menunda atau

memberikan kewenangannya kepada kontraktor, ia berhak mendapatkan

kompensasi berupa penerimaan royalti.60

60 Ibid., h. 342.

Page 61: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

51

BAB IV

ANALISIS YURIDIS PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS

DALAM PEMBAGIAN ROYALTI PERTAMBANGAN EMAS

PT.FREEPORT INDONESIA

A. Penerapan asas proporsionalitas dalam pembagian royalti emas oleh

PT. Freeport Indonesia

PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari

Freeport McMoran, merupakan perusahaan modal asing pertama yang

melakukan usaha pertambangan di Indonesia dengan menggunakan

kontrak karya. Kontrak karya PT. Freeport Indonesia dilakukan pada 7

April 1967 dan disebut kontrak karya generasi 1, karena kontrak karya ini

merupakan pelopor penanaman modal asing dalam bidang pengusahaan

pertambangan. Masa berlaku kontrak karya PT. Freeport Indonesia 30

tahun terhitung mulai masa produksi komersial perusahaan tersebut yaitu

pada tanggal 1 juli 1973, sehingga berakhir pada tanggal 1 juli 2003,

namun sebelum tahun 2003, Freeport McMoran Inc. Selaku pemegang

saham PT. Freeport Indonesia pada tahun 1989 menyampaikan

permohonan perpanjangan kontrak karya PT. Freeport Indonesia kepada

Menteri Pertambangan dan Energi, permohonan ini sesuai dengan

ketentuan dalam kontrak karya PT. Freeport Indonesia generasi 1 bahwa

setelah jangka waktu kontrak berjalan setengahnya yaitu 15 tahun,

perusahaan dapat mengajukan permohonan perpanjangan karena PT.

51

Page 62: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

52

Freeport Indonesia menemukan cadangan yang lebih kaya. Sehingga

kontrak karya akan berakhir pada 1 juli 2021 dan dapat diperpanjang lagi 2

x 10 tahun, sehingga akan berakhir 2041.61 Dari awal kontrak karya

memang royalti untuk emas disepakati 1% tetapi dasar hukum untuk

menyesuaikan royalti tersebut yaitu pasal 169 Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara yaitu:

d) Kontrak karya dan perjanjian pengusahaan pertambangan batu bara

yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini tetap

diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak atau

perjanjian.

e) Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian

karya pengusahaan batu bara sebagaimana dimaksud pada huruf (a)

disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undang

ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.

f) Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud

pada huruf (b) adalah upaya peningkatan penerimaan negara.62

Berdasarkan pasal 169 poin (b), seharusnya ketentuan royalti yang

baru yaitu 3,75% mulai berlaku selambat-lambatnya satu tahun sejak

diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tersebut.

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa, bumi, air dan

61 “Sejarah PT. Freeport Indonesia”, artikel diakses pada 20 mei 2015 dari

http://ptfi.co.id/id/media/facts-about-feeport-indonesia/facts-about-kontrak-karya. 62 Pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.

Page 63: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

53

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tetapi rumusan pasal

tersebut berbanding terbalik dengan realita yang ada, meskipun Indonesia

adalah negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam, namun pada

kenyataannya tidak membawa kesejahteraan bagi rakyatnya, tetapi yang

terjadi justru sebaliknya, kekayaan alam yang ada menjadi petaka bagi

bangsa Indonesia. Berjuta-juta ton bahan galian tambang setiap tahunnya

dieksploitasi dan dijual ke berbagai negara tujuan, tetapi secara nyata

hanya sebagian kecil hasilnya yang dapat dirasakan rakyat Indonesia. Pada

praktiknya ternyata pemerintah tidak mempunyai daya paksa terhadap

pelaku kegiatan usaha pertambangan yang nakal, bahkan cenderung selalu

mengalah pada kepentingan investor. Kecenderungan tersebut, dapat kita

lihat dari fakta berikut:

1. Lemahnya posisi pemerintah dalam melakukan negosiasi pengelolaan

dan pengusahaan bahan galian, hal tersebut berimplikasi pada

kecilnya bagian yang dapat diterima negara atas hasil bahan galian

yang dieksploitasi.

2. Munculnya beberapa paket kebijakan yang memanjakan investor

pertambangan, seperti insentif atau keringanan pajak, bebas bea

masuk barang dan peralatan produksi dan lain-lain.

3. Kebebasan investor untuk melakukan penjualan produk bahan galian

yang dihasilkan dalam bentuk biih (batu), bukan produk yang telah

mengalami pengolahan dan pemurnian.

Page 64: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

54

4. Tidak adanya kebijakan yang berpihak untuk kepentingan nasional

secara nyata, contohnya kebijakan yang melarang ekspor bahan galian

dalam bentuk bijih.63

Pada awal negosiasi antara Pemerintah Indonesia dengan PT.

Freeport, Pemerintah Indonesia mengusulkan bahwa kontrak kerja sama

yang akan dipakai adalah model kontrak bagi hasil atau production

sharing contract seperti yang diterapkan pada pertambangan minyak dan

gas, tetapi PT. Freeport mengusulkan model kontrak karya karena kontrak

bagi hasil tidak sesuai untuk diterapkan pada pertambangan tembaga. Oleh

karena Pemerintah Indonesia tidak memiliki argumentasi lain serta pada

saat itu pemerintah Indonesia sangat sulit mendapatkan penanam modal

asing karena syarat untuk menarik modal asing adalah:

1. Syarat keuntungan ekonomi.

2. Syarat kepastian hukum.

3. Syarat stabilitas politik.64

Karena pada saat itu stabilitas politik Indonesia sedang kacau

akibat G 30S PKI dan pada saat itu PT. Freeport satu-satunya penanam

modal asing yang mau berinvestasi di Indonesia, maka dari itu PT.

Freeport diberikan kemudahan dan keistimewaan. Akhirnya Pemerintah

Indonesia menawarkan kepada PT. Freeport untuk menyiapkan kerangka

kontrak. Kemudian PT. Freeport menunjuk Bob Duke selaku ahli hukum

63 Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia, (Jakarta: Pustaka

Yustisia, 2013), Cet. 1, h. 9. 64 Tim Kompendium, Kompendium Bidang Hukum Investasi, (Jakarta: Badan Pembinaan

Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Ham RI, 2011), h. 2.

Page 65: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

55

PT. Freeport untuk menyusun dokumen kontrak yang selanjutnya disebut

Kontrak Karya.65

Dilihat dari sejarah munculnya pola kontrak karya di Indonesia,

penulis berpendapat bahwa kedudukan para pihak di dalam kontrak karya

tidak seimbang dan tidak proporsional, karena didalam kontrak karya

dalam konteks pengelolaan dan pengusahaan bahan galian posisi negara

dengan lembaga usaha swasta ditempatkan sejajar, hal ini merupakan

bentuk melemahkan atas kedaulatan negara dalam hal hak menguasai

negara atas bahan galian. Karena bagaimanapun juga, kedudukan negara

yang merdeka dan berdaulat secara politik dan hukum merupakan

representasi dari seluruh rakyat satu negara, tidak dapat disejajarkan

dengan lembaga usaha yang merepresentasikan segelintir orang. Di dalam

kontrak karya, manajemen sepenuhnya berada di tangan kontraktor,

sehingga kontraktor memiliki hak dan wewenang mutlak untuk mengatur

dan mendahulukan kepentingan perusahaannya dengan mengambil

langkah-langkah strategis, yang secara pasti akan memberikan keuntungan

yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Dengan demikian tidak adanya

kontrol pemerintah atas perusahaan merupakan bentuk penyimpangan dari

nilai filosofis pasal 33 ayat (2) yaitu melanggar hakikat hak menguasai

negara karena kontrol manajemen perusahaan kontraktor berada pada

perusahaan dan bukan pada negara. Berbeda dengan sistem production

65 Seperti dikutip oleh Nanik Trihastuti dari Arianto Sangaji, Buruk Inco Rakyat digusur,

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), h.76. Lihat Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola

Kerja Sama Pengusahaan Pertambangan Indonesia, (Malang: Setara Press, 2013), Cet. 1, h. 4.

Page 66: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

56

sharing contract walaupun perusahaan kontraktor yang menjalankan

operasional di lapangan, tetapi sistem manajemen perusahaan dipegang

oleh negara, dengan demikian negara dapat mengambil langkah-langkah

strategis demi kepentingan negara.

Selain itu posisi Pemerintah Indonesia lebih lemah dalam

merundingkan kerangka kontrak, menurut penulis seharusnya secara

konsep Indonesia memiliki posisi tawar yang lebih tinggi karena semua

persoalan yang berkaitan dengan pengelolaan pertambangan mineral dan

batu bara, sebagaimana kita ketahui, harus bermuara untuk sebesar-

besarnya demi kemakmuran rakyat. Prinsip untuk sebesar-besarnya demi

kemakmuran rakyat adalah landasan pokok yang wajib dilaksanakan oleh

aparatur negara dalam hal ini pemerintah. Karena merupakan amanat

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia pasal 33 ayat

(3). Dengan demikian pemerintah tidak mengamalkan amanat tersebut

sehingga kontrak karya ini sangat menguntungkan PT. Freeport Indonesia

karena sebagian besar materi kontrak tersebut merupakan usulan yang

diajukan oleh perusahaan selama proses negosiasi artinya lebih banyak

disusun untuk kepentingan PT. Freeport Indonesia. Dalam operasi

pertambangan, pemerintah Indonesia tidak mendapatkan manfaat yang

proporsional dengan potensi ekonomi yang sangat besar di wilayah

pertambangan tersebut. Sehingga dalam proses awal pembuatan kontrak

karya antara pemerintah Indonesia dengan PT. Freeport Indonesia dapat

dikatakan tidak proporsional karena tidak adanya keseimbangan posisi

Page 67: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

57

tawar dan lebih merugikan Indonesia, karena kontrak yang baik adalah

kontrak yang mampu mengakomodir kepentingan para pihak, maka dari

itu pertukaran hak dan kewajiban harus seimbang dan proporsional.

Karena asas proporsionalitas dalam kontrak komersial

menempatkan posisi para pihak pada kesetaraan, sehingga tujuan para

kontraktan yang berorientasi pada keuntungan bisnis akan terwujud

apabila terdapat pertukaran hak dan kewajiban yang fair atau

proporsionaal. Asas proporsional dilihat dari proses dan mekanisme

pertukaran hak dan kewajiban yang berlangsung secara fair. Karena asas

proporsionalitas bermakna sebagai asas yang melandasi atau mendasari

pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya

dalam seluruh proses kontraktual. Asas proporsionalitas mengandaikan

pembagian hak dan kewajiban diwujudkan dalam seluruh proses hubungan

kontraktual baik pada fase prakontraktual, pembentukan kontrak maupun

pelaksanaan kontrak. Asas proporsional sangat berorientasi pada konteks

hubungan dan kepentingan para pihak yaitu menjaga kelangsungan

hubungan agar berlangsung kondusif dan fair. Karena kriteria atau syarat

yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan proporsional, yaitu sebagai

berikut:

e. Kontrak yang bersubstansi asas proporsionalitas adalah kontrak yang

memberikan pengakuan terhadap hak, peluang dan kesempatan yang

sama kepada para kontraktan untuk menentukan pertukaran yang adil

bagi mereka. Kesamaan bukan dalam arti “kesamaan hasil” melainkan

Page 68: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

58

pada posisi para pihak yang mengandaikan “kesetaraan kedudukan

dan hak (equitability)” (prinsip kesamaan hak atau kesetaraan hak).

f. Berlandaskan pada kesamaan atau kesetaraan hak tersebut, maka

kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang

dilandasi oleh kebebasan para kontraktan untuk menentukan substansi

apa yang adil dan apa yang tidak adil bagi mereka (prinsip

kebebasan).

g. Kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang

mampu menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban secara proporsional

bagi para pihak. Perlu digarisbawahi bahwa keadilan tidak selalu

berarti semua orang harus mendapatkan dalam jumlah yang sama,

dalam konteks ini dimungkinkan adanya hasil akhir yang berbeda.

Dalam hal ini maka prinsip distribusi-proporsional terhadap hak dan

kewajiban para pihak harus mengacu pertukaran yang fair.

h. Dalam hal terjadinya sengketa kontrak, maka beban pembuktian, berat

ringan kadar kesalahan maupun hal-hal lain terkait, harus diukur

berdasarkan asas proporsionalitas untuk memperoleh hasil

penyelesaian yang elegan dan win-win solution.66

Dengan demikian, kontrak karya antara pemerintah Indonesia dan

PT. Freeport Indonesia harus dibangun berdasarkan pemahaman keadilan

yang dilandasi atas pengakuan hak para kontraktan tersebut. Pembagian

hak dan kewajiban harus adil yang termanifestasi dalam pemberian

66 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsional Dalam Kontrak

Komersial, h.88.

Page 69: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

59

peluang dan kesempatan yang sama dalam pertukaran kepentingan yaitu

hak dan kewajiban para pihak. Namun demikian pengakuan hak,

kebebasan dan kesamaan dalam pertukaran hak dan kewajiban tersebut

harus dalam bingkai aturan main yang mempertimbangkan prinsip

distribusi yang proporsional.67

Pemerintah Indonesia juga tidak memperoleh keuntungan yang

berarti dari hasil penambangan yang dilakukan karena pada saat kontrak

karya di tandatangani, nilai mineral (mineral value) masih merupakan

sesuatu yang belum pasti, sedangkan jangka waktu antara

penandatanganan kontrak sampai ditemukannya cadangan mineral dapat

mencapai 12 tahun lamanya. Berkaitan dengan hal ini, banyak terjadi

masalah dimana tuntutan kewajiban terhadap PT. Freeport yang ringan

terlanjur diberikan, namun kemudian ternyata cadangan mineral yang

ditemukan sangat besar. Keadaan yang demikian tentu saja sangat

merugikan pihak Indonesia, karena ternyata dalam kontrak karya tidak

terdapat klausul yang mengatur adanya kemungkinan ditemukannya

mineral yang besar dan kaya.68

Kontrak karya pertambangan yang dilakukan pemerintah Indonesia

dengan PT. Freeport Indonesia pada kontrak karya generasi I tahun 1967

yang kemudian diperpanjang dengan kontrak karya generasi V tahun 1991,

67 Ibid., h. 89. 68 Seperti dikutip oleh Nanik Trihastuti dari Rachman Wiriosudarmo, Kebijaksanaan

Mineral Dalam Menghadapi Era Pasar Bebas, Temu Profesi Tahunan PERHAPI, Bandung, 1995,

h.76. Lihat Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Kerja Sama Pengusahaan

Pertambangan Indonesia, (Malang: Setara Press, 2013), Cet. 1, h. 6.

Page 70: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

60

pemerintah Indonesia hanya mendapatkan royalti 1,5%-3,5% dari hasil

penjualan tembaga dan 1% dari hasil penjualan emas dan perak. Besaran

royalti ini jauh lebih rendah dari royalti rata-rata di negara lain yang

besarnya mencapai 6% untuk tembaga dan 5% untuk emas dan perak.

Seharusnya royalti yang diperoleh pemerintah Indonesia dapat mencapai

di atas rata-rata royalti tersebut karena potensi dan nilai kandungan

mineral dipertambangan PT. Freeport sangat bagus. Maka dari itu

permintaan hasil tambang PT. Freeport semakin meningkat.69

Berdasarkan kenyataan bahwa royalti yang diterima pemerintah

Indonesia dari penambangan di Indonesia tidak sebanding dengan

keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan penambangan yang ada

khususnya PT. Freeport, maka pemerintah Indonesia telah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2000 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1998 tentang Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Departemen Pertambangan dan Energi di Bidang Pertambangan Umum,

yang isinya menaikkan royalti atas semua jenis mineral dan logam yang

dihasilkan oleh kegiatan penambangan di Indonesia secara tidak pandang

bulu. Tarif royalti untuk emas dinaikkan yakni dari 1% menjadi 3,75%.

Dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun

internasional, bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang

69 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Pola Kerja Sama Pengusahaan Pertabangan

Indonesia, h. 7.

Page 71: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

61

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan jaman dan sudah tidak mampu lagi mengakomodir segala

persoalan dalam dunia pertambangan nasional sehingga dibutuhkan

perubahan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan

mineral dan batu bara yang dapat mengelola potensi mineral dan batu bara

yang lebih baik lagi maka diundangkannya Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.70 Dengan dikeluarkannya

peraturan pertambangan yang baru secara otomatis terjadi pembaruan

hukum yang materinya lebih baik dari undang-undang sebelumnya. Di

dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu

Bara pasal 169 menyatakan bahwa:

a. Kontrak karya dan perjanjian pengusahaan pertambangan batu bara

yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini tetap

diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak atau

perjanjian.

b. Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian

karya pengusahaan batu bara sebagaimana dimaksud pada huruf (a)

disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undang

ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.

c. Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud

pada huruf (b) adalah upaya peningkatan penerimaan negara.

70 Konsideran menimbang huruf (c) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Mineral dan Batu Bara.

Page 72: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

62

Merujuk pada ketentuan pasal 169 huruf b, maka semua pasal-

pasal dalam kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan

pertambangan batu bara harus disesuaikan dengan ketentuan pasal-pasal

dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009. Ketentuan tersebut salah

satunya mengenai penyesuaian royalti sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2003 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen

Pertambangan dan Energi di Bidang Pertambangan Umum, dengan

demikian PT. Freeport Indonesia seharusnya sudah menyesuaikan tarif

royalti emas yang tadinya 1% menjadi 3,75% sejak diundangkannya pada

12 januari 2009 dan paling lambat disesuaikan pada tanggal 12 januari

2010. Tetapi PT. Freeport Indonesia tidak mau melakukan penyesuaian

tersebut dengan alasan bahwa pemerintah Indonesia harus menghargai

kontrak karya yang dibuat hingga kontrak selesai sesuai dengan asas pacta

sunt servanda, yaitu perjanjian yang sudah dibuat mengikat para pihaknya.

Sebagai alternatif penyelesaian permasalahan tersebut pemerintah

mengeluarkan kebijakan renegosiasi tetapi pada saat dikeluarkan kebijakan

tersebut PT. Freeport Indonesia masih tidak mau melakukan penyesuaian

royalti dan masih berargumentasi bahwa pemerintah Indonesia harus tetap

konsisten melaksanakan kontrak karya sesuai asas pacta sunt servanda.

Dengan demikian apabila dikaitkan dengan asas proporsionalitas,

jelas perbuatan PT. Freeport Indonesia tidak menerapkan asas

Page 73: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

63

proporsionalitas, karena kontrak yang bersubstansi asas proporsional

adalah kontrak yang mampu menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban

secara proporsional bagi para pihak serta berorientasi pada konteks

hubungan dan kepentingan para pihak yaitu menjaga kelangsungan

hubungan agar berlangsung kondusif dan fair, pertukaran hak dan

kewajiban harus adil atau proporsional, serta dalam pelaksanaanya dengan

itikad baik harus melaksanakan distribusi proporsional yaitu bagaimana

dalam pelaksanaan kontrak selalu dengan itikad baik dengan menghormati

hak para pihak dan jangan sampai ada pihak yang rugi. Karena asas

proporsionalitas bermakna sebagai asas yang melandasi atau mendasari

pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya

dalam seluruh proses kontraktual. Apabila salah satu pihak yaitu pihak

pemerintah Indonesia menaikkan tarif royalti emas yang tadinya 1%

menjadi 3,75% karena menurut pemerintah Indonesia tarif emas 3,75% itu

proporsi yang adil seharusnya dengan itikad baik PT. Freeport Indonesia

mengakui hak pemerintah Indonesia tersebut. Karena dalam kontrak

penyesuaian kontrak atau renegosiasi kontrak merupakan hal yang wajar

dalam konteks situasi, terutama pada kontrak yang masa berlakunya

panjang (long term contract). Sehingga para pihak yang menandatangani

kontrak perlu untuk mengevaluasi hal-hal yang telah disepakati. Dalam

konteks hukum pertambangan renegosiasi kontrak merupakan bentuk dari

Page 74: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

64

pelaksanaan amanat pasal 169 huruf (b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang Mineral dan Batu Bara.71

Asas pacta sunt servanda di dalam hukum positif Indonesia dapat

ditemukan dalam Pasal 1338 KUH Perdata yaitu:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi mereka yang

membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan

sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-

undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan

dengan itikad baik.72

Tetapi coba kita lihat kembali pasal 1339 KUH Perdata yang

menyebutkan bahwa:

Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan

tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau

undang-undang.73

Menurut penulis bahwa dalam sebuah perjanjian, para pihak

memiliki kewajiban untuk menghormati kontrak yang telah ada,

dilaksanakan serta dengan itikad baik, namun di samping itu KUH Perdata

juga mengatur bahwa suatu kontrak perjanjian dapat ditarik kembali jika

ada alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang, serta perjanjian

tersebut harus berdasarkan kepatutan, kebiasaan dan atau undang-undang.

71 Ahmad Redi, Hukum Pertambangan, (Jakarta: Gramata Publishing, 2014), h. 80. 72 R. Subekti & R Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:

Pradnya Paramita, 2004), Cet. 34, h. 342. 73 Ibid.

Page 75: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

65

Lagi pula pasal 1338 merupakan lex generalis dan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral merupakan lex specialis. Sebagaimana kita

ketahui salah satu asas perundangan yaitu lex specialis derogat lex

generalis yaitu undang-undang yang isi dan peraturannya bersifat khusus

mengesampingkan atau menyingkirkan undang-undang yang isi dan

peraturannya bersifat umum.74 Seharusnya PT. Freeport Indonesia dengan

itikad baik dan berbesar hati melaksanakan segala ketentuan yang berlaku

di Indonesia, karena secara konsep PT. Freeport Indonesia merupakan

perusahaan berbadan hukum Indonesia, jadi sudah seharusnya tunduk pada

peraturan yang berlaku di Indonesia dan seharusnya tidak menzalimi

bangsa Indonesia dengan mengeruk kekayaan bangsa Indonesia tetapi

hanya memberikan royalti yang kecil, sebagaimana terkandung dalam

firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 279:

ااا٢٧٩الموناتظ ااولاالموناتظ االا.....“kamu tidak menganiaya dan tidak “pula” dianiaya”

Selain itu juga tidak memberikan mudharat kepada bangsa

Indonesia sesuai dengan kaidah fiqh “la dharara wa la dhiror” yang

artinya jangan kalian menzalimi dan tidak boleh dizalimi, secara garis

74 Syafrudin Makmur, Hukum Acara Perdata Sekelumit Teori dan Praktek. (Ciputat: t.p.,

2013), h.78.

Page 76: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

66

besar kaidah fiqh ini melarang segala sesuatu perbuatan yang

mendatangkan mudharat atau bahaya tanpa alasan yang benar serta tidak

boleh membalas kemudharatan yang serupa juga, apalagi dengan yang

lebih besar dari kemudharatan yang menimpanya.

B. Upaya pemerintah dalam menjatuhkan sanksi kepada PT. Freeport

Indonesia karena belum mematuhi Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012

Ketentuan yang menyatakan kenaikan royalti pada awalnya yaitu

diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi di Bidang

Pertambangan Umum, yang isinya menaikkan royalti atas semua jenis

mineral dan logam yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan di

Indonesia secara tidak pandang bulu. Tarif royalti untuk emas dinaikkan

yakni dari 1% menjadi 3,75%.75 Lalu direvisi menjadi Peraturan

Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 dan sekarang Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 2012. Seharusnya sejak diundangkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 2000 tersebut kewajiban PT. Freeport untuk

membayar royalti emas 3,75% sudah berlaku tetapi pada kenyataannya

sampai saat ini belum disesuaikan dan masih membayar royalti emas 1%.

75 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Pola Kerja Sama Pengusahaan Pertabangan

Indonesia, h. 8.

Page 77: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

67

Dalam wawancara dengan staf Sub Dit Bimbingan Usaha

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral, PT. Freeport tidak menaikkan royalti emas 3,75%

ketika diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2000

tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Undang-Undang Mineral

dan Batu Bara Nomor 4 Tahun 2009 karena PT. Freeport berpendapat

bahwa kontrak yang disepakati antara PT. Freeport dengan pemerintah

Indonesia mengikat para pihak atau bisa disebut lex specialis dan ketika

ditandatanganinya kontrak masih mengacu pada Undang-Undang

pertambangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Ketika

diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral

dan Batu Bara dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dinyatakan tidak berlaku lagi

pemerintah memiliki dasar argumentasi, barulah dilakukan renegosiasi

yaitu meninjau kembali serta merevisi enam poin renegosiasi yaitu:

wilayah kerja, perpanjangan kontrak, penyesuaian royalti, divestasi,

smelting, dan penggunaan barang dan jasa dalam negeri.76 Pada akhirnya

PT. Freeport sudah menandatangani nota kesepahaman renegosiasi pada

juli 2014 yang terdiri dari enam poin yang salah satunya mengenai

penyesuaian royalti. Karena proses renegosiasi itu sangat kompleks maka

hingga saat ini masih dilakukan negosiasi dan belum ada sanksi terkait

76 Wawancara pribadi dengan Syarifudin. Jakarta, 17 juni 2015.

Page 78: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

68

pelanggaran PT. Freeport Indonesia karena belum menyesuaikan royalti

terkait Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu

Bara dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral.

Meskipun perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan PT.

Freeport Indonesia menggunakan pola kontrak karya, dimana dalam

sistem kontrak karya sistem manajemen perusahaan dipegang perusahaan

kontraktor. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap operasi dan

keuangan perusahaan. Dalam wawancara dengan staf Sub Dit Penerimaan

Negara, Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, pemerintah setidaknya

melakukan audit keuangan perusahaan 2 tahun sekali untuk mengetahui

apa yang sudah dibayarkan apakah lebih bayar, kurang bayar ataupun

sesuai yang sudah dibayarkan, antara lain berapa hasil produksi, pajak,

royalti, dan lain sebagainya. Audit tersebut dilakukan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP).77 Jadi walaupun manajemen perusahaan ditangan

perusahaan kontraktor, pemerintah juga mampu mengaudit keuangan

perusahaan tersebut.

Menurut penulis apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah tepat karena apa

yang dilakukan pemerintah adalah upaya mengoptimalkan penerimaan

77 Wawancara pribadi dengan Priyo Adi Kumoro. Jakarta, 23 juni 2015.

Page 79: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

69

negara yaitu royalti dari hasil tambang karena merupakan amanat dari

pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia,

pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu

Bara dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral. Tetapi alangkah lebih baik lagi jika

pemerintah lebih tegas kepada semua perusahaan pemegang kontrak karya

khususnya dalam hal ini PT. Freeport Indonesia karena belum

menyesuaikan kontrak karya yang salah satu poin renegosiasi tentang

penyesuaian royalti karena berdampak kepada penerimaan negara yang

tidak optimal dalam kata lain merugikan pemerintah Indonesia karena

mereka belum membayar apa yang seharusnya dibayarkan, walaupun tidak

melanggar karena dalam pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Mineral dan Batu Bara tidak disebutkan dengan jelas pengecualian

batasan waktu tentang penerimaan negara tetapi seharusnya PT. Freeport

Indonesia segera menyesuaikan kontrak karya tersebut. Lagi pula apabila

PT. Freeport dengan itikad baik menerapkan asas proporsionalitas, jelas

hal ini tidak akan terjadi karena merugikan pihak pemerintah Indonesia,

karena dalam asas proporsionalitas menekankan pada pengakuan terhadap

hak, peluang dan kesempatan kepada para pihak sehingga pertukaran

berjalan dengan adil, fair dan tidak ada pihak yang dirugikan. Lagi pula

renegosiasi merupakan hal yang wajar dilakukan dalam dunia bisnis dalam

hal konteks situasi, terutama pada kontrak yang masa berlakunya panjang

Page 80: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

70

seperti kontrak karya pemerintah Indonesia dengan PT. Freeport Indonesia

dan memang seharusnya PT. Freeport Indonesia patuh dan tunduk pada

semua peraturan yang berlaku di Indonesia karena PT. Freeport Indonesia

merupakan badan hukum Indonesia.

Page 81: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

71

Page 82: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Dalam pembagian royalti antara PT. Freeport Indonesia dengan

Pemerintah Indonesia dapat dikatakan tidak terdapat asas

proporsionalitas dari awal pembuatan kontrak hingga penerapan isi

kontrak.

2. Dalam hal penyesuaian ketentuan mengenai royalti yang merupakan

amanat dari pasal 169 (b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Mineral dan Batu Bara dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012

tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku

Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, royalti emas belum

disesuaikan dari 1% menjadi 3,75% oleh PT. Freeport Indonesia. Tetapi

pada akhirnya PT. Freeport sudah menandatangani nota kesepahaman

renegosiasi pada juli 2014 yang terdiri dari 6 poin yang salah satunya

mengenai penyesuaian royalti. Karena proses renegosiasi itu sangat

kompleks maka hingga saat ini masih dilakukan negosiasi dan belum ada

sanksi terkait hal ini.

B. Saran

Pada akhir penulisan ini, penulis mengemukakan beberapa saran

diantaranya sebagai berikut:

72

Page 83: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

73

1. Pemerintah harus memberikan kepastian hukum kepada investor, dan

merevisi undang-undang agar tidak adanya tumpang tindih. Serta

menjamin adanya konsisten antara peraturan dan perundangan.

2. Dalam membuat kontrak dengan investor asing pemerintah selalu

menerapkan asas-asas hukum yang ada sehingga berdampak pada tujuan

dan kepentingan negara dalam hal ini pendapatan negara yang optimal

serta selalu berpihak kepada kepentingan negara dan tidak terlalu

memanjakan pada kepentingan investor.

3. Pemerintah harus lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada

pemegang kontrak karya yang tidak mau melakukan renegosiasi. Agar

tidak ada lagi pemegang kontrak karya yang tidak patuh pada peraturan

di Indonesia. Dan tidak membedakan antara investor asing yang satu

dengan lainnya.

4. Harus dibuat peraturan mengenai penagihan royalti yang seharusnya

sudah berlaku tetapi belum dilaksankan oleh perusahaan pemegang

kontrak karya agar pendapatan negara menjadi optimal.

5. Bagi perusahaan tambang pemegang kontrak karya harus patuh terhadap

peraturan yang berlaku di Indonesia.

Page 84: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

74

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran

BUKU:

AK, Syahmin. Hukum Kontrak Internasional. Jakarta: RajaGrafindo, 2006.

Echols, John M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1996.

Hanitijo, Rony. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998).

Hernoko, Agus Yudha. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010.

H.S, Salim. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar

Grafika, 2006.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2007.

Makmur, Syafrudin. Hukum Acara Perdata Sekelumit Teori dan Praktek. Ciputat:

t.p., 2013.

Marzuki, Peter Mahmud. Batas-batas Kebebasan Berkontrak. Jakarta: Yuridika,

2003.

Miru, Ahmadi. Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. Jakarta: RajaGrafindo,

2007.

Pemerintah Indonesia dan PT. Freeport Indonesia, Kontrak Karya. Jakarta: 1991.

Sigit, Soetaryo. Sepenggal Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia.

Jakarta: Penerbit Yayasan Minergi Informasi Indonesia, 2004.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermusa, 1996.

Subekti, R dan Tjitrosudibjo, R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:

Pradnya Paramita, 2004).

Sudrajat, Nandang. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia. Jakarta: Pustaka

Yustisia, 2013.

Page 85: PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM ......Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun oleh para pembuat kebijakan di bidang investasi dipandang bahwa pelaku usaha 3 Pasal

75

Sutedi, Adrian. Hukum Pertambangan. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Soekanto, Soerjono & Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat). Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Syahrani, Riduan. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni,

2010.

Tim Kompendium. Kompendium Bidang Hukum Investasi. Jakarta: Badan

Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Ham RI, 2011.

Tim Redaksi Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Tim Wahyu Media, Pedoman Resmi UUD 1945 & Perubahannya. Jakarta: Wahyu

Media, 2014.

Trihastuti, Nanik. Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan

Pertambangan Indonesia. Malang: Setara Press, 2013.

UNDANG-UNDANG:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.

WAWANCARA:

Wawancara pribadi dengan Syarifudin. Jakarta, 17 juni 2015.

Wawancara pribadi dengan Priyo Adi Kumoro. Jakarta, 23 juni 2015.

INTERNET:

“Sejarah PT. Freeport Indonesia”, artikel diakses pada 20 mei 2015 dari

http://ptfi.co.id/id/media/facts-about-feeport-indonesia/facts-about-kontrak-karya.