Penentapan Amonium Secara Spektrofotometri Sinar Tampak
-
Upload
rizky-cahya-putra -
Category
Documents
-
view
145 -
download
2
Transcript of Penentapan Amonium Secara Spektrofotometri Sinar Tampak
PENENTAPAN AMONIUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK
PERCOBAAN VII
PENENTAPAN AMONIUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR
TAMPAK
I. TUJUAN
Menentukan kadar amonium melalui pembentukan kompleks berwarna
dengan pereaksi nessler dengan menggunakan spektrofotometri sinar
tampak.
II. DASAR TEORI
J. Nessler pada tahun 1856 pertama kali mengusulkan larutan basa
dan merkuri iodida dalam kalium iodida untuk digunakan sebagai pereaksi
pada penetapan amoniak secara kolorimetri.
Pereaksi Nessler ini telah lama dicobakan pada ion – ion tertentu,
tetapi ketika pereaksi Nessler ditambahkan pada larutan garam amonium
yang encer, ammonia bebas bereaksi dengan pereaksi relatif lebih cepat dan
membentuk warna orange sampai coklat. Reaksi dengan pereaksi Nessler
dapat dinyatakan sebgai berikut :
2K2 [HgI4] + 2 NH3 NH4HgI3 + 4 KI + NH4I
Jika terdapat dua senyawa pengganggu maka yang terbaik adalah
dengan menyuling ammoia terlebih dahulu. (penuntun praktikum, analisis
spektrometri).
Pereaksi Nessler dibuat dengan cara melarutkan 50 gram KI dalam 50
ml air dingin. membuat larutan jenuh Raksa (II) klorida ( ± 22 gram HgCl2
dalam 350 ml air ). meneteskan larutan jenuh Raksa (II) klorida ini ke dalam
larutan KI, sehingga terjadi endapan. menambahkan 500 ml larutan NaOH 5
M dan encerkan dengan biar sampai volume 1 liter. Menyaring , dan
mengambil larutan yang jernih. Kemudian menyimpan dalam botol coklat.
(http://abynoel.wordpress.com/2008/08/08/kegunaan-dan-pembuatan-
reagen-kimia/).
Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan
Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan
yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen
ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur,
dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan
untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang
mamputelusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional.
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran.
Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih
tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian
perbandingan yang tak terputus. Manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut :
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada
peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan
(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh
alat ukur.
Prinsip dasar kalibrasi:
Obyek Ukur (Unit Under Test).
Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi)).
Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (bersertifikat).
Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan
faktor lingkungan luar selalu diminimalkan → sumber ketidakpastian
pengukuran).
Hasil Kalibrasi antara lain :
Nilai Obyek Ukur.
Nilai Koreksi/Penyimpangan.
Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi
dalam pengukuran, Dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur →
Analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber
ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan,
Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
Sifat metrologi lain → faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
TUR (Test Uncertainty Ratio) adalah perbandingan antara
ketidakpastian karakteristik (specified) dari instrumen yang dikalibrasi
terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya (Spesifikasi alat bisa
dianggap sebagai ketidakpastian terbesar)
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat b. Bahan
Spektronik – 20 L Larutan NH4+
Labu ukur 100 ml J Pereaksi nessler
Gelas kimia J Pereaksi garam siegnette
Kuvet J Aquadest
Pipet tetes
Gelas ukur
Rak tabung
Kertas label
Tissue
IV. PROSEDUR KERJA
a. Penentuan kurva kalibrasi
Membuat larutan standar NH4+ 0 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; dan 0,5 ppm dengan
cara melakukan pengenceran dari larutan standar amoniak 100 ppm.
Mengambil 25 ml dari masing – masing larutan standar tersebut diatas dan
menambahkan 1-2 tetes pereaksi garam siegnette.
Menambahkan 0,5 ml pereaksi nessler kemudian mengocok dan membiarkan
selama 10 menit.
Setelah terjadi perubahan warna kuning / orange kemudian mengukur
intensitasnya dengan spektronik pada panjang gelombang 420 nm.
b. Penentuan kadar amonium (NH4+) dalam sampel
Mengambil 25 ml larutan sampel air kran yang jernih dan menambahkan 1 – 2
tetes pereaksi garam siegnette.
Menambahkan 0,5 ml pereaksi nessler kemudian mengocok dan membiarkan
selama 10 menit.
Mengukur intensitasnya pada panjang gelombang 420 nm.
V. HASIL PENGAMATAN
N
o.
Konsentrasi
(x)
%T Absorban (y) X2 xy
1. 0 ppm 0 0 0 0
2.
3.
4.
5.
6.
0,1 ppm
0,2 ppm
0,3 ppm
0,4 ppm
0,5 ppm
82
72
52
21
19
0,0862
0,1427
0,2839
0,6778
0,7212
0,01
0,04
0,09
0,16
0,25
0,0086
0,0285
0,0852
0,2711
0,3606
∑ 1,5 24
6
1,9118 0,55 0,754
VI. PERHITUNGAN
1. Menentukan absorbansi (y)
Untuk 0 ppm J Untuk 0,3 ppm
A = - log T A = - log T
= - log 0 = - log 0,52
= 0 = 0,2839
Untuk 0,1 ppm J Untuk 0,4 ppm
A = - log T A = - log T
= - log 0,82 = - log 0,21
= 0,0862 = 0,6778
Untuk 0,2 ppm J Untuk 0,5 ppm
A = - log T A = - log T
= - log 0,72 = - log 0,19
= 0,1427 = 0,7212
Grafik hubungan antara absorban dan konsentrasi
2. Menentukan volume larutan standar dalam pengenceran
V1 =
Untuk 0 ppm J Untuk 3 ppm
V1 = V1 =
= 0 ml = 1,5 ml
Untuk 0,5 ppm J Untuk 4 ppm
V1 = V1 =
= 0,25 ml = 2 ml
Untuk 2 ppm J Untuk 5 ppm
V1 = V1 =
= 1 ml = 2,5 ml
Karena pada konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm tidak
menghasilkan serapan , maka dilakukan pengenceran kembali :
Untuk 0,1 ppm J Untuk 0,3 ppm
V1 = V1 =
= 2,5 ml = 3,75 ml
Untuk 0,2 ppm J Untuk 0,4 ppm
V1 = V1 =
= 3,3 ml = 4 ml
3. Pembuatan kurva kalibrasi
y = k x k = = = 1,371
Untuk konsentrasi 0 ppm J Untuk konsentrasi 0,3 ppm
y = k . x y = k . x
y = 1,371 . 0 y = 1,371 . 0,3
= 0 = 0,4113
Untuk konsentrasi 0,1 ppm J Untuk konsentrasi 0,4 ppm
y = k . x y = k . x
y = 1,371 . 0,1 y = 1,371 . 0,4
= 0,1371 = 0,5484
Untuk konsentrasi 0,2 ppm J Untuk konsentrasi 0,5 ppm
y = k . x y = k . x
y = 1,371 . 0,2 y = 1,371 . 0,5
= 0, 2742 = 0,6855
4. Penentuan kadar (NH4+) dalam sampel
% T = 94 % V T = 0,94
A = - log T
A = - log 0,94 = 0,0269 y = A = 0,0269
y = k x
0,0269 = 1,371 . x
x = = 1,96 x 10-2 ppm = 0,019 0,02
Grafik hubungan [A] dengan ppm
VII. PEMBAHASAN
J. Nessler pada tahun 1856 pertama kali mengusulkan larutan basa
dan merkuri iodida dalam kalium iodida untuk digunakan sebagai pereaksi
pada penetapan amoniak secara kolorimetri.
Pereaksi Nessler ini telah lama dicobakan pada ion – ion tertentu,
tetapi ketika pereaksi Nessler ditambahkan pada larutan garam amonium
yang encer, ammonia bebas bereaksi dengan pereaksi relatif lebih cepat dan
membentuk warna orange sampai coklat. Reaksi dengan pereaksi Nessler
dapat dinyatakan sebgai berikut :
2K2 [HgI4] + 2 NH3 NH4HgI3 + 4 KI + NH4I
Tujuan dari percobaan kami adalah Menentukan kadar amonium
melalui pembentukan kompleks berwarna dengan pereaksi nessler dengan
menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
Pada percobaan ini pertama-tama kami membuat larutan standar NH4+
dengan mengencerkannya dari larutan standar ammonia 100 ppm. Dimana
konsentrasi NH4+ masing –masing 0 ppm, 0,5 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm,
dan 5 ppm. Adanya perbedaan konsentrasi yang kami ambil guna memenuhi
hukum Lambeer yang akan kami alurkan kedalam kurva kalibrasi.
Selanjutnya masing – masing larutan standar tersebut diambil 25 ml
kedalam masing – masing 5 gelas kimia, dan menambahkan 1 hingga 2 tetes
pereaksi garam seignette. Kegunaan penambahan garam seignette adalah
untuk membentuk garam kompleks dalam ammonia serta mengstabilkan
ammonia.
Dalam percobaan ini kami juga menambahkan 0,5 ml pereaksi
Nessler. Dimana penambahan pereaksi Nessler ini berguna untuk
mengidentifikasi warna dan untuk mengetahui adanya ammonia. Setelah
menambahkan pereaksi ini kami mengocok dan membiarkannya selama 10
menit, hal ini dilakukan guna untuk membentuk kompleks yang berwarna
(iod).
Dengan terbentuknya senyawa berwarna kuning/ orange dari reaksi
ammonia dengan pereaksi Nessler, maka keberadaan ammonia secara
kuantitatif dapat dihitung dengan metode spektrometri pada panjang
gelombang yang telah ditetapkan. Spektrofotometer merupakan metode
analisis yang didasarkan pada penyerapan tingkat radiasi oleh sampel yang
diperiksa. Radiasi yang diteruskan akan diterima oleh detektor dan
ditampilkan pada display. Konsentrasi sampel didapatkan dengan
membandingkan absorbansi sampel dengan kurva standar.
(DianaFatur.2008.AMONIUM .http://blogspot.com/2008/05/ html )
Berikutnya dalam perlakuan untuk menentukan kadar ammonium
(NH4+) dalam sampel, kami mengambil larutan sampel air yang jernih
sebanyak 25 ml kemudian ditambahkan juga pereaksi garam siegnette dan
pereaksi Nessler, seperti adanya dengan prosedur kerja sebelumnya. Namun
pada perlakuan ini larutan tidak memberikan warna . sehingga kami
menggunakan sampel lain yang telah dibuat oleh asisten.
Setelah didiamkan selama 10 menit kemudian kami mengukur
intensitasnya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan
spektronik 20. Kami menetapkan pengukuran pada panjang gelombang 420
nm sebab panjang gelombang ini spesifik untuk ammonia dengan pereaksi
Nessler. Serta pada panjang gelombang 420 nm tersebut ini digunakan
khusus untuk larutan dengan warna komplementer yaitu warna kuning
kehijauan dan warna yang diserap adalah ungu atau violet.(http
//www.google.com.client//garam+siegnette&site=universal.)
Pada pengukuran yang kami lakukan diperoleh nilai absorban untuk 0
dan 0,5 ppm adalah 0 dan 0,7212 sedangkan pada konsentrasi 2, 3, 4, dan 5
ppm pada hasil pengkuran tidak mendapatkan serapan, sehingga untuk
mengantisipasi masalah ini kami melakukan pengenceran hingga menjadi
0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; dan 0,4 ml. Setelah diencerkan maka diperoleh nilai absorban
berturut –turut adalah 0,0862 ; 0,1427 ; 0,2839 ; dan 0,6778. Hubungan
antara absorbansi sampel dengan konsentrasi sampel yang akan dialurkan
dalam kurva / grafik akan berbanding lurus, ini berarti semakin besar nilai
absorbansinya maka akan semakin besar pula konsentrasi ammonia.
Selanjutnya kami mengalurkan kedalam kurva hingga diperoleh kurva
hubungan absorbansi dan konsentrasi, sebagai berikut :
Karena kurva yang diperoleh tidak liner atau lurus sesuai dengan
hukum Lamber-Beer, maka dilakukan perhitungan untuk persamaan regresi,
sehingga diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut :
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
kadar amonium dapat ditentukan melalui pembentukan kompleks
berwarna dengan menggunakan pereaksi Nessler dan spektrometri sinar
tampak serta menerapkan metode kurva kalibrasi seperti pada percobaan
yang kami lakukan. Kadar ammonium yang diperoleh dalam percobaan ini
yaitu 0,019 atau 0,2 ppm.