PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN...

51
MAK :1800.033.024 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAH Dr. I Gusti Putu Wigena, M.Si BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Transcript of PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN...

Page 1: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

i

MAK :1800.033.024

PROPOSAL PENELITIAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAH

Dr. I Gusti Putu Wigena, M.Si

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

Page 2: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan RPTP/RDHP

: Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Tanah

2. Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu Bogor 16114

4. Sumber Dana : DIPA/RKAKL T.A 2014

5. Status Penelitian (L/B) : Lanjutan 6. Penanggungjawab

KegiatanRPTP/RDHP

:

a. Nama : Dr. I Gusti Putu Wgena, M.Si b. Pangkat/Golongan : Pembina/IVb

c. Jabatan

c.1. Fungsional : Peneliti Madya

7. Lokasi Kegiatan : Jawa Barat, JawaTengah, Lampung

8. Agroekosistem : Lahan Sawah Irigasi Teknis dan Lahan Kering

9. Tahun Mulai : 2013

10. Tahun Berakhir : 2014

11. Output Tahunan : 1. Model pengelolaan serta “leverage factors” yang

mempengaruhi produktivitas lahan sawah irigasi melalui

pendekatan sistem dinamis di Provinsi Jawa Tengah

2. Sistem informasi teknologi konservasi tanah dan rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Barat

3. Model pengelolaan tanah-tanaman pada tanah mineral

yang bisa meningkatkan cadangan karbon serta

menurunkan emisi GRK dengan pendekatan CQESTR

12. Output Akhir : 1. Tersusunnya database kadar unsur hara NPK dan

pengelolaan kesuburan tanah sawah irigasi

2. Peta pengelolaan serta “leverage factors” yang

mempengaruhi produktivitas lahan sawah irigasi melalui

pendekatan sistem dinamis

3. Sistem informasi teknologi konservasi dan kesuburan tanah berbasis web dan spasial untuk seluruh wilayah Indonesia

4. Teknologi pengelolaan lahan yang mendukung

peningkatan cadangan karbon dan penurunan emisi GRK

serta pemanasan global

13. Biaya Penelitian/ Pengkajian

: Rp.270.000.000 (Dua ratus tujuh puluh juta rupiah)

Page 3: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

iii

Koordinator Program Penanggungjawab RPTP

Dr. Neneng L. Nurida Dr. I Gusti Putu Wigena, M.Si NIP. 19631229199003 2 001 NIP. 19581231 198703 1 002

Mengetahui,

Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian

Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Muhrizal Sarwani, M.Sc Dr. Ir. Ali Jamil, MP NIP. 19600329 198403 1 00 1 NIP. 19650830 199803 1 001

Page 4: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

iv

RINGKASAN USULAN PENELITIAN

1 Judul Kegiatan

RPTP/RDHP

: Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Tanah

2 Nama dan Alamat Unit Kerja

: Balai Penelitian Tanah

Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114

3 Sifat Usulan Penelitian

: Lanjutan

4 Penanggungjawab : Dr. I Gusti Putu Wigena, M.Si

5 Justifikasi : Pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering secara holistik terpadu dengan pendekatan sistem akan memberikan solusi yang tepat, spesifik lokasi dan berkelanjutan dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan di kedua agroekosistem tersebut. Aplikasi pengolahan tanah dan pola tanam yang mampu menurunkan emisi karbon pada lahan kering akan berdampak terhadap tingginya sequestrasi karbon tanah dan terpeliharanya produktivitas lahan kering secara berkelanjutan

6 Tujuan:

a. Jangka Pendek : 1. Mempelajari Model pengelolaan serta “leverage factors” yang

mempengaruhi produktivitas lahan sawah irigasi melalui

pendekatan sistem dinamis di Provinsi Jawa Tengah

2. Merekayasa model pengelolaan serta “leverage factors” yang

mempengaruhi produktivitas lahan sawah irigasi melalui

pendekatan sistem dinamis di Provinsi Jawa Tengah

3. Menguji validitas sistem informasi konservasi tanah dan rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Barat

4. Mempelajari pendugaan cadangan karbon tanah mineral pada berbagai pengolahan tanah dan pola tanam di Provinsi Lampung

b. Jangka Panjang : 1. Menyusun database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah irigasi

2. Membuat peta sistem informasi pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan berkelanjutan

3. Menyusun sistem informasi konservasi dan kesuburan tanah berbasis web dan spasial untuk seluruh wilayah Indonesia

4. Mempelajari sequestrasi karbon tanah mineral pada berbagai pengolahan tanah dan pola tanam

7 Luaran harapan

a. Jangka Pendek : 1. Database kadar unsur hara PK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah irigasi di Provinsi Jawa Tengah

2. Model pengelolaan serta “leverage factors” yang mempengaruhi produktivitas lahan sawah irigasi dengan

Page 5: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

v

pendekatan sistem dinamis di Provinsi Jawa Tengah 3. Sistem informasi teknologi konservasi tanah dan rekomendasi

pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Barat 4. Cadangan karbon tanah mineral pada berbagai pengolahan

tanah dan pola tanam di Provinsi Lampung

b. Jangka Panjang : 1. Database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan

tanah sawah irigasi 2. Peta sistem informasi pengelolaan lahan sawah irigasi dengan

pendekatan sistem dinamis 3. Sistem informasi teknologi konservasi dan kesuburan tanah

berbasis web dan spasial untuk seluruh wilayah Indonesia 4. Teknologi pengelolaan lahan yang mendukung peningkatan

cadangan karbon dan penurunan emisi GRK serta pemanasan global

8 Outcome : Pengelolaan lahan yang parsial masih belum efektif mencegah degradasi lahan sawah dan lahan kering sehingga produktivitasnya cenderung menurun dari waktu ke waktu. Penelusuran status kesuburan tanah melalui penetapan kadar unsur hara makro dan kadar bahan organik diikuti dengan pemodelan pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering diharapkan bisa memberikan solusi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan sawah dan lahan kering secara berkelanjutan.

9 Sasaran akhir : Pemodelan pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering mampu meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan pangan secara berkelanjutan. Lebih lanjut, kondisi ini akan berdampak secara langsung dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

10 Lokasi penelitian : JawaTengah, Lampung

11 Jangka waktu : 2 tahun, mulai T.A. 2013, berakhir T.A. 2014

12 Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah, T.A. 2014

Page 6: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

vi

SUMMARY

1 Title of

RPTP/RDHP

: Research on Development of Soil Management Information System

2 Implementation unit

: Indonesia Soil Research Institute (ISRI) Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114

3 Location : Central Java, Lampung Provinces

4 Objective :

a. Short term : 1. To create NPK soil nutrients databased and soil fertiliy management of irigated low land rice in Central Java Province

2. To create management model and leverage factros that affects to irrigated lowland rice based on dynamics system approach in Central Java Province

3. To evaluate validation of soil conservation and fertilizer recommendation information based on web and spatial system under West Java areas

4. To study carbon sequestration on mineral soil based on soil tillage and cropping pattern in Lampung Province

b. Long term : 1. To create NPK soil nutrients databased and soil fertiliy management of irigated low land rice

2. To create management model and leverage factros that affects to irrigated lowland based on dynamics system approach

3. To evaluate validation of soil conservation and fertilizer recommendation information based on web and spatial system under overall areas of Indonesian archipelago

4. To study carbon sequestration on mineral soil based on soil tillage and cropping pattern

5 Expected output

a. Short term : 1. NPK soil nutrients databased and soil fertiliy management of irigated low land rice in Central Java Province

2. Model and leverage factros that affects to irrigated lowland rice based on dynamics system approach in Central Java Province

3. Soil conservation and fertilizer recommendation information based on web and spatial system under West Java areas

4. Carbon sequestration on mineral soil based on soil tillage and cropping pattern in Lampung Provinve

b. Long term : 1. NPK soil nutrients databased and soil fertiliy management of irigated low land rice

2. Specific location and sustainable map of irrigated lowland rice management based on dynamics system approach

3. Soil conservation and fertilizer recommendation information based on web and spatial system under overall areas of Indonesian archipelago

4. Land management technology to increase C-sequestration and decreasing of GHG emission on mineral soils

Page 7: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

vii

6 Description of methodology

: - The research consisted of three main activities including modeling of low land rice management, modeling of degraded uplands management, and modeling of carbon sequestration of mineral soils under several soil tillages and cropping pattern. The research established mainly at field areas to test and validate the promoting of the selected technology.

- The research using primary and secondary data, collected from involved stakeholders based on participatory approach including biophysical, economical, and sociological aspects

- The research hopefully can be addressed the complex interaction among stakeholders in order to achieve sustainable and environmental sound agriculture

7 Duration : 2Year. F.Y 2013/F.Y.2014

8 Budget/fiscal year : Rp. 270.000 000(Two hundred and seventy million rupiah)

9 Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesia Soil Research Institute (ISRI), Fiscal Year 2014

Page 8: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang wilayahnya terletak pada zona

tropika basah dimana kesuburan lahan pertanian mengalami perubahan yang sangat

dinamis dibawah pengaruh suhu yang konstan tinggi, kelembaban udara dan tanah

tinggi, curah hujan tinggi, serta erosi dan aliran permukaan intensif. Interaksi semua

pengaruh tersebut menyebabkan sebagian besar kondisi lahan pertanian di daerah

tropika mengalami pelapukan lanjut (highly weathered soils) dengan ciri yang umum

antara lain produktivitas rendah, peka erosi sehingga kurang memenuhi harapan

petani dan keluarganya. Penurunan produktivitas lahan tersebut terjadi baik di lahan

kering maupun lahan sawah.

Kondisi tersebut memerlukan pengelolaan dengan formula yang spesifik untuk

setiap lokasi menjadi kunci utama agar lahan-lahan tersebut produktivitasnya bisa

meningkat menuju titik optimal. Selain spesifik lokasi, pengelolaan lahan dengan

pendekatan yang holistik, mengakomodir semua komponen pengelolaan yang

kompleks dan mensintesanya dalam rumusan paket teknologi yang sederhana, mudah

diterapkan pengguna, efektif dan efisien dan mampu menjaga kelestarian lingkungan

sudah menjadi kebutuhan yang harus diintroduksikan untuk mencapai tujuan tersebut.

Konsep pengembangan teknologi yang sederhana, murah, efektif dan efisien di segala

sektor pembangunan yang dikenal dengan inovasi frugal (frugal innovation)

merupakan strategi yang terbukti mampu mendorong kemajuan pembangunan negara-

negara berkembang seperti India dan Cina. Inovasi frugal mempunyai ciri khas yaitu

rumusan teknologi yang diintroduksikan mampu melindungi kelestarian lingkungan

(environmental protection), mengembangkan ekonomi (economic development), dan

kesetaraan sosial (social equity) (Fizzanty et al., 2012).

Terkait dengan pemenuhan akan pangan pada kondisi semakin meningkatnya

tantangan dari lahan, pemerintah sudah mengembangkan berbagai usaha, khususnya

yang dikenal dengan Program Panca Usaha. Program ini pernah sukses dan berhasil

mencapai swasembada beras di era 1980-an. Keberhasilan tersebut bertumpu pada

strategi peningkatan produksi dengan pendekatan Revolusi Hijau dengan prinsip utama

berupa introduksi varietas unggul produksi tinggi yang respon terhadap pupuk

didukung oleh pemanfaatan keunggulan pupuk anorganik.

Page 9: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

2

Ketidakseimbangan pemanfaatan pupuk anorganik dan pupuk organik

khususnya pada lahan sawah, kombinasi dengan ketidak menentuan kondisi iklim yang

cenderung tidak mendukung pertumbuhan tanaman yang menyebabkan terjadinya

eksploitasi unsur hara dari dalam tanah lewat hasil panen. Ada dua dampak penting

yang ditimbulkan oleh pengelolaan lahan dengan pendekatan Revolusi Hijau tersebut.

Pertama, hal tersebut memicu ketidak cukupan produksi beras yang mulai terjadi

setelah era 1990-an dan pemerintah sering mengambil kebijakan untuk mengimpor

beras dari negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Kedua, semakin

menurunnya produktivitas lahan dan berujung pada kondisi lahan pertanian yang

mencapai kondisi leveling off.

Seperti halnya lahan sawah, lahan kering yang terdegradasi di Indonesia

sebarannya masih luas dengan berbagai penyebab yang beragam baik yang

disebabkan oleh faktor alami maupun campur tangan manusia. Faktor alami antara

lain: lahan berlereng, tanah mudah rusak (tekstur, struktur), dan curah hujan tinggi.

Faktor campur tangan manusia lebih mendominasi kerusakan lahan kering, yang dapat

dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor yang berpengaruh tidak langsung dan faktor

yang berpengaruh langsung terhadap degradasi lahan kering. Faktor tidak langsung

antara lain: peningkatan populasi penduduk, marginalisasi penduduk di sekitar hutan,

kemiskinan, kepemilikan lahan yang semakin menyempit (fragmentasi lahan), dan

ketidakstabilan politik. Faktor yang berpengaruh langsung antara lain: deforestasi,

overgrazing, aktivitas pertanian, eksploatasi berlebihan, dan aktivitas industri.

Dengan posisi geografis lahan kering yang umumnya terisolir, tidak punya

akses ke pusat kegiatan ekonomi, sulit memperoleh sarana produksi dan pemasaran

hasil, kombinasi dengan kelemahan pada sumberdaya manusia dan kebijakan

pemerintah yang masih belum optimal menyebab produktivitas lahan kering semakin

menurun. Bahkan di beberapa daerah seperti Kalimantan dan Papua, pengelolaan

lahan kering masih jauh dari sentuhan teknologi yang memadai sehingga kontribusi

lahan kering dalam peningkatan produksi pangan masih rendah. Dipihak lain, sebaran

lahan kering di Indonesia sangat luas, dengan berbagai permasalahannya memerlukan

pendekatan yang komprenhensif dan holistik untuk menjawab tantangan tersebut.

Kualitas lahan, termasuk lahan kering sangat ditentukan oleh kadar bahan

organik yang dapat disetarakan dengan kadar karbon yang tersimpan (sequestrasi) di

dalam tanah. Dalam hubungannya dengan sequestrasi karbon, cadangan karbon di

alam tersimpan dalam 3 komponen yaitu (1) pada bagian hidup (bagian vegetasi yang

Page 10: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

3

masih hidup: batang, ranting, dan tajuk pohon), (2) pada bagian mati (masa dari

bagian pohon yang telah mati, baik yang masih tegak di lahan, kayu tumbang, ranting,

dan serasah, dan (3) di dalam tanah (bahan organik tanah) (Hairiah et al., 2011).

Dengan demikian, tanah dapat berfungsi sebagai pool untuk menyimpan karbon (C)

dalam rangka mengurangi CO2 di atmosfer yang mempunyai implikasi terhadap

dampak gas rumah kaca dan global warming. Dalam hal ini, terdapat korelasi positif

antara kadar karbon tanah dengan indeks kualitas lahan dimana semakin tinggi kadar

karbon maka kualitas lahan makin baik yang secara langsung berpengaruh terhadap

produktivitas lahan dan kualitas lingkungan (Jenkinson, 1991; Lal, 1997).

Pada lahan yang dijadikan budidaya tanaman, sequestrasi karbon di dalam

tanah dapat diduga dari kepadatan populasi tanaman dan pengelolaan lahan. Pada

populasi tanaman/vegetasi, mekanisme sequestrasi karbon terjadi lewat proses

fotosintesis yang menyerap karbondioksida (CO2) pada respirasi yang selanjutnya

diubah menjadi karbohidrat dan disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Sementara

pengolahan tanah yang mempertahankan residu tanaman pada permukaan tanah dan

penggunaan penutup tanah, rotasi tanaman dan bahan organik dapat

mempertahankan dan meningkatkan sequestrasi karbon di dalam tanah. Secara

empirik, sequestrasi karbon di dalam tanah dapat diduga dengan aplikasi Model

Carbon, yang berbasis pada interaksi antara iklim, tanaman, dan pengelolaan tanah.

Model ini dapat menduga efek pengelolaan lahan lahan terhadap sequestrasi karbon di

dalam tanah dalam jangka panjang.

Mengacu kepada permasalahan lapang dan kebutuhan teknologi tersebut,

mengindikasikan bahwa model pengelolaan lahan yang komprehensif dan menyeluruh

dari hulu sampai hilir menjadi semakin diperlukan agar semua permasalahan bisa

dipecahkan. Sehubungan dengan itu, pendekatan sistem merupakan alternatif cukup

efektif karena pendekatan sistem merupakan suatu kesatuan usaha yang terdiri dari

bagian-bagian yang berkaitan satu sama lainnya yang berusaha mencapai suatu tujuan

dalam suatu lingkungan yang kompleks pilihan (Marimin, 2004). Pendekatan sistem

akan memberikan penyelesaian masalah yang kompleks dengan metode dan alat

analisis yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, dan mendisain

sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara

lintas disiplin dan komplementer untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

(Eriyatno, 2004).Pendapat lainnya menyebutkan keunggulan dari pendekatan sistem

terletak pada cirinya yaitu sibernetic, holistic, dan efective (SHE). Sibernetic maknanya

Page 11: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

4

adalah bahwa penyelesaian masalah dalam pendekatan sistem tidak berorientasi pada

pada masalahnya (problem oriented), tetapi berorientasi pada tujuan (goal oriented).

Holistic maknanya adalah penekanan penyelesaian masalah secara utuh dan

menyeluruh. Efective maknanya adalah bahwa model yang dibangun harus bisa

diaplikasikan oleh pengguna (Hartrisari, 2007).

Pendekatan sistem sudah banyak dilakukan dalam mencari solusi terhadap

masalah yang melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders), bersifat

kompleks, multidisiplin, dan interaksi (keterkaitan) yang rumit dari semua komponen.

Bidang yang sudah menerapkan pendekatan sistem antara lain: pengelolaan sampah

kota, pengelolaan limbah pabrik, pengelolaan pantai/terumbu karang, pengelolaan

ekowisata, pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan (Wigena, 2009). Hasil

modeling dengan pendekatan sistem pada bidang-bidang tersebut umumnya mampu

memberikan solusi yang menguntungkan semua stakeholders dan berkelanjutan.

Hasil simulasi dalam modeling pengelolaan lahan yang diintegrasikan dengan

peta spasial secara digital akan memberikan informasi pengelolaan lahan yang bisa

diakses secara cepat oleh pengguna. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk masa depan,

pembangunan pertanian di Indonesia sangat memerlukan dukungan teknologi

informasi yang akurat, cepat, lengkap, mudah, terkini (update) dan mampu diakses

oleh semua orang. Perkembangan teknologi komputer, internet dan web yang menjadi

salah satu motor revolusi pembangunan di dunia menjadi pilihan terbaik untuk

dikembangkan sebagai bagian dari motor penggerak pembangunan pertanian.

Teknologi informasi dalam bentuk perangkat lunak (software) berbasis web akan

menjadi pusat pencarian informasi dan pengambilan keputusan di masa kini dan masa

depan yang akan selalu berkembang sesuai tuntutan jaman. Penelitian ini dirancang

untuk bisa memenuhi tuntutan dari perkembangan teknologi komputer yang terkait

dengan pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering.

1.2 Dasar Pertimbangan

Kebutuhan akan pangan terutama beras terus meningkat seiring dengan

pertambahan penduduk, sementara produktivitas lahan sawah cenderung menurun

atau tetap akibat pemanfaatan pupuk anorganik yang belum seimbang dengan

pemanfaatan pupuk organik, sedangkan pada lahan kering degradasi lahan yang

intensif terjadi karena petani kurang menerapkan kaedah konservasi tanah dan

penerapan pola tanam yang mampu menutup permukaan tanah sepanjang tahun.

Page 12: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

5

Permasalahan tersebut muncul berkaitan dengan persepsi petani yang belum meyakini

akan manfaat pupuk organik dalam peningkatan produktivitas lahan, adanya

persaingan pemanfaatan sisa panen dengan pabrik kertas, dan perilaku petani yang

masih banyak melakukan pembakaran sisa panen untuk mengurangi curahan tenaga

kerja dalam mengelola usahatani mereka.

Sehubungan dengan itu, Balai Penelitian Tanah, sesuai mandatnya telah

merekayasa model pengelolaan lahan komprehensif dan holistik yang diharapkan

mampu memelihara produktivitas lahan sawah dan lahan kering dalam jangka panjang.

Pada lahan sawah irigasi teknis, model pengelolaan berbasis pada pendekatan sistem

dinamik, pada lahan kering berbasis pendekatan dengan analisis SPLaSH. Selain itu,

pada lahan kering dilakukan pemodelan sequestrasi karbon untuk menduga dinamika

sequestrasi karbon pada lahan kering yang dikaitkan dengan besarnya peranan bahan

organik tanah terhadap kualitas lahan. Aplikasi semua pemodelan pada lahan sawah

irigasi dan lahan kering tersebut dilaksanakan melalui tahapan kegiatan awal untuk

merekam kondisi existing pengelolaan lahan di kedua agroekosistem, pembuatan

model dengan entri data existing, kemudian dilakukan simulasi untuk memperoleh

gambaran perbaikan kualitas lahan di masa mendatang sebagai solusi dari

permasalahan yang ada di lapangan.

Integrasi hasil simulasi pemodelan dengan database geospasial sangat

memungkinkan menampilkan informasi yang diperoleh dalam bentuk peta digital

bahkan ditayangkan dalam WEB. Keuntungan lain dari penayangan dalam WEB adalah

cepatnya diseminasi hasil penelitian karena pengguna teknologi dapat mengakses

secara cepat, mudah dan akurat. Hal lainya lagi adalah memungkinkan dilakukannya

pembaharuan ataupun editing database sesuai dengan perubahan kondisi di lapang,

untuk kemudian merubah penampilan hasil penelitian mengikuti perubahan kondisi di

lapang.

1.3. Tujuan

Jangka Pendek:

5. Menyusun database kadar unsur hara PK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah

irigasi di Provinsi Jawa Tengah

6. Merekayasa model pengelolaan serta “leverage factors” yang mempengaruhi

produktivitas lahan sawah irigasi melalui pendekatan sistem dinamis di Provinsi

Jawa Tengah

Page 13: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

6

7. Menyusun sistem informasi konservasi tanah dan rekomendasi pupuk berbasis web

dan spasial di Provinsi Jawa Barat

8. Menguji validitas sistem informasi konservasi tanah dan rekomendasi pupuk

berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Barat

9. Mempelajari aplikasi model CQESTR pada tanah tropika.

10.Mempelajari pengelolaan tanah dan rotasi tanaman terhadap karbon tanah selama

beberapa tahun.

Jangka Panjang:

5. Menyusun database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah

irigasi

6. Membuat model sistem informasi pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering

yang spesifik lokasi dan berkelanjutan

7. Menyusun sistem informasi konservasi dan kesuburan tanah berbasis web dan

spasial untuk seluruh wilayah Indonesia

8. Memberikan informasi teknologi pengelolaan lahan berkelanjutan berbasis web dan

spasial untuk seluruh wilayah Indonesia

9. Mendapatkan informasi pengelolaan lahan yang mendukung peningkatan cadangan

karbon dan penurunan emisi gas rumah kaca serta global warming.

1.4.Keluaran Yang Diharapkan (tahunan dan jangka panjang)

Jangka Pendek:

5. Database kadar unsur hara PK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah irigasi di

Provinsi Jawa Tengah

6. Peta sistem informasi pengelolaan serta “leverage factors” yang mempengaruhi

produktivitas lahan sawah irigasi dengan pendekatan sistem dinamis di Provinsi

Jawa Tengah

7. Sistem informasi teknologi konservasi tanah dan rekomendasi pupuk berbasis web

dan spasial di Provinsi Jawa Barat

8. Informasi mengenai hasil validasi sistem informasi teknologi konservasi tanah dan

rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Barat

9. Sequestrasi karbon tanah mineral pada berbagai pengolahan tanah dan pola tanam

di Provinsi Lampung

Page 14: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

7

Jangka Panjang:

5. Database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah irigasi

6. Peta sistem informasi pengelolaan lahan sawah irigasi dengan pendekatan sistem

dinamis

7. Sistem informasi teknologi konservasi dan kesuburan tanah berbasis web dan

spasial untuk seluruh wilayah Indonesia

8. Informasi teknologi pengelolaan lahan berkelanjutan berbasis web dan spasial untuk

seluruh wilayah Indonesia

9. Informasi pengelolaan lahan yang berbasis pada pengolahan tanah dan pola tanam

untuk mendukung peningkatan cadangan karbon dan menurunkan emisi GRK pada

tanah mineral

1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang

Pengelolaan lahan yang parsial masih belum efektif mencegah degradasi lahan

sawah dan lahan kering sehingga produktivitasnya cenderung menurun dari waktu ke

waktu. Penelusuran status kesuburan tanah dan diikuiti dengan pemodelannya pada

kedua agroekosistem tersebut diharapkan bisa memberikan solusi yang efektif dan

efisien dalam meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan sawah dan

lahan kering. Model yang diperoleh akan sangat membantu para pengambil kebijakan

dalam mengelola sumberdaya lahan melalui peningkatan efisiensi pemupukan dan

terpeliharanya produktivitas lahan. Dengan demikian, produksi pangan pada lahan

sawah irigasi dan lahan kering akan tetap optimal dalam mendukung target

swasembada pangan yang sudah dicetuskan pemerintah dalam roap map produksi

pangan utama nasional seperti beras, jagung, dan kedelai.

Page 15: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Lahan sawah irigasi dan lahan kering merupakan sumberdaya lahan yang

menjadi tumpuan dan berkontribusi besar dalam mendukung empat target produksi

pangan nasional yaitu beras, jagung, kedelai, dan daging sapi. Sistem produksi pangan

pada kedua lahan tersebut kompleks, melibatkan banyak komponen seperti:

sumberdaya lahan dengan segala sifat-sifat kimia, fisika, dan biologi; iklim yang

cenderung berubah kearah kurang mendukung pertumbuhan tanaman; sarana

produksi (varietas unggul, pupuk anorganik dan organik, pestisida); serta keterampilan

petani dalam mengelola usahataninya. Pengelolaan lahan dengan mengintegrasikan

semua komponen tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan

produktivitas lahan untuk memperoleh produksi yang optimal. Secara langsung

produktivitas lahan ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah yang merupakan fungsi

dari kadar C-organik, kadar unsur hara makro dan mikro.

Balai Penelitian Tanah telah memulai penelitian tentang pemupukan berimbang

spesifik lokasi sejak tahun 1970 an. Penelitian-penelitian tentang penggunaan pupuk

slow release dan pupuk granul sudah dimulai sejak tahun 1985. Program pemupukan

berimbang kembali menjadi perhatian utama pemerintah sehingga pada periode 1995-

2000, penelitian yang lebih komprehensif dilakukan pada skala lebih luas.Sebagai

hasilnya, telah di buat peta status P dan K tanah yang digunakan untuk menetapkan

rekomendasi pupuk yang tertuang dalam Permentan No.

40/Permentan/OT.140/04/2007.Rekomendasi pupuk spesifik lokasi ini diharapkan

dapat diadopsi oleh pemerintah secara luas.Dengan rekomendasi pupuk berimbang

spesifik lokasi maka pupuk N, P dan K dapat digunakan secara lebih efisien dan biaya

produksi dapat dikurangi (Rochayati et al. 2002; Setyorini et al. 2004; Las et al. 2010).

Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,

kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang

umum terjadi. Oleh karena itu, peningkatan kandungan bahan organik seharusnya

merupakan prioritas untuk peningkatan kualiatas tanah dan untuk penyimpanan

karbon. Kondisi ini dapat dilakukan melalui mempertahankan sisa panen dan

mengaplikasinya sebagai kompos, mengurangi intensitas pengolahan tanah,

Page 16: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

9

pendekatan pola tanam dengan rotasi tanaman, penerapan sistem agroforestri, dan

pemanfaatan teknologi mikoriza (Supriyadi 2008).

Kandungan karbon berkorelasi dengan kapasitas tukar kation tanah, kandungan

N total tanah, dan persentase liat. Bahan organik di wilayah tropika berperan

menyediakan unsur hara N, P, dan S yang dilepaskan secara lambat, meningkatkan

kapasitas tukar kation tanah masam, menurunkan fiksasi P karena pemblokan sisi

fiksasi oleh radikal organik, membantu memantapkan agregat tanah, memodifikasi

retensi air, dan membentuk komplek dengan unsur mikro (Sanchez, 1976). Meskipun

bahan organik kebanyakan tanah hanya hanya berkisar 2-10%, peranannya sangat

peting (Bot and Benites, 2005).Peningkatan bahan organik tanah dari tanah yang

terdegradasi akan meningktakan hasil tanman budidaya karena tiga mekanisme yaitu

(1) peningkatan kapasitas air tersedia (2) peningkatan suplai unsur hara (3)

peningkatan struktur tanah dan sifat fisik lainnya.

Rekayasa pemodelan pada lahan sawah irigasi secara simultan akan

menyebabkan timbulnya interaksi yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang

holistik dan terpadu. Seiring dengan perkembangan tersebut, pengeloaan dengan

pendekatan sistem merupakan salah satu solusi alternatif karena karakter dari

pendekatan sistem merupakan suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian

yang berkaitan satu sama lainnya yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu

lingkungan yang kompleks (Marimin, 2004). Pendekatan sistem akan memberikan

penyelesaian masalah yang kompleks dengan metode dan alat analisis yang mampu

mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, dan mendisain sistem dengan komponen-

komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas desiplin dan

komplementer untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Eriyatno, 2004).

Pendapat lainnya menyebutkan keunggulan dari pendekatan sistem terletak pada

cirinya yaitu sibernetic, holistic, dan effective (SHE). Sibernetic maknanya adalah

bahwa penyelesaian masalah dalam pendekatan sistem tidak berorientasi pada pada

masalahnya (problem oriented), tetapi berorientasi pada tujuan (goal oriented).

Holistic maknanya adalah penekanan penyelesaian masalah secara utuh dan

menyeluruh. Effective maknanya adalah bahwa model yang dibangun harus bisa

diaplikasikan oleh pengguna (Hartrisari, 2007).

Pada lahan kering, fenomena erosi di alam sudah banyak diidentifikasi dan

dikuantifikasi hubungan antar variabelnya sehingga melahirkan model-model prediksi

erosi dengan akurasinya masing-masing. Beberapa model erosi yang paling banyak

Page 17: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

10

digunakan di dunia telah diulas dengan baik oleh Lal (2001) dan Merrit et al. (2003)

seperti Universal Soil Loss Equation (USLE), Watershed Erosion Prediction Project

(WEPP), Agricultural Non-Point Source (AGNPS), Areal Non-point Source Watershed

Environment Response Simulation (ANSWERS), dan Chemical Runoff and Erosion from

Agricultural Management System (CREAMS). Dari banyak model yang telah diverifikasi

dan diterapkan, USLE dan turunannya yaitu Revised USLE (RUSLE) dan Modified USLE

(MUSLE), merupakan model yang paling banyak digunakan di seluruh dunia karena

data yang dibutuhkan dan perhitungannya lebih sederhana dibandingkan dengan

model yang lain (Lal, 2001; Merrit et al., 2003; Lim et al., 2005; Xu et al., 2008).

Model erosi biasanya akurat untuk skala petak dan bias untuk skala yang lebih

besar. Kebutuhan akan model yang dapat memprediksi erosi dalam skala regional

sangat dibutuhkan untuk perencanaan sumber daya lahan (Mao et al., 2010). Sistem

Informasi Geografi (SIG) merupakan teknologi spasial yang berkembang dengan pesat

karena memang sangat dibutuhkan untuk pembangunan. Banyak program bermanfaat

yang dapat diintegrasikan dengan SIG ini untuk menambah kehandalan dan

kemanfaatan program tersebut. Formula USLE yang telah dimodifikasi menjadi

Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE), berkembang dengan dimasukkannya

beberapa variabel yang berpengaruh terhadap erosi tanah dan aliran permukaan.

Seiring dengan kemajuan teknologi, modifikasi formula USLE tersebut sudah dapat

diintegrasikan ke dalam SIG. Fasilitas MUSLE sudah dapat ditemukan pada perangkat

lunak Arc GIS, sebuah software spasial kartografi yang sudah digunakan secara luas di

dunia, dengan nama Arc MUSLE (Zhang et al. 2009).

Hasil simulasi model pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering harus

diintegrasikan dengan database pengelolaannya agar bisa ditampilkan dalam bentuk

peta berbasis WEB. Web merupakan sebutan untuk teknologi Word Wide Web (www)

yang merupakan sistem aplikasi distribusi informasi yang dapat diakses menggunakan

internet. Dengan server khusus, software dapat ditempelkan di dalam web, atau

dengan cara merekayasa web sehingga dapat digunakan sebagai sistem aplikasi

seperti program di dalam software. Keuntungan software berbasis web adalah i)

selama terhubung dengan internet, akses tidak dibatasi waktu dan tempat, dan ii)

dapat diakses menggunakan web browser yang telah tersedia pada PC (personal

computer) maupun perangkat elektronik yang lain. Meskipun banyak kelebihannya,

aplikasi software berbasis web tetap memiliki kekurangan, antara lain: i) keterbatasan

web browser dalam menampilkan halaman berkapasitas besar, ii) koneksi internet

Page 18: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

11

yang lambat dapat membatasi respon software, dan iii) resiko keamanan yang tinggi

karena materi dapat diakses secara luas di seluruh dunia.

World Wide Web adalah suatu dokumen yang dapat diakses secara global

menggunakan referensi Uniform Resource Identifier (URI). URI berfungsi untuk

mengidentifikasi layanan, server, dan database lainnya. Sementara Hypertext Transfer

Protocol (HTTP) adalah protokol akses utama dari World Wide Web. Layanan Web

menggunakan teknologi HTTP untuk memungkinkan sistem perangkat lunak dapat

diakses.

Teknologi web menggunakan perangkat lunak penelusur (browser) seperti

Microsoft Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Apple Safari, dan Google Chrome,

yang memungkinkan pengguna dapat menjelajah dari satu halaman web ke halaman

yang lain melalui tautan (hyperlink) yang tertanam dalam dokumen tersebut.

Dokumen-dokumen ini banyak juga mengandung kombinasi data termasuk grafik,

suara, teks, video, multimedia dan konten interaktif lainnya. Dibandingkan dengan

media komunikasi tradisional, Web telah memungkinkan terjadinya desentralisasi

informasi pada skala yang besar. Perkembangan teknologi informasi ini

mengisyaratkan akan pentingnya tuntutan di era informasi sekarang ini. Balai

Penelitian Tanah yang telah merencanakan untuk memproduksi model yang

terintegrasi dengan web adalah suatu terobosan untuk mendongkrak kualitas

sumberdaya manusia pertanian dalam pengelolaan sumberdaya lahan pertanian

sehingga mampu mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan.

2. 2 Hasil Penelitian

Pengelolaan sumberdaya alam, termasuk lahan sawah irigasi dengan pendekatan

sistem relatif baru berkembang sehingga hasil penelitian masih sedikit. Pengelolaan

sumberdaya alam berupa perkebunan kelapa sawit plasma berkelanjuan dengan

pendekatan sistem dinamis menunjukan bahwa untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yaitu pengelolaan kelapa sawit plasma berkelanjutan (memenuhi aspek

ekonomi, biofisik, dan sosial) terbukti luas dan status lahan, tingkat masukkan sarana

produksi terutama pupuk, tingkat keterampilan petani dalam pengelolaan sumberdaya

alam dan modal, dukungan kebijakan pemerintah daerah yang berpihak kepada

kepentingan petani dan lingkungan, kelembagaan kelompok tani, serta pemasaran

menjadi faktor pengungkit (leverage factors). Interaksi semua variable tersebut

memerlukan pengelolaan yang tepat agar tercapai pengelolaan kelapa sawit plasma

Page 19: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

12

berkelanjutan. Salah satu bentuk skenario yang mampu menciptakan perkebunan

berkelanjutan adalah: status lahan berupa milik dengan luasan mendekati 2 ha/kk;

pemupukan menerapkan 4 tepat (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara

pemberian); koordinasi dan kerjasama yang harmonis antara petani plasma dengan

kebun Inti dengan mentaati semua penerapan rekomendasi pengelolaan kebun kelapa

sawit plasma; pengalokasian sebagian pendapatan petani untuk sarana produksi dan

program peremajaan, pengendalian persaingan antara pabrik kelapa sawit kebun Inti

dan non Inti dalam hal pembelian tandan buah segar (TBS), serta dukungan kebijakan

pemerintah daerah bagi kebun Inti untuk memberdayakan masyarakat lokal di sekitar

kebun (Wigena, 2009).

Terkait dengan upaya pencapaian surplus beras 10 juta ton, Badan Litbang

Pertanian (2012) telah merekayasa model pengelolaan sumberdaya lahan sawah irigasi

teknis, semi teknis, dan sawah tadah hujan dengan pendekatan sistem dinamis. Hasil

simulasi menunjukkan bahwa leverage factors dalam pemodelan tersebut mencakup

luas lahan, masukan sarana produksi (benih unggul dan pupuk), ketersediaan air untuk

tanaman padi dengan perbaikan saluran irigasi, efektivitas penyuluhan untuk

meningkatkan adopsi teknologi, dan insentif produksi dan pemasaran gabah/beras

berupa kebijakan pemerintah dengan subsidi pupuk dan penetapan harga pembelian

pemerintah (HPP) gabah petani.

Sesuai dengan mandat yang diemban, Balai Penelitian Tanah (Balittanah) juga

telah berhasil mengembangkan model pengelolaan konservasi sumberdaya lahan

berupa SPLaSH (Sistem Pengelolaan lahan Sesuai Harkat). Software berbasis PC ini

mampu melakukan prediksi bahaya erosi dan saran pengelolaan lahan sesuai kaidah

konservasi tanah dan air skala usaha tani. Akurasi software ini tergantung dari

informasi faktor sumberdaya lahan yang dimasukkan oleh pengguna. SPLaSH diakui

sebagai software yang mudah dalam operasionalnya (user friendly), meskipun

demikian SPLaSH memiliki kekurangan yang bersifat prinsip yaitu: i) database terbatas,

sehingga pengguna harus menyediakan data sumberdaya lahan sendiri, ii) proses entry

data iklim masih terlalu rumit, iii) keterbatasan pemahaman petani/pengguna

mengenai ilmu konservasi tanah dan air. Dengan semangat dan teknik baru, mulai

tahun 2013, Balai Penelitian Tanah telah membuat software berbasis web untuk

membantu petani dan pengguna di seluruh penjuru negeri Indonesia yang memiliki

akses internet dalam memperoleh informasi sumberdaya lahan khususnya lahan kering

Page 20: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

13

di lokasi yang dipilih sekaligus mendapatkan rekomendasi pengelolaan lahan sesuai

dengan karakteristik sumberdaya lahan yang dimiliki.

Pada pengelolaan lahan kering, fenomena erosi di alam sudah banyak

diidentifikasi dan dikuantifikasi hubungan antar variabelnya sehingga melahirkan

model-model prediksi erosi dengan akurasinya masing-masing. Beberapa model erosi

yang paling banyak digunakan di dunia telah diulas dengan baik oleh Lal (2001) dan

Merrit et al. (2003) seperti Universal Soil Loss Equation (USLE), Watershed Erosion

Prediction Project (WEPP), Agricultural Non-Point Source (AGNPS), Areal Non-point

Source Watershed Environment Response Simulation (ANSWERS), dan Chemical Runoff

and Erosion from Agricultural Management System (CREAMS). Dari banyak model yang

telah diverifikasi dan diterapkan, USLE dan turunannya yaitu Revised USLE (RUSLE)

dan Modified USLE (MUSLE), merupakan model yang paling banyak digunakan di

seluruh dunia karena data yang dibutuhkan dan perhitungannya lebih sederhana

dibandingkan dengan model yang lain (Lal, 2001; Merrit et al., 2003; Lim et al., 2005;

Xu et al., 2008). Seiring kesadaran bahwa kejadian erosi sangat berhubungan dengan

karakteristik sumberdaya lahan lokal dan belum tentu memiliki variable yang sama

dengan daerah lain, maka studi mengenai erosi semakin berkembang. Misalnya di

dataran Eropa Barat yang telah mengembangkan model erosi spesifik lokasi dengan

nama ImpelERO berbasis expert-system/jaringan syaraf (de la Rosa et al., 2000).

Pada tahun 2013, kegiatan pembuatan sistem informasi teknologi konservasi

tanah berbasis web telah berhasil dibuat dengan menggunakan program open source

(Gambar 1). Kegiatann pada tahun 2013 ini mengambil lokasi Provinsi Jawa Barat

sebagai lokasi kajian dengan pertimbangan cukup tersedianya kelengkapan data yang

dibutuhkan. Kegiatan terutama dilakukan untuk migrasi spasial dari data-data dukung

non spasial (data tabular curah hujan dan ground check data sifat tanah). Peningkatan

kemampuan basis data dilakukan dengan memanfaatkan data curah hujan dari

stasiun-stasiun yang tersebar di provinsi ini untuk pembuatan peta erosivitas hujan

(faktor R/kemampuan hujan dalam menyebabkan erosi) dan peta tanah skala tinjau

(BBSDLP, 2012) untuk penyediaan data erodibilitas tanah (faktor K/tingkat kepekaan

tanah terhadap erosi). Hingga triwulan keempat tahun 2013 ini prototype sistem

informasi pengelolaan konservasi lahan sudah berhasil dibuat dan berfungsi penuh.

aplikasi peta unsur tematik yang diperlukan untuk membuat aplikasi DSS (decision

support system) sudah berhasil digabungkan ke dalam mesin ini sehingga menambah

kuat penampilannya.

Page 21: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

14

Gambar 1. Sistem Informasi Pengelolaan Lahan

Bahan organik di wilayah tropika berperan menyediakan unsur hara N, P, dan S

yang dilepaskan secara lambat, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah masam,

menurunkan fiksasi P karena pemblokan sisi fiksasi oleh radikal organik, membantu

memantapkan agregat tanah, memodifikasi retensi air, dan membentuk komplek

dengan unsur mikro (Sanchez, 1976). Meskipun bahan organik kebanyakan tanah

hanya hanya berkisar 2-10%, peranannya sangat peting (Bot and Benites,

2005).Peningkatan bahan organik tanah dari tanah yang terdegradasi akan

meningktakan hasil tanaman budidaya karena tiga mekanisme yaitu (1) peningkatan

kapasitas air tersedia (2) peningkatan suplai unsur hara (3) peningkatan struktur tanah

dan sifat fisik lainnya.

Penurunan kadar dan kerusakan bahan organik merupakan indikator dari

terdegradasinya kualitas tanah. Bahan organik memiliki peran penting dalam

menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar

bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas

tanaman juga menurun.

Page 22: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

15

Peningkatan kandungan bahan organik seharusnya merupakan prioritas untuk

peningkatan kualiatas tanah dan untuk penyimpanan karbon. Kondisi ini dapat

dilakukan melalui pengembalian sisa panen (residu tanaman) dan mengaplikasinya

sebagai kompos, mengurangi intensitas pengolahan tanah, pendekatan pola tanam

dengan rotasi tanaman, penerapan sistem agroforestri, dan pemanfaatan teknologi

mikoriza (Supriyadi 2008).

Manajemen pengelolaan lahan yang tidak mengembalikan residu hasil panen ke

lahan dapat menyebabkan menurunnya kadar bahan organik tanah ( Liang et al.,

2008). Residu tanaman tidak hanya bermanfaat dalam mempengaruhi kadar bahan

organik tanah tetapi juga meempunyai dampak terhadap sifat fisik dan kimia tanah

(Balesdent et al., 2000; Blanco-Canqui et al., 2006). Penggunaan pupuk kandang

dalam cropping sistem dapat menjaga dan meningkatkan bahan organik tanah

(Rickman et al., 2001; Tester, 1990; Vanden Bygaart et al., 2003).

Page 23: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

16

III. METODOLOGI / PROSEDUR

3.1. Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang, dimulai T.A 2013 dan

berakhir T.A 2014, yang meliputi kegiatan pemodelan peningkatan produktivitas lahan

sawah irigasi teknis dan lahan kering dengan pendekatan sistem, dan pendugaan

sequestrasi karbon pada lahan kering pada berbagai pola tanam dan pengolahan tanah

. Pada T.A 2014, aplikasi penelitian pengeloaan lahan dilakukan di lapangan pada

agroekosistem lahan sawah irigasi teknis dan lahan kering di wilayah Provinsi Jawa

Tengah,sedangkan penelitian pendugaan sequestrasi karbon pada lahan kering di

Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ini berdasarkan kontribusi Provinsi Jawa Tengahdan

Lampung terhadap produksi padi nasional pada agroekosistem lahan sawah irigasi

maupun lahan kering yang cukup besar.

Perakitan teknologi pengelolaan lahan sawah irigasi teknis dan lahan kering

berbasis pada konsep modeling dengan pendekatan sistemmerupakan pendekatan

secara holistik terpadu, dengan memperhatikan interaksi semua komponen terlibat

secara harmonis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dari interaksi

kompleks tersebut, dilakukan uji sensitivtas untuk melihat perilaku sistem dan faktor-

faktor dominan yang mempengaruhi kinerja sistem yang dibangun (leverage factors).

Pada lahan sawah irigasi teknis, faktor yang diinteraksikan adalah lahan sawah dengan

status kesuburannya, masukan pupuk N, P, K, dan pupuk organik, benih padi unggul,

iklim, serangan hama/penyakit, harga gabah di tingkat petani. Pada lahan kering faktor

yang diinteraksikan adalah jenis tanah (dengan sifat-sifat fisikanya: tekstur,

kedalaman, lereng), vegetasi, masukan pupuk N, P, K, dan bahan organik, harga

gabah ditingkat petani. Pendugaan sequestrasi karbon dilakukan dengan

mengkombinasikan faktor pengolahan tanah, pola tanam, dan pengelolaan residu

tanaman. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian sebelumnya dimana dinamika

sequestrasi karbon pada tanah mineral dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Penelitian akan dilaksanakan bertahap, yang diawali dengan kegiatan

pengumpulan data kondisi status kesuburan lahan sawah irigasi teknis di wilayah

Provinsi Jawa Tengah dengan pemanfaatan data peta status P dan K lahan sawah

irigasi teknis, produktivitas lahan sawah irigasi teknis, masukan pupuk N, P, K, dan

pupuk organik, jenis dan tingkat serangan hama/penyakit, harga gabah di tingkat

Page 24: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

17

petani. Pengumpulan data ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan petani

maju, PPL, kelompok tani, dan instansi terkait. Demikian juga dengan pengumpulan

data pada lahan kering dilakukan secara partisipatif melibatkan kelompok tani, PPL,

instansi terkait untuk memperoleh gambaran kondisi dan pengelolaan lahan sawah

irigasi teknis dan kering exsisting. Pada kegiatan selanjutnya dilakukan pemodelan

pengelolaan lahan di kedua agroekosistem tersebut untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan. Untuk sequestrasi karbon, kegiatan awal yang dilakukan berupa penentuan

lokasi penelitian yang disertai wawancara dengan petani mencakup sejarah

penggunaan lahan, pengelolaan residu tanaman, pemupukan, produktivitas tanaman

pangan, pengambilan contoh tanah komposit dan contoh tanah ring. Informasi yang

terkumpul ini dijadikan dasar penentuan perlakuan pendugaan sequestrasi karbon.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang, dimulai T.A 2013 dan

berakhir T.A 2014, yang meliputi kegiatan modeling peningkatan produktivitas lahan

sawah irigasi teknis dan lahan kering dengan pendekatan sistem, dan pendugaan

sequestrasi karbon tanah mineral dengan pendekatan pengelolaan sisa tanaman, pola

tanam dan pengolahan tanah. Pada T.A 2014, aplikasi penelitian dilakukan di lapangan

pada agroekosistem lahan sawah irigasi teknis di wilayah Provinsi Jawa Tengah, pada

lahan kering di Jawa Barat dan Lampung. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada

kontribusi Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung terhadap produksi padi

nasional pada agroekosistem lahan sawah irigasi maupun lahan kering yang cukup

besar

Perakitan teknologi pengelolaan lahan sawah irigasi teknis dan lahan kering

berbasis pada konsep modeling dengan pendekatan sistem. Merupakan pendekatan

secara holistik terpadu, dengan memperhatikan interaksi semua komponen terlibat

secara harmonis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penelitian akan

dilaksanakan bertahap sebagai berikut:

a. Kegiatan diawali dengan pengumpulan data kondisi status kesuburan lahan sawah

irigasi teknis di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan pemanfaatan data peta

status P dan K lahan sawah irigasi teknis, produktivitas lahan sawah irigasi teknis,

masukan pupuk N, P, K, dan pupuk organik, jenis dan tingkat serangan

hama/penyakit, harga gabah di tingkat petani. Pengumpulan data ini dilakukan

Page 25: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

18

secara partisipatif dengan melibatkan petani maju, PPL, kelompok tani, dan instansi

terkait. Demikian juga dengan pengumpulan data pada lahan kering dilakukan

secara partisipatif melibatkan kelompok tani, PPL, instansi terkait untuk

memperoleh gambaran kondisi dan pengelolaan lahan sawah irigasi teknis dan

kering exsisting.

b. Dari interaksi kompleks tersebut, dilakukan uji validasi statistik untuk mengetahui

tingkat kevalidan system secara statistik pada selang kepercayaan 5% dengan

RMSPE.

c. Selanjutnya simulasi semua faktor yang berinteraksi untuk membangun model

pengelolaan lahan sawah irigasi teknis dan lahan kering.

d. Tahap berikutnya adalah uji sensitivitas untuk melihat perilaku system dan faktor-

faktor dominan yang mempengaruhi kinerja sistem yang dibangun (leverage

factors).

Pendugaan sequestrasi karbon pada tanah mineral merupakan penelitian

lapang yang dilakukan pada tanah kering masam di Provinsi Lampung. Percobaan

mempelajari pengaruh pola tanam, residu tanaman, dan pengolahan tanah terhadap

dinamika sequestrasi karbon.

3.3. Bahan dan Metode Penelitian

3.3.1. Bahan penelitian

Untuk melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini diperlukan bahan-

bahan berupa bahan penelitian yang meliputi peta status hara P dan K Provinsi Jawa

Tengah, sistem informasi katam terpadu, alat tulis (flash disk, tinta komputer, kertas

HVS, ball point, pointer, penggaris, spidol kecil/besar, dll.), alat bantu pengumpulan

data seperti kuesioner yang menyangkut aspek teknis, dan ekonomi usahatani padi

pada lahan sawah irigasi teknis. Untuk memperoleh data yang lebih valid, dilakukan

rekaman data melalui kegiatan focus group discussion (FGD) melibatkan ahli-ahli

usahatani padi sawah irigasi teknis dan lahan kering.

Untuk kegiatan modeling pada lahan kering, diperlukan bahan berupa Peta

Agroecosystem Zone (AEZ) Provinsi Jawa Barat, peta tanah, peta Digital Elevation

Model (DEM) derivat dari Shuttle Radar Topographic Map (SRTM), peta Rupa Bumi

Indonesia (RBI). Peta tematik yang diperlukan tersebut diharapkan dapat diperoleh

pada skala paling kecil 1:50.000 sehingga mampu dimanfaatkan sebagai penyusunan

Page 26: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

19

kebijakan dan penentuan rekomendasi pada skala lahan usaha tani. Untuk verifikasi

dan mempertajam analisa, maka data primer dan sekunder sangat diperlukan seperti

data tabular curah hujan dan data analisa laboratorium tanah. Pengolahan kartografi

terhadap peta-peta tematik akan menggunakan program Arc GIS. Teknologi informasi

untuk membangun bahasa pemrograman akan menggunakan program Visual Basic seri

terbaru. Program SPLaSH versi web memerlukan display peta yang dapat diakses

menggunakan internet sehingga teknologi display Google Map akan digunakan sebagai

basisnya.

3.3.2. Metode Penelitian

3.3.2.1 Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Kesuburan dan

Pengelolaan Tanah

Aplikasi pendekatan sistem dalam pengelolaan lahan melalui beberapa tahapan

yaitu: analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, validasi sistem, dan

simulasi sistem. Tahapan tersebut bisa diteruskan dengan melakukan uji sensitivitas

model dan arahan penerapan model untuk pengembangan yang dibangun (Eriyatno,

2004).

Analisis Kebutuhan

Dalam tahap analisis kebutuhan dirumuskan semua stakeholders dan

kebutuhannya dalam memenuhi kepentingan masing-masing. Berdasarkan hal tesebut,

stakeholders dalam pengelolaan lahan sawah irigasi antara lain: petani sawah irigasi,

Dinas Pertanian Tingkat Kabupaten, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), Peneliti, Kios

agen sarana produksi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Pedagang perantara, dan

pengumpul dan masyarakat konsumen.

Formulasi Masalah

Analisis kebutuhan menunjukkan adanya benturan kebutuhan dan kepentingan

stakeholders yang terlibat karena masalahnya kompleks. Hal ini membutuhkan suatu

rumusan masalah agar sistem yang dibangun bisa bekerja efektif untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan analisis kebutuhan tersebut formulasi

masalah dalam pengelolaan lahan sawah irigasi adalah:

Page 27: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

20

1. Kompetensi dan keterampilan petani lahan sawah irigasi masih belum memadai

untuk membangun sistem produksi dan pemasaran produksi padi sawah.

2. Peran serta instansi terkait tingkat kabupaten dan propinsi dalam membina dan

memberdayakan petani padi sawah belum optimal.

3. Sebagian besar produktivitas sumberdaya lahan sawah irigasi sudah mengalami

pelandaian, sehingga memerlukan teknologi pengelolaan spesifik lokasi yang tepat

untuk mempertahankan produktivitas lahan.

4. Rendahnya kepedulian petani terhadap kelestarian lingkungan.

5. Rendahnya keterlibatan LSM sebagai lembaga pendamping dalam pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan daerah.

6. Rendahnya kepedulian stakeholders, terutama policy maker daerah terhadap

pencegahan dan upaya konservasi sumberdaya lahan sehingga degradasi lahan

masih terjadi secara intensif.

Identifikasi Sistem

Kegiatan identifikasi sistem merupakan salah satu tahapan penting dalam

aplikasi pendekatan sistem dalam pengelolaan lahan sawah irigasi teknis.Tahapan ini

menghubungkan kebutuhan-kebutuhan dengan permasalahan yang dihadapi sebagai

mata hubungan interkasi variabel yang terlibat (Gambar 2) dan mata rantai yang

digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat (causal loop) (Gambar 3).

Page 28: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

21

Gambar 2. Hubungan Interaksi Variabel terlibat Pengelolaan lahan Sawah

Irigasi Teknis di Jawa Tengan

Page 29: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

22

Produktivitas

lahan

Laju

peningkatan

produktivtas

lahan

Benih

unggulKesubur

an tanah

Hama/

peny akit

Iklim/

curah

hujan

Kadar K

tanah

Kadar C

tanah

Kadar N

tanah

Kadar P

tanah

Pupuk K Pupuk

organik

Pupuk N Pupuk P

Status

kesuburan

tanah

+

-

+

+

-

+

+

+

- + -

+

+

++

-

- -

-

-

+

+ ++

+

++

+

Gambar 3. Causal Loop Diagram (CLD) Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Teknis Menuju Produktivitas 13 ton GKG/ha/tahun

Produktivitas lahan merupakan variabel utama yang harus dicapai dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 13 ton gabah kering giling/ha/tahun. Interaksi variabel

yang terlibat dalam pengelolaan lahan sawah irigasi antara lain status kesuburan

tanah; kadar unsur hara tanah (kadar C, kadar N, P, dan K); jumlah pupuk yang

diberikan (pupuk N, P, K, dan pupuk organik); benih unggul, kesuburan tanah setelah

dipupuk, hama/penyakit; serta iklim/curah hujan.

Status kesuburan tanah berinteraksi positif dengan jumlah kebutuhan pupuk

agar kesuburan tanah meningkat, tetapi makin tinggi status kesuburan tanah makin

Page 30: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

23

sedikit kebutuhan pupuk. Kondisi ini disebut sebagai interaksi building block

balanching. Demikian juga kesuburan tanah berinteraksi positif terhadap jumlah pupuk

yang diperlukan dimana tanah makin subur jika diberi pupuk makin banyak, tetapi

jumlah pupuk yang diperlukan semakin sedikit jika tanah semakin subur. Laju

peningkatan produktivitas lahan berinteraksi sebagai building block reinforcing dengan

benih padi unggul dan ketersediaan air dari jumlah curah hujan, sedangkan terhadap

kesuburan tanah dan serangan hama penyakit berinteraksi sebagai building block

balanching. Pada level produktivitas lahan, laju peningkatan produktivitas lahan

berinteraksi sebagai building block balanching, dimana semakin tinggi laju

peningkatan produktivitas lahan maka produktivitas lahan meningkat dengan cepat,

tetapi pada kondisi produktivitas lahan yang tinggi menyebabkan penekanan terhadap

laju peningkatan produktivitas lahan. Pada tahap selanjutnya, hasil pengumpulan data

akan dimasukkan kedalam Diagram Stock-Flow sebagai aliran untuk mengetahui

perilaku model pengelolaan lahan sawah irigasi teknis.

Analisis selanjutnya adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar sebab-

akibat ke dalam kotak gelap (black box). Terdapat 5 variabel dalam tahapan ini

(Gambar 4) yaitu:

1. Variabel input terkendali

2. Variabel input tak terkendali

3. Variabel output dikehendaki

4. Variabel output tak dikehendaki

5. Variabel kontrol sistem

Variable input berasal dari luar sistem dan dalam sistem, meliputi input terkendali dan

tak terkendali. Variabel output meliputi output dikehendaki dan output tak dikehendaki.

Parameter disain sistem pengelolaan lahan sawah irigasi merupakan proses yang

mempengaruhi input menjadi output.

Validasi Model

Validasi model adalah tahapan penyimpulan apakah model yang dibangun

merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji untuk memperoleh

kesimpulan yang meyakinkan. Tujuannya untuk menguji kebenaran struktur model

untuk menunjukkan kesalahan minimal dibandingkan data aktual termasuk

menggunakan berbagai teknik statistik. Model yang dihasilkan dari simulasi sistem

dibandingkan dengan kondisi saat ini (existing condition) untuk melihat perbedaan

Page 31: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

24

antara keduanya dan sekaligus tingkat validitas model yang dibangun (Hartrisari,

2007).

Gambar 4. Diagram Input-Output dalam Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Teknis

Simulasi Sistem

Simulasi sistem merupakan tahapan pendekatan sistem dengan kegiatan atau

proses percobaan dengan menggunakan suatu model untuk mengetahui perilaku

sistem. Selain itu, juga bisa diketahui pengaruhnya pada komponen-komponen dari

suatu perlakuan yang dicobakan pada beberapa komponen. Hasil simulasi biasanya

ditampilkan sebagai grafik dan tabel yang mengilustrasikan variabel-variabel sensitif

yang mempengaruhi perilaku sistem.

Sensitivitas Model

Analisis sensitivitas model dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana model

dapat digunakan apabila ada perubahan pada asumsi atau sejauh mana kesimpulan

Input terkendali: - Penyediaan benih unggul - Penyediaan pupuk - Kebutuhan tenaga kerja - Target produksi - Arus informasi teknologi

dan managemen

Disain sistem pengelolaan lahan sawah irigasi teknis

Output tak dikehendaki - Produktivitas lahan menurun dan tidak

berkelanjutan - Konflik sosial dan politik tinggi - Degradasi lahan intensif - Pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat turun

Input tak terkendali: - Kondisi sosial budaya

masyarakat lokal - Harga input dan

output - Kondisi politik dan

ekonomi nasional

Input Lingkungan - Kesesuaian lahan - Biodiversitas

lingkungan - Serangan

hama/penyakit - Iklim

Output dikehendaki: - Produktivitas lahan berkelanjutan - Peluang kerja meningkat - Degradasi lahan rendah - Pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat meningkat - Arus informasi teknologi dan pengelolaan

lahan sawah mudah diakses

Umpan balik sistem perencanaan

Page 32: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

25

hasil model dapat berubah bila variable model berubah. Model dikategorikan sensitif

jika perubahan nilai variabel input menyebabkan perubahan output model. Hasil

analisis ini dapat diketahui keterbatasan penggunaan model (Hartrisari, 2007).

Terdapat tiga jenis pengujian sensitivitas model yaitu sensitivitas numerik, sensitivitas

perilaku dan sensitivitas kebijakan. Uji sensitivitas numerik dilakukan dengan cara

mengubah nilai numerik input yang menyebabkan perubahan pada nilai numerik

output model.

Selanjutnya, interpretasi model yang dibangun bisa memberikan arahan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel strategis untuk dijadikan acuan perumusan skenario

dan kebijakan dalam mengelola produksi dan pengelolaan lahan sawah irigasi. Lebih

jauh lagi, model yang dibangun juga berpeluang untuk diaplikasikan pada lokasi lahan

sawah irigasi yang memiliki karakteristik biofisik dan sumberdaya lahan yang mirip

dengan lokasi penelitian.

Sebagai suatu sistem, penelitian yang dilakukan ini mempunyai keterbatasan

dimana aspek yang diteliti terbatas pada produktivitas lahan sawah irigasi teknis

dengan asumsi sebagai berikut:

a. Pengumpulan data:

Data historis perkembangan produktivitas padi sawah irigasi teknis selama 6 tahun

(2007-2012)

Data serangan opt pada padi sawah irigasi teknis periode tahun yang sama

Data indeks penyediaan air irigasi pada sawah irigasi teknis diasumsikan sebesar 1,0

(100%)

Data indeks kemampuan penyediaan benih unggul sampai sebesar 1,0 (sampai

100%)

Data indeks kemampuan penyediaan pupuk NPK dan bahan organik sampai 1,0

(100%)

Data susut panen maksimal 5%

Produktivitas masih bruto (total, termasuk bagian yang dibayarkan ke buruh panen)

Data dinamika hara P dan K dalam tanah (residu P dan K dalam tanah, berdasarkan

hasil penelitian) untuk mengestimasi Indeks residu P dan K dalam tanah

Data dinamika kadar bahan organik dalam tanah

b. Periode waktu pemodelan mengestimasi produktivitas lahan sawah irigasi teknis

selama 6 tahun ke depan (2013-2017).

c. Analisis data menggunakan program PowerSim Contructur versi 2.5

Page 33: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

26

3.3.2.2.Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Konservasi Tanah

Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang dimulai T.A 2013

meliputi wilayah lahan kering di Prov. Jawa Barat. Pada T.A 2013 dan 2014 penelitian

dilakukan pada agroekosistem lahan lahan kering di wilayah Provinsi Jawa Barat dan

hanya dibedakan pada output penelitian saja. Khusus rekomendasi pemupukan akan

meliputi ekosistem lahan basah termasuk sawah irigasi teknis. Penelitian ini

dilaksanakan secara deskwork dan lapang. Kegiatan deskwork dilakukan untuk merakit

komponen teknologi analisis erosi tanah dan rekomendasi pemupukan. Penelitian

lapang dilakukan untuk validasi dari sistem informasi konservasi tanah dan

rekomendasi pupuk.

Pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan dalam tahap-tahap kegiatan sebagai

berikut: 1) Penyusunan sistem informasi rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial

di Provinsi Jawa Barat, 2) Kegiatan penyempurnaan sistem pengambilan keputusan

konservasi tanah versi web yang terdiri dari rangkaian kegiatan: i) penyempurnaan

atribut peta dasar, (ii) penyempurnaan peta erodibilitas tanah (K), iii) penyempurnaan

basis data dan kalkulasi model, dan 3) Perakitan program DSS konservasi tanah ke

dalam website Balai Penelitian Tanah.

Penyusunan Sistem Informasi Rekomendasi Pupuk

Penyusunan sistem informasi rekomendasi pupuk akan menggunakan data hasil

analisis tanah dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Penelitian

Tanah di seluruh wilayah Indonesia. Analisis tanah yang dilakukan berupa analisis

laboratorium dan analisis dari PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) yang memiliki

keunggulan dari segi efisiensi biaya dan tenaga. Rekomendasi pemupukan pada

prinsipnya merupakan saran jumlah dan komposisi unsur hara yang diberikan ke dalam

tanah untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Jika tanah semakin miskin, maka

rekomendasi pupuk yang diberikan juga akan semakin besar, demikian pula sebaliknya.

Ketersediaan pupuk bagi tanaman di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh interaksinya

dengan unsur hara yang lain, pH, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, Mg dan Al

dapat ditukar, dan tekstur. Rekomendasi pupuk yang baik akan mempertimbangkan

hubungan antar parameter sifat tanah tersebut. Pengetahuan mengenai rekomendasi

pupuk ini juga disusun berdasarkan berbagai hasil percobaan di tingkat laboratorium,

rumah kaca, dan lapangan dengan mempertimbangkan jenis tanaman dan

agroekosistemnya.

Page 34: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

27

Sistem informasi rekomendasi pupuk ini akan menghilangkan hambatan di

tingkat pengguna terhadap akses data parameter sifat tanah tersebut. Dalam kegiatan

TA 2014 ini akan menggunakan data spasial sebagai alat bantu interpretasi. Data

spasial berupa poligon yang berisi parameter sifat tanah yang disusun secara lengkap

yang merupakan hasil dari interpretasi peta tanah skala 1:250.000.

Basis pengambilan contoh tanah untuk dianalisis adalah batas administrasi

kecamatan yang mempertimbangkan aspek homogenitas karakteristik tanah. Data

yang tersedia adalah data rekomendasi pemupukan NPK untuk komoditas padi, padi

gogo, jagung, dan kedelai per kecamatan. Jenis komoditas tersebut paling banyak

dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Format tabuler data akan dirubah ke format

spasial dengan batas administrasi sebagai polygon boundary-nya. Perubahan format

tersebut akan dilakukan dengan perangkat lunak Arc GIS maupun Arc View dengan

penyelarasan format georeference-nya sehingga memungkinkan untuk diintegrasikan

dengan format spasial lainnya dalam sistem informasi ini. Selain prinsip memudahkan

bagi pengguna, integrasi sistem rekomendasi pemupukan ke dalam sistem utama ini

tetap memperhatikan segi estetika dan validitas input dan output.

Penyusunan Sistem Pengambilan Keputusan Konservasi Tanah versi web

Hampir sama dengan program SPLaSH yang pernah dibuat oleh Balai Penelitian

Tanah, program SPLaSH versi web ang akan dibangun juga menggunakan formula

USLE (Universal Soil Loss Equation) dan TSL (Tolerable Soil Loss) sebagai dasar

perhitungan untuk mendapatkan IBE (Indeks Bahaya Erosi). Formula USLE

(Wischmeier and Smith, 1978) yang digunakan adalah:

A = R*K*L*S*C*P ................................................................................ (1)

Dimana, A : Prediksi erosi tanah (t ha-1 th-1)

R : Faktor erosivitas hujan

K : Faktor erodibilitas tanah

L : Faktor panjang lereng

S : Faktor kemiringan lereng

C : Faktor tanaman

P : Faktor pengelolaan lahan

Formula TSL dikembangkan oleh Hammer (1981) dengan konsep bahwa erosi yang

masih dapat dibiarkan merupakan fungsi dari kedalaman efektif dan faktor kedalaman

dari masing-masing sub grup tanah, umur guna tanah, dan berat isi tanah (BV).

Page 35: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

28

Formula TSL = BVU

DfDe*

* ................................................................ (2)

Dimana, TSL : Erosi yang masih dapat dibiarkan (t ha-1 th-1)

De : Kedalaman efektif (mm)

Df : Faktor kedalaman

U : Umur guna tanah (th)

BV : Berat volume (g cm-3)

Orde tanah merupakan bagian dari sistem klasifikasi tanah USDA (Soil

Taxonomy) di bawah Group. Orde tanah dapat menggambarkan jenis tanah yang

rentan terhadap erosi berdasarkan bahan induk penyusunnya, rejim kelembaban, rejim

suhu, sifat fisikokimia tanah dan lain-lain. Sedangkan formula IBE untuk menentukan

status bahaya lahan terhadap erosi juga merupakan konsep dari Hammer (1981)

sebagai berikut:

Formula IBE = TSL

A ............................................................................. (3)

Dimana, A : Prediksi erosi (t ha-1 th-1)

TSL : Erosi yang masih dapat dibiarkan (t ha-1 th-1)

IBE < 1 berarti lahan masih dalam kondisi aman. Erosi yang terjadi tidak

mengakibatkan penurunan kualitas lahan. IBE > 1 berarti lahan dalam kondisi tidak

aman. Erosi yang terjadi mengakibatkan penurunan kualitas lahan bahkan kerusakan

lahan. Pada tingkat petani, IBE > 1 mengindikasikan perlunya perubahan dalam

pengelolaan tanaman maupun lahan sehingga erosi yang terjadi dapat ditekan hingga

mencapai batas aman.

Kebutuhan terhadap peta-peta digital sangat dibutuhkan dalam penelitian ini.

Apabila belum tersedia peta-peta digital dari tema yang diperlukan, maka dibutuhkan

pekerjaan digitasi, dimana peta-peta hardcopy akan discan terlebih dahulu sehingga

menjadi format analog. Pekerjaan digitasi yang akan dilakukan pada monitor komputer

merupakan pekerjaan yang membutuhkan resource yang besar karena terkait upah

harian. Peta-peta tematik akan disajikan sesuai dengan atribut yang dibutuhkan,

misalnya atribut peta tanah dan iklim yang dikeluarkan dari peta AEZ. Peta-peta

tematik tersebut selanjutnya ditumpangtepatkan (overlay) dengan peta tematik lainnya

(DEM, RBI, Citra, dan administrasi) sehingga menjadi peta satuan unit lahan spesifik.

Seluruh pekerjaan tersebut dilakukan dengan program Arc GIS.

Page 36: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

29

Tabel 1. Bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan DSS Konservasi Tanah Versi Web

Faktor erosi

Data yang Kdiperlukan

Sumber data

R Data curah hujan harian

Peta Zona Musim (ZOM) Prov. Jawa Barat dengan verifikasi data iklim dari stasiun iklim di wilayah Jateng

K Data kandungan bahan organik, tekstur, kelas struktur, dan permeabilitas tanah

Peta Tanah Skala Tinjau Prov. Jawa Barat dengan verifikasi data survey minipit dan analisis contoh tanah

LS Data panjang dan kelas lereng

Peta DEM (Digital Elevation Model) hasil derivasi dari peta SRTM (Shuttle Radar Topographic Map)

Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) dari Bakosurtanal dengan verifikasi data citra satelit.

R sebagai faktor erosivitas merupakan nilai kekuatan hujan dalam

menyebabkan erosi. Faktor R akan menggunakan sumber data dari atribut iklim peta

AEZ. Data yang disajikan dalam peta AEZ terbatas pada informasi kelas dan sub kelas

iklim. Dari kelas dan sub kelas iklim tersebut terdapat jumlah curah hujan (CH) rata-

rata tahunan disertai dengan jumlah bulan basah dan bulan kering. Data yang

digunakan akan merupakan data seri selama lebih dari 20 tahun. Data tersebut akan

menjadi dasar pembuatan faktor R, dimana data yang digunakan untuk penghitungan

erosivitas akan menggunakan formula Lenvain dengan persamaan:

36,1)(21,2 mRainRm .................................................................................... (4)

Dimana: Rm : Erosivitas hujan bulanan

Rainm : Jumlah curah hujan bulanan (cm)

K adalah faktor erodibilitas tanah, merupakan nilai kemudahan tanah terosi.

Faktor K akan menggunakan sumber data peta AEZ dengan atribut tanah. Pada atribut

tersebut akan muncul family tanah dengan data tabular yang diperlukan dalam

menentukan faktor K. Komponen yang digunakan untuk penentuan faktor K dalam

program SPLaSH versi web ini mengacu pada formula Hammer (1981) yang disajikan

dalam persamaan:

100

)3(5,2)2(25,3)12(*10*713,2 414,1

cbaMK .......................... (5)

Dimana: K : Erodibilitas tanah

M : Parameter ukuran butir tanah

Page 37: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

30

a : % Bahan organik

b : Kode struktur tanah

c : Kode permeabilitas tanah

Nilai M didapatkan dari persamaan:

M = (% debu + % pasir sangat halus) * (100 - % liat) ........................... (6)

Bila di dalam Peta Tanah Skala Tinjau tidak memiliki data kuantitatif ukuran

butir tanah, maka program ini memilih data tekstur tanah kualitatif berdasarkan tabel

berikut ini:

Tabel 2. Penilaian Tekstur (M) berdasarkan Hammer (1981)

Kelas tekstur (USDA) Nilai M Kelas tekstur (USDA) Nilai M

Heavy clay Medium clay Sandy clay Light clay Sandy clay loam Silty clay Clay loam

210 750

1213 1685 2160 2830 2830

Sand Loamy sand Silty clay loam Sandy loam Loam Silt loam Silt

3035 3248 3770 4005 4390 6330 8245

Apabila tidak diperoleh data % pasir sangat halus, maka program ini secara

otomatis akan men-generate data % pasir*1/3 sebagai data % pasir sangat halus. Hal

ini dilakukan karena data analisis tanah sangat jarang yang mencakup analisis pasir

sangat halus, kecuali memang diperlukan untuk analisis USLE.

Untuk data bahan organik (a), apabila di dalam Peta Tanah Skala Tinjau hanya

memiliki data bahan organik dalam bentuk analisis karbon (C), maka program ini juga

akan men-generate data % C * 1,724 sebagai data % bahan organik. Bahkan ketika di

dalam Peta Tanah Skala Tinjau tidak ditemukan data kuantitatif bahan organik,

program ini akan menyediakan fasilitas data kualitatif bahan organik seperti dalam

tabel berikut ini:

Tabel 3. Kelas Kandungan Bahan Organik

Kelas Harkat Prosentase BO (%)

0 1 2 3 4

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

< 1 1 – 2

2,1 – 3 3,1 – 5

> 5

Page 38: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

31

Untuk data struktur tanah (b), program ini sudah menyediakan empat kriteria

struktur tanah secara default sebagai berikut:

Tabel 4. Penilaian Struktur Tanah (Hammer, 1981)

Struktur Nilai

Granuler, sangat halus Granuler halus Granuler koarse, sedang Gumpal, lempeng atau pejal

1 2 3 4

Program ini dapat memasukkan nilai kuantitatif maupun kualitatif permeabilitas

tanah (c) di dalam Peta Tanah Skala Tinjau untuk mendapatkan nilai yang selanjutnya

diproses oleh mesin program tersebut.

Tabel 5. Kelas Permeabilitas Tanah (Hammer, 1981)

Kelas cm/jam Nilai

Cepat Sedang sampai cepat Sedang Sedang sampai lambat Lambat Sangat lambat

25,4 12,7 – 25,4 6,3 – 12,7 2,0 – 6,3 0,5 – 2,0

< 0,5

6 5 4 3 2 1

Data faktor K yang diturunkan dari Peta Tanah Skala Tinjau. Data tersebut akan

diverifikasi dengan menggunakan peta tanah di lokasi bersangkutan untuk menggali

informasi lebih dalam lagi.

L merupakan faktor panjang lereng sedangkan S adalah faktor kemiringan

lereng. Faktor L dan S merupakan hal yang terpisahkan dalam prinsip mempelajari

erosi sehingga sering kedua istilah tersebut digabungkan menjadi LS. Dari data SRTM,

akan diperoleh peta DEM sesuai dengan kategori panjang dan kemiringan lereng yang

kita kehendaki. Dengan menggunakan input parameter panjang aktual lereng (l) dan

kemiringan aktual lereng (S) dari hasil pengolahan peta DEM, program SPLaSH versi

web akan menghitung faktor LS. Untuk tingkat kemiringan < 22%, menggunakan

rumus Wiscmeier (1978) dengan persamaan sebagai berikut:

100

1387,0965,038,1(* 2SSLLS

.......................................... (7)

Page 39: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

32

Sedangkan untuk kemiringan yang lebih curam, program ini menggunakan

rumus Gregory et al., (1977) dengan persamaan sebagai berikut:

)sinsin*5,0(*cos*7046,34*21,2

249,2249,1503,1

5,0

SSSL

LS

. (8)

C adalah faktor pengelolaan tanaman, merupakan indeks perlindungan

tanaman terhadap agensia erosi. Dalam program SPLaSH versi web ini, faktor C

diambil dari beberapa sumber literatur yang dipilih dengan pertimbangan yang matang.

Kelemahan dari daftar faktor C ini adalah jumlahnya yang terbatas, belum

mengakomodir seluruh praktik pengelolaan tanaman oleh petani. Untuk mengurangi

tingkat kesalahan, pengguna harus selektif dalam memilih faktor C tersebut di dalam

program SPLaSH versi web. Berikut disajikan daftar nilai faktor C yang digunakan

dalam program SPLaSH versi web

Prinsip Penentuan Rekomendasi

Perbedaannya terletak pada sumber data dan hasil rekomendasi. Peluang

rekomendasi yang dihasilkan dari formula tersebut adalah rekomendasi teknik

pengelolaan lahan (P) dan pemilihan tanaman komoditas (C) (Gambar 3). Penetuan

rekomendasi di dalam SPLaSH versi web adalah teknik penegelolaan lahan (P) karena

tidak melibatkan faktor agroekosistem yang sebagian komponennya tidak dapat

dimodifikasi maupun dimanipulasi (given). Contohnya adalah penentuan jenis tanaman

komoditas yang sulit dipraktekkan karena pemilihan tanaman komoditas sangat

tergantung pada kesesuaian lahan setempat, nilai budaya, modal, dan pemasaran.

Rekomendasi teknik pengelolaan lahan lebih mudah dilaksanakan oleh petani karena

hambatannya paling sedikit.

Rekomendasi teknik pengelolaan lahan (P) diperoleh dari persamaan 1 diatas,

yaitu

CSLKR

AP

**** ................................................................................... (9)

Nilai A diperoleh dari persamaan:

A = IBE * TSL ...................................................................................... (10)

Dimana, IBE : Indeks Bahaya Erosi

Page 40: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

33

TSL : Erosi yang masih dapat dibiarkan

IBE merupakan bilangan natural <1 sehingga diharapkan bahwa dengan

kondisi lahan sekarang, setiap alternatif teknik pengelolaan lahan yang

direkomendasikan dipastikan aman dari erosi yang berlebihan.

Gambar 5. Bagan Alir Struktur Kerja Program SPLaSH Versi Web

P adalah faktor pengelolaan lahan, merupakan indeks perlindungan lahan

terhadap agensia erosi. Kelemahan dari daftar faktor P ini adalah jumlahnya yang

terbatas, belum mengakomodir seluruh praktik pengelolaan lahan oleh petani. Untuk

mengurangi tingkat kesalahan, pengguna harus selektif dalam memilih faktor P yang

direkomendasikan oleh DSS konservasi tanah versi web.

Page 41: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

34

Penelitian Perakitan Sistem Pengambilan Keputusan Program DSS

KonservasiTanah dan Kebutuhan Pupuk ke dalam Website Balai Penelitian

Tanah

Teknologi web pada dasarnya merupakan teknologi penyusunan dan

penyimpanan halaman informasi pada sebuah tempat yang disebut web server. Web

ini dapat diakses oleh pengguna yang bertindak sebagai client dengan menggunakan

referensi Uniform Resource Identifier (URI) pada web browser dan selanjutnya sistem

mencari halaman yang diminta. Permintaan tersebut segera disampaikan ke server

dengan menggunakan HTTP (HyperText Transfer Protocol).HTTP tersebut memiliki

fungsi mirip sebagai intrepetter (penerjemah bahasa) antara dua pihak yang sedang

berkomunikasi.Setelah permintaan disampaikan kepada web server dan jika halaman

yang diminta sudah ditemukan maka web server akan memberikannya kepada client

juga dengan menggunakan intepretter atau protocol yang sama yaitu HTTP. Proses ini

hanya membutuhkan waktu beberapa mikrodetik saja hingga halaman webterrdisplay

(ditampilkan) pada komputer client. Tetapi kecepatan ini juga sangat tergantung pada

koneksi internet.

Pada kegiatan penelitian ini, halaman web yang berisi sistem informasi

konservasi tanah dan kesuburan berupa sistem pengambilan keputusan akan

dipasangkan sebagai tautan (hyperlink) pada halaman web Balai Penelitian Tanah. Hal

ini juga dimaksudkan sebagai penegasan bahwa teknologi ini merupakan produk dari

Balai Penelitian Tanah.

Pada halaman web DSS konservasi tanah dan kesuburan ini terdapat fitur “add

placemark” atau penanda lokasi yang dipilih. Setelah pengguna setuju dan

memberikan konfirmasi pada letak penanda lokasi tersebut, maka direncanakan akan

langsung muncul jendela informasi mengenai 2 hal yaitu: i) informasi koordinat bumi

dan lokasi administrasi, serta ii) pilihan masuk ke menu “simulasi SPLaSH atau

Rekomendasi Pupuk”. Menu tersebut sebenarnya merupakan menu dari sistem

pengambilan keputusan pengelolaan lahan berbasis konservasi tanah. Ada 3 sub menu

yang merupakan rangkaian tak terpisah dari sistem ini yaitu: i) sub menu Data,

merupakan menu interaktif dimana pengguna dapat memberikan input data yang

diperlukan oleh sistem ini, ii) sub menu Proses, merupakan display informasi akan hasil

perhitungan data berdasarkan input data sebelumnya, dan iii) sub menu Hasil,

merupakan pilihan teknologi pengelolaan lahan (faktor P) yang memberikan hasil erosi

lebih rendah dibandingkan dengan erosi yang masih dapat diabaikan.

Page 42: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

35

Struktur Menu

Gambar 6. Bagan Alir Struktur Menu Sistem Informasi Konservasi Tanah dan Kesuburan Berbasis web

Sub menu Hasil juga memberikan tautan terhadap masing-masing teknologi

pengelolaan lahan terpilih tersebut yang isinya sama dengan menu “informasi teknik

konservasi tanah”. Pada aplikasi rekomendasi pupuk, maka sub menu Hasil juga

memberikan tautan terhadap identifikasi detil rekomendasi pupuk. Untuk lebih

jelasnya, berbagai menu dan hierarkinya dapat dilihat pada bagan alir Gambar 4.

Validasi Sistem Informasi Pengelolaan Lahan

Kegiatan validasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui akurasi dan

presisi dari sistem informasi yang dibuat. Untuk TA 2014, validasi dilakukan secara

deskwork dengan cara membandingkan karakteristik tanah berdasarkan atribut basis

data yang telah disediakan di sistem dengan laporan hasil survey tanah baik berupa

pengamatan lapang maupun uji sampel tanah laboratorium. Lokasi pengamatan

lapangan dan pengambilan sampel tanah akan diseleksi secara ketat agar benar-benar

mewakili karakteristik pedon maupun satuan pengelolaan tanah (SPT).

Kegiatan ini akan sangat menarik karena atribut basis data dalam sistem

merupakan hasil interpretasi peta tanah, bahan induk, lereng dan ikim. Perbedaan

kemungkinan besar akan dijumpai antara hasil interpretasi tersebut dengan fakta

Web Balai

Penelitian Tanah

Halaman Utama

DSS versi web

Menu Utama

(google map)

Info Teknik

Konservasi

Manual

DSSkonserva

si tanah Info lokasi

(koordinat,

admin)

Aplikasi

Rek.omendasi

Pupuk

Data

Perhitungan

Hasil

Aplikasi SPLaSH

Page 43: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

36

lapang dan laboratorium. Semakin besar perbedaan tersebut maka atribut basis data

dari sistem akan semakin lemah validitasnya. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil

perbedaannya, maka hasil interpretasi sifat tanah berdasarkan expertise justice

tersebut akan semakin valid.

Tingginya validitas sistem akan sangat menentukan daya gunanya oleh

masyarakat pengguna. Panduan analisis juga akan semakin fokus untuk mendapatkan

nilai-nilai karakteristik lahan yang baik. Apabila dalam kegiatan ini dihasilkan

kesimpulan tidak valid, maka sistem akan dilengkapi dengan pemberitahuan (notice)

untuk menggunakan data karakteristik tanah dan iklim pada petak yang dijadikan

lokasi kajian agar mendapatkan hasil prediksi erosi dan rekomendasi teknik konservasi

yang lebih akurat.

3.3.2.3. Penelitian pendugaan cadangankarbon pada pengelolaan tanah dan

tanaman tanah mineral

Model CQESTR merupakan model C sekuestrasi yang mulai dikembangkan sejak

tahun 2000. Model ini termasuk prosess based model yang menggunakan informasi

yang disimpan dalam file manajementanaman dan C faktor dari Revised Universal Soil

Loss Equation. CQESTR juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan

dari pembuangam residu tanaman hasil panen dari lahan pertanian (Liang et al.,

2008).

CQESTR model dapat digunakan untuk memprediksi tren C tanah di daerah

temperate (Rickman et al., 2000). Model CQESTR versi 1.0 mengindikasikan bahwa

model mudah untuk diaplikasikan dan dapat digunakan untuk memprediksi tren karbon

di daerah temperate dengan kondisi drainase tanah tergolong baik (Rickman et al.,

2002).

CQESTR merupakan model C balance yang menghubungkan bahan residu

organik, manajemen tanaman, dan pengolahan lahan untuk memprediksi penambahan

atau pengurangan SOM (soil organic matter).Penggunaan CQESTR dapat digunakan

untuk melakukan evaluasi pengelolaan lahan sehingga produktivitas tanah dapat lestari

dan berkesinambungan.Model dari CQESTR dapat disajikan seperti Gambar 7 berikut :

Page 44: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

37

Gambar 7. Diagram Keterkaitan Variabel-Variabel dalam Model CQESTR

Kegiatan penelitian ini membutuhkan data rotasi tanaman, hasil panen, praktek

pengolahan lahan, informasi pupuk yang digunakan, pembenah tanah organik,

pembenah tanah yang digunakan, kandungan N Dari residu tanaman dan amel,

karakteristik akar, BD awal, kadar SOM awal,rata rata data curah hujan bulanan, rata

rata data temperatur bulanan, tekstur tanah, kelas drainase tanah Tabel

6).Perbandingan nilai observasi dan simulasi model CQSTR di Columbia, Champaign,

Lincoln, dan Sidney menghasilkan r2 = 0,94, P< 0,001). Nilai ini menunjukkan bahwa

CQESTR dapat memprediksi dinamika bahan organik di bawah variasi iklim dan praktek

manajemen lahan (Liang et al., 2008).

Page 45: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

38

Tabel 6. Input Data Model CQESTR

Keterangan Informasi minimum

Informasi lokasi Keterangan lokasi: nama desa, kabupaten

Posisi landscape

Latitude, longitude, ketinggian

Pengeloaan lahan Tanggal operasi

Jenis pengolahan lahan

Kedalaman pengolahan lahan

Persentase residu di permukaan tanah

Fraksi residu yang dikubur dan kedalaman

Cropping systems Rotasi tanaman

Hasil panen dan residu, atau harvest index

Kandungan N pada residue hasil panen tiap tanaman

Shoot to grain ratio

Karakteristik akar

Rasio akar dengan bagian atas tanaman tiap panen (root

to shoot ratio)

Pupuk/pembenah tanah Tipe pembenah tanah organik

Tanggal aplikasi

Jumlah aplikasi

Kandungan carbon, nitrogen, dan kelembaban dari

pembenah

Sifat tanah Kedalaman, jumlah lapisan, pengukuran C organik tiap

lapisan

SOM/SOC awal tiap lapisan

SOC/SOM awal

Soil series

BD

Tekstur

Kelas drainase tanah

Kedalaman profile tanah atau restricted layer Iklim Rata-rata bulanan temperatur udara

Rata-rata bulanan curah hujan

Evapotranspirasi Keterangan: - Rotasi tanaman jagung-ubi kayu-padi - Residue tanaman: dikembalikan, dibuang - Penggunaan pupuk kandang: tanpa pupuk kandang ( kontrol), pupuk kandang 2,5 t ha-1

- Pengolahan tanah minimum - Menggunakan rancangan Petak terpisah dengan tiga ulangan.

Page 46: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

39

ANALISIS RISIKO Penelitian ini melibatkan banyak variable dan berlangsung secara time series

sehingga interaksi antara variable sangat kompleks. Hal ini menimbulkan risiko

kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang melibatkan variable

sedikit (Tabel7 dan8).

Tabel 7. Daftar Risiko Penelitian Pengembangan System Informasi

Pengelolaan Tanah

No Risiko Penyebab Dampak

1 Database pengelolaan lahan sawah Kurang valid

Inventaris data di Instansi terkait kurang baik

Formulasi masalah kurang tepat

2 Database pengelolaan lahan kering Kurang valid

Inventaris data di Instansi terkait kurang baik

Formulasi masalah kurang tepat

3. Peta dasar yang dipakai

kurang valid

Peta dasar kurang tersedia Peta informasi

pengelolaan lahan kurang tepat

4. Tanaman kekurangan air Curah hujan dibawah rata-

rata normal

Produktivitas tanaman

rendah

5. Serangan hama meningkat

(booming)

Kondisi iklim mendukung

perkembangan

hama/penyakit

Produktivitas tanaman

rendah

6. Pemupukan tanaman

dibawah rekomendasi

Harga pupuk mahal Produktivitas tanaman

rendah

7. Mutu benih kurang baik Harga benih unggul mahal Produktivitas tanaman

rendah

Tabel8 . Daftar Penanganan Risiko Penelitian Pengembangan System Informasi

Kesuburan dan Pengelolaan Tanah

No Risiko Penyebab Penanganan risiko

1. Database pengelolaan

lahan sawah Kurang valid

Inventaris data di Instansi

terkait kurang baik

Lakukan validasi database

2. Database pengelolaan lahan kering Kurang valid

Inventaris data di Instansi terkait kurang baik

Lakukan validasi database

3. Peta dasar yang dipakai

kurang valid

Peta dasar kurang

tersedia

Lakukan penelusuran peta

dasar lebih intensif

4. Tanaman kekurangan air Curah hujan dibawah

rata-rata normal

Adaptasi varietas tahan kering

5. Serangan hama meningkat

(booming)

Kondisi iklim mendukung

perkembangan

hama/penyakit

Menggalakkan penerapan

pengelolaan hama terpadu

6. Pemupukan tanaman

dibawah rekomendasi

Harga pupuk mahal Merumuskan dan

mengusulkan kebijakan

subsidi pupuk

7. Mutu benih kurang baik Harga benih unggul mahal Merumuskan dan

mengusulkan kebijakan

subsidi benih

Page 47: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

40

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

Tabel 9. Tenaga yang Terlibat dalam Pelaksanaan Penelitian Pengembangan Sistem

Informasi Pengelolaan Tanah T.A. 2014

Nama lengkap, Gelar dan

NIP

Jabatan Kedudukan dalam

kegiatan

Alokasi waktu (OB)

Fungsional

Struktural

Dr. I G P Wigena NIP. 19581231 198703 1 004

Peneliti Madya PJ RPTP 6

Setiari Marwanto, MSi NIP. 19770713 200212 1 003

Peneliti Muda PJROPP 4

Rahmah Dewi Yustika, SP, MSi NIP. 19781117 200312 2 001

Peneliti Muda PJ ROPP 4

Ir. I. Wayan Suastika, MSi NIP. 19610815 199003 1 001

Peneliti Madya Anggota 2

Dr. Ai Dariah NIP. 19620210 198701 2 001

Peneliti Madya Anggota 2

Dr. Irawan NIP.19581128 198303 1 002

Peneliti Madya Anggota 2

Dr. Husnain NIP.19730910 200112 2 001

Peneliti Muda Anggota 2

Dr. Diah Setyorini NIP.19620624 198603 2 002

Peneliti Madya Anggota 2

Ir. Tagus Vadari NIP. 19591005 198903 1 001

Analis optimasi Rehabilitasi dan konservasi

Anggota 2

Dr. Umi Haryati NIP. 19601017 198903 2 001

Peneliti Mudya Anggota 2

Dr. Maswar, M.Agr.Sc NIP. 19620527 199203 1 001

Peneliti Mudya Anggota 2

Muhtar, SP, MP NIP. 19791116 200801 1 008

- Ka. Kebun Percobaan

Anggota 1

Moch. Iskandar, A.Md NIP.19661120 199503 1 002

Litkayasa Anggota 2

Kartiwa NIP.19630114 199203 1 002

Litkayasa Penyelia

Teknisi 2

Imam Purwanto, SP NIP. 19590910 198203 1 003

Litkayasa Penyelia

Teknisi 2

Rahmat Hidayat NIP. 19581022 198203 1 002

Litkayasa Penyelia

Teknisi 2

Darsana Sudjarwadi NIP. 19600401 198303 1 002

Litkayasa Penyelia

Teknisi 2

Sulaeman NIP. 19590626 199203 1 000

- Teknisi 2

Edi Somantri NIP. 19581021 198203 1 001

Litkayasa Penyelia

Teknisi 2

Petugas lapang BPTP Teknisi 2

Petugas KP Taman Bogo - Teknisi kebun 2

Page 48: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

41

Prof. Dr. Fahmuddin Agus NIP. 19590110 198603 1 001

Peneliti Utama Narasumber 2

Dr. Ir. Ali Jamil , MP NIP. 19650830 199803 1 001

Peneliti Madya Narasumber 1

Dr. Ir. Sudradjat, MS - Narasumber 2

Erich Erlangga - Programmer 6

Moh Jazem Programmer 6

Programmer - Programmer 2

Page 49: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

42

Jangka Waktu Kegiatan

Merupakan penelitian jangka panjang, mulai T.A 2013 – T.A 2014, untuk T.A

2014, jadwal kegiatan sbb:

Tabel 10. Jadwal pelaksanaanPenelitian Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan

Tanah T.A. 2014

Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan ke..... tahun 2014)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pembuatan Proposal dan Juklak

Pra survey dan penetapan lokasi

Deskwork dan survey Uji coba teknik produksi

Analisis contoh pupuk Pengolahan data Penyusunan laporan

Pembiayaan

Untuk T.A. 2014, total dana yang dialokasikan sebesar Rp 270 000 000 (Dua

ratus tujuhpuluh juta rupiah), yang dijabarkan ke dalam rincian Tabel 11 sebagai

berikut:

Tabel 11. Rincian Alokasi Dana Penelitian Pengembangan Sistem Informasi

Pengelolaan Tanah T.A 2014

Kode Kegiatan1 Kegiatan2 Kegiatan3 Jumlah

Belanja bahan 17 000 000 18 040 000 27 500 000 62 540 000

Honor output kegiatan 40 000 000 23 200 000 2 500 000 65 700 000

Belanja barang non

Operasional:

-

5 760 000

16 000 000

21 760 000

Belanja sewa

- Sewa kendaraan

-

-

-

-

Belanja Perjalalan Lainnya

- Perjalanan dinas untuk

pelaksanaan penelitian

40 000 000

36 000 000

44 000 000

120 000 000

Total 97000 000 83 000 000 90 000 000 270000 000

Page 50: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

43

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Workshop Nasional: Pengembangan Kebijakan Pertanian Mendukung Pencapaian Target Sukses Kementan 2014 Melalui Aplikasi System Modelling. Jakarta, 14 Juli 2012.

Bot A, Benites J. 2005. The importance of soil organic matter Key to drought-resistance soil and sustained food and production. FAO Soils Bulletin 80 Rome.

Eriyatno. 2004. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Managemen. IPB Press. Bogor.

Fizzanty, T., N. Grace, D. Hidayat. 2012. Inovasi Frugal di Indonesia: Kajian terhadap Permintaan Efektif, Kemampuan Teknologi, dan Kewirausahaan. Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (Iptekin) Nasional II Tahun 2012. Jakarta.

Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Petujuk Praktis Pengukuran Cadangan Karbon Dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Edisi ke-2. World Agroforestry Centre.

Hammer HI. 1981. Second Soil Conservation Consultant Report. AGOVINS/78/006.~Tech. Note No. 10. Centre for Soil Research. Bogor. Indonesia.

Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik. Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. SEAMEO BIOTROP. Bogor

Jenkinson DS. 1991. The Rothamsted long term experiments: are they still of use? Agron J. 83: 2-10.

Lal R. 1997. Residue management, conservation tillage and soil restoration for mitigating greenhouse effect by CO2-enrichment. Soil Tillage Res. 43:81-107.

Lal R. 2001. Soil degradation by erosion. Land Degradation & Development 12: 519–539. DOI: 10.1002/ldr.472

Las I. S Rochayati. D Setyorini. 2010. Peta Potensi Penghematan Pupuk Anorganik dan Pengembangan Pupuk Organik pada Lahan Sawah. Badan Litbang Deptan.

Liang Y, Gollany HT, Rickman RW, Albrecht SL, Follet RF, Wilhelm WW, Novak JM, Douglas CL. 2008. CQESTR simulation of management practice effects on long term soil organic carbon. Soil Sci. Soc. Am. J. 72:1486-1492.

Lim JK, Sagong M, Engel BA, Tang Z, Choi J, Kim K. 2005. GIS based sediment assessment tool. Catena 64: 61–80.

Mao D, Cherkauer KA, Flanagan DC. 2010. Development of a coupled soil erosion and large-scale hydrology modeling system. Water Resources Research, Vol. 46, W08543. DOI:10.1029/2009WR008268

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Page 51: PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN TANAHbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2014... · irigasi dan lahan kering yang spesifik lokasi dan

44

Merritt WS, Letcher RA, Jakeman AJ. 2003. A review of erosion and sediment transport models. Environmental Modeling and Software 18: 761–799. DOI: 10.1016/S1364-8152(03)00078-1

Rochayati S, D. Setyorini and J Sri Adiningsih. 2002. Peranan uji tanah dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Paper presented in seminar “Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk di Indonesia”. BPPT.Jakarta, 6 Mei 2002.

Sanchez PA. 1976. Properties and Management Soils in The Tropics. A Wiley-Interscience Publication. John Wiley and Sons. New York.

Setyorini D, LR Widowati, S. Rochayati, 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan

Sawah Intensifikasi .In Tanah Sawah and Pengelolaannya, Agus et al. Ed. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Supriyadi S. 2008. Kandungan bahan organik sebagai dasar pengelolaan tanah di lahan kering Madura. Embryo, 5(2): 176-183.

Wigena, I G.P. 2009. Model Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan (Studi Kasus di Perkebunan PIR – Trans PTPN V Sei Pagar Kabupaten Kampar Provinsi Riau). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Wischmeier WH and Smith DD. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses - A Guide to Conservation Planning. Agriculture Handbook No. 537. U.S. Department of Agriculture, Washington DC.

Xu Y, Shao X, Kong X, Peng J, Cai Y. 2008. Adapting the RUSLE and GIS to model soil erosion risk in a mountains karst watershed, Guizhou Province, China. Environmental Monitoring and Assessment 141: 275–286. DOI: 10.1007/s10661-007-9894-9

Zhang Y, Degroote J, Wolter C, Sugumaran R. 2009. Integration of Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) Into A GIS Framework to Assess Soil Erosion Risk. Land Degrad. Develop. 20: 84–91.