penelitian hadis UAS

14
BAB I PEMBAHASAN 1.1 Teks Hadis dan Ranjinya. Disini penulis akan mengambil hadits tentang ancaman bagi yang diriwayatkan oleh ahmad, teks haditsnya yaitu: Nabi SAW bersabda: “Riba itu sekalipun dapat menyebabkan betambah banyak, tetapi akibat aka berkurang” Diagram transmitter atau ranji dari sanad hadits tersebut adal .. : . ( ) 1

Transcript of penelitian hadis UAS

BAB I PEMBAHASAN 1.1 Teks Hadis dan Ranjinya. Disini penulis akan mengambil hadits tentang ancaman bagi pelaku riba yang diriwayatkan oleh ahmad, teks haditsnya yaitu:

Nabi SAW bersabda: Riba itu sekalipun dapat menyebabkan betambah banyak, tetapi akibatnya aka berkurang Diagram transmitter atau ranji dari sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut:

.. . : ( )

1

1.2 Kritik Sanad Hadits Hadits yang di takhrij oleh ahmad ini melibatkan lima perawi, yakni hajjaj, syarik, rikain bin rabiy, abihi (rabiy), ibnu masud. Nama L, W, U. Guru Murid Jarh wa

Lahir: Wafat: 206 H Usia:

Tadil 18: Syarik 62: Ahmad bin Ibnu Madani: bin AbdullahanNakhaiyyu Hajjaj Syubah al-Hajjaj Abi khoisamah Zuhair bin Yusuf Syairy An-Nasa: Ayyub bin al-Wazani bin bin Tsiqah Muhammad Muhammad bin Hambal Muhammad bin bin Sadun: as- Tsiqah shoduq Tsiqah

Lahir: 95 H Wafat: 177 H

Muawiyah 103: Rukain 95: Hajjaj bin Yahya bin Ar-Rabi Ziad Muhammad. bin Al- Yahya 2 kali Hasan Bisyri Salamah bin Bajaliy Kuhail Ishaq bin Abi Ismail bin Israil Hatim bin Muayyan: Tsiqah bin Hatim Ismail Madaniy. Zubaid Yamiy. AlAlaqah

Usia: 82 Th.

bin

Said: Tsiqah

Al- Abu Yala AlMushaliyu: Tsiqah Muawiyah bin Shalih bin Yaqub dan : 2

Abiy Khalid

Hajjaj

bin Ismail

Shoduq Tsiqah Syubah Abdullah Bin Ahmad Hambal: bin Tsiqah Utsman Bin adIbnu

Lahir: Wafat:

Arthoh 14: Husain 17: bin Qabishah Aibihi

bin Hajjaj

(ar- Syarik bin Abdillah Shofyan

Usia:

Rabiy Umailah) Qais Muslim

As- Said Darimiy: Tsiqah bin An-nasai: Tsiqah bin Abu Tsiqah

bin Sauriy Israil

Nuaim

bin Yunus Jarir

Handhzalah Abdullah bin Abdu Hamid Umar bin

Hatim:

Lahir: Wafat: Usia:

Khattab 5: Abdullah 5: Ibnuhu Ar- Utsman bin Masud Ammar Yasar Hilal Hadifah Asid Ghafariyi bin Yasaq AlAmir 123: Rabiy Saad Muadz, bin Umailah Rabiy Khutsaim, bin bin Abu Attammu Ammarah bin (lebih Rukain bin Said Ar-Rabiy bin Darimiy: bin Umailah Tsiqatainiy

bin Ad-

Daud

Turmudzi:

Lahir: Wafat: 32 H,33 H, Usia:

4: Nabi SAW,

sempurna) Nabi saw: bin seorang yang alim

3

Umar khattab,

bin Zaid Wahab, bin Abu Nuaim: Shaha Anna Ibnu Masud Masruq

dan Shofwan bin Asal

1.3 Biografi Perawi dan Kebersambungan Sanad. a. Hajjaj Nama lengkap beliau adalah Jajjaj bin Muhammad Al-Mashishiyu, menurut Muhammad bin Saad beliau wafat pada tahun 206 H, begitu juga dengan Bukhari mengatakan hal yang sama, untuk lahir dan usianya penulis tidak menemukannya. Beliau mempunyai guru sebanyak 18 diantara guru-guru beliau adalah: Syarik bin Abdullahan-Nakhaiyyu, Syubah bin al-Hajjaj, Abi khoisamah Zuhair bin Muawiyah. Muridnya berjumlah 62 salah satunya ialah: Ahmad bin Muhammad bin Hambal, Hajjaj bin Yusuf as-Syairy, Ayyub bin Muhammad al-Wazani. Komentar para ulama terhadapnya menurut Ibnu Madani: beliau mengatakan bahwa hajjaj adalah Tsiqah, sedangkan Muhammad bin Sadun mengatakan dengan hak yang berbeda yaitu Tsiqah shoduq, An-Nasa: Tsiqah.1 b. Syarik Nama lengkapnya adalah Syarik bin Abdullahan-Nakhaiyyu, Ahmad bin Hambal mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 95 H dan wafat pada tahun 177 H, Muhammad bin Abdullah bin Numair juga mengatakan wafatnya syarik pada tahun 177 H. beliau mempunyai guru dengan jumlah yang cukup banyak yaitu 103 guru diantaranya yaitu: Rukain bin Ar-Rabi, Ziad bin Alaqah, Zubaid Al-Yamiy. Sedangkan untuk muridnya berjumlah 95 diantaranya adalah Hajjaj bin Muhammad, Hatim bin Ismail Al-Madaniy, Hasan bin Bisyri Al-Bajaliy. Komentar para ulama tentang beliau adalah menurut Yahya bin Muayyan: Tsiqah sedangkan Yahya bin Said mengatakan Tsiqah, Tsiqah (2 kali), Ayyub Yala Al-Mushaliyu: Tsiqah, Muawiyah bin Shalih dan Yaqub : Shoduq Tsiqah.21

Jambaluddin Abi Hajjaj Yusuf Al-Maziy, Tadzhib Al-Kamal Fi Asmai Ar-Rijal (Lebanon: Beirut, 2002), juz V hal. 451 2 Ibid, juz XII hal. 462

4

c. Rukain bin Ar-Rabi Nama lengkapnya Rukain bin Ar-Rabi bin Umailah Al-Fazariy, penulis tidak menemukan tentang lahir, wafat, dan usia beliau, akan tetapi penulis menemukan guru, murid dan komentar para ulama. Diantara guru-gurunya adalah: Husain bin Qabishah, Aibihi (ar-Rabiy bin Umailah).Qais bin Muslim, dan murid-muridnya adalah Syubah bin Hajjaj, Syarik bin Abdillah, Shofyan AsSauriy. Komentar para ulama terhadapnya: menurut Abdullah Bin Ahmad Ibnu Hambal: Tsiqah, Utsman Bin Said ad-Darimiy: Tsiqah, An-nasai: Tsiqah, Abu Hatim: Tsiqah.3 d. Ayahnya Rukain Nama lengkap ayahnya rukaian juga sebagai guru rukaian adalah Rabiy bin Umailah Al-Fazariy Al-Kufiy, kelahiran dan wafatnya beliau sama halnya dengan putranya, tidak ditemukan lahir, wafat, dan usia beliau. Guru-guru beliau diantaranya adalah: Abdullah bin Masud, Ammar bin Yasar, Hadifah bin Asid AlGhafariyi, sedangkan murid-muridnya diantaranya ialah; putranya sendiri (ArRukain bin Ar-Rabiy bin Umailah), Hilal bin Yasaq, Ammarah bin Amir. Komentar para ulama terhadapnya menurut Utsman bin Said Ad-Darimiy: Tsiqatainiy, Abu Daud Turmudzi: Attammu (paling sempurna).4

e. Ibnu Masud Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Masud bin Ghafil bin habib, bin syamkh bin Makhzum. Menurut al-Bukhari beliau wafat sebelum Utsman, Yahya bin Bukair mengatakan wafatnya beliau yaitu pada tahun 33 H. sedangkan Abu Nuaim mengatakan wafat pada tahun 32/33H. Untuk tahun lahir dan usia beliau, penulis tidak menemukannya. Beliau mempunyai guru empat yaitu: Nabi SAW,3 4

Ibid, juz IX hal. 224 Ibid, juz IX hal. 96

5

Saad bin Muadz, Umar, dan Shofwan bin Asal. Dan muridnya sebanyak 123 orang diantara murid-muridnya ialah Rabiy bin Umaiylah al-Fazariy, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar bin Khattab, Rabiy bin Khutsaim, Zaid bin Wahab, Masruq.5 Dalam kitab lain beliau mempunyai murid tidak sampai 123, kira-kira tidak sampai 50 murid.6 Komentar terhadap Ibnu Masud, Nabi sendiri mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang alim atau pintar, Abu Nuaim mengatakan Shaha Anna Ibnu Masud. Terlebih beliau merupakan sahabat Nabi saw maka beliau tidak diragukan lagi.7 1.4 Penilaian Terhadap Kualitas Sanad Hadits Secara umum semua perawi bernilai atau mempunyai kualitas tsiqah, dalam kitab Tadzhib Al-kamal Fi Asma ar-Rijal karya Jambaluddin Abi Hajjaj Yusuf AlMaziy, penulis tidak menemukan jarh wa tadilnya namun setelah di telusuri lagi dengan menggunkan kitab tadzhib at-tahdzib karya Syihabuddin Ahmad Bin Ali Bin Hajr Al-Asqalaniy disitu disebutkan bahwa Adullah bin Masud merupakan orang yang shalih, terlebih Ibnu Masud sebagai sahabat Rasulullah SAW, maka beliau tidak diragukan lagi tentang ketsiqahan-nya.

Melihat adanya relasi guru murid dan murid guru diantara mereka, serta masa hidup mereka yang memungkinkan adanya pertemuan langsung, maka penulis berkesimpulan terhadap sanad hadits tersebut muttasil (bersambung). Dengan memperhatiakn kaedah keshahihan hadits seluruh kriterianya sudah terpenuhi oleh sanad tersebut. Oleh karena itu penulis memandang terhadap sanad hadits tersebut yaitu shahih.5 6

Ibid, juz XVI, hal. 121 Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin ahmad bin Usman bin Qaimar, tadzhib At-Tahdzib al-Kanal Fi Asma ar-Rijal (Kairo: Al-faruq Al-Hadisah, 2004), hal. 307 7 Syihabuddin Ahmad Bin Ali Bin Hajr Al-Asqalaniy, Tadzhib At-Tahdzib (Lebanon: dar al-Fikr, 1995 ), juz IV hal. 487.

6

BAB III KRITIK MATAN HADITS 3.1 Kritik Matan Hadits dan Perbandingan Dengan al-Quran

7

Matan ialah materi atau lafadz hadits itu sendiri, yang oleh penulisnya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi atau mudawwin.8 dengan melihat dari matan hadits tersebut menurut penulis itu tidak bertentangan dengan alQuran yaitu QS. Al-Baqarah: 275, hadits ini menggunakan shighat haddasana (seseorang telah bercerita kepada kami) shighat model ini menjadikan nilai hadits itu tinggi karena para perawi tersebut mendengar sendiri hadits yang diriwayatkan itu, baik itu berhadapan atau dibelakang tabir.9 Perbandingan hadis dengan ayat al-quran yang berkaitan yaitu dengan QS. Al-Baqarah ayat 275

8 9

Ridwan Nasir, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits (Jombang: Darul Hikmah, 2008), hal. 36 Umi Sumbulah, Buku Ajar Ulumul Hadits I (Malang: Depag UIN Malang, 2007), hal. 27

8

Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Orang yang memakan riba suatu saat tidak akan mendapatkan berkah dari Allah swt, sehingga pada akhirnya akan berkurang, dan pelaku riba dalam ayat ini diterangkan bahwa dia (pelaku riba) tidak akan bias berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan, (orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan) dan mereka merupakan salah satu penghuni neraka dan kekal didalamnya. Dengan melihat hadits dan Al-Quran diantara keduanya ada kesejalanan, maka penulis berkesimpulan bahwa matan hadits tersebut telah memenuhi kriteria keshahihan. 3.2 Perbandingan Dengan Hadits Lain

, , : , ., Dari Abdullah bin Masud, ia berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, pemberi (kurirnya) orang yang memakan riba, saksinya, dan pencatatnya. (Sahih: Ibnu Majah)10 Dalam hadits ini sepertinya obyeknya lebih tertuju pada pelakunya, sedangkan hadits yang diteliti oleh penulis lebih cenderung pada harta yang didapat dari riba, lantaran tidak bermanfaat makin mudah berkurang harta tersebut. Orang yang memakan riba dalam hadits ini dilaknat oleh Rasulullah SAW, begutu jga dengan orang yang member terhadap orang yang memakan riba, saksi (orang yang menyaksikan terhadap tindakan riba), dan pencatatnya.10

Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Terjemah Shahih Abu Daud (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hal. 540

9

3.3 Membandingkan Dengan Ilmu Pengetahuan, Rasio. Dalam hadits tersebut jika dihubungkan dengan rasio, memang sepertinya cocok, biasanya harta yang sangat mudah kita dapatkan dengan cara jalan yang tidak halal termasuk juga didalamnya riba maka akan cepat juga habis atau hilangnya harta tersebut, dan penggunaannya juga bukan untuk kemaslahatan , terlebih Allah pun menegaskan akan menghilangkan harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal juga akan menghilangkan keberkahannya. 3.4 Metode Kompromistis a. Pendekatan Ushul Fiqih

Nabi SAW bersabda: Riba itu sekalipun dapat menyebabkan betambah banyak, tetapi akibatnya aka berkurang

, , , , , : Abu Nuaim mengabarkan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Qais, dari Hudzail dari Abdullah dia berkata Rasulullah saw melaknat orang yang memakan harta riba dan yang memberi makan (dengan harta riba)11 Makan hadits; * Hadits pertama harta riba sekalipun mudah untuk mendapatkannya juga mudah untuk berkurang karena tidak mendapat anugrah dari Allah * Hadits kedua rasul melaknat orang yang memakan riba juga yang memberinya berdasarkan harta riba. * Penyelesaian: hadits pertama harta pelaku riba akan mudah berkurang lantaran tidak mendapatkan anugrah dari Allah, riab meang akan mendapatkan keuntungan besar bagi pelakunya, tapi suatu saat tidak akan mendapatkan berkah dari Allah, hadits kedua mentakhsis yang pertama pelau riba selain mudah hilangnya barang tersebut , mereka akan mendapat laknat dari Rasulullah SAW.

11

Ahmad Hotib, Terjemah Imam Ad-Darimi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hal.562

10

b. Pendekatan Kontekstual

, , , , , : Abu Nuaim mengabarkan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Qais, dari Hudzail dari Abdullah dia berkata Rasulullah saw melaknat orang yang memakan harta riba dan yang memberi makan (dengan harta riba)

, , : , ., Dari Abdullah bin Masud, ia berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, pemberi (kurirnya) orang yang memakan riba, saksinya, dan pencatatnya. * Hadits pertama Rasul melaknat terhadap orang yang memakan riba dan yang member makan dari harta riba. *Hadits kedua RAsulullah menambahkan lagi selain orang yang memakan riba, pemberi orang yang memakan riba juga saksi dan pencatatnya dilaknta oeh Rasulullah SAW. *Penyelesaian, konterks kedua hadits tersebut isinya berbeda, hadits pertama hanya melaknat pada dua orang saja, yakni orang yang memakan dan orang yang member dari harta riba, mungkin hadits ini muncul pada waktu itu tidak ada saksi dan orang yang mencatatnya. Hadits kedua konteksnya sudah berbeda dengan ada saksi dan pencatatnya, kemudian Rasulullah pun melaknatnya (saksi dan pencatat). c. Pendekatan korelatif dan tawil Untuk pendekatan korelatif dan tawil penulis tidak menemukan hadits yang bertentangan dengan hadits lain, hanya saja hadits Rasulullah yang melaknat terhdap pelaku riba, orang yang memakan atau mengambil harta riba , jika dipahami bahwa harta riba yang telah diambil oleh kita maka harus dikembalikan

11

lagi, namun dalam Al-Quran membolehkan harta riba yang telah kita ambil tidak dikembalikan lagi,, (QS. Al-Baqarah: 275)

.Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (boleh tidak dikembalikan lagi).. Penyelesaiannya yaitu bahwa dalam ayat ini harta riba yang telah diambil boleh untuk tidak dikembalikan lagi yakni diperbolehkannya yaitu karena sebelum ada ayat ini turun atau sebelum datang larangan,12

12

Departemen Agama RI, Terjemahan Al-Quran (Jakarat: PT Intermasa, 1986), hal 69

12

BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penulis teliti terhadap hadits ini yaitu tentang ancaman bagi pelaku riba, bahwa jika dimasukan terhadap syarat-syarat hadits shahih yakni sanandnya bersambung, perawi bersifat adil, dhabit, terhindar dari syad dan illat. Dalam hadits ini bahwa sanad haditsnya munfasil (bersambung), begitu juga dengan kualitas perawinya yaitu Tsiqah (adil dan dhabit), kemudian hadits ini juga sejalan dengan ayat al-quran. Maka penulis menyimpulkan terhadap hadits ini baik dari segi sanad maupun matan hadits ini masuk dalam kriteria hadits shahih, yakni hadits ini berpredikat shahih. 4.2 Saran Setelah kita membaca dalam makalah ini tentang penelitian terhadap hadits ancaman bagi pelaku riba, hadits ini termasuk hadits shahih, diharapkan kepada para pembaca dan siapapun lebih teliti lagi dalam melakukan transaksi baik itu dengan bank maupun dengan instansi yang lainnya benar-benar terhindar dari unsure riba, dan dalam setiap transakisi harus lebih jelas, sehingga jika terdapat unsure riba kita bias menghindari dari transaksi tersebut. Disamping itu penulispun menerima kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan penelitian terhadap hadits ini maupun terhadap penelitian yang lainnya, agar lebih baik.

13

DAFTAR PUSTAKA Abi Abdillah Muhammad Syamsuddin, (2004) Tadzhib At-Tahdzib al-Kanal Fi Asma ar-Rijal, Kairo: Al-faruq Al-Hadisah. Abi Hajjaj Yusuf Al-Maziy Jambaluddin, (2002) Tadzhib Al-Kamal Fi Asmai ArRijal juz V, Lebanon: Beirut. Ahmad Syihabuddin,( 1995 ) Tadzhib At-Tahdzib juz IV, Lebanon: Dar al-Fikr. Al-Albani Muhammad Nashiruddin, (2007) Terjemah Shahih Abu Daud, Jakarta: Pustaka Azzam. Agama Departemen RI, (1986) Terjemahan Al-Quran, Jakarat: PT Intermasa. Hotib Ahmad, (2007) Terjemah Imam Ad-Darimi, Jakarta: Pustaka Azzam. Nasir Ridwan, (2008) Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, Jombang: Darul Hikmah. Sumbulah Umi,( 2007) Buku Ajar Ulumul Hadits I, Malang: Depag Uin Malang.,

14