Ilmu Hadis Pengertian Hadis
Embed Size (px)
description
Transcript of Ilmu Hadis Pengertian Hadis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tradisi Islam, hadis Nabi menduduki posisi kedua
dalam hierarki sumber ajaran-ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Al-
Qur’an sebagaimana diketahui, adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. dengan Bahasa Arab. Posisi dan
tugas Nabi dalam konteks ini adalah sebagai penafsir awal atas
ketidakjelasan atau keumuman ayat-ayat Al-Qur’an ini. Penjelasan
dan penafsiran tersebut kemudian disebut dengan Hadis.
Hadis merupakan salah satu sumber Islam yang bersifat
primer, maksudnya ketika seseorang hendak menetapkan sebuah
hukum dalam agama Islam mesti baginya untuk mempelajari dan
mendalami tentang Hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian hadis ?
2. Apa sajakah sinonim hadis ?
3. Apa sajakah stuktur hadis ?
4. sebutkan perbedaan Hadis Nabawi, Qudsi dan Al-Qur’an ?
5. sebutkan fungsi hadis terhadap Al-Qur’an ?
1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Hadis menurut etimologi, berasal dari akar kata :
حدث يحدث حدوثا وحداثهHadis dari akar kata tesebut memiliki beberapa makna
diantarannya:
1. 8د7 8ج:د9ي :ل lawan kata dari ,(al-jadi<d: baru) ا 9 8م 8ق:دي :ل :al-qadi<m) ا
terdahulu), misalnnya: alam baru. Alam maksudnya segala
sesuatu selain Allah, baru berarti diciptakan setelah tidak
ada. Makna ini mempunyai makna konteks teologis,
bahwa segala kalam selain Allah bersifat hadis (baru)
sedangkan Al-Qur’an bersifat qadi<m (terdahulu).1
2. 8ب7 8ق:ر9ي :ل atau belum lama terjadi, seperti (al-qari<b: dekat) ا
dalam kalimat:
:م 9اال س8ال 8ع:ه8د9 ب 8ث7 ال ه7و: ح:د9 ي(dia orang baru/ belum lama mengenal Islam).2
3. :ر7 ب 8خ: :ل oleh karena itu ungkapan oleh para (al-khabar: berita) ا
perawi yang menyampaikan periwayatan hadis jika
1 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Cet. IV, Jakarta: Amzah, 2010), h. 12 Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis (Cet. II, Jakarta: GP Press, 2009), h. 1
2

bersambung sanadnya selalu mengungkapkan:
memberitakan)ح\\\دثنا kepada kami atau mengabarkan
kepada kami dan menceritakan kepada kami).
Dari segi terminologi ulama hadis mendefinisikan
9لى النبي صلى الله عليه وسلم سواء كان ماأضيف اقوال أو فعال أو تقريرا
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik yang berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat.3
Menurut istilah ahli ushul fiqih, pengertian hadis adalah
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, selain Al-Qur’an Al-
kari<m, baik berupa perkataan, perbuatan maupun takrir nabi yang
bersangkut paut dengan hukum syara’.
Adapun menurut istilah para fuqaha<’, hadi<s adalah segala
sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut paut
dengan masalah-masalah fardhu atau wajib.
Dari perbedaan pandangan tersebut kemudian melahirkan
dua macam pengertian hadis, yakni dalam artian sempit dan dalam
artian luas. Pengertian hadis secara terbatas, sebagaimana
dikemukakan oleh Jumhur Al-Muhaddis|in, adalah sesuatu yang
3 Mahmud Ath-Tahan, Tai<sir Musthalah Al-Hadi<ts, h.15
3

dinisbatkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, pernyataan
(Taqrir) dan sebagainnya.
Adapun pengertian hadis secara luas, sebagaimana dikatakan
Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi adalah sesungguhnya hadis bukan
hanya dimarfu’kan kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan dapat
pula disebutkan pada mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan
sebagainya dari sahabat) dan maqthu’ (dinisbatkan kepada
perkataan dan sebagainya dari tabi’in).4
Dari definisi di atas dapat memberi kesimpulan, bahwa hadis
mempunyai beberpa komponen yakni:
a. Hadis perkataan (qawli) adalah sabdanya dalam segala
sesuatu yang bersangkutpaut dengan dengan syara’,
mengandung hukum, akhlak, pendidikan dan lain
sebagainnya. Contoh perkataan Nabi yang mengandung
hukum:
4 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 16-17
4

ح\\دثنا الحمي\\دي عب\\د الل\\ه بن الزب\\ير ق\\ال ح\\دثنا سفيان قال حدثنا يح\\يى بن س\\عيد األنص\\اري ق\\ال أخبرني محمد بن إبراهيم التيممي أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول س\\معت عم\\ر بن الخط\\اب رضي الله عنه على المنبر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ( إنما األعمال بالنيات وإنما لكل امرىء م\\ا ن\\وى فمن ك\\انت هجرت\\ه إلى دنيا يص\\يبها أو إلى ام\\رأة ينكحه\\ا فهجرت\\ه إلى م\\ا
رواه البخارى و مسلمجاهر إليه )“Dari Umar bin Khattab RA berkata, saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: bahwasanya telah dikatakan amal itu hanya yang disertai dengan niat dan bahwasanya setiap orang hanya akan memperoleh pahala amalannya sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan ini menetapkan suatu hukum bahwa tidak
sah segala amal menurut syara’ jika tidak disertai dengan
niat.
b. Hadis perbuatan (fi’li) adalah perbuatan yang pernah beliau
kerjakan yang mengandung syara’, adakalanya
perbuatannya tersebut merupakan penjelasan praktis
terhadap ketentuan-ketentuan yang belum jelas cara
pelaksanaannya. Salah satu contoh hadis fi’li ialah cara
bersembahyang sunnah di atas kendaraan yang sedang
berjalan. Hal ini telah dikerjakan oleh Rasulullah dihadapan
5

para sahabatnnya. Riwayat yang menceritakan peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut:
حدثنا مسلم قال حدثنا هشام قال ح\\دثنا يح\\يى بن عن ج\\ابرأبي كث\\ير عن محم\\د بن عب\\د ال\\رحمن
ق\\ال : ك\\ان رس\\ول الل\\ه ص\\لى الل\\ه علي\\ه و س\\لم يصلي على راحلته توجهت فإذا أراد الفريض\\ة ن\\زل
فاستقبل القبلة “Dari Jabir r.a berkata: bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan shalat di atas kendaraannya dimana kendaraan itu menghadap, dan apabila beliau hendak melaksanakan shalat fardhu, beliau turun dari kendaraanya dan menghadap kiblat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diantara perbuatan Nabi ada pula yang tidak
disyariatkan untuk mengikutinnya, karena merupakan
suatu pengecualian dan khusus untuk Nabi dan tidak untuk
umatnya. Misalnya, Rasul boleh mengawini wanita yang
datang menawarkan dirinya diri kepadanya tanpa mahar
(maskawin).5 Dijelaskan dalam Q.S. Al-Ahzab:50
9ي� �ب اد: الن ر:: 9ن8 أ 9ي� إ �ب 9لن ه:ا ل :ف8س: :ت8 ن 9ن و:ه:ب :ة� إ :ة� م�ؤ8م9ن أ و:ام8ر:
9ين 8م7ؤ8م9ن ال9ص:ة� ل�ك: م9ن د7ون9 ال ه:ا خ: :نك9ح: ت :س8 :ن ي أDan perempuan mu'min yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mu'min.
c. Hadis penetapan/ persetujuan (Taqrir) Nabi adalah keadaan
beliau yang mendiamkan tidak mengadakan sanggahan 5 Noor Sulaiman, op.cit., h. 5-6
6

atau menyetujui yang telah dilakukan oleh para
sahabatnya. Misalnya:
ك� ع:ن9 ت7 ع:ل:ى م:ال\\98 أ ر: ال: ق\\: :ى ق\\: :ح8ي 8ن7 ي :ى ب :ح8ي :ا ي :ن د�ث ح\\:
ف� ع:ن8 :ي\\8 ن 8ن9 ح7 ه8ل9 ب 8ن9 س\\: م:ام:ة: ب7 9ى أ ب
: ه:اب� ع:ن8 أ 8ن9 ش9 اب9ي\\د9 8و:ل 8ن7 ال د7 ب ال\\9 :ا و:خ: :ن ل8ت7 أ �اس� ق:ال: د:خ: 8ن9 ع:ب �ه9 ب 8د9 الل ع:ب8ت: :ي ه9 -ص\\لى الل\\ه علي\\ه وس\\لم- ب ول9 الل\\� س\\7 ع: ر: م\\:ه9 ول7 الل\� س\7 8ه9 ر: :ي 9ل :ه8و:ى إ 7وذ� ف:أ ن 9ض:ب� م:ح8 9ى: ب 7ت :ة: ف:أ 8م7ون م:يو:ة9 �س\\8 :ع8ض7 الن ال: ب د9ه9 ف:ق\\: 9ي\\: -صلى الله عليه وسلم- به9 -ص\\لى ول: الل\\� س\\7 وا ر: 9ر7 ب خ8
: :ة: أ 8م7ون 8ت9 م:ي :ي 9ى ف9ى ب �ت الالول7 س\\7 ع: ر: ف\\: . ف:ر: ل: 8ك\\7 :أ :ن8 ي 7ر9يد7 أ 9م:ا ي الله عليه وسلم- بو: ام� ه\\7 ر: :ح\\: :د:ه7 ف:ق7ل8ت7 أ �ه9 -صلى الله عليه وسلم- ي الل
�ه9 ق:ال: س7ول: الل :ا ر: ر8ض9 ق:و8م9ى»ي: 9أ 7ن8 ب :ك :م8 ي �ه7 ل 9ن :ك : و:ل ال
ه7 8ت\\7 :ل :ك ه7 ف:أ ت\\7 ر8 :ر: ت د� ف:اج8 ال\\9 ال: خ: ه7 « ق\\: :ع:اف\\7 9ى أ د7ن :ج\\9 ف:أ. 8ظ7ر7 :ن �ه9 -صلى الله عليه وسلم- ي س7ول7 الل و:ر:
“Maafkan, berhubung binatang itu tidak ada dikampung kaumku, maka aku jijik padanya”, berkata Khalid: “Aku segera memotongnya lalu memakannya dan Rasulullah melihat kepadaku.” HR. Bukhari dan Muslim.
d. Dan ada pula sebagian ulama yang memasukkan definisi
hadis sifat (washfi), karena banyak sekali riwayat yang
menerangkan tentang sifat dan tabiat beliau. Dan Ath-
Tirmidzi menyusun sebuah buku tentang tabiat (syama’il)
beliau.6 Diantara contohnya adalah:
Dari Abi Ishaq, dia berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada Al-Bara’, “Apakah wajah Rasulullah seperti
6 Manna’ Al-Qhaththan, At-Tasyri’ wa Al-Fiqh fi< Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, h. 87-88
7

pedang?” dia menjawab, “tidak, tapi seperti rembulan” HR. At-Tirmidzi, dia berkata, “Hadis Hasan Shahih.”7
Sifat Nabi SAW diceritakan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Annas bin Malik, sebagai berikut:
Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya.
Tentang keadaan fisik Nabi SAW., telah dijelaskan
dalam hadis,
حدثنا أبو كريب محمد بن العالء حدثنا إسحاق بن منصور عن إبراهيم بن يوسف عن أبيه عن أبي
:كان رسول اللهإسحاق قال سمعت البراء يقول صلى الله عليه و سلم أحسن الناس وجها وأحسنه
خلقا ليس بالطويل الذاهب وال بالقصير “Rasul SAW. Adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek.” (HR. Bukhari).8
B. Sinonim Hadis
7 Manna’ Al-Qhaththan, Maba>hatsu fi< ‘Ulum Al-Hadtis, h. 248 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, op.cit., h. 24
8

Dalam ilmu hadis sering juga, istilah hadis sering disebut juga
dengan istilah sunnah, khabar, dan atsar. Berikut ini pemakalah
akan membahas pengertian masing-masing, yaitu sebagai berikut:
1. Sunnah
Sunnah menurut bahasa ialah jalan yang dilalui baik terpuji
maupun tercela. Sunnah juga dapat diartikan sebagai tradisi yang
kontinu dengan kata lain apabila suatu perbuatan telah biasa
dikerjakannya walaupun perbuatan itu tidak baik disebut juga
dengan sunnah. Kedua pengertian tersebut sesuai dengan hadis
Nabi SAW:
:ج8ر7 م:ن8 « ه:ا و:أ :ج8ر7 :ه7 أ :ة� ف:ل ن �ة� ح:س: ن 9 س7 :م ال 9س8 م:ن8 س:ن� ف9ى اإلى8ء� و:م:ن8 7ج7ور9ه9م8 ش: 8ق7ص: م9ن8 أ :ن :ن8 ي 8ر9 أ :ع8د:ه7 م9ن8 غ:ي 9ه:ا ب ع:م9ل: ب
ر7 م:ن8 ه:ا و:و9ز8 ر7 8ه9 و9ز8 :ي :ان: ع:ل :ة� ك �ئ ي �ة� س: ن 9 س7 :م ال 9س8 س:ن� ف9ى اإلى8ء� « ار9ه9م8 ش: و8ز:
: 8ق7ص: م9ن8 أ :ن :ن8 ي 8ر9 أ :ع8د9ه9 م9ن8 غ:ي 9ه:ا م9ن8 ب ع:م9ل: برواه البخارى و مسلم
“Barang siapa mengadakan sesuatu sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala atas perbuatannya itu dan pahala orang-orang yang mengajarkannya hingga hari kiamat. Dan barang siap yang mengadakan suatu sunnah (jalan buruk, maka ia berdos atas perbuatannya itu dan menanggung doa orang-orang yang menakutinya hingga hari kiamat” (HR. Bukhari dan Muslim).
اع� ذ9ر: ا ب\\9 اع\\� 8ر� و:ذ9ر: ب 9ش9 ا ب 8ر� ب 7م8 ش9 9ك 8ل �ذ9ين: م9ن8 ق:ب :ن: ال ن 9ع7ن� س: �ب :ت :ت » لول: س\\7 :ا ر: :ا ي 8ن 7م7وه7م8 «. ق7ل :ع8ت �ب :ت 7وا ف9ى ج7ح8ر9 ض:ب� ال ل :و8 د:خ: �ى ل ت ح:
ى ق:ال: » ف:م:ن8 « رواه مسلم �ص:ار: :ه7ود: و:الن 8ي �ه9 آل الل“Sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan) orang sebelum kamu, sejengkal dan sejengkal, sehasta demi sehasta,
9

sehingga sekiranya mereka memasuki sarang biawak, sungguh kamu memasukinya juga” (HR. Muslim)
Sedangkan sunnah menurut istilah, terjadi perbedaan
pendapat dikalangan para ulama9, diantrannya sebagai berikut:
a. Menurut ulama ahli hadis, ada ulama yang mendefinisikan
dengan singkat bahwa
أقوال النبي صللى الله عليه وسلم وأفعاله وأحوالهSegala perkataan Nabi SAW, perbuatan dan segala tingkah lakunya.
b. Menurut Ulama Ushul Fiqih
Segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW baik yang
bukan Al-Qur’an baik berupa segala perkataan, perbuatan,
dan pengakuan yang patut dijadikan dalil dan hukum syara’
Sunnah menurut ulama Ushul Fiqih hanya perbuatan
yang dapat dijadikan dasar hukum Islam. Jika suatu perbuatan
tidak dijadikan dalam dasar hukum seperti makan, minum,
tidur, berjalan, meludah, menelan ludah, buang air, dan lain-
lain maka kebiasaan sehari-hari seperti itu tidak dinamakan
sunnah.
c. Menurut Ulama Fiqih
9 Abdul Majid Khon, op.cit., h. 5-6
10

Sesuatu ketetapan yang datang dari Rasulullah SAW dan tidak
termasuk kategori fardhu dan wajib, maka menurut mereka
adalah sifat yang menuntut pekerjaan tapi tidak wajib dan
tidak disiksa bagi yang meninggalkannya.
Menurut ulama Fiqih, sunnah dilihat dari segi hukum
sesuatu yang datang dari Nabi tetapi hukumnya tidak wajib,
diberi pahala bagi yang mengajarkannya dan tidak disiksa
bagi yang meninggalkannya. Contohnya seperti shalat
sunnah, puasa sunnah, dan lain sebagainya.
Dari perbedaan para ulama dalam mendefinisikan sunnah
lebih disebabkan karena perbedaan disiplin ilmu yang mereka miliki
atau yang mereka kuasai dan ini menunjukkan keterbatasan
pengetahuan manusia yang dibatasi pada bidang-bidang tertentu.
Ulama hadis melihat nabi sebagai figur keteladanan yang baik
(uswatun hasanah), maka semua yang datang dari nabi adalah
sunnah. Ulama ushul fiqih melihat pribadi nabi sebagai pembuat
syari’at, penjelas kaidah-kaidah kehidupan masyarakat, dan
pembuat dasar-dasar ijtihad. Ahli fiqih memandang segala perilaku
nabi mengandung hukum lima, yaitu wajib, haram, sunnah,
makruh.10
10 Ibid, h. 9
11

2. Khabar
Menurut bahasa khabar berarti berita. Adapun menurut
istilah, ada dua pendapat yaitu:
Pendapat yang membedakan pengertian khabar dengan
hadis menganggap bahwa kebanyakan ulama
mengkhususkan hadis sebagai sesuatu yang berasal dari
nabi, sedangkan khabar sesuatu yang berasal dari
selainnya. Maksudnya tiap-tiap hadis termasuk khabar,
tapi tidak setiap khabar adalah hadis. Oleh karena itu
dikatakan, orang yang tekun (menyibukkan diri) pada
hadis disebut dengan Muhaddits, sedangkan orang yang
tekun pada sejarah atau semacamnya disebut dengan
Akhbary.11
Sebagian ulama menyatakan bahwa khabar itu sinonim
dengan hadis. Oleh karena itu mereka menyatakan,
bahwa khabar adalah apa yang datang dari nabi, baik
yang marfu’ (yang disandarkan kepada nabi), yang
mauquf (yang disandarkan kepada sahabat), maupun
yang maqthu’ (yang disandarkan kepada tabi’in). Dengan
11 Muhammad Na>sir Al-Di>n Al-Alba>ni>, Al-Hadis|u Hujjahtu Binafsihi fi> Al-Akoidi wa Al-Ahka>mi, h. 14
12

kata lain, bahwa khabar itu mencakup apa yang datang
dari nabi, sahabat dan tabi’in.12
3. Atsar
Menurut bahasa, atsar berarti bekas sesuatu atau sisa
sesuatu menurut kebanyakan ulama, menurut istilah ada pendapat
Atsar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar
dan hadis, dan makna kedianya sama.13
Namun menurut sebagian ulama lainnya atsar
cakupannya lebih umum dibanding dengan khabar.
ما جاء عن غير صلى الله علليه وسلم مناصحابة أو من دونهم
Sesuatu yang datang dari selain Nabi SAW dan dari para sahabat, tabi’in dan atau orang-orang setelahnya.14
Menurut Ibnu hajar atsar adalah sesuatu yang disandarkan
kepada sahabat (mawquf) dan tabi’in (maqthu’).15 Berikut
rangkuman perbedaan antara hadis, sunnah, khabar dan atsar.
Hadis dan sinonimnya
SandaranAspek dan spesifikasi
Sifatnya
Hadis NabiQawli, fi’li,
Taqriri
Lebih khusus dan sekalipun
dilakukan sekali
12 Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Cet II, Bandung: Angkasa, 1994) h. 9
13 Manna’ Al-Qhaththan, op.cit., h. 2514 Abdul Majid Khon, op.cit., h. 1015 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbat, Al-Wasitha fi< ‘Ulum wa>
Mustholah Al-Hadi<ts , h. 17
13

SunnahNabi dan para
sahabatfi’li Menjadi tradisi
KhabarNabi dan selainnya
Qawli, fi’li Lebih umum
Atsar Sahabat dan tabi Qawli, fi’li Umum
C. Struktur Hadis
1. Komponen-komponen Hadis
Secara struktur yang terkandung dalam hadis ada tiga
komponen, yaitu sanad atau isnad (rantai penutur), matan (redaksi
hadis), dan mukharij (rawi). Berikut adalah contoh yang memuat
ketiga unsur tersebut
حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال حدثنا أيوب عن أبي قالبة عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( ثالث من كن فيه وجد حالوة اإليمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب
المرء ال يحبه إال لله وأن يكره أن يعود في الكفر كمايكره أن يقذف في النار ) رواه البخارى
Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad Al-Mutsiny, katanya “telah meriwayatkan kepada kami Abdul Wahab Al-Tsaqafiy, katanya, telah meriwayatkan kepada kami Ayyub dari Qilablah dari Anas dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda, “Ada tiga hal, yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, orang itu akan merasaka manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain kedunya. Hendaknya ia mencintai orang (lain) hanya karena Allah. Dan hendaknya ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Bukhari)16
16 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, op.cit., h. 87
14

Dari hadis tersebut kita lihat bahwa hadis tersebut terdiri dari
tiga kompponen yang pertama sanad,
حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال حدثنا أيوب عن أبي قالبة عن أنس عن النبي صلى الله
عليه و سلمTelah meriwayatkan kepada kami Muhammad Al-Mutsiny, katanya “Telah meriwayatkan kepada kami Abdul Wahab Al-Tsaqafiy, katanya, telah meriwayatkan kepada kami Ayyub dari Qilablah dari Anas dari Nabi SAW”
Kedua, adalah matan
( ثالث من كن فيه وجد حالوة اإليمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء ال يحبه إال لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في
النار )“Ada tiga hal, yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, orang itu akan merasaka manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain kedunya. Hendaknya ia mencintai orang (lain) hanya karena Allah. Dan hendaknya ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila dilemparkan kedalam neraka.”
Selanjutnya disamping kedua komponen tersebut, dalam
hadis juga ada komponen tambahan yang menyebutkan sumber
hadis itu yang disebut dengan mukharij (rawi)
رواه البخارىRiwayat Bukhari
15

Maksudnya hadis tersebut dikeluarkan oleh Bukhari sehingga
bisa dilacak hadis tersebut dalam Shahih Bukhari.17
2. Sanad
Sanad menurut bahasa ialah ....األرض من yaitu bagian ,ماارتقع
bumi yang menonjol, sesuatu yang berada di hadapan jauh dari
kaki bukit ketika memandangnya. Bentuk jamaknya adalah .أسناد
Segala sesuatu yang disandarkan kepada yang lain disebut .مسند
Dikatakan ,أس\\ند في الجب\\ل maknanya seorang mendaki gunung.
Dikatakan pula maknanya seseorang menjadi tumpuan.18 ,فالن س\ند
Bisa dikatakan pula sebagai utusan atau wakil (yang dapat
dipercaya).
Menurut istilah adalah silsilah periwayatan (mata rantai)
hadis menuju matan hadis.19 Maksudnya adalah susunan atau
rangkaian orang-orang yang menyampaikan materi hadis tersebut,
mulai orang yang mencatat hadis tersebut dalam bukunya (kitab
hadis) hingga Rasulullah.20
Dalam hal ini dikatakan bahwa sabda Nabi tersebut sampai
melalui periwayatan para Mukharrij. Contohnya urutan Mukharrij
mulai dari
17 Ibid., h. 8918 Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, ‘Usulul Al-Hadits, h. 3219 Abdurrahman bin Ibra>hi<m Al-Khomi<si<, Mu’jam ‘Ulumul Al-Hadi<ts
An-Nabawi<, h. 12820 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, op.cit., h. 90
16

1. Muhammad Al-Mutsiny, sanad pertama (awwal al-sanad)
2. Abdul Wahab Al-Tsaqafiy, sanad kedua
3. Ayyub, sanad ketiga
4. Qilablah, sanad keempat
5. Anas, sanad kelima atau akhir al-sanad
Karena ada istilah awwal al-sanad dan akhir al-sanad, maka
ada juga yang disebut awsath al-sanad, atau pertengahan sanad.
Dari contoh diatas, yang menjadi awsath al-sanad keseluruhan
sanad yang berada antara awwal al-sanad dan akhir al-sanad yaitu
Abdul Wahab Al-Tsaqafiy, Ayyub, Qilabah.
Jumlah sanad dalam hadis tidak mesti hanya berjumlah lima
saja seperti contoh diatas, tetapi ada pula yang kurang atau lebih.
Dalam hubunganya dengan isitilah sanad, dikenal juga dengan
istilah-istilah seperti musnid, musnad, dan isnad.
Yang dimaksud dengan musnid adalah orang yang
menerangkan hadis dengan menyebutkan sanadnya. Yang
dimaksud dengan musnad adalah hadis yang disebut dan
diterangkan seluruh sanadnya yang sampai kepada Nabi SAW.
Pengertian lain tentang musnad ialah kitab-kitab hadis yang
didalamnya dikoleksikan oleh penyusunannya, kumpulan hadis
17

yang diriwayatkan oleh seorang sahabat misalnya Abu Hurairah
saja dalam bab tertentu, kemudian yang diriwayatkan oleh sahabat
yang lain dalam bab lainnya secara khusus.
Adapun yang dimaksud dengan isnad ialah menerangkan
suatu penjelasan sanad hadis (jalan datangnya hadis). Istilah
shighat al-isnad yang berarti lafadz-lafaz yang ada dalam sanad
yang digunakan oleh para rawi pada saat menyampaikan hadis atau
riwayat.21 Berikut delapan tingkatan Shigat al-isnad tersebut
Tingkat
anShighat al-isnad
IسمعتSaya telah
mendengar
سمعناKami telah mendengar
حدثنيIa telah
menceritakan
padaku
حدثناIa telah
menceritakan pada
kami
لي قالIa
telah berkat
a padak
u
لنا قالIa telah berkata
kepadakami
لي ذكرIa telah
menyebutkan
kepadaku
ذكرلناIa telah
menyebutkan kepada
kami
II أخبرنيIa telah mengabarkan kepada ku
عليه قرأتSaya telah membaca padanya
III أخبرناIa telah mengabarkan kepada kami
وأناأسمح عليه قرئBaca kepadanya
sedang saya mendengarnya
عليه قرأناKami telah membaca kepadanya
IV انبأنىIa telah memberi tahu
kepadaku
نبأنىIa telah memberi tahu
kepada ku
انبأناIa telah
memberitahu kepada kami
نبأناIa telah memberi tahu
kepada kami
V ناولىIa telah menyerahkan kepadaku
VI شافهنىIa telah mengucapkan kepadaku
VII �لى ا كتبIa telah menuliskan kepadaku
VIII عنDari, daripada
�ن, ا أنSesungguh
nya, bahwasany
a
فى وجلتعن كتابى
Saya temukan dala kitab
روىIa telah
meriwayatkan
قالIa
telah berkat
a
وكرIa telah
menyebut
بلغوTelah
sampai kepadaku
بخط وجدتفالن
Saya telh memperoleh dengan
21 Syuhudi Ismail, op.cit., h. 19
18

saya tulisan si fulan
3. Matan
Menurut bahasa, matan berarti punggung jalan (muka jalan);
tanah yang keras dan tinggi. Matan kitab adalah bersifat
kontemporer dan bukan tambahan-tambahan penjelasan. 22 Bentuk
jamaknya adalah mutun dan mitan.23
Adapun yang dimaksud matan dalam ilmu hadis adalah
perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Rasulullah
SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.24 Dengan
kata lain, matan adalah redaksi dari hadis. Bisa dikatakan pula lafaz
hadis yang mengandung makna. Para ulama mencegah attau
melarang menerima hadis yang tidak jelas sanadnya karena takut
adanya kebohongan.25 Terkait dengan matan redaksi yang perlu
dicermati dalam memahami hadis adalah:
1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung
pada Nabi Muhammad atau bukan,
2. Matan hadis itu sendiri dalam hubungannya dengan hadis
lain lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan
22 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Cet IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1974) h. 192
23 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, op.cit., h. 9824 Ibid. 25 Muhammad Na>sir Al-Di>n Al-Alba>ni, op.cit., h. 15
19

atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat Al-Qur’an
(apakah ada yang bertolak belakang).26
4. Rawi
Kata rawi atau Ar-Rawi berarti orang yang meriwayatkan atau
memberikan atau menuliskan hadis dalam suatu kitab apa yang
pernah didegar atau diterima dari seorang (gurunya). Bentuk
jamaknya adalah ruwat. Perbuatan yang menyampaikan hadis
tersebut dinamakan meriwayatkan hadis.27 Orang yang
membukukan atau menghimpun hadis dalam suatu kitab tadwin
selain rawi dapat disebut juga mudawwin.28 Contohnya hadis yang
ditemukan dalam kitab hadis disusun oleh Imam Bukhari yang
dikenal sebagai صحيح البخاري
D. Perbedaan Hadis Nabawi, Qudsi dan Al-Qur’an
Hadis dilihat dari sandarannya ada dua yang pertama
disandarkan kepada Nabi sendiri disebut Hadis Nabawi, kedua
disandarkan kepada Tuhan yang disebut Hadis Qudsi. Pada
umumnya kebanyakan yang mengira nama qudsi itu sendiri
diartikan suci, namun tidak semua Hadis Qudsi itu shahih. Berikut
penelusuran maknanya.26 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, op.cit., h. 98-9927 Noor Sulaiman, op.cit., h. 20-2128 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, loc.cit.
20

1.Hadis Qudsi
Hadis Qudsi secara bahasa berasal dari kata qudasa,
yaqdusu, qudsan artinnya suci atau bersih. Jadi secara bahasa
Hadis Qudsi secara bahasa ialah hadis bersih atau suci. karena ia
bersumber dari Allah yang maha suci dan dinamakan hadis karena
nabi yang memberitakannya disandarkan dari wahyu Allah SAW.
Sekalipun diartikan suci namun itu merupakan sifat bagi hadis,
sandaran hadis kepada Tuhan tidak menunjukkan kualitas hadis.
Oleh karena itu, tidak semua Hadis Qudsi itu shahih tapi ada yang
hasan dan dha’if tergantung persyaratan periwayatan yang
terpenuhinya, baik dari segi sanad atau matan.29
Secara istilah banyak definisi degan redaksi yang berbeda-
beda. Akan tetapi dari semua definisi tersebut, pemakalah dapat
menarik kesimpulan bahwa Hadis Qudsi ialah sesuatu yang
diberitakan Allah SAW. kepada Nabi-Nya dengan ilham atau mimpi,
kemudian Nabi SAW. menyampaikan berita itu dengan ungkapan-
ngkapan sendiri. Contoh Hadis Qudsi ialah
8ه9 :ي �ه7 ع:ل س7ول7 الله9 ص:ل�ى الل ة: ، ق:ال: : ق:ال: ر: 8ر: ي 9ي ه7ر: ب: ع:ن8 أ
:و8م: :ا خ:ص8م7ه7م8 ي :ن :ة� أ :ث :ال �ه7 ع:ز� و:ج:ل� : ث �م: : ق:ال: الل ل و:س:7م� 9ي ث :ع8ط:ى ب ج7ل� أ 7ه7 : ر: 8ت7 خ:ص8م:ه7 خ:ص:م8ت 7ن :ام:ة9 ، و:م:ن8 ك 8ق9ي ال
29 Abdul Majid Khon, op.cit., h. 11
21

ا ج9ير�: ج:ر: أ
8 :أ ت ج7ل� اس8 :ه7 ، و:ر: :م:ن :ل: ث :ك ا ف:أ :اع: ح7ر½ ج7ل� ب غ:د:ر: ، و:ر:ه7. :ج8ر: 7و:ف�ه9 أ :م8 ي 8ه7 و:ل :و8ف:ى م9ن ت ف:اس8
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW. Bersabda, “Allah SAW. berfirman, ada tiga golongan yang Aku menjadi musuh mereka kelak di hari kiamat. Siapa yang Aku menjadi musuhnya, maka Aku akan menjadi musuhnya. Seseorang yang memberikan (janji) kepada Ku lalu mengingkari. Seseorang yang menjual orang merdeka, lalu memakan hasil penjualnnya. Dan seseorang yang memperkerjakan kariawan, lalu kariawan itu memenuhi tugasnya, tetapi orang itu tidak memenuhi upahnya.”
Jumlah Hadis Qudsi tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah
hdis secara terulang-ulang sanad atau sekitar 100 buah hadis lebih
(ghayr mukarrar), ia tersebar dalam 7 kitab induk hadis. Mayoritas
kandungan Hadis Qudsi tentang akhlak, aqidah, dan syariah.
Diantara kitab Hadis Qudsi, Al-Hadits Al-Qudsiyah, yang tditerbitkan
oleh Jumhur Mesir Al-Arabiyah, Wuzarah Al-Awqaf Al-Majalis Al-A’la li
Syu’un Al-Islamiyyah Lajnah As-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.30
2. Persamaan Hadis Nabawi dengan Hadis Qudsi
Hadis Qudsi dengna hadis nabawi pada dasarnya mempunyai
persamaan, yaitu sama-sama bersumber dari Allah SWT. Hal ini
dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya
8ه:و:ى :نط9ق7 ع:ن9 ال 7وح:ى ٣﴿و:م:ا ي 9ال� و:ح8ي� ي 9ن8 ه7و: إ ﴿إ ﴾٤ ﴾Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan. (kepadanya). (QS. An-Najm: 3-4)
Rasulullah SAW. juga bersabda,
30 Ibid., h. 12
22

ول7 س7 8د9ي� ، ق:ال: : ق:ال: ر: 9ن 8ك :ر9ب: ال 8ن9 م:ع8د9ي ك 9 ب 8م9ق8د:ام ع:ن9 ال9يت 7وت �ي أ 9ن : إ ال
: �م: : أ ل 8ه9 و:س: :ي �ه7 ع:ل :ه7الله9 ص:ل�ى الل 8ل :اب: و:م9ث 9ت 8ك 7 ال م:ع:ه7
Dari Miqdam nim Ma’di Kariba, dari Rasulullah SAW., beliau bersabda, ingatlah sesungguhnya aku diberi Al-Kitab (Al-Qur’an) dan semisalnya. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).31
3. Perbedaan Hadis Nabawi dengan Hadis Qudsi
Perbedaan antara hadis nabawi dan Hadis Qudsi dapat diilihat
dari segi penisbatan, yaitu hadis nabawi dinisbatkan kepada
Rasulullah SAW. dan diriwayatkan dari beliau sehingga sehingga
dinamakan hadis nabawi. Adapun Hadis Qudsi dinisbatkan kepada
Allah, kemudian Rasulullah menceritakan dan meriwayatkan dari
Allah. Oleh karena itu diikt dengan sebutan Qudsi.32
4. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Al-Qur’an
Ada beberapa perbedaan antara Hadis Qudsi dengan Al-
Qur’an, sebagai berikut:
Al-Qur’an Al-Karim adalah kalam Allah yang diwahyukan
kepada Rasulullah dengan lafalnya, dengan itu pula orang
Arab ditantang untuk membuat yang semisal dengan itu
tetapi mereka tidak mampu sedangkan Hadis Qudsi tidak
untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
31 Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, op.cit., h. 26-2732 Ibid.
23

Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir sehingga
kepastiannya sudah mutlak. Hadis-hadis Qudsi
kebanyakannya adalah khabar ahad sehingga
kepastiannya masih merupakan dugaan ada kalanya Hadis
Qudsi itu shahih, terkdng hasan, dan da’if
Al-Qur’an Al-Karim dari Allah, baik lafaz maupun
maknanya maka Al-Qur’an adalah wahyu, baik dalam lafal
maupun makna. Adapun Hadis Qudsi, maknanya saja tapi
bukan dalam lafal. Oleh sebab itu sebagian besar ahli
hadis, diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi dengan
maknanya saja.
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah sehingga
diperintahkan untuk dibaca dalam shalat. Adapun Hadis
Qudsi tidak diperintahkan untuk membacanya dalam
shalat. Membaca Hadis Qudsi tidak akan memperoleh
pahala seperti yang disebutkan di dalam hadis mengnai
membaca Al-Qur’an bahwa setiap huruf terdapat
kebaikan.33
33 Manna’ Al-Qhathan, Mabahatsu fi< ‘Ulumul Al-Qur’an, h. 26
24

E. Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an
Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an secara umum adalah unutk
menjelaskan makna kandungan Al-Qur’an yang ssangat dalam dan
global atau li al-Bayan (menjelaskan) sebagaimana firman Allah
SWT. dalam Surah An-Nahl: 4434
�ه7م8 :ع:ل 8ه9م8 و:ل :ي 9ل ل: إ 7ز� �اس9 م:ا ن 9لن �ن: ل :ي 7ب 9ت 8ر: ل 8ك: الذ�ك :ي 9ل :ا إ 8ن ل :نز: و:أون: �ر7 :ف:ك :ت ٤٤﴿ي ﴾
Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke
berbagai bentuk penjelasan. Secara garis besar ada tiga makna
fungsi penjelasan (Bayan) hadis terhadap Al-Qur’an yaitu sebagai
berikut:35
1. Bayan Ta’kid
Posisi hadis sebagai penguat atau memperkuat keterangan
Al-Qur’an (Ta’qid). Sebagian ulama menyebut Bayan Ta’qid atau
Bayan Taqrir artinya hadis yang penguat tentang apa yang sudah
34 Abdul Majid Khon, op.cit., h. 1635 Ibid.
25

dijelaskan di dalam Al-Qur’an, misalnya hadis tentang shalat, zakat,
puasa, dan haji. 36
عن ابن عمر رض\\ي الل\\ه عنهم\\ا ق\\ال : ق\\ال رس\\ول الل\\ه صلى الله عليه و سلم ( بني اإلس\\الم على خمس ش\\هادة أن ال إله إال الل\\ه وأن محم\\دا رس\\ول الل\\ه وإق\\ام الص\\الة
وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )Dari Ibn Umar ra. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan atas lima lima perkara: menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan. (HR. Al-Bukhari).
2. Bayan Tafsir
Hadis sebagai pejelas (Tafsir) atau menafsirkan yang mujmal
di dalam Al-Qur’an, maka hadis menjelaskan maksudnya. Seperti
dalam Surah Al-Maidah: 38
� :اال :ك :ا ن ب :س: 9م:ا ك اء ب :ه7م:ا ج:ز: 8د9ي ي: 8 أ ار9ق:ة7 ف:اق8ط:ع7وا ار9ق7 و:الس� و:الس�
Âه7 ع:ز9يز� ح:ك9يم� Âه9 و:الل ٣٨﴿م�ن: الل ﴾Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Pemotongan tangan pencuri dalam ayat tersebut secara
mutlak nama tangan tanpa dijelaskan batas tangan yang harus
dipotong apakah dari pundak, siku, dan pergelangan tangan.
Kemudian pembatasan itu baru dijelaskan dengan hadis ketika ada
seseorang pencuri yang datang ke hadapan Nabi dan diputuskan
36 Ibid.
26

hukuman dengan pemotongan tangan, maka dipotong pada
pergelangan tangannya.37
3.Bayan Tasyri’i
Yaitu menempatakan suatu hukum yang tidak disebutkan di
dalam Al-Qur’an. Dalam hadis terdapat hukum-hukum yang tidak
dijelaskan di dalam Al-Qur’an, ia bukan penjelas (Tafsir) dan bukan
penguat (Ta’qid). Tetapi sunnah sendirilah yang menjelaskan
sebagai dalil atau ia menjelaskan yang tersirat di dalam ayat-ayat
Al-Qur’an. Misalkan keharaman makan daging keledai ternak,
keharaman setiap daging yang berbelalai, dan keharaman menikahi
seorang wanita bersama bibi dan paman wanitanya. Hadis Tasyi’ri
diterima oleh para ulama karena kapasitas hadis juga sebagai
wahyu dari Allah SWT. yang menyatu dengna Al-Qur’an, hakikatnya
ia juga merupakan penjelasan yang implisit dalam Al-Qur’an.38
37 Ibid., h. 1838 Ibid., h. 19
27

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis menurut etimologi, berasal dari akar kata :
1. د7 8ج:د9ي\\8 :ل :al-jiddah) ا baru), lawan kata dari 9 8م دي 8ق\\: :ل :al-qadi<m) ا
terdahulu), bahwa segala kalam selain Allah bersifat hadis
(baru) sedangkan Al-Qur’an bersifat qadim (terdahulu).
2. 8ب7 8ق:ر9ي :ل .atau belum lama terjadi (al-qarib: dekat) ا
28

3. :ر7 ب 8خ: :ل oleh karena itu ungkapan oleh para (al-khabar: berita) ا
perawi yang menyampaikan periwayatan hadis jika
bersambung sanadnya selalu mengungkapkan:
memberitakan kepada kami atau mengabarkan kepada)حدثنا
kami dan menceritakan kepada kami).
Dari segi terminologi ulama hadis mendefinisikan Hadis
merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik
yang berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat.
Dari definisi di atas dapat memberi kesimpulan, bahwa hadis
mempunyai beberpa komponen yakni:
a. Hadis perkataan (qawli) adalah sabdanya dalam segala
sesuatu yang bersangkut paut dengan dengan syara’.
b. Hadis perbuatan (fi’li) adalah perbuatan yang pernah beliau
kerjakan yang mengandung syara’.
c. Hadis penetapan/ persetujuan (Taqrir) Nabi adalah keadaan
beliau yang mendiamkan tidak mengadakan sanggahan
atau menyetujui yang telah dilakukan oleh para
sahabatnya.
d. Dan ada pula sebagian ulama yang memasukkan definisi
hadis sifat (washfi).
29

Dalam ilmu hadis sering juga, istilah hadis sering disebut juga
dengan istilah sunnah, khabar, dan atsar.
1. Sunnah menurut bahasa ialah jalan yang dilalui baik terpuji
maupun tercela. Sunnah juga dapat diartikan sebagai
tradisi yang kontinu
2. Khabar menurut bahasa khabar berarti berita.
3. Atsar menurut bahasa, atsar berarti bekas sesuatu atau
sisa sesuatu.
Secara struktur yang terkandung dalam hadis ada tiga
komponen, yaitu sanad atau isnad (rantai penutur), matan
(redaksi hadis), dan mukharij (rawi).
Hadis dilihat dari sandarannya ada dua yang pertama
disandarkan kepada Nabi sendiri disebut Hadis Nabawi, kedua
disandarkan kepada Tuhan yang disebut Hadis Qudsi. Pada
umumnya kebanyakan yang mengira nama qudsi itu sendiri
diartikan suci, namun tidak semua Hadis Qudsi itu shahih.
Hadis Qudsi dengan hadis nabawi pada daarnya mempunyai
persamaan, yaitu sama-sama bersumber dari Allah SWT.
Perbedaan Hadis Nabawi dengan Hadis Qudsi dapat diilihat dari
segi penisbatan, yaitu hadis nabawi dinisbatkan kepada
Rasulullah SAW. dan diriwayatkan dari beliau sehingga sehingga
30

dinamakan hadis nabawi. Adapun Hadis Qudsi dinisbatkan
kepada Allah, kemudian Rasulullah menceritakan dan
meriwayatkan dari Allah. Oleh karena itu diikt dengan sebutan
Qudsi.
Ada beberapa perbedaan antara Hadis Qudsi dengan Al-Qur’an,
sebagai berikut:
Al-Qur’an Al-Karim adalah kalam Allah yang diwahyukan
kepada Rasulullah dengan lafalnya, Hadis Qudsi tidak untuk
menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir sehingga
kepastiannya sudah mutlak. Hadis-hadis Qudsi
kebanyakannya adalah khabar ahad sehingga kepastiannya
masih merupakan dugaan ada kalanya Hadis Qudsi itu
shahih, terkdng hasan, dan da’if
Al-Qur’an Al-Karim dari Allah, baik lafaz maupun maknanya
maka Al-Qur’an adalah wahyu, baik dalam lafal maupun
makna. Adapun Hadis Qudsi, maknanya saja tapi bukan
dalam lafal.
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah sehingga
diperintahkan untuk dibaca dalam shalat. Adapun Hadis
Qudsi tidak diperintahkan untuk membacanya dalam shalat.
31

Membaca Hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti
yang disebutkan di dalam hadis mengnai membaca Al-
Qur’an bahwa setiap huruf terdapat kebaikan.
Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an secara garis besar ada tiga
makna fungsi penjelasan (Bayan) hadis terhadap Al-Qur’an yaitu
sebagai berikut:
1. Bayan Ta’kid artinya hadis yng penguat tentang apa yang
sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an
2. Bayan Tafsir atau menmenjelaskan yang mujmal di dalam
Al-Qur’an, maka hadis menjelaskan maksudnya.
3. Bayan Tasyri’i yaitu menempatakan suatu hukum yang tidak
disebutkan di dalam Al-Qur’an.
B. Saran dan Kritik
Makalah ini disusun dengan kerja keras, meskipun dengan keterbatasan ilmu
yang pemakalah miliki dan masih dalam proses pembelajaran, tentunya masih banyak
kekurangan di dalamnya maka dari itu kritik serta saran dari teman-teman dan
khususnya dosen pembimbing, sangat pemakalah harapkan untak kesempurnaan
makalah ini.
32

DAFTAR PUSTAKA
Abu Syahbat, Muhammad bin Muhammad Al-Wasitha fi< ‘Ulum wa>
Mustholah Al-Hadits.
Al-Alba>ni>, Muhammad Na>sir Al-Di>n. Al-Hadi<s|u Hujjahtu
Binafsihi fi> Al-Akoidi wa Al-Ahka>mi.
Al-Khathib, Muhammad. ‘Ajaj ‘Usulul Al-Hadi<ts.
Al-Khomi<si<, Abdurrahman bin Ibra>hi<m. Mu’jam ‘Ulumul Al-
Hadi<ts An-Nabawi<
Al-Qhaththan, Manna’. At-Tasyri’ wa Al-Fiqh fi< Al-Islam Tarikhan wa
Manhajan.
Al-Qhathan, Manna’ Mabahatsu fi< ‘Ulumul Al-Qur’an.
Al-Qhaththan, Manna’.Maba>hatsu fi< ‘Ulum Al-Hadi<ts.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis . Jakarta:
Bulan Bintang, 1974.
Ismail, Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis . Bandung: Angkasa, 1994.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2010.
Mahmud, Ath-Tahan. Taysir Musthalah Al-Hadi<ts.
33

Sholahuddin, Agus dan Agus Suyadi. ‘Ulumul Hadis . Bandung:
Pustaka Setia, 2008.
Sulaiman, Noor. Antologi Ilmu Hadis. Jakarta: GP Press, 2009.
34