PENELITIAN 2 (1)

31
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluan akar (cleaning and shaping). Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian. 1 Alat dan bahan yang digunakan pada cleaning dan shaping adalah file yang disertai dengan bahan irigasi. Adapun alat-alat yang dipakai adalah jarum Miller, ekstirpasi dan file, yang dapat digerakkan dengan tangan atau mesin. Pemakaian instrumen intrakanal ini dalam preparasi harus disertai dengan tindakan irigasi sebab bila tidak disertai irigasi, jaringan dan debris dari sistem saluran akar tidak dapat dibersihkan. 1 Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting menunjang keberhasilan perawatan saluran akar karena irigasi memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik, mikroorganisme dan sisa dentin dari saluran akar yang terinfeksi. Hal ini merupakan salah satu dari prinsip perawatan endodontik, yaitu triad endodontic treatment. Disamping itu, larutan irigasi juga membilas dan

Transcript of PENELITIAN 2 (1)

Page 1: PENELITIAN 2 (1)

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan berfungsi

dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar. Perawatan

ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi

saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluan akar (cleaning and

shaping). Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa

serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu

tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian.1Alat dan bahan yang

digunakan pada cleaning dan shaping adalah file yang disertai dengan bahan irigasi. Adapun

alat-alat yang dipakai adalah jarum Miller, ekstirpasi dan file, yang dapat digerakkan dengan

tangan atau mesin. Pemakaian instrumen intrakanal ini dalam preparasi harus disertai dengan

tindakan irigasi sebab bila tidak disertai irigasi, jaringan dan debris dari sistem saluran akar

tidak dapat dibersihkan. 1

Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting menunjang keberhasilan perawatan

saluran akar karena irigasi memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik, mikroorganisme dan

sisa dentin dari saluran akar yang terinfeksi. Hal ini merupakan salah satu dari prinsip

perawatan endodontik, yaitu triad endodontic treatment. Disamping itu, larutan irigasi juga

membilas dan melarutkan timbunan endapan jaringan keras atau lunak terinfeksi di bagian

apikal dan jaringan periapikal. Larutan irigasi yang ideal, memiliki efek antibakteri dengan

spektrum yang luas, tidak toksik, mampu melarutkan sisa jaringan pulpa nekrotik, mencegah

terbentuknya smear layer selama preparasi saluran akar atau mampu melarutkannya segera

setelah terbentuk. 2

Menurut Harty, suatu larutan irigasi saluran akar yang baik harus mampu melarutkan

kotoran organik dan anorganik, melancarkan alat endodontik, membunuh mikroba, tidak

toksik, dan ekonomis. Larutan irigasi yang paling baik adalah mempunyai daya antimikroba

yang maksimal dengan toksisitas yang minimal. Pendapat ini diperkuat oleh Anusavice yang

menyatakan bahwa setiap bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi harus memenuhi

syarat-syarat biokompatibilitas (dapat diterima oleh jaringan tubuh) yaitu tidak

Page 2: PENELITIAN 2 (1)

membahayakan pulpa dan jaringan lunak, tidak mengandung substansi yang bisa

menyebabkan respon sistemik bila berdifusi dan diadsorpsi ke dalamsistem sirkulasi, dan

bebas dari agen sensitisasi yang dapat menyebabkan respon alergi serta tidak berpotensi

karsinogenik. 2

Salah satu bahan irigasi adalah sodium hypochlorite (NaOCl) 5% dimana ia merupakan

material proteolitik yang telah digunakan sejak 85 tahun yang lalu. Penggunaan

sodiumhypochlorite (NaOCl) sebagai bahan kimia setelah pengambilan isi saluran akar

secara mekanis merupakan suatu prosedur yang sering di lakukan di dalam perawatan

endodontik. Sodium hypochlorite beraktivitas pada jaringan nekrotik maupun jaringan vital

serta sifat antibakteri dan sifat pelumasnya menjadikan sodium hypochlorite sebagai pilihan

bahan irigasi saluran akar pada perawatan endodontik. 3?

Namun, jika sodium hypochlorite berkontak dengan jaringan lunak yang vital, ia bisa

menjadi sangat sitotoksik dan bersifat destruktif. Terdapat beberapa komplikasi klinikal

akibat penggunaan sodium hypochlorite. Antara komplikasi yang sering adalah injeksi

sodium hypochlorite yang tidak disengajakan ke dalam jaringan periradikular. Ini akan

menyebabkan rasa sakit, perdarahan jaringan periapikal, serta pembengkakan yang luas. 3?

Bahan irigasi lain yang bisa digunakan selain sodium hipoklorit adalah klorheksidin.

Khlorheksidin merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam klorheksidin

diglukonat yang larut dalam air. Klorheksidin sudah dikenal sejak tahun 1950. Klorheksidin

memiliki kemampuan antiseptik dan desinfektan dengan spektrum luas, efektif untuk bakteri

gram positif, gram negatif, bakteri ragi, jamur, serta protozoa. Klorheksidin sangat luas

digunakan sebagai desinfektan karena memiliki sifat antimikroba yang baik terhadap gram

positip, spora bakteri, virus lipofilik, jamur dan dermatofit. Klorheksidin 0,1-0,2%

merupakan antisepik yang secara luas digunakan mengontrol plak rongga mulut. 4?

Konsentrasi klorheksidin 2% dianjurkan sebagai larutan irigasi saluran akar karena

memiliki efek antimikroba yang luas. Disamping itu, klorheksidin tidak mengiritasi jaringan

periapikal, kurang toksik dibandingkan dengan larutan lainnya dan baunya tidak menyengat.

Akan tetapi, kemampuan klorheksidin tergantung dari pH dan kehadiran komponen organik.

Klorheksidin tidak dapat digunakan sebagai larutan irigasi tunggal pada perawatan

saluran akar karena tidak memiliki kemampuan melarutkan jaringan nekrotik dan kurang

efektif terhadap bakteri gram negatif. Disamping itu, efektivitas klorheksidin berkurang

Page 3: PENELITIAN 2 (1)

dengan adanya protein dan matriks dentin organik. Oleh sebab itu, kombinasi larutan irigasi

NaOCL dan klorheksidin dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan keduanya.

Klorheksidin dapat ditemukan dalam bentuk larutan berbasis air, gel dan kombinasi larutan

dengan bahan aktif lain.efektivitas bahan irigasi dipengaruhi oleh konsentrasi,suhu,dan

waktu. Pada penelitian ini,konsentrasi yang dipakai sesuai dengan bahan literature. Suhu

yang dipakai adalah 370 C karena merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri

dalam waktu 24 jam. ?

Dari uraian diatas,saluran akar membutuhkan bahan irigasi untuk membunuh bakteri

Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berpotensi untuk

menginvasi tubulus dentin. Secara in vitro, telah terbukti peneterasi Streptococcus mutans ke

dalam tubulus dentin. Sedangkan secara in vivo, invasi Streptococcus sp. ke dalam tubulus

dentin akar ditemukan pada keadaan infeksi saluran akar. ?

Tapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang mempelajari tentang perbedaan

efek antibakteri antara NaOCL dan chlorheksidin terhadap streptococcus mutans. Maka perlu

dilakukan penelitian sesuai topik diatas. ?

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut.

Apakah ada perbedaan efek antibakteri bahan irigasi klorheksidin 2% dengan NaOCl 5%

terhadap pertumbuhan bakteri streptoccocus mutans?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan efek antibakteri bahan irigasi klorheksidin dengan NaOCl 5%

terhadap pertumbuhan bakteri streptoccocus mutans.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai studi

tambahan tentang bahan irigasi Chlorheksidin 2% dan NaOCL 5% untuk digunakan

pada perawatan saluran akar.

2. Dapat memberikan informasi penting mengenai perbedaan efek antibakteri pada

kedua bahan irigasi tersebut dalam bidang kesehatan gigi khususnya konservasi.

Page 4: PENELITIAN 2 (1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Streptococcus mutans sebagai salah satu bakteri yang terdapat pada infeksi saluran

akar.

Streptococcus mutans pertama kali ditemukan oleh Clark pada tahun 1924. Menurut

taksonominya,Streptococcus mutans diklasifikasikan berdasarkan; Kingdom Bacteria, Devisi

Firmincutes, Kelas Bacilli, Ordo Lactobacillales, Famili Streptococcaceae, Genus

Streptococcus, Species Streptococcus mutans. 7(Fadlina 15)

Secara morfologi streptococcus mutans merupakan bakteri berbentuk kokus yang

mempunyai karakteristik membentuk rantai dalam pertumbuhannya,termasuk bakteri yang

dikelompokkan ke dalam gram positif, tidak bergerak, dan fakultatif anaerob. Bakteri ini

tumbuh subur pada media yang mengandung cairan darah dan jaringan pada suhu 37’C

selama 24 jam. 8 (Fadlina 12)

Membrane sel streptococcus mutans terdiri dari 4 komponen antigen, yaitu:

peptidoglikan,grup spesifik polisakarida, protein dan asam lipoteikoat.9(fadlina 12)

Polisakarida spesifiknya adalah N-asetilglucosamyne, sedangkan protein penting yang

terdapat dalam struktur antigennya adalah enzim glucocyltransferase. Enzim ini mampu

mengubah sukrosa menjadi dekstran yang bertangggung jawab terhadap adhesi streptococcus

mutans pada permukaan gigi. 10 (Fadlina 14)

Saat ini mayoritas bakteri yang diisolasi dari infeksi endodonti adalah anaerob, tetapi

Streptococcus sp, merupakan bakteri yang persentase insidensnya mencapai 40% dari bakteri

yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal (tabel 1). 11(Fadlina 2) Keberadaan

Streptococcus sp. (khususnya S.gordonii dan S.mutans) akan membantu invasi bakteri seperti

Porphyromonas gingivalis ke tubulus dentin dengan cara mengikat substrat dari

Porphyromonas gingivalis agar dapat masuk kedalam tubulus dentin dan

mengkolonisasinya.12 (Fadlina 3)

Page 5: PENELITIAN 2 (1)

Tabel 1. Bakteri yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal.

Bakteri Persentase Insidens

Fusobacterium nucleatum

Streptococcus sp.

Bacteriodes sp.

Provotella intermedia

Peptostreptococcus micros

Eubacterium alactolyticum

Peptostreptococcus anaerobius

Lactobacillus sp.

Eubacterium lentum

Fusobacterium sp.

Compylobacter sp.

Peptostreptococcus sp.

Actinomyces sp

Eubacterium timidum

Capnocytophaga ochracea

Eubacterium brachy

Selenomonas sputigena

Veilonella parvula

Porphyromonas endodontalis

Prevotella buccae

Prevotella oralis

Proprionibacterium proprionicum

Prevotella denticola

Prevotella loescheii

Eubacterium nodatum

48

40

35

34

34

34

31

32

31

29

25

15

15

1111

9

9

9

9

9

8

8

6

6

6Sumber : Ingle JI. Endodontics 5th Edition. 200213 (fadlina 4)

Page 6: PENELITIAN 2 (1)

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui jenis mikroflora yang berperan

pada penyakit pulpa dan periapeks. Dalam penelitian Pazelli et al terhadap gigi dengan

nekrose pulpa dan lesi periapikal dilaporkan prevalensi bakteri anaerob sebesar 96,8% ( 30

kasus), basil dengan pigmen hitam sebesar 35,5% (11 kasus), Streptococcus sp. Sebesar

96,8% (30 kasus), Streptococcus mutans sebesar 48,4% (15 kasus). 14 (fadlina 17)

Streptococcus mutans yang berasal dari pulpa gigi yang nekrose.15(Fadlina 18) Haley et al

dalam penelitiannya untuk mengidentifikasi bakteri pada saluran akar,16(Fadlina 19) juga

menemukan Streptococcus mutans di dalam saluran akar gigi. Sedangkan Love et al. (2002),

melaporkan bahwa Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri yang banyak

ditemukan pada infeksi saluran akar yang asimptomatik.12(Fadlina 3)

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu mikroorganisme

yang terdapat pada saluran akar adalah bakteri Streptococcus. Sp dimana salah satu

speciesnya adalah Streptococcus mutans.

2.2. Sodium Hipoklorit sebagai larutan irigasi saluran akar

Sodium hipoklorit yang lebih dikenali dengan nama NaOCl, telah digunakan lebih dari tujuh

puluh tahun yang lalu.15 Selama perang dunia I, NaOCl digunakan untuk mengobati luka oleh

seorang dokter bernama Dakin, sehingga pada waktu itu NaOCl dikenali sebagai larutan

Dakin, karena pada masa itu antibiotic belum ditemukan, larutan Dakin telah menyelamatkan

banyak nyawa dari infeksi gangren selama perang dunia I.11

Saat ini NaOCl merupakan larutan irigasi paling populer di seluruh dunia karena pada

konsentrasi 5% NaOCl paling efektif membersihkan saluran akar dibandingkan dengan

larutan NaOCl 0,5% dan aquadest (p<0,01%).17(fadlina 16) NaOCl juga bertindak sebagai

pemutih, anti virus dan anti jamur. 18(fadlina 20)

Pecora et al melaporkan bahwa NaOCl menunjukkan keseimbangan yang dinamis

yang diperlihatkan oleh reaksi. 19(fadlina 21)

NaOCl + H2O ↔ NaOH + HOCl ↔ Na+ + OH- + H+ OCl-

Page 7: PENELITIAN 2 (1)

Reaksi Kimis antara bahan organik jaringan dengan sodium hipoklorit adalah seabgai

berikut :

1. Reaksi saponofikasi

O O

R – C – O – R + NaOH ↔ R – C – O – Na + R – OH

Asam lemak Sodium Sabun Gliserol

Hidroksida

2. Reaksi netralisasi asam amino

H O H O

R – C – O – C + NaOH ↔ R – C – O – C + H2O

NH2 OH NH2 ONa

Asam amino Sodium Garam Air

Hidroksida

3. Reaksi Kloraminasi

H O Cl O

R – C – O – C + HOCl ↔ R – C – O – C + H2O

NH2 OH NH2 OH

Asam amino Asam Kloramin Air

Hipoklorit

Page 8: PENELITIAN 2 (1)

NaOCl bertindak sebagai bahan pelarut organik dan lemak yang dapat menurunkan

asam lemak dan merubahnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol) yang

dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan (reaksi saponifikasi). 19,20(fadlina 22)

NaOCl menetralkan asam amino dan membentuk air serta garam (reaksi netralisasi

asam amino).Asam hipoklorat yang terdapat pada NaOCl bila berkontak dengan jaringan

organik maka akan bertindak sebagai bahan pelarut, dimana akan melepaskan klorin yang

dikombinasikan dengan kelompok protein membentuk kloramin. Asam hipoklrat (HOCl) dan

ion hipoklorit (OCl-) akan mengakibatkan degradasi asam amino dan terjadi hidrolisis( reaksi

kloramin).19,20

Selain itu, dengan pH yang tinggi yaitu pH 11 (aksi ion H+), NaOCl akan menggangu

integritas membrane sel dengan menghambat enzim-enzim bakteri sehingga mengkibatkan

oksidasi irreversible dari enzim bakteri sehingga terjadi perubahan metabolism sel dan

penghancuran lipid membrane sel bakteri. 19,20

2.3. Chlorhexidine sebagai larutan irigasi saluran akar.

Chlorhexidine mulai dikenal sejak 1950 sebagai antimikroba dengan rumus kimia:

Chlorhexidine telah dipakai secara luas di kalangan kedokteran, baik oleh para dokter umum,

spesialis maupun dokter gigi, sebagai antibakteri, selama lebih dari 25 tahun. Sejak

diperkenalkan, Chlorhexidine digunakan di rumah sakit berbagai negara sebagai antiseptik.

Sangat efektif sebagai disinfektan pada kulit sebelum operasi, cuci tangan sebelum operasi

serta sebagai disinfektan dan alat-alat kedokteran, terutama alat-alat operasi. Akhir-akhir ini

Chlorhexidine dipakai secara luas di kalangan kedokteran gigi sebagai obat untuk

menyembuhkan serta mencegah kelainanrongga mulut.

Chlorhexidine merupakan antibakteri dengan spektrum yang luas dan sangat efektif untuk

bakteri Gram (+), Gram (–), bakteri ragi, jamur serta protozoa; algae dan virus dapat juga

dihambat oleh chlorhexidine. 21

Page 9: PENELITIAN 2 (1)

Telah dibuktikan bahwa chlorhexidine dapat mengikat bakteri, mungkin disebabkan adanya

interaksi antara muatan positif dan molekul-molekul chlorhexidine dengan dinding sel yang

bermuatan negatif(1). Interaksi ini akan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri yang

menyebabkan terjadinya penetrasi ke dalam sitoplasma yang menyebabkan kematian

mikroorganisme. Streptokokus tertentu dapat terikat oleh chlorhexidine pada media

polisakarida di luar se1(2,3), sehingga dapat meningkatkan sensitivitas streptokokus dalam

rongga mulut terhadap chlorhexidine(4,5).

Page 10: PENELITIAN 2 (1)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual(bagan tidak lengkap???)

Diagram diatas menunjukkan mekanisme larutan sodium hipoklorit dalam membunuh

sel. Sodium hipoklorit dalam air akan beraksi menghasilkan sodium hidroksida ( NaOH) dan

asam hipoklorit (HOCL). NaOH akan mendegredasi asam lemak dan mengubahnya menjadi

sabun dan gliserol ( reaksi saponifikasi) sehingga akan menyebabkan kerusakan pada struktur

lemak membrane sel. Selain itu NaOH akan mendegradasi asam amino mengubahnya

menjadi garam dan air ( reaksi netralisasi asam amino). HOCL juga mendegradasi asam

amino menjadi kloramin dan air (reaksi kloraminasi) degradasi asam amino ini akan

menyebabkan kerusakan struktur protein membran.

NaOCI

NaOCI + H2O NaOCI+ NOCI Na+ + OH + H+ + OCI

Raksi saponifikasi

As. Lemak + NaOCI

Raksi netralisasi

Asam amino

As.Amino + NaHO

Garam + Air

Raksi kloraminasi

As.Amino + HOCI

Kloramin + air

pH yang tinggi

(pH11)

Page 11: PENELITIAN 2 (1)

Kerusakan struktur lemak maupun protein membrane ini akan menyebabkan

gangguan intergritas membrane sitoplasma dari sel. pH NaOCL yang tinggi (pH 11) juga

berperan dalam mempengaruhi intergritas membrane. Jika terjadi gangguan intergtitas

gangguan membrane sitoplasma maka fungsi sel tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya,

sehingga sel menjadi lisis dan mkemudian mati. Klorin yang dilepaskan dalam reaksi

kloraminasi pun sangat berperan dalam penghancuran sel dengan menghambat enzim bakteri

yang penting untuk menjalankan fungsi sel.

3.2.Hipotesa Penelitian

Terdapat perbedaan efek antibakteri bahan irigasi klorheksidin 2% dengan NaOCl 5%

terhadap pertumbuhan bakteri Streptoccocus mutans.

Page 12: PENELITIAN 2 (1)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian : Posttest Only Control Group Design.

X 1 →O 1

X 2 →O 2

X1 : Perlakuan Strep. Mutans dengan NaOCl

X2 : Perlakuan Strep. Mutans dengan Chlorheksidin

O1: Observasi hasil perlakuan Strep. Mutans dengan NaOCl

O2 : Observasi hasil perlakuan Strep. Mutans dengan Chlorheksidin

Jenis studi penelitian : Eksperimental laboratorium

4.2. Populasi, sampel dan besar sampel

4.2.1. Populasi : Bakteri Streptococcus mutans

4.2.2. Sampel : Bakteri Streptococcus mutans yang telah diisolasi dan

dibiakkan dengan media Mueller Hinton Agar

4.2.3. Besar sampel

Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan pengulangan sesuai rumus

Federer (1977) :

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (2-1) ≥ 15

n-1 ≥ 15

n-1 = 15

n = 16

n = banyak pengulangan

(n-1) (t-1) ≥ 15

Page 13: PENELITIAN 2 (1)

t = perlakuan, dalam hal ini ada 2 (NaOCL dan Chlorheksidin)

4.3. Variabel Penelitian

4.3.1. Variabel bebas

a. Chlorheksidin

b. NaOCl 5%

4.3.2. Variabel tergantung : Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans pada media

Mueller Hinton Agar dengan metode pengukuran diameter

zona hambat yang terbentuk pada masing-masing sampel.

VARIABEL TERKENDALI

- Konsentrasi bahan irigasi Chlorheksidin 2% dan NaOCl 5%

- Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus Mutans (37o)

- Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan/pembiakan Streptococcus Mutans yaitu 24jam

- Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril

- Teknik pengisolasian dan pengkulturan

- Ketrampilan operator dalam pelaksanaan penelitian

VARIABEL TIDAK TERKENDALI

- Lama penyimpanan NaOCl

- Lama penyimpanan Chlorheksidin

- Stem biakan Streptococcus Mutans diisolasi

VARIABEL BEBAS

- CHLORHEKSIDIN 2%- NaOCl 5%

VARIABEL TERGANTUNG

Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans

Page 14: PENELITIAN 2 (1)

4.3.3. Variabel terkendali

a. Konsentrasi bahan irigasi Chlorheksidin dan NaOCl 5%

b. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus mutans (370)

c. Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan/pembiakan Streptococcus

mutans yaitu 24 jam.

d. Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril.

e. Teknik pengisolasian dan pengkulturan.

f. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian.

4.3.4. Variabel tidak terkendali

a. Lama penyimpanan NaOCl

b. Lama penyimpanan Chlorheksidin

c. Individu asal Streptococcus mutans diisolasi.(dari biakan bkn dari individu)

4.4. Defenisi Operasional

4.4.1. Larutan NaOCl 5,25% (Yuri Bleach, Indonesia) 100 ml diencerkan dengan

menambahkan aquadest sebanyak 5 ml diperoleh larutan irigasi NaOCl 5% sebanyak

105 ml.

4.4.2. Larutan Chlorheksidin (Betadine, Kimia Farma, Indonesia) 200 ml

4.4.3. S.mutans adalah bakteri yang diambil dari plak gigi dan diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi FMIPA USU(S. mutans langsung dari biakan, bkn dari plak)

4.4.4. Zona hambatan Streptococcus mutans adalah zona bening yang terbentuk

karena kemampuan larutan dalam menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans.

Cara penghitungan zona hambatan terhadap Streptococcus mutans adalah

mengukur zona hambat yang tampak dengan menggunakan jangka sorong

Page 15: PENELITIAN 2 (1)

dengan tingkat ketelitian 0,02 mm.

1) Diameter zona bening 20mm atau lebih berarti mempunyai daya hambat yang

sangat kuat

2) Diameter zona bening 10mm-20mm berarti mempunyai daya hambat kuat

3) Diameter zona bening 5mm-10mm berarti mempunyai daya hambat sedang

4) Diameter zona bening < 5mm berarti mempunyai daya hambat lemah (Dewi,

2010).

4.4.5. Media pengeraman adalah media yang dipakai untuk menumbuhkan Streptococcus

mutans dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah Mueller-Hinton agar

(MHA) 12gr (Oxoid, England).

4.4.6. Sterilisasi alat dan bahan adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-

bahan dari segala macam kehidupan, terutama kehidupan mikroorganisme.

4.5. Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1. Bahan penelitian(merek dan asal Negara???

1. Larutan NaOCl 5%

2. Larutan Chlorheksidin

3. Media Muller Hinton Agar 12 gram

4. Biakan Streptcoccus mutans

5. Aquadest 1 liter

6. Alkohol 96%

4.5.2. Alat penelitian

1. Corong bucher

2. Kaliper geser

3. Becker glass

4. Erlemeyer

5. Alat pemanas

6. Piring petri

7. Tabung reaksi

8. Pipet volume

Page 16: PENELITIAN 2 (1)

9. Bunsen

10. Ose

11. Pro pipet

12. Pipet mikro

13. Glass ukur

14. Corong kaca biasa

15. Batang pemegang terbuat dari besi

16. Batang pengaduk kaca

17. Kapas lidi steril

18. Masker

19. Sarung tangan

20. Paper disk

4.6. Tempat dan waktu penelitian

4.6.1.Tempat penelitan

Laboratorium mikrobiologi FMIPA USU

4.6.2.Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah 6 minggu

4.7. Prosedur pengambilan dan pengumpulan data

4.7.1. Pembuatan media

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media Muller Hinton Agar (MHA). MHA sebanyak

12gram dilarutkan ke dalam 240ml aquadest untuk 2 petri (20ml/petri), lalu dipanaskan

tungku pemanas magnetik sampai mendidih. Kemudian media yang telah masak, disterilkan

di dalam autoklaf selama 3 jam dengan tekanan udara 2atm suhu 121ºC. Setelah disterilkan,

media disimpan di dalam kulkas. Jika akan digunakan kembali, media dipanaskan kembali

hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing petri dan dibiarkan hingga dingin.

4.7.2. Pengenceran bahan

Pemutih yang mengandung bahan aktif NaOCL 5.25% sebanyak 100ml diencerkan dengan

menambahkan aquadest sebanyak 5ml sehingga diperoleh larutan irigasi NaOCL 5%

sebanyak 105ml.

Page 17: PENELITIAN 2 (1)

4.7.3. Pembiakan spesimen

Masing-masing petri dibagi menjadi 8 area, diperlukan 2 petri untuk mendapatkan 16 sampel

kelompok perlakuan. Streptococcus mutans yang digunakan adalah spesimen yang diperoleh

dari Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU yang telah dibiakkan secara murni pada

Mueller Hinton Agar. Koloni yang sudah diencerkan dalam NaCl 0,9 % lalu divortek sampai

diperoleh kekeruhan sesuai standart Mc Farland (1x 10⁸ CFU/ml). Lalu disebarkan dengan

kapas lidi steril secara zig-zag dan rapat untuk mendapatkan pertumbuhan koloni ynag padat

pada media. Biarkan selama 1 jam.

4.7.4. Uji efektifitas anti bakteri

Disk ditetesi larutan sebanyak 10µl dengan pro pipet, lalu dibiarkan selama 1 jam. Kemudian

ditanam pada setiap sampel. Sampel dibahagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A ditanami

disk yang berisi larutan NaOCL 5% dan kelompok B dengan larutan klorheksidin. Kemudian

petri dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 37º C dan diamati kembali setelah 24 jam.

Diamati zona hambatan yang terjadi disekitar masing-masing disk. Kemudian dilakukan

pengukuran diameter yang bebas koloni (zona bening) dengan menggunakan caliper geser

dan kemudian dicatat.

4.8 Pengolahan data

Perlakuan Diameter zona hambatan pada petri (mm)

Strep. Mutans dengan NaOCl

Strep. Mutans dengan Chlorheksidin

4.9.Analisis data

Data dari setiap perlakuan dianalsis secara statistik dengan tingkat kemaknaan (α= 0.05), nilai

β 0.10%, dengan memakai uji T-tidak berpasangan.

Page 18: PENELITIAN 2 (1)

LAMPIRAN

1. ANGGARAN PENELITIAN

Pembuatan proposal dan laporan1. Biaya pengumpulan literatur : Rp. 45.0002. Biaya pembuatan proposal : Rp.65.0003. Biaya print dan fotocopy : Rp.25.0004. Biaya transportasi ; Rp.150.0005. Biaya bahan habis pakai ; Rp 165.0006. Biaya penjilidan dan penggandaan : Rp 25.0007. Biaya seminar proposal : Rp 100.000

Biaya alat dan bahan1. NaOCL : Rp 15.0002. Chlorheksidin ; Rp.20.0003. Media Muhler Hinton : Rp.100.0004. Biakan streptococcus mutans : Rp.250.0005. Aquadest 1ltr : Rp.50006. Alkohol 96% : Rp.50007. Biaya alat-alat : Rp.100.000

Biaya laboratorium1. biaya sewa laboratorium : Rp. 1.000.000 +

Total : Rp.2.070.000

J. JADWAL KEGIATAN

NO Kegiatan

Minggu

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan X

2 Pengumpulan data X X X

3 Pengolahan data X

4 Analisa data X

5 Pembuatan laporan X

Page 19: PENELITIAN 2 (1)

K. PERSONALIA DAN ORGANISASI

1. Pimpinan proyek

Nama lengkap ; Anita Carolina

Nim : 090600142

Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USU

Tempat penelitian : lab MIPA

Hubungan kerja : kepala proyek

Tugas : bertanggung jawab atas terlaksananya penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya

Membuat surat izin penelitian

Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti

Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

2. Tenaga penelitian.

Nama lengkap ; SilviaNim : 090600139Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : sekretaris 1 proyekTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

3. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Lili HaryatiNim : 090600140Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga peneliti

Page 20: PENELITIAN 2 (1)

Tugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

4. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Miki RajaNim : 090600141Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

5. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Julia MegawarniNim : 090600143Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : sekretaris peneliti 2Tugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

6. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Lisnawaty TampubolonNim : 090600144Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

7. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Olivia

Page 21: PENELITIAN 2 (1)

Nim : 090600145Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

8. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Jihan binti JohariNim : 090600146Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

9. Tenaga penelitiNama lengkap ; Fatin Syaheerah binti SaidinNim : 090600147Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

10. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Cindy How Pui YuenNim : 090600148Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Page 22: PENELITIAN 2 (1)

Waktu kerja : 6 minggu

11. Tenaga penelitiNama lengkap ; Melinder Kaur A/P Delwill SinghNim : 090600149Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

12. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; How Fon YeeNim : 090600150Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian

Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.

Waktu kerja : 6 minggu

DAFTAR PUSTAKA