BAB 1
LATAR BELAKANG
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan berfungsi
dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar. Perawatan
ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi
saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluan akar (cleaning and
shaping). Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa
serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu
tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian.1Alat dan bahan yang
digunakan pada cleaning dan shaping adalah file yang disertai dengan bahan irigasi. Adapun
alat-alat yang dipakai adalah jarum Miller, ekstirpasi dan file, yang dapat digerakkan dengan
tangan atau mesin. Pemakaian instrumen intrakanal ini dalam preparasi harus disertai dengan
tindakan irigasi sebab bila tidak disertai irigasi, jaringan dan debris dari sistem saluran akar
tidak dapat dibersihkan. 1
Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting menunjang keberhasilan perawatan
saluran akar karena irigasi memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik, mikroorganisme dan
sisa dentin dari saluran akar yang terinfeksi. Hal ini merupakan salah satu dari prinsip
perawatan endodontik, yaitu triad endodontic treatment. Disamping itu, larutan irigasi juga
membilas dan melarutkan timbunan endapan jaringan keras atau lunak terinfeksi di bagian
apikal dan jaringan periapikal. Larutan irigasi yang ideal, memiliki efek antibakteri dengan
spektrum yang luas, tidak toksik, mampu melarutkan sisa jaringan pulpa nekrotik, mencegah
terbentuknya smear layer selama preparasi saluran akar atau mampu melarutkannya segera
setelah terbentuk. 2
Menurut Harty, suatu larutan irigasi saluran akar yang baik harus mampu melarutkan
kotoran organik dan anorganik, melancarkan alat endodontik, membunuh mikroba, tidak
toksik, dan ekonomis. Larutan irigasi yang paling baik adalah mempunyai daya antimikroba
yang maksimal dengan toksisitas yang minimal. Pendapat ini diperkuat oleh Anusavice yang
menyatakan bahwa setiap bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi harus memenuhi
syarat-syarat biokompatibilitas (dapat diterima oleh jaringan tubuh) yaitu tidak
membahayakan pulpa dan jaringan lunak, tidak mengandung substansi yang bisa
menyebabkan respon sistemik bila berdifusi dan diadsorpsi ke dalamsistem sirkulasi, dan
bebas dari agen sensitisasi yang dapat menyebabkan respon alergi serta tidak berpotensi
karsinogenik. 2
Salah satu bahan irigasi adalah sodium hypochlorite (NaOCl) 5% dimana ia merupakan
material proteolitik yang telah digunakan sejak 85 tahun yang lalu. Penggunaan
sodiumhypochlorite (NaOCl) sebagai bahan kimia setelah pengambilan isi saluran akar
secara mekanis merupakan suatu prosedur yang sering di lakukan di dalam perawatan
endodontik. Sodium hypochlorite beraktivitas pada jaringan nekrotik maupun jaringan vital
serta sifat antibakteri dan sifat pelumasnya menjadikan sodium hypochlorite sebagai pilihan
bahan irigasi saluran akar pada perawatan endodontik. 3?
Namun, jika sodium hypochlorite berkontak dengan jaringan lunak yang vital, ia bisa
menjadi sangat sitotoksik dan bersifat destruktif. Terdapat beberapa komplikasi klinikal
akibat penggunaan sodium hypochlorite. Antara komplikasi yang sering adalah injeksi
sodium hypochlorite yang tidak disengajakan ke dalam jaringan periradikular. Ini akan
menyebabkan rasa sakit, perdarahan jaringan periapikal, serta pembengkakan yang luas. 3?
Bahan irigasi lain yang bisa digunakan selain sodium hipoklorit adalah klorheksidin.
Khlorheksidin merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam klorheksidin
diglukonat yang larut dalam air. Klorheksidin sudah dikenal sejak tahun 1950. Klorheksidin
memiliki kemampuan antiseptik dan desinfektan dengan spektrum luas, efektif untuk bakteri
gram positif, gram negatif, bakteri ragi, jamur, serta protozoa. Klorheksidin sangat luas
digunakan sebagai desinfektan karena memiliki sifat antimikroba yang baik terhadap gram
positip, spora bakteri, virus lipofilik, jamur dan dermatofit. Klorheksidin 0,1-0,2%
merupakan antisepik yang secara luas digunakan mengontrol plak rongga mulut. 4?
Konsentrasi klorheksidin 2% dianjurkan sebagai larutan irigasi saluran akar karena
memiliki efek antimikroba yang luas. Disamping itu, klorheksidin tidak mengiritasi jaringan
periapikal, kurang toksik dibandingkan dengan larutan lainnya dan baunya tidak menyengat.
Akan tetapi, kemampuan klorheksidin tergantung dari pH dan kehadiran komponen organik.
Klorheksidin tidak dapat digunakan sebagai larutan irigasi tunggal pada perawatan
saluran akar karena tidak memiliki kemampuan melarutkan jaringan nekrotik dan kurang
efektif terhadap bakteri gram negatif. Disamping itu, efektivitas klorheksidin berkurang
dengan adanya protein dan matriks dentin organik. Oleh sebab itu, kombinasi larutan irigasi
NaOCL dan klorheksidin dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan keduanya.
Klorheksidin dapat ditemukan dalam bentuk larutan berbasis air, gel dan kombinasi larutan
dengan bahan aktif lain.efektivitas bahan irigasi dipengaruhi oleh konsentrasi,suhu,dan
waktu. Pada penelitian ini,konsentrasi yang dipakai sesuai dengan bahan literature. Suhu
yang dipakai adalah 370 C karena merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri
dalam waktu 24 jam. ?
Dari uraian diatas,saluran akar membutuhkan bahan irigasi untuk membunuh bakteri
Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berpotensi untuk
menginvasi tubulus dentin. Secara in vitro, telah terbukti peneterasi Streptococcus mutans ke
dalam tubulus dentin. Sedangkan secara in vivo, invasi Streptococcus sp. ke dalam tubulus
dentin akar ditemukan pada keadaan infeksi saluran akar. ?
Tapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang mempelajari tentang perbedaan
efek antibakteri antara NaOCL dan chlorheksidin terhadap streptococcus mutans. Maka perlu
dilakukan penelitian sesuai topik diatas. ?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut.
Apakah ada perbedaan efek antibakteri bahan irigasi klorheksidin 2% dengan NaOCl 5%
terhadap pertumbuhan bakteri streptoccocus mutans?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan efek antibakteri bahan irigasi klorheksidin dengan NaOCl 5%
terhadap pertumbuhan bakteri streptoccocus mutans.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai studi
tambahan tentang bahan irigasi Chlorheksidin 2% dan NaOCL 5% untuk digunakan
pada perawatan saluran akar.
2. Dapat memberikan informasi penting mengenai perbedaan efek antibakteri pada
kedua bahan irigasi tersebut dalam bidang kesehatan gigi khususnya konservasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Streptococcus mutans sebagai salah satu bakteri yang terdapat pada infeksi saluran
akar.
Streptococcus mutans pertama kali ditemukan oleh Clark pada tahun 1924. Menurut
taksonominya,Streptococcus mutans diklasifikasikan berdasarkan; Kingdom Bacteria, Devisi
Firmincutes, Kelas Bacilli, Ordo Lactobacillales, Famili Streptococcaceae, Genus
Streptococcus, Species Streptococcus mutans. 7(Fadlina 15)
Secara morfologi streptococcus mutans merupakan bakteri berbentuk kokus yang
mempunyai karakteristik membentuk rantai dalam pertumbuhannya,termasuk bakteri yang
dikelompokkan ke dalam gram positif, tidak bergerak, dan fakultatif anaerob. Bakteri ini
tumbuh subur pada media yang mengandung cairan darah dan jaringan pada suhu 37’C
selama 24 jam. 8 (Fadlina 12)
Membrane sel streptococcus mutans terdiri dari 4 komponen antigen, yaitu:
peptidoglikan,grup spesifik polisakarida, protein dan asam lipoteikoat.9(fadlina 12)
Polisakarida spesifiknya adalah N-asetilglucosamyne, sedangkan protein penting yang
terdapat dalam struktur antigennya adalah enzim glucocyltransferase. Enzim ini mampu
mengubah sukrosa menjadi dekstran yang bertangggung jawab terhadap adhesi streptococcus
mutans pada permukaan gigi. 10 (Fadlina 14)
Saat ini mayoritas bakteri yang diisolasi dari infeksi endodonti adalah anaerob, tetapi
Streptococcus sp, merupakan bakteri yang persentase insidensnya mencapai 40% dari bakteri
yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal (tabel 1). 11(Fadlina 2) Keberadaan
Streptococcus sp. (khususnya S.gordonii dan S.mutans) akan membantu invasi bakteri seperti
Porphyromonas gingivalis ke tubulus dentin dengan cara mengikat substrat dari
Porphyromonas gingivalis agar dapat masuk kedalam tubulus dentin dan
mengkolonisasinya.12 (Fadlina 3)
Tabel 1. Bakteri yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal.
Bakteri Persentase Insidens
Fusobacterium nucleatum
Streptococcus sp.
Bacteriodes sp.
Provotella intermedia
Peptostreptococcus micros
Eubacterium alactolyticum
Peptostreptococcus anaerobius
Lactobacillus sp.
Eubacterium lentum
Fusobacterium sp.
Compylobacter sp.
Peptostreptococcus sp.
Actinomyces sp
Eubacterium timidum
Capnocytophaga ochracea
Eubacterium brachy
Selenomonas sputigena
Veilonella parvula
Porphyromonas endodontalis
Prevotella buccae
Prevotella oralis
Proprionibacterium proprionicum
Prevotella denticola
Prevotella loescheii
Eubacterium nodatum
48
40
35
34
34
34
31
32
31
29
25
15
15
1111
9
9
9
9
9
8
8
6
6
6Sumber : Ingle JI. Endodontics 5th Edition. 200213 (fadlina 4)
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui jenis mikroflora yang berperan
pada penyakit pulpa dan periapeks. Dalam penelitian Pazelli et al terhadap gigi dengan
nekrose pulpa dan lesi periapikal dilaporkan prevalensi bakteri anaerob sebesar 96,8% ( 30
kasus), basil dengan pigmen hitam sebesar 35,5% (11 kasus), Streptococcus sp. Sebesar
96,8% (30 kasus), Streptococcus mutans sebesar 48,4% (15 kasus). 14 (fadlina 17)
Streptococcus mutans yang berasal dari pulpa gigi yang nekrose.15(Fadlina 18) Haley et al
dalam penelitiannya untuk mengidentifikasi bakteri pada saluran akar,16(Fadlina 19) juga
menemukan Streptococcus mutans di dalam saluran akar gigi. Sedangkan Love et al. (2002),
melaporkan bahwa Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri yang banyak
ditemukan pada infeksi saluran akar yang asimptomatik.12(Fadlina 3)
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu mikroorganisme
yang terdapat pada saluran akar adalah bakteri Streptococcus. Sp dimana salah satu
speciesnya adalah Streptococcus mutans.
2.2. Sodium Hipoklorit sebagai larutan irigasi saluran akar
Sodium hipoklorit yang lebih dikenali dengan nama NaOCl, telah digunakan lebih dari tujuh
puluh tahun yang lalu.15 Selama perang dunia I, NaOCl digunakan untuk mengobati luka oleh
seorang dokter bernama Dakin, sehingga pada waktu itu NaOCl dikenali sebagai larutan
Dakin, karena pada masa itu antibiotic belum ditemukan, larutan Dakin telah menyelamatkan
banyak nyawa dari infeksi gangren selama perang dunia I.11
Saat ini NaOCl merupakan larutan irigasi paling populer di seluruh dunia karena pada
konsentrasi 5% NaOCl paling efektif membersihkan saluran akar dibandingkan dengan
larutan NaOCl 0,5% dan aquadest (p<0,01%).17(fadlina 16) NaOCl juga bertindak sebagai
pemutih, anti virus dan anti jamur. 18(fadlina 20)
Pecora et al melaporkan bahwa NaOCl menunjukkan keseimbangan yang dinamis
yang diperlihatkan oleh reaksi. 19(fadlina 21)
NaOCl + H2O ↔ NaOH + HOCl ↔ Na+ + OH- + H+ OCl-
Reaksi Kimis antara bahan organik jaringan dengan sodium hipoklorit adalah seabgai
berikut :
1. Reaksi saponofikasi
O O
R – C – O – R + NaOH ↔ R – C – O – Na + R – OH
Asam lemak Sodium Sabun Gliserol
Hidroksida
2. Reaksi netralisasi asam amino
H O H O
R – C – O – C + NaOH ↔ R – C – O – C + H2O
NH2 OH NH2 ONa
Asam amino Sodium Garam Air
Hidroksida
3. Reaksi Kloraminasi
H O Cl O
R – C – O – C + HOCl ↔ R – C – O – C + H2O
NH2 OH NH2 OH
Asam amino Asam Kloramin Air
Hipoklorit
NaOCl bertindak sebagai bahan pelarut organik dan lemak yang dapat menurunkan
asam lemak dan merubahnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol) yang
dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan (reaksi saponifikasi). 19,20(fadlina 22)
NaOCl menetralkan asam amino dan membentuk air serta garam (reaksi netralisasi
asam amino).Asam hipoklorat yang terdapat pada NaOCl bila berkontak dengan jaringan
organik maka akan bertindak sebagai bahan pelarut, dimana akan melepaskan klorin yang
dikombinasikan dengan kelompok protein membentuk kloramin. Asam hipoklrat (HOCl) dan
ion hipoklorit (OCl-) akan mengakibatkan degradasi asam amino dan terjadi hidrolisis( reaksi
kloramin).19,20
Selain itu, dengan pH yang tinggi yaitu pH 11 (aksi ion H+), NaOCl akan menggangu
integritas membrane sel dengan menghambat enzim-enzim bakteri sehingga mengkibatkan
oksidasi irreversible dari enzim bakteri sehingga terjadi perubahan metabolism sel dan
penghancuran lipid membrane sel bakteri. 19,20
2.3. Chlorhexidine sebagai larutan irigasi saluran akar.
Chlorhexidine mulai dikenal sejak 1950 sebagai antimikroba dengan rumus kimia:
Chlorhexidine telah dipakai secara luas di kalangan kedokteran, baik oleh para dokter umum,
spesialis maupun dokter gigi, sebagai antibakteri, selama lebih dari 25 tahun. Sejak
diperkenalkan, Chlorhexidine digunakan di rumah sakit berbagai negara sebagai antiseptik.
Sangat efektif sebagai disinfektan pada kulit sebelum operasi, cuci tangan sebelum operasi
serta sebagai disinfektan dan alat-alat kedokteran, terutama alat-alat operasi. Akhir-akhir ini
Chlorhexidine dipakai secara luas di kalangan kedokteran gigi sebagai obat untuk
menyembuhkan serta mencegah kelainanrongga mulut.
Chlorhexidine merupakan antibakteri dengan spektrum yang luas dan sangat efektif untuk
bakteri Gram (+), Gram (–), bakteri ragi, jamur serta protozoa; algae dan virus dapat juga
dihambat oleh chlorhexidine. 21
Telah dibuktikan bahwa chlorhexidine dapat mengikat bakteri, mungkin disebabkan adanya
interaksi antara muatan positif dan molekul-molekul chlorhexidine dengan dinding sel yang
bermuatan negatif(1). Interaksi ini akan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri yang
menyebabkan terjadinya penetrasi ke dalam sitoplasma yang menyebabkan kematian
mikroorganisme. Streptokokus tertentu dapat terikat oleh chlorhexidine pada media
polisakarida di luar se1(2,3), sehingga dapat meningkatkan sensitivitas streptokokus dalam
rongga mulut terhadap chlorhexidine(4,5).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual(bagan tidak lengkap???)
Diagram diatas menunjukkan mekanisme larutan sodium hipoklorit dalam membunuh
sel. Sodium hipoklorit dalam air akan beraksi menghasilkan sodium hidroksida ( NaOH) dan
asam hipoklorit (HOCL). NaOH akan mendegredasi asam lemak dan mengubahnya menjadi
sabun dan gliserol ( reaksi saponifikasi) sehingga akan menyebabkan kerusakan pada struktur
lemak membrane sel. Selain itu NaOH akan mendegradasi asam amino mengubahnya
menjadi garam dan air ( reaksi netralisasi asam amino). HOCL juga mendegradasi asam
amino menjadi kloramin dan air (reaksi kloraminasi) degradasi asam amino ini akan
menyebabkan kerusakan struktur protein membran.
NaOCI
NaOCI + H2O NaOCI+ NOCI Na+ + OH + H+ + OCI
Raksi saponifikasi
As. Lemak + NaOCI
Raksi netralisasi
Asam amino
As.Amino + NaHO
Garam + Air
Raksi kloraminasi
As.Amino + HOCI
Kloramin + air
pH yang tinggi
(pH11)
Kerusakan struktur lemak maupun protein membrane ini akan menyebabkan
gangguan intergritas membrane sitoplasma dari sel. pH NaOCL yang tinggi (pH 11) juga
berperan dalam mempengaruhi intergritas membrane. Jika terjadi gangguan intergtitas
gangguan membrane sitoplasma maka fungsi sel tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya,
sehingga sel menjadi lisis dan mkemudian mati. Klorin yang dilepaskan dalam reaksi
kloraminasi pun sangat berperan dalam penghancuran sel dengan menghambat enzim bakteri
yang penting untuk menjalankan fungsi sel.
3.2.Hipotesa Penelitian
Terdapat perbedaan efek antibakteri bahan irigasi klorheksidin 2% dengan NaOCl 5%
terhadap pertumbuhan bakteri Streptoccocus mutans.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian : Posttest Only Control Group Design.
X 1 →O 1
X 2 →O 2
X1 : Perlakuan Strep. Mutans dengan NaOCl
X2 : Perlakuan Strep. Mutans dengan Chlorheksidin
O1: Observasi hasil perlakuan Strep. Mutans dengan NaOCl
O2 : Observasi hasil perlakuan Strep. Mutans dengan Chlorheksidin
Jenis studi penelitian : Eksperimental laboratorium
4.2. Populasi, sampel dan besar sampel
4.2.1. Populasi : Bakteri Streptococcus mutans
4.2.2. Sampel : Bakteri Streptococcus mutans yang telah diisolasi dan
dibiakkan dengan media Mueller Hinton Agar
4.2.3. Besar sampel
Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan pengulangan sesuai rumus
Federer (1977) :
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (2-1) ≥ 15
n-1 ≥ 15
n-1 = 15
n = 16
n = banyak pengulangan
(n-1) (t-1) ≥ 15
t = perlakuan, dalam hal ini ada 2 (NaOCL dan Chlorheksidin)
4.3. Variabel Penelitian
4.3.1. Variabel bebas
a. Chlorheksidin
b. NaOCl 5%
4.3.2. Variabel tergantung : Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans pada media
Mueller Hinton Agar dengan metode pengukuran diameter
zona hambat yang terbentuk pada masing-masing sampel.
VARIABEL TERKENDALI
- Konsentrasi bahan irigasi Chlorheksidin 2% dan NaOCl 5%
- Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus Mutans (37o)
- Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan/pembiakan Streptococcus Mutans yaitu 24jam
- Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril
- Teknik pengisolasian dan pengkulturan
- Ketrampilan operator dalam pelaksanaan penelitian
VARIABEL TIDAK TERKENDALI
- Lama penyimpanan NaOCl
- Lama penyimpanan Chlorheksidin
- Stem biakan Streptococcus Mutans diisolasi
VARIABEL BEBAS
- CHLORHEKSIDIN 2%- NaOCl 5%
VARIABEL TERGANTUNG
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans
4.3.3. Variabel terkendali
a. Konsentrasi bahan irigasi Chlorheksidin dan NaOCl 5%
b. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus mutans (370)
c. Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan/pembiakan Streptococcus
mutans yaitu 24 jam.
d. Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril.
e. Teknik pengisolasian dan pengkulturan.
f. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian.
4.3.4. Variabel tidak terkendali
a. Lama penyimpanan NaOCl
b. Lama penyimpanan Chlorheksidin
c. Individu asal Streptococcus mutans diisolasi.(dari biakan bkn dari individu)
4.4. Defenisi Operasional
4.4.1. Larutan NaOCl 5,25% (Yuri Bleach, Indonesia) 100 ml diencerkan dengan
menambahkan aquadest sebanyak 5 ml diperoleh larutan irigasi NaOCl 5% sebanyak
105 ml.
4.4.2. Larutan Chlorheksidin (Betadine, Kimia Farma, Indonesia) 200 ml
4.4.3. S.mutans adalah bakteri yang diambil dari plak gigi dan diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi FMIPA USU(S. mutans langsung dari biakan, bkn dari plak)
4.4.4. Zona hambatan Streptococcus mutans adalah zona bening yang terbentuk
karena kemampuan larutan dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans.
Cara penghitungan zona hambatan terhadap Streptococcus mutans adalah
mengukur zona hambat yang tampak dengan menggunakan jangka sorong
dengan tingkat ketelitian 0,02 mm.
1) Diameter zona bening 20mm atau lebih berarti mempunyai daya hambat yang
sangat kuat
2) Diameter zona bening 10mm-20mm berarti mempunyai daya hambat kuat
3) Diameter zona bening 5mm-10mm berarti mempunyai daya hambat sedang
4) Diameter zona bening < 5mm berarti mempunyai daya hambat lemah (Dewi,
2010).
4.4.5. Media pengeraman adalah media yang dipakai untuk menumbuhkan Streptococcus
mutans dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah Mueller-Hinton agar
(MHA) 12gr (Oxoid, England).
4.4.6. Sterilisasi alat dan bahan adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-
bahan dari segala macam kehidupan, terutama kehidupan mikroorganisme.
4.5. Alat dan Bahan Penelitian
4.5.1. Bahan penelitian(merek dan asal Negara???
1. Larutan NaOCl 5%
2. Larutan Chlorheksidin
3. Media Muller Hinton Agar 12 gram
4. Biakan Streptcoccus mutans
5. Aquadest 1 liter
6. Alkohol 96%
4.5.2. Alat penelitian
1. Corong bucher
2. Kaliper geser
3. Becker glass
4. Erlemeyer
5. Alat pemanas
6. Piring petri
7. Tabung reaksi
8. Pipet volume
9. Bunsen
10. Ose
11. Pro pipet
12. Pipet mikro
13. Glass ukur
14. Corong kaca biasa
15. Batang pemegang terbuat dari besi
16. Batang pengaduk kaca
17. Kapas lidi steril
18. Masker
19. Sarung tangan
20. Paper disk
4.6. Tempat dan waktu penelitian
4.6.1.Tempat penelitan
Laboratorium mikrobiologi FMIPA USU
4.6.2.Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah 6 minggu
4.7. Prosedur pengambilan dan pengumpulan data
4.7.1. Pembuatan media
Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media Muller Hinton Agar (MHA). MHA sebanyak
12gram dilarutkan ke dalam 240ml aquadest untuk 2 petri (20ml/petri), lalu dipanaskan
tungku pemanas magnetik sampai mendidih. Kemudian media yang telah masak, disterilkan
di dalam autoklaf selama 3 jam dengan tekanan udara 2atm suhu 121ºC. Setelah disterilkan,
media disimpan di dalam kulkas. Jika akan digunakan kembali, media dipanaskan kembali
hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing petri dan dibiarkan hingga dingin.
4.7.2. Pengenceran bahan
Pemutih yang mengandung bahan aktif NaOCL 5.25% sebanyak 100ml diencerkan dengan
menambahkan aquadest sebanyak 5ml sehingga diperoleh larutan irigasi NaOCL 5%
sebanyak 105ml.
4.7.3. Pembiakan spesimen
Masing-masing petri dibagi menjadi 8 area, diperlukan 2 petri untuk mendapatkan 16 sampel
kelompok perlakuan. Streptococcus mutans yang digunakan adalah spesimen yang diperoleh
dari Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU yang telah dibiakkan secara murni pada
Mueller Hinton Agar. Koloni yang sudah diencerkan dalam NaCl 0,9 % lalu divortek sampai
diperoleh kekeruhan sesuai standart Mc Farland (1x 10⁸ CFU/ml). Lalu disebarkan dengan
kapas lidi steril secara zig-zag dan rapat untuk mendapatkan pertumbuhan koloni ynag padat
pada media. Biarkan selama 1 jam.
4.7.4. Uji efektifitas anti bakteri
Disk ditetesi larutan sebanyak 10µl dengan pro pipet, lalu dibiarkan selama 1 jam. Kemudian
ditanam pada setiap sampel. Sampel dibahagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A ditanami
disk yang berisi larutan NaOCL 5% dan kelompok B dengan larutan klorheksidin. Kemudian
petri dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 37º C dan diamati kembali setelah 24 jam.
Diamati zona hambatan yang terjadi disekitar masing-masing disk. Kemudian dilakukan
pengukuran diameter yang bebas koloni (zona bening) dengan menggunakan caliper geser
dan kemudian dicatat.
4.8 Pengolahan data
Perlakuan Diameter zona hambatan pada petri (mm)
Strep. Mutans dengan NaOCl
Strep. Mutans dengan Chlorheksidin
4.9.Analisis data
Data dari setiap perlakuan dianalsis secara statistik dengan tingkat kemaknaan (α= 0.05), nilai
β 0.10%, dengan memakai uji T-tidak berpasangan.
LAMPIRAN
1. ANGGARAN PENELITIAN
Pembuatan proposal dan laporan1. Biaya pengumpulan literatur : Rp. 45.0002. Biaya pembuatan proposal : Rp.65.0003. Biaya print dan fotocopy : Rp.25.0004. Biaya transportasi ; Rp.150.0005. Biaya bahan habis pakai ; Rp 165.0006. Biaya penjilidan dan penggandaan : Rp 25.0007. Biaya seminar proposal : Rp 100.000
Biaya alat dan bahan1. NaOCL : Rp 15.0002. Chlorheksidin ; Rp.20.0003. Media Muhler Hinton : Rp.100.0004. Biakan streptococcus mutans : Rp.250.0005. Aquadest 1ltr : Rp.50006. Alkohol 96% : Rp.50007. Biaya alat-alat : Rp.100.000
Biaya laboratorium1. biaya sewa laboratorium : Rp. 1.000.000 +
Total : Rp.2.070.000
J. JADWAL KEGIATAN
NO Kegiatan
Minggu
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan X
2 Pengumpulan data X X X
3 Pengolahan data X
4 Analisa data X
5 Pembuatan laporan X
K. PERSONALIA DAN ORGANISASI
1. Pimpinan proyek
Nama lengkap ; Anita Carolina
Nim : 090600142
Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USU
Tempat penelitian : lab MIPA
Hubungan kerja : kepala proyek
Tugas : bertanggung jawab atas terlaksananya penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya
Membuat surat izin penelitian
Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti
Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
2. Tenaga penelitian.
Nama lengkap ; SilviaNim : 090600139Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : sekretaris 1 proyekTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
3. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Lili HaryatiNim : 090600140Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga peneliti
Tugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
4. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Miki RajaNim : 090600141Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
5. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Julia MegawarniNim : 090600143Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : sekretaris peneliti 2Tugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
6. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Lisnawaty TampubolonNim : 090600144Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
7. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Olivia
Nim : 090600145Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
8. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Jihan binti JohariNim : 090600146Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
9. Tenaga penelitiNama lengkap ; Fatin Syaheerah binti SaidinNim : 090600147Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
10. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; Cindy How Pui YuenNim : 090600148Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
11. Tenaga penelitiNama lengkap ; Melinder Kaur A/P Delwill SinghNim : 090600149Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
12. Tenaga peneliti.Nama lengkap ; How Fon YeeNim : 090600150Pangkat/jabatan : mahasiswa FKG USUTempat penelitian : lab MIPAHubungan kerja : tenaga penelitiTugas ; menyiapkan alat dan bahan penelitian
Membuat proposal dengan tenaga peneliti lainnya Membuat laporan bersama dengan tenaga peneliti Lainnya.
Waktu kerja : 6 minggu
DAFTAR PUSTAKA
Top Related