PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …
Transcript of PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU
PENAMBANGAN EMAS LIAR (DOMPENG)
DI DESA MUARO MENSAO KECAMATAN
LIMUN KABUPATEN SAROLANGUN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Hukum Pidana Islamp ada
Fakultas Syariah dan Keguruan UIN STS Jambi
Oleh:
SEPRIANTO
NIM: 102170184
PEMBIMBING:
Dra. Rafika, M.Ag
Dr. Anggi Purnama Harahap, H.M
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
MARET 2021
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS SYARIAH Alamat :Fakultas Syariah UIN STS Jambi. Jl. Jambi-Ma.Bulian Km.16
Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363
PERSETUJUAN SKRIPSI
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tanggal
Revisi
Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 26-04-2020 R-0 - 1 dari 2
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di -
Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan arahan sekaligus
mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku
pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Seprianto
NIM : 102170184
Jurusan/Prodi : Hukum Pidana Islam
Judul Skripsi :
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syariah Jurusan Hukum Pidana
Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu. Dengan ini kami harapkan agar
skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera di munaqasyahkan. Atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Jambi, Maret 2021
Pembimbing I
Dra. Rafika, M. Ag
NIP. 19680918 199403 2 003
Penegakan Hukum terhadap Pelaku Penambangan Emas Liar (Dompeng) di Desa Mensao Kecamatan Limun
Kabupaten Sarolangun
ii
iii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun
bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaedah,
dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau
sebahagian skripsi bukan hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur
plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai
dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.
Jambi, Maret 2021
Peneliti,
Seprianto
NIM: 102170184
Materai 10.000
v
MOTTO
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
al-Hasyr : 18)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini hendaka menguak fenomena penambangan emas liar atau
dompeng yang terjadi di Desa Muaro Mensao. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa Dengan
pendekatan tersebut, maka penelitian ini menemukan beberapa hal sebagai
berikut: (1) Pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan
emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun menempuh tiga tahapan proses, yaitu: a) Pemerintahan
melakukan sosialisasi bersama dengan pihak kepolisian dan TNI terkait
dengan UU No 4 Tahun 2009, terkait dengan beberapa pasal yang
berkenaan dengan dunia pertambangan serta bahayanya terhadap
lingkungan; b) Melakukan patroli sebagai upaya preventif untuk mencegah
dan memantau aktivitas penambangan atau dompeng; c) Melakukan
pendindakan pidana sebagai bentuk upaya represif secara tegas kepada
para pelaku dompeng tersebut. (2) Kendala dalam pelaksanaan penegakan
hukum terhadap pelaku penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro
Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun yaitu ada enam hal
sebagai berikut: a) rendahnya kesadaran hukum pelaku/masyarakat; b)
Adanya fenomena kegiatan penambangan yang mendapatkan backup dari
oknum aparat; c) Kurangnya peran serta masyarakat dalam membantu
aparat kepolisian; d) Rendahnya peran serta tokoh adat, tokoh masyarakat,
dan perangkat desa; e) Rendahnya pemahaman masyarakat akan efek dari
penambangan illegal; f) Kurangnya fasilitas dan peralatan dalam
pemberantasan tindak pidana penambangan liar. (3) Upaya mengatasi
kendala penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar
(dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun yaitu dengan cara: a) Mengedukasi masyarakat Muaro Mensao
tentang bahaya dari penambangan illegal; b) Memaksimalkan kinerja
aparatur hukum dan stakeholder.
Kata kunci: Penegekan hukum, dompeng.
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrihim…
Sebagai tanda bakti, hormat, cinta maupun s ayang dan rasa terimakasih yang tiada terhingga
kupersembahkan skripsi ini sebagai persembahan kecil ini untuk Ibundaku yang sangatku
sayang bernama (ratna) dan Ayahanda yang sangatku sayangi bernama (basuki)
yang telah memberikan kasih sayang, do’a yang selalu ayah dan ibu kirimkan untukku disetiap sujud dalam sholat kalian, segala
dukungan dan kasih sayang yang tiada terhingga. Ketika dunia menutup pintunya padaku,
ayah dan ibu membuka lengannya untuku. Ketika orang-orang menutup telinga mereka untukku, mereka
berdua membuka hati untukku. Terima kasih karena selalu ada untukku. Semoga ini langkah awal untuk membuat
ayah dan ibu bahagia
Teruntuk dosen pembimbing skripsi ibu Dra.rafika, M.Ag pak Dr. Anggi Purnama Harahap, MH dan semua dosen hukum pidana
islam. ribuan ucapan terima kasih yang tidak akan pernah cukup untuk menggantikan waktu dan ilmu yang telah bapak ibu
berikan selama ini.terima kasih untuk segala perhatian, bimbingan, arahan, nasehat, dan semangat dari bapak dan ibu
.semoga kebaikan bapak dan ibu di balas oleh allah swt.Amiiinn…
Teruntuk kamu kekasiku Melda Aifa S.Farm terima kasih banyak sudah menemani saya susah maupun senang selalu mensuport saya yang amat membantu saya dalam menyelesaikan skripisi
saya ini…
teruntuk sahabat seperjuangan saya Raden sigit syah bandar, Ashabul kahfi, Alek Gusmadi, M.Andri,Muzakir,M.Roni, beserta
kawan-kawan khusus nya jurusan hukum pidana islam, saya mengucapkan ribuan terima kasih sudah menjadi sabahat dan
kawan saya sehinggah saya sampai di titik ini. .
viii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمه الرحيم
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha „Alim
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas ridhanya hingga
skripsi ini dapat dirampungakan. Salawat dan salam atas Nabi SAW pembawa
risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Syariah
UIN Sultahn Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari pihak yang memberikan motivasi baik
moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr.H.Suaidi,MA,P.H.D Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, M.HI selaku Dekan Fakultas Syari‟ah bapak Agus
salim, M.A., M.I.R., PH.D selaku wakil dekan (I) bidang akademik dan
kelembagaan, bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani,S.H., M.H selaku wakil
dekan( II) bidang keuangan dan administrasi umum,bapak Dr. H. ishag,
SH,M.HUM selaku wakil dekan (III) bidang kemahasiswaan. dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Dra. Rafika, M. Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Anggi
Purnama Harahap, MH selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibuk Dr. Rabiatul Adawiyah, M.H ketua Jurusan Hukum Pidana Islam
5. Bapak Kepala Desa, Desa muaro mensao bapak idris,j dan bapak kepala
polsek limun bapak IPTU Adi Prayitno beserta jajarannya yang
ix
memberikan kemudahan pada penulis dalam memperoleh data di
lapangan.
6. Para informan dan responden penelitian ini yang telah membantu penulis
dalam memperoleh data lapangan.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti
hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat mahasiswa Hukum Pidana Islam UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah menjadi patner diskusi selam penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb
Jambi, Maret 2021
Penulis,
Seprianto
NIM: 102170184
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
NOTA DINAS .............................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................ iv
MOTTO ....................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Batasan Masalah................................................................................ 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8
E. Kerangka Teori.................................................................................. 9
F. Studi Pustaka ..................................................................................... 16
BAB II METODE PENELITIAN ............................................................. 20
A. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 21
C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 21
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 23
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 24
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................... 26
G. Sistematika Penulisan........................................................................ 28
BAB III GAMBARAN UMUR DESA MUARO MENSAO
A. Sejarah Desa Mensao ........................................................................ 29
B. Keadaan Geografis Desa Muaro Mensao .......................................... 31
xi
C. Struktur Organisasi Desa Muaro Mensao ......................................... 32
D. Keadaan Demografis Desa Muaro Mensao....................................... 32
E. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Muaro Mensao ....................... 34
F. Infrastruktur Pendukung.................................................................... 36
BAB IV TEMUAN PENELITIAN ............................................................ 38
A. Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas Liar di Desa
Muaro Mensao .................................................................................. 38
B. Hambatan Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas
Liar di Desa Muaro Mensao .............................................................. 51
C. Upaya Mengatasi Hambatan Penegakan Hukum Pelaku
Penambangan Emas Liar di Desa Muaro Mensao ............................ 54
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 57
A. Kesimpulan ....................................................................................... 58
B. Saran .................................................................................................. 58
C. Kata Penutup ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60
RIWAYAT HIDUP PENELITI ................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................. 64
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
1 2 3
Tidak dilambangkan ا
B ب
T ت
Ts ث
J ج
ḥ h (titik bawah) ح
Kh خ
D د
Dz ذ
R ر
Z ز
S ش
Sy ش
ṣ s (titik bawah) ص
ḍ d (titik bawah) ض
ṭ t (titik bawah) ط
ẓ z (titik bawah) ظ
Koma terbalik di atas „ ع
Gh غ
F ف
Q ق
K ك
xiii
L ل
M م
N ن
W و
H ھ
La لا
Apostrop ء
Y ي
1. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin Keterangan
A -
I -
ۥ U -
2. Vokal Rangkap
Tanda Huruf Latin Keterangan
- Ay ي .....
- Aw و .....
Contoh: حسين : Husayn
3. Maddah
Tanda Huruf Latin Keterangan
 a dan garis di atas ا
Î i dan garis di atas لى
Û u dan garis di atas لو
xiv
4. Ta‟ Marbutah
لمديوةالمورةا : al-Madînah al-Munawwarah
Fâtimah : فاطمة
Wizârat al-Tarbîyah : وزارةالتربية
5. Shaddah
Rabbana : ربوا
Nazzala : ىسل
6. Kata Sandang
al-Syams : الضمص
al-Qalam : القلم
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah
merupakan kekayaan Nasional. Kekayaan alam itu termasuk bahan galian
(tambang) yang mencakup mineral dan batubara. Mengingat mineral dan batubara
sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya
alam yang tak bisa di perbaharui, pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal
mungkin, efisiensi, transparan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan serta
berkeadilan agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat secara berkelanjutan.1
Berbicara mengenai usaha penambangan, Negara Indonesia sangat
familiar dengan suatu Negara yang sangat kuat citranya akan kandungan mineral
yang siap untuk di angkat kapan saja meskipun Indonesia menempati posisi
produsen untuk komuditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas
tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk
komoditas emas. Jenis-jenis penambangan tersebut merupakan contoh yang dapat
menjadi andalan sebagai salah satu sumber kemakmuran negara. Untuk
mewujudkan kemakmuran tersebut penambangan harus dapat di kelola dan di
manfaatkan secara optimal untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan
datang. Pengelolaan penambangan selama ini tanpaknya lebih mengutamakan
keuntungan secara ekonomis yang sebesar-besarnya, yang dilain pihak kurang
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup.2 Dengan berbagai macam
kekayaan alam dan dimiliki di Indonesia, tidak menutup kemungkinan Indonesia
akan menjadi negara terkaya dunia. Contoh kecil saja adalah hasil tambang, tapi
sangat disayangkan banyak dari penambangan itu tidak memiliki izin, dalam hal
1Weven, “Penegakan Hukum Kegiatan Pertambangan Emas Ilegal Sebagai Upaya
Pengendalian Persoalan Lingkungan Dikabupaten Kotawaringi Timur,” Tesis (Yogyakarta:
Universitas Atmajaya, 2018), hlm. 3 2Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia (Jakarta:
Rineka Cipta, 2012), hlm. 32
2
ini dapat dilihat dari kegiatan penambangan emas liar yang yang masih terjadi di
Indonesia.
Kegiatan dompeng atau penambangan emas illegal tentu saja menyalahi
aturan perundanga-undangan yang berlaku. Tentunya bertentangan dengan Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang 1945 yang menyatakan, “bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Kegiatan usaha penambangan dapat
dilaksanakan setelah diberikan izin usaha penambangan oleh:
1. Bupati atau Walikota apabila wilayah izin usaha penambangan berada di
dalam satu wilayah Kabupaten atau Kota dan izin usaha penambangan.
2. Gubernur apabila wilayah izin usaha penambangan berada pada lintas
wilayah Kabupaten atau kota dalam 1 (satu) Provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari Bupati atau Walikota setempat.
3. Menteri apabila wilayah izin usaha penambangan berada pada lintas
wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan
Bupati atau Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.3
Kegiatan usaha penambangan dilakukan tanpa izin maka dapat dikenakan
pidana sebagaimana tertuang pada ketentuan pidana Pasal 158 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Penambangan Mineral dan
Batubara, menyatakan bahwa: “Setiap orang yang melakukan usah penambangan
tanpa Izin Usaha Penambangan, Izin Penambangan Rakyat, Izin Usaha
Penambangan Khusus sebagaimnana dimaksud dalam pasal 37, Pasal 40 ayat (3),
Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00-
(sepuluh miliar rupiah).
Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa akibat dari penambangan
emas liar mengakibatkan begitu banyak kerusakan yang terjadi baik didaratan
maupun dialiran sungai, disebabkan oleh maraknya kegiatan penambangan emas
3Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
Pasal 1.
3
liar (dompeng) disepanjang aliran sungai.4 Ketidakseimbangan antara makhluk-
makhluk Tuhan YME tersebut tentu saja akan memicu kerusakan alam (bencana)
seperti banjir, longsor, polusi, dan lain sebagainya. Adapun pihak yang paling
bertanggung jawab atas kerusakan alam adalah manusia. Karena manusia
memiliki kebebasan yang sangat luas dalam mengelola alam. Hal ini sebenarnya
telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (QS. Al-Ruum : 41).5
Berdasarkan keterangan ayat di atas, terdapat penegasan bahwa kerusakan
lingkungan disebabkan oleh ulah manusia. Dalam konteks hukum positif, maka
Negara mengatur sedemikian rupa agar kebebasan manusia itu dibatasi untuk
mencegah kerusakan alam di semesta ini.
Namun demikian, ketika peneliti melakukan grand tour ke lapangan, yaitu
di Desa Muaro Mensao, ternyata aktivitas penambangan emas liar tetap masih saja
terjadi. Seiring dengan maraknya penambangan emas liar (Dompeng) di Desa
Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun maka sangat
mengundang keprihatinan kita semua. Kasus Penambangan Emas liar (Dompeng)
cukup marak di Desa Muaro Mensao, contohnya adalah kegiatan dompeng yang
beroperasi di sungai Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun. Di samping aktivitas penambangan yang acapkali tidak mengantongi
ijin, serta memberi dampak negatif bagi lingkungan serta bagi perikehidupan
warga masyrakat yang berdomisili di sekitar aliran sungai, beberapa contohnya
antara lain saat tibanya musim kemarau, maka sebagian besar fasilitas sumur
4Trisnia Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Izin (Peti) di Desa Sungai
Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi,” Jurnal Ilmiah. Vol.5.
No.1 (2018), hlm 6-8 5Tim Penerjemah Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2008),
hlm. 114
4
galian masyarakat menjadi kering, namun untuk memanfaatkan air sungai sudah
tidak bisa lagi dikarenakan adanya limbah dari hasil penambangan emas liar
tersebut (dompeng).6
Hasil observasi awal, peneliti juga mendapatkan keterangan bahwa pelaku
penambangan emas liar tidak saja berasal dari Desa Muaro Mensao Kecematan
Limun tetapi mulai berkembang dari luar Kecamatan juga yang mempunyai
modal yang kuat. Walaupun usaha penertiban dan penindakan terhadap pelaku
telah dilakukan, namun usaha tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti
kepada kegiatan penambangan ilegal tersebut.7 Untuk menggali bahan tambang
itu sendiri telah diatur hak masyarakat untuk melakukan penambangan pada
sebidang tanah atau bebatuan yang telah ditentukan dan kewajiban penambang
kepada Negara.8 Dalam hal ini H. Salim HS, mengartikan: “Hukum Penambangan
adalah keseluruhan kaedah hukum yang mengatur kewenangan Negara dalam
pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan antara Negara
dengan orang dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan pemamfaatan bahan
galian (tambang).”9
Selanjutnya, berdasarkan penelusuran peneliti terhadap berbagai literature
ilmiah, dapat dipetakan bahwa peningkatan aktivitas dompeng pertahunnya terus
mengalami kenaikan yang signifikan. Fenomena ini dapat diukur melalui semakin
bertambahnya penyitaan unit mesin dompeng yang berhasil diringkus oleh pihak
kepolisian. Data menunjukkan bahwa aktivitas dompeng di Jambi melonjak sejak
tahun 2000-an. Hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:10
Gambar 1: Aktivitas Dompeng di Jambi
6Observasi tanggal 01 November 2020
7Observasi tanggal 02 November 2020
8Herwansyah Putra, “Koordinasi Pihak Kecamatan dengan Kepolisian Sektor Kecamatan
Kuantan Mudik dalam Penegakan Hukumpertambangan tanpa Izin (Peti) di Kecamatan Kuantan
Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014-2016,” Jurnal Ilmiah. Vol.4. No.2, (Oktober
2017), hlm 3. 9Salim, Hukum Pertambangan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
8 10Irfan, “Problem Penambangan Emas Tanpa Ijin Ditinjau dari Perspektif Pidana
Lingkungan Hidup dan Etika.” Artikel Ilmiah, (2020), hlm. 7 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2019 2020
Aktifitas dompeng di Jambi
Unit Mesin dompeng
5
Berdasarkan data di atas, maka diketahui bahwasanya unit mesin dompeng
yang berhasil diamankan petugas di tahun 2019 adalah sebanyak 760 unit,
sedangkan di tahun berikutnya, hanya berselang 1 tahun, yaitu pada 2020
melonjak tajam diangka 1.250 unit mesin dompeng. Ini menunjukkan bahwa
kegiatan dompeng di Provinsi Jambi memang sangat banyak jumlahnya. Peta
persebaran kasus dompeng di Provinsi Jambi terjadi secara spesifik di lima
kabupaten, yaitu dijelaskan dalam tabel di bawah ini:11
Tabel 1: Persebaran Kasus Dompeng
No Lokasi
1 Batanghari
2 Bungo
3 Merangin
4 Tebo
5 Sarolangun
Sumber: Olahan data primer
Dompeng disisi para pelakunya, boleh jadi memberikan manfaat ekonomi-
praktis, akan tetapi pada saat yang sama, dompeng juga membawa dampak
negative bagi lingkungan, berupa: terjadinya kerusakan ekosistem sungai. Oleh
sebab itu, penting untuk menekan aktivitas illegal ini agar tidak terjadi kerusakan
yang lebih parah di kemudian hari. Lalu, perspektif hokum yuridis-empiris
dirasakan amat perlu untuk melihat persoalan ini.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, hukum pidana secara ideal
menjamin ketertiban dengan memuat ketentuan larangan terhadap perbuatan-
perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dapat diancam dengan hukuman
atas pelanggaran larangan tersebut, dan mengatur pertanggung jawaban terhadap
hukum pidana/siapa yang dapat dihukum serta menentukan hukuman apa yang
11
Ibid., hlm. 8
6
dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan undang-undang.12
Berbicara mengenai teknik penegakkan hukum, maka ada dua macam
sarana penegakan hukum yang bisa ditempuh pemerintah. Kedua macam langkah
tersebut, yaitu: langkah preventif (pengawasan) dan langkah represif (penerapan
sanksi). Pada kasus yang berkaitan dengan dompeng ini, maka sarana penegakkan
hukum preventif atau pengawasan tidak dapat diterapkan kembali, alasannya
adalah disebabkan karena posisi perusahaan dompeng tersebut ialah belum ada
atau bahkan tidak mengantongi izin pengoperasian. Hal ini diperparah lagi dengan
eksistensi pertambnagan tanpa izin tersebut sudah lama beroperasi sebelum
diketahuinya bahwa usaha-usaha tersebut tidak mengantongi izin.
Oleh sebab itu, maka langkah-langkah yang dijalani oleh lembaga
pemerintahan khususnya para penegak hukum yaitu dengan langsung
menjatuhkan sanksi atau disebut pula dengan tindakan represif. Tindakan tegas ini
diambil bukan tanpa alasan, melainkan karna efek dari dompeng akan membawa
kerusakan ekologi yang disebabkan oleh limbah tambang tersebut, mengakibatkan
tercemarnya aliran sungai.
Berdasarakan sudut pandang diatas, dikumpulkanlah beberapa fenomena
lapangan yang menunjukkan adanya kegiatan penambangan emas illegal dompeng
memang tidak hanya membawa dampak negative yang tidak sedikit. Beberapa
data yang mendukung akan hal ini atau hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Operasi atau kegiatan/aktifitas pertambanagn emas liar (Dompeng) di Desa
Muaro Mensao tersebut memang telah berlangsung lama dan kemudian
semakin memuncak/meningkat sejak tahun 2011 sampai sekarang ini.
2. Adanya kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan oleh badan Lingkungan
Hidup Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun terkai dengan bahaya
senyawa merkuri yang di gunakan oleh pertambanagn liar untuk
memisahkan emas dan pasir. Namun kegiatan sosialisi ini masih saja belum
12
Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, cet. Ke-3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 42
7
berjalan dengan optimal.
3. Adanya fakta lapangan mengenai kinerja Badan Lingkungan Hidup
Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun dan Polsek setempat belum
optimal untuk mencegah terjadinya aktivitas dompeng. Kegagalan di
dalam menghentikan penambangan liar tersebut dan sampai saat ini masih
berlangsung bahkan tidak hanya di aliran sungai juga telah sampai ke
lahan perkebunan milik swasta.
Berdasrakan ketiga hal di atas, maka dapat diketahui bahwasanya
ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dibidang penambangan, serta kelemahan peraturan perundang-undangan di bidang
penambangan, yang antara lain tercermin dalam kekurang berpihakan kepada
kepentingan masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap penambangan
resmi/berizin yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur).
Kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan.13
Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian secara komprehensif dalam bentuk skripsi dengan
judul: “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku penambangan Emas Liar
(Dompeng) Di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan
emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun?
13
Marselon, “Penegakan Hukum Pemerintah terhadap Penambangan Emas tanpa Izin
(PETI) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015,” Jurnal Ilmiah. Vol.4.
No.1 (2017), hlm. 5.
8
2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku
penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun?
3. Bagaimana upaya mengatasi kendala penegakan hukum terhadap pelaku
penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun?
C. Batasan Masalah
Penelitian skripsi ini dibatasi agar pembahasannya tidak bias kepada hal-
hal yang tidak relevan. Adapun dari sisi ojek kajiannya, permasalahan penelitian
ini hanya fokus kepada aspek penegakan hokum atas kasus penambangan liar
emas (dompeng). Kemudian dari sisi lokasinya, penelitian ini merujuk kepada
kasus yang terjadi di Desa Muaro Mensao saja. Hal ini dikarenakan di desa
tersebut memang terdapat praktek penambangan emas secara liar (dompeng).
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk menguraikan pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku
penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun.
b. Untuk mengetahui saja kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum
terhadap pelaku penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro
Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.
c. Untuk menjelaskan upaya mengatasi kendala penegakan hukum
terhadap pelaku penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro
Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
9
a. Manfaat Teoritis
1) Sebagai informasi ilmu tentang penegakan hukum dalam mengatasi
tindak pidana penambangan emas liar(Dompeng).
2) Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa syari‟ah khususnya
jurusan hukum pidana islam.\
b. Manfaat Praktis
a. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi strata (S1) dalam hukum
pidana islam.
b. Dapat menjadi bahan rujukan bagi stakeholder terkait dalam
mengambil kebijakan guna mengentaskan permasalahan dompeng
yang ada di Desa Muaro Mensao.
E. Kerangka Teori
1. Konsep Penegakan Hukum
a. Pengertian Penegakan Hukum
Terminologi penegakan hukum, khususnya penegakan hukum
pemerintahan sangat lazim digunakan dan terambil dari istilah asing yaitu:
law enforcement, rechtstoepassing, dan law in action. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan pengertian dari konsep
penegakan hukum itu, yakni: proses atau cara (perbuatan menegakkan)
hukum. Dengan kata lain, tujuan penegakan hukum itu intinya adalah
bagaimana hukum itu tetap berdiri kukuh dan dapat ditaati dengan baik
oleh warga masyarakat. Dalam kenyataan sering kali terlihat, bahwa
hukum yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah dan sekaligus
dijadikan sebagai instrumen atau sarana pemerintahan ternyata tidak
terlaksana dengan baik sehingga memerlukan proses penegakan hukum
positif dari pemerintahan/negara.
Pendapat dari Purnadi Purbacaraka memberikan pengertian
penegakan hukum yaitu: “Merupakan proses penyerasian hubungan nilai-
nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah dan pandangan nilai yang
mantap dan mengejawantah serta sikap tindak sebagai suatu rangkaian
10
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan adanya kedamaian, baik
sebagai social engineering. dalam arti memelihara dan social control dalam
arti mempertahankan suasana damai dalam pergaulan hidup
masyarakat.”14
Adapun, Soerjono Soekanto mengemukakan, bahwa ada dua
pengertian penegakan hukum yakni: pengertian penegakan hukum dalam
arti luas yang mencakup keseluruhan proses yang terdapat pada lembaga-
Iembaga yang menerapkan hukum, seperti pengadilan,kejaksaan,
kepolisian; dan/atau para pejabat yang memegang peranan sebagai
pelaksana atau penegak hukum, seperti hakim, jaksa, dan polisi. Adapun,
dalam arti sempit hanyalah meli- puti atau mencakup penerapan oleh para
pejabat pelaksana atau aparat penegak hukum, seperti, polisi, jaksa,
dan hakim.15
Penegakan hukum merupakan usaha-usaha yang diambil oleh
pemerintah atau suatu otoritas untuk menjamin tercapainya rasa keadilan
dan ketertiban dalam masyarakat.16
b. Pertanggung jawaban Pidana
Dalam bahasa Inggris pertanggungjawaban pidana disebut sebagai
responsibility, atau criminal liability. Konsep pertanggungjawaban pidana
sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum semata-mata melaikan
juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut
oleh suatu masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat, hal ini
dilakukan agar pertanggungjawaban pidana itu dicapi dengan memenuhi
keadilan.17
Pertanggung jawaban pidana adalah suatu bentuk untuk
menentukan apakah seorang tersangka atau terdakwa
dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana yang telah terjadi.
14
Aminuddin Umar, Hukum Tata Pemerintahan (Jakarta: Prenada Media, 2014), hlm. 238 15
Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan (Jakarta: Prenada Media, 2014), hlm 288 16
Rajalahu, “Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi oleh Kepolisian Republik
Indonesia” Jurnal Ilmiah Vol.2.No.2 (2013), hlm 143. 17
Hanafi Amrani, Mahrus Ali
11
Dengan kata lain pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk yang
menentukan apakah seseornag tersebuut dibebasakn atau dipidana.
Menurut Roeslan Saleh pertanggungjawaban pidana diartikan
sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan
pidana dan secara subjektif memenuhi syarat untuk dapt dipidana karena
perbuatannya itu.18
Apa yang dimaksud dengan celaan objektif adalah
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tersebut merupakan perbuatan
yang dilarang, perbuatan dilarang yang dimaksud disini adalah perbuatan
yang memang bertentangan atau dialarang oleh hukum baik hukum formil
maupun hukum materil. Sedangkan yang dimaksud dengan celaan
subjektif merujuk kepada sipembuat perbuatan terlarang tersebut, atau
dapat dikatakan celaan yang subjektif adalah orang yang melakukan
perbuatan yang dilarang atau bertentangan dengan hukum.
Seandainya ada suatu perbuatan yang salah atau keliru yang
dilakukan pada diri seseorang, namun jika orang yang melakukan
perbuatan keliru tersebut melakukannya dengan ketidakbebasan, maka
terhadap orang tersebut, tidak dapat dilanjutkan proses hukumnya, karena
hukuman hanya dapat diberikan kepada perbuatan keliru yang dilakukan
dengan bebas.
Sebuah pemenuhan pertanggungjawaban pidana dalam comman
law system selalu dikaitkan dengan mens rea (adanya niat) dam
pemidanaan (punishment). Artinya adalah bahwasanya perbuatan pidana
yang dilakukan akan disebut pidana jika dilandasi dengan adanya niat
yang sadar untuk melakukan perbuatan tersebut. Pertanggungjawaban
pidana memiliki hubungan dengan kemasyrakatan yaitu hubungan
pertanggungjawaban dengan masyarakat sebagi fungsi, Dalam
melaksanakan penerapan penegakan hukum di tengah-tengah masyrakat
maka dibutuhkan pula masyarakat sebgai control social, guna mencegah
sebelum tindakan pidana itu terjadi.
18
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran tentang Pertanggung Jawaban Pidana (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009), hlm. 33
12
Selain hal itu pertanggungjawaban pidana dalam common law
system berhubungan dengan mens rea, bahwa pertanggungjawaban pidana
dilandasi oleh keadaan suatu mental yaitu sebagi suatu pikiran yang salah
(a guilty mind). Guilty mind mengandung arti sebagai suatu kesalahan
yang subjektif, yaitu seseorang dinyatakan bersalah karena pada diri
pembuat dinilai memiliki pikiran yang salah, sehingga orang tersebut
harus bertanggungjawab.
Adanya pertanggungjawabn pidana dibebankan kepada pembuat
maka pembuat pidana harus dipidana. Artinya ketika adanya kasus hkum,
maka harus ditegakkan dengan seadil-adilnya jika memang pelakunya
terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindakan tersebut atas
dasar adanya niat yang jelek. Namun demikian, jika tidak adanya pikiran
yang salah (no guilty mind) berarti tidak ada pertanggungjawaban pidana
dan berakibat tidak dipidanya pembuat atau pelakunya.
c. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum dalam pandangan Maizardi adalah: “Proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau
hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat
dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya
penegakan hukum itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap
hubungan hukum.”19
Masih dengan penjelasan dari saudara Maizardi mengenai definisi
penegakan hukum, beliau menerangkan bahwasanya: “Pengertian
penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut obyeknya. Secara
obyektif, norma hukum yang hendak ditegakkan mencakup pengertian
hukum formal dan hukum materiil. Hukum formal hanya bersangkutan
dengan peraturan perundang-undangan yang tertulis (biasa juga disebut
19Maizardi, Ebit Bimas Saputra “Penegekan Hukum terhadap Tindak Pidana
Pertambangan Batuan Non Logam pada Tanah Hak Milik Masyarakat (Studi Pada Satreskrim
Polres Kerinci.” Jurnal UNES Law Review. Vol. 1. No. 1 (2018), hlm. 73
13
dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan
peraturan yang formal dan tertulis saja), sedangkan hukum materiil
mencakup pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat (bisa juga diartikan dalam arti luas, penegakan hukum itu
mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi
aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat).”20
Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan
antara pengertian penegakan hukum dengan penegakan keadilan.
Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian pengertian “law
enforcement” dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti
hukum materil, diistilahkan dengan penegakan keadilan.21
Dalam arti luas,
penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung
didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup
dalam masyarakat.22
Sedangkan dalam perspektif yang sempit, penegakan hukum itu
hanya menyangkut penegakan peraturan yang formalitas dan tertulis saja.23
Sehingga hukum menjadi kaku dan tidak melihat aspek makro dari sebuah
hukum, yaitu nilai-nilai etis misalnya.
Menurut salah seorang ahli yang bernama Soekanto, penegakan
hukum yang dilakasanakan oleh pihak berwenang tidak hanya melalui
pengadilan tetapi dapat dilalukan di luar pengadilan, dengan berbagai
sanksi yang dapat diberikan seperti sanksi pidana, perdata, dan
administrasi. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab mengenai urusan-urusan daerah.
20
Ibid. 21
Ibid. 22
Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam
setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku,
berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum 23
Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan
sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu
aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa
14
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum pada intinya
adalah: “Merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan dalam kaidahkaidah dan pandangan nilai yang
mengejewantahkan sikap untuk memelihara dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup. Artinya penegakan hukum dapat dipahami
sebagai upaya aparat penegak hukum untuk menjamin dan memastikan
aturan hukum berjalan sebagaimana mestinya. Penegakan hukum
merupakan proses penerapan diskresi yang menyangkut membuat
keputusan secara ketat dan diatur oleh kaidah hukum, serta didukung
penilain pribadi.”24
2. Konsep tentang Dompeng (Tambang Emas Liar)
Dompeng adalah” “Kegiatan penambangan atau penggalian yang
dilakukan oleh mayarakat atau perusahaan tanpa memiliki ijin dan tidak
menggunakan prinsip-prinsip penambangan yang tidak baik dan benar (Good
Mining Practice). Dalam Pasal 20 dan Pasal 66 sampai dengan Pasal 73
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara
mengakomodasi kepentingan tambang rakyat karena selain memecahkan
persoalan yang selama ini terjadi, di lain pihak merupakan bukti nyata
pengakuan terhadap eksistensi keberadaan tambang rakyat, yang apabila di
lakukan pembinaan dengan baik, merupakan salah satu potensi ekonomi lokal,
yang dapat menggerakkan perekonomian di daerah tersebut.”25
Pertambangan tanpa izin (PETI) atau yang dikenal dengan sebutan
dompeng dapat diartikan sebagai usaha pertambangan atas segala jenis bahan
galian dengan pelaksanaan kegiatannya tanpa dilandasi aturan/ketentuan
hukum pertambangan resmi Pemerintah Pusat atau Daerah.
Dompeng atau Ilegal mining sebagai bagian dari kejahatan terhadap
kekayaan negara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009. Namun, di dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tidak ditemukan definisi dari pertambangan tanpa izin
24
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 4 25
Ibid.
15
(ilegal mining) ini. Ilegal mining ini merupakan terjemahan dari pertambangan
yang tidak memiliki izin. Izin yang dimaksud adalah 3 jenis izin yang diakui
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.26
Adapun yang dimaksud dengan tiga macam izin tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: “IUP (Izin Usaha Pertambangan), IPR (Izin
Pertambangan Rakyat), dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Hal ini
secara tidak langsung disebutkan dalam Bab XIII Ketentuan Pidana, yang
menyebutkan dengan tegas sanksi administratif maupun sanksi pidana
terhadap pertambangan tanpa izin (illegal mining) atau dompeng.”27
Dompeng atau PETI merupakan: “Usaha pertambangan yang
dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan yayasan
berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dan instansi
pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Istilah PETI
semula dipergunakan untuk pertambangan emas tanpa izin, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya permasalahan Penambangan Emas tanpa Ijin
(PETI) tidak hanya pada komoditi bahan galian emas tetapi juga diterapkan
pada pertambangan tanpa izin untuk bahan galian lain baik Golongan A, B
maupun C (PP No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-Bahan
Galian) yang biasanya termasuk pada pertambangan skala kecil (PSK). Lokasi
PETI secara umum terdapat dilahan kawasan hutan baik pada kawasan hutan
lindung maupun kawasan hutan produksi terbatas (HPT) dan lahan areal
penggunaan lain (APL) milik masyarakat, di beberapa tempat terdapat dalam
wilayah yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP).”28
Ada beberapa dampak negative yang dapat ditimbulkan dari adanya
kegiatan dompeng ini, yaitu mulai dari aspek humaniora, ekologi, dan bahkan
bagi pemerintahan itu sendiri. Hal ini mengingat kegiatan PETI yang tidak
menerapkan kaidah pertambangan secara benar (good mining practice) dan
26
UU Nomor 4 tahun 2009 27Dany Andhika Karya Gita, Amin Purnawan, Djauhari, “Kewenangan Kepolisian Dalam
Menangani Tindak Pidana Pertambangan (Ilegal Mining) Menurut Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 (Studi Di Kepolisian Negara Indonesia)”, dalam Jurnal Daulat Hukum, Volume 1,
Nomor 1, Maret (2018), hlm. 25 28
PP Nomor 27 Tahun 1980
16
hampir tidak tersentuh hukum, sedangkan itu, di sisi lain, bahan galian
bersifat tak terbarukan (nonrenewable resources) dan dalam pengusahaannya
berpotensi merusak lingkungan (potential polluter), seperti: “Dampak negatif
yang tidak saja merugikan Pernerintah, tetapi juga masyarakat luas dan
generasi mendatang. Kerusakan lingkungan, pemborosan sumber daya
mineral, dan kemerosotan moral merupakan contoh dari dampak negatif yang
merugikan Pemerintah, masyarakat luas dan generasi mendatang.”29
Selain hal negative di atas, khusus bagi pemerintah, dampak negatif
dompeng itu ditambah pula sebagai berikut: “Dengan kerugian akibat
kehilangan pendapatan dari pajak dan pungutan iainnya, biaya untuk
memperbaiki lingkungan, pelecehan terhadap kewibawaan, dan kehilangan
kepercayaan dari investor asing yang katanya menjadi tulang punggung atau
sector andalan bagi pertumbuhan sektor pertambangan nasional. Akhirnya
Indonesia kehilangan salah satu andalan untuk mendorong laju pertumbuhan
ekonomi, serta kehilangan kesempatan untuk menurunkan angka
pengangguran.”30
Dalam penelusuran literature yang peneliti lakukan, di dapat informasi
bahwasanya ada beragam faktor yang menyebabkan munculnya perilaku
penambangan liar atau dompeng tersebut, misalnya adalah karena oknum
tersebut ingin menghindari pajak ke pemerintah. Hal ini sebagaimana uraian
berikut ini: “Permasalahan pertambangan tidak hanya timbul dari adanya
kegiatan pertambangan yang bersifat resmi, tetapi juga menyentuh kepada
kegiatan pertambangan yang bersifat tidak resmi laiknya kegiatan diompeng
(tidak memilki izin/illegal) atau biasa disebut Illegal Mining. Bahkan kegiatan
pertambangan tanpa izin ini merupakan faktor timbulnya kerusakan
lingkungan yang tidak terkendali serta masalah-masalah lainnya. Maraknya
kegiatan pertambangan tanpa izin/illegal mining tidak terlepas dari beberapa
29Tristia Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Ijin (PETI) di Desa Sungai
Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Senggigi.” Jurnal JOM FISIP Vol.
4. No. 2 (2017), hlm. 5 30Tristia Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Ijin (PETI) di Desa Sungai
Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Senggigi.” Jurnal JOM FISIP Vol.
4. No. 2 (2017), hlm. 6
17
faktor yang melandasi keberadaannya. Perkembangan kegiatan pertambangan
tanpa izin ini sudah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan karena
juga menimbulkan tumbuhnya perdagangan produk pertambangan di pasar-
pasar gelap (black market) yang dapat dikategorikan sebagai bentuk
pelanggaran terhadap penghindaran pajak resmi penjualan bahan tambang.”31
F. Studi Relevan
Ada beberapa hasil penelitian dan tulisan yang ingin peneliti sampaikan
sebagai hasil pencarian yang sudah peneliti lakukan, yang memiliki kemiripan
dengan judul yang peneliti angkat untuk memberikan penegasan bahwa terdapat
perbedaan mendasar dari penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang
telah di hasilkan dan dipublikasikan oleh orang lain yaitu:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Marselon dalam skripsinya
dengan judul penegakan hukum pemerintah terhadap pelaku penambangan emas
tanpa izin (peti) di kecamatan cerenti kabupaten kuantan singingi tahun 2015.32
Dalam penelitian ini penegakan hukum pemerintah terhadap Penambangan Emas
Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi Tahun
2015 sudah berjalan sebagaimana mestinya. Dalam rangka penegakan hukum,
secara umum prosedur penanganannya sama dengan perkara tindak pidana
umum lainnya. Faktor penghambat Polres Kuantan Singingi dalam menangani
perkara tindak pidana Penambangan Emas Tanpa Izin meliputi : (1) kurangnya
kesadaran hukum masyarakat (2) pelaku penambangan di back-up oleh oknum
yang tidak bertanggung jawab (3) tersangka melarikan diri.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Budi Susanto dengan skripsi yang
berjudul Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin Berdasarkan
Perda No.3 Tahun 2012 Di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatra Barat
2018.33
Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut keterangan
kepolisian bahwa kasus penambangan emas tanpa izin telah di lakukan upaya
31
Ibid., hlm. 10 32
Ibid., hlm 11. 33
Budi Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin Berdasarkan
Perda No. 3 Tahun 2012 Di Kabupaten Dharmasraya,” Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 2018), hlm. 12
18
penegakan hukum menurut perda pengelolaan usaha penambangan minerba dan
undang-undang minerba. Tetapi pada kenyataan di lapangan praktek tambang
ilegal masih ada dimana masayarakat bekerja menambang menggunakan mesin
yang berdaya eksplorasi yang cukup besar. Faktor-faktor yang menjadi penyebab
menurut Dinas ESDM diantaranya Kurangnya kesadaran hukum masyarakat,
Kurangnya sarana, fasilitas, dan peralatan dalam pemberantasan tindak pidana
pertambagan liar, kemudian faktor lokasi tempat dilakukan penambangan emas
tanpa izin yang terpencil dan jauh dari kota. Penelitian ini merekomendasikan
dalam upaya pengawasan pada penambangan emas illegal seharusnya dilakukan
di seluruh penjuru kawasan yang potensial penambangan, tidak hanya dikawasan
yang mudah dijangkau petugas. Seharusnya dalam upaya penegakan hukum
terhadap pelaku harus ditindak tegas sesuai dengan ketentuan pidana yang ada di
dalam Undang-Undang Minerba yaitu meliputi pidana penjara dan denda yang
besarnya sesuai dengan bunyi ketentuan pidana agar menimbulkan efek jera bagi
pelaku. Kemudian mengingat kegiatan penambangan emas liar ini tidak
menerapkan kaidah penambangan secara baik dan benar, tentu saja akan
berdampak buruk bagi lingkungan tidak saja merugikan pemerintah, masyarakat
luas, bahkan generasi yang akan datang.
Ketiga, Penelitian dalam bentuk jurnal yang ditulis oleh Rohayati. Dalam
penelitian beliau dijelaskan bahwa: Beliau melakukan penelitian ini yaitu dengan
tujuan menganasisis pengaturan mengenai pertambangan mineral. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dilakukan yaitu dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Hasil penelitian ini pengelolaan
pertambangan emas yang tidak memperhatikan proses- proses pengelolaannya
sehingga lingkungan terkait ditambang oleh merkuri dan sianida dan akan
berdampak pula kepada manusia. Pemerintah kurang memperhatikan penambang
dan masyarakat adat dapat berakibat pada konflik serta kurang memperhatikan
pemerintah tentang izin untuk melakukan penambangan.34
Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Lauselang dalam bentuk skripsi.
34Ita Rohayati, “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penambangan Ilegal di
Indonesia: Studi Penambangan di Gunung Botak Maluku.” Jurnal of Multidiciplany Studies. Vol.
09. No. 2 (2018), hlm. 103
19
Adapun pencapaian dalam penelitian beliau adalah sebagai berikut: Beliau
melaksanakan penelitian di Muaro Mensao yang mana dalam risetnya, ia
menjelaskan bahwa: “Di Desa Muaro Mensao Kabupaten Sarolangun terdapat
Pertambangan Batu Cinabar. Selain masyarakat Desa Iha dan Luhu, banyak juga
masyarakat luar daerah yang datang mengais rezeki di lokasi tersebut. Di satu sisi,
masyarakat sangat bersyukur karena hasil dari kegiatan penambangan itu sangat
terasa bagi peningkatan ekonomi keluarga, sehingga banyak di antara kebutuhan
keluarga dan anak-anak sekolah dapat terpenuhi. Namun di sisi lain, kegiatan
penambangan yang mereka lakukan itu tidak memiliki izin dari pemerintah dan
merupakan suatu kegiatan yang ilegal.
Padahal di dalam UU No. 4 Tahun 2009, telah mengatur secara rinci
tentang prosedur pertambangan, di mana para pelaku baik perorangan maupun
badan hukum yang melakukan kegiatan penambangan tanpa izin, maka
dinyatakan sebagai penambang ilegal. Dan atas perbuatannya itu diancam dengan
ancaman penjara dan denda. Sehubungan dengan itu, penelitian beliau mencoba
untuk menguak secara jelas beberapa pertanyaan penelitian antara lain tentang:
“Bagaimana pelaksanaan penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana
Penambangan Ilegal tersebut?, dan Apa saja kendala penegakan hukum Dalam
Penangan Kasus Tersebut? Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini
adalah Normatif Empiris. Data yang dibutuhkan diperoleh, baik dari pihak
Kepolisian Seram Barat, maupun dari masyarakat di sekitar wilayah lingkar
pertambangan.”
Dari data yang terkumpul, setelah dianalisis, dapat ditarik kesimpulan
bahwa: “1) Penanganan Hukum atas tindak pidana penambangan liar di Dusun
Hulung dilakukan dengan tiga tahapan penanganan; a) Dilakukan Sosialisasi
kepada masyarakat, b) Dilakukan tindakan pencegahan (preventif), dan c)
Dilakukan tindakan Represif terhadap pelaku yang masih bandel; 2) Di dalam
melakukan penegakan hukum tersebut terdapat kendala-kendala, baik terkait
faktor geografis, personil dan perangkat pendukung yang minim, keadaan
20
ekonomi masyarakat yang terbatas dan faktor kebudayaan.”35
Kelima, Yaitu penelitian yang dilakukan oleh Akmal dalam bentuk jurnal.
Dalam tulisan beliau terdapat ulasan sebagai berikut: Penelitian ini bertujuan
untuk melihat permasalahan yang terjadi pada aktivitas pertambangan emas, baik
dalam masyarakat maupun pada pekerja pertambangan emas itu sendiri.
Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penambang emas tidak serta merta
menjadi tolak ukur baik atau tidaknya kesadaran hukum masyarakat
pertambangan emas di Desa Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten
Tebo, Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan snowball
sampling, dan menghasilkan informan. Data dikumpulkan dengan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi. Selama observasi peneliti mengumpulkan
beberapa data berupa foto aktivitas penambang emas, pencemaran sungai, artikel
tentang penertiban penambang emas, serta data pembayaran lahan. Agar data yang
diperoleh bisa dipercaya (absah), maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi
yaitu triangulasi sumber dan waktu. Data yang diperoleh dianalisis dengan
mengacu pada model analisis Miles dan Huberman dengan langkah-langkah yaitu
reduksi data, model data (data display) dan penarikan kesimpulan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan terkendalanya kesadaran masyarakat disebabkan
kurangnya informasi dan pembinaan dari pemerintah tentang Undang-Undang
serta implementasinya dalam penambangan.36
Setelah mencermati beberapa penelitian terdahulu, dapat diuraikan adanya
letak persamaan dan letak perbedaan antara skripsi ini dengan penelitian
terdahulu. Adapun sisi persamaan terletak pada: objek kajiannya yang sama-sama
membahas tentang penegakan hukum terhadap penambangan emas illegal.
Kemudian dari segi pendekatan yang digunakan juga menggunakan sama-sama
pendekatan kualitatif.
35Raudatul Jannah Budiman Lauselang, “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana
Pertambangan Ilegal di Kabupaten Seram Bagian Barat (Studi pada Polres Seram Bagian Barat).”
Skripsi (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2019), hlm. 3 36Eri Sakti dan Akmal, “Kesadaran Hukum Masyarakat Pertambangan Emas di Desa
Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo.” Jurnal Moral and Civic Education. Vol.
4. No. 1. (2020), hlm. 1
21
Sedangkan dari sisi perbedaan, juga terdapat perbedaan, yaitu: Dari sisi
lokasi penelitian yang jelas berbeda, dan juga dari sisi tahun penelitiannya juga
sangat beragam di masing-masing tempta. Dalam skripsi ini penulis membahas
tentang penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar (Dompeng) di
Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Perbedaan skripsi
ini dengan kedua skripsi di atas adalah lokasi penelitian yang berbeda. Karena itu
originalitas penelitian ini dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
22
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Menurut Beni, penelitian kualitatif meliputi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuan
penelitianya.37
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris.
Yakni penelitian yang mengaju kepada tata aturan hukum yang terdapat dalam
peraturan bentuk perundangan yang berlaku. Di kaitkan dengan penerapan yang
terjadi dalam masyarakat.38
Dalam melakukan penulisan skripsi pendekatan penelitian merupakan
penelitian paradigma. Penelitian yang di gunakan, apakah bersifat kualitatif atau
kuantitatif, atau menggunakan kedua paradigma tersebut sekaligus (mixing
methode).
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
dimna proses pengumpulan dan menganalisa data tidak berdasarkan angka-angka
seperti penelitian kuantitatif, namun dalam penelitian kualitatif bukan berarti tidak
boleh menggunakan angka dalam menerangkan gejala. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara
induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,
dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.39
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan
pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang
kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni.40
37
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 183-184 38
Ishaq, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm 66 39
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), 80 40
Muktar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), hlm.
29
23
Jadi, dalam konteks penelitian ini, maka peneliti akan menggali data
dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat bagaimana
implementasi penegakan hokum yang terjadi terhadap kasus penambangan
emas liar dompeng di Desa Muaro Mensao Kabupaten Sarolangun.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun
Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini mengkaji tentang upaya dalam mengatasi
tindak pidana penambangan emas liar (Dompeng) di wilayah hukum Desa Muaro
Menso Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Lokasi ini dipilih karena
pertimbangan adanya kegiatan penambangan emas liar atau dompeng di wilayah
tersebut.
Terkait dengan waktu penelitiannya, maka skripsi ini dilakukan pada tahun
2020/2021 dengan melihat fenomena kasus-kasus penegakan hukum terkait
penambangan emas liar atau dompeng yang terjadi sejak lima tahun terakhir, yaitu
terhitung sejak 2016-2021. Rentang waktu ini ditentukan lima tahun terakhir agar
diperoleh kesimpulan yang komrehensif.
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan
lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam
kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis.41
1. Jenis Data
Jenis data dibagi kedalam dua kategori, yakni data primer dan data
sekunder. Penjelasan kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data utama penelitian.42
Data primer dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara
dengan subjek penelitian, dan dokumentasi yang berhasil peneliti
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2010), hlm. 157 42Suaidi Asy‟ari (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi, t.p, 2009), hlm. 19
24
kumpulkan di Desa Muaro Mensao Kabupaten Sarolangun. Data primer
dalam penelitian ini ditulis ke dalam catatan lapangan dengan mengikuti
panduan instrumen pengumpulan data.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung penelitian.43
Data sekunder
diperoleh dari sejumlah literatur yang menjadi bahan untuk menyusun
teori dalam penelitian ini.
2. Sumber Data
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip dokumen pribadi
dan dokumen resmi. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data
penulis mengklasifikasikanya menjadi tiga jenis sumber data yaitu:
a. Person. Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara atau angket. Maksudnya adalah sumber data
yang mengacu kepada pihak-pihak yang relevan untuk digali
keterangannya di lapangan, yaitu Desa Muaro Mensao.
b. Place. Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam dan bergerak. Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud
benda dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju
kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar
mengajar dan lain sebagainya. Maksudnya, adalah sumber berupa
kantor-kantor, atau instansi terkait yang dapat dimintai keterangan
lebih jauh tentang kasus dan penanganan dari dompeng emas yang
terjadi di Desa Muaro Mensao.
c. Paper. Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lain.44
Dalam hal ini adalah
sejumlah literature pendukung untuk teori skripsi ini.
43
Ibid. 44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 172
25
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian langsung untuk memperoleh
data atau informasi dari objek yang di teliti, maka untuk memperolehnya penulis
mengadakan:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data
melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap objek yang di
amati langsung.45
Observasi pengamatan dilakukan secara langsung dengan aparat
penegak hukum terhadap pelaku penambangan emas liar (Dompeng) yang
memberikan dampak negatif seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan di
sepanjang aliran sungai Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan.46
Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek peneliti. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini
wawancara bisa tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiyatan untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian, atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang di peroleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang di lakukan untuk
mendapat informasi dalam mengumpulkan data secara langsung dengan
mengungkap pertanyaan-pertanyaan atau proses tanya jawab secara lisan
terhadap responden dan wawancara yang di lakukan terhadap satu orang
45
Ibid. 46
Ibid, hlm. 135.
26
responden akan mendapat informasi yang cukup relatif dan lebih bersifat
objektif bila di banding dengan responden yang lebih dari satu atau kelompok.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh keterangan-keterangan
atau informasi dari tata usaha atau catatan-catatan tentang gejala-gejala atau
peristiwa-peristiwa masa lalu.47
Dokumentasi sebagai cara mencari data
mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan data muskrip, buku,
surat kabar, majalah, notulen rapat, prasati, lengger agenda dan sebagainya.
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi (data) berupa
catatan, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat lainnya, catatan
dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang
dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan
dokumen tertulis lainya dicatat dengan menggunakan dokumentasi penulisan
guna untuk memperoleh semua data yang berhubungan dengan penelitian
ini.48
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yaitu metode yang di gunakan untuk menganalisa data
yang telah dikumpulkan dan telah diklarifikasikan menurut jenis data yang di
perlukan.49
Dalam sebuah penelitian analisis data merupakan bagian yang sangat
penting, karena dengan analisis data yang akan nampak manfaatnya terutama
dalam memecahkan penelitian dan tujuan akhir penelitian, karena kemampuan
ketajaman dalam menganalisa data akan berpengaruh terhadap hasil penelitian
yang di lakukan. Karena pada dasarnya analisa adalah kegiatan untuk
memanfaatkan data sehingga dapat di peroleh suatu kebenaran atau ketidak
benaran dari suatu hipotesa dan dalam menganalisa data-data yang di perlukan
imajinasi dan kreatifitas sehingga di uji kemampuan peneliti dalam menalar
47
Setna Yuwana Sudican, Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah (Semarang: Aneka Ilmu,
1998), hlm. 39. 48
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi) (Jambi: Syariah Press, 2014),
hlm. 37-41 49
Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar Yang Sukses (Surabaya: Rineka Cipta, 1979),
hlm. 64
27
sesuatu.50
Adapun langkah-langkah penulis dalam melakukan analisis data sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.51
Reduksi data di artikan sebagai
proses pemilikan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan dan
transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan yang tertulis di
lapangan. Hasil data yang di dapat di lapangan akan di dedukasi dengan cara
merangkum, meresume, kemudian mengklafikasikan sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Masalah upaya dalam mengatasi tindak pidana penambangan emas
liar (Dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun di ambil melalui
wawancara, observasi, dokumentasi, kemudian di analisis dengan
menajangkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehinggga dapat di sajikan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitan kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.52
Penyajian data sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Sajian data merupakan upaya penelitian untuk mendapatkan
gambaran dari data yang telah di perolah serta hubungan dengan fokus
penelitian yang di laksanakan, untuk itu sajian data dapat di buat dalam bentuk
matriks, grafik, tabel dan lain sebagainya. Penyajian data mengenai upaya
dalam mengatasi tindak pidana penambangan emas liar (Dompeng) di wilayah
hukum Kecematan Limun.
50
Subagyo, Metode Penelitian: dalam Teori dan Praktek (Surabaya: Rineka Cipta, 1991),
hlm. 42 51
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 200 52
Ibid., hlm. 341
28
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam
proses analisis data penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal.53
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau
teori.54
Penarikan kesimpulan sebagai dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian dalam
pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada catatan.
Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data, yaitu
dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan sementara
maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara dapat di buat terhadap
setiap data yang ditemukan pada saat penelitian sedang berlangsung dan
kesimpulan akhir dapat di buat setelah seluruh data di analisis, hasil penyajian
data bisa di ambil kesimpulan tentang temuan lapangan mengenai upaya
dalam mengatasi tindak pidana penambangan emas liar (Dompeng) di Desa
Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun dan menyesuaikan
dengan teori yang telah disusun sebelum penelitian di lakukan.55
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji tingkat
keterpercayaan data di lapangan. Trianggulasi adalah suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal ini
dapat tercapai dengan cara:
53
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 202 54
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 345 55
Ahmad Rijali, “Analisis data kualitatif Alhadharah,” Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.17.No.33
(2019), hlm 81-95.
29
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain, orang biasa, ahli,
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.56
G. Sistematika Penulisan
Dalam upaya memberikan pedoman dalam penelitian dan penulisan serta
untuk memberikan gambaran bagaimana penulisan dan laporan dilakukan, maka
di susun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. dalam bab ini akan di uraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsepsional, kerangka teori,
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan umum tentang penambangan emas liar. Dalam bab ini akan di
paparkan tentang., Pengertian Penambangan Emas Liar, Faktor
Penyebab Terjadinya Penambangan Emas Liar, dampak terjadinya
penambangan emas liar, kebijakan pemerintah terhadap penambangan
emas liar.
Bab III Reformasi hukum penambangan di Indonesia. Dalam bab ini akan di
paparkan tentang, Historis Geografis,Desa Muaro Mensao , Aspek
Sosial Ekonomi Desa Muaro Memsao , Realita Sosial Ekonomi Desa
Muaro Mensao.
Bab IV Pembahasan. Dalam bab ini akan di paparkan tentang; bagaimana
pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar
(dompeng) yang terjadi di Desa Muaro Mensao, kemudian meliahat
pula kendala-kendala dalam pelaksanaanya, lalu apa saja upaya yang
dilakukan untuk mengatasinya.
56
Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1995), 178
30
Bab V Penutup. Dalam bab ini akan di uraikan tentang kesimpulan dan saran
berdasarkan temuan di lapangan.
Selanjutnya dilampirkan beberapa dokumen penting, seperti: daftar
pustaka, dokumentasi penelitian di lapangan, IPD, dan hal-hal lainnya yang
mendukung bagi penelitian ini.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Muaro Mensao
Peta belanda tahun 1910 disebutkan “DATOEK NAN III”.Datuk Nan Tigo
adalah seumpun tiga datuk menguasai marga “DATOEK NAN TIGO”, marga
Datok Nan Tigo berpusat di mangkadai. Ketiga Datuk yaitu: Datok Temenggung,
Datok Ranggo, Datok Demang. Datok Temenggung berpusat di dusun
Mengkadai, Datok Ranggo berpusat di dusun Muara Mensao, sedangkan Datok
Demang berpusat di Kampung Pondok.57
Istilah datuk merupakan penghormatan terhadap pemimpin adat.
Kekuasaan datuk setingkat pesirah di marga atau penghulu di batin. Seloko seperti
“marga berpagar pesirah, batin penghulu” merupakan bentuk ikrar terhadap
penghormatan petinggi pemimpin negeri yang disebut “alam sekato rajo, negeri
sekato batin”. Kata datuk mengingatkan sejarah keberadaan Minang Kabau.
Bahardatun Agari basa didalam buku “Tambo dan Silsiah Minang Kabau”, datuk
perpatih nan sebatang dan datuk katumanggungan merupakan nenek moyang
Minang Kabau.58
Posisi begitu dihormati, apabila merujuk kepada prasasti Telaga Batu
dimana pada baris 11 terdapat kata kedaulatan yang kemudian ditafsirkan sama
dengan kedatonatau keratin yakni istana raja. Sehingga kedatuan dapat disamakan
dengan wilayah datuk. Datuk kemudian menjadi datuk dan dikenal di kerajaan
Pagaruyung dan diserap didalam sistem struktur sosial di marga Datuk Nan Tigo.
Menurut tembo di marga Datuk Nan Tigo, selain kekuasaan ketiga datuk, maka
dikenal juga datuk petinggi dan datuk monti. Datuk petinggi merupakan pimpinan
dari ketiga datuk. Berpusat di Dusun Pulau Pandan, sedangkan datuk monti
merupakan pembantu dari datuk petinggi berpusat di Dusun Kutur.59
Hubungan antar Datuk Nan Tigo dengan datuk petinggi dan hubungan
Datuk Monti, masing-masing datuk mengatur sistem pemerintahan adat di
wilayah masing-masing. Marga Datuk Nan Tigo mengaku keturunan Minang
57
Kepala Desa Muaro Mensao, Idiris, wawancara, 01 Maret 2021 58
Sekdes Desa Muaro Mensao, Ali Nafiah, wawancara, 02 Maret 2021 59
KAUR Pemerintahan Desa Mensao, Samson, wawancara, 28 Februari 2021
32
Kabau, penamaan datuk merupakan gelar yang diberikan sebagai pemimpin di
kalangan masyarakat adat. Didalam tembo, wilayah Marga Nan Tigo berbatasan
dengan marga Pelawan yang ditandai dengan sungai merah sebelah Sungai
Keruh.Tempat ini masih bisa ditemukan diarea Singkut IV.60
Perkembangan kekuasaan Datuk Nan Petinggi mengalami pemekaran.
Dusun Pulau Pandan kemudian menjadi Desa Pulau Pandan. Sedangkan Dusun
Tuo dan Dusun Muara Limun menjadi Desa Muara Limun. Kekuasaan Datuk
Temenggung yaitu dusun Mangkadai, Dusun Tanjung Putus, Dusun Kait-Kait
menjadi Desa Temenggung. Begitu juga Datuk Demang berkembang, semula dari
berbagai Dusun kemudian menjadi Desa Demang dan Desa Panca Karya.61
Begitu juga kekuasaan Datuk Ranggo, Muara Mensao, Rantau Alai dan
sungai dingin kemudian menjadi Desa Ranggo. Namun menurut KPH Sarolangun
Desa Ranggo terdiri dari Dusun Sungai Dingin, Dusun Sungai Dingin baru, Dusun
Kayu Aro, Dusun Bukit Tanggo Batu. Desa Ranggo kemudian dimekarkan
kembali menjadi Desa Muara Mensao, Desa Mensao terdiri dari Dusun Muara
Mensao, Dusun Payo Rumbai, Dusun Rantau Alai dan Dusun Sungai
Tengkuyung.62
Kecamatan Limun yang terdiridari desa seperti Desa Berkun, Desa
Demang, Desa Lubuk Bedorong, Desa Meribung, Desa Mersip, Desa Monti, Desa
Muara Limun, Desa Muara Mensao, Desa Napal Melintang, Desa Panca Karya,
Desa Pulau Pandan, Desa Ranggo, Desa Suka Damai, Desa Tanjung Raden dan
Desa Temenggung. Sedangkan Desa Demang, Desa Pulau Pandan, Desa Muara
Limun, Desa Temenggung, Desa Panca Karya, Desa Ranggo dan Desa Monti
merupakan wilayah kekuasaan didalam marga Datuk Nan Tigo.63
Desa Muara Mensao terbentuk pada tahun 2006, desa Muara Mensao
merupakan daerah pemekaran dari Desa Ranggo, yang awalnya ada beberapa
Desa namun setelah pemekaran Desa Muara Mensao memisahkan diri dari Desa
Ranggo, hingga sampai saat ini Desa Muara Mensao telah berusia 15 tahun
60
KAUR Umum Desa Mensao, M. Amin, wawancara, 28 Februari 2021 61
Tokoh Masyarakat Desa Mensao, Bos Mali, wawancara, 27 Februari 2021 62
Kadus Mensao Desa Mensao, Idris, wawancara, 20 Maret 2021 63
KAUR Pembangunan Desa Mensao, wawancara, 23 Maret 2021
33
setelah memisahkan diri dari Desa Ranggo. Pemekaran yang dilakukan oleh Desa
Muara Mensao dikarenakan telah memenuhi persyaratan untuk membangun Desa
sendiri sehingga terbentuklah Desa Muara Mensao yang terbagi dari empat dusun,
yaitu Dusun PayoRumbai, Dusun Muara Mensao, Dusun Rantau Alai, Dusun
Tengkuyung. Adapun asal usul masyarakat Desa Muara Mensao umumnya
berasal dari Minang Kabau (Sumatera Barat). Desa Muara Mensao memiliki
luasan 40 Kilo Meter persegi, dengan jumlah empat dusun, antara lain:64
1. Dusun Muaro Mensao
2. Dusun Payo Rumbai
3. Dusun Rantau Alai
4. Dusun Tengkuyung
B. Keadaan Geografis Desa Muaro Mensao
Batas wilayah Desa Muaro Mensao dapat dijelaskan sebagai berikut:65
1. Sebelah Barat Berbatasan dengan: Desa Ranggo Dan Desa Demang.
2. Sebelah Timur Berbatasan dengan: Desa Mounti
3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan:DesaTanjung Raden
4. Sebelah Utara Berbatasan dengan:Desa Kampong 7.
Tabel 2: Aspek Geografis Desa Muaro Mensao66
No Aspek Geografis Keterangan
1 Luas Wilayah 400 Ha
2 Letak Desa 500-700dpl
3 Jarak desa ke kecematan 18 Km
4 Jarak desa ke kabupaten 42 Km
5 Jarak desa ke provinsi 210 Km
64
Observasi tanggal 29 Februari 2021 65
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 66
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021
34
C. Struktur Organisasi Desa Muaro Mansao
Tabel 3. Lembaga Formal dan Non-Formal Desa Mensao67
No Nama Lembaga Jumlah Terbentuk
1 LPM 12 Orang Tahun 2006
2 BPD 5 Orang Tahun 2006
3 Lembaga adat 8 Orang Tahun 2006
4 Karang Taruna 16 Orang Tahun 2016
Jumlah 44 Orang
Tabel 4. Pejabat Desa Mensao68
No Nama Jabatan
1 Idris Kepala Desa
2 Ali Nafiah Sekretaris Desa
3 Samson KAUR Pemerintahan
4 Hamali KAUR Pembangunan
5 M. Amin KAUR Umum
6 Najmudin Ketua BPD
7 Hafis Wakil Ketua BPD
8 Rozalin Ketua Lembaga Adat
9 Bos Mali Tokoh Masyarakat
10 Idris Kadus Mensao
11 Ridwan Kadus Payo Rumbai
12 Sarol Kadus Rantau Alai
13 Jailani Kadus Sungai Tengkuyung
D. Keadaan Demografis Desa Muaro Mensao
Jumlah populasi desa dalam satu tahun terakhir, jumlah bayi yang lahir 18
orang, sedangkan yang datang jumlah 36 orang dengan alasan bekerja dalam hal
pertanian. Untuk jumlah penduduk yang meninggal dunia dalam satu tahun
67
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 68
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021
35
terakhir sebanyak delapan orang , sedangkan jumlah penduduk yang pindah keluar
desa sebanyak dua orang dengan alasan jumlah yang menikah dengan penduduk
luar mensao. Jumlah Rukun Tetangga (RT) Perdusun adalah sebagai berikut:
1. Dusun Ma. Mensao : 3 RT (RT O1, RT 02, RT 03)
2. Dusun PayoRumbai : 2 RT (RT 04, RT 05)
3. Dusun Rantau Alai : 3 RT (RT 06, RT 07, RT 08)
4. Dusun Sungai Tekuyung : 2 RT (RT 09, RT 10).69
Adapun keadaan jumlah penduduk adalah sebagai berikut: Jumlah
Penduduk secara totalnya adalah seabagai berikut: 1577 Jiwa. Adapun rinciannya
adalah sebagai berikut: laki-laki: 824 Jiwa dan perempuan: 753 Jiwa. Sedangkan
jumlah kepala keluarga: 413 Jiwa dan jumlah penduduk miskin adalah sebanyak:
110 Jiwa.70
Adapun jumlah penduduk jika dijelaskan dengan sebaran per RT adalah
dapat diuraikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5. Jumlah Penduduk Per-RT71
No RT KK Laki-laki Perempuan Total
1 01 46 79 77 156
2 02 32 61 57 118
3 03 44 80 78 158
4 04 41 84 78 162
5 05 45 100 74 174
6 06 38 77 68 145
7 07 86 162 164 326
8 08 26 58 48 106
9 09 39 86 78 164
10 10 16 37 31 68
Total 413 824 753 1577
69
Kadus Desa Mensao, Idris, wawancara, tanggal 20 Maret 2021 70
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 71
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021
36
Tabel 6. Jumlah Penduduk per-Dusun72
No Dusun KK Laki-laki Perempuan Total
1 Muaro Mensao 122 220 212 432
2 Payo Rumbai 86 184 152 336
3 Rantau Alai 150 297 280 577
4 Sungai Tengkuyung 55 123 109 232
Total 413 824 753 1577
Tabel 7. Komposisi Suku Penduduk Desa Muaro Mensao73
No Nama Suku Jumlah KK Jumlah Jiwa
1 Suku Melayu 251 1.279
2 Suku Jawa 76 -
Jumlah 327 1.279
E. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Muaro Mensao
Tabel 8. Jumlah Tempat Pendidikan74
NO Nama Jumlah Gedung Jumlah Guru Jumlah Murid
1 TK 1 3 18
2 SD 2 20 212
3 MTs 1 6 -
Jumlah 4 29 230
Tabel 9. Jumlah Tenaga Medis di Desa Muara Mensao75
No Tenaga Medis Jumlah
1 Dokter -
72
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 73
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 74
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 75
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021
37
2 Bidan 1
3 Mantri -
4 Dukun Bayi 4
5 Dukun Biasa 6
Jumlah 11
Tabel 10. Rumah Ibadah di Desa Muaro Mensao76
No Nama Kegiatan Status Jumlah Pendapatan Rata-rata
1 Persawahan Tetap - Tidak tetap
2 Perladangan Musiman - Tidak tetap
3 Pedagang Tetap 32 Rp. 1.000.000,-
4 Perkebunan sawit Tetap - -
5 Perkebunan karet Tetap - -
6 Peternakan Tetap - -
7 Pegawai Tetap 12 Rp. 2.000.000,-
8 Buruh tani - 84 Rp. 500.000,-
9 Tukang Tetap 10 Rp. 1.000.000,-
76
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021
38
Tabel 11. Tempat Olahraga77
No Nama Jumlah Keterangan
1 Lapangan Sepakbola 2 Bagus
2 Lapangan futsal 1 Bagus
3 Lapangan bulu tangkis 1 Bagus
4 Lapangan volly 2 Bagus
5 Lapangan tenis meja 1 Bagus
Jumlah 7
F. Infrastruktur Pendukung
1. Jaringan Jalan
Sarana transportasi atau akses jalan di Desa Muara Mensao cukup baik
untuk bisa mengakses semua dusun, dan memang masih banyak di beberapa
titik jalan yang berlobang namun masih bisa untuk dilewati oleh kendaraan
baik itu sepeda motor atupun mobil.78
2. Kondisi Sungai
Aliran sungai di Desa Muara Mensao ada dua, yang pertama aliran
sungai Batatang Limun dan aliran Sungai Batang Sao. Namun kondisi air di
kedua sungai tersebut sungguh memprihatinkan, airnya tidak layak untuk
dikonsumsi baik untuk air minum ataupun dijadikan untuk mandi.
Dikarenakan air tersebut telah tercemar oleh limbah penambangan peti illegal
(Dompeng) sehingga warna air tersebut berwarna kuning kehitaman.79
3. Kondisi dan Fungsi Jalan
Kondisi jalan poros desa yang menjadi penghubung dari dan kedalam
atau keluar desa dalam kondisi baik. Namun banyak juga kondisi jalannya
77
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 78
Kepala Desa Muaro Mensao, wawancara, tanggal 09 Maret 2021 79
KAUR Pembangunan Desa Mensao, Hamali, wawancara, 10 Maret 2021
39
mengalami kerusakan dan kondisi jalan yang berlobang dikarenakan seringnya
mobil-mobil Perusahaan yang melintas membawa muatan barang sehingga
tambah rusaknya jalan di Desa Muara Mensao dan sampai sekarang belum
adanya respon dari pemerintah untuk infrastruktur dan apalagi jalan tersebut
kurang perawatan. Namun jalan tersebut masih tergolong bisa untuk dilewati
baik bagi kendaraan roda dua ataupun roda empat. Jalan di Desa Muara
Mensao menjadi penghubung ke Desa Sungai Dingin, Limun, Bukit Bulan.
Jika kondisi jalan rusak ataupun tidak ada tentunya ini akan menjadi
penghambatak sesi interaksi sosial budaya dan ekonomi masyarakat, baik
masyaraka tsetempat atau masyarakat diluar dusun.80
4. Keadaan Transportasi
Transportasi yang masuk ke desa adalah angkutan transportasi darat,
pemamfaatan transportasi darat ini dulu banyak digunakan oleh masyarakat
sekitar untuk menuju ke Desa lain, kecamatan ataupun kabupaten, baik dalam
wilayah kabupaten Sarolangun atau daerah sekitarnya dalam Desa itu sendiri.
Namun pada saat ini sudah kurang diminati oleh masyarakat
dikarenakan masyarakat sudah mempunyai kendaraan sendiri sehingga
memudahkan masyarakat untuk bepergian.81
80
Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 81
KAUR Pemerintahan Desa Mensao, wawancara, 20 Maret 2021
40
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas Liar di Desa Muaro
Mensao
Menurut Andi Hamzah, istilah penegak hukum sering disalah
artikan,seakan-akan hanya bergerak dibidang hukum pidana atau hanya dibidang
represif. Istilah penegakan hukum disini meliputi, baik yang represif maupun
preventif.1 Sedangkan menurut Sudarto memberi arti penegakan hukum ialah
perhatian dan penggarapan, baik perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang
sungguh-sungguh terjadi (onrecht in actu) maupun perbuatan melawan hukum
yang mungkin akan terjadi (onrecht in potentie).82
Penerapan Hukum dalam perspektif yang diungkapkan oleh Putera Jaya
adalah: “Suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi
kenyataan. Keinginan-keinginan hukum adalah pikiran-pikiran badan pembuat
undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum.Sering kita
dengar dalam rangka penerapan hukum, istilah diskresi.Diskresi diperlukan
sebagai pelengkap asas legalitas, yaitu asashukum yang menyatakan bahwa setiap
tindakan atau perbuatan administrasi negara harus berdasarkan ketentuan undang-
undang.”83
Adapun yang dimaksud dengan konteks penegakan hukum adalah
merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh para penegak hukum yang ada di
lingkup pemerintahan Kabupaten Sarolangun, khususnya di Desa Muaro Mensao
sebagaimana tugasnya dalam rangka untuk menegakan suatu aturan hukum.
Pelaksanaan penegakan hukum oleh para penegak hukum tersebut diharapkan
masyarakat dapat mematuhi setiap aturan yang berlaku di sana sehingga para
pelaku oknum pemain dompeng dapat menyadari tindakannya sebagai perilaku
yang bertentangan dengan hukum positif.
82
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 134 83
Nyoman Serikat Putra Jaya, Beberapa Pemikiran Kearah Pengembangan Hukum
Pidana (Bandung: Aditya Bhakti, 2008), hlm. 135
41
Dalam hal pelaksanaan penegakan hukum terhadap kegiatan penambangan
ilegal di Desa Muaro Mensao. Pihak Kepolisian Resort Sarolangun telah
melakukan tiga tahapan proses penanganan sebagimana yang dikatakan oleh
Kasat Reskrim Polres Kabupaten Sarolangun (dalam wawancara pada tanggal 20
Maret 2021). Ketiga rangkaian penyadaran hukum dalam proses implementasi
tindak pidana penambangan ilegal atau yang dikenal sebagai domepeng di desa
tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Tahap Sosialisasi
Pada tahap ini, Pemerintah Desa Muaro Mensao dan Pemkab
Sarolangun dalam hal ini instansi-instansi terkait bekerja sama dengan pihak
Kepolisian dan TNI serta unsur terikait lainnya di desa tersebut, hal ini
dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar serta
memberikan penyuluhan, baik tentang aturan perundang-undangan yang
berhubungan pertambangan dan segala hal yang berkenaan dengan dompeng
illegal tersebut, maupun bagaimana tentang dampak daripada penambangan
ilegal dompeng tersebut bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat disekitar
tambang. Sosialisasi tersebut diberika kepada masyarakat di Desa Muaro
Mensao dan wilayah dusun-dusun yang ada disekitar lingkar lokasi
pertambangan tersebut beraada.84
Untuk menertibkan penambangan ilegal yang marak saat itu di
Kabupaten Sarolangun dan Desa Muaro Mensao, pada tanggal 21 Nopember
2020, sebagaimana diberitakan oleh beberapa media bahwasanya unsur
pemerintah kabupaten Sarolangun beserta TNI/Polri saling bekerjasama untuk
melakukan sosialisasi dan edukasi di Dusun Mensao (sekitar enam kilometer
dari lokasi penambangan) Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Dalam
sosialisasi itu, tampak hadir pula bapak Kepala Dinas pertambangan
Kabupaten Sarolangun, yang mana beliau juga telah memberikan pemahaman
edukatif kepada masyarakat terkait dampak penambangan yang dilakukan oleh
oknum masyarakat secara ilegal terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat sendiri sebab adanya senyawa merkuri yang bisa membahayakan
84
Observasi tanggal 10 Maret 2021
42
air sungai, apalagi masyarakat masih bergantung kepada sungai tersebut dalam
aktivitas mencuci dan sebagainya.85
Di dalam kesempatan yang lainnya tampak pula bahwa pada tanggal
11 April 2020 TNI dan Polri di Desa Muaro Mensao mereka melakukan
sosialisasi bahaya merkuri yaitu senyawa kimiawi terhadap kesehatan
masyarakat di pertambangan illegal yang ada disekitar kawasan lingkungan
rumah warga desa Muaro Mensao. Kegiatan sosialisasi edukatif ini merupakan
kerja sama Koramil 1502-07/Limun dengan Polsek Limun yang dipimpin oleh
Danramil 1502-07 Mensao, Sosialisasi ini diikuti setidaknya oleh kurang lebih
500 orang penambang yang biasa berburu cinabar di tempat tersebut.86
Dalam sosialisasi tersebut, Bapak Danramil menyampaikan beberpa
poin diantaranya: “amanat Pangdam XVI Pattimura yang pada dasarnya tidak
melarang masyarakat untuk bekerja di tambang, namun hanya meminta
kesadaran masyarakat agar menumbuhkan kepedulian terhadap kerugian dari
tambang batu cinabar yang berdampak besar terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat”. Selain Danramil, Kapolsek Kecamatan Limun
menambahkan bahwa pihaknya tentunya tidak akan segan-segan akan tegas
memproses secara hukum terhadap pihak-pihak apabila masih ditemukan
oknum dompeng ini yang masih bandel dan tetap mengelola merkuri di tempat
tersebut.87
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dan diperkuat oleh hasil
wawancara, di dapat informasi bahwa pada masa itu, dari sosialisasi tersebut
terdapat hal yang menjadi catatan bahwa: “Baik Danramil maupun Kapolsek,
sama sekali tidak menyinggung soal UU No. 4 Tahun 2009 tentang
penambangan, yang memuat aturan-aturan tentang teknik dan prosedural yang
harus ditempuh oleh orang ataupun badan hukum yang hendak melakukan
penambangan harus berdasarkan izin dari pemerintah setempat dan tidak bisa
85
Kadus Mensao, Idris, wawancara, tanggal 09 Maret 2021 86
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 10 Maret 2021 87
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 21 Maret 2021
43
dilakukan secara sepihak saja dengan sewenang-wenang mengeksloitasi
lingkungan. Jika tidak, maka penambangan semacam itu tergolong ilegal.”88
Selain itu, pada tanggal 19 Mei 2020, Kodam bersama Polsek
Kecamatan Sarolangun menggelar kegiatan Sosialisasi Bahaya daripada
senywa Merkuri dari hasil diompeng tersebut. Kegiatan penyuluhan ini
dilakukan bertempat di Pos Satgas (Yonif 726/Limun) yang terletak di
Perbatasan Dusun Payo Rumbai dan Dusun Rantau Alai, Kabupaten
Sarolangun. Beberapa tujuan positif yang hendak dicapai melalui kegiatan ini
yaitu bertujuan melakukan sosialisasi sehingga muncullah gerakan masyarakat
Desa Muaro Mensao yang peduli hidup sehat kepada masyarakat khususnya
masyarakat Limun terutama soal dampak bahaya merkuri bagi lingkungan dan
kesehatan akibat limbah dari domepng tersebut.89
Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh di lapangan, di peroleh
keterangan bahwasanya: “Di dalam sosialisasi itu, Pangdam dalam amanat
tertulisnya menyebutkan merkuri atau yang juga disebut air raksa (Hg) adalah
salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam
batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan
organik. Merkuri yang ada di dalam tanah, air, dan udara relatif rendah.
Berbagai jenis aktivitas manusia yang dapat meningkatkan kadar merkuri
menjadi tinggi, misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan
merkuri sebanyak 10.000 ton per tahun. Pekerja yang mengalami kontak
dengan merkuri dapat menderita berbagai jenis penyakit yang membahayakan.
Efek dari dompeng ini lah yang kemudian menimbulkan merkuri.
Pembuangan merkuri terbesar berasal dari tambang emas rakyat lokal.
Contohnya penambangan emas illegal di Desa Muaro Mensao yang mencapai
6 Ton. Tentunya ini angka yang sangat besar sekali, dan membawa dampak
luas bagi masyrakat di sekitarnya.”90
Selain dari uraian di atas, diterangkan pula bahwasanya efek dari
merkuri tersebut. Salah satu informan yang menambahkan keterangan terkait
88
Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 22 Maret 2021 89
Kadus Payo RUmbai, Sarol, wawancara, tanggal 24 Maret 2021 90
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 29 Maret 2021
44
informasi bahaya merkuri ini adalah sebagai berikut: “Bahwa risiko bahaya
merkuri yang mengganggu kesehatan seperti penggunaan merkuri pada
kosmetika, kini terbukti berbahaya dan dilarang di berbagai negara. Merkuri
bersifat korosif pada kulit. Hal Ini berarti mengoleskan merkuri pada kulit
akan membuat lapisan kulit semakin menipis. Selain itu, merkuri juga berisiko
mengganggu berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru,
dan sistem kekebalan tubuh. Merkuri tidak hanya akan berdampak kepada
orang dewasa saja tetapi bayi dan anak merupakan golongan yang juga tidak
luput dari resiko dampak merkuri dan efek sampingnya. Sebagai contoh,
Pangdam mengatakan “Pencemaran lingkungan akibat merkuri pernah terjadi
di Kecamatan Limun banyak anak dibawah 3 tahun meninggal.”91
Dari pengamtan peneliti di lapangan tampak: “Bahwasanya jenis
kegiatan semacam sosialisasi di lokasi pertambangan ini memang melibatkan
bahyak pihak yang bertugas di lapangan, Tak ayal sering dijumpai adanya
kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara gabungan baik itu dari matra TNI,
Polri dan Pemda Kabupaten Sarolangun itu sendiri. Dalam kerja-kerja
sosialisasi yang dilakukan tersebut, biasanya di hadapan Pos TNI di
Kecamatan Limun, lebih menitikberatkan penekanannya pada persoalan
kesehatan, dan juga ada disinggun sedikit mengenai aturan-aturan hukum
terkait larangan penambangan tanpa izin berikut sanksi yang diterima. Jika
tidak diindahkan maka aka nada sanksi berat yang menunggu.”92
Baik sosialisasi yang dilakukan pemerintah Desa Muaro Mensao
bersama TNI/Polri di Dusun-dusun yang ada di Mearo Mensao maupun
sosialisasi yang dilakukan oleh Kodam di perbatasan yang baraada di lingkup
Kabupaten Sarolangun, sesungguhnya merupakan upaya persuasif dalam
rangka menertibkan masyarakat agar segala macam jenis pelanggatan terkait
penambangan emas diompeng yang dilakukan itu hendaknya disesuaikan
dengan prosedur hukum yang berlaku, baik terhadap perorang maupun
perusahaan. Ketika penambangan tidak dilakukan dengan aturan-aturan
91
Kepala Puskesmas Limun, Susanto, wawancara, tanggal 30 Maret 2021 92
Observasi tanggal 10 Maret 2021
45
hukum dan syarakat yang ketat, maka ijin tidak diberikan dan harus
diberangus dengan tegas.
Namun demikian, apabila masyarakat tambangan yang jujur dalam
operasionalisasi ijin tambangnya, maka merka akan dilayani dengan
dilindingui dalam menjalankan bisnis tersebut. Hal ini senada dengan apa
yang diungkapkan oleh salah seorang informan kepadap peneliti: “Jika
penambangan yang dilakukan masyarakat itu berdasarkan prosedur yang benar
yakni dengan memiliki izin resmi, maka dari sisi legalitas, mereka terlindungi
hukum. Di samping itu. dengan prosedur yang benar juga maka upaya
menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat Desa Muar Mensao khusunya
menjadi terjamin.”93
2. Tahap Pencegahan (Preventif)
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa tahapan
pencegahan dilakukan setelah tahap sosiliasi dilakukan kepada masaarakat di
sekitar kawasan Kabupaten Saroangun, khususnya di kawasan Muaro Mensao.
Beberapa hal yang dilakukan pada tahapan pencegahan ini antara lain adalah
dengan melaksanakan patrol secara kontinyu dan berkala. Informasi ini
dijealaskan sebagai berikut:
“Pada tahap ini, pihak Polres Sarolanung dan jajaran serta stakeholder
terkait akan melakukan patroli dan pengawasan terhadap setiap
aktifitas pertambangan di lokasi tersebut. Patroli yang dilakukan tidak
terjadwal, sehingga kapan saja mereka bisa terjun ke lokasi
pertambangan. Hal itu dimaksudkan agar anggota masyarakat yang
bermaksud untuk melakukan aktifitas penambangan ilegal dengan
sendirinya akan tercegah, manakala mereka mengetahui bahwa pihak
Kepolisian selalu melakukan patroli di lokasi yang menjadi titik titik
yang potensial dilakukannya kegiatan domepeng tersebut. Informasi
titik-titik tersebut dilakukan melalui operasi intelijen dan tindakan
pengamatan terukur dari para petugas penegakan hukum di wilayah
tersebut dengan melibatkan unsur pemerintahan desa. Hal yang sama
juga dilakukan oleh Polsek Kecamatan Limun yang melakukan patroli
secara bergantian dengan Polsek Limun misalnya.”94
93
Anggota Kapolsek Limun, Alias, wawancara, tanggal 31 Maret 2021 94
Anggota Kapolsek Limun, Alias, wawancara, tanggal 31 Maret 2021
46
Berdasarkan adanya informasi wawancara di atas, maka dapat
diketahui bahwasanya dengan adanya atau dilaksanakannya patroli rutin yang
dilakukan oleh pihak Kepolisian serta melibatkan intansi terkait di lokasi
pertambangan tersebut, peneliti mengamati bahawasanya terdapat efek yang
positif. Hal ini ditandai dengan adanya fenomena secara berangsur-angsur,
anggota masyarakat di sekitar lingkar pertambangan tersebut khususnya di
Desa Muaro Mensao semakin sadar dan banyak di antara mereka tidak akan
melakukan kegiatan penambangan lagi.95
Setelah tahapan sosialisasi dan
tahapan pencegahan dilakukan, maka untuk mengatasi kegiatan dompeng
tersebut, maka dilanjutkan dengan kegiatan penindakan. Adapun
penjelasannya adalah sebagai mana paragraph di bawah ini.
3. Tahap Penindakan (Represif)
Setelah pihak Pemerintah Kabupaten Sarolangun yang dibantu oleh
pihak Kepolisian dan TNI melakukan dua tahap sebelumnya, yaitu tahap
sosialisasi dan tahap pencegahan, maka pada tahap yang ketiga ini dilakukan
penindakan hukum. Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan ini antara
laon adalah sebagai berikut:
“Pada tahap ke tiga ini penindakan dilakukan dalam dua bentuk,
Pertama: Pemerintah Kabupaten Sarolanung bersama dengan Kepolisian dan
TNI melakukan penutupan terhadap semua penambangan yang dilakukan oleh
masyarakat di lokasi pertambangan dompeng yang meresakan masyrakat
lainnya. Yang Kedua: Pihak Kepolisisan melakukan proses hukum atas para
pelaku tindak pidana penambangan ilegal yang masih melakukan kegiatan,
baik dalam bentuk penambangan, transaksi jual beli, pengolahan, ataupun
pengiriman material emas tersebut keluar daerah.”96
Lebih jelas kedua penindakan itu dapat diuraikan sebagaimana yang
dikutip dari adanya pemberitan dari salah seorang informan sebagai berikut:
“Pertama: Pada tanggal 08 Desember 2020, Pemerintah Sarolangun
bersama dengan gabungan Polres, koramil 1502/07, Satuan Brimob
Kompi II, Satpol PP Lingkup Kabupaten Sarolangun, yang dipimpin
95
Observasi tanggal 09 Maret 2021 96
Observasi tanggal 09 Maret 2021
47
langsung oleh Kapolres AKBP Agus Setiawan SIK dan didampingi
oleh Sekda, Kepala Dinas KesBangPol, Kasat Satpol PP, Dan Ramil,
Kapten, Komandan Brimob, Perwira Penghubung serta anggota
Personil Gabungan yang berjumlah 126 orang menertibkan penambang
dompeng di areal tambang di desa Muaro Mensao.”97
Untuk memudahkan aktivitas penindakan tersebut, maka strategi yang
diambil oleh pemangku kebijakan adanya dengan membuat dua tim yang akan
bekerjasama. Berikut ini keterangan beliau:
“Kegiatan penertiban tersebut dibagi dalam 2 (dua) tim yaitu tim A dan
Tim B; Tim A diarahkan untuk menyisir dan menertibkan areal
tambang emas liar tak berijin (PETI), dan tim B diarahkan untuk
menyisir dan menertibkan areal di bagian hulu; Semua tenda para
penambang dibersihkan dari gunung tersebut dan semua permukaan
lubang galian ditutup agar orang tidak boleh masuk melakukan
aktifitas penambangan lagi.”98
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sarolangun mengatakan bahwa:
“Penyisiran tambang emas illegal atau dompeng di Desa Muaro Mensao,
Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun itu merupakan maklumat atau
perintah langsung dari Gubernur Jambi, Kapolda Jambi, dan Pangdam XVIII
dengan nomor surat 544-45/2017, 1030/XI/2017 dan MAK/01/XI/2017 yang
berbunyi bahwa untuk segera menertibkan pertambangan mineral logam yang
mengandung merkuri, air raksa dan emas. Penertiban tambang emas dengan
domepng dilakukan setelah dilakukan musyawarah antara pemerintah
kabupaten Sarolangun dengan tokoh masyarakat dari berbagai dusun yang ada
di Muaro Mensao.”99
Informasi teknis yang peneliti peroleh dalam kontek penyisiran ini
disampaikan oleh salah seorang informan sebagai berikut:
“Dalam penyisiran dan penertiban tersebut terdapat 2 (dua) orang
tokoh masyarakat yang turut membantu tim di lapangan yaitu Dedi dan
Alias. Penertiban atau penyisiran tambang ilegal ini dilakukan selama
3 hari sebab kayu yang digunakan masyarakat penambang–untuk
menyangga dinding ataupun atap lubang merupakan kayu yang keras.
Jadi butuh tenaga yang ekstra. Selain itu barang-barang warga
97
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 02 Februari 2021 98
Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 03 Februari 2021 99
Tokoh Masyarakat, Bos Mali, wawancara, tanggal 09 Maret 2021
48
penambang yang masih tertinggal di areal tersebut akan di tampung
dan dikembalikan kepada pemiliknya.”100
Berdasarkan informasi yang diperoleh di atas dapatlah dikatakan
bahwasanya menurut Sekda, penindakan ini diambil dengan tegas agar ada
efek jera bagi oknum nakal yang masih nekad untuk melakukan akivitas
dompeng emas ini. Berikut penuturan beliau:
“Pemerintah Kabupaten Sarolangun melakukan tindakan tersebut
semata-mata untuk mencegah warga Desa Muaro Mensao khususnya
yang menambang agar tidak terkena dampak penambangan disebabkan
oleh bahan kimia yang berbahaya yaitu merkuri, serta meneruskan
perintah presiden Indonesia untuk tertibkan tambang yang berbahaya
dan bersifat ilegal tersebut. Lebih lanjut kata Sekda, bahwa stelah
penyisiran dan pembersihan dilakukan, akan dilakukan penghijauan
kembali agar areal dompeng tersebut kembali stabil seperti sedia
kala.”101
Berdasarkan keterangan wawancara di atas diketahui tujuan dari
kegiatan penindakan adalah untuk mencegah terjadinya kegiatan dompeng liar
lagi. Namun demikian pasca kegiatan penindakan maka akan diteruskan
dengan kegiatan yang selanjutnya yaitu sebgai berikut:
“Jika pada dua tahapan sebelumnya, masih ada oknum-oknum anggota
masyarakat yang melakukan penambangan, pengolahan, perdagangan
dan sebagainya, maka terhadap yang bersangkutan masih diberi
pembinaan. Namun jika pelanggaran hukum terkait dengan
penambangan ilegal dilakukan setelah tahapan penindakan hukum ini,
maka siapapun jika tertangkap basah melakukan tindak pidana
penambangan dan berbagai hal yang terkait dengannya, maka Polisi
akan mengambil tindakan tegas terhadap yang bersangkutan.”102
Setelah dilakukan penindakan secara represif oleh Polsek Limun, pada
tahap ke tiga ini, ternyata masih ada sejumlah kasus tindak pidana
penambangan dompeng emas liar dilakukan oleh sejumlah oknum anggota
masyarakat. Kasus-kasus yang berhasil peneliti peroleh informasinya di
lapangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
100
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 09 Februari 2021 101
Staff Sekda Kabupaten Sarolangun, wawancara, 20 Februari 2021 102
Anggota Kapolsek Limun, wawancara, 21 Februari 2021
49
a. Kasus I
Kasus I adalah kasus yang terjadi pada 29 Oktober 2020. Berikut
ini keterangan lengkap mengenai kasus tersebut:
“Adanya orang yang masih melakukan penambangan illegal emas.
Pada tanggal 29 Oktober, Aparat kepolisian meringkus Bambang alias
(umur 28 tahun) bersama Rumles alias Mama Jena (umur 54 tahun).
Mereka berdua diduga melakukan tindak pidana penambangan dompeng di
Kabupaten Sarolangun tanpa izin. Kedua pelaku yang sudah ditahan sejak
Senin, (29/10/ 2020) itu, kemudian menjalani pemeriksaan intensif di
Polda Jambi." Kedua pelaku pada saat diamankan, polisi menemukan
barang bukti berupa alat-alat dompeng, satu unit mobil pick up berwarna
putih nomor, serta satu unit mesin blower berwarna hijau. Polisi juga
menyita satu buah alat menimbang emas. Pelaku beserta barang bukti
dibawa ke polres sarolangun untuk dilakukan proses pemeriksaan lebih
lanjut. Menurut Kabid Humas, kedua pelaku dijadikan tersangka karena
diduga telah melanggar pasal 158 dan atau pasal 161 Undang-Undang RI
No 4 Tahun 2009.”103
b. Kasus II
Kasus yang kedua ini adalah kejadian yang terjadi pada tahun 2018
yang lalu. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
“Dalam kasus yang kedua, penulis kutip dari kabar timur news.
terdapat empat penambang emas ilegal yang diringkus aparat Kepolisian
Resor (Polres) Sarolangun. Keempat penambang ilegal tersebut ditangkap
pada tanggal 30 Oktober 2018. Penangkapan itu dipimpin Kasat Reskrim
dan anggota Opsnal Satreskrim,” ungkap Kapolres Kabupaten Sarolangun.
Menurutnya, penggerebekan di lokasi penambangan dilakukan setelah
polisi mendapat informasi dari masyarakat.”104
103
Anggota Kapolsek Limun, Alias, wawancara, tanggal 21 Maret 2021 104
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 23 Maret 2021
50
c. Kasus III
Sedangkan kasusu yang ketiga ini terjadi pada tahun 2019 dimana
keterangan lengkap mengenai kejadian ini adalah sebgai berikut:
“Kasus transaksi jual beli material batu cinabar antara pedagang
pengumpul dengan pemilik material. Transaksi tersebut dilakukan antara
Abdurahman Siauta sebagai pembeli sedang penjual terdiri atas tiga orang
penambang yang hendak menimbang emas. Saat tim bergerak untuk
menangkap saudara Rahman Siauta saat itulah tim mendapati tiga orang
sedang membawa emas dengan berat 0,19 gram. Selain Abdurahman
Siauta, empat warga lainnya yang ikut digelandang ke Polres Sarolangun.
Dalam kaitannya dengan kasus itu, Ohoirat mengungkapkan, 3 (tiga)
warga yang ditangkap lebih dahulu adalah mereka kedapatan membawa
tiga alat tambang. Dari penangkapan itu, polisi kemudian melakukan
pengembangan dan akhirnya menangkapnya di rumah warga. Saat ini
kelima pelaku telah berada di Kantor Polres Sarolangun. Mereka dibawa
beserta barang bukti lainnya.”105
d. Kasus IV
Sedanakan selanjutnya yaitu kasus yang keempat, dimana pada
kejadian ini yang terjadi adalah:
“Terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan penyulingan Batu
Cinabar menjadi Mercuri. Di Dusun Telaga Ratu, Desa Kairatu, terjadi
kasus penyulingan Batu Cinabar menjadi mercuri atau air raksa. Setelah
pihak Kepolisian mendapatkan informasi dari masyarakat tentang kegiatan
tersebut, polisi segera melakukan penggerebekan satu rumah yang
dijadikan pabrik penyulingan batu cinabar di Dusun Talaga Ratu, Desa
Kairatu, Selasa (23/1/2018). Dalam penggerebekan itu, polisi menangkap
lima orang warga yang sedang melakukan aktivitas penyulingan bahan
baku merkuri.”106
105
Anggota Satreskrim Polres Sarolangun, Wahid, wawancara, tanggal 09 Februari 2021 106
Anggota Satreskrim Polres Sarolangun, Wahid, wawancara, tanggal 09 Februari 2021
51
e. Kasus V
Berikutnya yaitu kasus kelima yang terhadi pada tahun 2018 silam
keterangan lengkap mengenai kasus ini adalah sebagai berikut:
“Dalam kasus yang lain terdapat seorang pengusaha yang menjadi
penyandang dana bagi upaya pembelian dan pengiriman peralatan
tambang ilegal ke luar Kabupaten untuk digunakan di Provinsi lain. Kasus
dimaksud adalah adanya tujuh orang tersangka yang kini telah diamankan
di rutan Ditreskrimum Polda Jambi. Penyidik Subdit 1 Ditreskrimum
Polda Jambi menetapkan R.S alias R, Warga Desa Muaro Mensao,
Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, sebagai
tersangka utama dalam kasus tersebut teregistrasi dalam laporan polisi,
nomor: LP-A 135/III/2018/Ditreskrimum Jambi. Peranan R.S alias R
dalam kasus itu adalah karena yang bersangkutan diketahui berperan
sebagai penyandang dana untuk membiayai peredaran dompeng yang
diangkut dengan armada jalur sungai dan darat.”107
Para pelaku dari lima jenis tindakan pidana tersebut setelah
ditangkap selanjutnya dilakukan introgasi pendalaman oleh pihak berwajib
dalam hal ini pihak kepolisian Kabupaten Sarolangun untuk dilakukan
proses hukum lebih lanjut. Mereka diduga kuat telah melakukan tindak
pidana sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 4 tahun 2009,
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pasal (58) dan (61). Di
dalam pasal 58 ini disebutkan bahwa:
“Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa Izin
Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR) atau
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp. 10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah).”108
Bahwa perbuatan yang dilarang dalam ketentuan pasal di atas pada
dasarnya terkait dengan pelanggaran administratif berupa tidak adanya
IUP, IPR, atau IUPK dalam melakukan usaha penambangan. Karena itu,
107
Anggota TNI Korem, Wandi, wawancara, tanggal 10 Februari 2021 108
UU Nomor 4 Tahun 2009 pasal 58
52
penambangan yang demikian disebut penambangan ilegal. Oleh karena itu,
kepada yang bersangkutan dikenakan sanksi tindak pidana sebagaimana
termaktub dalam pasal tersebut di atas.
Mengenai kasus-kasus yang lain, maka perbuatan-perbuatan
tersebut termasuk tindak pidana yang diancam dengan pasal 61 UU No. 4
Tahun 2009 terkait dengan “Menampung, Memanfaatkan, Melakukan
Pengolahan dan Pemurnian, Pengangkutan, Penjualan Mineral dan
Batubara yang bukan dari Pemegang IUP atau IUPK”. Lebih jelas
rumusan delik dalam pasal 161 itu menyatakan sebagai berikut:
“Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi yang
menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang
bukan dari pemegang IUP, IUPK, atau izin sebagaimana dimaksud
dalam pasal 37, pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 48, Pasal
67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), Pasal 81 ayat (2), Pasal 104 ayat (3)
atau Pasal 105 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”109
Perbuatan yang dilarang dalam pasal tersebut sebagaimana disebutkan
oleh Mahrus Ali dan Ayu Izza Elvany (2014: 70) adalah menampung,
memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan.
Sedangkan objeknya adalah mineral dan batubara.
Sehubungan dengan adanya diskresi Joseph Goldstein menawarkan
konsep dalam law enforcement, yaitu : Total enforcement merupakan ruang
lingkup penegakan hukum pidana, sebagaimana diharapkan dan dirumuskan
oleh hukum pidana materil (substantive law of crimes), yang tidak mungkin
diwujudkan karena keterbatasan gerak penegak hukum disebabkan adanya
pembatasan secara ketat oleh hukum acara pidana yang mencakup aturan atau
tata cara penangkapan, penggeledahan, penahanan, penyitaan, sampai pada
tahap pemeriksaan pendahuluan, atau mungkin juga pembatasan oleh hukum
109
UU Nomor 4 Tahun 2009 pasal 61
53
pidana materil itu sendiri, yang menentukan bahwa suatu tindak pidana hanya
dapat dituntut berdasarkan pengaduan.110
Penegakan hukum full enforcement, para penegak hukum diharapkan
menegakkan hukum secara maksimal. Penegakan hukum secara full
enforcement ini, menurut Joseph Goldstein, merupakan harapan yang tidak
realistis, terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaannya berupa batasan
waktu, personel, alat-alat investigasi, dana dan sebagainya. Kegiatan usaha
penambangan dapat dilaksanakan setelah diberikan izin usaha pertambangan
oleh:111
1. Bupati atau Walikota apabila wilayah izin usaha pertambangan berada di
dalam satu wilayah kabupaten atau kota dan izin usaha pertambangan.
2. Gubernur apabila wilayah izin usaha pertambangan berada pada lintas
wilayah kabupaten atau kota dalam 1 (satu) Provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari Bupati atau Walikota setempat;
3. Menteri apabila wilayah izin usaha pertamabangan berada pada lintas
wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan
Bupati atau Walikotasetempat sesuai dengan ketentua peraturan
perundang-undangan.
Kegiatan usaha penambangan dilakukan tanpa izin yang terjadi di
Gunung Pongkor Kabupaten Bogor ini dapat dikenakan pidana sebagaimana
tertuang pada ketentuan pidana Pasal 158 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
menyatakan bahwa:
“Setiap orang yang melakukan usah penambangan tanpa Izin Usaha
Pertambangan, Izin Pertambangan Rakyat, Izin Usaha Pertambangan
Khusus sebagaimnana dimaksud dalam pasal 37, Pasal 40 ayat (3),
Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
10.000.000.000,00- (sepuluh miliar rupiah).”112
110
Ibid., hlm. 136 111
KAUR Pemerintahan, Samson, wawancara, tanggal 09 Maret 2021 112
UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 158
54
Dalam Pearturan Daearah Kabupaten Bogor tertuang pada ketentuan
pidana Pasal 42 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Pertambangan Umum, Menyatakan bahwa:
“Setiap orang, baik perorangan maupun badan yang melanggar
ketentuan Pasal 5, 29, dan 33 huruf c, d, e, f, j, m diancam pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah)”113
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, hukum pidana secara ideal
menjamin ketertiban dengan memuat ketentuan larangan terhadap perbuatan-
perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dapat diancam dengan
hukuman atas pelanggaran larangan tersebut, dan mengatur pertanggung
jawaban terhadap hukum pidana/siapa yang dapat dihukum serta menentukan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang.
Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia lembaga Kepolisian
merupakan lembaga pertama yang berkewajiban melaksanakan penegakan
hukum.Namun dalam pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh
pihak Kepolisian ataupun penegak hukum lainnya sering kali mengalami
kendala. Menurut Soerjono Soekanto ada lima unsur atau faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum itu.
Penerapan sanksi terhadap penambang emas secara ilegal atau para
gurandil di Gunung Pongkor dapat di pidana, selain merugikan negara para
pelaku tersebut juga merugikan pihak pengelola tambang emas tersebut, juga
para pelaku penambang emas tersebut tidak memenuhi standar keselematan
kerja yang ditetapkan oleh aturan yang ada sehingga dapat menyebabkan
kecelakan/kematian seperti yang tertuang pada Pasal 98 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa:
“Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
113
UU Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 42
55
tahun dan denda paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).”114
Permasalahan lain yang timbul selain dari kerugian antara lain adalah
pencemaran lingkungan dan menghasilkan limbah B3 yang dilakukan oleh
para penambang emas illegal dengan tidak adanya peralatan yang memadai
untuk mengurai pasca tambang yang dilakukan oleh para penambang emas
ilegal tersebut hal ini dituangkan pada Pasal 103 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menyatakan, bahwa:
“Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan
pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”115
Penerapan sanksi pidana dalam penambangan emas ilegal selain dari
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Pengelolaan Usaha Penambangan Umum, sanksi dari Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup juga berlaku terhadap para pelaku penambangan emas
ilegal yang melakukan kegiatan penambangan liar yang tidak sesuai peraturan
dan diskresi yang ada.
B. Hambatan Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas Liar di Desa
Muaro Mensao
Penambangan emas ilegal di Kabupaten Sarolangun merupakan
permasalahan antara kelangsungan hidup hari ini dan masa depan lingkungan
untuk generasi di masa yang akan datang. Penambangan emas ilegal ini bukan
saja merusak lingkungan di Kabupaten Sarolangun tetapi kegiatan penambangan
emas ilegal ini juga telah merusak moral masyarakat terutama generasi muda
114
UU Nomor 32 Tahun 2009 pasal 98 ayat 3 115
UU Nomor 32 Tahun 2009 pasal 98 ayat 103
56
Kabupaten sarolangunr. Jadi, sudah seharusnya kegiatan penambangan emas
ilegal ini diberantas demi kemakmuran seluruh masyarakat Kabupaten
Sarolangun, khususnya di Desa Muaro Mensao. Namun, pemberantasan tambang
emas ilegal ini tak semudah membalikkan telapak tangan.
Kepolisian Kota Bogor sebagai lembaga penegak hukum yang mempunyai
wewenang untuk bertindak memberantas kegiatan tambang emas ilegal yang
terjadi di Kabupaten Sarolangun menghadapi banyak kendala dalam
melaksanakan penegakan hukum terhadap para pelaku penambangan emas ilegal
tersebut. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak Polres Kabupaten
Sarolangun dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap para pelaku kegiatan
tambang emas illegal tersebut, antara lain:
1. Rendahnya Kesadaran Hukum Masyarakat
Menurut Ewick dan Silbey: “Kesadaran Hukum” mengacu ke cara-
cara dimana orang-orang memahami hukum dan intitusi institusi hukum, yaitu
pemahaman-pemahaman yang memberikan makna kepada pengalaman dan
tindakan orangorang.116
Bagi Ewick dan Silbey, “kesadaran hukum” terbentuk
dalam tindakan dan karenannya merupakan persoalan praktik untuk dikaji
secara empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan “hukum
sebagai perilaku”, dan bukan “hukum sebagai aturan norma atau asas.”117
Kesadaran hukum dalam masyarakat belumlah merupakan proses sekali jadi,
melainkan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi tahap demi tahap,
kesadaran hukum masyarakat sangat berpengaruh terhadap kepatuhan hukum,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor yang
mempengarui kurangnya kesadaran hukum masyarakat adalah:118
a. Ketidak pastian hukum;
b. Peraturan-peraturan bersifat statis;
c. Tidak efisiennya cara-cara masyarakat untuk mempertahankan
peraturan yang berlaku.
116
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan termasuk Interpretasi
Undang-undang (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 510 117
Ibid., hlm. 511 118
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 112
57
Dalam tindak pidana penambangan emas ilegal yang terjadi di wilayah
Kabupaten Sarolangun sebagian masyarakat yang menjadi pelaku tidak lagi
menghiraukan setiap aturan yang wajib untuk dipatuhi. Hal ini disebabkan
karena masyarakat Kabupaten Sarolangun yang menjadi pelaku penambangan
emas ilegal sudah menjadikan kegiatan ini sebagai rutinitas, bukan lagi
sebagai pekerjaan alternatif. Sebagian masyarakat yang menjadi pelaku
penambangan emas ilegal memilih pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama
karena dapat memberikan finansial yang layak, meskipun aktivitas yang
mereka lakukan tersebut mereka sadari akan menimbulkan dampak negatif
yang sangat luas baik terhadap lingkungan maupun moral masyarakat di areal
tambang. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat Kabupaten Sarolangun
terhadap tindak pidana penambangan emas ilegal ini juga disebabkan oleh
adanya oknum yang tidak bertanggung jawab yang ikut terlibat dalam
kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.119
2. Adanya Backup Oknum Aparat
Berdasarkan pengamatan penulis melihat para pelaku penambangan
emas ilegal ini di back-up oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
seperti oknum penegak hukum dan oknum pemerintah. Para pelaku
penambangan sering mendapatkanbocoran informasi razia dari oknum polisi
itu sendiri. Jika para pelaku sudah mendapatkan bocoran informasi akan
dilakukannya razia oleh polisi maka para pelaku akan secepat mungkin untuk
menyembunyikan alat-alat tambang yang mereka gunakan. Seharusnya,
kepolisian yang menjadi lini terdepan dalam penegakan hukum dapat
memberikan pengetahuan serta pemahaman tentang hukum agar terwujud
masyarakat yang sadar dan taat akan hukum.120
Demikian pula dengan adanya kesadaran hukum baik aparatur penegak
hukum maupun masyarakat, maka akan tercipta pula kesdaran akan
lingkungan mengingat emas merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan harus dikelola dengan baik demi mencapai tujuan yang
119
Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 10 Maret 2021 120
Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 20 Maret 2021
58
diharapkan yaitu Sustainable Development (pembangunan berkelanjutan).
Menurut penulis terlaksananya efektivitas penegakan hukum yang dilakukan
oleh pihak kepolisian hendaknya mendapat dukungan yang bersifat kooperatif
dari semua pihak, baik pihak pemerintah.Namun dalam kenyataannya, fakta
yang penulis temukan dilapangan antara aparatur penegak hukum, aparatur
pemerintahan dan tokoh masyarakat belum tercipta suatu koordinasi yang
kooperatif dalam pemberantasan penambangan emas ilegal ini.121
3. Kurangnya Peran Masyarakat Dalam Membantu Aparat Kepolisian
Masyarakat adalah faktor terpenting dalam penegakan penambangan
emas liar. Akan tetapi masyarakat juga dapat menjadi faktor pengahambat
dalam melakukan penegakan. Ada beberapa faktor penghambat yang berasal
dari masyarakat, yaitu: adanya fenomena masyarakat yang acuh terhadap
peran masyarakat di dalam membantu aparat kepolisian.122
4. Kurangnya peran Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Perangkat Desa
Dalam hal ini tokoh masyarakat dan unsur terkait untuk
melarangmasyarakat untuk melakukanaktifitas penambangan emas liar.123
5. Kurangnya Pemahaman Masyarakat
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang peraturan yang melarang
akan penambangan emas tanpa izin khususnya Undang-Undang Mineral dan
Batubara Menurut analisa penulis, dengan adanya hambatan yang dialami oleh
masyarakat sekitaran tambang, maka dapat mempengaruhi jalannya
penyidikan. Masyarakat tidak mengetahui apa dampak negative yang
ditimbulkan oleh penambangan emas liar ini. Kurangnya Koordinasi Antara
Pihak Kepolisian Dengan Dinas Pertambangan. Kerjasama antara apparat
kepolisian dengan Dinas pertambangan sangat diperlukan untuk melaksanakan
penegakan hukum terhadap penambang emas liar ini.124
121
Polisi, Bapak, Wawancara, Tanggal 19 Maret 2021 122
Observasi tanggal 10 Februari 2021 123
Observasi tanggal 11 Februari 2021 124
Tokoh Masyarakat, Bos Mali, wawancara, tanggal 09 Maret 2021
59
Kurang nya kejasama antara aparat kepolisian Dinas Pertambangan
dikarenakan dalam melakukan penegakan masing-masing instansi tidak saling
berkoordinasi dan hanya jalan sendiri-senidri dalam melakukan penegakan.125
6. Kurangnya Sarana, Fasilitas Dan Peralatan Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Pertambangan Emas Liar
Faktor tersebut meliputi kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh
Kepolisian Sektor Kabupaten Ssarolangun sehingga menyulitkan aparat
Kepolisian melakukan patrol pada sekitaran daerah yang rawan akan
penambangan emas liar.126
C. Upaya Mengatasi Hambatan Penegakan Hukum Pelaku Penambangan
Emas Liar di Desa Muaro Mensao
Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi dalam menangani tindak
pidana penambangan emas ilegal di atas, maka ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Upaya untuk Edukasi Masyarakat
Masalah kesadaran hukum warga masyarakat sebenarnya menyangkut
faktor-faktor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dipahami,
ditaati, dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu
ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya lebih rendah dari mereka
yang memahami hukum.127
Soerjono Soekanto, mengemukakan empat
indikator kesadaran hukum:
a. Pengetahuan tentang hukum;
b. Pemahaman tentang hukum;
c. Sikap terhadap hukum ;
d. Perilaku hukum.128
Sebagai hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara kesadaran
hukum dan ketaataan hukum maka beberapa literaur yang di ungkap oleh
125
Kadus Rantau Alai, Sarol, wawancara, tanggal 08 Februari 2021 126
Kadus Mensao, Idris, wawancara, tanggal 09 Februari 2021 127
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 66 128
Achmad Ali, Op.Cit., hlm. 301
60
beberapa pakar mengenai ketaatan hukum bersumber pada kesadaran hukum,
hal tersebut tercermin dua macam kesadaran, yaitu:129
a. Legal consciousness as within the law, kesadaran hukum sebagai
ketaatan hukum, berada dalam hukum, sesuai dengan aturan hukum
yang disadari atau dipahami;
b. Legal consciousness as against the law, kesadaran hukum dalam
wujudmenentang hukum atau melanggar hukum.
Didalam kenyataannya ketaatan terhadap hukum tidaklah sama dengan
ketaatan sosial lainnya, ketaatan hukum merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan dan apabila tidak dilaksanakan akan timbul sanksi, tidaklah
demikian dengan ketaatan sosial, ketaatan sosial manakala tidak dilaksanakan
atau dilakukan maka sanksisanksi sosial yang berlaku pada masyarakat inilah
yang menjadi penghakim. Tidaklah berlebihan bila ketaatan didalam hukum
cenderung dipaksakan. Ketaatan sendiri dapat dibedakan dalam tiga jenis:
a. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang menaati suatu
aturan, hanya karena takut terkena sanksi. Kelemahan ketaatan jenis
ini, karena membutuhkan pengawasan yang terus-menerus;
b. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang menaati
suatu aturan, hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain
menjadi rusak;
c. Ketaatan yang bersifat internalization, yatu jika seseorang menaati
suatu aturan, benar-benar karena merasa bahwa aturan itu sesuai
dengan nilainila intristik yang dianutnya.130
2. Memaksimalkan Kinerja Aparatur Hukum dan Stakeholder
Pihak Kepolisian harus berbenah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai lembaga penegak hukum.Kepoilisian dalam tugasnya
memberantas tindak pidana penambangan emas ilegal terus berupaya
meningkatkan kinerjanya agar bisa tercipta penegakan hukum seperti yang
diharapkan. Untuk mencegah dan atau mengurangi terjadinya prilaku
129
Ibid., hlm. 510 130
Staff Polsek, Bapak, wawancara, Tanggal 10 Maret 2021
61
menyimpang dari oknum-oknum yang tidak bertangggung jawab untuk
mencegah dan atau mengurangi prilaku menyimpang dari oknum pelaku
penambang emas illegal.131
131
Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 12 Maret 2021
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bab terdahulu, dapat disimpulkan beberapa hal
penting sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar
(dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten
Sarolangun menempuh tiga tahapan proses, yaitu: a) Pemerintahan
melakukan sosialisasi bersama dengan pihak kepolisian dan TNI terkait
dengan UU Nomor 4 Tahun 2009, khususnya pasal-pasal yang terkait
dengan pertambangan serta bahayanya terhadap lingkungan; b) Melakukan
patroli sebagai upaya preventif untuk mencegah dan memantau aktivitas
penambangan atau dompeng; c) Melakukan pendindakan pidana sebagai
bentuk upaya represif secara tegas kepada para pelaku dompeng tersebut.
2. Kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku
penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun yaitu ada enam hal sebagai berikut: a)
rendahnya kesadaran hukum pelaku/masyarakat; b) Adanya fenomena
kegiatan penambangan yang mendapatkan backup dari oknum aparat; c)
Kurangnya peran serta masyarakat dalam membantu aparat kepolisian; d)
Rendahnya peran serta tokoh adat, tokoh masyarakat, dan perangkat desa;
e) Rendahnya pemahaman masyarakat akan efek dari penambangan
illegal; f) Kurangnya fasilitas dan peralatan dalam pemberantasan tindak
pidana penambangan liar.
3. Upaya mengatasi kendala penegakan hukum terhadap pelaku
penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun yaitu dengan cara: a) Mengedukasi
masyarakat Muaro Mensao tentang bahaya dari penambangan illegal; b)
Memaksimalkan kinerja aparatur hukum dan stakeholder.
63
B. Saran
Berdasarkan pemarapan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan
beberapa saran konstruktif sebagai berikut:
1. Diharapkan stakeholder mengambil peran masing-masing di dalam
menjaga kelestarian alam dan mengatasi penambangan emas illegal
tersebut dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku secara tegas
dan adil.
2. Diharapkan pemerintah daerah Buru dapat membuat aturan khusus
mengenai pertambangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip
lingkungan dan hukum. Pemerintah daerah juga dapat mengeluarkan
berbagai peraturan yang lebih meningkatkan peran dan partisipasi
masyarakat adat yang ada di dalamnya.
3. Diharapkan Kepolisian dapat menambah jumlah personil aparat dalam
melakukan pengawasan serta operasi, agar dapat menjangkau keseluruhan
lokasi penambangan tersebut. Selain itu diharapkan Kepolisian dapat
melaksanakan patroli secara cepat dan lancar.
4. Diharapkan pemerintah daerah, maupun provinsi melakukan
pemberdayaan ekonomi kepada masyarakat tersebut, sehingga mereka
memiliki usaha yang dapat menopang kebutuhan rumah tangganya
sehingga masyarakat enggan untuk ikut kegiatan tambang ilegal.
C. Kata Penutup
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam karena atas petunjuk dan
Ridha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala usaha yang
maksimal, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang dihadapi
tetapi kesemuanya itu penulis anggap sebagai tantangan dalam meraih ilmu dan
kesuksesan.
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnan dan mungkin terdapat beberapa kekeliruan yang penulis tidak sadari
sewaktu dalam penulisan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang konstruktif dari seluruh pembaca guna penyempurnaan skripsi ini di masa
yang akan datang.
64
Semoga apa yang dihasilkan oleh peneliti pada hari ini menjadi suatu
ibadah dalam mensyukuri nikmat Allah SWT. Akhir kata, peneliti tutup dengan
ucpan shalawat dan salam serta pujian bagi Rasulullah SAW.
65
DAFTAR FUSTAKA
BUKU
Anonim. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2008
Aminudin, Ilmar S. Hukum Tata Pemerintahan, Jakarta: Prenada Media, 2014
Arief, N. Barda, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Kesatu,
Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti
Agustino, L. Dasar-dasar kebijakan publik (Edisi Revisi), Bandung: Alfabeta,
2016
Hayati, T. Era Baru Hukum Penambangan: Di Bawah Rezim UU No. 4 Tahun
2009, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, 2017
Kansil, C., & Kansil, S. Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
2008
Saebeni, Anhamd Saebeni. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia,
2008
Saleh, Roeslan Pikiran-pikiran tentang Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009
Salim, Hukum Penambangan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005
Soemitro, R. H. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982
Soejanto, A. Bimbingan Ke Arah Belajar Yang Sukses. Surabaya: Rineka Cipta,
1979
Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007
Subagyo, P. J. Metode Penelitian: Dalam teori dan praktek, Surabaya: Rineka
Cipta, 1991
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2014
66
Supramono, G. Hukum penambangan mineral dan batu bara di Indonesia,
Surabaya: Rineka Cipta, 2012
Una, S. Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi). Jambi: Syariah Press. 2014
Waluyo, B. Pidana dan Pemidanaan, cet. Ke-3. Jakarta: Sinar Grafika, 2008
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Penambangan Mineral dan
Batubara, Pasal 1.
JURNAL
Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Izin (Peti) di Desa Sungai
Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi,”
Vol.5.No.1, (April 2018), hlm 6-8
D.A. Sumantri, “Tentang Kebijaksanaan Pemerintah,” No.1, (Januari-Maret 2002)
Karya Gita, Dany Andhika Amin Purnawan, Djauhari, “Kewenangan Kepolisian Dalam
Menangani Tindak Pidana Pertambangan (Ilegal Mining) Menurut Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 (Studi Di Kepolisian Negara Indonesia)”, dalam
Jurnal Daulat Hukum, Volume 1, Nomor 1, Maret (2018
Marselon, “Penegakan Hukum Pemerintah terhadap Penambangan Emas tanpa
Izin (Peti) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi Tahun
2015,” Vol.4.No.1, (Februari 2017)
Putra.H, “Koordinasi Pihak Kecamatan dengan Kepolisian Sektor Kecamatan
Kuantan Mudik dalam Penegakan Hukumpenambangan tanpa Izin (Peti)
di Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014-
2016,” Vol.4.No.2, (Oktober 2017)
Prilmilono, D., & Zuhairi, A. Konsep Hukum Penambangan Rakyat (Studi di
Kabupaten Lombok Barat). Jurnal IUS: Kajian Hukum dan Keadilan,
2016, 4(1).
Rajalahu, Y. Penyelesaian pelanggaran kode etik profesi oleh Kepolisian
Republik Indonesia. Lex Crimen, 2013, 2(2).
Rijali, A. Analisis data kualitatif. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 2019, 17(33)
67
Rohayati, Ita. “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penambangan Ilegal di
Indonesia: Studi Penambangan di Gunung Botak Maluku.” Jurnal of
Multidiciplany Studies. Vol. 09. No. 2 2018
Sakti, Eri dan Akmal, “Kesadaran Hukum Masyarakat Pertambangan Emas di
Desa Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo.” Jurnal
Moral and Civic Education. Vol. 4. No. 1. (2020
Saputra, Maizardi, Ebit Bimas “Penegekan Hukum terhadap Tindak Pidana
Pertambangan Batuan Non Logam pada Tanah Hak Milik Masyarakat
(Studi Pada Satreskrim Polres Kerinci.” Jurnal UNES Law Review. Vol. 1.
No. 1 (2018)
PUBLIKASI ILMIAH
Budi Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin
Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2012 Di Kabupaten Dharmasraya,”
Skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, (2018).
Lauselang, Raudatul Jannah Budiman. “Penegakan Hukum terhadap Tindak
Pidana Pertambangan Ilegal di Kabupaten Seram Bagian Barat (Studi pada
Polres Seram Bagian Barat).” Skripsi (Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan, 2019
Weven, “Penegakan Hukum Kegiatan Penambangan Emas Ilegal Sebagai Upaya
Pengendalian Persoalan Lingkungan Dikabupaten Kotawaringi Timur,”
Tesis Universitas Atmajaya Yogyakarta, (2018), hlm 3.
68
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Seprianto
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Temapat/Tgl Lahir : Rantau Alai 21-september-1994
Alamat : Rantau Alai
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 082371177451
Pengalaman-pengalaman
Pendidikan formal
1. SD/MI, Tahun Tamat : 2010
2. SMP/MTS, Tahun Tamat : 2011
3. SMA/MA, Tahun Tamat : 2014
4. S1 Jurusan MPI FTK UIN STS Jambi, Tahun Tamat : 2021
Motto Hidup: “Semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa masih banyak
yang belum kita ketahui.”
Jambi, April 2021
Penulis
SEPRIANTO
NIM: 102170184
L
A
M
P
I
R
A
N
IPD (INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA)
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN EMAS
LIAR (DOMPENG) DI DESA MUARO MENSAO KECAMATAN LIMUN
KABUPATEN SAROLANGUN
A. PEDOMAN OBSERVASI
Observasi dilakukan untuk menggali data di lapangan dengan tujuan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan pada sub judul rumusan
masalah skripsi ini. Adapun hal-hal yang diamati (diobservasi) di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Keadaan lingkungan di Desa Muaro Mensao;
2. Aktivitas dompeng di Desa Muaro Mensao;
3. Proses penegakan hukum terhadap pelaku dompeng di Desa Muaro
Mensao;
4. Mengamati kegiatan sosialisasi edukasi hukum tentang dompeng di Desa
Muaro Mensao.
B. PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dilakukan untuk mendalami data-data yang diperoleh melalui
observasi dan dokumentasi. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada
para informan di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara dengan Kapolsek
a. Apa motivasi masyarkat tetap nekad melakukan dompeng di sini?
b. Apakah pelaku tidak takut dengan sanksi hukuman yang ada saat ini?
c. Dari sejumlah pelaku yang berhasil diamanakan petugas, apa latar
belakang pekerjaan mereka sebelum terlibat dompeng?
d. Keadaan apa yang membuat penegakan hukum terhadap pelaku
dompeng sulit untuk dilaksanakan atau terhambat?
e. Apakah pemodal dompeng ini ditemukan dari luar desa?
f. Kemana saja hasil dompeng biasanya didistribusikan? Apakah ada
penampungnya yang juga ikut terlibat?
g. Apakah menurut bapak hukum dan perundangan saat ini sudah cukup
berat untuk para pelaku dompeng?
h. Ada isu bahwa dompeng ini dibekingi oleh petugas, apa tindakan keras
yang dilakukan terhadap mereka yang terbukti terlibat?
i. Apakah oknum/mafia sanagat menghambat para petugas dalam
menegakkan hukum?
j. Apakah ada aparat penegak hukum membuat spanduk sosialisasi,
baleho, atau semacam sosialisasi dan semcamnya untuk edukasi
hukum bagi pelaku dompeng?
2. Wawancara dengan Dinas Lingkungan Hidup
a. Bagaimana tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan?
b. Bagaimana bentuk kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat
dompeng ini?
c. Bagaimana cara masyarakat melakukan penambangan emas di wilayah
ini?
d. Apa solusi yang ditempuh untuk mengatasi dompeng ini, apakah ada
semacam membuka WPR (wilayah pertambangan rakyat)?
e. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan untuk mengedukasi masyarakat
menjadi peduli lingkungan?
f. Mengapa masyarakat tidak terarik menambang dengan teknik
tradisional-konvensional yang ramah lingkungan saja?
g. Menurut inforamasi, apakah benar adanya dompeng yang merajalela
akibat pembiaran dari aparat?
h. Apa saja bentuk kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari dompeng
ini?
i. Apakah pihak kepolisian bersinergi dengan dengan TNI juga untuk
memberantas dompeng ini?
j. Model upaya preventif seperti apa yang dilakukan oleh kepolisian?
k. Lalu kalau upaya represif (penindakan) nya seperti apa?
l. Apakah dalam penyisiran lokasi dompeng juga melibatkan masyarakat
setempat?
m. Pasal-pasal pidana apa yang ditimpakan kepada para pelaku dompeng
ini?
3. Wawancara dengan Kepala Desa
a. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Muaro Mensao?
b. Apakah langkah yang diambil pemerintah dalam mengatasi problem
dompeng sudah efektif?
c. Lapisan masyarakat mana yang biasanya vocal dengan persoalan
dompeng ini?
d. Apakah bapak menilai adanya perubahan perilaku masyarakat, yang
dahulu menjaga alam, namun sekarang sudah kurang peduli terhadap
alam?
e. Apakah ada kerjasama antara aparat desa dan kapolsek untuk
mengedukasi masyarakat akan bahaya dompeng?
f. Apakah desan pernah mengeluarkan teguran tulisan, lisan, bahkan
tegas keras kepada pelaku dompeng?
g. Apa dampak negative yang paling dirasakan bagi pemerintahan akibat
dari adanya dompeng tersebut?
4. Wawancara dengan Masyarakat
a. Bagaimana perkembangan dompeng saat ini di wilayah bapak?
b. Apakah benar bahwa penambangan emas ini semuanya berasal dari
kalangan ekonomi menangah ke bawah yang terpaksa melakukan
pekerjaan tersebut?
c. Apakah aktivitas dompeng bisa berdampak positif kalangan
masyarakat tertentu seperti untuk para penual minyak solar, dan
makanan?
d. Biasanya apakah ada perilaku berfoya-foya yang dilakukan oleh para
pelaku dompeng emas tersebut, yang kemudian akan berdampak pada
daya beli ke masyarakat?
e. Apakah dompeng menggangu kualitas air bersih yang dibutuhkan anda
dan keluarga untuk kesehatan keluarga?
5. Wawancara dengan Eks. (mantan) Pendompeng
a. Apa faktor yang mendorong bapak melakukan dompeng ini?
b. Berapa hasil yang diperoleh rata-rata dari hasil dompeng ini?
c. Apakah anda memberikan sesuatu kepada oknum aparat untuk
melancarkan aktivitas dompeng tersebut?
d. Apa harapan anda kepada pemerintah, agar mencegah orang-orang
tergiur masuk menjadi pelaku dompeng?
e. Apakah kondisi ekonomi anda sudah sulit, maka mau tidak mau anda
menjadi pekerja dompeng?
f. Apa dampak positif yang anda rasakan setelah dulu menjadi
pendompeng?
C. PEDOMAN DOKUMENTASI
Panduan dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan peneliti
melengkapi data-data di lapangan yang dapat menunjang validitas data yang
dikumpulkan melalui hasil observasi dan wawancara yang sebelumnya telah
dilakukan. Adapun langkah-langkah yang akan peneliti lakukan adalah:
1. Meminta file/data/dokumen tentang tim terpadu penambangan emas tanpa
ijin (PETI) atau dompeng atau petugas yang terkait dengan ini kepada
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sarolangun.
2. Meminta file/data/dokumen persebaran aktivitas dompeng di Kabupaten
Sarolangun kepada Dinas Lingkungan Kab. Sarolangun;
3. Foto spanduk-spanduk/baliho/pengumuman yang dikeluarkan oleh
Kapolsek untuk mencegah kegiatan dompeng/PETI di lokasi penelitian;
4. Foto-foto lokasi alam/lingkungan yang rusak akibat dompeng emas di
Desa Muaro Mensao;
5. Foto bersama narasumber/informan penelitian;
6. Foto batas desa dari sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Selatan;
7. Meminta file terkait desa Muaro Mensao di kantor desa.
DOKUMENTASI LAPANGAN
JADWAL PENELITIAN
Adapun rencana waktu penelitian skripsi ini, dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
No Kegiatan
Tahun 2021
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal √
√ √ √
2 Konsultasi
Proposal √ √ √
3 Revisi Proposal
√ √ √
4 Seminar
Proposal √
5 Revisi Pasca
Seminar Proposal √
6 Pengesahan
Judul √
7 Pengumpulan
Data
√ √ √ √ √ √ √ √
8 Penyusunan
Skripsi
√ √ √ √ √ √ √ √ √
9 Konsultasi
Skripsi
√ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Revisi Skripsi
√ √
11 Munaqasyah √
12 Revisi Pasca
Munaqasyah
√ √
13 Penyerahan
Skripsi √
14 Wisuda √
Catatan: Waktu kondisional/tentative.