PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

92
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN EMAS LIAR (DOMPENG) DI DESA MUARO MENSAO KECAMATAN LIMUN KABUPATEN SAROLANGUN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Hukum Pidana Islamp ada Fakultas Syariah dan Keguruan UIN STS Jambi Oleh: SEPRIANTO NIM: 102170184 PEMBIMBING: Dra. Rafika, M.Ag Dr. Anggi Purnama Harahap, H.M PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI MARET 2021

Transcript of PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

Page 1: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU

PENAMBANGAN EMAS LIAR (DOMPENG)

DI DESA MUARO MENSAO KECAMATAN

LIMUN KABUPATEN SAROLANGUN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Hukum Pidana Islamp ada

Fakultas Syariah dan Keguruan UIN STS Jambi

Oleh:

SEPRIANTO

NIM: 102170184

PEMBIMBING:

Dra. Rafika, M.Ag

Dr. Anggi Purnama Harahap, H.M

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

MARET 2021

Page 2: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

ii

KEMENTERIAN AGAMA RI

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS SYARIAH Alamat :Fakultas Syariah UIN STS Jambi. Jl. Jambi-Ma.Bulian Km.16

Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363

PERSETUJUAN SKRIPSI

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku

Tanggal

No

Revisi

Tanggal

Revisi

Halaman

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 26-04-2020 R-0 - 1 dari 2

Hal : Nota Dinas

Lampiran : -

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di -

Tempat

Assalamualaikum Wr.Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan arahan sekaligus

mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku

pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Seprianto

NIM : 102170184

Jurusan/Prodi : Hukum Pidana Islam

Judul Skripsi :

Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syariah Jurusan Hukum Pidana

Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu. Dengan ini kami harapkan agar

skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera di munaqasyahkan. Atas

perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, Maret 2021

Pembimbing I

Dra. Rafika, M. Ag

NIP. 19680918 199403 2 003

Penegakan Hukum terhadap Pelaku Penambangan Emas Liar (Dompeng) di Desa Mensao Kecamatan Limun

Kabupaten Sarolangun

ii

Page 3: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

iii

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Syariah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun

bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya

orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaedah,

dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau

sebahagian skripsi bukan hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur

plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai

dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

Jambi, Maret 2021

Peneliti,

Seprianto

NIM: 102170184

Materai 10.000

Page 4: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …
Page 5: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

v

MOTTO

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.

al-Hasyr : 18)

Page 6: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

vi

ABSTRAK

Penelitian ini hendaka menguak fenomena penambangan emas liar atau

dompeng yang terjadi di Desa Muaro Mensao. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa Dengan

pendekatan tersebut, maka penelitian ini menemukan beberapa hal sebagai

berikut: (1) Pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan

emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun menempuh tiga tahapan proses, yaitu: a) Pemerintahan

melakukan sosialisasi bersama dengan pihak kepolisian dan TNI terkait

dengan UU No 4 Tahun 2009, terkait dengan beberapa pasal yang

berkenaan dengan dunia pertambangan serta bahayanya terhadap

lingkungan; b) Melakukan patroli sebagai upaya preventif untuk mencegah

dan memantau aktivitas penambangan atau dompeng; c) Melakukan

pendindakan pidana sebagai bentuk upaya represif secara tegas kepada

para pelaku dompeng tersebut. (2) Kendala dalam pelaksanaan penegakan

hukum terhadap pelaku penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro

Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun yaitu ada enam hal

sebagai berikut: a) rendahnya kesadaran hukum pelaku/masyarakat; b)

Adanya fenomena kegiatan penambangan yang mendapatkan backup dari

oknum aparat; c) Kurangnya peran serta masyarakat dalam membantu

aparat kepolisian; d) Rendahnya peran serta tokoh adat, tokoh masyarakat,

dan perangkat desa; e) Rendahnya pemahaman masyarakat akan efek dari

penambangan illegal; f) Kurangnya fasilitas dan peralatan dalam

pemberantasan tindak pidana penambangan liar. (3) Upaya mengatasi

kendala penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar

(dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun yaitu dengan cara: a) Mengedukasi masyarakat Muaro Mensao

tentang bahaya dari penambangan illegal; b) Memaksimalkan kinerja

aparatur hukum dan stakeholder.

Kata kunci: Penegekan hukum, dompeng.

Page 7: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

vii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrihim…

Sebagai tanda bakti, hormat, cinta maupun s ayang dan rasa terimakasih yang tiada terhingga

kupersembahkan skripsi ini sebagai persembahan kecil ini untuk Ibundaku yang sangatku

sayang bernama (ratna) dan Ayahanda yang sangatku sayangi bernama (basuki)

yang telah memberikan kasih sayang, do’a yang selalu ayah dan ibu kirimkan untukku disetiap sujud dalam sholat kalian, segala

dukungan dan kasih sayang yang tiada terhingga. Ketika dunia menutup pintunya padaku,

ayah dan ibu membuka lengannya untuku. Ketika orang-orang menutup telinga mereka untukku, mereka

berdua membuka hati untukku. Terima kasih karena selalu ada untukku. Semoga ini langkah awal untuk membuat

ayah dan ibu bahagia

Teruntuk dosen pembimbing skripsi ibu Dra.rafika, M.Ag pak Dr. Anggi Purnama Harahap, MH dan semua dosen hukum pidana

islam. ribuan ucapan terima kasih yang tidak akan pernah cukup untuk menggantikan waktu dan ilmu yang telah bapak ibu

berikan selama ini.terima kasih untuk segala perhatian, bimbingan, arahan, nasehat, dan semangat dari bapak dan ibu

.semoga kebaikan bapak dan ibu di balas oleh allah swt.Amiiinn…

Teruntuk kamu kekasiku Melda Aifa S.Farm terima kasih banyak sudah menemani saya susah maupun senang selalu mensuport saya yang amat membantu saya dalam menyelesaikan skripisi

saya ini…

teruntuk sahabat seperjuangan saya Raden sigit syah bandar, Ashabul kahfi, Alek Gusmadi, M.Andri,Muzakir,M.Roni, beserta

kawan-kawan khusus nya jurusan hukum pidana islam, saya mengucapkan ribuan terima kasih sudah menjadi sabahat dan

kawan saya sehinggah saya sampai di titik ini. .

Page 8: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

viii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمه الرحيم

Assalamu’alaikum. Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha „Alim

yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas ridhanya hingga

skripsi ini dapat dirampungakan. Salawat dan salam atas Nabi SAW pembawa

risalah pencerahan bagi manusia.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Syariah

UIN Sultahn Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari pihak yang memberikan motivasi baik

moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr.H.Suaidi,MA,P.H.D Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti Una, M.HI selaku Dekan Fakultas Syari‟ah bapak Agus

salim, M.A., M.I.R., PH.D selaku wakil dekan (I) bidang akademik dan

kelembagaan, bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani,S.H., M.H selaku wakil

dekan( II) bidang keuangan dan administrasi umum,bapak Dr. H. ishag,

SH,M.HUM selaku wakil dekan (III) bidang kemahasiswaan. dan

Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Ibu Dra. Rafika, M. Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Anggi

Purnama Harahap, MH selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibuk Dr. Rabiatul Adawiyah, M.H ketua Jurusan Hukum Pidana Islam

5. Bapak Kepala Desa, Desa muaro mensao bapak idris,j dan bapak kepala

polsek limun bapak IPTU Adi Prayitno beserta jajarannya yang

Page 9: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

ix

memberikan kemudahan pada penulis dalam memperoleh data di

lapangan.

6. Para informan dan responden penelitian ini yang telah membantu penulis

dalam memperoleh data lapangan.

7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti

hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat mahasiswa Hukum Pidana Islam UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi yang telah menjadi patner diskusi selam penyusunan

skripsi ini.

Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan

amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb

Jambi, Maret 2021

Penulis,

Seprianto

NIM: 102170184

Page 10: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

NOTA DINAS .............................................................................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................ iv

MOTTO ....................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7

C. Batasan Masalah................................................................................ 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8

E. Kerangka Teori.................................................................................. 9

F. Studi Pustaka ..................................................................................... 16

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................. 20

A. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 21

C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 23

E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 24

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................... 26

G. Sistematika Penulisan........................................................................ 28

BAB III GAMBARAN UMUR DESA MUARO MENSAO

A. Sejarah Desa Mensao ........................................................................ 29

B. Keadaan Geografis Desa Muaro Mensao .......................................... 31

Page 11: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

xi

C. Struktur Organisasi Desa Muaro Mensao ......................................... 32

D. Keadaan Demografis Desa Muaro Mensao....................................... 32

E. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Muaro Mensao ....................... 34

F. Infrastruktur Pendukung.................................................................... 36

BAB IV TEMUAN PENELITIAN ............................................................ 38

A. Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas Liar di Desa

Muaro Mensao .................................................................................. 38

B. Hambatan Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas

Liar di Desa Muaro Mensao .............................................................. 51

C. Upaya Mengatasi Hambatan Penegakan Hukum Pelaku

Penambangan Emas Liar di Desa Muaro Mensao ............................ 54

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 57

A. Kesimpulan ....................................................................................... 58

B. Saran .................................................................................................. 58

C. Kata Penutup ..................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60

RIWAYAT HIDUP PENELITI ................................................................. 63

LAMPIRAN ................................................................................................. 64

Page 12: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

1 2 3

Tidak dilambangkan ا

B ب

T ت

Ts ث

J ج

ḥ h (titik bawah) ح

Kh خ

D د

Dz ذ

R ر

Z ز

S ش

Sy ش

ṣ s (titik bawah) ص

ḍ d (titik bawah) ض

ṭ t (titik bawah) ط

ẓ z (titik bawah) ظ

Koma terbalik di atas „ ع

Gh غ

F ف

Q ق

K ك

Page 13: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

xiii

L ل

M م

N ن

W و

H ھ

La لا

Apostrop ء

Y ي

1. Vokal Tunggal

Tanda Huruf Latin Keterangan

A -

I -

ۥ U -

2. Vokal Rangkap

Tanda Huruf Latin Keterangan

- Ay ي .....

- Aw و .....

Contoh: حسين : Husayn

3. Maddah

Tanda Huruf Latin Keterangan

 a dan garis di atas ا

Î i dan garis di atas لى

Û u dan garis di atas لو

Page 14: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

xiv

4. Ta‟ Marbutah

لمديوةالمورةا : al-Madînah al-Munawwarah

Fâtimah : فاطمة

Wizârat al-Tarbîyah : وزارةالتربية

5. Shaddah

Rabbana : ربوا

Nazzala : ىسل

6. Kata Sandang

al-Syams : الضمص

al-Qalam : القلم

Page 15: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah

merupakan kekayaan Nasional. Kekayaan alam itu termasuk bahan galian

(tambang) yang mencakup mineral dan batubara. Mengingat mineral dan batubara

sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya

alam yang tak bisa di perbaharui, pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal

mungkin, efisiensi, transparan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan serta

berkeadilan agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran

rakyat secara berkelanjutan.1

Berbicara mengenai usaha penambangan, Negara Indonesia sangat

familiar dengan suatu Negara yang sangat kuat citranya akan kandungan mineral

yang siap untuk di angkat kapan saja meskipun Indonesia menempati posisi

produsen untuk komuditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas

tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk

komoditas emas. Jenis-jenis penambangan tersebut merupakan contoh yang dapat

menjadi andalan sebagai salah satu sumber kemakmuran negara. Untuk

mewujudkan kemakmuran tersebut penambangan harus dapat di kelola dan di

manfaatkan secara optimal untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan

datang. Pengelolaan penambangan selama ini tanpaknya lebih mengutamakan

keuntungan secara ekonomis yang sebesar-besarnya, yang dilain pihak kurang

memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup.2 Dengan berbagai macam

kekayaan alam dan dimiliki di Indonesia, tidak menutup kemungkinan Indonesia

akan menjadi negara terkaya dunia. Contoh kecil saja adalah hasil tambang, tapi

sangat disayangkan banyak dari penambangan itu tidak memiliki izin, dalam hal

1Weven, “Penegakan Hukum Kegiatan Pertambangan Emas Ilegal Sebagai Upaya

Pengendalian Persoalan Lingkungan Dikabupaten Kotawaringi Timur,” Tesis (Yogyakarta:

Universitas Atmajaya, 2018), hlm. 3 2Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia (Jakarta:

Rineka Cipta, 2012), hlm. 32

Page 16: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

2

ini dapat dilihat dari kegiatan penambangan emas liar yang yang masih terjadi di

Indonesia.

Kegiatan dompeng atau penambangan emas illegal tentu saja menyalahi

aturan perundanga-undangan yang berlaku. Tentunya bertentangan dengan Pasal

33 ayat (3) Undang-Undang 1945 yang menyatakan, “bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Kegiatan usaha penambangan dapat

dilaksanakan setelah diberikan izin usaha penambangan oleh:

1. Bupati atau Walikota apabila wilayah izin usaha penambangan berada di

dalam satu wilayah Kabupaten atau Kota dan izin usaha penambangan.

2. Gubernur apabila wilayah izin usaha penambangan berada pada lintas

wilayah Kabupaten atau kota dalam 1 (satu) Provinsi setelah mendapatkan

rekomendasi dari Bupati atau Walikota setempat.

3. Menteri apabila wilayah izin usaha penambangan berada pada lintas

wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan

Bupati atau Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.3

Kegiatan usaha penambangan dilakukan tanpa izin maka dapat dikenakan

pidana sebagaimana tertuang pada ketentuan pidana Pasal 158 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Penambangan Mineral dan

Batubara, menyatakan bahwa: “Setiap orang yang melakukan usah penambangan

tanpa Izin Usaha Penambangan, Izin Penambangan Rakyat, Izin Usaha

Penambangan Khusus sebagaimnana dimaksud dalam pasal 37, Pasal 40 ayat (3),

Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana penjara paling

lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00-

(sepuluh miliar rupiah).

Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa akibat dari penambangan

emas liar mengakibatkan begitu banyak kerusakan yang terjadi baik didaratan

maupun dialiran sungai, disebabkan oleh maraknya kegiatan penambangan emas

3Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,

Pasal 1.

Page 17: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

3

liar (dompeng) disepanjang aliran sungai.4 Ketidakseimbangan antara makhluk-

makhluk Tuhan YME tersebut tentu saja akan memicu kerusakan alam (bencana)

seperti banjir, longsor, polusi, dan lain sebagainya. Adapun pihak yang paling

bertanggung jawab atas kerusakan alam adalah manusia. Karena manusia

memiliki kebebasan yang sangat luas dalam mengelola alam. Hal ini sebenarnya

telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT sebagai berikut:

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar).” (QS. Al-Ruum : 41).5

Berdasarkan keterangan ayat di atas, terdapat penegasan bahwa kerusakan

lingkungan disebabkan oleh ulah manusia. Dalam konteks hukum positif, maka

Negara mengatur sedemikian rupa agar kebebasan manusia itu dibatasi untuk

mencegah kerusakan alam di semesta ini.

Namun demikian, ketika peneliti melakukan grand tour ke lapangan, yaitu

di Desa Muaro Mensao, ternyata aktivitas penambangan emas liar tetap masih saja

terjadi. Seiring dengan maraknya penambangan emas liar (Dompeng) di Desa

Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun maka sangat

mengundang keprihatinan kita semua. Kasus Penambangan Emas liar (Dompeng)

cukup marak di Desa Muaro Mensao, contohnya adalah kegiatan dompeng yang

beroperasi di sungai Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun. Di samping aktivitas penambangan yang acapkali tidak mengantongi

ijin, serta memberi dampak negatif bagi lingkungan serta bagi perikehidupan

warga masyrakat yang berdomisili di sekitar aliran sungai, beberapa contohnya

antara lain saat tibanya musim kemarau, maka sebagian besar fasilitas sumur

4Trisnia Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Izin (Peti) di Desa Sungai

Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi,” Jurnal Ilmiah. Vol.5.

No.1 (2018), hlm 6-8 5Tim Penerjemah Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 114

Page 18: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

4

galian masyarakat menjadi kering, namun untuk memanfaatkan air sungai sudah

tidak bisa lagi dikarenakan adanya limbah dari hasil penambangan emas liar

tersebut (dompeng).6

Hasil observasi awal, peneliti juga mendapatkan keterangan bahwa pelaku

penambangan emas liar tidak saja berasal dari Desa Muaro Mensao Kecematan

Limun tetapi mulai berkembang dari luar Kecamatan juga yang mempunyai

modal yang kuat. Walaupun usaha penertiban dan penindakan terhadap pelaku

telah dilakukan, namun usaha tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti

kepada kegiatan penambangan ilegal tersebut.7 Untuk menggali bahan tambang

itu sendiri telah diatur hak masyarakat untuk melakukan penambangan pada

sebidang tanah atau bebatuan yang telah ditentukan dan kewajiban penambang

kepada Negara.8 Dalam hal ini H. Salim HS, mengartikan: “Hukum Penambangan

adalah keseluruhan kaedah hukum yang mengatur kewenangan Negara dalam

pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan antara Negara

dengan orang dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan pemamfaatan bahan

galian (tambang).”9

Selanjutnya, berdasarkan penelusuran peneliti terhadap berbagai literature

ilmiah, dapat dipetakan bahwa peningkatan aktivitas dompeng pertahunnya terus

mengalami kenaikan yang signifikan. Fenomena ini dapat diukur melalui semakin

bertambahnya penyitaan unit mesin dompeng yang berhasil diringkus oleh pihak

kepolisian. Data menunjukkan bahwa aktivitas dompeng di Jambi melonjak sejak

tahun 2000-an. Hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:10

Gambar 1: Aktivitas Dompeng di Jambi

6Observasi tanggal 01 November 2020

7Observasi tanggal 02 November 2020

8Herwansyah Putra, “Koordinasi Pihak Kecamatan dengan Kepolisian Sektor Kecamatan

Kuantan Mudik dalam Penegakan Hukumpertambangan tanpa Izin (Peti) di Kecamatan Kuantan

Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014-2016,” Jurnal Ilmiah. Vol.4. No.2, (Oktober

2017), hlm 3. 9Salim, Hukum Pertambangan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.

8 10Irfan, “Problem Penambangan Emas Tanpa Ijin Ditinjau dari Perspektif Pidana

Lingkungan Hidup dan Etika.” Artikel Ilmiah, (2020), hlm. 7 0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2019 2020

Aktifitas dompeng di Jambi

Unit Mesin dompeng

Page 19: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

5

Berdasarkan data di atas, maka diketahui bahwasanya unit mesin dompeng

yang berhasil diamankan petugas di tahun 2019 adalah sebanyak 760 unit,

sedangkan di tahun berikutnya, hanya berselang 1 tahun, yaitu pada 2020

melonjak tajam diangka 1.250 unit mesin dompeng. Ini menunjukkan bahwa

kegiatan dompeng di Provinsi Jambi memang sangat banyak jumlahnya. Peta

persebaran kasus dompeng di Provinsi Jambi terjadi secara spesifik di lima

kabupaten, yaitu dijelaskan dalam tabel di bawah ini:11

Tabel 1: Persebaran Kasus Dompeng

No Lokasi

1 Batanghari

2 Bungo

3 Merangin

4 Tebo

5 Sarolangun

Sumber: Olahan data primer

Dompeng disisi para pelakunya, boleh jadi memberikan manfaat ekonomi-

praktis, akan tetapi pada saat yang sama, dompeng juga membawa dampak

negative bagi lingkungan, berupa: terjadinya kerusakan ekosistem sungai. Oleh

sebab itu, penting untuk menekan aktivitas illegal ini agar tidak terjadi kerusakan

yang lebih parah di kemudian hari. Lalu, perspektif hokum yuridis-empiris

dirasakan amat perlu untuk melihat persoalan ini.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, hukum pidana secara ideal

menjamin ketertiban dengan memuat ketentuan larangan terhadap perbuatan-

perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dapat diancam dengan hukuman

atas pelanggaran larangan tersebut, dan mengatur pertanggung jawaban terhadap

hukum pidana/siapa yang dapat dihukum serta menentukan hukuman apa yang

11

Ibid., hlm. 8

Page 20: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

6

dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan undang-undang.12

Berbicara mengenai teknik penegakkan hukum, maka ada dua macam

sarana penegakan hukum yang bisa ditempuh pemerintah. Kedua macam langkah

tersebut, yaitu: langkah preventif (pengawasan) dan langkah represif (penerapan

sanksi). Pada kasus yang berkaitan dengan dompeng ini, maka sarana penegakkan

hukum preventif atau pengawasan tidak dapat diterapkan kembali, alasannya

adalah disebabkan karena posisi perusahaan dompeng tersebut ialah belum ada

atau bahkan tidak mengantongi izin pengoperasian. Hal ini diperparah lagi dengan

eksistensi pertambnagan tanpa izin tersebut sudah lama beroperasi sebelum

diketahuinya bahwa usaha-usaha tersebut tidak mengantongi izin.

Oleh sebab itu, maka langkah-langkah yang dijalani oleh lembaga

pemerintahan khususnya para penegak hukum yaitu dengan langsung

menjatuhkan sanksi atau disebut pula dengan tindakan represif. Tindakan tegas ini

diambil bukan tanpa alasan, melainkan karna efek dari dompeng akan membawa

kerusakan ekologi yang disebabkan oleh limbah tambang tersebut, mengakibatkan

tercemarnya aliran sungai.

Berdasarakan sudut pandang diatas, dikumpulkanlah beberapa fenomena

lapangan yang menunjukkan adanya kegiatan penambangan emas illegal dompeng

memang tidak hanya membawa dampak negative yang tidak sedikit. Beberapa

data yang mendukung akan hal ini atau hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Operasi atau kegiatan/aktifitas pertambanagn emas liar (Dompeng) di Desa

Muaro Mensao tersebut memang telah berlangsung lama dan kemudian

semakin memuncak/meningkat sejak tahun 2011 sampai sekarang ini.

2. Adanya kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan oleh badan Lingkungan

Hidup Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun terkai dengan bahaya

senyawa merkuri yang di gunakan oleh pertambanagn liar untuk

memisahkan emas dan pasir. Namun kegiatan sosialisi ini masih saja belum

12

Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, cet. Ke-3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 42

Page 21: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

7

berjalan dengan optimal.

3. Adanya fakta lapangan mengenai kinerja Badan Lingkungan Hidup

Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun dan Polsek setempat belum

optimal untuk mencegah terjadinya aktivitas dompeng. Kegagalan di

dalam menghentikan penambangan liar tersebut dan sampai saat ini masih

berlangsung bahkan tidak hanya di aliran sungai juga telah sampai ke

lahan perkebunan milik swasta.

Berdasrakan ketiga hal di atas, maka dapat diketahui bahwasanya

ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

dibidang penambangan, serta kelemahan peraturan perundang-undangan di bidang

penambangan, yang antara lain tercermin dalam kekurang berpihakan kepada

kepentingan masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap penambangan

resmi/berizin yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur).

Kelemahan dalam penegakan hukum dan pengawasan.13

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian secara komprehensif dalam bentuk skripsi dengan

judul: “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku penambangan Emas Liar

(Dompeng) Di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan

emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun?

13

Marselon, “Penegakan Hukum Pemerintah terhadap Penambangan Emas tanpa Izin

(PETI) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015,” Jurnal Ilmiah. Vol.4.

No.1 (2017), hlm. 5.

Page 22: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

8

2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku

penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan

Limun Kabupaten Sarolangun?

3. Bagaimana upaya mengatasi kendala penegakan hukum terhadap pelaku

penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan

Limun Kabupaten Sarolangun?

C. Batasan Masalah

Penelitian skripsi ini dibatasi agar pembahasannya tidak bias kepada hal-

hal yang tidak relevan. Adapun dari sisi ojek kajiannya, permasalahan penelitian

ini hanya fokus kepada aspek penegakan hokum atas kasus penambangan liar

emas (dompeng). Kemudian dari sisi lokasinya, penelitian ini merujuk kepada

kasus yang terjadi di Desa Muaro Mensao saja. Hal ini dikarenakan di desa

tersebut memang terdapat praktek penambangan emas secara liar (dompeng).

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk menguraikan pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku

penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan

Limun Kabupaten Sarolangun.

b. Untuk mengetahui saja kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum

terhadap pelaku penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro

Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.

c. Untuk menjelaskan upaya mengatasi kendala penegakan hukum

terhadap pelaku penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro

Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat

secara teoritis dan manfaat secara praktis. Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut:

Page 23: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

9

a. Manfaat Teoritis

1) Sebagai informasi ilmu tentang penegakan hukum dalam mengatasi

tindak pidana penambangan emas liar(Dompeng).

2) Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa syari‟ah khususnya

jurusan hukum pidana islam.\

b. Manfaat Praktis

a. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi strata (S1) dalam hukum

pidana islam.

b. Dapat menjadi bahan rujukan bagi stakeholder terkait dalam

mengambil kebijakan guna mengentaskan permasalahan dompeng

yang ada di Desa Muaro Mensao.

E. Kerangka Teori

1. Konsep Penegakan Hukum

a. Pengertian Penegakan Hukum

Terminologi penegakan hukum, khususnya penegakan hukum

pemerintahan sangat lazim digunakan dan terambil dari istilah asing yaitu:

law enforcement, rechtstoepassing, dan law in action. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan pengertian dari konsep

penegakan hukum itu, yakni: proses atau cara (perbuatan menegakkan)

hukum. Dengan kata lain, tujuan penegakan hukum itu intinya adalah

bagaimana hukum itu tetap berdiri kukuh dan dapat ditaati dengan baik

oleh warga masyarakat. Dalam kenyataan sering kali terlihat, bahwa

hukum yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah dan sekaligus

dijadikan sebagai instrumen atau sarana pemerintahan ternyata tidak

terlaksana dengan baik sehingga memerlukan proses penegakan hukum

positif dari pemerintahan/negara.

Pendapat dari Purnadi Purbacaraka memberikan pengertian

penegakan hukum yaitu: “Merupakan proses penyerasian hubungan nilai-

nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah dan pandangan nilai yang

mantap dan mengejawantah serta sikap tindak sebagai suatu rangkaian

Page 24: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

10

penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan adanya kedamaian, baik

sebagai social engineering. dalam arti memelihara dan social control dalam

arti mempertahankan suasana damai dalam pergaulan hidup

masyarakat.”14

Adapun, Soerjono Soekanto mengemukakan, bahwa ada dua

pengertian penegakan hukum yakni: pengertian penegakan hukum dalam

arti luas yang mencakup keseluruhan proses yang terdapat pada lembaga-

Iembaga yang menerapkan hukum, seperti pengadilan,kejaksaan,

kepolisian; dan/atau para pejabat yang memegang peranan sebagai

pelaksana atau penegak hukum, seperti hakim, jaksa, dan polisi. Adapun,

dalam arti sempit hanyalah meli- puti atau mencakup penerapan oleh para

pejabat pelaksana atau aparat penegak hukum, seperti, polisi, jaksa,

dan hakim.15

Penegakan hukum merupakan usaha-usaha yang diambil oleh

pemerintah atau suatu otoritas untuk menjamin tercapainya rasa keadilan

dan ketertiban dalam masyarakat.16

b. Pertanggung jawaban Pidana

Dalam bahasa Inggris pertanggungjawaban pidana disebut sebagai

responsibility, atau criminal liability. Konsep pertanggungjawaban pidana

sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum semata-mata melaikan

juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut

oleh suatu masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat, hal ini

dilakukan agar pertanggungjawaban pidana itu dicapi dengan memenuhi

keadilan.17

Pertanggung jawaban pidana adalah suatu bentuk untuk

menentukan apakah seorang tersangka atau terdakwa

dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana yang telah terjadi.

14

Aminuddin Umar, Hukum Tata Pemerintahan (Jakarta: Prenada Media, 2014), hlm. 238 15

Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan (Jakarta: Prenada Media, 2014), hlm 288 16

Rajalahu, “Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi oleh Kepolisian Republik

Indonesia” Jurnal Ilmiah Vol.2.No.2 (2013), hlm 143. 17

Hanafi Amrani, Mahrus Ali

Page 25: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

11

Dengan kata lain pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk yang

menentukan apakah seseornag tersebuut dibebasakn atau dipidana.

Menurut Roeslan Saleh pertanggungjawaban pidana diartikan

sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan

pidana dan secara subjektif memenuhi syarat untuk dapt dipidana karena

perbuatannya itu.18

Apa yang dimaksud dengan celaan objektif adalah

perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tersebut merupakan perbuatan

yang dilarang, perbuatan dilarang yang dimaksud disini adalah perbuatan

yang memang bertentangan atau dialarang oleh hukum baik hukum formil

maupun hukum materil. Sedangkan yang dimaksud dengan celaan

subjektif merujuk kepada sipembuat perbuatan terlarang tersebut, atau

dapat dikatakan celaan yang subjektif adalah orang yang melakukan

perbuatan yang dilarang atau bertentangan dengan hukum.

Seandainya ada suatu perbuatan yang salah atau keliru yang

dilakukan pada diri seseorang, namun jika orang yang melakukan

perbuatan keliru tersebut melakukannya dengan ketidakbebasan, maka

terhadap orang tersebut, tidak dapat dilanjutkan proses hukumnya, karena

hukuman hanya dapat diberikan kepada perbuatan keliru yang dilakukan

dengan bebas.

Sebuah pemenuhan pertanggungjawaban pidana dalam comman

law system selalu dikaitkan dengan mens rea (adanya niat) dam

pemidanaan (punishment). Artinya adalah bahwasanya perbuatan pidana

yang dilakukan akan disebut pidana jika dilandasi dengan adanya niat

yang sadar untuk melakukan perbuatan tersebut. Pertanggungjawaban

pidana memiliki hubungan dengan kemasyrakatan yaitu hubungan

pertanggungjawaban dengan masyarakat sebagi fungsi, Dalam

melaksanakan penerapan penegakan hukum di tengah-tengah masyrakat

maka dibutuhkan pula masyarakat sebgai control social, guna mencegah

sebelum tindakan pidana itu terjadi.

18

Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran tentang Pertanggung Jawaban Pidana (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2009), hlm. 33

Page 26: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

12

Selain hal itu pertanggungjawaban pidana dalam common law

system berhubungan dengan mens rea, bahwa pertanggungjawaban pidana

dilandasi oleh keadaan suatu mental yaitu sebagi suatu pikiran yang salah

(a guilty mind). Guilty mind mengandung arti sebagai suatu kesalahan

yang subjektif, yaitu seseorang dinyatakan bersalah karena pada diri

pembuat dinilai memiliki pikiran yang salah, sehingga orang tersebut

harus bertanggungjawab.

Adanya pertanggungjawabn pidana dibebankan kepada pembuat

maka pembuat pidana harus dipidana. Artinya ketika adanya kasus hkum,

maka harus ditegakkan dengan seadil-adilnya jika memang pelakunya

terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindakan tersebut atas

dasar adanya niat yang jelek. Namun demikian, jika tidak adanya pikiran

yang salah (no guilty mind) berarti tidak ada pertanggungjawaban pidana

dan berakibat tidak dipidanya pembuat atau pelakunya.

c. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum dalam pandangan Maizardi adalah: “Proses

dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma

hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau

hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat

dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya

penegakan hukum itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap

hubungan hukum.”19

Masih dengan penjelasan dari saudara Maizardi mengenai definisi

penegakan hukum, beliau menerangkan bahwasanya: “Pengertian

penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut obyeknya. Secara

obyektif, norma hukum yang hendak ditegakkan mencakup pengertian

hukum formal dan hukum materiil. Hukum formal hanya bersangkutan

dengan peraturan perundang-undangan yang tertulis (biasa juga disebut

19Maizardi, Ebit Bimas Saputra “Penegekan Hukum terhadap Tindak Pidana

Pertambangan Batuan Non Logam pada Tanah Hak Milik Masyarakat (Studi Pada Satreskrim

Polres Kerinci.” Jurnal UNES Law Review. Vol. 1. No. 1 (2018), hlm. 73

Page 27: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

13

dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan

peraturan yang formal dan tertulis saja), sedangkan hukum materiil

mencakup pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam

masyarakat (bisa juga diartikan dalam arti luas, penegakan hukum itu

mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi

aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam

masyarakat).”20

Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan

antara pengertian penegakan hukum dengan penegakan keadilan.

Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian pengertian “law

enforcement” dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti

hukum materil, diistilahkan dengan penegakan keadilan.21

Dalam arti luas,

penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung

didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup

dalam masyarakat.22

Sedangkan dalam perspektif yang sempit, penegakan hukum itu

hanya menyangkut penegakan peraturan yang formalitas dan tertulis saja.23

Sehingga hukum menjadi kaku dan tidak melihat aspek makro dari sebuah

hukum, yaitu nilai-nilai etis misalnya.

Menurut salah seorang ahli yang bernama Soekanto, penegakan

hukum yang dilakasanakan oleh pihak berwenang tidak hanya melalui

pengadilan tetapi dapat dilalukan di luar pengadilan, dengan berbagai

sanksi yang dapat diberikan seperti sanksi pidana, perdata, dan

administrasi. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan tanggung

jawab mengenai urusan-urusan daerah.

20

Ibid. 21

Ibid. 22

Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam

setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu

atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku,

berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum 23

Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan

sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu

aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila

diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa

Page 28: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

14

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum pada intinya

adalah: “Merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang

terjabarkan dalam kaidahkaidah dan pandangan nilai yang

mengejewantahkan sikap untuk memelihara dan mempertahankan

kedamaian pergaulan hidup. Artinya penegakan hukum dapat dipahami

sebagai upaya aparat penegak hukum untuk menjamin dan memastikan

aturan hukum berjalan sebagaimana mestinya. Penegakan hukum

merupakan proses penerapan diskresi yang menyangkut membuat

keputusan secara ketat dan diatur oleh kaidah hukum, serta didukung

penilain pribadi.”24

2. Konsep tentang Dompeng (Tambang Emas Liar)

Dompeng adalah” “Kegiatan penambangan atau penggalian yang

dilakukan oleh mayarakat atau perusahaan tanpa memiliki ijin dan tidak

menggunakan prinsip-prinsip penambangan yang tidak baik dan benar (Good

Mining Practice). Dalam Pasal 20 dan Pasal 66 sampai dengan Pasal 73

Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara

mengakomodasi kepentingan tambang rakyat karena selain memecahkan

persoalan yang selama ini terjadi, di lain pihak merupakan bukti nyata

pengakuan terhadap eksistensi keberadaan tambang rakyat, yang apabila di

lakukan pembinaan dengan baik, merupakan salah satu potensi ekonomi lokal,

yang dapat menggerakkan perekonomian di daerah tersebut.”25

Pertambangan tanpa izin (PETI) atau yang dikenal dengan sebutan

dompeng dapat diartikan sebagai usaha pertambangan atas segala jenis bahan

galian dengan pelaksanaan kegiatannya tanpa dilandasi aturan/ketentuan

hukum pertambangan resmi Pemerintah Pusat atau Daerah.

Dompeng atau Ilegal mining sebagai bagian dari kejahatan terhadap

kekayaan negara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009. Namun, di dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tidak ditemukan definisi dari pertambangan tanpa izin

24

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 4 25

Ibid.

Page 29: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

15

(ilegal mining) ini. Ilegal mining ini merupakan terjemahan dari pertambangan

yang tidak memiliki izin. Izin yang dimaksud adalah 3 jenis izin yang diakui

dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.26

Adapun yang dimaksud dengan tiga macam izin tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut: “IUP (Izin Usaha Pertambangan), IPR (Izin

Pertambangan Rakyat), dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Hal ini

secara tidak langsung disebutkan dalam Bab XIII Ketentuan Pidana, yang

menyebutkan dengan tegas sanksi administratif maupun sanksi pidana

terhadap pertambangan tanpa izin (illegal mining) atau dompeng.”27

Dompeng atau PETI merupakan: “Usaha pertambangan yang

dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan yayasan

berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dan instansi

pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Istilah PETI

semula dipergunakan untuk pertambangan emas tanpa izin, tetapi dalam

perkembangan selanjutnya permasalahan Penambangan Emas tanpa Ijin

(PETI) tidak hanya pada komoditi bahan galian emas tetapi juga diterapkan

pada pertambangan tanpa izin untuk bahan galian lain baik Golongan A, B

maupun C (PP No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-Bahan

Galian) yang biasanya termasuk pada pertambangan skala kecil (PSK). Lokasi

PETI secara umum terdapat dilahan kawasan hutan baik pada kawasan hutan

lindung maupun kawasan hutan produksi terbatas (HPT) dan lahan areal

penggunaan lain (APL) milik masyarakat, di beberapa tempat terdapat dalam

wilayah yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP).”28

Ada beberapa dampak negative yang dapat ditimbulkan dari adanya

kegiatan dompeng ini, yaitu mulai dari aspek humaniora, ekologi, dan bahkan

bagi pemerintahan itu sendiri. Hal ini mengingat kegiatan PETI yang tidak

menerapkan kaidah pertambangan secara benar (good mining practice) dan

26

UU Nomor 4 tahun 2009 27Dany Andhika Karya Gita, Amin Purnawan, Djauhari, “Kewenangan Kepolisian Dalam

Menangani Tindak Pidana Pertambangan (Ilegal Mining) Menurut Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 (Studi Di Kepolisian Negara Indonesia)”, dalam Jurnal Daulat Hukum, Volume 1,

Nomor 1, Maret (2018), hlm. 25 28

PP Nomor 27 Tahun 1980

Page 30: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

16

hampir tidak tersentuh hukum, sedangkan itu, di sisi lain, bahan galian

bersifat tak terbarukan (nonrenewable resources) dan dalam pengusahaannya

berpotensi merusak lingkungan (potential polluter), seperti: “Dampak negatif

yang tidak saja merugikan Pernerintah, tetapi juga masyarakat luas dan

generasi mendatang. Kerusakan lingkungan, pemborosan sumber daya

mineral, dan kemerosotan moral merupakan contoh dari dampak negatif yang

merugikan Pemerintah, masyarakat luas dan generasi mendatang.”29

Selain hal negative di atas, khusus bagi pemerintah, dampak negatif

dompeng itu ditambah pula sebagai berikut: “Dengan kerugian akibat

kehilangan pendapatan dari pajak dan pungutan iainnya, biaya untuk

memperbaiki lingkungan, pelecehan terhadap kewibawaan, dan kehilangan

kepercayaan dari investor asing yang katanya menjadi tulang punggung atau

sector andalan bagi pertumbuhan sektor pertambangan nasional. Akhirnya

Indonesia kehilangan salah satu andalan untuk mendorong laju pertumbuhan

ekonomi, serta kehilangan kesempatan untuk menurunkan angka

pengangguran.”30

Dalam penelusuran literature yang peneliti lakukan, di dapat informasi

bahwasanya ada beragam faktor yang menyebabkan munculnya perilaku

penambangan liar atau dompeng tersebut, misalnya adalah karena oknum

tersebut ingin menghindari pajak ke pemerintah. Hal ini sebagaimana uraian

berikut ini: “Permasalahan pertambangan tidak hanya timbul dari adanya

kegiatan pertambangan yang bersifat resmi, tetapi juga menyentuh kepada

kegiatan pertambangan yang bersifat tidak resmi laiknya kegiatan diompeng

(tidak memilki izin/illegal) atau biasa disebut Illegal Mining. Bahkan kegiatan

pertambangan tanpa izin ini merupakan faktor timbulnya kerusakan

lingkungan yang tidak terkendali serta masalah-masalah lainnya. Maraknya

kegiatan pertambangan tanpa izin/illegal mining tidak terlepas dari beberapa

29Tristia Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Ijin (PETI) di Desa Sungai

Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Senggigi.” Jurnal JOM FISIP Vol.

4. No. 2 (2017), hlm. 5 30Tristia Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Ijin (PETI) di Desa Sungai

Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Senggigi.” Jurnal JOM FISIP Vol.

4. No. 2 (2017), hlm. 6

Page 31: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

17

faktor yang melandasi keberadaannya. Perkembangan kegiatan pertambangan

tanpa izin ini sudah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan karena

juga menimbulkan tumbuhnya perdagangan produk pertambangan di pasar-

pasar gelap (black market) yang dapat dikategorikan sebagai bentuk

pelanggaran terhadap penghindaran pajak resmi penjualan bahan tambang.”31

F. Studi Relevan

Ada beberapa hasil penelitian dan tulisan yang ingin peneliti sampaikan

sebagai hasil pencarian yang sudah peneliti lakukan, yang memiliki kemiripan

dengan judul yang peneliti angkat untuk memberikan penegasan bahwa terdapat

perbedaan mendasar dari penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang

telah di hasilkan dan dipublikasikan oleh orang lain yaitu:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Marselon dalam skripsinya

dengan judul penegakan hukum pemerintah terhadap pelaku penambangan emas

tanpa izin (peti) di kecamatan cerenti kabupaten kuantan singingi tahun 2015.32

Dalam penelitian ini penegakan hukum pemerintah terhadap Penambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi Tahun

2015 sudah berjalan sebagaimana mestinya. Dalam rangka penegakan hukum,

secara umum prosedur penanganannya sama dengan perkara tindak pidana

umum lainnya. Faktor penghambat Polres Kuantan Singingi dalam menangani

perkara tindak pidana Penambangan Emas Tanpa Izin meliputi : (1) kurangnya

kesadaran hukum masyarakat (2) pelaku penambangan di back-up oleh oknum

yang tidak bertanggung jawab (3) tersangka melarikan diri.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Budi Susanto dengan skripsi yang

berjudul Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin Berdasarkan

Perda No.3 Tahun 2012 Di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatra Barat

2018.33

Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut keterangan

kepolisian bahwa kasus penambangan emas tanpa izin telah di lakukan upaya

31

Ibid., hlm. 10 32

Ibid., hlm 11. 33

Budi Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin Berdasarkan

Perda No. 3 Tahun 2012 Di Kabupaten Dharmasraya,” Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam

Indonesia, 2018), hlm. 12

Page 32: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

18

penegakan hukum menurut perda pengelolaan usaha penambangan minerba dan

undang-undang minerba. Tetapi pada kenyataan di lapangan praktek tambang

ilegal masih ada dimana masayarakat bekerja menambang menggunakan mesin

yang berdaya eksplorasi yang cukup besar. Faktor-faktor yang menjadi penyebab

menurut Dinas ESDM diantaranya Kurangnya kesadaran hukum masyarakat,

Kurangnya sarana, fasilitas, dan peralatan dalam pemberantasan tindak pidana

pertambagan liar, kemudian faktor lokasi tempat dilakukan penambangan emas

tanpa izin yang terpencil dan jauh dari kota. Penelitian ini merekomendasikan

dalam upaya pengawasan pada penambangan emas illegal seharusnya dilakukan

di seluruh penjuru kawasan yang potensial penambangan, tidak hanya dikawasan

yang mudah dijangkau petugas. Seharusnya dalam upaya penegakan hukum

terhadap pelaku harus ditindak tegas sesuai dengan ketentuan pidana yang ada di

dalam Undang-Undang Minerba yaitu meliputi pidana penjara dan denda yang

besarnya sesuai dengan bunyi ketentuan pidana agar menimbulkan efek jera bagi

pelaku. Kemudian mengingat kegiatan penambangan emas liar ini tidak

menerapkan kaidah penambangan secara baik dan benar, tentu saja akan

berdampak buruk bagi lingkungan tidak saja merugikan pemerintah, masyarakat

luas, bahkan generasi yang akan datang.

Ketiga, Penelitian dalam bentuk jurnal yang ditulis oleh Rohayati. Dalam

penelitian beliau dijelaskan bahwa: Beliau melakukan penelitian ini yaitu dengan

tujuan menganasisis pengaturan mengenai pertambangan mineral. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dilakukan yaitu dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Hasil penelitian ini pengelolaan

pertambangan emas yang tidak memperhatikan proses- proses pengelolaannya

sehingga lingkungan terkait ditambang oleh merkuri dan sianida dan akan

berdampak pula kepada manusia. Pemerintah kurang memperhatikan penambang

dan masyarakat adat dapat berakibat pada konflik serta kurang memperhatikan

pemerintah tentang izin untuk melakukan penambangan.34

Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Lauselang dalam bentuk skripsi.

34Ita Rohayati, “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penambangan Ilegal di

Indonesia: Studi Penambangan di Gunung Botak Maluku.” Jurnal of Multidiciplany Studies. Vol.

09. No. 2 (2018), hlm. 103

Page 33: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

19

Adapun pencapaian dalam penelitian beliau adalah sebagai berikut: Beliau

melaksanakan penelitian di Muaro Mensao yang mana dalam risetnya, ia

menjelaskan bahwa: “Di Desa Muaro Mensao Kabupaten Sarolangun terdapat

Pertambangan Batu Cinabar. Selain masyarakat Desa Iha dan Luhu, banyak juga

masyarakat luar daerah yang datang mengais rezeki di lokasi tersebut. Di satu sisi,

masyarakat sangat bersyukur karena hasil dari kegiatan penambangan itu sangat

terasa bagi peningkatan ekonomi keluarga, sehingga banyak di antara kebutuhan

keluarga dan anak-anak sekolah dapat terpenuhi. Namun di sisi lain, kegiatan

penambangan yang mereka lakukan itu tidak memiliki izin dari pemerintah dan

merupakan suatu kegiatan yang ilegal.

Padahal di dalam UU No. 4 Tahun 2009, telah mengatur secara rinci

tentang prosedur pertambangan, di mana para pelaku baik perorangan maupun

badan hukum yang melakukan kegiatan penambangan tanpa izin, maka

dinyatakan sebagai penambang ilegal. Dan atas perbuatannya itu diancam dengan

ancaman penjara dan denda. Sehubungan dengan itu, penelitian beliau mencoba

untuk menguak secara jelas beberapa pertanyaan penelitian antara lain tentang:

“Bagaimana pelaksanaan penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana

Penambangan Ilegal tersebut?, dan Apa saja kendala penegakan hukum Dalam

Penangan Kasus Tersebut? Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini

adalah Normatif Empiris. Data yang dibutuhkan diperoleh, baik dari pihak

Kepolisian Seram Barat, maupun dari masyarakat di sekitar wilayah lingkar

pertambangan.”

Dari data yang terkumpul, setelah dianalisis, dapat ditarik kesimpulan

bahwa: “1) Penanganan Hukum atas tindak pidana penambangan liar di Dusun

Hulung dilakukan dengan tiga tahapan penanganan; a) Dilakukan Sosialisasi

kepada masyarakat, b) Dilakukan tindakan pencegahan (preventif), dan c)

Dilakukan tindakan Represif terhadap pelaku yang masih bandel; 2) Di dalam

melakukan penegakan hukum tersebut terdapat kendala-kendala, baik terkait

faktor geografis, personil dan perangkat pendukung yang minim, keadaan

Page 34: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

20

ekonomi masyarakat yang terbatas dan faktor kebudayaan.”35

Kelima, Yaitu penelitian yang dilakukan oleh Akmal dalam bentuk jurnal.

Dalam tulisan beliau terdapat ulasan sebagai berikut: Penelitian ini bertujuan

untuk melihat permasalahan yang terjadi pada aktivitas pertambangan emas, baik

dalam masyarakat maupun pada pekerja pertambangan emas itu sendiri.

Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penambang emas tidak serta merta

menjadi tolak ukur baik atau tidaknya kesadaran hukum masyarakat

pertambangan emas di Desa Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten

Tebo, Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan

metode deskriptif. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan snowball

sampling, dan menghasilkan informan. Data dikumpulkan dengan metode

wawancara, observasi dan dokumentasi. Selama observasi peneliti mengumpulkan

beberapa data berupa foto aktivitas penambang emas, pencemaran sungai, artikel

tentang penertiban penambang emas, serta data pembayaran lahan. Agar data yang

diperoleh bisa dipercaya (absah), maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi

yaitu triangulasi sumber dan waktu. Data yang diperoleh dianalisis dengan

mengacu pada model analisis Miles dan Huberman dengan langkah-langkah yaitu

reduksi data, model data (data display) dan penarikan kesimpulan. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan terkendalanya kesadaran masyarakat disebabkan

kurangnya informasi dan pembinaan dari pemerintah tentang Undang-Undang

serta implementasinya dalam penambangan.36

Setelah mencermati beberapa penelitian terdahulu, dapat diuraikan adanya

letak persamaan dan letak perbedaan antara skripsi ini dengan penelitian

terdahulu. Adapun sisi persamaan terletak pada: objek kajiannya yang sama-sama

membahas tentang penegakan hukum terhadap penambangan emas illegal.

Kemudian dari segi pendekatan yang digunakan juga menggunakan sama-sama

pendekatan kualitatif.

35Raudatul Jannah Budiman Lauselang, “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana

Pertambangan Ilegal di Kabupaten Seram Bagian Barat (Studi pada Polres Seram Bagian Barat).”

Skripsi (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2019), hlm. 3 36Eri Sakti dan Akmal, “Kesadaran Hukum Masyarakat Pertambangan Emas di Desa

Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo.” Jurnal Moral and Civic Education. Vol.

4. No. 1. (2020), hlm. 1

Page 35: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

21

Sedangkan dari sisi perbedaan, juga terdapat perbedaan, yaitu: Dari sisi

lokasi penelitian yang jelas berbeda, dan juga dari sisi tahun penelitiannya juga

sangat beragam di masing-masing tempta. Dalam skripsi ini penulis membahas

tentang penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar (Dompeng) di

Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Perbedaan skripsi

ini dengan kedua skripsi di atas adalah lokasi penelitian yang berbeda. Karena itu

originalitas penelitian ini dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara

ilmiah.

Page 36: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

22

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Menurut Beni, penelitian kualitatif meliputi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuan

penelitianya.37

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris.

Yakni penelitian yang mengaju kepada tata aturan hukum yang terdapat dalam

peraturan bentuk perundangan yang berlaku. Di kaitkan dengan penerapan yang

terjadi dalam masyarakat.38

Dalam melakukan penulisan skripsi pendekatan penelitian merupakan

penelitian paradigma. Penelitian yang di gunakan, apakah bersifat kualitatif atau

kuantitatif, atau menggunakan kedua paradigma tersebut sekaligus (mixing

methode).

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

dimna proses pengumpulan dan menganalisa data tidak berdasarkan angka-angka

seperti penelitian kuantitatif, namun dalam penelitian kualitatif bukan berarti tidak

boleh menggunakan angka dalam menerangkan gejala. Penelitian dengan

pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara

induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,

dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.39

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk

mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan

pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang

kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni.40

37

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 183-184 38

Ishaq, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm 66 39

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), 80 40

Muktar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), hlm.

29

Page 37: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

23

Jadi, dalam konteks penelitian ini, maka peneliti akan menggali data

dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat bagaimana

implementasi penegakan hokum yang terjadi terhadap kasus penambangan

emas liar dompeng di Desa Muaro Mensao Kabupaten Sarolangun.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun

Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini mengkaji tentang upaya dalam mengatasi

tindak pidana penambangan emas liar (Dompeng) di wilayah hukum Desa Muaro

Menso Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Lokasi ini dipilih karena

pertimbangan adanya kegiatan penambangan emas liar atau dompeng di wilayah

tersebut.

Terkait dengan waktu penelitiannya, maka skripsi ini dilakukan pada tahun

2020/2021 dengan melihat fenomena kasus-kasus penegakan hukum terkait

penambangan emas liar atau dompeng yang terjadi sejak lima tahun terakhir, yaitu

terhitung sejak 2016-2021. Rentang waktu ini ditentukan lima tahun terakhir agar

diperoleh kesimpulan yang komrehensif.

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan

lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam

kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis.41

1. Jenis Data

Jenis data dibagi kedalam dua kategori, yakni data primer dan data

sekunder. Penjelasan kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data utama penelitian.42

Data primer dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara

dengan subjek penelitian, dan dokumentasi yang berhasil peneliti

41

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya.

2010), hlm. 157 42Suaidi Asy‟ari (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi (Jambi, t.p, 2009), hlm. 19

Page 38: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

24

kumpulkan di Desa Muaro Mensao Kabupaten Sarolangun. Data primer

dalam penelitian ini ditulis ke dalam catatan lapangan dengan mengikuti

panduan instrumen pengumpulan data.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung penelitian.43

Data sekunder

diperoleh dari sejumlah literatur yang menjadi bahan untuk menyusun

teori dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip dokumen pribadi

dan dokumen resmi. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data

penulis mengklasifikasikanya menjadi tiga jenis sumber data yaitu:

a. Person. Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

lisan melalui wawancara atau angket. Maksudnya adalah sumber data

yang mengacu kepada pihak-pihak yang relevan untuk digali

keterangannya di lapangan, yaitu Desa Muaro Mensao.

b. Place. Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

diam dan bergerak. Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud

benda dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju

kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar

mengajar dan lain sebagainya. Maksudnya, adalah sumber berupa

kantor-kantor, atau instansi terkait yang dapat dimintai keterangan

lebih jauh tentang kasus dan penanganan dari dompeng emas yang

terjadi di Desa Muaro Mensao.

c. Paper. Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar, atau simbol-simbol lain.44

Dalam hal ini adalah

sejumlah literature pendukung untuk teori skripsi ini.

43

Ibid. 44

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), hlm. 172

Page 39: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

25

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian langsung untuk memperoleh

data atau informasi dari objek yang di teliti, maka untuk memperolehnya penulis

mengadakan:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data

melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap objek yang di

amati langsung.45

Observasi pengamatan dilakukan secara langsung dengan aparat

penegak hukum terhadap pelaku penambangan emas liar (Dompeng) yang

memberikan dampak negatif seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan di

sepanjang aliran sungai Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas

pertanyaan.46

Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk

mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan

informan atau subjek peneliti. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini

wawancara bisa tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada

hakikatnya wawancara merupakan kegiyatan untuk memperoleh informasi

secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam

penelitian, atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang di peroleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Wawancara merupakan suatu kegiatan yang di lakukan untuk

mendapat informasi dalam mengumpulkan data secara langsung dengan

mengungkap pertanyaan-pertanyaan atau proses tanya jawab secara lisan

terhadap responden dan wawancara yang di lakukan terhadap satu orang

45

Ibid. 46

Ibid, hlm. 135.

Page 40: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

26

responden akan mendapat informasi yang cukup relatif dan lebih bersifat

objektif bila di banding dengan responden yang lebih dari satu atau kelompok.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh keterangan-keterangan

atau informasi dari tata usaha atau catatan-catatan tentang gejala-gejala atau

peristiwa-peristiwa masa lalu.47

Dokumentasi sebagai cara mencari data

mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan data muskrip, buku,

surat kabar, majalah, notulen rapat, prasati, lengger agenda dan sebagainya.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi (data) berupa

catatan, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat lainnya, catatan

dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang

dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan

dokumen tertulis lainya dicatat dengan menggunakan dokumentasi penulisan

guna untuk memperoleh semua data yang berhubungan dengan penelitian

ini.48

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu metode yang di gunakan untuk menganalisa data

yang telah dikumpulkan dan telah diklarifikasikan menurut jenis data yang di

perlukan.49

Dalam sebuah penelitian analisis data merupakan bagian yang sangat

penting, karena dengan analisis data yang akan nampak manfaatnya terutama

dalam memecahkan penelitian dan tujuan akhir penelitian, karena kemampuan

ketajaman dalam menganalisa data akan berpengaruh terhadap hasil penelitian

yang di lakukan. Karena pada dasarnya analisa adalah kegiatan untuk

memanfaatkan data sehingga dapat di peroleh suatu kebenaran atau ketidak

benaran dari suatu hipotesa dan dalam menganalisa data-data yang di perlukan

imajinasi dan kreatifitas sehingga di uji kemampuan peneliti dalam menalar

47

Setna Yuwana Sudican, Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah (Semarang: Aneka Ilmu,

1998), hlm. 39. 48

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi) (Jambi: Syariah Press, 2014),

hlm. 37-41 49

Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar Yang Sukses (Surabaya: Rineka Cipta, 1979),

hlm. 64

Page 41: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

27

sesuatu.50

Adapun langkah-langkah penulis dalam melakukan analisis data sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.51

Reduksi data di artikan sebagai

proses pemilikan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan dan

transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan yang tertulis di

lapangan. Hasil data yang di dapat di lapangan akan di dedukasi dengan cara

merangkum, meresume, kemudian mengklafikasikan sesuai dengan kebutuhan

peneliti. Masalah upaya dalam mengatasi tindak pidana penambangan emas

liar (Dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun di ambil melalui

wawancara, observasi, dokumentasi, kemudian di analisis dengan

menajangkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data tersebut sehinggga dapat di sajikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini

Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitan kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.52

Penyajian data sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Sajian data merupakan upaya penelitian untuk mendapatkan

gambaran dari data yang telah di perolah serta hubungan dengan fokus

penelitian yang di laksanakan, untuk itu sajian data dapat di buat dalam bentuk

matriks, grafik, tabel dan lain sebagainya. Penyajian data mengenai upaya

dalam mengatasi tindak pidana penambangan emas liar (Dompeng) di wilayah

hukum Kecematan Limun.

50

Subagyo, Metode Penelitian: dalam Teori dan Praktek (Surabaya: Rineka Cipta, 1991),

hlm. 42 51

Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 200 52

Ibid., hlm. 341

Page 42: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

28

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam

proses analisis data penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal.53

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau

teori.54

Penarikan kesimpulan sebagai dari suatu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian dalam

pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada catatan.

Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data, yaitu

dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan sementara

maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara dapat di buat terhadap

setiap data yang ditemukan pada saat penelitian sedang berlangsung dan

kesimpulan akhir dapat di buat setelah seluruh data di analisis, hasil penyajian

data bisa di ambil kesimpulan tentang temuan lapangan mengenai upaya

dalam mengatasi tindak pidana penambangan emas liar (Dompeng) di Desa

Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun dan menyesuaikan

dengan teori yang telah disusun sebelum penelitian di lakukan.55

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji tingkat

keterpercayaan data di lapangan. Trianggulasi adalah suatu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal ini

dapat tercapai dengan cara:

53

Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 202 54

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 345 55

Ahmad Rijali, “Analisis data kualitatif Alhadharah,” Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.17.No.33

(2019), hlm 81-95.

Page 43: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

29

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang lain, orang biasa, ahli,

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang

berkaitan.56

G. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memberikan pedoman dalam penelitian dan penulisan serta

untuk memberikan gambaran bagaimana penulisan dan laporan dilakukan, maka

di susun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. dalam bab ini akan di uraikan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsepsional, kerangka teori,

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan umum tentang penambangan emas liar. Dalam bab ini akan di

paparkan tentang., Pengertian Penambangan Emas Liar, Faktor

Penyebab Terjadinya Penambangan Emas Liar, dampak terjadinya

penambangan emas liar, kebijakan pemerintah terhadap penambangan

emas liar.

Bab III Reformasi hukum penambangan di Indonesia. Dalam bab ini akan di

paparkan tentang, Historis Geografis,Desa Muaro Mensao , Aspek

Sosial Ekonomi Desa Muaro Memsao , Realita Sosial Ekonomi Desa

Muaro Mensao.

Bab IV Pembahasan. Dalam bab ini akan di paparkan tentang; bagaimana

pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar

(dompeng) yang terjadi di Desa Muaro Mensao, kemudian meliahat

pula kendala-kendala dalam pelaksanaanya, lalu apa saja upaya yang

dilakukan untuk mengatasinya.

56

Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1995), 178

Page 44: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

30

Bab V Penutup. Dalam bab ini akan di uraikan tentang kesimpulan dan saran

berdasarkan temuan di lapangan.

Selanjutnya dilampirkan beberapa dokumen penting, seperti: daftar

pustaka, dokumentasi penelitian di lapangan, IPD, dan hal-hal lainnya yang

mendukung bagi penelitian ini.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

31

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Muaro Mensao

Peta belanda tahun 1910 disebutkan “DATOEK NAN III”.Datuk Nan Tigo

adalah seumpun tiga datuk menguasai marga “DATOEK NAN TIGO”, marga

Datok Nan Tigo berpusat di mangkadai. Ketiga Datuk yaitu: Datok Temenggung,

Datok Ranggo, Datok Demang. Datok Temenggung berpusat di dusun

Mengkadai, Datok Ranggo berpusat di dusun Muara Mensao, sedangkan Datok

Demang berpusat di Kampung Pondok.57

Istilah datuk merupakan penghormatan terhadap pemimpin adat.

Kekuasaan datuk setingkat pesirah di marga atau penghulu di batin. Seloko seperti

“marga berpagar pesirah, batin penghulu” merupakan bentuk ikrar terhadap

penghormatan petinggi pemimpin negeri yang disebut “alam sekato rajo, negeri

sekato batin”. Kata datuk mengingatkan sejarah keberadaan Minang Kabau.

Bahardatun Agari basa didalam buku “Tambo dan Silsiah Minang Kabau”, datuk

perpatih nan sebatang dan datuk katumanggungan merupakan nenek moyang

Minang Kabau.58

Posisi begitu dihormati, apabila merujuk kepada prasasti Telaga Batu

dimana pada baris 11 terdapat kata kedaulatan yang kemudian ditafsirkan sama

dengan kedatonatau keratin yakni istana raja. Sehingga kedatuan dapat disamakan

dengan wilayah datuk. Datuk kemudian menjadi datuk dan dikenal di kerajaan

Pagaruyung dan diserap didalam sistem struktur sosial di marga Datuk Nan Tigo.

Menurut tembo di marga Datuk Nan Tigo, selain kekuasaan ketiga datuk, maka

dikenal juga datuk petinggi dan datuk monti. Datuk petinggi merupakan pimpinan

dari ketiga datuk. Berpusat di Dusun Pulau Pandan, sedangkan datuk monti

merupakan pembantu dari datuk petinggi berpusat di Dusun Kutur.59

Hubungan antar Datuk Nan Tigo dengan datuk petinggi dan hubungan

Datuk Monti, masing-masing datuk mengatur sistem pemerintahan adat di

wilayah masing-masing. Marga Datuk Nan Tigo mengaku keturunan Minang

57

Kepala Desa Muaro Mensao, Idiris, wawancara, 01 Maret 2021 58

Sekdes Desa Muaro Mensao, Ali Nafiah, wawancara, 02 Maret 2021 59

KAUR Pemerintahan Desa Mensao, Samson, wawancara, 28 Februari 2021

Page 46: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

32

Kabau, penamaan datuk merupakan gelar yang diberikan sebagai pemimpin di

kalangan masyarakat adat. Didalam tembo, wilayah Marga Nan Tigo berbatasan

dengan marga Pelawan yang ditandai dengan sungai merah sebelah Sungai

Keruh.Tempat ini masih bisa ditemukan diarea Singkut IV.60

Perkembangan kekuasaan Datuk Nan Petinggi mengalami pemekaran.

Dusun Pulau Pandan kemudian menjadi Desa Pulau Pandan. Sedangkan Dusun

Tuo dan Dusun Muara Limun menjadi Desa Muara Limun. Kekuasaan Datuk

Temenggung yaitu dusun Mangkadai, Dusun Tanjung Putus, Dusun Kait-Kait

menjadi Desa Temenggung. Begitu juga Datuk Demang berkembang, semula dari

berbagai Dusun kemudian menjadi Desa Demang dan Desa Panca Karya.61

Begitu juga kekuasaan Datuk Ranggo, Muara Mensao, Rantau Alai dan

sungai dingin kemudian menjadi Desa Ranggo. Namun menurut KPH Sarolangun

Desa Ranggo terdiri dari Dusun Sungai Dingin, Dusun Sungai Dingin baru, Dusun

Kayu Aro, Dusun Bukit Tanggo Batu. Desa Ranggo kemudian dimekarkan

kembali menjadi Desa Muara Mensao, Desa Mensao terdiri dari Dusun Muara

Mensao, Dusun Payo Rumbai, Dusun Rantau Alai dan Dusun Sungai

Tengkuyung.62

Kecamatan Limun yang terdiridari desa seperti Desa Berkun, Desa

Demang, Desa Lubuk Bedorong, Desa Meribung, Desa Mersip, Desa Monti, Desa

Muara Limun, Desa Muara Mensao, Desa Napal Melintang, Desa Panca Karya,

Desa Pulau Pandan, Desa Ranggo, Desa Suka Damai, Desa Tanjung Raden dan

Desa Temenggung. Sedangkan Desa Demang, Desa Pulau Pandan, Desa Muara

Limun, Desa Temenggung, Desa Panca Karya, Desa Ranggo dan Desa Monti

merupakan wilayah kekuasaan didalam marga Datuk Nan Tigo.63

Desa Muara Mensao terbentuk pada tahun 2006, desa Muara Mensao

merupakan daerah pemekaran dari Desa Ranggo, yang awalnya ada beberapa

Desa namun setelah pemekaran Desa Muara Mensao memisahkan diri dari Desa

Ranggo, hingga sampai saat ini Desa Muara Mensao telah berusia 15 tahun

60

KAUR Umum Desa Mensao, M. Amin, wawancara, 28 Februari 2021 61

Tokoh Masyarakat Desa Mensao, Bos Mali, wawancara, 27 Februari 2021 62

Kadus Mensao Desa Mensao, Idris, wawancara, 20 Maret 2021 63

KAUR Pembangunan Desa Mensao, wawancara, 23 Maret 2021

Page 47: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

33

setelah memisahkan diri dari Desa Ranggo. Pemekaran yang dilakukan oleh Desa

Muara Mensao dikarenakan telah memenuhi persyaratan untuk membangun Desa

sendiri sehingga terbentuklah Desa Muara Mensao yang terbagi dari empat dusun,

yaitu Dusun PayoRumbai, Dusun Muara Mensao, Dusun Rantau Alai, Dusun

Tengkuyung. Adapun asal usul masyarakat Desa Muara Mensao umumnya

berasal dari Minang Kabau (Sumatera Barat). Desa Muara Mensao memiliki

luasan 40 Kilo Meter persegi, dengan jumlah empat dusun, antara lain:64

1. Dusun Muaro Mensao

2. Dusun Payo Rumbai

3. Dusun Rantau Alai

4. Dusun Tengkuyung

B. Keadaan Geografis Desa Muaro Mensao

Batas wilayah Desa Muaro Mensao dapat dijelaskan sebagai berikut:65

1. Sebelah Barat Berbatasan dengan: Desa Ranggo Dan Desa Demang.

2. Sebelah Timur Berbatasan dengan: Desa Mounti

3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan:DesaTanjung Raden

4. Sebelah Utara Berbatasan dengan:Desa Kampong 7.

Tabel 2: Aspek Geografis Desa Muaro Mensao66

No Aspek Geografis Keterangan

1 Luas Wilayah 400 Ha

2 Letak Desa 500-700dpl

3 Jarak desa ke kecematan 18 Km

4 Jarak desa ke kabupaten 42 Km

5 Jarak desa ke provinsi 210 Km

64

Observasi tanggal 29 Februari 2021 65

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 66

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021

Page 48: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

34

C. Struktur Organisasi Desa Muaro Mansao

Tabel 3. Lembaga Formal dan Non-Formal Desa Mensao67

No Nama Lembaga Jumlah Terbentuk

1 LPM 12 Orang Tahun 2006

2 BPD 5 Orang Tahun 2006

3 Lembaga adat 8 Orang Tahun 2006

4 Karang Taruna 16 Orang Tahun 2016

Jumlah 44 Orang

Tabel 4. Pejabat Desa Mensao68

No Nama Jabatan

1 Idris Kepala Desa

2 Ali Nafiah Sekretaris Desa

3 Samson KAUR Pemerintahan

4 Hamali KAUR Pembangunan

5 M. Amin KAUR Umum

6 Najmudin Ketua BPD

7 Hafis Wakil Ketua BPD

8 Rozalin Ketua Lembaga Adat

9 Bos Mali Tokoh Masyarakat

10 Idris Kadus Mensao

11 Ridwan Kadus Payo Rumbai

12 Sarol Kadus Rantau Alai

13 Jailani Kadus Sungai Tengkuyung

D. Keadaan Demografis Desa Muaro Mensao

Jumlah populasi desa dalam satu tahun terakhir, jumlah bayi yang lahir 18

orang, sedangkan yang datang jumlah 36 orang dengan alasan bekerja dalam hal

pertanian. Untuk jumlah penduduk yang meninggal dunia dalam satu tahun

67

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 68

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021

Page 49: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

35

terakhir sebanyak delapan orang , sedangkan jumlah penduduk yang pindah keluar

desa sebanyak dua orang dengan alasan jumlah yang menikah dengan penduduk

luar mensao. Jumlah Rukun Tetangga (RT) Perdusun adalah sebagai berikut:

1. Dusun Ma. Mensao : 3 RT (RT O1, RT 02, RT 03)

2. Dusun PayoRumbai : 2 RT (RT 04, RT 05)

3. Dusun Rantau Alai : 3 RT (RT 06, RT 07, RT 08)

4. Dusun Sungai Tekuyung : 2 RT (RT 09, RT 10).69

Adapun keadaan jumlah penduduk adalah sebagai berikut: Jumlah

Penduduk secara totalnya adalah seabagai berikut: 1577 Jiwa. Adapun rinciannya

adalah sebagai berikut: laki-laki: 824 Jiwa dan perempuan: 753 Jiwa. Sedangkan

jumlah kepala keluarga: 413 Jiwa dan jumlah penduduk miskin adalah sebanyak:

110 Jiwa.70

Adapun jumlah penduduk jika dijelaskan dengan sebaran per RT adalah

dapat diuraikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5. Jumlah Penduduk Per-RT71

No RT KK Laki-laki Perempuan Total

1 01 46 79 77 156

2 02 32 61 57 118

3 03 44 80 78 158

4 04 41 84 78 162

5 05 45 100 74 174

6 06 38 77 68 145

7 07 86 162 164 326

8 08 26 58 48 106

9 09 39 86 78 164

10 10 16 37 31 68

Total 413 824 753 1577

69

Kadus Desa Mensao, Idris, wawancara, tanggal 20 Maret 2021 70

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 71

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021

Page 50: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

36

Tabel 6. Jumlah Penduduk per-Dusun72

No Dusun KK Laki-laki Perempuan Total

1 Muaro Mensao 122 220 212 432

2 Payo Rumbai 86 184 152 336

3 Rantau Alai 150 297 280 577

4 Sungai Tengkuyung 55 123 109 232

Total 413 824 753 1577

Tabel 7. Komposisi Suku Penduduk Desa Muaro Mensao73

No Nama Suku Jumlah KK Jumlah Jiwa

1 Suku Melayu 251 1.279

2 Suku Jawa 76 -

Jumlah 327 1.279

E. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Muaro Mensao

Tabel 8. Jumlah Tempat Pendidikan74

NO Nama Jumlah Gedung Jumlah Guru Jumlah Murid

1 TK 1 3 18

2 SD 2 20 212

3 MTs 1 6 -

Jumlah 4 29 230

Tabel 9. Jumlah Tenaga Medis di Desa Muara Mensao75

No Tenaga Medis Jumlah

1 Dokter -

72

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 73

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 74

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 75

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021

Page 51: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

37

2 Bidan 1

3 Mantri -

4 Dukun Bayi 4

5 Dukun Biasa 6

Jumlah 11

Tabel 10. Rumah Ibadah di Desa Muaro Mensao76

No Nama Kegiatan Status Jumlah Pendapatan Rata-rata

1 Persawahan Tetap - Tidak tetap

2 Perladangan Musiman - Tidak tetap

3 Pedagang Tetap 32 Rp. 1.000.000,-

4 Perkebunan sawit Tetap - -

5 Perkebunan karet Tetap - -

6 Peternakan Tetap - -

7 Pegawai Tetap 12 Rp. 2.000.000,-

8 Buruh tani - 84 Rp. 500.000,-

9 Tukang Tetap 10 Rp. 1.000.000,-

76

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021

Page 52: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

38

Tabel 11. Tempat Olahraga77

No Nama Jumlah Keterangan

1 Lapangan Sepakbola 2 Bagus

2 Lapangan futsal 1 Bagus

3 Lapangan bulu tangkis 1 Bagus

4 Lapangan volly 2 Bagus

5 Lapangan tenis meja 1 Bagus

Jumlah 7

F. Infrastruktur Pendukung

1. Jaringan Jalan

Sarana transportasi atau akses jalan di Desa Muara Mensao cukup baik

untuk bisa mengakses semua dusun, dan memang masih banyak di beberapa

titik jalan yang berlobang namun masih bisa untuk dilewati oleh kendaraan

baik itu sepeda motor atupun mobil.78

2. Kondisi Sungai

Aliran sungai di Desa Muara Mensao ada dua, yang pertama aliran

sungai Batatang Limun dan aliran Sungai Batang Sao. Namun kondisi air di

kedua sungai tersebut sungguh memprihatinkan, airnya tidak layak untuk

dikonsumsi baik untuk air minum ataupun dijadikan untuk mandi.

Dikarenakan air tersebut telah tercemar oleh limbah penambangan peti illegal

(Dompeng) sehingga warna air tersebut berwarna kuning kehitaman.79

3. Kondisi dan Fungsi Jalan

Kondisi jalan poros desa yang menjadi penghubung dari dan kedalam

atau keluar desa dalam kondisi baik. Namun banyak juga kondisi jalannya

77

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 78

Kepala Desa Muaro Mensao, wawancara, tanggal 09 Maret 2021 79

KAUR Pembangunan Desa Mensao, Hamali, wawancara, 10 Maret 2021

Page 53: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

39

mengalami kerusakan dan kondisi jalan yang berlobang dikarenakan seringnya

mobil-mobil Perusahaan yang melintas membawa muatan barang sehingga

tambah rusaknya jalan di Desa Muara Mensao dan sampai sekarang belum

adanya respon dari pemerintah untuk infrastruktur dan apalagi jalan tersebut

kurang perawatan. Namun jalan tersebut masih tergolong bisa untuk dilewati

baik bagi kendaraan roda dua ataupun roda empat. Jalan di Desa Muara

Mensao menjadi penghubung ke Desa Sungai Dingin, Limun, Bukit Bulan.

Jika kondisi jalan rusak ataupun tidak ada tentunya ini akan menjadi

penghambatak sesi interaksi sosial budaya dan ekonomi masyarakat, baik

masyaraka tsetempat atau masyarakat diluar dusun.80

4. Keadaan Transportasi

Transportasi yang masuk ke desa adalah angkutan transportasi darat,

pemamfaatan transportasi darat ini dulu banyak digunakan oleh masyarakat

sekitar untuk menuju ke Desa lain, kecamatan ataupun kabupaten, baik dalam

wilayah kabupaten Sarolangun atau daerah sekitarnya dalam Desa itu sendiri.

Namun pada saat ini sudah kurang diminati oleh masyarakat

dikarenakan masyarakat sudah mempunyai kendaraan sendiri sehingga

memudahkan masyarakat untuk bepergian.81

80

Dokumen Profil Desa Mensao tahun 2021 81

KAUR Pemerintahan Desa Mensao, wawancara, 20 Maret 2021

Page 54: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

40

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas Liar di Desa Muaro

Mensao

Menurut Andi Hamzah, istilah penegak hukum sering disalah

artikan,seakan-akan hanya bergerak dibidang hukum pidana atau hanya dibidang

represif. Istilah penegakan hukum disini meliputi, baik yang represif maupun

preventif.1 Sedangkan menurut Sudarto memberi arti penegakan hukum ialah

perhatian dan penggarapan, baik perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang

sungguh-sungguh terjadi (onrecht in actu) maupun perbuatan melawan hukum

yang mungkin akan terjadi (onrecht in potentie).82

Penerapan Hukum dalam perspektif yang diungkapkan oleh Putera Jaya

adalah: “Suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi

kenyataan. Keinginan-keinginan hukum adalah pikiran-pikiran badan pembuat

undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum.Sering kita

dengar dalam rangka penerapan hukum, istilah diskresi.Diskresi diperlukan

sebagai pelengkap asas legalitas, yaitu asashukum yang menyatakan bahwa setiap

tindakan atau perbuatan administrasi negara harus berdasarkan ketentuan undang-

undang.”83

Adapun yang dimaksud dengan konteks penegakan hukum adalah

merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh para penegak hukum yang ada di

lingkup pemerintahan Kabupaten Sarolangun, khususnya di Desa Muaro Mensao

sebagaimana tugasnya dalam rangka untuk menegakan suatu aturan hukum.

Pelaksanaan penegakan hukum oleh para penegak hukum tersebut diharapkan

masyarakat dapat mematuhi setiap aturan yang berlaku di sana sehingga para

pelaku oknum pemain dompeng dapat menyadari tindakannya sebagai perilaku

yang bertentangan dengan hukum positif.

82

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 134 83

Nyoman Serikat Putra Jaya, Beberapa Pemikiran Kearah Pengembangan Hukum

Pidana (Bandung: Aditya Bhakti, 2008), hlm. 135

Page 55: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

41

Dalam hal pelaksanaan penegakan hukum terhadap kegiatan penambangan

ilegal di Desa Muaro Mensao. Pihak Kepolisian Resort Sarolangun telah

melakukan tiga tahapan proses penanganan sebagimana yang dikatakan oleh

Kasat Reskrim Polres Kabupaten Sarolangun (dalam wawancara pada tanggal 20

Maret 2021). Ketiga rangkaian penyadaran hukum dalam proses implementasi

tindak pidana penambangan ilegal atau yang dikenal sebagai domepeng di desa

tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Tahap Sosialisasi

Pada tahap ini, Pemerintah Desa Muaro Mensao dan Pemkab

Sarolangun dalam hal ini instansi-instansi terkait bekerja sama dengan pihak

Kepolisian dan TNI serta unsur terikait lainnya di desa tersebut, hal ini

dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar serta

memberikan penyuluhan, baik tentang aturan perundang-undangan yang

berhubungan pertambangan dan segala hal yang berkenaan dengan dompeng

illegal tersebut, maupun bagaimana tentang dampak daripada penambangan

ilegal dompeng tersebut bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat disekitar

tambang. Sosialisasi tersebut diberika kepada masyarakat di Desa Muaro

Mensao dan wilayah dusun-dusun yang ada disekitar lingkar lokasi

pertambangan tersebut beraada.84

Untuk menertibkan penambangan ilegal yang marak saat itu di

Kabupaten Sarolangun dan Desa Muaro Mensao, pada tanggal 21 Nopember

2020, sebagaimana diberitakan oleh beberapa media bahwasanya unsur

pemerintah kabupaten Sarolangun beserta TNI/Polri saling bekerjasama untuk

melakukan sosialisasi dan edukasi di Dusun Mensao (sekitar enam kilometer

dari lokasi penambangan) Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. Dalam

sosialisasi itu, tampak hadir pula bapak Kepala Dinas pertambangan

Kabupaten Sarolangun, yang mana beliau juga telah memberikan pemahaman

edukatif kepada masyarakat terkait dampak penambangan yang dilakukan oleh

oknum masyarakat secara ilegal terhadap lingkungan dan kesehatan

masyarakat sendiri sebab adanya senyawa merkuri yang bisa membahayakan

84

Observasi tanggal 10 Maret 2021

Page 56: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

42

air sungai, apalagi masyarakat masih bergantung kepada sungai tersebut dalam

aktivitas mencuci dan sebagainya.85

Di dalam kesempatan yang lainnya tampak pula bahwa pada tanggal

11 April 2020 TNI dan Polri di Desa Muaro Mensao mereka melakukan

sosialisasi bahaya merkuri yaitu senyawa kimiawi terhadap kesehatan

masyarakat di pertambangan illegal yang ada disekitar kawasan lingkungan

rumah warga desa Muaro Mensao. Kegiatan sosialisasi edukatif ini merupakan

kerja sama Koramil 1502-07/Limun dengan Polsek Limun yang dipimpin oleh

Danramil 1502-07 Mensao, Sosialisasi ini diikuti setidaknya oleh kurang lebih

500 orang penambang yang biasa berburu cinabar di tempat tersebut.86

Dalam sosialisasi tersebut, Bapak Danramil menyampaikan beberpa

poin diantaranya: “amanat Pangdam XVI Pattimura yang pada dasarnya tidak

melarang masyarakat untuk bekerja di tambang, namun hanya meminta

kesadaran masyarakat agar menumbuhkan kepedulian terhadap kerugian dari

tambang batu cinabar yang berdampak besar terhadap lingkungan dan

kesehatan masyarakat”. Selain Danramil, Kapolsek Kecamatan Limun

menambahkan bahwa pihaknya tentunya tidak akan segan-segan akan tegas

memproses secara hukum terhadap pihak-pihak apabila masih ditemukan

oknum dompeng ini yang masih bandel dan tetap mengelola merkuri di tempat

tersebut.87

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dan diperkuat oleh hasil

wawancara, di dapat informasi bahwa pada masa itu, dari sosialisasi tersebut

terdapat hal yang menjadi catatan bahwa: “Baik Danramil maupun Kapolsek,

sama sekali tidak menyinggung soal UU No. 4 Tahun 2009 tentang

penambangan, yang memuat aturan-aturan tentang teknik dan prosedural yang

harus ditempuh oleh orang ataupun badan hukum yang hendak melakukan

penambangan harus berdasarkan izin dari pemerintah setempat dan tidak bisa

85

Kadus Mensao, Idris, wawancara, tanggal 09 Maret 2021 86

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 10 Maret 2021 87

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 21 Maret 2021

Page 57: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

43

dilakukan secara sepihak saja dengan sewenang-wenang mengeksloitasi

lingkungan. Jika tidak, maka penambangan semacam itu tergolong ilegal.”88

Selain itu, pada tanggal 19 Mei 2020, Kodam bersama Polsek

Kecamatan Sarolangun menggelar kegiatan Sosialisasi Bahaya daripada

senywa Merkuri dari hasil diompeng tersebut. Kegiatan penyuluhan ini

dilakukan bertempat di Pos Satgas (Yonif 726/Limun) yang terletak di

Perbatasan Dusun Payo Rumbai dan Dusun Rantau Alai, Kabupaten

Sarolangun. Beberapa tujuan positif yang hendak dicapai melalui kegiatan ini

yaitu bertujuan melakukan sosialisasi sehingga muncullah gerakan masyarakat

Desa Muaro Mensao yang peduli hidup sehat kepada masyarakat khususnya

masyarakat Limun terutama soal dampak bahaya merkuri bagi lingkungan dan

kesehatan akibat limbah dari domepng tersebut.89

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh di lapangan, di peroleh

keterangan bahwasanya: “Di dalam sosialisasi itu, Pangdam dalam amanat

tertulisnya menyebutkan merkuri atau yang juga disebut air raksa (Hg) adalah

salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam

batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan

organik. Merkuri yang ada di dalam tanah, air, dan udara relatif rendah.

Berbagai jenis aktivitas manusia yang dapat meningkatkan kadar merkuri

menjadi tinggi, misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan

merkuri sebanyak 10.000 ton per tahun. Pekerja yang mengalami kontak

dengan merkuri dapat menderita berbagai jenis penyakit yang membahayakan.

Efek dari dompeng ini lah yang kemudian menimbulkan merkuri.

Pembuangan merkuri terbesar berasal dari tambang emas rakyat lokal.

Contohnya penambangan emas illegal di Desa Muaro Mensao yang mencapai

6 Ton. Tentunya ini angka yang sangat besar sekali, dan membawa dampak

luas bagi masyrakat di sekitarnya.”90

Selain dari uraian di atas, diterangkan pula bahwasanya efek dari

merkuri tersebut. Salah satu informan yang menambahkan keterangan terkait

88

Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 22 Maret 2021 89

Kadus Payo RUmbai, Sarol, wawancara, tanggal 24 Maret 2021 90

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 29 Maret 2021

Page 58: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

44

informasi bahaya merkuri ini adalah sebagai berikut: “Bahwa risiko bahaya

merkuri yang mengganggu kesehatan seperti penggunaan merkuri pada

kosmetika, kini terbukti berbahaya dan dilarang di berbagai negara. Merkuri

bersifat korosif pada kulit. Hal Ini berarti mengoleskan merkuri pada kulit

akan membuat lapisan kulit semakin menipis. Selain itu, merkuri juga berisiko

mengganggu berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru,

dan sistem kekebalan tubuh. Merkuri tidak hanya akan berdampak kepada

orang dewasa saja tetapi bayi dan anak merupakan golongan yang juga tidak

luput dari resiko dampak merkuri dan efek sampingnya. Sebagai contoh,

Pangdam mengatakan “Pencemaran lingkungan akibat merkuri pernah terjadi

di Kecamatan Limun banyak anak dibawah 3 tahun meninggal.”91

Dari pengamtan peneliti di lapangan tampak: “Bahwasanya jenis

kegiatan semacam sosialisasi di lokasi pertambangan ini memang melibatkan

bahyak pihak yang bertugas di lapangan, Tak ayal sering dijumpai adanya

kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara gabungan baik itu dari matra TNI,

Polri dan Pemda Kabupaten Sarolangun itu sendiri. Dalam kerja-kerja

sosialisasi yang dilakukan tersebut, biasanya di hadapan Pos TNI di

Kecamatan Limun, lebih menitikberatkan penekanannya pada persoalan

kesehatan, dan juga ada disinggun sedikit mengenai aturan-aturan hukum

terkait larangan penambangan tanpa izin berikut sanksi yang diterima. Jika

tidak diindahkan maka aka nada sanksi berat yang menunggu.”92

Baik sosialisasi yang dilakukan pemerintah Desa Muaro Mensao

bersama TNI/Polri di Dusun-dusun yang ada di Mearo Mensao maupun

sosialisasi yang dilakukan oleh Kodam di perbatasan yang baraada di lingkup

Kabupaten Sarolangun, sesungguhnya merupakan upaya persuasif dalam

rangka menertibkan masyarakat agar segala macam jenis pelanggatan terkait

penambangan emas diompeng yang dilakukan itu hendaknya disesuaikan

dengan prosedur hukum yang berlaku, baik terhadap perorang maupun

perusahaan. Ketika penambangan tidak dilakukan dengan aturan-aturan

91

Kepala Puskesmas Limun, Susanto, wawancara, tanggal 30 Maret 2021 92

Observasi tanggal 10 Maret 2021

Page 59: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

45

hukum dan syarakat yang ketat, maka ijin tidak diberikan dan harus

diberangus dengan tegas.

Namun demikian, apabila masyarakat tambangan yang jujur dalam

operasionalisasi ijin tambangnya, maka merka akan dilayani dengan

dilindingui dalam menjalankan bisnis tersebut. Hal ini senada dengan apa

yang diungkapkan oleh salah seorang informan kepadap peneliti: “Jika

penambangan yang dilakukan masyarakat itu berdasarkan prosedur yang benar

yakni dengan memiliki izin resmi, maka dari sisi legalitas, mereka terlindungi

hukum. Di samping itu. dengan prosedur yang benar juga maka upaya

menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat Desa Muar Mensao khusunya

menjadi terjamin.”93

2. Tahap Pencegahan (Preventif)

Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa tahapan

pencegahan dilakukan setelah tahap sosiliasi dilakukan kepada masaarakat di

sekitar kawasan Kabupaten Saroangun, khususnya di kawasan Muaro Mensao.

Beberapa hal yang dilakukan pada tahapan pencegahan ini antara lain adalah

dengan melaksanakan patrol secara kontinyu dan berkala. Informasi ini

dijealaskan sebagai berikut:

“Pada tahap ini, pihak Polres Sarolanung dan jajaran serta stakeholder

terkait akan melakukan patroli dan pengawasan terhadap setiap

aktifitas pertambangan di lokasi tersebut. Patroli yang dilakukan tidak

terjadwal, sehingga kapan saja mereka bisa terjun ke lokasi

pertambangan. Hal itu dimaksudkan agar anggota masyarakat yang

bermaksud untuk melakukan aktifitas penambangan ilegal dengan

sendirinya akan tercegah, manakala mereka mengetahui bahwa pihak

Kepolisian selalu melakukan patroli di lokasi yang menjadi titik titik

yang potensial dilakukannya kegiatan domepeng tersebut. Informasi

titik-titik tersebut dilakukan melalui operasi intelijen dan tindakan

pengamatan terukur dari para petugas penegakan hukum di wilayah

tersebut dengan melibatkan unsur pemerintahan desa. Hal yang sama

juga dilakukan oleh Polsek Kecamatan Limun yang melakukan patroli

secara bergantian dengan Polsek Limun misalnya.”94

93

Anggota Kapolsek Limun, Alias, wawancara, tanggal 31 Maret 2021 94

Anggota Kapolsek Limun, Alias, wawancara, tanggal 31 Maret 2021

Page 60: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

46

Berdasarkan adanya informasi wawancara di atas, maka dapat

diketahui bahwasanya dengan adanya atau dilaksanakannya patroli rutin yang

dilakukan oleh pihak Kepolisian serta melibatkan intansi terkait di lokasi

pertambangan tersebut, peneliti mengamati bahawasanya terdapat efek yang

positif. Hal ini ditandai dengan adanya fenomena secara berangsur-angsur,

anggota masyarakat di sekitar lingkar pertambangan tersebut khususnya di

Desa Muaro Mensao semakin sadar dan banyak di antara mereka tidak akan

melakukan kegiatan penambangan lagi.95

Setelah tahapan sosialisasi dan

tahapan pencegahan dilakukan, maka untuk mengatasi kegiatan dompeng

tersebut, maka dilanjutkan dengan kegiatan penindakan. Adapun

penjelasannya adalah sebagai mana paragraph di bawah ini.

3. Tahap Penindakan (Represif)

Setelah pihak Pemerintah Kabupaten Sarolangun yang dibantu oleh

pihak Kepolisian dan TNI melakukan dua tahap sebelumnya, yaitu tahap

sosialisasi dan tahap pencegahan, maka pada tahap yang ketiga ini dilakukan

penindakan hukum. Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan ini antara

laon adalah sebagai berikut:

“Pada tahap ke tiga ini penindakan dilakukan dalam dua bentuk,

Pertama: Pemerintah Kabupaten Sarolanung bersama dengan Kepolisian dan

TNI melakukan penutupan terhadap semua penambangan yang dilakukan oleh

masyarakat di lokasi pertambangan dompeng yang meresakan masyrakat

lainnya. Yang Kedua: Pihak Kepolisisan melakukan proses hukum atas para

pelaku tindak pidana penambangan ilegal yang masih melakukan kegiatan,

baik dalam bentuk penambangan, transaksi jual beli, pengolahan, ataupun

pengiriman material emas tersebut keluar daerah.”96

Lebih jelas kedua penindakan itu dapat diuraikan sebagaimana yang

dikutip dari adanya pemberitan dari salah seorang informan sebagai berikut:

“Pertama: Pada tanggal 08 Desember 2020, Pemerintah Sarolangun

bersama dengan gabungan Polres, koramil 1502/07, Satuan Brimob

Kompi II, Satpol PP Lingkup Kabupaten Sarolangun, yang dipimpin

95

Observasi tanggal 09 Maret 2021 96

Observasi tanggal 09 Maret 2021

Page 61: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

47

langsung oleh Kapolres AKBP Agus Setiawan SIK dan didampingi

oleh Sekda, Kepala Dinas KesBangPol, Kasat Satpol PP, Dan Ramil,

Kapten, Komandan Brimob, Perwira Penghubung serta anggota

Personil Gabungan yang berjumlah 126 orang menertibkan penambang

dompeng di areal tambang di desa Muaro Mensao.”97

Untuk memudahkan aktivitas penindakan tersebut, maka strategi yang

diambil oleh pemangku kebijakan adanya dengan membuat dua tim yang akan

bekerjasama. Berikut ini keterangan beliau:

“Kegiatan penertiban tersebut dibagi dalam 2 (dua) tim yaitu tim A dan

Tim B; Tim A diarahkan untuk menyisir dan menertibkan areal

tambang emas liar tak berijin (PETI), dan tim B diarahkan untuk

menyisir dan menertibkan areal di bagian hulu; Semua tenda para

penambang dibersihkan dari gunung tersebut dan semua permukaan

lubang galian ditutup agar orang tidak boleh masuk melakukan

aktifitas penambangan lagi.”98

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sarolangun mengatakan bahwa:

“Penyisiran tambang emas illegal atau dompeng di Desa Muaro Mensao,

Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun itu merupakan maklumat atau

perintah langsung dari Gubernur Jambi, Kapolda Jambi, dan Pangdam XVIII

dengan nomor surat 544-45/2017, 1030/XI/2017 dan MAK/01/XI/2017 yang

berbunyi bahwa untuk segera menertibkan pertambangan mineral logam yang

mengandung merkuri, air raksa dan emas. Penertiban tambang emas dengan

domepng dilakukan setelah dilakukan musyawarah antara pemerintah

kabupaten Sarolangun dengan tokoh masyarakat dari berbagai dusun yang ada

di Muaro Mensao.”99

Informasi teknis yang peneliti peroleh dalam kontek penyisiran ini

disampaikan oleh salah seorang informan sebagai berikut:

“Dalam penyisiran dan penertiban tersebut terdapat 2 (dua) orang

tokoh masyarakat yang turut membantu tim di lapangan yaitu Dedi dan

Alias. Penertiban atau penyisiran tambang ilegal ini dilakukan selama

3 hari sebab kayu yang digunakan masyarakat penambang–untuk

menyangga dinding ataupun atap lubang merupakan kayu yang keras.

Jadi butuh tenaga yang ekstra. Selain itu barang-barang warga

97

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 02 Februari 2021 98

Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 03 Februari 2021 99

Tokoh Masyarakat, Bos Mali, wawancara, tanggal 09 Maret 2021

Page 62: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

48

penambang yang masih tertinggal di areal tersebut akan di tampung

dan dikembalikan kepada pemiliknya.”100

Berdasarkan informasi yang diperoleh di atas dapatlah dikatakan

bahwasanya menurut Sekda, penindakan ini diambil dengan tegas agar ada

efek jera bagi oknum nakal yang masih nekad untuk melakukan akivitas

dompeng emas ini. Berikut penuturan beliau:

“Pemerintah Kabupaten Sarolangun melakukan tindakan tersebut

semata-mata untuk mencegah warga Desa Muaro Mensao khususnya

yang menambang agar tidak terkena dampak penambangan disebabkan

oleh bahan kimia yang berbahaya yaitu merkuri, serta meneruskan

perintah presiden Indonesia untuk tertibkan tambang yang berbahaya

dan bersifat ilegal tersebut. Lebih lanjut kata Sekda, bahwa stelah

penyisiran dan pembersihan dilakukan, akan dilakukan penghijauan

kembali agar areal dompeng tersebut kembali stabil seperti sedia

kala.”101

Berdasarkan keterangan wawancara di atas diketahui tujuan dari

kegiatan penindakan adalah untuk mencegah terjadinya kegiatan dompeng liar

lagi. Namun demikian pasca kegiatan penindakan maka akan diteruskan

dengan kegiatan yang selanjutnya yaitu sebgai berikut:

“Jika pada dua tahapan sebelumnya, masih ada oknum-oknum anggota

masyarakat yang melakukan penambangan, pengolahan, perdagangan

dan sebagainya, maka terhadap yang bersangkutan masih diberi

pembinaan. Namun jika pelanggaran hukum terkait dengan

penambangan ilegal dilakukan setelah tahapan penindakan hukum ini,

maka siapapun jika tertangkap basah melakukan tindak pidana

penambangan dan berbagai hal yang terkait dengannya, maka Polisi

akan mengambil tindakan tegas terhadap yang bersangkutan.”102

Setelah dilakukan penindakan secara represif oleh Polsek Limun, pada

tahap ke tiga ini, ternyata masih ada sejumlah kasus tindak pidana

penambangan dompeng emas liar dilakukan oleh sejumlah oknum anggota

masyarakat. Kasus-kasus yang berhasil peneliti peroleh informasinya di

lapangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

100

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 09 Februari 2021 101

Staff Sekda Kabupaten Sarolangun, wawancara, 20 Februari 2021 102

Anggota Kapolsek Limun, wawancara, 21 Februari 2021

Page 63: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

49

a. Kasus I

Kasus I adalah kasus yang terjadi pada 29 Oktober 2020. Berikut

ini keterangan lengkap mengenai kasus tersebut:

“Adanya orang yang masih melakukan penambangan illegal emas.

Pada tanggal 29 Oktober, Aparat kepolisian meringkus Bambang alias

(umur 28 tahun) bersama Rumles alias Mama Jena (umur 54 tahun).

Mereka berdua diduga melakukan tindak pidana penambangan dompeng di

Kabupaten Sarolangun tanpa izin. Kedua pelaku yang sudah ditahan sejak

Senin, (29/10/ 2020) itu, kemudian menjalani pemeriksaan intensif di

Polda Jambi." Kedua pelaku pada saat diamankan, polisi menemukan

barang bukti berupa alat-alat dompeng, satu unit mobil pick up berwarna

putih nomor, serta satu unit mesin blower berwarna hijau. Polisi juga

menyita satu buah alat menimbang emas. Pelaku beserta barang bukti

dibawa ke polres sarolangun untuk dilakukan proses pemeriksaan lebih

lanjut. Menurut Kabid Humas, kedua pelaku dijadikan tersangka karena

diduga telah melanggar pasal 158 dan atau pasal 161 Undang-Undang RI

No 4 Tahun 2009.”103

b. Kasus II

Kasus yang kedua ini adalah kejadian yang terjadi pada tahun 2018

yang lalu. Berikut ini penjelasan lengkapnya:

“Dalam kasus yang kedua, penulis kutip dari kabar timur news.

terdapat empat penambang emas ilegal yang diringkus aparat Kepolisian

Resor (Polres) Sarolangun. Keempat penambang ilegal tersebut ditangkap

pada tanggal 30 Oktober 2018. Penangkapan itu dipimpin Kasat Reskrim

dan anggota Opsnal Satreskrim,” ungkap Kapolres Kabupaten Sarolangun.

Menurutnya, penggerebekan di lokasi penambangan dilakukan setelah

polisi mendapat informasi dari masyarakat.”104

103

Anggota Kapolsek Limun, Alias, wawancara, tanggal 21 Maret 2021 104

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 23 Maret 2021

Page 64: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

50

c. Kasus III

Sedangkan kasusu yang ketiga ini terjadi pada tahun 2019 dimana

keterangan lengkap mengenai kejadian ini adalah sebgai berikut:

“Kasus transaksi jual beli material batu cinabar antara pedagang

pengumpul dengan pemilik material. Transaksi tersebut dilakukan antara

Abdurahman Siauta sebagai pembeli sedang penjual terdiri atas tiga orang

penambang yang hendak menimbang emas. Saat tim bergerak untuk

menangkap saudara Rahman Siauta saat itulah tim mendapati tiga orang

sedang membawa emas dengan berat 0,19 gram. Selain Abdurahman

Siauta, empat warga lainnya yang ikut digelandang ke Polres Sarolangun.

Dalam kaitannya dengan kasus itu, Ohoirat mengungkapkan, 3 (tiga)

warga yang ditangkap lebih dahulu adalah mereka kedapatan membawa

tiga alat tambang. Dari penangkapan itu, polisi kemudian melakukan

pengembangan dan akhirnya menangkapnya di rumah warga. Saat ini

kelima pelaku telah berada di Kantor Polres Sarolangun. Mereka dibawa

beserta barang bukti lainnya.”105

d. Kasus IV

Sedanakan selanjutnya yaitu kasus yang keempat, dimana pada

kejadian ini yang terjadi adalah:

“Terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan penyulingan Batu

Cinabar menjadi Mercuri. Di Dusun Telaga Ratu, Desa Kairatu, terjadi

kasus penyulingan Batu Cinabar menjadi mercuri atau air raksa. Setelah

pihak Kepolisian mendapatkan informasi dari masyarakat tentang kegiatan

tersebut, polisi segera melakukan penggerebekan satu rumah yang

dijadikan pabrik penyulingan batu cinabar di Dusun Talaga Ratu, Desa

Kairatu, Selasa (23/1/2018). Dalam penggerebekan itu, polisi menangkap

lima orang warga yang sedang melakukan aktivitas penyulingan bahan

baku merkuri.”106

105

Anggota Satreskrim Polres Sarolangun, Wahid, wawancara, tanggal 09 Februari 2021 106

Anggota Satreskrim Polres Sarolangun, Wahid, wawancara, tanggal 09 Februari 2021

Page 65: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

51

e. Kasus V

Berikutnya yaitu kasus kelima yang terhadi pada tahun 2018 silam

keterangan lengkap mengenai kasus ini adalah sebagai berikut:

“Dalam kasus yang lain terdapat seorang pengusaha yang menjadi

penyandang dana bagi upaya pembelian dan pengiriman peralatan

tambang ilegal ke luar Kabupaten untuk digunakan di Provinsi lain. Kasus

dimaksud adalah adanya tujuh orang tersangka yang kini telah diamankan

di rutan Ditreskrimum Polda Jambi. Penyidik Subdit 1 Ditreskrimum

Polda Jambi menetapkan R.S alias R, Warga Desa Muaro Mensao,

Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, sebagai

tersangka utama dalam kasus tersebut teregistrasi dalam laporan polisi,

nomor: LP-A 135/III/2018/Ditreskrimum Jambi. Peranan R.S alias R

dalam kasus itu adalah karena yang bersangkutan diketahui berperan

sebagai penyandang dana untuk membiayai peredaran dompeng yang

diangkut dengan armada jalur sungai dan darat.”107

Para pelaku dari lima jenis tindakan pidana tersebut setelah

ditangkap selanjutnya dilakukan introgasi pendalaman oleh pihak berwajib

dalam hal ini pihak kepolisian Kabupaten Sarolangun untuk dilakukan

proses hukum lebih lanjut. Mereka diduga kuat telah melakukan tindak

pidana sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 4 tahun 2009,

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pasal (58) dan (61). Di

dalam pasal 58 ini disebutkan bahwa:

“Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa Izin

Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR) atau

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak

Rp. 10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah).”108

Bahwa perbuatan yang dilarang dalam ketentuan pasal di atas pada

dasarnya terkait dengan pelanggaran administratif berupa tidak adanya

IUP, IPR, atau IUPK dalam melakukan usaha penambangan. Karena itu,

107

Anggota TNI Korem, Wandi, wawancara, tanggal 10 Februari 2021 108

UU Nomor 4 Tahun 2009 pasal 58

Page 66: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

52

penambangan yang demikian disebut penambangan ilegal. Oleh karena itu,

kepada yang bersangkutan dikenakan sanksi tindak pidana sebagaimana

termaktub dalam pasal tersebut di atas.

Mengenai kasus-kasus yang lain, maka perbuatan-perbuatan

tersebut termasuk tindak pidana yang diancam dengan pasal 61 UU No. 4

Tahun 2009 terkait dengan “Menampung, Memanfaatkan, Melakukan

Pengolahan dan Pemurnian, Pengangkutan, Penjualan Mineral dan

Batubara yang bukan dari Pemegang IUP atau IUPK”. Lebih jelas

rumusan delik dalam pasal 161 itu menyatakan sebagai berikut:

“Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi yang

menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan

pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang

bukan dari pemegang IUP, IUPK, atau izin sebagaimana dimaksud

dalam pasal 37, pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 48, Pasal

67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), Pasal 81 ayat (2), Pasal 104 ayat (3)

atau Pasal 105 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling

lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”109

Perbuatan yang dilarang dalam pasal tersebut sebagaimana disebutkan

oleh Mahrus Ali dan Ayu Izza Elvany (2014: 70) adalah menampung,

memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan.

Sedangkan objeknya adalah mineral dan batubara.

Sehubungan dengan adanya diskresi Joseph Goldstein menawarkan

konsep dalam law enforcement, yaitu : Total enforcement merupakan ruang

lingkup penegakan hukum pidana, sebagaimana diharapkan dan dirumuskan

oleh hukum pidana materil (substantive law of crimes), yang tidak mungkin

diwujudkan karena keterbatasan gerak penegak hukum disebabkan adanya

pembatasan secara ketat oleh hukum acara pidana yang mencakup aturan atau

tata cara penangkapan, penggeledahan, penahanan, penyitaan, sampai pada

tahap pemeriksaan pendahuluan, atau mungkin juga pembatasan oleh hukum

109

UU Nomor 4 Tahun 2009 pasal 61

Page 67: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

53

pidana materil itu sendiri, yang menentukan bahwa suatu tindak pidana hanya

dapat dituntut berdasarkan pengaduan.110

Penegakan hukum full enforcement, para penegak hukum diharapkan

menegakkan hukum secara maksimal. Penegakan hukum secara full

enforcement ini, menurut Joseph Goldstein, merupakan harapan yang tidak

realistis, terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaannya berupa batasan

waktu, personel, alat-alat investigasi, dana dan sebagainya. Kegiatan usaha

penambangan dapat dilaksanakan setelah diberikan izin usaha pertambangan

oleh:111

1. Bupati atau Walikota apabila wilayah izin usaha pertambangan berada di

dalam satu wilayah kabupaten atau kota dan izin usaha pertambangan.

2. Gubernur apabila wilayah izin usaha pertambangan berada pada lintas

wilayah kabupaten atau kota dalam 1 (satu) Provinsi setelah mendapatkan

rekomendasi dari Bupati atau Walikota setempat;

3. Menteri apabila wilayah izin usaha pertamabangan berada pada lintas

wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan

Bupati atau Walikotasetempat sesuai dengan ketentua peraturan

perundang-undangan.

Kegiatan usaha penambangan dilakukan tanpa izin yang terjadi di

Gunung Pongkor Kabupaten Bogor ini dapat dikenakan pidana sebagaimana

tertuang pada ketentuan pidana Pasal 158 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,

menyatakan bahwa:

“Setiap orang yang melakukan usah penambangan tanpa Izin Usaha

Pertambangan, Izin Pertambangan Rakyat, Izin Usaha Pertambangan

Khusus sebagaimnana dimaksud dalam pasal 37, Pasal 40 ayat (3),

Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp

10.000.000.000,00- (sepuluh miliar rupiah).”112

110

Ibid., hlm. 136 111

KAUR Pemerintahan, Samson, wawancara, tanggal 09 Maret 2021 112

UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 158

Page 68: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

54

Dalam Pearturan Daearah Kabupaten Bogor tertuang pada ketentuan

pidana Pasal 42 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Pertambangan Umum, Menyatakan bahwa:

“Setiap orang, baik perorangan maupun badan yang melanggar

ketentuan Pasal 5, 29, dan 33 huruf c, d, e, f, j, m diancam pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.

5.000.000,00 (lima juta rupiah)”113

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, hukum pidana secara ideal

menjamin ketertiban dengan memuat ketentuan larangan terhadap perbuatan-

perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dapat diancam dengan

hukuman atas pelanggaran larangan tersebut, dan mengatur pertanggung

jawaban terhadap hukum pidana/siapa yang dapat dihukum serta menentukan

hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang.

Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia lembaga Kepolisian

merupakan lembaga pertama yang berkewajiban melaksanakan penegakan

hukum.Namun dalam pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh

pihak Kepolisian ataupun penegak hukum lainnya sering kali mengalami

kendala. Menurut Soerjono Soekanto ada lima unsur atau faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum itu.

Penerapan sanksi terhadap penambang emas secara ilegal atau para

gurandil di Gunung Pongkor dapat di pidana, selain merugikan negara para

pelaku tersebut juga merugikan pihak pengelola tambang emas tersebut, juga

para pelaku penambang emas tersebut tidak memenuhi standar keselematan

kerja yang ditetapkan oleh aturan yang ada sehingga dapat menyebabkan

kecelakan/kematian seperti yang tertuang pada Pasal 98 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa:

“Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

113

UU Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 42

Page 69: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

55

tahun dan denda paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar

rupiah).”114

Permasalahan lain yang timbul selain dari kerugian antara lain adalah

pencemaran lingkungan dan menghasilkan limbah B3 yang dilakukan oleh

para penambang emas illegal dengan tidak adanya peralatan yang memadai

untuk mengurai pasca tambang yang dilakukan oleh para penambang emas

ilegal tersebut hal ini dituangkan pada Pasal 103 Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

menyatakan, bahwa:

“Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan

pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)

tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”115

Penerapan sanksi pidana dalam penambangan emas ilegal selain dari

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara, Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Pengelolaan Usaha Penambangan Umum, sanksi dari Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup juga berlaku terhadap para pelaku penambangan emas

ilegal yang melakukan kegiatan penambangan liar yang tidak sesuai peraturan

dan diskresi yang ada.

B. Hambatan Penegakan Hukum Pelaku Penambangan Emas Liar di Desa

Muaro Mensao

Penambangan emas ilegal di Kabupaten Sarolangun merupakan

permasalahan antara kelangsungan hidup hari ini dan masa depan lingkungan

untuk generasi di masa yang akan datang. Penambangan emas ilegal ini bukan

saja merusak lingkungan di Kabupaten Sarolangun tetapi kegiatan penambangan

emas ilegal ini juga telah merusak moral masyarakat terutama generasi muda

114

UU Nomor 32 Tahun 2009 pasal 98 ayat 3 115

UU Nomor 32 Tahun 2009 pasal 98 ayat 103

Page 70: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

56

Kabupaten sarolangunr. Jadi, sudah seharusnya kegiatan penambangan emas

ilegal ini diberantas demi kemakmuran seluruh masyarakat Kabupaten

Sarolangun, khususnya di Desa Muaro Mensao. Namun, pemberantasan tambang

emas ilegal ini tak semudah membalikkan telapak tangan.

Kepolisian Kota Bogor sebagai lembaga penegak hukum yang mempunyai

wewenang untuk bertindak memberantas kegiatan tambang emas ilegal yang

terjadi di Kabupaten Sarolangun menghadapi banyak kendala dalam

melaksanakan penegakan hukum terhadap para pelaku penambangan emas ilegal

tersebut. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak Polres Kabupaten

Sarolangun dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap para pelaku kegiatan

tambang emas illegal tersebut, antara lain:

1. Rendahnya Kesadaran Hukum Masyarakat

Menurut Ewick dan Silbey: “Kesadaran Hukum” mengacu ke cara-

cara dimana orang-orang memahami hukum dan intitusi institusi hukum, yaitu

pemahaman-pemahaman yang memberikan makna kepada pengalaman dan

tindakan orangorang.116

Bagi Ewick dan Silbey, “kesadaran hukum” terbentuk

dalam tindakan dan karenannya merupakan persoalan praktik untuk dikaji

secara empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan “hukum

sebagai perilaku”, dan bukan “hukum sebagai aturan norma atau asas.”117

Kesadaran hukum dalam masyarakat belumlah merupakan proses sekali jadi,

melainkan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi tahap demi tahap,

kesadaran hukum masyarakat sangat berpengaruh terhadap kepatuhan hukum,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor yang

mempengarui kurangnya kesadaran hukum masyarakat adalah:118

a. Ketidak pastian hukum;

b. Peraturan-peraturan bersifat statis;

c. Tidak efisiennya cara-cara masyarakat untuk mempertahankan

peraturan yang berlaku.

116

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan termasuk Interpretasi

Undang-undang (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 510 117

Ibid., hlm. 511 118

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 112

Page 71: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

57

Dalam tindak pidana penambangan emas ilegal yang terjadi di wilayah

Kabupaten Sarolangun sebagian masyarakat yang menjadi pelaku tidak lagi

menghiraukan setiap aturan yang wajib untuk dipatuhi. Hal ini disebabkan

karena masyarakat Kabupaten Sarolangun yang menjadi pelaku penambangan

emas ilegal sudah menjadikan kegiatan ini sebagai rutinitas, bukan lagi

sebagai pekerjaan alternatif. Sebagian masyarakat yang menjadi pelaku

penambangan emas ilegal memilih pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama

karena dapat memberikan finansial yang layak, meskipun aktivitas yang

mereka lakukan tersebut mereka sadari akan menimbulkan dampak negatif

yang sangat luas baik terhadap lingkungan maupun moral masyarakat di areal

tambang. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat Kabupaten Sarolangun

terhadap tindak pidana penambangan emas ilegal ini juga disebabkan oleh

adanya oknum yang tidak bertanggung jawab yang ikut terlibat dalam

kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.119

2. Adanya Backup Oknum Aparat

Berdasarkan pengamatan penulis melihat para pelaku penambangan

emas ilegal ini di back-up oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab

seperti oknum penegak hukum dan oknum pemerintah. Para pelaku

penambangan sering mendapatkanbocoran informasi razia dari oknum polisi

itu sendiri. Jika para pelaku sudah mendapatkan bocoran informasi akan

dilakukannya razia oleh polisi maka para pelaku akan secepat mungkin untuk

menyembunyikan alat-alat tambang yang mereka gunakan. Seharusnya,

kepolisian yang menjadi lini terdepan dalam penegakan hukum dapat

memberikan pengetahuan serta pemahaman tentang hukum agar terwujud

masyarakat yang sadar dan taat akan hukum.120

Demikian pula dengan adanya kesadaran hukum baik aparatur penegak

hukum maupun masyarakat, maka akan tercipta pula kesdaran akan

lingkungan mengingat emas merupakan sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui dan harus dikelola dengan baik demi mencapai tujuan yang

119

Anggota Kapolsek Limun, Dedi, wawancara, tanggal 10 Maret 2021 120

Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 20 Maret 2021

Page 72: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

58

diharapkan yaitu Sustainable Development (pembangunan berkelanjutan).

Menurut penulis terlaksananya efektivitas penegakan hukum yang dilakukan

oleh pihak kepolisian hendaknya mendapat dukungan yang bersifat kooperatif

dari semua pihak, baik pihak pemerintah.Namun dalam kenyataannya, fakta

yang penulis temukan dilapangan antara aparatur penegak hukum, aparatur

pemerintahan dan tokoh masyarakat belum tercipta suatu koordinasi yang

kooperatif dalam pemberantasan penambangan emas ilegal ini.121

3. Kurangnya Peran Masyarakat Dalam Membantu Aparat Kepolisian

Masyarakat adalah faktor terpenting dalam penegakan penambangan

emas liar. Akan tetapi masyarakat juga dapat menjadi faktor pengahambat

dalam melakukan penegakan. Ada beberapa faktor penghambat yang berasal

dari masyarakat, yaitu: adanya fenomena masyarakat yang acuh terhadap

peran masyarakat di dalam membantu aparat kepolisian.122

4. Kurangnya peran Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Perangkat Desa

Dalam hal ini tokoh masyarakat dan unsur terkait untuk

melarangmasyarakat untuk melakukanaktifitas penambangan emas liar.123

5. Kurangnya Pemahaman Masyarakat

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang peraturan yang melarang

akan penambangan emas tanpa izin khususnya Undang-Undang Mineral dan

Batubara Menurut analisa penulis, dengan adanya hambatan yang dialami oleh

masyarakat sekitaran tambang, maka dapat mempengaruhi jalannya

penyidikan. Masyarakat tidak mengetahui apa dampak negative yang

ditimbulkan oleh penambangan emas liar ini. Kurangnya Koordinasi Antara

Pihak Kepolisian Dengan Dinas Pertambangan. Kerjasama antara apparat

kepolisian dengan Dinas pertambangan sangat diperlukan untuk melaksanakan

penegakan hukum terhadap penambang emas liar ini.124

121

Polisi, Bapak, Wawancara, Tanggal 19 Maret 2021 122

Observasi tanggal 10 Februari 2021 123

Observasi tanggal 11 Februari 2021 124

Tokoh Masyarakat, Bos Mali, wawancara, tanggal 09 Maret 2021

Page 73: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

59

Kurang nya kejasama antara aparat kepolisian Dinas Pertambangan

dikarenakan dalam melakukan penegakan masing-masing instansi tidak saling

berkoordinasi dan hanya jalan sendiri-senidri dalam melakukan penegakan.125

6. Kurangnya Sarana, Fasilitas Dan Peralatan Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Pertambangan Emas Liar

Faktor tersebut meliputi kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh

Kepolisian Sektor Kabupaten Ssarolangun sehingga menyulitkan aparat

Kepolisian melakukan patrol pada sekitaran daerah yang rawan akan

penambangan emas liar.126

C. Upaya Mengatasi Hambatan Penegakan Hukum Pelaku Penambangan

Emas Liar di Desa Muaro Mensao

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi dalam menangani tindak

pidana penambangan emas ilegal di atas, maka ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Upaya untuk Edukasi Masyarakat

Masalah kesadaran hukum warga masyarakat sebenarnya menyangkut

faktor-faktor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dipahami,

ditaati, dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu

ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya lebih rendah dari mereka

yang memahami hukum.127

Soerjono Soekanto, mengemukakan empat

indikator kesadaran hukum:

a. Pengetahuan tentang hukum;

b. Pemahaman tentang hukum;

c. Sikap terhadap hukum ;

d. Perilaku hukum.128

Sebagai hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara kesadaran

hukum dan ketaataan hukum maka beberapa literaur yang di ungkap oleh

125

Kadus Rantau Alai, Sarol, wawancara, tanggal 08 Februari 2021 126

Kadus Mensao, Idris, wawancara, tanggal 09 Februari 2021 127

Zainudin Ali, Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 66 128

Achmad Ali, Op.Cit., hlm. 301

Page 74: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

60

beberapa pakar mengenai ketaatan hukum bersumber pada kesadaran hukum,

hal tersebut tercermin dua macam kesadaran, yaitu:129

a. Legal consciousness as within the law, kesadaran hukum sebagai

ketaatan hukum, berada dalam hukum, sesuai dengan aturan hukum

yang disadari atau dipahami;

b. Legal consciousness as against the law, kesadaran hukum dalam

wujudmenentang hukum atau melanggar hukum.

Didalam kenyataannya ketaatan terhadap hukum tidaklah sama dengan

ketaatan sosial lainnya, ketaatan hukum merupakan kewajiban yang harus

dilaksanakan dan apabila tidak dilaksanakan akan timbul sanksi, tidaklah

demikian dengan ketaatan sosial, ketaatan sosial manakala tidak dilaksanakan

atau dilakukan maka sanksisanksi sosial yang berlaku pada masyarakat inilah

yang menjadi penghakim. Tidaklah berlebihan bila ketaatan didalam hukum

cenderung dipaksakan. Ketaatan sendiri dapat dibedakan dalam tiga jenis:

a. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang menaati suatu

aturan, hanya karena takut terkena sanksi. Kelemahan ketaatan jenis

ini, karena membutuhkan pengawasan yang terus-menerus;

b. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang menaati

suatu aturan, hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain

menjadi rusak;

c. Ketaatan yang bersifat internalization, yatu jika seseorang menaati

suatu aturan, benar-benar karena merasa bahwa aturan itu sesuai

dengan nilainila intristik yang dianutnya.130

2. Memaksimalkan Kinerja Aparatur Hukum dan Stakeholder

Pihak Kepolisian harus berbenah dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai lembaga penegak hukum.Kepoilisian dalam tugasnya

memberantas tindak pidana penambangan emas ilegal terus berupaya

meningkatkan kinerjanya agar bisa tercipta penegakan hukum seperti yang

diharapkan. Untuk mencegah dan atau mengurangi terjadinya prilaku

129

Ibid., hlm. 510 130

Staff Polsek, Bapak, wawancara, Tanggal 10 Maret 2021

Page 75: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

61

menyimpang dari oknum-oknum yang tidak bertangggung jawab untuk

mencegah dan atau mengurangi prilaku menyimpang dari oknum pelaku

penambang emas illegal.131

131

Kepala Desa Muaro Mensao, Idris, wawancara, tanggal 12 Maret 2021

Page 76: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan bab terdahulu, dapat disimpulkan beberapa hal

penting sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku penambangan emas liar

(dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan Limun Kabupaten

Sarolangun menempuh tiga tahapan proses, yaitu: a) Pemerintahan

melakukan sosialisasi bersama dengan pihak kepolisian dan TNI terkait

dengan UU Nomor 4 Tahun 2009, khususnya pasal-pasal yang terkait

dengan pertambangan serta bahayanya terhadap lingkungan; b) Melakukan

patroli sebagai upaya preventif untuk mencegah dan memantau aktivitas

penambangan atau dompeng; c) Melakukan pendindakan pidana sebagai

bentuk upaya represif secara tegas kepada para pelaku dompeng tersebut.

2. Kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku

penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan

Limun Kabupaten Sarolangun yaitu ada enam hal sebagai berikut: a)

rendahnya kesadaran hukum pelaku/masyarakat; b) Adanya fenomena

kegiatan penambangan yang mendapatkan backup dari oknum aparat; c)

Kurangnya peran serta masyarakat dalam membantu aparat kepolisian; d)

Rendahnya peran serta tokoh adat, tokoh masyarakat, dan perangkat desa;

e) Rendahnya pemahaman masyarakat akan efek dari penambangan

illegal; f) Kurangnya fasilitas dan peralatan dalam pemberantasan tindak

pidana penambangan liar.

3. Upaya mengatasi kendala penegakan hukum terhadap pelaku

penambangan emas liar (dompeng) di Desa Muaro Mensao Kecamatan

Limun Kabupaten Sarolangun yaitu dengan cara: a) Mengedukasi

masyarakat Muaro Mensao tentang bahaya dari penambangan illegal; b)

Memaksimalkan kinerja aparatur hukum dan stakeholder.

Page 77: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

63

B. Saran

Berdasarkan pemarapan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan

beberapa saran konstruktif sebagai berikut:

1. Diharapkan stakeholder mengambil peran masing-masing di dalam

menjaga kelestarian alam dan mengatasi penambangan emas illegal

tersebut dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku secara tegas

dan adil.

2. Diharapkan pemerintah daerah Buru dapat membuat aturan khusus

mengenai pertambangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip

lingkungan dan hukum. Pemerintah daerah juga dapat mengeluarkan

berbagai peraturan yang lebih meningkatkan peran dan partisipasi

masyarakat adat yang ada di dalamnya.

3. Diharapkan Kepolisian dapat menambah jumlah personil aparat dalam

melakukan pengawasan serta operasi, agar dapat menjangkau keseluruhan

lokasi penambangan tersebut. Selain itu diharapkan Kepolisian dapat

melaksanakan patroli secara cepat dan lancar.

4. Diharapkan pemerintah daerah, maupun provinsi melakukan

pemberdayaan ekonomi kepada masyarakat tersebut, sehingga mereka

memiliki usaha yang dapat menopang kebutuhan rumah tangganya

sehingga masyarakat enggan untuk ikut kegiatan tambang ilegal.

C. Kata Penutup

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam karena atas petunjuk dan

Ridha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala usaha yang

maksimal, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang dihadapi

tetapi kesemuanya itu penulis anggap sebagai tantangan dalam meraih ilmu dan

kesuksesan.

Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnan dan mungkin terdapat beberapa kekeliruan yang penulis tidak sadari

sewaktu dalam penulisan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang konstruktif dari seluruh pembaca guna penyempurnaan skripsi ini di masa

yang akan datang.

Page 78: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

64

Semoga apa yang dihasilkan oleh peneliti pada hari ini menjadi suatu

ibadah dalam mensyukuri nikmat Allah SWT. Akhir kata, peneliti tutup dengan

ucpan shalawat dan salam serta pujian bagi Rasulullah SAW.

Page 79: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

65

DAFTAR FUSTAKA

BUKU

Anonim. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2008

Aminudin, Ilmar S. Hukum Tata Pemerintahan, Jakarta: Prenada Media, 2014

Arief, N. Barda, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Kesatu,

Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti

Agustino, L. Dasar-dasar kebijakan publik (Edisi Revisi), Bandung: Alfabeta,

2016

Hayati, T. Era Baru Hukum Penambangan: Di Bawah Rezim UU No. 4 Tahun

2009, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015

Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, 2017

Kansil, C., & Kansil, S. Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

2008

Saebeni, Anhamd Saebeni. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia,

2008

Saleh, Roeslan Pikiran-pikiran tentang Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2009

Salim, Hukum Penambangan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005

Soemitro, R. H. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982

Soejanto, A. Bimbingan Ke Arah Belajar Yang Sukses. Surabaya: Rineka Cipta,

1979

Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007

Subagyo, P. J. Metode Penelitian: Dalam teori dan praktek, Surabaya: Rineka

Cipta, 1991

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2014

Page 80: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

66

Supramono, G. Hukum penambangan mineral dan batu bara di Indonesia,

Surabaya: Rineka Cipta, 2012

Una, S. Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi). Jambi: Syariah Press. 2014

Waluyo, B. Pidana dan Pemidanaan, cet. Ke-3. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Penambangan Mineral dan

Batubara, Pasal 1.

JURNAL

Anjami, “Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Izin (Peti) di Desa Sungai

Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi,”

Vol.5.No.1, (April 2018), hlm 6-8

D.A. Sumantri, “Tentang Kebijaksanaan Pemerintah,” No.1, (Januari-Maret 2002)

Karya Gita, Dany Andhika Amin Purnawan, Djauhari, “Kewenangan Kepolisian Dalam

Menangani Tindak Pidana Pertambangan (Ilegal Mining) Menurut Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 (Studi Di Kepolisian Negara Indonesia)”, dalam

Jurnal Daulat Hukum, Volume 1, Nomor 1, Maret (2018

Marselon, “Penegakan Hukum Pemerintah terhadap Penambangan Emas tanpa

Izin (Peti) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi Tahun

2015,” Vol.4.No.1, (Februari 2017)

Putra.H, “Koordinasi Pihak Kecamatan dengan Kepolisian Sektor Kecamatan

Kuantan Mudik dalam Penegakan Hukumpenambangan tanpa Izin (Peti)

di Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2014-

2016,” Vol.4.No.2, (Oktober 2017)

Prilmilono, D., & Zuhairi, A. Konsep Hukum Penambangan Rakyat (Studi di

Kabupaten Lombok Barat). Jurnal IUS: Kajian Hukum dan Keadilan,

2016, 4(1).

Rajalahu, Y. Penyelesaian pelanggaran kode etik profesi oleh Kepolisian

Republik Indonesia. Lex Crimen, 2013, 2(2).

Rijali, A. Analisis data kualitatif. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 2019, 17(33)

Page 81: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

67

Rohayati, Ita. “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penambangan Ilegal di

Indonesia: Studi Penambangan di Gunung Botak Maluku.” Jurnal of

Multidiciplany Studies. Vol. 09. No. 2 2018

Sakti, Eri dan Akmal, “Kesadaran Hukum Masyarakat Pertambangan Emas di

Desa Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo.” Jurnal

Moral and Civic Education. Vol. 4. No. 1. (2020

Saputra, Maizardi, Ebit Bimas “Penegekan Hukum terhadap Tindak Pidana

Pertambangan Batuan Non Logam pada Tanah Hak Milik Masyarakat

(Studi Pada Satreskrim Polres Kerinci.” Jurnal UNES Law Review. Vol. 1.

No. 1 (2018)

PUBLIKASI ILMIAH

Budi Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Penambang Emas Tanpa Izin

Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2012 Di Kabupaten Dharmasraya,”

Skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, (2018).

Lauselang, Raudatul Jannah Budiman. “Penegakan Hukum terhadap Tindak

Pidana Pertambangan Ilegal di Kabupaten Seram Bagian Barat (Studi pada

Polres Seram Bagian Barat).” Skripsi (Yogyakarta: Universitas Ahmad

Dahlan, 2019

Weven, “Penegakan Hukum Kegiatan Penambangan Emas Ilegal Sebagai Upaya

Pengendalian Persoalan Lingkungan Dikabupaten Kotawaringi Timur,”

Tesis Universitas Atmajaya Yogyakarta, (2018), hlm 3.

Page 82: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

68

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Seprianto

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Temapat/Tgl Lahir : Rantau Alai 21-september-1994

Alamat : Rantau Alai

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat Email : [email protected]

No Kontak : 082371177451

Pengalaman-pengalaman

Pendidikan formal

1. SD/MI, Tahun Tamat : 2010

2. SMP/MTS, Tahun Tamat : 2011

3. SMA/MA, Tahun Tamat : 2014

4. S1 Jurusan MPI FTK UIN STS Jambi, Tahun Tamat : 2021

Motto Hidup: “Semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa masih banyak

yang belum kita ketahui.”

Jambi, April 2021

Penulis

SEPRIANTO

NIM: 102170184

Page 83: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 84: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

IPD (INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN EMAS

LIAR (DOMPENG) DI DESA MUARO MENSAO KECAMATAN LIMUN

KABUPATEN SAROLANGUN

A. PEDOMAN OBSERVASI

Observasi dilakukan untuk menggali data di lapangan dengan tujuan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan pada sub judul rumusan

masalah skripsi ini. Adapun hal-hal yang diamati (diobservasi) di lapangan adalah

sebagai berikut:

1. Keadaan lingkungan di Desa Muaro Mensao;

2. Aktivitas dompeng di Desa Muaro Mensao;

3. Proses penegakan hukum terhadap pelaku dompeng di Desa Muaro

Mensao;

4. Mengamati kegiatan sosialisasi edukasi hukum tentang dompeng di Desa

Muaro Mensao.

B. PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilakukan untuk mendalami data-data yang diperoleh melalui

observasi dan dokumentasi. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada

para informan di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara dengan Kapolsek

a. Apa motivasi masyarkat tetap nekad melakukan dompeng di sini?

b. Apakah pelaku tidak takut dengan sanksi hukuman yang ada saat ini?

c. Dari sejumlah pelaku yang berhasil diamanakan petugas, apa latar

belakang pekerjaan mereka sebelum terlibat dompeng?

d. Keadaan apa yang membuat penegakan hukum terhadap pelaku

dompeng sulit untuk dilaksanakan atau terhambat?

e. Apakah pemodal dompeng ini ditemukan dari luar desa?

f. Kemana saja hasil dompeng biasanya didistribusikan? Apakah ada

penampungnya yang juga ikut terlibat?

g. Apakah menurut bapak hukum dan perundangan saat ini sudah cukup

berat untuk para pelaku dompeng?

Page 85: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

h. Ada isu bahwa dompeng ini dibekingi oleh petugas, apa tindakan keras

yang dilakukan terhadap mereka yang terbukti terlibat?

i. Apakah oknum/mafia sanagat menghambat para petugas dalam

menegakkan hukum?

j. Apakah ada aparat penegak hukum membuat spanduk sosialisasi,

baleho, atau semacam sosialisasi dan semcamnya untuk edukasi

hukum bagi pelaku dompeng?

2. Wawancara dengan Dinas Lingkungan Hidup

a. Bagaimana tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan?

b. Bagaimana bentuk kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat

dompeng ini?

c. Bagaimana cara masyarakat melakukan penambangan emas di wilayah

ini?

d. Apa solusi yang ditempuh untuk mengatasi dompeng ini, apakah ada

semacam membuka WPR (wilayah pertambangan rakyat)?

e. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan untuk mengedukasi masyarakat

menjadi peduli lingkungan?

f. Mengapa masyarakat tidak terarik menambang dengan teknik

tradisional-konvensional yang ramah lingkungan saja?

g. Menurut inforamasi, apakah benar adanya dompeng yang merajalela

akibat pembiaran dari aparat?

h. Apa saja bentuk kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari dompeng

ini?

i. Apakah pihak kepolisian bersinergi dengan dengan TNI juga untuk

memberantas dompeng ini?

j. Model upaya preventif seperti apa yang dilakukan oleh kepolisian?

k. Lalu kalau upaya represif (penindakan) nya seperti apa?

l. Apakah dalam penyisiran lokasi dompeng juga melibatkan masyarakat

setempat?

m. Pasal-pasal pidana apa yang ditimpakan kepada para pelaku dompeng

ini?

Page 86: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

3. Wawancara dengan Kepala Desa

a. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Muaro Mensao?

b. Apakah langkah yang diambil pemerintah dalam mengatasi problem

dompeng sudah efektif?

c. Lapisan masyarakat mana yang biasanya vocal dengan persoalan

dompeng ini?

d. Apakah bapak menilai adanya perubahan perilaku masyarakat, yang

dahulu menjaga alam, namun sekarang sudah kurang peduli terhadap

alam?

e. Apakah ada kerjasama antara aparat desa dan kapolsek untuk

mengedukasi masyarakat akan bahaya dompeng?

f. Apakah desan pernah mengeluarkan teguran tulisan, lisan, bahkan

tegas keras kepada pelaku dompeng?

g. Apa dampak negative yang paling dirasakan bagi pemerintahan akibat

dari adanya dompeng tersebut?

4. Wawancara dengan Masyarakat

a. Bagaimana perkembangan dompeng saat ini di wilayah bapak?

b. Apakah benar bahwa penambangan emas ini semuanya berasal dari

kalangan ekonomi menangah ke bawah yang terpaksa melakukan

pekerjaan tersebut?

c. Apakah aktivitas dompeng bisa berdampak positif kalangan

masyarakat tertentu seperti untuk para penual minyak solar, dan

makanan?

d. Biasanya apakah ada perilaku berfoya-foya yang dilakukan oleh para

pelaku dompeng emas tersebut, yang kemudian akan berdampak pada

daya beli ke masyarakat?

e. Apakah dompeng menggangu kualitas air bersih yang dibutuhkan anda

dan keluarga untuk kesehatan keluarga?

5. Wawancara dengan Eks. (mantan) Pendompeng

a. Apa faktor yang mendorong bapak melakukan dompeng ini?

b. Berapa hasil yang diperoleh rata-rata dari hasil dompeng ini?

Page 87: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

c. Apakah anda memberikan sesuatu kepada oknum aparat untuk

melancarkan aktivitas dompeng tersebut?

d. Apa harapan anda kepada pemerintah, agar mencegah orang-orang

tergiur masuk menjadi pelaku dompeng?

e. Apakah kondisi ekonomi anda sudah sulit, maka mau tidak mau anda

menjadi pekerja dompeng?

f. Apa dampak positif yang anda rasakan setelah dulu menjadi

pendompeng?

C. PEDOMAN DOKUMENTASI

Panduan dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan peneliti

melengkapi data-data di lapangan yang dapat menunjang validitas data yang

dikumpulkan melalui hasil observasi dan wawancara yang sebelumnya telah

dilakukan. Adapun langkah-langkah yang akan peneliti lakukan adalah:

1. Meminta file/data/dokumen tentang tim terpadu penambangan emas tanpa

ijin (PETI) atau dompeng atau petugas yang terkait dengan ini kepada

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sarolangun.

2. Meminta file/data/dokumen persebaran aktivitas dompeng di Kabupaten

Sarolangun kepada Dinas Lingkungan Kab. Sarolangun;

3. Foto spanduk-spanduk/baliho/pengumuman yang dikeluarkan oleh

Kapolsek untuk mencegah kegiatan dompeng/PETI di lokasi penelitian;

4. Foto-foto lokasi alam/lingkungan yang rusak akibat dompeng emas di

Desa Muaro Mensao;

5. Foto bersama narasumber/informan penelitian;

6. Foto batas desa dari sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Selatan;

7. Meminta file terkait desa Muaro Mensao di kantor desa.

Page 88: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 89: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …
Page 90: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …
Page 91: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …
Page 92: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENAMBANGAN …

JADWAL PENELITIAN

Adapun rencana waktu penelitian skripsi ini, dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini:

No Kegiatan

Tahun 2021

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

Proposal √

√ √ √

2 Konsultasi

Proposal √ √ √

3 Revisi Proposal

√ √ √

4 Seminar

Proposal √

5 Revisi Pasca

Seminar Proposal √

6 Pengesahan

Judul √

7 Pengumpulan

Data

√ √ √ √ √ √ √ √

8 Penyusunan

Skripsi

√ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Konsultasi

Skripsi

√ √ √ √ √ √ √ √ √

10 Revisi Skripsi

√ √

11 Munaqasyah √

12 Revisi Pasca

Munaqasyah

√ √

13 Penyerahan

Skripsi √

14 Wisuda √

Catatan: Waktu kondisional/tentative.