PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

92
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN HUTAN TNKS (STUDI KASUS DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syariah Oleh: SUBHAN NIM: 102170190 Pembimbing : Dr. Robi’atul Adawiyah, S.H.I., M.H.I Dr. Anggi Purnama Harahap, S.H., M.H PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1442 H / 2021 M

Transcript of PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

Page 1: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN

HUTAN TNKS (STUDI KASUS DI KECAMATAN JANGKAT

KABUPATEN MERANGIN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Syariah

Oleh:

SUBHAN

NIM: 102170190

Pembimbing :

Dr. Robi’atul Adawiyah, S.H.I., M.H.I

Dr. Anggi Purnama Harahap, S.H., M.H

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1442 H / 2021 M

Page 2: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

i

Page 3: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

ii

Page 4: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

iii

Page 5: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

iv

MOTTO

ليذيقهم بعض الذى عملوا ظهر الفساد فى البر والبحر بما كسبت ايدى الناس

لعلهم يرجعون

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar)”. (Qs. Ar-Rum (30): 41)1

1 Ar-Rum (30): 41

Page 6: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya:

Umardani Dan Murniati

Yang selalu menjadi semangat dalam hidupku

Yang selalu berjuang untuk anaknya supaya menjadi anak yang berguna

Bagi Agama, Nusa, dan Bangsa.

Semoga keikhlasan dan ketulusan Ayah dan Ibu

Di ridhoi oleh Allah SWT

Dengan balasan surga-Nya

Bapak dan Ibu Guru (Ustadz dan Ustadzah)

Yang selalu memberi inspirasi dan arahan yang baik untukku

Semoga jasa-jasa Bapak dan Ibu Guru

Dibalas oleh Allah SWT

Dengan selalu dalam lindungan Allah SWT

Ayuk, Abang Ipar dan Adek beserta keluarga besarku

yang selalu memberikan semangat untukku

Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT

Dengan apa yang dicita-citakannya dapat tercapai

Sahabat

Akhi dan ukhti

Lembaga Pengurus Asrama Ma’had Al-Jami’ah (La_PASMA),

Sahabat seperjuangan Demisioner_08 La_PASMA, Prodi Hukum Pidana Islam,

Ikatan Mahasiswa Bidik Misi UIN STS Jambi Angkatan 2017

Beserta seluruh teman-teman seperjuangan yang pernah berjuang bersama-sama

dimasa Perkuliahan ini

Semoga kita semua diberi kemudahan untuk mencapai Kesuksesan dan

kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Page 7: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

vi

ABSTRAK

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian skripsi ini berkenaan dengan

Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perambahan Hutan TNKS. Tujuan penelitian

skripsi ini untuk mengetahui faktor penyebab perambahan hutan, Mengetahui

peran aparat penegak hukum dan proses penegakan hukum terhadap pelaku

perambahan hutan TNKS, Kendala yang dialami oleh aparat penegak hukum,

Serta mengetahui usaha-usaha yang harus dilakukan oleh aparat penegak hukum

dalam melakukan penegakan hukum.

Metode penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian Yuridis-

Empiris dengan analisis data kualitatif dan instrumen pengumpulan data melalui

Studi kepustakaan, Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Penyebab

terjadinya perambahan hutan TNKS kecamatan Jangkat disebabkan oleh faktor

ekonomi, Faktor pendidikan dan Faktor jumlah aparat penegak hukum. Kedua,

Peran aparat penegak hukum dan masyarakat dalam penegakan hukum terhadap

pelaku perambahan hutan yang meliputi peran dalam penegakan hukum Preventif

(Pencegahan) dan Penegakan hukum Refresif (Penindakan), Beserta kendala yang

dihadapi dalam proses penegakan hukum. Ketiga, Usaha-usaha yang harus

dilakukan untuk mencegah dan memberantas perambahan hutan di Kecamatan

Jangkat yaitu: (1). Memperbaiki substansi hukumnya; (2). Meningkatkan fasilitas

pedukung; (3). Meningkatkan patroli; (4). Beri pemahaman yang lebih kepada

masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan.

Kata Kunci: Perambahan hutan, Faktor penyebab perambahan, Penegakan hukum,

Pelaku tindak pidana.

Page 8: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya kepada peneliti, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penulisan dan penelitian dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam mari kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa dan membimbing umat-Nya kejalan

yang penuh dengan ilmu pengetahuan penulisan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam

Hukum Pidana Islam pada Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

dengan judul: “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perambahan Hutan

TNKS (Studi Kasus Di Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin)”.

Dalam proses penyusunan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph.D Selaku Rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H Selaku Dekan Fakultas Syari’ah

UIN STS Jambi.

3. Bapak Dr. Agus Salim, MA., M.I.R, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani,

S.H., M.H, Bapak Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum Selaku pembantu Dekan

I,II dan III di lingkungan Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi.

4. Ibuk Dr. Robi’atul Adawiyah, S.H.I., M.H.I dan Bapak Devrian Ali,

S.S.I., MA., Hk Selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Pidana

Islam Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi.

Page 9: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

viii

5. Ibu Dr. Robi’atul Adawiyah, S.H.I., M.H.I dan Bapak Dr. Anggi

Purnama Harahap, S.H., M.H Selaku Pembimbing I dan Pembimbing II

skripsi ini.

6. Bapak dan Ibuk Dosen beserta seluruh karyawan Fakultas Syari’ah

7. Dan kepada kedua Orang tua saya yang mendidik, membimbing, dan

menyekolahkan saya sampai ke tingkat sarjana ini.

8. Dan terima kasih kepada sahabat, dan teman-teman seperjuangan.

9. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Di samping itu, disadari juga bahwa masih banyak kekurangan dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberi

masukan dan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik.

Maka kepada Allah SWT lah kita memohon ampunan dan kepada manusia kita

saling memaafkan. Semoga segala perbuatan dan amal kita di ridhoi Allah SWT.

Jambi, 15 Maret 2021

Penulis,

Subhan

NIM. 102170190

Page 10: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

E. Kerangka Teori ....................................................................................... 9

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 14

BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 16

B. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 16

C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 17

D. Unit Analisis ......................................................................................... 18

E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 18

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 21

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 22

H. Jadwal Penelitian .................................................................................. 24

Page 11: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

x

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Hutan TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten

Merangin .......................................................................................... 27

B. Hukum Yang melindungi Hutan TNKS Kecamatan Jangkat

Kabupaten Merangin ........................................................................ 30

C. Visi dan Misi Hutan TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten

Merangin .......................................................................................... 31

D. Struktur dan Tugas Pokok Hutan TNKS Kecamatan Jangkat

Kabupaten Merangin ........................................................................ 34

E. Sarana dan Prasarana yang ada di Hutan TNKS Kecamatan Jangkat

Kabupaten Merangin ........................................................................ 36

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Faktor penyebab terjadinya Perambahan Hutan di TNKS Kecamatan

Jangkat Kabupaten Merangin ............................................................. 39

B. Peran Balai TNKS, Pemerintah Daerah, Polisi Kehutanan (POLHUT)

dan Masyarakat dalam Penegakan Hukum terhadap Pelaku

Perambahan Hutan ............................................................................. 47

C. Usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencegah dan memberantas

Perambahan Hutan di Kecamatan Jangkat ......................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 69

B. Saran ................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

xi

DAFTAR SINGKATAN

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

KUHAP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

TSL : Tumbuhan Satwa Liar

KSDAE : Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem

PPNS : Penyidik Pegawai Negeri Sipil

BPTN : Bidang Pengelolaan Taman Nasional

POLHUT : Polisi Kehutanan

UU : Undang-Undang

MMP : Masyarakat Mitra Polhut

MPA : Masyarakat Peduli Api

KKM : Kelompok Konservasi Mandiri

JPU : Jaksa Penuntut Umum

GAKUM : Lembaga Hukum

Kec : Kecamatan

Kab : Kabupaten

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

Page 13: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian luas kawasan TNKS yang terbentang di alam Sumatera Tahun

2020 .......................................................................................................... 26

Tabel 2 : Kemudahan untuk mencapai sarana pendidikan terdekat bagi

Desa/Kelurahan yang tidak ada sarana pendidikan menurut

Desa/Kelurahan dan jenjang pendidikan di kecamatan Jangkat, 2019

.........................................................................................................41

Tabel 3 : Statistik Murid dan Guru di Kecamatan Jangkat 2018 ................... 42

Tabel 4 : Data Statistik Keluarga Kecamatan Jangkat dalam angka 2018 ..... 32

Page 14: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerinci Seblat Ecosystem 2020 ............................................................... 29

Gambar 2 : Level Intervensi Visi dan Misi Taman Nasional Kerinci Seblat ............... 34

Gambar 3 : Struktu Lembaga Taman Nasional Kerinci Seblat Resor Merangin

Selatan...................................................................................................... 35

Page 15: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penegakan Hukum merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan

dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap

pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum,

penegakan hukum menyangkut kegiatan penindakan terhadap setiap

pelanggaran atau penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan,

khususnya yang lebih sempit lagi melalui proses peradilan pidana yang

melibatkan peran aparat kepolisian, kejaksaan, dan badan-badan peradilan.2

Penegakan Hukum juga merupakan hal yang sangat esensial dan

subtansial dalam konsep Negara hukum seperti di Indonesia hal tersebut

dikarenakan sebagaimana dikemukakan eleh Sudikno Mertokusumo, bahwa

“salah satu unsur untuk menciptakan atau memulihkan keseimbangan tatanan

di dalam masyarakat adalah penegakan hukum”.3

Demikian pula dengan Satjipto Rahardjo, dalam bukunya Yang

berjudul Masalah Penegakan Hukum menyatakan bahwa “penegakan hukum

pada hakikatnya merupakan penerapan dikresi (kebijakan) yang membuat

2Jimly asshiddiqi, “Pembangunan Hukum dan Penegakan Hukum di Indonesia”,

Disampaikan pada acara seminar menyoal moral penegak hokum, di selenggarakan oleh Fakultas

Hukum Universitas Gadjah Mada, 16 Februari 2006. 3 “Sistem Hukum Indonesia,”http://blogneniajeng.blogspot.com/2014/04/sistem-hukum-

indonesia.html, akses September 2020.

Page 16: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

2

keputusan hukum tidak secara ketat diatur oleh undang-undang

melainkan juga berdasarkan kebijaksanaan antara hukum dan etika.4

Namun yang masih menjadi catatan, meskipun di Indonesia sudah

banyak peraturan perundang-undangan yang melarang perambahan dan

perusakan hutan, pada kenyataannya di lapangan, proses penegakan hukum

tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya dan masih saja terjadi

perambahan hutan.

Upaya untuk mengatasi dan menangani masalah perambahan hutan

merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian semua pihak

dalam rangka menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi karena ini

menyangkut kepentingan banyak pihak sehingga permasalahannya bersifat

multidimensi, apalagi dengan adanya otonomi daerah di mana daerah diberi

wewenang dalam pengurusan hutan sering mengabaikan makna dari otonomi

daerah itu sendiri.

Hutan merupakan sumber kehidupan bagi kelangsungan hidup

manusia dan juga mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting

dalam menunjang pembangunan nasional. Hutan mempunyai banyak manfaat

yang besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu

hutan harus dilindungi sehingga dapat memberi manfaat bagi kebutuhan

manusia secara terus menerus terkhusus untuk hutan yang statusnya sudah

menjadi hutan lindung.

4 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006),

hlm.80.

Page 17: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

3

Hutan juga merupakan sumber daya yang sangat penting tidak hanya

sebagai sumber daya kayu, tetapi lebih sebagai salah satu bagian komponen

lingkungan hidup. Akses dan hak pemanfaatan atas berbagai kategori hutan

harus diatur dengan sebaiknya bagi semua kelompok masyarakat dengan

memerhatikan berbagai aspek sebagaimana ditegaskan dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan

perusakan Hutan pasal (1) ayat 9 yang berbunyi: “Pemanfaatan hutan adalah

kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, jasa lingkungan, hasil hutan

kayu dan bukan kayu, serta memungutnya secara optimal dan adil untuk

kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

“Menurut Salim H.S: Hutan merupakan salah satu bagian dari alam,

dan alam sendiri terdiri dari lingkungan yang tidak hidup dan yang hidup”.

Hutan merupakan kata yang memiliki makna yang sama dengan suatu kata

dalam Bahasa inggris, yaitu forrest yang berarti suatu daerah tertentu yang

tanahnya ditumbuhi pepohonan, tempat hidup binatang buas dan burung-

burung hutan.5

Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan kelompok hutan

tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, mempunyai fungsi

utama sebagai paru-paru dunia serta penyeimbang iklim Global. Dalam

tatanan Global, keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua di

dunia setelah Columbia sehingga keberadaannya perlu dipertahankan.

5 Salim H.S, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004),

hlm.41.

Page 18: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

4

Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal

utama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak lain terhadap

peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan

wilayah dan pertumbuhan ekonomi.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal

33 ayat (3) bahwa” bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat”. Salah satu kekayaan alam yang dikuasai oleh negara adalah

sumberdaya hutan. Sebagai suatu sumber daya publik, hutan merupakan

sumberdaya yang erat dengan konflik, karena di dalamnya terlibat begitu

banyak pelaku yang memiliki kepentingan yang berbeda terhadap sumber

daya hutan yang bersangkutan. 6

Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1976 tentang ketentuan pokok

kehutanan juga dicantumkan beberapa pasal berkenaan dengan perlindungan

hutan menurut pasal 15, hutan perlu dilindungi secara lestari dapat memenuhi

fungsinya. Perlindungan ini meliputi usaha:

a. Mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan

yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, daya

alam, hama dan penyakit.

b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil-hasil

hutan.

6 Baso Madiong, Penerapan prinsip Hukum Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, (Makassar :

Celebes Media Perkasa, 2012), hlm.1-2.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

5

Dicantumkan pula bahwa “untuk menjamin terlaksananya

perlindungan hutan ini dengan sebaik-baiknya maka rakyat diikutsertakan”.7

Dalam masalah penanganan hutan sangat diperlukan keikutsertaan dari

masyarakat karena dengan suara masyarakat penegakan hukum dan kokoh

akan lebih kuat maka ada yang diistilahkan dengan kearifan lokal. Dengan

kearifan lokal inilah masalah- masalah yang ada di dalam masyarakat akan

dengan sangat mudah dapat diselesaikan.

Akhir-akhir ini disadari bahwa masalah hutan dan lingkungan hidup

bukan hanya masalah lingkungan fisik manusia tetapi juga masalah moral.

Kerusakan alam seperti erosi, banjir, luapan lumpur dan kebakaran hutan

bukan hanya menimbulkan kecemasan bagi nasib hidup manusia ini, tetapi

menimbulkan keprihatinan betapa perilaku manusia telah melampaui khittah-

nya dan rusak.

Akal pikiran manusia terkadang akan menjadi lebih kejam

dibandingkan dengan hati nurani dari seekor binatang sekalipun, bahkan

seorang pemikir fundamentalis dalam hipotesisnya menyatakan bahwa

“manusia adalah sumber pencemaran sehingga sebenarnya manusia hidup

bertujuan untuk mencemari manusia lain (to live is to pollute)”.8

Kecamatan Jangkat yang merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Merangin sudah menerapkan Perda mengenai Hutan Adat Marga

Serampas yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2016 tentang

7 Soejono, Hukum Lingkungan Dan Peranannya Dalam Pembangunan, cet.1, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1996), hlm.198. 8 Deni Bram, Hukum Lingkungan Hidup Omo Ethic-Eco Ethic, (Bekasi: Gramata

publishing –anggota IKAPI, 2014), hlm. 4.

Page 20: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

6

pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat marga serampas,

terutama yang terdapat pada pasal Berikut:

pasal 1 ayat (15) yang berbunyi:

hak masyarakat hukum adat adalah hak komunal atau peseorangan

berdasarkan asal usul yang melekat pada masyarakat adat yang

bersumber dari sistem sosial dan budaya mereka, khususnya hak

pengolahan atas tanah, wilayah dan sumber daya alam.9

Masyarakat marga serampas memiliki tugas untuk menjaga wilayah

adat dan kawasan hutan adat agar tetap berfungsi sebagai hutan adat dengan

kearifan lokalnya. Perambahan hutan yang di wilayah Kabupaten Merangin

kian mengkhawatirkan, Seakan negeri tak berhukum, pelaku perambahan

kian berani membabat hutan. Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) pun

terancam gundul.

Kepala Bidang TNKS wilayah I, Jaya Sumbena, Dia mengatakan,

sudah puluhan ribu TNKS kini mengalami kerusakan atau telah

dirambah.“Untuk wilayah I Jambi, data kita sudah 40 ribu hektar TNKS

sudah di rambah. Dan lebih 15 ribu hektar itu di wilayah Kabupaten

Merangin”.

Lanjut jaya sumpena, “Surganya perambah di Merangin yakni di

wilayah Kecamatan Jangkat, Lembah Masurai dan Jangkat Timur”. Tidaklah

pribumi yang melakukan perusakan, tapi dilakukan pendatang dari wilayah

Selatan Pulau Sumatera seperti Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung,

wilayah Merangin yang paling parah itu di wilayah Jangkat dan sekitarnya.

9 Perda Kab. Merangin No. 8 Tahun 2016 tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat

Hukum Adat Marga Serampas Pasal 1 ayat 15.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

7

“15 ribu hektar TNKS yang sudah dirambah itu terdapat diwilayah itu, Kalau

kita tidak melakukan tindakan pengamanan, itu kita serahkan ke Gakum,”

ujarnya.10

Diketahui perambahan hutan yang terjadi di Kabupaten Merangin

telah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Bukan saja kawasan TNKS, hutan

lindung dan lainnya juga telah dirambah. “Tanah yang subur dan cocok untuk

bertanam kopi, serta wilayah hutan yang luas termasuk TNKS, menjadi

magnet bagi perambah dari luar itu datang ke Merangin”.11 Maraknya

perambahan hutan di wilayah Jangkat dan sekitarnya sudah menimbulkan

konflik di tengah masyarakat. Bahkan beberapa kali situasi memanas antara

pribumi dengan perambah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk

mengangkat sebuah penelitian tentang faktor penyebab terjadinya

perambahan dan sejauh mana usaha penegakan hukum yang dilakuakan oleh

Polisi Kehutanan, Lembaga TNKS, Pemerintah Daerah dan masyarakat

dalam menyelesaikan masalah mengenai perambahan hutan di Kecamatan

Jangkat, Untuk itu penelitian ini diberi judul: Penegakan Hukum terhadap

Pelaku Perambahan Hutan TNKS, (Studi kasus di Kecamatan Jangkat

Kabupaten Merangin).

10 “Perambah Kian Berani Membabat Hutan,” http://kajanglako.com/id-16-post-merangin-

seakan-negeri-tak-berhukum-perambah-kian-berani-babat-hutan.html, akses April 2020.

11“Perambah Kian Berani Membabat Hutan” http://kajanglako.com/id-16-post-merangin-

seakan-negeri-tak-berhukum-perambah-kian-berani-babat-hutan.html, akses April 2020.

Page 22: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

8

B. Rumusan Masalah

Dari pemikiran dan uraian tersebut di atas, maka dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor penyebab terjadinya Perambahan Hutan di Kec. Jangkat Kab.

Merangin?

2. Bagaimana Peran Balai TNKS, Pemerintah Daerah, Polisi Kehutanan,

Lembaga Adat dan Masyarakat dalam Penegakan Hukum terhadap Pelaku

Perambahan Hutan?

3. Usaha-usaha apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah dan

memberantas Perambahan Hutan di Kecamatan Jangkat?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian pada dasarnya bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan

bearti memperoleh pengetahuan yang baru, mengembangkan maksudnya

memperluas dan menggali lebih dalam realitas yang sudah ada dan adapun

tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk menemukan dan menganalisis latar belakang terjadinya

Perambahan Hutan.

2. Untuk mengetahui peran Lembaga yang berwenang, Polisi Kehutanan,

Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pemberantasan Perambahan

Hutan.

3. Untuk mengetahui apa saja usaha pencegahan dan pemberantasan yang

harus dilakukan agar Perambahan Hutan tidak terjadi lagi.

Page 23: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

9

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian memiliki dua hal yang sangat penting yaitu

mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan membantu mengatasi

dan memecahkan masalah yang ada pada objek yang diteliti. Dan adapun

manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah pengetahuan Mahasiswa tentang penegakan hukum terhadap

pelaku perambahan Hutan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan atau masukan bagi lembaga tertentu, pemerintah

daerah dan masyarakat dalam mengambil kebijakan dalam upaya

penegakan hukum terhadap pelaku perambahan hutan.

E. Kerangka Teori

Teori merupakan serangkain pernyataan sistematik yang bersifat

abstrak tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat,

nilai-nilai, norma-norma, pranata-pranata sosial, peristiwa-peristiwa, dan

perilaku manusia.12

1. Teori Penegakan Hukum

Penegakan Hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya

merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan

secara ketat yang diatur dalam kaidah hukum, akan tetapi mempunyai

12Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (EdisiRevisi), (Jambi: Syariah Press dan

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014), hlm. 25.

Page 24: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

10

unsur penilaian sendiri.13 Menurut Simons, perbuatan tindak pidana “suatu

tindakan atau perbuatan melanggar hukum yang ada dilakukan dengan

sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat di pertanggung

jawabkan atas tindakannya tersebut oleh Undang-Undang yang telah

dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum”.14

Dengan demikian suatu perbuatan yang dikategorikan dengan

tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan

perundang-undangan dam ancaman hukuman pidana penjara maupun

denda. Terhadap perbuatan yang berkaitan dengan pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup yang telah tegas telah dijelaskan dan diatur

dalam undang-undang dan telah diancam hukuman pidana bagi yang

melanggarnya.

Di dalam Ketentuan Pasal 63 ayat (2) KUHP terkadang asas lex

specialis derogate legi generalis yang merupakan suatu asas hukum yang

mengandung makna bahwa aturan yang bersifat khusus (specialis)

mengesampingkan aturan yang bersifat umum (general).

Berkaitan dengan hal di atas, salah satu bentuk peraturan

perundang-undangan yang bersifat khusus (specialis) yaitu penegakan

hukum di bidang lingkungan hidup. Menurut Niniek Suparmi, penegakan

hukum lingkungan hidup adalah suatu upaya untuk mencapai ketaatan

13 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum Pidana, (Bandung,

PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hlm. 29.

14P.A.F. Laminating, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (bandung, CitraAditya,

1997), hlm. 185.

Page 25: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

11

terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku

secara umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan sanksi

secara administrasi, keperdataan dan pemidanaan.15

Masalah pokok yang berhubungan dengan hukum pidana adalah

membicarakan 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Perbuatan yang dilarang

b. Orang yang melakukan tindak pidana itu

c. Pidana yang diancam terhadap pelanggar larangan itu

Artinya jika telah memenuhi hal-hal tersebut di atas maka suatu

perbuatan dapat disebut sebagai suatu tindak pidana, karena tindak pidana itu

sendiri merupakan perbuatan melakukan atau tidak melakukan suatu yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagi perbuatan yang dilarang dan

diancam dan pidana.16

Di Indonesia, banyak ahli hukum yang mengemukakan teori penegakan

hukum dan juga banyak pendapatnya mengenai penegakan hukum dan khusus

pada penelitian ini menggunakan teori penegakan hukum Sudarto, yang dijadikan

sebagai landasan teoritis dalam membahas masalah penelitian ini, adapun dalam

teorinya, Sudarto memberikan arti penegakan hukum adalah perhatian dan

penggarapan, baik perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang sungguh-

sungguh terjadi (onrecht in actu ) maupun perbuatan melawan hukum yang

mungkin akan terjadi (onrecht in potentie).17

15Niniek Suparmi, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup,

(Jakarta, Sinar Grafika,1992), hlm. 160. 16M.Hamdan, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, (Bandung: Mandar Maju,

2000), hlm. 40. 17 Edi Setiadi dan Kristian, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem

Penegakan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Pranada Media, 2017), hlm. 141.

Page 26: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

12

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Penegakan hukum

Sudarto, adapun menurut Sudarto di dalam proses penegakan hukum terdapat tiga

kerangka konsep yang dapat dibagi, di antaranya yaitu:

a. Konsep penegakan hukum preventif (pencegahan)

Penegakan hukum preventif (pencegahan) adalah suatu tindakan

yang diberikan oleh pihak berwajib dan berwenang sebelum

penyimpangan social terjadi agar suatu tindak pidana atau pelanggaran

dapat diredam atau dicegah. Pengendalian yang bersifat preventif

umumnya dilakukan dengan cara melalui pendidikan, bimbingan,

pengarahan dan ajakan.

b. Konsep penegakan hukum refresif (penindakan)

penegakan hukum refresif (penindakan) adalah suatu tindakan

aktif yang dilakukan oleh pihak yang berwajib pada saat penyimpangan

social terjadi, tujuannya dalah agar penyimpangan yang terjadi tersebut

dapat dihentikan. Penegakan hukum refresif dilakukan berdasarkan

aturan hukum acara pidana yang berlaku.

c. Konsep penegakan hukum kuratif (perbaikan)

penegakan hukum kuratif (perbaikan) adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh pihak yang berwajib setelah terjadinya penyimpangan sosial.

Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku

penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan mau memperbaiki

kehidupannya, sehingga dikemudian hari tidak mengulangi kesalahannya.18

18Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, (bandung: Alumni, 1981), hlm. 81.

Page 27: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

13

2. Teori Tindak Pidana

Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang

atau sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana atau perbuatan

yang melanggar hukum pidana dan diancam dengan hukuman.19 Dalam

bahasa Belanda tindak pidana disebut “straafbaar feit “ yang terdiri dari

kata “straafbaar” dan “feit”, straafbaar diartikan dihukum dan feit berarti

kenyataan. Jadi straafbaar feit adalah sebagian dari kenyataan yang dapat

dihukum.20 Menurut Pompe, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Bambang Poernomo, pengertian stafbaar feit dibedakan menjadi :

a. Defenisi menurut teori memberikan pengertian strafbaar feit adalah suatu

pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si

pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata

hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

b. Defenisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian strafbaar feit

adalah suatu kejadian (feit) yang oleh peraturan perundang-undangan

dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.21

3. Teori Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat

Soejono soekanto mengemukakan bahwa untuk melihat apakah

hukum itu dapat ditegakkan atau tidak maka dalam pelaksanaan penegakan

hukum dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor pokok yaitu :22

19J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta, PT Prenhalindo, 2001), hlm. 93 20Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm.5. 21Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1992), hlm.

91.

Page 28: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

14

a. Undang-undang atau peraturan hukum

b. Aparat penegak hukum

c. Sarana dan fasilitas

d. Faktor masyarakat

e. Faktor kebudayaan

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah uraian-uraian penelitian terdahulu yang

terkait dengan penelitian ini pada aspek tema, penulis akan memaparkan

beberapa penulisan yang berakaitan dengan Penegakan hukum terhadap

pelaku perambahan hutan. Diantaranya ialah sebagai berikut:

Pertama, judul ”Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pembalakan Liar

Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Filsafat Islam” yang ditulis oleh Moch.

Ridwan Almurtaqi mahasiswa fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta adapun hasil penelitinnya hanya terpokus pada

penegakan hukum secara umumnya dan perbandingan antara undang-undang

yang satu dengan yang lainnya yang mengatur mengenai aturan tentang hutan

dan kehutanan.23

Kedua, judul “Identifikasi Pola Komunikasi Perambahan Hutan

Taman Nasional Bukit Brisan Selatan (Studi Kasus Pada Desa Margo mulyo,

Kec. Way Semaka, Kab. Tanggamus)” yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas

22 “Berlakunya Hukum Dalam Masyarakat” https://www.google.com/search?q=teori+

berlakukanya+hukum+dlam+masyarakat&oq=teori+berlakukanya+hukum+dlam+masyarakat&aqs

=chrome..69i57j0l2.13012j0j4&sourceid=chrome, akses April 2020. 23Moch. Ridwan Almurtaqi, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pemabalakan Liar Perspektif

Hukum Positif Dan Hukum Filsafat Islam, Skripsi Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

Page 29: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

15

IlmuSosial Dan Politik Universitas Lampung. Adapun hasil penelitiannya

menjelaskan tentang pendeskripsian pola komunikasi yang digunakan oleh

perambah hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sehingga perbuatan

perambahan hutan bisa dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok.24

Ketiga, judul “Karakteristik dan Pola Perambahan Hutan Taman

Naional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Desa Bojong Murni Kec.

Ciawi Kab. Bogor)” yang ditulis oleh Samsudin salah satu mahasiswa

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Adapun hasil penelitiannya

menjelaskan tentang karakteristik social ekonomi perambah hutan dan pola

dalam melakukan perambahan hutan TNGGP.25

Berdasarkan penjelasan dalam beberapa penelitian terdahulu, maka

terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian skripsi ini dengan

penelitian-penelitian yang lalu sama-sama objek pembahasannya adalah

tentang perambahan hutan, sedangkan perbedaanya jika dalam penelitian-

penelitian terdahulu hanya membahas karakteristik ataupun pola dalam

peramabahan hutan, sedangkan pada penelitian skripsi ini lebih menitik

beratkan pembahasan kepada proses dan upaya penegakan hukum terhadap

pelaku perambahan hutan di kecamatan jangkat kabupaten merangin.

24Noviatusa’adah, Identifikasi Pola Komunikasi Perambahan Hutan Taman Nasional Bukit

Brisan Selatan (Studi Kasus Pada Desa Margomulyo, Kec. Way Semaka, Kab. Tanggamus),

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Lampung, 2018. 25Samsudin, Karakteristik dan Pola Perambahan Hutan Taman Naional Gunung Gede

Pangrango (Studi Kasus di Desa Bojong Murni Kec. Ciawi Kab. Bogor), Skripsi Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2006.

Page 30: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

16

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Lembaga TNKS Kecamatan jangkat

Kabupaten Merangin atau lebih tepatnya TNKS Resor Merangin Selatan

yang bertempat di Desa Sungai Lalang Kecamatan Lembah Masurai

Kabupaten Merangin lokasi tersebut dipilih karena memiliki aspek

pendukung agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2020/2021 yaitu antara tanggal 17 November 2020 sampai 17 Februari

2021.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tipe

pendekatan yuridis-empiris yaitu pendekatan yang digunakan untuk melihat

gejala-gejala sosial yang berkaitan dengan hukum dalam praktik legislasi di

Indonesia.26 Pendekatan yuridis-empiris mengkaji bagaimana ketentuan

hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam perakteknya atau kenyataan

di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis

lebih dalam mengenai sampai sejauh mana proses dan usaha dalam

26 Noor Muhammad Aziz, “Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan,” Jurnal Rechts Vinding BPHN, Vol. 1 No. 1, (Januari-April

2012), hlm. 19.

Page 31: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

17

Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perambahan Hutan TNKS (Studi Kasus

di Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin).

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari data

lapangan dan diperoleh dari para responden,27 ataupun data yang didapat

langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama.28 Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber perantara dan diperoleh

dengan cara mengutip dari sumber lain.29

2. Sumber Data

Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer terdiri dari:

a. Wawancara dengan Ketua Lembaga TNKS.

b. Wawancara dengan Kepala Desa Renah Alai.

c. Wawancara dengan Polisi Kehutanan (POLHUT).

d. Wawancara dengan Lembaga Adat setempat.

e. Wawancara dengan masyarakat umum Jangkat.

27Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, (Bandung:

Alfabeta, 2017), hlm. 71. 28Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.

53. 29Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press dan

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014), hlm. 34-35.

Page 32: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

18

Sedangkan data sekunder terdiri dari materi yang terdapat dalam

buku-buku, jurnal, dan literature lainnya yang masih berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Data sekunder ini hanya diperlukan sebagai

penunjang atau pendukung data primer.

D. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Balai Taman Nasional

Kerinci Seblat(TNKS). Adapun informan-informan dalam penelitian ini

adalah Kepala Balai TNKS Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten

Merangin, Polisi Kehutanan (POLHUT), Penasehat Lembaga Adat

Kabupaten Merangin, Aparat Desa Renah Alai dan Tokoh Masyarakat.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang digunakan

dalam penelitian hukum normatif. Sedangkan bagi penelitian hukum

empiris (sosiologis), studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan

data yang dipergunakan bersama metode lain seperti wawancara,

pengamatan (observasi) dan lain-lain.30 Pada penelitian ini peneliti

melakukan pengumpulan data dari kepustakaan dengan membaca beberapa

literature yang berkaitan dengan permasalahan perambahan hutan seperti

jurnal, buku dan berbagai bahan normatif yang berupa produk hukum

seperti Undang-undang, Peraturan Daerah dan berbagai peraturan

perundang-undangan lainnya.

30 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

hlm. 50.

Page 33: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

19

2. Observasi (Observation)

Dari persfektif sejarah, pengamatan merupakan alat pengumpulan

data yang tertua, pada zaman dahulu minsalnya, para filsof melakukan

pengamatan terhadap masyarakat guna merumuskan nilai-nilai yang

berlaku di dalam masyarakat-masyarakat tertentu sekarangpun

pengamatan masih dianggap relevan sebagai alat pengumpul data.

Pengamatan dalam pengertian sehari-hari (Leksikal) harus

dibedakan dengan pengamatan dalam penelitian ilmiah. Pengamatan

dalam penelitian ilmiah dituntut harus dipenuhi persyaratan-persyaratan

tertentu (validitas dan reabilitas, sehingga hasil pengamatan sesuai dengan

kenyataan yang menjadi sasaran pengamatan.31 Adapun metode observasi

yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Observasi Non-

Partisipasi pada observasi ini pengamatan dilakukan secara diam-diam

agar partisipan tidak menyadari bahwa mereka sedang diawasi karena

metode ini lebih cocok untuk penelitian tentang perilaku yang berkaitan

dengan sikap dan perilaku negatif.

3. Wawancara (Interview)

Wawancara (Interview) adalah situasi peranan antar pribadi

bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara

mengajukan pertanyan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh

31Amiruddin dan zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), hlm.72-73.

Page 34: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

20

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada

seseorang responden.32

Adapun dalam penelitian ini beberapa pihak yang telah peneliti

wawancarai yaitu:

a. Wawancara dengan Ketua Lembaga TNKS.

b. Wawancara dengan Aparat Desa Renah Alai.

c. Wawancara dengan Polisi Kehutanan (POLHUT).

d. Wawancara dengan Lembaga Adat setempat.

e. Wawancara dengan masyarakat umum Jangkat.

4. Dokumentasi (Documentation)

Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui

suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat

langsung oleh subjek yang bersangkutan mengenai kasus yang diteliti.33

Adapun dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan beberapa dekumen

yang berkaiatan dengan kasus perambahan.

32Amiruddin dan zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), hlm. 82. 33Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kulitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm.

143.

Page 35: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

21

F. Teknik Analisis Data

Adapun analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu

berbentuk analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif analisis data

dapat dilaksanakan dengan tiga bentuk yaitu:

1. Mereduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dilakukan dengan cara mentranskripkan data-data

yang diperoleh dari pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, dan

lain-lain. Adapun tujuannya yaitu untuk memudahkan peneliti dalam

memilih dan memilah data-data yang direduksi dalam penelitian ini yakni

data-data yang berhubungan dengan proses penegakan hukum terhadap

pelaku perabahan hutan TNKS (studi kasus di kecamatan Jangkat

kabupaten Merangin).

2. Menyajikan Data (Data Display)

Data yang ditranskripkan di atas, kemudian disajikan dengan cara

dipisahkan dan dipetakan kedalam data-data yang serupa kemudian

dimasukkan kedalam bagian-bagian tertentu yang telah diberitanda.

3. Membuat Kesimpulan (conclution)

Setelah melakukan reduksi data dan penyajian data maka langkah

terakhir yang dilakukan dalam menganalisis data kualitatif, yaitu membuat

kesimpulan sementara dari data-data yang terkumpul, sehingga dapat

Page 36: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

22

diambil langkah-langkah awal untuk penelitian lanjutan dan mengecek

kembali data-data asli yang diperoleh.34

G. Sistematika Penulisan

Adapun dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab. Antara

satu bab dengan bab lainnya membahas permasalahan tersendiri, namun tetap

saling berhubungan. Untuk memberi gambaran secara mudah agar lebih

terarah dan jelas mengenai pembahasan skripsi ini, maka sistematika

penulisan terdiri dari:

Bab I, Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta

kerangka teori.

Bab II, Metode Penelitian. Bab ini memaparkan tentang metode

penelitian yang meliputi lokasi dan waktu penelitian, pendekatan penelitian,

jenis dan sumber data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data,

sistematika penulisan serta jadwal penelitian.

Bab III, Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Bab ini berisi tentang

gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi tentang letak geografis

hutan TNKS kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, sejarah hutan TNKS

kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, hukum yang melindungi hutan

TNKS, struktur hutan TNKS kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, visi

dan misi hutan TNKS kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, tugas pokok

dan fungsi hutan TNKS kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, serta sarana

34Tim penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (EdisiRevisi), (Jakarta: Syari’ah Press, 2012),

hlm. 69-70.

Page 37: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

23

prasarana dan sumberdaya yang ada dihutan TNKS kecamatan Jangkat

Kabupaten Merangin.

Bab IV, Pembahasan dan Hasil Penelitian. Bab ini menguraikan

tentang pembahasan dan hasil penelitian yang berisi tentang faktor penyebab

terjadinya perambahan hutan, peran aparat penegak hukum dalam proses

penegakan hukum terhadap pelaku perambahan hutan di hutan TNKS

kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. kendala-kendala yang dialami oleh

lembaga penegak hukum dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap

pelaku perambahan hutan. upaya-upaya yang dilakukan lembaga penegak

hukum dalam mengatasi kendala-kendala guna menyelesaikan kasus

perambahan hutan.

Bab V, Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran,

serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan Curriculum vitae.

Page 38: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

24

H. Jadwal Penelitian

NO

Uraian Kegiatan

Waktu Pelaksanaan 2020-2021

Ket

Feb Apr Mei Jun Jul Agt Des jan Feb mar Apr

1 Pengajuan Judul V

2 Penyusunan

proposal

V V V

3 Perbaikan dan

Sminar

V V

4 Surat Izin Riset

Penelitian

V V

5 Pengumpulan data V

6 Pengolahan data V

7 Pembuatan

laporan

V

8 Bimbingan dan

perbaikan

V

9 Agenda dan Ujian

Skripsi

10 Penjilidan

Page 39: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

25

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah kawasan yang memiliki nilai

penting luar biasa dalam konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem alam di

Indonesia. Maha taman ini memiliki luas kawasan hampir 1,4 juta hektar dan

tersebar di empat provinsi di Pulau Sumatera; Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan

Sumatera Selatan. Keragaman tofografi dan ekosistem kawasan menjelma menjadi

bentang alam yang unik dan indah, seperti kawasan Danau Gunung Tujuh, Gunung

Kerinci, Rawa Bento, Goa Kasah, dan lain sebagainya.

Sebagian besar kawasan hutan TNKS adalah hutan hujan trofis yang

melindungi keberadaan flora dan fauna di dalamnya. Beberapa jenis tercatat

sebagai spesies endemik dan terancam punah, seperti harimau sumatera,

Gajah Sumatera, Beruang Madu, Tapir Asia, Padma Raksasa, dan lain-lain.

Keberadaan nilai penting tersebut membuat UNESCO menobatkan sebagai

situs warisan Dunia Sejak Tahun 2004.35 Adapun rincian luas kawasan TNKS

yang terbentang di alam Sumatera yaitu terinci sebagai berikut:

35 Hadinata Karyadi, dkk, Informasi TNKS Tahun 2018, (Jambi: Buku Kerinci Indo, 2018),

hlm. 5.

Page 40: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

26

Tabel 1. Rincian Lokasi TNKS 202036

Provinsi Kabupaten Luas TNKS

(Ha)

Persentase

Luasan (%)

Jambi Kerinci 197.233,552 14,9

Merangin 166.635,170 11,99

Bungo 35.321,867 2,54

Sungai Penuh 39.811,635 2,87

Sarolangun 499,258 0,04

Sumatera Barat Pesisir Selatan 268.308,276 19,31

Solok 11.037,870 0,79

Solok Selatan 69.511,335 5,00

Dharmasraya 3.613,425 0,26

Bengkulu Rejang Lebong 26.281,121 1,89

Bengkulu Utara 68.921,952 4,96

Lebong 104.575,224 7,53

Mukomuko 148.728,317 10,70

Sumatera

Selatan

Musi Rawas 242.313,033 17,44

Lubuk Linggau 6.717,833 0,48

Jumlah Total 1.389.509,867 100,00

Sebagai gabungan dari berbagai wilayah konservasi, ada banyak sekali jenis

satwa dan tumbuhan yang hidup di kawasan ini. Hal tersebut didukung oleh kondisi alam

Taman Nasional Kerinci Seblat yang masih alami.

36 Hadinata Karyadi, dkk., Informasi TNKS Tahun 2018, (Jambi: Buku Kerinci Indo,

2018), hlm. 8.

Page 41: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

27

A. Sejarah Singkat Hutan TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin.

Kerinci Seblat adalah kawasan taman nasional paling besar di Pulau

Sumatera. Taman nasional ini meliputi empat provinsi dengan sejarah yang

cukup panjang. Hal ini sesuai dengan banyaknya wilayah yang mencakup

kawasan ini.

Pada mulanya, kawasan ini mencakup beberapa cagar alam seperti

Cagar Alam Gunung Idrapura, Cagar Alam Bukit Tapan, dan Cagar

Alam Danau Gunung Tujuh. Juga mencakup beberapa Suaka

Margasatwa, yaitu Suaka Margasatwa Bukit Gedang Seblat, Suaka

Margasatwa Rawas Hulu Lakitan, Suaka Margasatwa Sangir Ulu, dan

Suaka Margasatwa Bukit Kayu Embun.37

Selain itu, ada pula beberapa Hutan Lindung di antaranya adalah

Hutan Lindung Bukit Regis, Hutan Lindung Kambang, Hutan Lindung

Bajang Air Tarusan Utara, Hutan Lindung Batang Maringin Barat, Hutan

Lindung Batang Maringin Timur, Hutan Lindung Gunung Sumbing, Hutan

Lindung Sangir Ulu, Hutan Lindung Bukit Gedang Seblat, dan Hutan

Produksi Terbatas.

Pada tahun 1921 ketika masa penjajahan, pemerintah Belanda

mengeluarkan pernyataan bahwa hutan yang berada di kawasan Bayang,

Kambang, Sangir I, Batanghari I, serta Jujugan berstatus sebagai kawasan

Hutan Lindung. Selanjutnya pada tahun 1926 kawasan hutan yang berada di

Batang Tebo, Batang Tabir, dan juga Sungai Ulu juga memperoleh status

37 “Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Flora Fauna & Wisata,”

https://rimbakita.com/taman-nasional-kerinci-seblat/, akses 28 Oktober 2020.

Page 42: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

28

yang sama dengan beberapa hutan pada tahun 1921, yaitu sebagai kawasan

Hutan Lindung.

Status kawasan di empat provinsi Sumatera terus berkembang seiring

berjalannya waktu. Pada tahun 1929, giliran Gunung Indrapura yang menjadi

Cagar Alam dan kemudian pada tahun 1978 daerah Bukit Tapan juga

berstatus sebagai Cagar Alam. “Setahun setelah itu bagian Rawas Hulu

Lakitan menjadi Suaka Margasatwa Rawa Hulu Lakitan pada tahun 1979.

Kemudian pada tahun 1980 wilayah Kambang kemudian juga ditetapkan

sebagai Cagar Alam Kambang”.38

Berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.

736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982, bahwa seluruh kawasan yang

telah disebutkan sebelumnya akan digabung dan kemudian berubah statusnya

menjadi Taman Nasional Kerinci Seblat.

Pada tanggal 5 Januari 1996 terjadi penambahan kawasan taman

nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 192/Kpts-II/96

bahwa wilayah Gunung Nilo (2.400 m), Gunung Masurai (2.600 m), dan

Gunung Sumbing (2.500 m) juga dimasukkan ke dalam Taman Nasional

Kerinci Seblat sehingga luasnya bertambah menjadi 1.368.000 hektar.

Tidak lama kemudian melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan

dan Perkebunan No. 280/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang

38 “Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Flora Fauna & Wisata,”

https://rimbakita.com/taman-nasional-kerinci-seblat/, akses 28 Oktober 2020.

Page 43: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

29

penambahan dan penetapan kelompok hutan Taman Nasional Kerinci Seblat

seluas 348.125,1 hektar yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten

Solok, dan Kabupaten Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. “Lalu pada

tahun 1999 kembali dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan

Perkebunan No. 46/Kpts/VII-3/1999 tentang pengesahan kelompok hutan

yang ada di Provinsi Sumatera Selatan ke dalam kelompok hutan pada Taman

Nasional Kerinci Seblat”.39

Masih pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 14 April 1999.

Melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 200/Kpts-

II/1999 tentang penetapan kelompok hutan Taman Nasional Kerinci Seblat di

Provinsi Jambi. Dengan begitu kawasan taman nasional ini resmi

membentang di antara empat provinsi Pulau Sumatera.

Akhirnya pada tanggal 14 Oktober 1999 secara resmi dikeluarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 90/Kpts-II/1999

tentang “penetapan status kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang

berada di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera

Selatan, dan Provinsi Bengkulu seluas 1.375.349,867 hektar”.40

39 “Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Flora Fauna & Wisata,”

https://rimbakita.com/taman-nasional-kerinci-seblat/, akses 28 Oktober 2020. 40 “Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Flora Fauna & Wisata,”

https://rimbakita.com/taman-nasional-kerinci-seblat/, akses 28 Oktober 2020.

Page 44: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

30

Gambar 1. Kerinci Seblat Ecosystem

B. Hukum Yang Melindungi Hutan TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten

Merangin.

Dasar hukum TNKS adalah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:

192/kpts-II/1996 tanggal 1 Mei 1996 menyatakan bahwa:

1. Luas Kawasan: 103.841 Hektar

2. Panjang Kawasan: 179,2 KM ( 98 KM sudah direkon Tahun 2007)

3. Jumlah Pal Batas: 1539 Pal Batas

4. Kecamatan yang termasuk kawasan TNKS Resor Merangin Selatan

a. Lembah masurai: (Desa Durian Mukut, Koto Rami Muara

Kelukup, muara Lengayo, Muara Pangi, Nilo Dingin, Pasar

Masurai, Rancang, Rantau Jering, Sungai Lalang, Talang Asal,

Talang Paruh, Tanjung Berugo, Tanjung Dalam dan Dusun Tuo).

b. Jangkat: (Desa Koto Rawang, Koto Renah, Lubuk Mentilin, Lubuk

Pungguk, Muara Manderas, Pulau Tengah, Rantau Kermas, Renah

Alai, Renah Kemumu, Renah Pelaan dan Tanjung Kasri).

c. Jangkat Timur: (Desa Rantau Suli, Desa Baru, Talang Tembago,

Beringin Tinggi, Koto Tengah, Gedang, Tanjung Mudo, Pematang

Pauh, Tanjung Benuang, Jangkat, Koto Baru, Tanjung Alam,

Simpang Talang Tembago dan Kabu).41

41 Peraturan Daerah Kabupaten Merangin No. 5 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 02 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kecamatan

Bangko Barat, Nalo Tantan, Batang Masumai, Pamenang Barat, Tabir Ilir, Tabir Timur, Renah

Pembarap, Pangkalan Jambu dan Sungai Tenang, Pasal 3.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

31

C. Visi dan Misi Lembaga Hutan TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten

Merangin.

Program TNKS diarahkan untuk menghasilkan dampak yang nyata

dan signifikan bagi konservasi hutan di Pulau Sumatra, sehingga Visi dan

Misi TNKS sesuai dengan Rencana Strategis TNKS 2015-2020 adalah

sebagai berikut:

1. Visi:

Konservasi Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis Demi

Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Sumatra

2. Misi:

Fasilitasi kegiatan konservasi, perlindungan, restorasi dan

pemanfaatan hutan tropis di Sumatra secara berkelanjutan

3. Tujuan:

TNKS akan bekerja dengan 4 tujuan sebagai berikut:

a. Penguatan kelembagaan dan kebijakan pada seluruh tingkat

administrasi dan pemangku kepentingan. Termasuk di dalamnya

pelibatan pihak swasta dan masyarakat untuk meningkatkan efektivitas

pengelolaan hutan dan satwa terancam punah, juga demi menjamin

keberlanjutan sumber daya hutan;42

42 “Visi dan Misi Hutan TNKS” http://tfcasumatera.org/visi-dan-misi/, akses 14 November

2020.

Page 46: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

32

b. Penguatan upaya intervensi pada pengelolaan di tingkat bentang alam

demi mempertahankan, melindungi dan meningkatkan fungsi ekologis

hutan, mengurangi deforestasi dan degradasi serta melakukan restorasi

secara ekologis terhadap hutan yang telah terdegradasi;

c. Memastikan keberlangsungan dan ketersediaan populasi yang dapat

bertahan untuk jangka panjang demi kelestarian satwa kunci (key

species) yang terancam punah dan merupakan spesies bendera (flagship

species) bagi Sumatra, antara lain Harimau Sumatra (Panthera tigris

sumatrae), Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), Orangutan

Sumatra (Pongo abelii), dan Gajah Sumatra (Elephas maximus

sumatranus);

d. Penguatan masyarakat dan komunitas lokal, peningkatan kesejahteraan

dan pendapatan, serta merancang insentif bagi keterlibatan masyarakat

dalam konservasi, perlindungan dan pengelolaan hutan.

TNKS menerjemahkan keempat tujuan tersebut ke dalam aksi

intervensi yang sesuai bagi setiap level intervensi di bawah ini:

a. Level kelembagaan dan kebijakan;

b. Level bentang alam (termasuk hutan, habitat dan populasi); dan

c. Level masyarakat

Page 47: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

33

Hubungan antara misi, isu, objektif, level intervensi dan dampak yang

diharapkan tergambar dalam diagram di bawah ini:43

Gambar 2. Level Intervensi Visi dan Misi TNKS

43 “Visi dan Misi Hutan TNKS” http://tfcasumatera.org/visi-dan-misi/, akses 14 November

2020.

Page 48: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

34

D. Struktur dan Tugas Pokok Lembaga TNKS Kecamatan Jangkat

Kabupaten Merangin

1. Struktur Lembaga TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin

Gambar. 3.

Struktur Lembaga TNKS Resor Merangin Selatan44

44 Dokumentasi Struktur Lembaga TNKS Resor Merangin Selatan, Desember 2020

POLHUT

RESORT

MUKTI ALI

NIP. 19781025

199803 1001

KEPALA RESORT

THABRANI

NIP. 19710609

199703 1001

POLHUT RESORT

HERIANTO

NIP. 19730610

199803 1001

POLHUT

RESORT

JEFRI JULIUS

NIP. 19770101

199903 1001

MASYARAKAT MITRA POLHUT

(MMP)

ARI SANDI

AZWAR ANAS

HARZUL FIKAR

RIKA SISWANTO

WISNU SETIAWAN

Page 49: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

35

2. Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga TNKS

Lembaga Taman Nasional kerinci Seblat adalah lembaga yang

bertugas sebagai Penyelenggara konservasi sumberdaya alam dan

ekosistemnya.

Adapun fungsi dari Lembaga Taman Nasional Kerinci Seblat yaitu:

a. Inventarisasi potensi, penataan kawasan, dan penyusunan RP;

b. Perlindungan dan pengamanan kawasan hutan;

c. Pengendalian dampak kerusakan sumberdaya alam hayati;

d. Pengendalian kebakaran hutan;

e. Pengembangan dan pemanfaatan TSL untuk non komersial;

f. Pengawetan TSL dan habitatnya serta pengetahuan tradisional

kawasan;

g. Pengembangan dan pemanfaatan jasling;

h. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan

kawasan;

i. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran KSDAE;

j. Pengembangan kerjasama dan kemitraan bidang KSDAE;

k. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan KSDAE;

l. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan; dan

m. Pelaksanaan urusan tata usaha rumah tangga serta kehumasan.45

45 Hadinata Karyadi, dkk., Informasi TNKS Tahun 2018, (Jambi: Buku Kerinci Indo,

2018), hlm. 13.

Page 50: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

36

E. Sarana dan Prasarana Lembaga TNKS Resort Merangin Selatan

1. Sarana Bangunan Kantor

Lembaga TNKS Resort Merangin Selatan memiliki sarana

bangunan kantor TNKS Resort Merangin Selatan, yang merupakan tempat

para petugas merencanakan dan melaksanakan tugasnya sebagai pelindung

dan pengawas hutan lindung. Dan sebagaimana komentar seseorang yang

merupakan warga masyarakat yang berkomentar di situs resmi TNKS

Resort Merangin Selatan, “untuk sebuah kantor pengelolaan Taman

Nasional Kerinci Seblat, maka ini sebuah kantor yang nyaman. Terdiri dari

4 kamar, dua kamar mandi dan dua ruang tengah yang cukup luas.

Pendingin ruangan tak diperlukan di sini karena sudah dingin dari alam.

Andaikan halaman depan dan belakang lebih ditata dan dibersihkan, kantor

resort ini bisa menjadi tempat asik untuk bekerja dan diskusi melayani

masyarakat.”46 Dengan posisi kantor yang strategis yang berada dekat

dengan jalan lintas sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukan

secara langsung kantor Lembaga TNKS Resort Merangin Selatan.

2. Sarana Transportasi

Tamana Nasional Kerinci Seblat juga memiliki transportasi darat

yang berbentuk kendaraan roda empat dan roda dua. “Taman Nasional

Kerinci Seblat (TNKS) ini kan Merupakan Lembaga Pemerintahan juga,

Jadi untuk fasilitas pendukung kami disediakan 1 unit kendaraan roda

46 Suer Anywhere, “TNKS Resor Sungai Lalang,” https://www.google.com/search?q=

TNKS+ Resor+Sungai+Lalang &oq= TNKS+Resor+Sungai+Lalang&aqs= chrome..69i57. 1065

5j0j7 & sourceid=chrome&ie=UTF-8, akses 23 Desember 2020.

Page 51: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

37

empat dan 2 unit kendaraan roda dua.”47 Yang difungsikan sebagai alat

pendukung untuk melakukan patroli yang diharuskan turun ke lapangan

langsung dan untuk kepentingan kantor.

3. Flora dan Fauna

a. Jenis Flora

Beberapa jenis Flora di TNKS antara lain yaitu: Meranti,

Medang, Balam, Tembesu, pulai, Suriad, Krwing, Bunga Bangkai,

Kantong Semat, Anggrek dan Bunga Edelwis dll.

b. Jenis Funa

Harimau, Beruang Madu, Tapir, Macan Dahan, Rusa, Kambing

Hutan, Landak, Musang, Siamang, Kuaw, Rangkong, Elang, berbagai

jenis burung juga ada berbagai jenis Reptil.

4. Potensi Objek Wisata

Taman Nasional Kerinci Seblat resort merangin selatan juga

memiliki sarana Objek wisata di dua kecamatan yang memiiki keindahan

yang sangat menawan antaranya:

a. Gunung Masurai pada puncaknya terdapat dua buah Danau: Danau

Kumbang dan Danau Mabuk (Kec. Lembah Masurai)

b. Gunung Nilo (Kec. Lemabah Masurai)

c. Gunung Sumbing (Kec. Lembah Masurai dan Jangkat)

d. Danau Pauh (Kec. Jangkat)

e. Danau Depati Empat dan Grao Sakti (Kec. Jangkat).

47 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 52: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

38

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Faktor penyebab terjadinya Perambahan Hutan di TNKS Kecamatan

Jangkat Kabupaten Merangin

Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa di kecamatan

jangkat kabupaten merangin terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

sekelompok masyarakat melakukan perambahan hutan. Faktor-faktor yang

menyebabkan sekelompok masyarakat merambah adalah dari segi Faktor

Ekonomi, Faktor Pendidikan dan Faktor Jumlah Petugas Keamanan.

1. Faktor Ekonomi

Masyarakat yang mayoritas hidup berdekatan dengan hutan secara

berkelanjutan memenuhi kebutuhan kehidupannya dari hasil olahan hutan,

bahkan pada umumnya masyarakat kecamatan Jangkat hanya

mengandalkan sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Dan

Adapun kelompok kesejahteran ekonomi di kecamatan jangkat dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4. Statistik Keluarga Di Kecamatan Jangkat 2017-2018.48

Uraian 2017 2018

Kel. Pra sejahtera 815 815

Kel. Sejahtera 1 1.405 1.405

Kelompok sejahtera 2 94 94

Kelompok sejahtera 3 29 29

48 Dokumentasi Data Statistik Kecamatan Jangkat dalam angka 2018.

Page 53: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

39

Dalam sesi wawancara dengan seorang tokoh masyarakat desa

Renah Alai ia mengatakan bahwa:

Umumnya masyarakat di kecamatan Jangkat mata pencariannya

bertani yang mana harga semua hasil pertanian di kecamatan

Jangkat tergolong rendah karena jauh dari kota kabupaten. Adapun

masyarakat yang tergolong berekonomi rendah memilih ikut

merambah karena kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin,

ditambah lagi adanya pendatang yang semena-mena merambah

hutan sehingga masyarakat lokal marah dan agar hutan kawasan

terjaga beberapa dari masyarakat lokal yang pada awalnya

merambah untuk membuat perbatasan agar pendatang tidak biso

merambah malah terjerumus ikut merambah lebih luas.49

Dari tabel dan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

Kecamatan Jangkat pada umumnya tingkat ekonominya tergolong

menengah kebawah dan merupakan kecamatan yang umumnya mata

pencaharianya berasal dari perkebunan, sehingga masyarakat menanggap

perlu memiliki lahan perkebunan yang luas untuk hidup lebih sejahtera

dan layak, para perambah ini didominasikan oleh pelaku yang berasal dari

luar daerah Kecamatan Jangkat yang mata pencaharian di daerahnya sudah

kekurangan, untuk menutupi kekurangan itu mereka melakukan

perambahan di kecamatan jangkat yang wilayah hutannya masih luas,

maka muncul lah tindakan masyarakat yang melanggar hukum yaitu

melakukan perambahan hutan lindung yang mengakibatkan kerugian bagi

Negara dan masyarakat.

2. Faktor Pendidikan

49 Wawancara Dengan Pak Taufik, Anggota BPD Desa Renah Alai Kecamatan Jangkat, 14

Desember 2020.

Page 54: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

40

Tingkat pendidikan di kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin

tergolong rendah menjadi salah satu faktor peyebab masyarakat kurang

menjaga lingkungan hutan lindung bahkan melakukan perambahan hutan

serta kurangnya informasi dan pemahaman yang diterima oleh masyarakat

sehingga masyarakat tanpa pengetahuan melakukan perbuatan melanggar

hukum bahkan merusak ekosistem alam dan lingkungan. Rendahnya

tingkat pendidikan di Jangkat bisa dilihat dari kemudahan dalam mencapai

sarana pendidikan berikut:

Tabel. 2.

Kemudahan untuk mencapai sarana pendidikan terdekat bagi

Desa/Kelurahan yang tidak ada sarana pendidikan menurut Desa/Kelurahan

dan jenjang pendidikan di kecamatan Jangkat, 2019

NO Desa/Keluraha

n

SD MI SMP M

Ts

SM

A

M

A

SM

K

AKADE

MI/PTN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Muara Madras - - - - - M - S

2 Lubuk

Pungguk

- SM SM M SM SM M S

3 Pulau Tengah - - - - M - M S

4 Renah Alai - M - M M M M S

5 Lubuk

Mentilin

- M S S S S S SS

6 Rantau

Kermas

- M S S S S S S

7 Tanjung Kasri - S - S S S S S

8 Renah

Kemumu

- M - M S S S S

9 Koto Renah - M - M M M M S

10 Renah Pelaan - S S S S S S S

11 Koto Rawang - S SS SS SS SS SS SS

Keterangan: -M: Mudah -SM: Sangat Mudah -S: Sulit -SS: Sangat Sulit

Sumber: BPS, Pendataan Potensi Desa (Podes) 2019

Page 55: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

41

Dilihat dari cara mencapai sarana pendidikan di kecamatan jangkat

dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kesulitan untuk mencapai sarana

pendidikan lebih tinggi dari yang mudah mencapai sarana pendidikan

sehingga banyak dari kalangan masyarakat yang Desanya jauh dari Kota

Kacamatan tidak melanjutkan pendidikan karena membutuhkan biaya

yang cukup besar hanya untuk Transportasi menuju tempat pendidikan.

Oleh karena itu maka pendidikan di kecamatan Jangkat tergolong Rendah

belum lagi tempat pendidikan yang kurang memadai sehingga mayoritas

masyarakat di kecamatan jangkat hanya melewati jenjang Sekolah Dasar

oleh karena pendidikan yang kurang memadai sehingga faktor pendidikan

di kecamatan jangkat menjadi faktor pendorong untuk melakukan tindakan

melawan hukum atau melakukan perambahan hutan tanpa izin. Dan juga

dapat dilihat dari penurunan jumlah angka dari Sekolah Dasar menuju

Sekolah Menengah Pertama sebagai berikut:

Tabel. 3. Statistik Murid dan Guru di Kecamatan Jangkat, 2018

Sekolah Murid Guru

SD Sederajat 1.424 190

SMP Sederajat 592 74

SMA Sederajat 327 57

Jumlah 2.343 321

Sumber: Jangkat Dalam Angka Tahun 2018

Page 56: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

42

“Di Jangkat sendiri jumlah penduduknya mencapai 9.890 jiwa yang

mana usia muda yang dalam masa pendidikan usia 5-24 tahun mencapai

3.988”,50 dari jumlah ini hanya 2.343 yang berada dalam wadah

pendidikan artinya ada 1.645 anak yang tidak berada dalam wadah

pendidikan, bahkan Dari tabel di atas diketahui juga bahwa semakin tinggi

tingkat pendiikan maka semakin sedikit siswa yang melanjutkan

pendidikan dapat dilihat dari 1.424 siswa SD hanya 592 saja yang

melanjutkan sekolahnya begitupun dari jenjang SMP ke SMA hanya

berkisar sekitar 50% yang melanjutkan pendidikan artinya penurunan

inilah yang membuat pendidikan di kecamatan jangkat tergolong masih

rendah. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan pendidikan di

kecamatan jangkat tergolong rendah terutama sarana pendidikan yang

kurang memadai sebagaimana dalam tabel kemudahan mencapai sarana

pendidikan, yang mana untuk mencapai sarana pendidikan sangat jauh

serta memerlukan biaya yang banyak.

3. Faktor Jumlah Petugas Keamanan

Petugas keamanan menjadi kebutuhan yang mendasar untuk

menciptkan keamanan bagi lingkungan agar suasana lingkungan kondusif

dan sebagai upaya untuk menjaga segala aset atau sumber daya alam

dalam suatu wilayah. Sebagaimana yang disampaikan oleh personil Polisi

Kehutanan (POLHUT):

50 “Badan Pusat Statistik Kecamatan Jangkat dalam angka 2019” https://meranginkab.bps.

go.id/publication/2019/12/13/6d77137c1486257896d16155/statistik-daerah-kecamatan-jangkat-

2019.html, akses 13 Maret 2021.

Page 57: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

43

Untuk menjaga hutan konservasi, kita membutuhkan personil yang

mencukupi agar penjagaan terhadap hutan bisa terlaksana dengan

baik, di Jangkat ini sendiri personil ada, tapi terbatas bahkan di

kantor Balai TNKS Kecamatan Lembah Masurai personil

POLHUT hanya 5 orang, bahkan kemampuan dan wewenang

POLHUT bukan seperti polisi yang bisa melakukan tindakan

tembak ditempat. Dan juga kita kekurangan penyidik PPNS

(Penyidik Pegawai Negeri Sipil) yang mana penyidik hanya

ditempatkan di kota Provinsi. Sehingga dalam upaya penegakan

hukum masih diserahkan kepada penydik tunggal yaitu penyidik

Polri jadi keputusan hitam putihnya ada di Polri.51

Dengan keterbatasan personil yang dimiliki oleh Pihak Lembaga

TNKS Kecamatan Jangkat yang hanya berjumlah 5 orang dengan luas

hutan lindung 103.841 Hektar artinya 1 orang petugas harus menjaga hutan

lidung dengan luas 20.762,2 Hektar tentu ini bukanlah jumlah yang ideal

antara petugas dengan luas hutan lindung yang harus dijaga sehingga

penjagaan terhadap hutan lidung tidak efektif bahkan terkesan tidak

melakukan penegakan hukum padahal dari pihak TNKS sudah melakukan

banyak tindakan untuk menindak lanjuti perambah hutan akan tetapi

karena personil yang kurang membuat penegakan hukum tidak dapat

dijalankan secara efektif, karena pelaku perambahan hutan ini juga

dilakukan secara terorganisir sebagaimana disampaikan salah satu Polisi

Kehutanan. “Pelaku perambahan hutan ini ada kelompoknya bahkan ada

organisasinya yaitu Serikat Petani Indonesia (SPI), organisasi ini lah

sebagai wadah bagi para perambah yang datang dari luar daerah”.52

51 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020. 52 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 58: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

44

Dengan terorganisirnya kelompok perambah maka untuk menindak

lanjuti pelaku perambahan membuat petugas kewalahan sehingga kekuatan

para penegak hukum seperti Polisi Kehutanan tidak lagi mampu

menghalangi para pelaku melakukan perambahan hutan. Bahkan dikatakan

oleh salah satu aparat desa Renah Alai “Dan juga aparat tidak mampu lagi

mengatasi perambahan, karena banyaknya pelaku perambahan yang

masuk”.53 Memang jumlah pelaku yang ditahan dengan yang masuk tidak

sebanding, maka perambahan tidak akan pernah dapat diselesaikan makin

banyak yang ditahan yang masuk akan lebih banyak lagi tampak seperti

tidak ada rasa takut lagi bagi para perambah terhadap aparat penegak

hukum seakan berlaku hukum alam yang kuat itulah yang bertahan,

bahkan ada beberapa pelaku yang telah ditahan dan kelompok pelaku

perambahan melakukan penahanan juga terhadap aparat penegak hukum

sehingga terpaksa aparat penegak hukum melepaskan kembali anggota

kelompok tersebut agar aparat yang di tahan dapat diselamatkan.

53 Wawancara Dengan Pak Taufik, Anggota BPD Desa Renah Alai Kecamatan Jangkat, 14

Desember 2020.

Page 59: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

45

B. Peran Balai TNKS, Pemerintah Daerah, Polisi Kehutanan (POLHUT)

dan Masyarakat dalam Penegakan Hukum terhadap Pelaku

Perambahan Hutan.

Penegakan hukum terhadap pelaku perambahan hutan merupakan

suatu perbuatan penegakan hukum yang harus ditindak secara hukum oleh

aparat penegak hukum akan tetapi dalam hal penelitian ini tidak hanya

difokuskan kepada Polisi kehutanan tetapi juga pihak Balai TNKS dan

masyarakat yang berada di lingkungan setempat sebagai upaya menerapkan

dan melaksanakan aturan hukum yang berlaku terhadap pelaku perambahan

hutan. Penegakan hukum tersebut mencakup tindakan hukum baik yang

bersifat Preventif dan Refresif .

Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilakukan di Kecamatan

Jangkat Kabupaten Merangin menguraikan bahwa, proses penegakan hukum

yang dilaksanakan oleh pihak Balai TNKS, Pemerintah Daerah, Polisi

Kehutanan dan masyarakat yang ikut membantu proses penegakan hukum

terhadap pelaku perambahan hutan yang meliputi proses penegakan hukum

yang bersifat Preventif dan Refresif.

1. Penegakan Hukum melalui Tindakan Preventif (Pencegahan).

Tindakan Preventif merupakan upaya pertama yang dilakukan oleh

pihak Balai TNKS, Polisi Kehutanan, pemerintah Daerah dan masyarakat

setempat dalam menegakkan hukum terhadap pelaku perambahan hutan.

Pihak Balai TNKS, Polisi Kehutanan, pemerintah Daerah dan masyarakat

setempat melakukan upaya pencegahan terlebih dahulu terhadap

Page 60: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

46

kemungkinan-kemungkinan terjadinya perambahan hutan sebelum

melakukan penindakan secara tegas terhadap para pelaku perambahan

hutan berdasarkan aturan hukum pidana yang berlaku.

Berkaitan dengan penegakan hukum secara Preventif ini, Polisi

Kehutanan (POLHUT) Mahir BPTN Wilayah I Jambi TNKS, dalam wawancara

menjelaskan bahwa:

Upaya penanganan dan pencegahan adalah tindakan pertama yang

dilakukan oleh Pihak Balai TNKS dan jugo Pemerintah Daerah dalam

melaksanakan Penegakan Hukum terhadap pelaku perambahan hutan.

Tujuan dilakukan hal ini adalah untuk mencegah dan mengantisipasi

terjadinya tindakan perambahan hutan di wilayah TNKS Kecamatan

Lembah Masurai Kabupaten Merangin. Upaya mengantisipasi ini

dilakukan dengan cara: Pertama, Membuat dan memasang

spanduk/pamplet tentang Dampak Bahaya Gundulnya Hutan, kedua,

melaksanakan Penyuluhan Bahaya dari Perambahan hutan kepada

masyarakat, dan ketiga, melaksanakan Patroli Bersama Stake Holder atau

patroli keliling kawasan hutan lindung.54

Dari penjelasan yang disampaikan di atas saat wawancara, lebih lanjut

upaya penegakan hukum melalui tindakan preventif dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Membuat dan memasang Spanduk/Pamplet tentang Dampak Bahaya

Gundulnya Hutan.

Tindakan awal sebagai upaya pencegahan perambahan hutan yang

dilakukan oleh pihak Balai TNKS, Pemerintah Daerah adalah dengan

membuat dan memasang kalimat-kalimat peringatan, himbauan dan sanksi

hukum bagi pelaku perambahan hutan dalam bentuk spanduk-spanduk.

Spanduk tersebut biasanya dipasang di tempat-tempat tertentu seperti area

rawan perambahan, area perkebunan yang berdekatan dengan hutan lindung

54 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 61: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

47

dan juga area Hutan Lindung. Pada dasarnya pemasangan spanduk-spanduk

memperhatikan dapat dilihat atau tidaknya dengan mudah dan pemahaman

masyarakat terhadap spanduk tersebut dengan harapan warga dapat

memahami dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya dan menjahui

segala tindakan yang melanggar hukum.

b. Melaksanakan Penyuluhan bahaya dari perambahan hutan kepada masyarakat

Pihak balai TNKS dan pemerintah daerah juga melakukan penyuluhan

pencegahan perambahan hutan kepada masyarakat yang berada di wilayah

Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Sebagaimana yang disampaikan

oleh Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi melalui

wawancara, sebagai berikut:

Upaya Pencegahan yang kami lakukan terhadap perambahan hutan

yaitu melakukan penyuluhan pencegahan dan bahaya dari perambahan

hutan kepada masyarakat. Adapun penyuluhan yang kami lakukan

dari pihak TNKS yaitu kami kumpulkan masyarakat kami sampaikan

materi tentang bahaya perambahan hutan dan ada juga langsung terjun

kelapangan kawasan yang berdekatan dengan hutan lindung, kalau ada

kedapatan masyarakat yang berada di kawasan hutan lindung tanpa

izin langsung kami usir.55

Harapannya dengan adanya penyuluhan yang telah dilakukan

masyarakat lebih memahami dampak bahaya dari perambahan hutan sehingga

masyarakat dapat mengurung niatnya untuk melakukan perambahan hutan

dan juga diharapkan mayarakat yang telah mengerti dan memahami bahaya

perambahan hutan dapat menyampaikan kepada masyarakat lainnya.

55 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 62: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

48

c. melaksanakan Patroli Bersama Stake Holder atau Patroli keliling kawasan

hutan lindung

untuk mencegah terjadinya perambahan hutan pihak Balai TNKS,

Permerintah Daerah dan Masyarakat juga melaksanakan Patroli kelilig

bersama Stake Holder ke kawasan hutan lindung yang berada di kawasan

TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Berkaitan dengan patroli

bersama Stake Holder ini, Polisi Kehutanan Slamet Bagianto, S.sos selaku

POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi TNKS, dalam wawancaranya

menyampaikan bahwa: “Usaha atau upaya kami dalam penegakan

hukum itu ada yang namanya patroli bersama Stake Holder instansi

terkait baik itu polisi, TNI, aparat kecamatan, aparat desa dan

masyarakat”.56 Patroli yang dinamakan Patroli bersama Stake Holder

ini merupakan sebuah patroli yang mengaitkan banyak elemen penegak

hukum sehingga patroli dapat dijalankan lebih efektif fan efesien

setidaknya dengan adanya patroli ini timbul kesadaran hukum dalam

masyarakat bahwa penegakan hukum itu bukan saja dilakukan oleh

aparat tertentu tetapi semua elemen masyarakat adalah penegak hukum

yang mempunyai peran tersendiri.

2. Penegakan Hukum Melalui Tindakan Refresif (Penindakan)

Sejatinya Penegakan hukum dimulai dari langkah Preventif dan ketika

langkah tersebut sudah ditempuh dan tetap dilanggar oleh masyarakat maka

seyogyanya tindakan selanjutnya yang harus dan mesti dilakukan adalah tindakan

56 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 63: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

49

Refresif maka tindakan Refresif merupakan langkah yang tidak kalah pentingnya

dalam penegakan hukum. Dalam melakukan tindakan Refresif ini tentu

mengalami banyak sekali kendala terutama di bagian lapangan, sebagaimana

disampaikan oleh Slamet Bagianto selaku Polisi Kehutanan Mahir Wilayah I

Jambi TNKS, dalam wawancara menerangkan bahwa:

Tindakan Refresif adalah tindakan penegakan hukum yang dilakukan

oleh pihak Polisi Kehutanan di mana tindakan ini dilakukan apabila

terjadinya tindak pidana perambahan hutan. Tindakan perambahan hutan

dapat diketahui baik itu dari laporan warga masyarakat maupun dari

patroli yang dilakukan oleh pihak Polisi Kehutanan. Apabila diketahui

terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang merusak ekosistem

hutan maka Polisi Kehutanan melalui wewenangnya sebagai aparat

penegak hukum malakukan tindakan secara tegas terhadap pelaku

perambahan hutan.57

Dalam penegakan hukum Refresif pihak Polisi Kehutanan melakukan

tindakan penegakan hukum dengan selalu memperhatikan dan mempedomani

undang-undang yang ada atau peraturan yang mengatur tentang Kehutanan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Slamet Bagianto selaku Polisi Kehutanan

Mahir Wilayah I Jambi TNKS, yang menjelaskan bahwa pelaku perambahan:

Kami dalam melaksanakan tugas selalu berpedoman kepada

undang-undang, yang merupakan melawan hukum atau melanggar

hukum tercantum dalam undang-undang No 41 tahun 1999 Pasal

50 ayat 1, 2, 3 dan 4 hurufnya a, b, c dan d, kalau di undang-

undang No. 18 tahun 2013 di melanggar di Pasal 12 ayat 1, 2 dan

3 ada juga sanksi pidananya dalam undang-undang tersebut, kalau

dikaitkan dengan hukum islam itu jelas ado kaitannyo jugo yaitu

kerusakan yang disebabkan oleh ulah tangan masusia.58

Setidaknya ada beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

pelaku perambahan hutan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

57 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020. 58 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 64: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

50

Di indonesia telah diresmikan beberapa peraturan perundang-

undangan yang menjadi sumber hukum sekaligus pedoman dalam

mengatur larangan dan sanksi bagi tindakan perambahan hutan baik dalam

bentuk undang-undang yang disusun dalam bentuk kitab Undang-Undang

Hukum Pidana peraturan-peraturan yang berada diluar Kitab Undang-

undang Hukum Pidana. Adapun perundang-undangan tersebut yaitu:

a. Pasal 50 ayat (3) huruf c Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan.

Dalam pasal 50 ayat (3) huruf c ini disebutkan bahwa “setiap orang

dilarang”

1) Merambah Kawasan Hutan59

Tindak pidana pelanggaran dalam pasal ini yang dilakukan dengan

adanya unsur keengajaan dijatuhi sanksi berupa “Dihukum pidana penjara

paling lama 10 Tahun dan denda paling banyak Rp. 5 Milyar”.60

b. Pasal 17 ayat (2) huruf b Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

Didalam pasal 17 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa “setiap

orang dilarang” :

59 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 50 ayat (3).

60 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 78 ayat (2).

Page 65: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

51

1) Melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin menteri dalam

kawasam hutan

c. Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan

pemberantasan perusakan hutan

Pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan bertujuan untuk

menjaga hutan indonesia yang merupakan salah satu hutan tropis terluas di

dunia, khususnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim global.

Berdasarkan pasal 1 ayat (3) UU No. 18 Tahun 2013 pengrusakan hutan

adalah proses , cara atau perbuatan yang membuat rusak kawasan hutan

melalui kegiatan pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin

atau penggunaan izin yang bertentangan dengan maksud dan tujuan

pemberian izin dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan, atau sedang

diproses petetapannya oleh pemerintah. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa pengrusakan hutan adalah berkurangnya luasan hutan karena

kerusakan ekosistemnya yang disebabkan oleh penebangan hutan atau

perambahan hutan.

Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 juga

disebutkan bahwa kawasan hutan adalah kawasan tertentu yang ditetapkan

oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Namun saat ini begitu banyak terjadi perusakan hutan dan tindak pidana

kehutanan tanpa izin yang dapat dihukum dengan pidana penjara tau denda

yang diatur dalam pasal 12 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2013

Tentang Pencegahan dan Perusakan Hutan Yaitu:

Page 66: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

52

Dalam pasal 12 Ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang dilarang:

1) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak

sesuai dengan izin pemanfaatan hutan;

2) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa

memiliki izin yang diluarkan oleh pejabat yang berwenang;

3) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak

sah;

4) Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai,

dan/atau memiliki hasil di kawasan hutan tanpa izin.

5) Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak

dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan;

6) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,

memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa

izin pejabat yang berwenang;

7) Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau

patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan

didalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;

8) Memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga dari hasil pembalakan

liar.61

61 Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Perusakan

Hutan, Pasal 12 ayat (1).

Page 67: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

53

Dari beberapa undang –undang di atas jelas bahwa perbuatan

perambahan merupakan norma larangan yang diatur dalam undang-undang

dan bahkan sanksi pidana dijadikan garda terdepan jika terjadi pelanggaran

larangan untuk menyelesaikan masalah tindak pidana perambahan hutan.

Karena dengan tindakan pidana penegakan hukum dapat dijalankan secara

efektif serta menanggulangi perbuatan perambahan hutan. Dengan

dikedepankannya pidana terhadap pelanggar larangan sehingga perlu

diperhatikan aparat yang akan menegakkan tindak pidana yang mana

untuk melakukan proses penegakan hukum dilapangan yang memiliki

wewenang adalah pihak Polisi Kehutanan atau pihak Balai TNKS, karena

pihak tersebut meanggap tidak mampu lagi melakukan penindakan

terhadap para perambah dengan kebijakannya pihak Polisi Kehutanan

yang dinaungi oleh Balai TNKS melakukan kerja sama dengan masyarakat

dan membentuk sebuah kelompok mitra yang dalam hal ini disampaikan

oleh Tokoh masyarakat Desa Renah Alai sebagai Berikut:

Di jangkat ini sekarang kita dibina oleh pihak TNKS, kita dibentuk

organisasinya ada yang namanya masyarakat patroli mandiri,

Masyarakat Mitra POLHUT (MMP), Masyarakat Peduli Api

(MPA) dan Kelompok Konservasi Mandiri (KKM). masyarakat itu

dibentuk, didukung kegiatannya dan pendanaan kegiatan

operasionalnya untuk berpatroli mengamankan desa Masing-

masing itu satu kelompok limo orang.62

Adapun kerja sama yang dilakukan adalah merupakan tindakan

penindakan terhadap pelaku perambahan hutan dimana Masyarakat mitra

tersebut diembankan tugas untuk menjaga wilayahnya masing-masing dari

62 Wawancara Dengan Pak Taufik, Anggota BPD Desa Renah Alai Kecamatan Jangkat, 14

Desember 2020.

Page 68: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

54

para perambah sehingga penindakan terhadap pelaku perambahan hutan

dapat dijalankan secara maksimal dan efisien. Dengan tugas yang

diberikan kepada kelompok tersebut maka diberi weenang untuk menjaga

daerah atau desanya masing-masing yang mana dalam pemilihan

kelompok ini dibentuk langsung oleh pihak lembaga TNKS dan untuk

menjalankan tugasnya dilindungi oleh pihak lembaga TNKS Kecamatan

Jangkat Kabupaten Merangin. Dalam melakukan proses Refresif ini ada

beberapa langkah yang dilalui oleh aparat penegak hukum sebagaimana

disampaikan oleh kepala Balai TNKS Kecamatan Jangkat Kabupaten

Merangin yaitu:

Penegakan hukum pidana yang dilakukan terhadap pelaku

perambahan hutan melalui tindakan Refresif dilakukan oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan melalui beberapa

tahapan, diantara tahapan tersebut dimulai dari tahapan

Penyelidikan, Penyidikan, dan tahap pemeriksaan sampai ke

Penuntut umum. 63

Hal di atas lebih lanjut akan dibahas sebagai berikut:

a. Tahap Penyelidikan

Ada beberapa tindakan yang merupakan sumber tindakan

sebelum dilakukannya penyelidikan. Ada empat macam sumber

bertindak diantaranya Laporan, Pengaduan, diketahui sendiri oleh

petugas dan tertangkap tangan sedang melakukan perambahan. Dengan

adanya beberapa sumber tindakan tersebut, maka langkah pertama yang

63Wawancara Dengan PakThabrani, Kepala Balai TNKS Kecamatan Lembah Masurai

Kabupaten Merangin, 14 Desember 2020.

Page 69: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

55

akan dilakukan oleh pihak Polisi Kehutanan adalah melaksanakan

tindakan penyelidikan,

“Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan

penyidikan.”64 Menurut pasal 1 angka 5 KUHAP penyelidikan adalah:

“penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk

mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai

tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan

penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”

Sedangkan yang dimaksud dengan penyelidik sebagimana yang

tercantum dalam butir 4 bahwa: “Penyelidik adalah pejabat polisi

negara Rebuplik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang

ini untuk melakukan penyelidikan.”65

Pada pasal 1 angka 5 di atas memberi penjelasan tentang

penyelidikan, yaitu merupakan upaya mencari pembuktian dan

keterangan cukup atau tidaknya suatu peristiwa untuk dijadikan

peristiwa pidana menurut hukum atau undang-undang yang berlaku,

dengan adanya peristiwa pidana adapun pendapat Hartono tentang

peristiwa pidana dapat dilihat melalui:

-Adanya laporan dan pengaduan tentang dugaan peristiwa pidana

kepada aparat penegak hukum;

-Adanya dugaan peristiwa pidana yang terjadi pada waktu atau saat

yang mudah dipahami oleh akal;

64 M. Yahya Harahap, pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP: Penyidikan

dan penuntutan, (Jakarta, Sinar Grafika, 2000), hlm. 101.

65 Pasal 1 angka 5 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Page 70: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

56

-Adanya pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan atas dugaan

peristiwa pidana ini;

-Adanya tempat atau lokasi kejadian yang jelas dan pasti atas dugaan

peristiwa pidana itu.

Dan adapun tindakan yang harus dilakukan dalam langkah

penyelidikan yaitu:

1) Menentukan siapa pelapor atau pengadunya;

2) Menentukan peristiwa apa yang dilaporkan;

3) Dimana peristiwa itu terjadi;

4) Kapan peristiwa itu terjadi;

5) Menentukan korban atau pihak yang dirugikan ; serta

6) Menentukan bagaimana peristiwa itu terjadi.66

Dengan selesainya penyelidik melakukan penyelidikan maka

langkah selanjutnya adalah melaporkan hasil yang didapat melalui

penyelidikan tersebut kepada penyidik, maka dengan segera ditentukan

apakah peristiwa tersebut dapat dilanjutkan ke tingkat penyidikan atau

perkara tersebut dihentikan atau dibatalkan demi hukum. Apabila peristiwa

tersebut dapat didugakan merupakan tindakan merambah hutan maka

polisi kehutanan melaporkan kepada penyidik yang ditunjuk yaitu PPNS

yang ditunjuk untuk memperoses lebih lanjut suatu peristiwa pidana

merusak hutan.

66 Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum; melalui Pendekatan Hukum Progresif,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 18.

Page 71: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

57

b. Tahap Penyidikan

Tahap awal sudah dilalui yaitu penyelidikan maka tahap

selanjutnya adalah tahap penyidikan yang merupakan proses hukum

yang harus ditempuh dalam menentukan apakah seseorang bersalah

atau tidak. Pada pasal 1 butir 2 KUHAP menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan penyidikan “penyidikan adalah serangkaian tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang

ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi guna

menemukan tersangkanya”.67 Adapun mengenai penyidik dinyatakan

dalam butir 1 bahwa “penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik

Indonesia atau pejabat negeri sipil tertentu yang diberi hak khusus oleh

undang-undang untuk melakukan tindakan penyidikan.68

Diantara kegiatan yang dilakukan pada langkah penyidikan ini

mencakup beberapa langkah yaitu :

1) Pemanggilan beberapa orang atau pimpinan organisasi yang

berkaitan dengan proses perambahan;

2) Penangkapan dan/atau penahanan apabila diperlukan;

3) Pengeledahan tempat perkara;

4) Penyitaan barang-barang tertentu untuk sebagai bukti, berupa:

5) Barang-barang yang diperoleh dari hasil kejahatan (Corpora Delicti)

67 Pasal 1 Butir 2 Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, cet. 1,

(Surabaya, Sinar Sindo Utama, 2015), hlm. 205. 68 Pasal 1 Butir 1 Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, cet. 1,

(Surabaya, Sinar Sindo Utama, 2015), hlm. 205.

Page 72: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

58

6) Alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan (Instrumen Delicti)

7) Police Line atau penyegelan alat-alat tertentu atau tempat-tempat

tertentu yang ada kaitannnya dengan proses perambahan hutan.

c. Tahap Pemeriksaan

Setelah selesai tahap penyelidikan dan penyidikan, maka akan

dilanjutkan pada langkah selanjutnya yaitu tahap pemeriksaan.

Pemeriksaan dilakukan oleh penyidik dan dibantu oleh saksi ahli dan

tersangka yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan. Pada

langkah pemeriksaan ini meliputi:

1) Pemeriksaan saksi-saksi;

2) Pemeriksaan saksi ahli atau keterangan ahli;

3) Pemeriksaan laboratorium; serta

4) Pemeriksaan tersangka.

Untuk mendapatkan keterangan seorang ahli, keterangan saksi

dan tersangka yang tercantum dalam berita acara pemeriksaan guna

untuk membuat terang perkara itu merupakan tujuan dari pemeriksaan.

Dan adapun tujuan dari pemeriksaan laboratorium adalah untuk

mengetahui besarnya kerugian yang dihasilkan dari perambahan hutan

ilegal tersebut.

d. Tahap Penyelesaian Perkara.

Tahap terakhir yang dilakukan setelah melalui langkah-langkah

sebelumnya adalah tahap penyelesaian perkara terhadap pelaku

perambahan hutan tahap penyelesaian perkara ini merupakan tahap

Page 73: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

59

penyerahan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU). Adapaun penyerahan

perkara kepada Jaksa Penuntut Umum sebagai berikut:

1) Tahap pertama, penyidik melakukan penyerahan berkas perkara

kepada Penuntut Umum; dan

2) Tahap kedua, dalam hal penyidikan dianggap sudah selesai,

penyidik menyerahkan tanggung jawabnya terhadap tersangka

kepada Jaksa Penuntut Umum setelah perkara dinyatakan lengkap

dari pihak sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa penegakan hukum

terhadap pelaku perambahan hutan melalui dua langkah pertama,

Pencegahan yang meliputi langkah pemasangan pamplet bahaya

perambahan hutan, sosialisasi kemasyarakat dan Patroli keliling. Kedua,

penindakan meliputi langkah penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan

dan penyerahan perkara kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan pihak

Polisi Kehutanan (POLHUT) balai TNKS Kecamatan Lembah

Kabupaten Merangin yang menangani secara langsung penegakan

hukum terhadap pelaku perambahan hutan di lapangan. Sepanjang

tahun 2018 sampai sekarang pihak Polisi Kehutanan telah melakukan

proses penegakan hukum terhadap pelaku perambahan hutan sebanyak

1 kasus yang sampai ke pengadilan.69 Dapat diuraikan sebagai berikut:

69 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 74: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

60

Kasus tindak pidana perambahan hutan yang terjadi pada

tanggal 22 Mei 2018 yang dilakukan oleh Azhari, Abu Hasyim, Maardi

dan Indra Jaya yang di gelar di pengadilan negeri jambi keempat orang

ini merupakan ketua kelompok dan anggota dari Srikat Petani Indonesia

(SPI), dalam sidang terdakwa dikenai Empat pasal tentang

pemupakatan jahat dalam usaha perambahan hutan di desa Renah Alai

Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Terdakwa didakwa dengan

pasal 94 ayat 1 huruf a Subsider huruf b subsider pasal 81 ayat 1 huruf

b subsider huruf c Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2013 Tentang

Pencegahan Pemberantasan Hutan juntco pasal 55 ayat 2 KUHP.

Di dalam dakwaan tersebut juga disampaikan peran keempat

terdakwa yang terkait dengan proses perambahan tersebut. Yang mana

Azhari sebagai Ketua SPI didakwa sebagai orang yang menjamin

perambah dan penebang hutan dalam menguasai kawasan TNKS dan

tiga lainnya merupakan pelaku di lapangan. Dalam amar putusan

Pengadilan Negeri Jambi Azhari dinyatakan tidak terbukti melakukan

tindak pidana sebagaimana dakwaan pertama, kedua, ketiga dan

keempat karena pada saat penebangan Azhari tidak berada di lokasi

kejadian, sementara itu terkait 3 terdakwa lainnya divonis 8 Bulan 16

Hari yakni Abu Hasyim, Maardi dan Indra dan pidana Denda 500 Juta

dengan subsider enam bulan yang diputuskan dan ditetapkan oleh

Hakim Ketua Fransiskus Arkadeus Ruwe.

Page 75: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

61

Sebenarnya kasus perambahan ini sudah seringkali dilakukan

penegakan hukum akan tetapi banyak kendala yang dihadapi oleh

aparat penegak hukum sebagaimana yang disampaikan oleh Polhut

Mahir BPTN wilayah I Jambi Slamet Bagianto saat diwawancarai

“Perambahan terjadi secara terus menerus ini bukannyo kami pihak

TNKS tidak melakukan penegakan hukum tetapi seringkali ada

perambah yang kami tahan malah perambah melakukan penahanan atas

aparat pulo tepakso kami lepas”.70 Jadi jelas bahwa seringkali kasus

yang hendak ditegakkan oleh aparat penegak hukum terpaksa tidak

ditegakkan dan tidak sampai ke pengadilan karena aparat penegak

hukum masih mementingkan kondusifnya kondisi masyarakat agar

tidak terjadi konflik baik itu antara para perambah dengan aparat

penegak hukum maupun perambah dengan masyarakat sekitar.

3. Kendala-Kendala yang dialami aparat penegak hukum dalam

melaksanakan penegakan hukum

Tindak pidana bisa terjadi dimana dan kapan saja. Namun

kejahatan atau tindak pidana perambahan hutan seringkali dilakukan

secara penyerobotan atau dilakukan secara sembunyi bahkan secara

terstruktur sehingga seringkali perambahan tidak dapat dilacak oleh aparat

penegak hukum apalagi hutan lidung yang wilayahnya sangat luas.

70 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 76: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

62

Penegakan hukum terhadap perambahan hutan merupakan suatu

hal yang sangat perlu diperhatikan secara khusus karena perbuatan tersebut

bisa merusak ekosistem lingkungan hidup bahkan merusak iklim global.

Kegiatan yang sering dilakukan oleh para pendatang maupun masyarakat

lokal ini seringkali menimbulkan konflik antar masyarakat. Dalam proses

penyelesaian masalah perambahan hutan aparat penegak hukum

mempunyai beberapa kendala yang kami jumpai dalam penelitian ini

dalam hal ini disampaikan oleh bapak Taufik selaku Aparat Desa Renah

Alai kecamatan Jangkat mengatakan bahwa:

Kendala yang dihadapi sekarang ini mengenai perambahan adalah

kurangnya pengetahuan pelaku perambahan mengenai bahaya dan

dampak dari perambahan hutan dan tidak pahamnya masyarakat

terhadap Undang-Undang Kehutanan dan bahkan masyarakat

menganggap enteng Hukum.71

Dari wawancara di atas didapati benang merah bahwa kendala

yang dihadapi oleh aparat penegak hukum yang ada di kecamatan jangkat

kabupaten merangin adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap

bahaya dan dampak dari perbuatan yang dia lakukan dan kurangnya

pemahaman masyarakat terhadap undang-undang yang mengatur tentang

hutan lindung bahkan ada juga sebagian pelaku perambah yang menggap

hukum itu enteng dengan membandingkan hutan yang dia rambah dapat

digunakan seumur hidup dan palingan kalau dipenjara cuma beberap tahun

saja saat dia lepas bisa mengeola hutan yang sudah dia rambah kembali.

71 Wawancara Dengan Pak Taufik, Anggota BPD Desa Renah Alai Kecamatan Jangkat, 14

Desember 2020.

Page 77: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

63

Di sisi lain penulis juga mewawancarai bapak Thabrani selaku

Ketua Balai TNKS kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin:

a) Luasnya hutan TNKS yang harus dijaga tidak sebanding dengan

jumlah aparat penegak hukum yang ada sehingga dalam penegakan

hukum terhadap pelaku perambahan hutan sebagian besar hanya

berasal dari laporan masyarakat.

b) Mahirnya pelaku dalam melakukan perambahan dan pengecohan

terhadap aparat penegak hukum. Walaupun aparat telah mengetahui

titik rawan perambahan tetapi tidak mudah untuk menangkap para

pelaku perambahan dikarenakan antara individu perambah sudah

berkerja sama sehingga ketika aparat penegak hukum hendak terjun ke

lapangan para perambah sudah terlebih dahulu bersembunyi.72

Kemudian peneliti juga mewawancarai Penasehat Lembaga Adat

Kabupaten Merangin Yaitu Datuk Baheri beliau menjelaskan dalam

wawancara bahwa:

Sanksi secara adat tu tidak ada kalau umtuk perambah hutan produksi

karena Adat Bersendi Syarak, Syarak bersendi kitabullah, kalau haram

hukumnya kata syarak, maka salah pula kata Adat, jadi kalau tidak

salah maka tidak ada sanksinya yang dikatakan itu syarak mengato

adat memakai baru ada sanksinya kalau tidak dikatakan syarak ya

tidak ada sansinya, yang melanggar adat sama dengan melanggar

syarak baru ada sanksinya.73

Jadi dari penjelasan di atas juga menejelaskan bahwa secara adat

sanksi terhadap pelaku perambahan hutan tidak diatur begitu jelas dan setiap

orang memiliki hak untuk mengelola tanah milik negara sehingga kesulitan

para pemangku adat untuk memberi sanksi adat kepada para perambah

kecuali pada tempat-tempat tertentu seperti hutan adat marga Serampas yang

72 Wawancara Dengan Pak Thabrani, selaku Kepala Balai TNKS Kecamatan Lembah

Masurai Kabupaten Merangin, 14 Desember 2020.

73 Wawancara Dengan Datuk Baheri, Penasehat Lembaga Adat Kabupaten Merangin, 12

Desember 2020.

Page 78: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

64

sudah ada peraturan Khusus dan wewenang khusus bagi marga Serampas

untuk mengelola dan menegakkan hukum dalam wilayahnya.

Beberapa hal di atas merupakan kendala bagi aparat penegak hukum,

maka peran dan serta masyarakat dalam menegakkan hukum sangat penting

dan dibutuhkan. Menumbuhkan kesadaran hukum bagi masyarakat(law

awareness) sangatlah penting, supaya tidak ditemukan lagi kasus-kasus

perambahan hutan.

C. Usaha-Usaha Yang Harus Dilakukan Untuk Mencegah Dan

Memberantas Perambahan Hutan di Kecamatan Jangkat

Dalam menegakkan hukum ada beberapa usaha yang harus dilakukan

oleh aparat penegak hukum sehingga hukum tidak hanya dapat ditegakkan

secara Das Sollen tetapi dapat juga ditegakkan dan diterapkan di dalam

kehidupan bermasyarakat secara Das Sein. Di dalam penegakan hukum tentu

ada juga usaha yang telah dilakukan dan yang harus dan semestinya

dilakukan maka pada penelitian ini akan membahas mengenai usaha yang

harus dilakukan oleh aparat penegak hukum sehinggga hukum dapat

ditegakkan lebih maksimal.

Adapun usaha yang harus dan semestinya dilakukan oleh aparat

penegak hukum sebagaimana yang disampaikan saat wawancara oleh salah

satu aparat penegak hukum yang merupakan Polhut Mahir Wilayah I Jambi

yang sebelumnya bertugas di kecamatan jangkat Kabupaten merangin, dalam

wawancara mengatakan bahwa:

Page 79: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

65

Dalam menegakkan hukum tentu aparat penegak hukum harus lebih

meningkatkan usahanya dalam menegakkan hukum dalam berbagai

bidang diantaranya yang yang harus dilakukan adalah: 1.

Memperbaiki substansi hukumnya; 2. Meningkatkan fasilitas

pedukung; 3. Meningkatkan patroli; 4. Beri pemahaman yang lebih

kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan.74

Dari hasil wawancara di atas ada beberapa usaha yang harus aparat

penegak hukum Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin lebih tingkatkan

yaitu:

1. Memperbaiki Substansi Hukumnya, maksudnya perlu dikaji ulang

beberapa peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang

pelaku perambahan hutan dan perlindungan hutan, karena dengan

sanksi hukuman yang diatur oleh undang-undang tidak memberikan

efek jera kepada pelaku perambahan bahkan ada beberapa dari pelaku

meremehkan hukuman karena hukumannnya hanya beberapa bulan

saja. Adapun peraturan yang perlu dikaji ulang adalah mengenai

ketentuan pidana perambahan dalam UU No.18 Tahun 2013 yang mana

pedoman penjatuhan pidana perambahan hanya pada perbuatan

menebang pohon, sedangkan perambahan merupakan perbuatan yang

lebih merusak dari penebangan pohon.

2. Meningkatkan Fasilitas pendukung, dengan adanya aparat penegak

hukum tentu fasilitas pendukung sangat memiliki peran penting dalam

menegakkan hukum, seorang aparat penegak hukum akan susah

menegakkan hukum apabila fasilitas pendukungnya kurang memadai.

74 Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I Jambi

TNKS, 10 Desember 2020.

Page 80: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

66

Adapun fasilitas yang harus di penuhi adalah seperti beberapa alat

canggih pendeteksi perambahan yaitu berupa Drone pengintai sehingga

patroli dapat dilakukan dari jarak jauh tanpa diketahui pelaku

perambahan.

3. Meningkatkan Patroli, di sini aparat penegak hukum dituntut untuk

lebih meningkatkan kegiatan patroli bahkan seharusnya aparat penegak

hukum tidak memandang waktu untuk melakukan patroli karena para

pelaku perambahan hutan lebih cerdik dalam memilih waktu dan tempat

untuk melakukan perambahan. Dalam melakukan penegakan hukum,

patroli merupakan tindakan awal. kurangnya perencanaan, rasa takut

terjadinya konflik menjadi dasar permasalahan dalam melakukan patroli

sehingga patroli jarang dilaksanakan.

4. Beri pemahaman yang lebih kepada masyarakat tentang pentingnya

menjaga hutan, memberikan pemahaman yang lebih kepada warga

masyarakat merupakan usaha yang perlu dan penting dilakukan karena

dalam menegakkan hukum aparat penegak hukum mustahil bisa

melakukan penegakan hukum sendiri tanpa adanya bantuan dan

partisipasi masyarakat terutama dalam hal laporan mengenai

perambahan itu sangat dibutuhkan oleh aparat penegak hukum.

Itulah usaha-usaha yang harus dilakukan oleh aparat penegak hukum

jika menginginkan hukum agar dapat ditegakkan dengan baik di hutan TNKS

Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin.

Page 81: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka didapati

beberapa kesimpulan mengenai penegakan hukum terhadap pelaku perambahan

hutan, antara lain:

1. Faktor penyebab terjadinya Perambahan Hutan di TNKS Kecamatan

Jangkat Kabupaten Merangin, yaitu disebabkan oleh beberapa faktor dan

pada penelitian ini didapati tiga faktor dan faktor tersebut adalah Faktor

Ekonomi, Faktor Pendidikan dan Faktor Jumlah Petugas Keamanan, ketiga

faktor ini saling berkaitan satu sama lain dan bahkan dari beberapa faktor

di atas ada faktor yang lebih mendorong terjadinya perambahan yaitu

bahwa para pelaku melakukan perambahan secara terorganisir dan

terencana.

2. Peran Balai TNKS, Pemerintah Daerah, Polisi Kehutanan (POLHUT) dan

Masyarakat dalam Penegakan Hukum terhadap Pelaku Perambahan Hutan,

setiap komponen penegakan hukum dalam suatu negara pasti mempunyai

peran masing-masing sehingga peran komponen tersebut bisa dilihat dari

tindakan yang dilakukan oleh komponen tersebut dalam menegakkan

hukum. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Sudarto yang

digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga,

meliputi Penegakan hukum Preventif (Pencegahan), refresif (Penindakan)

Page 82: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

68

dan Kuratif (Perbaikan). Dan adapun Penegakan hukum yang dilakukan

oleh aparat penegak hukum dalam penelitian ini dikaji sampai ke tahap

Refresif saja. Adapun proses penegakan hukum terhadap pelaku

perambahan hutan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam

penelitian ini melalui dua tahap, yaitu tahap Preventif yang dilakukan

dengan cara: membuat dan memasang pamplet tentang bahaya kerusakan

hutan, melaksanakan sosialisasi, dan melaksanakan patroli keliling

kawasan hutan lindung. Sedangkan dalam tahap Refresif dilakukan dengan

tahap: Penyelidikan, Penyidikan, pemeriksaan, penyelesaian dan

penyerahan perkara ke Jaksa Penuntut Umum (JPU). Adapun kendala yang

dialami aparat peneggak hukum yaitu: 1. Luasnya hutan TNKS yang harus

dijaga tidak sebanding dengan jumlah aparat penegak; 2. Mahirnya pelaku

dalam melakukan perambahan, pengecohan terhadap aparat penegak

hukum dan terorganisasinya kegiatan para perambah.

3. Usaha-Usaha Yang Harus Dilakukan Untuk Mencegah Dan Memberantas

Perambahan Hutan di Kecamatan Jangkat yaitu: 1. Memperbaiki substansi

hukumnya dan/atau melakukan peninjauan terhadap efektifitas sanksi

dalam substansi hukum terhadap pelaku perambahan hutan; 2.

Meningkatkan fasilitas pedukung; 3. Meningkatkan patroli; 4. Beri

pemahaman yang lebih kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga

hutan.

Page 83: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

69

B. Saran

1. Kepada Aparat Penegak hukum, penulis memiliki harapan kedepannya

untuk lebih meningkatkan upaya dalam menegakkan hukum terhadap pelaku

perambahan hutan sehinggga penegakan hukum ataupun menjalankan

hukum atau aturan tidak hanya dapat berlaku secara Das Sollen tetapi juga

dapat berlaku secara Das sein.

2. Kepada pemerintah, diharapkan untuk lebih meningkatkan perhatian kepada

penegakan hukum terhadap pelaku perambahan hutan melalui perhatian

pemerintah terhadap sarana, prasarana dan sarana pendukungnya bagi

aparat penegak hukum.

3. Kepada masyarakat, penulis sangat berharap untuk lebih meningkatkan

kepedulian dan ikut berpartisipasi dalam membantu aparat penegak hukum,

karena dalam penegakan hukum sangat diperlukan (Law awareness)

kesadaran hukum masyarakat.

Page 84: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

70

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,

2006.

Salim H.S, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan (Ed), Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Baso Madiong, Penerapan prinsip Hukum Pengelolaan Hutan Berkelanjutan,

Makassar : Celebes Media Perkasa, 2012.

Soejono, Hukum Lingkungan Dan Peranannya Dalam Pembangunan, cet.1,

Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.

Deni Bram, Hukum Lingkungan Hidup Omo Ethic-Eco Ethic, Bekasi: Gramata

publishing –anggota IKAPI, 2014.

Jimly asshiddiqi, Pembangunan Hukum dan Penegakan Hukum di Indonesia,

Disampaikan pada acara seminar ”menyoal moral penegak hukum” dalam

rangka Lusrum Fakultas Universitas Gadjah Mada, 16 Februari 2006.

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (EdisiRevisi), Jambi: Syariah Press dan

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014.

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum Pidana,

Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2005.

P.A.F. Laminating, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, bandung, Citra

Aditya,1997.

Niniek Suparmi, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup, Jakarta, Sinar Grafika,1992.

M. Hamdan, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, Bandung: Mandar

Maju, 2000.

Edi Setiadi dan Kristian, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem Penegakan

Hukum di Indonesia, Jakarta: Pranada Media, 2017.

Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, bandung: Alumni, 1981.

J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta, PT Prenhalindo, 2001.

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1992.

Page 85: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

71

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,

(Bandung: Alfabeta, 2017.

Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta,

2015.

Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syariah Press

dan Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Amiruddin dan zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008.

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kulitatif, Jakarta: Salemba Humanika,

2010.

Tim penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, EdisiRevisi, Jakarta: Syari’ah Press,

2012.

Hadinata Karyadi, dkk., Informasi TNKS Tahun 2018, Jambi: Buku Kerinci Indo,

2018.

M. Yahya Harahap, pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP:

Penyidikan dan penuntutan, Jakarta, Sinar Grafika, 2000.

Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum; melalui Pendekatan Hukum

Progresif, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) & Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP), cet. 1, Surabaya, Sinar Sindo Utama, 2015.

Dokumentasi Struktur Lembaga TNKS Resor Merangin Selatan, Desember 2020.

Data Objek Wisata, TNKS Resort Merangin Selatan, Desember 2020.

Wawancara Dengan Slamet Bagianto, S.sos, POLHUT Mahir BPTN Wilayah I

Jambi TNKS, 10 Desember 2020.

Wawancara dengan Pak Aldo, Tokoh Masyarakat Desa Renah Alai, 14 Desember

2020.

Wawancara Dengan Pak Taufik, Anggota BPD Desa Renah Alai Kecamatan

Jangkat, 14 Desember 2020.

Page 86: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

72

Wawancara Dengan Pak Thabrani, Kepala Balai TNKS Kecamatan Lembah

Masurai Kabupaten Merangin, 14 Desember 2020.

Wawancara Dengan Datuk Baheri, Penasehat Lembaga Adat Kabupaten

Merangin, 12 Desember 2020.

B. Penelitian, Skripsi, Tesis, Desertasi.

Noviatusa’adah, Identifikasi Pola Komunikasi Perambahan Hutan Taman

Nasional Bukit Brisan Selatan (Studi Kasus Pada Desa Margomulyo, Kec.

Way Semaka, Kab. Tanggamus), Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Lampung, 2018.

Samsudin, Karakteristik dan Pola Perambahan Hutan Taman Naional Gunung

Gede Pangrango (Studi Kasus di Desa Bojong Murni Kec. Ciawi Kab.

Bogor), Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2006

Moch. Ridwan Almurtaqi, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pembalakan Liar

Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Filsafat Islam, Skripsi Fakultas

Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

C. Peraturan Perundang-undangan

Perda Kab. Merangin No. 8 Tahun 2016 tentang Pengakuan dan Perlindungan

Masyarakat Hukum Adat Marga Serampas Pasal 1 ayat 15

Peraturan Daerah Kabupaten Merangin No. 5 Tahun 2015 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 02 Tahun 2007

Tentang Pembentukan Kecamatan Bangko Barat, Nalo Tantan, Batang

Masumai, Pamenang Barat, Tabir Ilir, Tabir Timur, Renah Pembarap,

Pangkalan Jambu dan Sungai Tenang.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Perusakan Hutan.

D. Website

“Taman Nasional Kerinci Seblat – Sejarah, Kondisi Alam, Flora Fauna

& Wisata ,” https://rimbakita.com/taman-nasional-kerinci-seblat/,

akses 28 Oktober 2020.

“Visi dan Misi Hutan TNKS” http://tfcasumatera.org/visi-dan-misi/, akses 14

November 2020.

Page 87: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

73

“sistem hukum indonesia” http://blogneniajeng.blogspot.com/2014/04/sistem-

hukum-indonesia.html, akses September 2020.

“ merangin seakan negeri tak berhukum” http://kajanglako.com/id-16-post-merangin-

seakan-negeri-tak-berhukum-perambah-kian-berani-babat-hutan.html,

akses April 2020.

“Teori berlakunya hukum dalam masyarakat” https://www.google. com/search?q=

teori+berlakukanya+hukum+dlam+masyarakat&oq=teori+berlakukanya+h

ukum+dlam+masyarakat&aqs=chrome..69i57j0l2.13012j0j4&sourceid=ch

rome, akses April 2020.

Suer Anywhere, “TNKS Resor Sungai Lalang,” https://www.google.

com/search?q= TNKS+ Resor+Sungai+Lalang &oq=

TNKS+Resor+Sungai+Lalang&aqs= chrome..69i57. 1065 5j0j7 &

sourceid=chrome&ie=UTF-8, akses 23 Desember 2020.

“Badan Pusat Statistik Kecamatan Jangkat dalam angka 2019” https://meranginkab.bps.

go.id/publication/2019/12/13/6d77137c1486257896d16155/statistik-daerah-

kecamatan-jangkat-2019.html, akses 13 Maret 2021.

Page 88: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

74

DOKUMENTASI

Gambar 1: Foto bersama sekaligus wawancara dengan bapak Slamet Bagianto,

S.Sos selaku Polisi Kehutanan (POLHUT) Mahir wilayah 1 Jambi, membahas

mengenai faktor penyebab terjadinya perambahan dan peran POLHUT dalam

menegakkan hukum.

Gambar 2: Foto dan wawancara bersama Datuk Baheri selaku Penasehat Lembaga

Adat Kabupaten Merangin membahas mengenai sanksi adat bagi pelaku

perambahan hutan di Kabupaten Merangin.

Page 89: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

75

Gambar 3: Foto dengan bapak Taufik selaku Aparat Desa Renah Alai Kecamatan

Jangkat Kabupaten Merangin, membahas mengenai peran masyarakat dan

pemerintah desa setempat dalam penegakan hukum terhadap pelaku perambahaan.

Gambar 4: Penelitian Ke Kantor Balai TNKS Resort Merangin Selatan

Page 90: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

76

Gambar 5: Kawasan aktif perambahan di kecamatan Jangkat

Gambar 6: Foto kawasan yang ditebangi oleh masyarakat Renah Alai yang hendak

dijadikan sebagai pembatas bagi perambah yang datang dari luar daerah dengan lokal.

Page 91: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

77

Gambar 7: Foto kawasan pemukiman pelaku perambahan yang datang dari luar

daerah.

Page 92: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERAMBAHAN …

78

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Subhan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/tgl. Lahir : Pulau Rengas 07 Juli 1999

Nim : 102170190

Alamat : Rt. 01 Desa Pulau Rengas Ulu Kec. Bangko Barat

Kab. Merangin Prov. Jambi

No. Telp/HP : 082385417807

Nama Ayah : Umardani

Nama Ibu : Murniati

B. Riwayat Pendidikan

1. SD/MI, tahun lulus : SD N 116/VI Des. Pulau Rengas Ulu, 2011

2. SMP/MTs, tahun lulus : MTs N Bangko, tahun 2014

3. SMA/MA, tahun lulus : SMA N 1 Merangin, tahun 2017

C. Prestasi Akademik/Skill/Olah Raga/Seni Budaya Yang dimiliki :

1. Pemain Bola Kaki UIN STS Jambi dalam Liga Mahasiswa Se-Prov.

Jambi tahun 2018 dan 2019

2. Terpilih sebagai Peserta KKN Se-Sumatera mewakili UIN STS Jambi

Tahun 2020

3. Juara III Tenis Meja tingkat Mahasiswa UIN STS Jambi

D. Riwayat Organisasi

1. Anggota Bidang Ta’lim La-PASMA 2018/2019

2. Ketua Bidang Keamanan La-PASMA 2019/2020

Jambi, 15 Maret 2021

SUBHAN

NIM: 102170190