PENDUGAAN UMUR SIMPAN PADA PENYIMPANAN DINGIN …
Transcript of PENDUGAAN UMUR SIMPAN PADA PENYIMPANAN DINGIN …
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
1
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
PENDUGAAN UMUR SIMPAN PADA PENYIMPANAN
DINGIN TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
DENGAN PENGEMASAN VAKUM MENGGUNAKAN
MODEL ARRHENIUS
Anang Lastriyanto*, Nur Komar, Hartanti Setyo Pratiwi
Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: [email protected]
ABSTRAK
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
penting di Indonesia. Kebutuhan akan kedelai meningkat dari 1.2-1.4 juta ton menjadi ± 1,8 juta ton
setiap tahunnya, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Komoditas per kapita kedelai saat
ini ± 8 kg/kapita/tahun (Anonim, 2008a). Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang
difermentasikan menggunakan kapang rhizopus (ragi tempe). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
umur simpan tempe kedelai yang dikemas vakum selama penyimpanan pada kondisi suhu ruang, dingin
dan beku dengan menggunakan perhitungan model Arrhenius. Parameter yang digunakan untuk
pengamatan adalah parameter fisik, meliputi kadar air, rendemen, kadar protein, dan uji inderawi. Metode
eksperimental dilakukan dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan (T)
terdiri dari 3 suhu, yaitu : T1 = 25 °C, T2 = 8 °C, dan T3 = -8 ºC. Faktor perlakuan kedua adalah fase
kematangan tempe (F) , terdiri dari tiga fase, yaitu : F1 = 9 jam setelah diberi ragi, F2 = 18 jam setelah
diberi ragi, danF3 = 27 jam setelah diberi ragi. Bahan pengemas yang digunakan adalah polyetilen dengan
ketebalan 0,08 mm, dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan pengemasan vakum tempe yang disimpan dingin (8 ˚C) lebih
tahan lama daripada yang hanya disimpan pada suhu ruang (25 ˚C). Prediksi umur simpan pada masing-
masing suhu, yaitu suhu 25 ˚C pada tempe 9 jam setelah diragi prediksi umur simpan 0.089 hari, tempe
18 jam setelah diragi 0.094 hari, dan tempe 27 jam setelah diragi 0.074 hari. Suhu 8 ˚C pada tempe 9 jam
setelah diragi 0.311 hari, tempe 18 jam setelah diragi 0.281 hari, dan tempe setelah 27 jam diragi 0.272
hari. Sedangkan suhu -8 ˚C pada tempe 9 jam setelah diragi 1.164 hari, tempe 18 jam setelah diragi 0.899
hari dan pada F3 tempe 27 jam setelah diragi 1.069 hari.
Kata kunci: Tempe, vakum, umur simpan
SHELF LIFE PREDICTION AT COOL STORAGE SOYBEAN
TEMPE (GLYCINE MAX ( L.) MERILL) WITH VACUUM
PACKAGING USING ARRHENIUS MODEL
ABSTRACT
Soybean (Glycine max (L.) Merrill) is one of important food crop commodity in Indonesia.
Necessity of soybean increase from 1.2-1.4 ton million reach 1.8 ton million every years, with increase in
habitant growing. The commodity soybean per capita new 8 kg/capita/years (Anonymous, 2008). Tempe
is fermented soybean cake with rhizopus mold (yeast of tempe). This research is done to know shelf life of
soybean tempe which is vacuum packed for saving at hall temperature condition, cool and freeze with
Arrhenius calculation. The using parameter is physical parameter, are including water content, decrease
of weight, protein content, and sensory test. Eksperimental methode is done with two behaviour factor.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
2
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
The first factor is temperature saving (T) including of three temperature, that are : T1 = 25 ° C, T2 = 8 °
C, and T3 = - 8 º C. The second factor is ripeness tempe phase (F), including of three phase, that are : F1
= 9 hour, F2 = 18 hour, dan F3 = 27 hour after fermentation. The using packed material is polyetilen
with 0,08 mm thickness, and every behavior is repeated three times. The result of research is point out
that vacuum packaging of tempe which cool storage at 8 ˚C is were long endure than cool storage at hall
temperature 25 ˚C. Shelf life prediction at every temperature, that are F1 (tempe after yeast 9 hour) value
0.089 days, F2 (tempe after yeast 18 hour) value 0.094 days, and F3 (tempe after yeast 27 hour) value
0.074 days at 25 ˚C. F1 (tempe after yeast 9 hour) value 0.311 days, F2 (tempe after yeast 18 hour) value
0.281 days, and F3 (tempe after yeast 27 hour) value 0.272 days at 8 ˚C. F1 (tempe after yeast 9 hour)
value 1.164 days, F2 (tempe after yeast 18 hour) value 0.899 days, and F3 (tempe after yeast 27 hour)
value 1.069 days at -8 ˚C.
Key words: Tempe, vacuum, shelf life
PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan
yang penting di Indonesia. Kebutuhan akan kedelai meningkat dari 1.2-1.4 juta ton menjadi
kurang lebih 1,8 juta ton setiap tahunnya, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Komoditas per kapita kedelai saat ini kurang lebih 8 kg/kapita/tahun (Anonim, 2008a).
Apabila kedelai diolah lebih lanjut menjadi tempe, maka mutu gizinya akan meningkat,
dilihat pada faktor mutu gizi padatan terlarut pada kedelai 14% sedangkan tempe 34%, nitrogen
terlarut pada kedelai 6.5% sedangkan tempe 39%, asam amino bebas pada kedelai 0.5%
sedangkan tempe 7.3-12%, dan asam lemak bebas pada kedelai 0.5% sedangkan tempe 21%.
Hal ini karena aktivitas mikroorganisme pada biji kedelai selama proses fermentasi tempe.
Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai
digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat Barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai
bahan, tetapi yang biasanya dikenal sebagai tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe
yang dibuat dari kedelai. Selama ini tempe merupakan makanan harian yang harus dikonsumsi
dan tidak tahan lama, sehingga tidak dapat disimpan lama dan dapat membusuk. Untuk
menekan laju kerusakan atau memperpanjang daya simpan, maka perlu menghambat proses
pematangan atau menekan laju respirasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui umur
simpan tempe kedelai yang dikemas vakum selama penyimpanan pada kondisi suhu ruang,
dingin dan beku dengan menggunakan perhitungan model Arrhenius. Parameter yang digunakan
untuk pengamatan adalah parameter fisik, meliputi kadar air, susut berat, kadar protein, dan uji
inderawi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui umur simpan tempe dengan pengemasan
vakum dan pengaruh perlakuan suhu, mengetahui perubahan rasa, warna dan aroma selama
penyimpanan melalui uji inderawi dan mengetahui kandungan protein setelah penyimpanan.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, antara lain timbangan mettler, timbangan
digital, oven, vacuum pack, lemari es, freezer, termometer. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tempe kedelai yang didapat dari produsen tempe di Jl. Mayjen Panjaitan
Gg. 15 No. 15, Malang dan plastik vakum polietilen.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
3
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan dua faktor
perlakuan. Faktor pertama terdiri dari suhu penyimpanan (T) dalam 3 suhu (25 ˚C, 8 ˚C, dan -8
˚C). Faktor kedua adalah fase kematangan tempe (F) terdiri dari 3 fase, yaitu 9 jam setelah
diberi ragi, 18 jam setelah diberi ragi, dan 27 jam setelah diberi ragi.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Mutu Tempe Kedelai
Parameter yang diamati dari tempe kedelai sebelum dilakukan penyimpanan, meliputi
kadar air, susut berat, dan protein. Analisa tersebut dilakukan pada awal penyimpanan, yaitu
pada hari ke-0. Tujuan dari analisa tersebut sebagai standarisasi awal produk tempe kedelai dan
berlaku sebagai nilai A0. Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 1.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
4
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
Tabel 1. Karakteristik Mutu Tempe Kedelai Selama Penyimpanan
Untuk menentukan nilai mutu tempe kedelai setelah penyimpanan (A) dilakukan
penyimpanan pada suhu 298 K selama 2 hari, 281 K selama 8 hari, dan 265 K selama 24 hari,
selanjutnya dilakukan uji penerimaan dengan karakteristik tekstur dan aroma pada sepuluh
orang panelis dengan bantuan kontrol tempe kedelai baru sampai mutu ditolak konsumen, yaitu
pada saat tempe kedelai menjadi lebih lembek dan aromanya busuk. Setelah semua
karakteristik mutu ditolak selanjutnya dilakukan analisa sebagai nilai produk akhir tempe
kedelai (A). Nilai produk akhir A (seperti yang tercantum pada Tabel 1) dan A0 digunakan
untuk menduga umur simpan tempe kedelai melalui persamaan reaksi orde satu (ln A0-ln
A=kθ).
Tabel 2. Rerata Uji Organoleptik Aroma pada Tempe Kedelai selama Penyimpanan
Tabel 2 menunjukkan bahwa aroma paling berperan dalam kriteria penolakan mutu tempe
kedelai. Hal ini ditunjukkan bahwa panelis lebih menyukai produk yang disimpan pada suhu
298 K, dimana besarnya penurunan aroma tidak begitu besar dibandingkan dengan aroma pada
penyimpanan suhu 281 K dan suhu 265 K.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
5
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
Tabel 3. Rerata Uji Organoleptik Tekstur pada Tempe Kedelai selama Penyimpanan
Tabel 3 menunjukkan bahwa tekstur tempe kedelai yang dikemas vakum selama
penyimpanan, paling disukai panelis pada suhu 265 K. Hal ini berarti semakin rendah suhu
tekstur tempe semakin keras, sehingga teksturnya seperti pada awal penyimpanan.
Tabel 4. Rerata Uji Organoleptik Warna pada Tempe Kedelai selama Penyimpanan
Tabel 4 menunjukkan bahwa warna berperan penting dalam kriteria penolakan mutu
tempe kedelai yang dikemas vakum pada berbagai kondisi penyimpanan. Pada penelitian ini
panelis rata-rata lebih menyukai warna pada kondisi penyimpanan suhu 265 K, hal ini karena
pada saat suhu rendah warna tidak mengalami perubahan sehingga warna tetap seperti pada
kondisi awal.
Kinetika Reaksi Dasar Untuk Menduga Penurunan Mutu
Kadar Air
Tabel 5. Rerata Kadar Air yang Disimpan pada Tiga Kondisi Suhu Penyimpanan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
6
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
Plot data pengamatan kadar air tempe kedelai yang disimpan pada berbagai suhu
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 2.A,B dan C
A B
C
Gambar 2.A. Grafik Penurunan Mutu antara Kadar Air Tempe Kedelai dengan Waktu
Penyimpanan pada Suhu 25 ˚C, B. Grafik Penurunan Mutu antara Kadar Air Tempe Kedelai
dengan Waktu Penyimpanan pada Suhu 8 ˚C, C. Grafik Penurunan Mutu antara Kadar Air
Tempe Kedelai dengan Waktu Penyimpanan pada Suhu -8 ˚C
Pada Tabel 4 menunjukkan kadar air semakin menurun dengan semakin lamanya
penyimpanan tempe kedelai pada setiap kondisi suhu. Demikian juga pada gambar plot grafik
menghasilkan analisa regresi yang semakin negatif dengan semakin tingginya suhu
penyimpanan, yang artinya terjadi penurunan kadar air. Hal ini ditunjukkan dengan nilai slope
yang semakin besar, yaitu pada suhu 298 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 4.210, F2
(tempe setelah diragi 18 jam) adalah 1.504, dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 4.015.
Pada suhu 281 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 0.965, F2 (tempe setelah diragi 18
jam) adalah 0.539, dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 0.965. Sedangkan pada suhu
265 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 0.621, F2 (tempe setelah diragi 18 jam) adalah
0.333 dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 0.442.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
7
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
A B
C
Gambar 3.A Grafik Plot Arrhenius Perubahan Kadar Air Tempe Kedelai Setelah Diragi 9 jam
Selama penyimpanan, B. Gambar 5. Grafik Plot Arrhenius Perubahan Kadar Air Tempe Kedelai
Setelah Diragi 18 jam Selama penyimpanan, C. Grafik Plot Arrhenius Perubahan Kadar Air
Tempe Kedelai Setelah Diragi 27 jam Selama penyimpanan
Energi aktivasi untuk penurunan kadar air pada F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah
9054.174 kal/mol, F2 (tempe setelah diragi 18 jam) adalah 7137.684 kal/mol, sedangkan F3
(tempe setelah diragi 27 jam) adalah 10464.234 kal/mol.
Susut Berat
Tabel 6. Rerata Susut Berat Tempe Kedelai yang Disimpan Vakum pada Tiga Kondisi Suhu
Penyimpanan
Plot data pengamatan susut berat tempe kedelai yang disimpan vakum pada berbagai
suhu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4.A, B dan C.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
8
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
A B
C
Gambar 4.A Grafik Penurunan Mutu antara Susut Berat Tempe Kedelai dengan Waktu
Penyimpanan pada Suhu 25 ˚C, B. Grafik Penurunan Mutu antara Susut Berat Tempe Kedelai
dengan Waktu Penyimpanan pada Suhu 8 ˚C, C. Grafik Penurunan Mutu antara Susut Berat
Tempe Kedelai dengan Waktu Penyimpanan pada Suhu -8 ˚C
Harga slope semakin besar dengan semakin tinggi suhu penyimpanan berturut-turut dari
suhu 298 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 4.2, F2 (tempe setelah diragi 18 jam) adalah
4.733, dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 3.633. Pada suhu 281 K : F1 (tempe setelah
diragi 9 jam) adalah 2.49, F2 (tempe setelah diragi 18 jam) adalah 2.953, dan F3 (tempe setelah
diragi 27 jam) adalah 2.893. Sedangkan pada suhu 265 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam)
adalah 1.143, F2 (tempe setelah diragi 18 jam) adalah 1.206 dan F3 (tempe setelah diragi 27
jam) adalah 1.263.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
9
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
A B
C
Gambar 5.A Grafik Plot Arrhenius Susut Berat Tempe Kedelai setelah Diragi 9 jam Selama
Penyimpanan, B. Grafik Plot Arrhenius Susut Berat Tempe Kedelai setelah Diragi 18 jam
Selama Penyimpanan, C. Grafik Plot Arrhenius Susut Berat Tempe Kedelai setelah Diragi 27
jam Selama Penyimpanan
Dengan demikian dapat ditentukan besarnya energi aktivasi penurunan susut berat pada
F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 6192.348 kal/mol, pada F2 (tempe setelah diragi 18 jam)
adalah 6512.094 kal/mol, dan pada F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 5044.44 kal/mol.
Analisa Protein
Tabel 7. Rerata Kadar Protein Tempe Kedelai yang Dikemas Vakum pada Tiga Kondisi Suhu
Penyimpanan
Plot pengamatan perubahan kadar protein tempe kedelai yang dikemas vakum dan
disimpan pada berbagai suhu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 6.A, B dan C.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
10
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
A B
C
Gambar 6.A Grafik Penurunan Mutu antara Kadar Protein Tempe Kedelai dengan Waktu
Penyimpanan pada Suhu 25 ˚C, B. Grafik Penurunan Mutu antara Kadar Protein Tempe Kedelai
dengan Waktu Penyimpanan pada Suhu 8 ˚C, C. Grafik Penurunan Mutu antara Kadar Protein
Tempe Kedelai dengan Waktu Penyimpanan pada Suhu -8 ˚C
Harga slope berturut-turut dari suhu 298 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah
1.751, F2 (tempe setelah diragi 18 jam) adalah 0.724, dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam)
adalah 1.111. Pada suhu 281 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 0.513, F2 (tempe
setelah diragi 18 jam) adalah 0.319, dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 0.258.
Sedangkan pada suhu 265 K : F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 0.13, F2 (tempe setelah
diragi 18 jam) adalah 0.076 dan F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah 0.077.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
11
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
A B
C
Gambar 7.A Grafik Plot Arrhenius kadar Protein Tempe Kedelai setelah Diragi 9 jam Selama
penyimpanan, B. Grafik Plot Arrhenius kadar Protein Tempe Kedelai setelah Diragi 18 jam
Selama penyimpanan, C. Grafik Plot Arrhenius kadar Protein Tempe Kedelai setelah Diragi 27
jam Selama penyimpanan
Dengan demikian dapat ditentukan besarnya energi aktivasi perubahan kadar protein
adalah pada F1 (tempe setelah diragi 9 jam) adalah 12211.914 kal/mol, pada F2 (tempe setelah
diragi 18 jam) adalah 10734.33 kal/mol, dan pada F3 (tempe setelah diragi 27 jam) adalah
12666.708 kal/mol.
Pendugaan Umur Simpan Tempe Kedelai yang Dikemas Vakum
Diantara parameter di atast dipilih parameter yang menunjukkan kemunduran mutu
tempe kedelai yang dikemas vakum selama penyimpanan. Dalam penelitian ini parameter susut
berat mempunyai energi aktivasi terendah, tetapi susut berat tidak dapat dihitung umur
simpannya sehingga pendugaan umur simpan didapatkan dari parameter kadar protein.
Setelah satu parameter kunci ditentukan, kemudian umur simpan (θ) dihitung dengan
persamaan kinetika reaksi orde satu, ln A0-ln A=kθ, yang mana A0 menyatakan nilai parameter
mutu awal sebelum penyimpanan, sedangkan A menyatakan nilai parameter mutu akhir (setelah
tempe kedelai yang dikemas vakum ditolak). Untuk penyimpanan kondisi normal maka faktor
suhu T dikonversikan ke dalam suhu normal 25˚C (298 K) pada persamaan ln k = ln ko –
(E/R)(1/T), sedangkan untuk pendugaan umur simpan pada suhu yang diinginkan dapat
dikonversikan pada suhu tersebut. Setelah nilai k pada persamaan ln k = ko – (E/R)(1/T)
diperoleh, kemudian dimasukkan dalam persamaan θ=(ln A0-ln A)/k sehingga diperoleh umur
simpan tempe kedelai yang dikemas vakum.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 4 No. 1, Februari 2016, 75-86
12
Pendugaan Umur Simpan pada Penyimpanan - Lastriyanto dkk
Tabel 8. Prediksi Umur Simpan Tempe Kedelai yang Dikemas Vakum dengan Parameter
Kenaikan Susut Berat
Sesuai dengan pendapat Suyitno (1995), bahwa kenaikan suhu menyebabkan terjadinya
kecepatan reaksi yang lebih besar, ditunjukkan dengan kemiringan garis yang semakin tajam
dan juga berharga konstanta laju reaksi penurunan mutu yang semakin besar. Jika kecepatan
reaksi besar maka konstanta reaktan dan hasil reaksi semakin besar pula atau produk semakin
cepat rusak. Jika produk semakin cepat rusak semakin pendek umur simpannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan uji organoleptik dari 10 panelis pada tempe kedelai yang dikemas vakum
selama penyimpanan pada berbagai kondisi suhu, rata-rata panelis lebih menyukai warna
dilanjutkan dengan tekstur dan aroma. Untuk kadar protein tertinggi adalah tempe setelah diragi
9 jam pada berbagai kondisi suhu, yaitu sebesar 20.520% dan kadar protein terendah 16.076%.
Untuk tempe setelah diragi 18 jam kadar protein yang tinggi, yaitu 18.896% dan yang rendah,
yaitu 16.318% dan tempe setelah diragi 27 jam kadar protein tertinggi, yaitu 18.961% dan
terendah, yaitu 16.606%. Nilai umur simpan dihitung berdasarkan nilai batas tolak, pada
penelitian ini kadar protein digunakan sebagai parameter pendugaan umur simpan dengan batas
tolak 17.537%. Berdasarkan perhitungan umur simpan dapat diketahui bahwa tempe kedelai
yang lebih lama disimpan adalah tempe setelah diragi 9 jam, yaitu 1.164 hari pada kondisi suhu
-8 ˚C, sedangkan yang paling cepat terjadi penurunan mutu adalah tempe yang disimpan pada
kondisi suhu 25 ˚C pada tempe setelah diragi 27 jam, yaitu 0.074 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008a. USAHA PENGEMBANGAN KEDELAI.
Http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan/tp 2008/LPKedelai2.htm.Daryanto, 2000.
Fisika Teknik. Rineka Cipta : Jakarta.
Hastuti, S. U. 2006. OPTIMASI TEKNIK FERMENTASI DAN PEMILIHAN KONSORSIUM
Mikroorganisme yang Berperan dalam Pembuatan Tempe. Malang.
Man, D dan A. Jones. 2000. SHELF-LIFE EVALUATION OF FOODS. An Aspen Pub. Aspen
Pub, Inc. Gaithersburg, Maryland.
Robertson, G. L. 1993. FOOD PACKAGING. Marcel Dekker Inc. New York.
Syarief, R dan H. Halid. 1993. TEKNOLOGI PENYIMPANAN PANGAN. Penerbit Arcan
Jakarta.