Pendugaan Umur Simpan pada Crackers
-
Upload
dania-syamsunita-sinaga -
Category
Documents
-
view
80 -
download
7
description
Transcript of Pendugaan Umur Simpan pada Crackers
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterangan umur simpan (masa kadaluarsa) produk pangan merupakan
salah satu informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada label kemasan
produk pangan. Kewajiban pencantuman masa kadaluarsa pada label pangan
diatur dalam Undang-Undang Pangan no. 7/1996 serta Peraturan Pemerintah No.
69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dimana setiap industri pangan wajib
mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired date) pada setiap kemasan produk
pangan.
Umur simpan merupakan rentang waktu antara saat produk mulai dikemas
dengan mutu produk yang masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Yang
mempengaruhi kepuasan konsumen adalah mutu produk itu sendiri. Pencantuman
informasi umur simpan menjadi sangat penting terkait dengan keamanan produk
pangan serta memberikan jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan
konsumen. Selain mengetahui tingkat keamanan dan kelayakan produk untuk
dikonsumsi, konsumen juga mendapatkan petunjuk terjadinya perubahan citarasa,
penampakan dan kandungan gizi produk tersebut. Perubahan-perubahan tersebut
secara langsung akan mempengaruhi mutu dari suatu produk.Untuk itu, perlu
diketahui umur simpan setiap produk.
Tidak hanya untuk konsumen, informasi umur simpan juga sangat penting
bagi produsen, penjual dan distributor. Bagi produsen, informasi umur simpan
merupakan bagian dari konsep pemasaran produk yang penting secara ekonomi
dalam hal pendistribusian produk serta berkaitan dengan usaha pengembangan
jenis bahan pengemas yang digunakan. Bagi penjual dan distributor informasi
umur simpan sangat penting dalam hal penanganan stok barang dagangannya.
Penentuan masa kadaluwarsa suatu produk dilakukan dengan metode ASS
(accelerated storage studies), yaitu penentuan tanggal kadaluwarsa dengan cara
menyimpan produk pada kondisi lingkungan yang memungkinkan reaksi
penurunan mutu produk pangan berlangsung lebih cepat. Terdapat berbagai model
ASS yang digunakan, yaitu dengan mengamati berbagai karakteristik mutu yang
dapat diuur secara kuantitatif. Tidak dilakukannya metode penentuan waktu
kadaluwarsa produk pangan dapat menyebabkan kerancuan dalam menafsirkan
waktu kadaluwarsa suatu bahan pangan yang diikuti dengan pemborosan biaya.
Dua contoh model penentuan waktu kadaluwarsa adalah Model Arrhenius
dan Model Labuza. Model Arrhenius merupakan pendekatan yang
mengkuatifikasi pengaruh suhu terhadap reaksi deteriorasi wafer dan penentuan
umur simpan berdasarkan niai laju reaksi tersebut, sedangkan Model Labuza
(1982) adalah suatu model penentuan waktu kadaluwarsa yang memanfaatkan
karakteristik sorpsi isotermik wafer dengan menggunakan pendekatan kadar air
kritis. Model yang kami lakukan untuk menentukan umur simpan wafer dalam
praktikum kali ini adalah Model Labuza.
Karakteristik yang sangat menonjol pada wafer adalah kerenyahan, dan
sangat erat kaitannya dengan kadar air. Penggunaan jenis kemasan yang tepat
dapat menghambat peningkatan kadar air sehingga proses kehilangan kerenyahan
beserta reaksi penurunan mutu lainnya akibat hidrolisis dapat dihambat sampai
batas waktu yang diinginkan.
1.2 Tujuan
Untuk menduga umur simpan dari produk wafer menggunakan metode
akselerasi dengan pendekatan kadar air kritis dengan persamaan Labuza.
BAB II
METODOLOGI
A. Bahan dan Alat
Bahan:
- Cracker
- Larutan garam jenuh MgCl2, NaCl, K2CO3, dan KCl.
Alat:
- Timbangan,
- Pinggan porselin,
- Oven,
- Gegep besi,
- Humidic chamber,
- Penggaris.
B. Prosedur Kerja
Penelitian ini menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing
(ASLT).
1. Pengukuran Kadar Air Awal (Moisture Initial, Mo)
Cawan bersih kosong dikeringkan dalam oven bersuhu kurang lebih 105oC selama satu jam.
Didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 15
menit dan ditimbang (W1).
Sejumlah sampel (W2) dalam cawan dimasukkan
dalam oven bersuhu 105oC selama lima jam sampai
mencapai berat konstan.
2. Pengukuran Kadar Solid
3. Pengukuran Kadar Air Kritis (Moisture Critical, Mc)
Cawan yang berisi sampel didinginkan dalam desikator lalu
ditimbang (W3). Kadar air awal dihitung dengan rumus: Mo = x 100%
Kadar solid diperoleh dari perhitungan dengan rumus:
g solid =
Sampel ditimbang dan disimpan pada kondisi RH 70%
Setelah satu jam, timbang kembali sampel.
Catat dan hitung kadar air kritis.
Kadar air kritis dihitung dengan rumus:
Mc =
4. Pengukuran Kadar Air Kesetimbangan (Moisture Equilibrium, Me)
Sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke humidic
chamber yang berisi larutan garam jenuh yaitu MgCl2,
NaCl, K2CO3, dan KCl.
Sampel ditimbang setiap hari hingga diperoleh berat
konstan, berarti kadar air kesetimbangan telah tercapai.
Dibuat kurva sorpsi isotermis dengan memplotkan kadar
air dan aktivitas air keseimbangan.
Nilai kadar air kesetimbangan (Moisture Equilibrium, Me)
bersama dengan aw, dimasukkan dalam model persamaan
sorpsi isothermis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Tabel 1. Kadar Air Awal
Ulangan Berat
Awal (g)
Berat Akhir (g)
setelah dioven
Kadar air awal (Mo)
gr/H2O/gr solid
Kadar solid
sampel (Ws)
1 1,9370 0,0332 0,9678
2 2,0564 1,9910 0,0328 0,9682
3 2,0021 1,9370 0,0336 0,9675
Rata – rata 0,0332 0,9678
Kadar solid per kemasan (Ws) =
Tabel 2. Kadar Air Kritis
Ulangan
Berat
awal
(g)
Berat akhir (g)
setelah
melempem
Berat
solid (g)
Berat
air (g)
Kadar air kritis
(Mc) (gH2O/g
solid)
1 7,9674 8,200 7,7108 0,4892 0,0634
2 7,9188 8,125 7,6638 0,4612 0,0601
3 7,6257 7,875 7,3801 0,4949 0,0670
Rata – rata 7.5849 1,4453 0,0635
Tabel 3. Kadar Air Kesetimbangan
Garam
Hari Kadar air kesetimbangan (Me) (gH2O/g
solid)0 1 2 3 4
MgCl2 2,955 3,155 3,305 3,340 3,400 0,1888K2CO3 2,815 3,468 3,468 3,503 3,533 0,2968NaCl 2,070 2,277 2,280 2,285 2,285 0,1407KCl 2,535 2,960 2,985 2,995 3,015 0,2289
Tabel. 4 Penentuan Permeabilitas Kemasan
Kemasan Plastik
8,2 cm x 12 cm = 98,4 cm2
Hari
Penyimpanan
Berat
(gram)
0 44,7601 44,8252 44,8303 44,8454 44,850
SLOPE 0,02
INTERCEPT 44,872
WVTR 1,7422
Grafik 1. Kurva Sorpsi Isotermis Crackers
Grafik 2. Permeabilitas Kemasan
3.2 PEMBAHASAN
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen
(Syarif dan Halid, 1993). Kadar air menunjukkan banyaknya air yang terkandung
di dalam bahan sebagai salah satu sifat fisik dari bahan. Umur simpan produk
wafer ditentukan dengan menggunakan metode pendekatan kadar air kritis.
Penentuan kadar air kritis dilakukan dengan cara menyimpan sampel, dalam
praktikum ini wafer pada suhu kamar (300C) di ruangan terbuka tanpa kemasan
(Relative Humidity/RH 70%) yaitu melalui persamaan Labuza (1982). Nilai RH
tersebut dipilih untuk mewakili kondisi penyimpanan produk oleh konsumen.
Kadar air kritis merupakan kadar air produk saat produk tersebut ditolak oleh
konsumen. Umur simpan produk dengan metode kadar air kritis ditentukan
setelah diperoleh kadar air kritis dan kurva ISA. Dengan rumus Labuza kami
dapat memprediksi umur simpan produk pada kondisi penyimpanan berbeda.
1. Kadar air awal (Moisture Initial, Mo)
Kadar air awal merupakan kadar air yang dimiliki suatu produk tidak lama
setelah produk tersebut diproduksi dan siap untuk dipasarkan. Kadar air dan
aktivitas air (Aw) sangat berpengaruh dalam menentukan masa simpan dari
makanan, karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi sifat-sifat fisik (kekerasan
dan kekeringan) dan sifat fisiko-kimia, perubahan-perubahan kimia, kerusakan
mikrobiologis dan perubahan enzimatis terutama pada makanan yang tidak diolah
(Winarno, 2004). Selama penyimpanan akan terjadi proses penyerapan uap air
dari lingkungan yang menyebabkan produk kering mengalami penurunan mutu
menjadi lembab atau tidak renyah (Robertson, 2010). Kadar air awal ditentukan
berdasarkan AOAC di tahun 2005 dengan menggunakan metode oven melalui
perhitungan basis kering (bk) dengan suhu 1050C.
Berdasarkan hasil pengujian di dapatkan bahwa kadar air awal produk
crackers ini adalah 0,9678 gr H2O/g solid . kadar air awal tersebut cukup rendah
hal itu dipengaruhi karena produk tersebut mengalami pemanasan pada suhu
tinggi pada saat proses pembuatannya sehingga kadar airnya rendah. Kandungan
air dalam produk pangan ikut menentukan acceptability, kesegaran, tekstur,
dan daya tahan produk tersebut. Pada produk pangan kering seperti crackers,
kadar air merupakan karakteristik kritis yang mempengaruhi penerimaan
konsumen terhadap crackers karena menentukan tekstur (kerenyahan) crackers
itu sendiri.
2. Kadar Air Kritis ( Moisture Critical, Mc)
Kadar air kritis crackers pada percobaan ini ditentukan dengan melakukan
pengamatan tekstur wafer crackers yang dibiarkan terbuka pada suhu kamar
selama beberapa jam hingga crackers hilang keerenyahannya (mlempem). Dimana
kadar air kritis ini adalah batas hilangnya kerenyahan pada saat crackers sudah
lembek atau tidak renyah, maka kadar air kritis tersebut sudah lewat. Kadar air
kritis rata-rata yang didapat dari tiga sampel crackers adalah sebesar
.
Nilai-nilai yang diperoleh kemudian diintergarasikan dalam persamaan
Labuza (1982),
Berdasarkan perhitungan, diperoleh bahwa pendugaan umur simpan produk
biskuit crackers yang dikemas adalah -7,8782 hari atau -0,2626 bulan pada RH
70%. Data yang didapat tidak sesuai dengan umur simpan yang tertera pada
kemasan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terlalu lamanya
crackers berada diluar chamber, produk disimpan dalam lingkungan garam jenuh
yang tingkat kelembapannya tinggi, kesalahan saat penimbangan menyebabkan
hasil penimbangan tidak sesuai dengan literature yang menyebabkan hasil
perhitungan tidak sesuai dengan umur simpan yang tertera pada kemasan produk.
3. Kadar Air Kesetimbangan
Kadar air kesetimbangan adalah kadar air dimana laju perpindahan air
dari bahan ke udara sama dengan dengan laju perpindahan air dari udara ke bahan.
Kadar air kesetimbangan dapat digunakan untuk mengetahui kadar air terendah
yang dapat dicapai pada proses pengeringan dengan tingkat suhuh dan
kelembaban udara relatif tertentu. Menurut Heldman dan Singh (1981), kadar air
kesetimbangan dari bahan pangan adalah kadar air bahan tersebut pada saat
tekanan uap air dari bahan setimbang dengan lingkungannya, sedangkan
kelembaban relatif pada saat terjadinya kadar air kesetimbangan disebut
kelembaban realtif kesetimbangan. Sifat-sifat kadar air keseimbangan atau
Equilibrium of Moisture Content (EMC) dari bahan pangan sangat penting dalam
penyimpanan dan pengeringan. Kadar air keseimbangan didefinisikan sebagai
kandungan air pada bahan pangan yang seimbang dengan kandungan air udara
sekitarnya. Hal tersebut merupakan satu faktor yang menentukan sampai seberapa
jauh suatu bahan dapat dikeringkan pada kondisi lingkungan tertentu (aktivitas air
tertentu) dan dapat digunakan sebagai tolak ukur pencegahan kemampuan
berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan bahan
pada saat penyimpanan.
Kadar air kesetimbangan (equilibrium moisture content) adalah kadar air
minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap atau pada
suhu dan kelembaban relatif yang tetap. Suatu bahan dalam keadaan seimbang
apabila laju kehilangan air dari bahan ke udara sekelilingnya sama dengan laju
penambahan air ke bahan dari udara di sekelilingya. Kadar air pada keadaan
seimbang disebut juga dengan kadar air kesetimbangan atau keseimbangan
higroskopis. Kadar air kritis kesetimbangan pada produk pangan digunakan untuk
menentukan dan menggunakan kurva sorpsi isotermis produk tersebut. Kurva
tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi tentang perpindahan air selama
proses adsorpsi atau desorpsi.
Beberapa jenis garam yang digunakan dan RH masing-masing pada suhu 30 0C (suhu ruang) disajikan pada tabel berikut :
KADAR AIR KESETIMBANGAN (Me)
Garam Awgr
cawan
H0
(gr)
H1
(gr)
H2
(gr)
H3
(gr)
H4
(gr)
MgCl2 0,328 22,530 2,955 3,155 3,305 3,340 3,400
K2CO3 0,432 22,282 2,815 3,468 3,468 3,503 3,533
NaCl 0,753 1,745 2,070 2,277 2,280 2,285 2,285
KCl 0,843 20,325 2,535 2,960 2,985 2,995 3,015
Berdasarkan hasil data yang diperoleh kesetimbangan kadar air
semakin meningkat hal ini disebabkan adanya perpindahan udara pada
garam-garam yang diuji sehingga kadar air yang terkandung dalam garam-
garam tersebut semakin bertambah. Kadar air kesetimbangan yang
didapatkan dari masing-masing sampel tercapai pada penyimpanan 4 hari
tergantung dari kelembaban relatif penyimpanan. Semakin tinggi nilai
kelembaban relatif penyimpanan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai kondisi setimbang dengan lingkungannya. Kadar air
kesetimbangan crackers yang didapatkan menunjukkan adanya
kecenderungan penambahan berat.
4. Kurva Sorpsi Isotermis
Kurva sorpsi isotermis merupakan kurva yang menggambarkan hubungan
antara aktivitas air (Aw) atau kelembaban relatif kesetimbangan pada ruang
penyimpanan (ERH) dengan kandungan air pergram suatu bahan pangan
(Winarno, 2004). Secara umum, pendekatan kurva sorpsi isotermis merupakan
metode yang lebih tepat untuk menentukan umur simpan crakers karena produk
crakers memiliki kurva sorpsi isotermis yang berbentuk sigmoid, meskipun tidak
sigmoid sempurna. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Labuza (1982),
bahwa produk yang memiliki kurva sorpsi isotermis ditentukan umur simpannya
dengan pendekatan kurva sorpsi isotermis.
Kurva isotermis sorpsi air (ISA) digunakan untuk menentukan hubungan
antara kadar air produk dengan RH lingkungan, sehingga kita dapat memprediksi
nilai kadar air suatu bahan pada lingkungan berbeda. Kurva ini diperoleh dengan
memplotkan kadar air kesetimbangan yang dihasilkan dengan nilai aktifitas air
atau RH lingkungannya masing-masing akan membentuk suatu kurva yang
disebut kurva sorpsi isotermis. Kurva ini membentuk sigmoid menyerupai huruf S
walau tidak sempurna. Menurut Fennema (1996), bentuk kurva sangat beragam
tergantung pada beberapa faktor seperti sifat alami bahan pangan, perubahan fisik
yang terjadi selama perpindahan air, suhu, kecepatan desorpsi atau adsorpsi dan
tingkatan air yang dipindahkan selama desorpsi atau adsorpsi.
Setiap garam mempunyai kelembaban relatif (RH) berbeda. Setelah
disimpan selama waktu tertentu, maka akan terbentuk kadar air kesetimbangan
produk (Me). Kemudian dibuat kurva hubungan antara RH dari garam dengan
kadar air produk. Pada tabel 3 memperlihatkan empat jenis garam yang digunakan
untuk menentukan ISA pada percobaan ini.
Dari kurva isotermis yang terbentuk dapat ditentukan slope (b). Nilai
slope kurva sorpsi isotermis (b) ditentukan pada daerah linear (Arpah,
2007). Daerah linear untuk menentukan slope kurva sorpsi isotermis diambil
pada daerah yang melewati Mo (kadar air awal) (Labuza, 1982).
5. Parameter pendukung
Parameter pendukung umur simpan yang sangat penting untuk ditentukan
selain parameter-parameter yang telah disebutkan sebelumnya seperti
permeabilitas kemasan wafer (k/x), luas kemasan (A), berat solid wafer per
kemasan (Ws), dan tekanan uap air murni pada suhu 300 C(Po).
Permeabilitas uap air kemasan (k/x) adalah kecepatan atau laju transmisi
adanya perbedaan unit tekanan uap air antara permukaan produk dengan
lingkungannya pada suhu dan kelembaban tertentu (Robertson, 1993). Laju
transport uap air dan oksigen dari udara adalah faktor utama dalam melakukan
kontrol umur simpan dari makanan kering dan produk-produk lain yang
mengandung lipid atau komponen-komponen yang sensitif terhadap oksigen.
Semakin tingginya suhu, maka pori-pori plastik akan semakin membesar sehingga
permeabilitas plastik meningkat. Oleh karena itu, penentuan permeabilitas uap air
kemasan harus dilakukan dengan suhu yang konstan untuk menghindari
peningkatan ukuran pori-pori plastik. Jenis kemasan yang digunakan pada produk
ini adalah jenis metallized plastic. Kemasan metallized plastic ini cocok untuk
produk yang membutuhkan barier tinggi terhadap uap air dan gas. Jenis kemasan
ini memiliki permeabilitas 0.01359 g/m2.hari. mmHg. Jenis kemasan ini memiliki
permebabilitas sangat rendah dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.
Semakin rendah nilai k/x suatu kemasan, maka semakin baik digunakan sebagai
pengemas atau barrier terhadap uap air sehingga umur simpan bahan pangan yang
dikemas semakin lama. Proses difusi yang terjadi pun semakin sedikit sehingga
dapat mempertahankan kerenyahan produk yang menjadi salah satu faktor kritis
dari produk yang diuji yaitu crackers.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan pendugaan umur simpan produk crackers
dengan menggunakan metode Labuza dapat disimpulkan bahwa produk crackers
memiliki umur simpan selama -7,8782 hari. Hal ini berbeda dengan umur simpan
yang tertera pada kemasan produk. Hal ini berarti produk tidak dapat didiamkan
lama dan harus segera dikonsumsi oleh konsumen sebelum mutu produk berubah.
Dengan adanya pendugaan umur simpan yang telah diperoleh, dapat pula
diperoleh jaminan mutu mengenai keamanan suatu produk pangan.
Saran
Dalam melakukan praktikum pendugaan umur simpan suatu produk pangan,
sebaiknya diperhatikan beberapa hal antara lain, pengukuran kadar air awal, kadar
air kritis dan kadar air kesetimbangan, dan parameter pendukung lainnya. Dengan
melakukan hal-hal tersebut dengan teliti dan cermat, maka dapat diperoleh hasil
yang akurat pula.
DAFTAR PUSTAKA
Arpah. 2007. Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan. Program Studi Ilmu Pangan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. New York: Marcel Dekker, Inc
Heldman, D.R. dan R.P. Singh. 1981. Food Process Engineering. AVI Publ. Co. Connecticut
Labuza, T.P. dan M.K. Schmidl. 1985. Accelerated Shelf Life Testing of Foods. Food Technol. 39(9):57-62, 64, 134.
Robertson, G.L. 2010. Food Packagingand Shelf Life: A Pratical Guide. CRC Press. Florida
Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta