Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan PPT

23
PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN PANCASILA ADALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER BAGI MAHASISWA” (BUDAYA KEJUJURAN MAHASISWA)

description

budaya mencontek dikalangan generasi muda dan permasalahan plagiarisme

Transcript of Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan PPT

PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN

“PENDIDIKAN PANCASILA ADALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER BAGI

MAHASISWA”(BUDAYA KEJUJURAN MAHASISWA)

LATAR BELAKANG Pergerakan zaman yang membuat kehidupan manusia semakin

fleksibel dengan teknologi canggih, dan zaman yang memicu manusia

untuk bersaing secara global, membuat pribadi menjadi seseorang yang

menggunakan segala cara untuk menggapai tujuan yang diinginkan.

Berbagai permasalahan yang menimpa bangsa ini seperti korupsi,

kolusi, dan nepotisme, semua berasal dari sifat individu yang kurang

memahami pendididkan budi pekerti yang sudah diajarkan semenjak

kecil, entah dari orang tua, pendididkan formal, maupun di lingkungan

sekitar

Pancasila sebagai tonggak kehidupan bangsa Indonesia sejatinya

juga turut mengatur perilaku individu masyarakat Indonesia yang

tentunya tidak menyimpang dari pancasila.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana fenomena budaya ketidakjujuran di dunia pendidikan saat ini?

2. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari budaya ketidakjujuran tersebut?

3. Seberapa besar pengaruh pendidikan pancasila sebagai pembentuk budaya kejujuran mahasiswa?

PENDIDIKAN PANCASILA Pendidikan Pancasila memberikan kita pandangan dalam

kehidupan berkebangsaan, bernegara, bermasyarakat, dan berkeluarga. Dimana dalam pendidikan ini kita dikenalkan akan cara bermasyarakat dalam suatu negara. Memberikan pembelajaran berbangsa yang ditujukan kepada individu masyarakat Indonesia secara keseluruhan, guna mengenal dan saling emahami akan perbedaan para individu masyarakat dalam mempengaruhi kehidupan bersama, demi mencapai tujuan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar.

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beragama dengan sikab dan perilaku yang memiliki tanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya, mampu mengenali masalah hidup dan cara pemecahannya, mengenali perubahan dan perkembangan ilmu pendididian, memiliki rasa persatuan yang tinggi. Melalui  pendidikan Pancasila, warga nerara Republik Indosesia diharapkan mempu memahami, menganalisis, dan mengimplememasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam menjawab masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia secara berkesinambungan dan konsistan berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

Landasan HistorisSecara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif histories telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Asal mula nilai-nilai Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis pancasila.

Landasan KulturalNilai yang terkandungn dalam sila-sila pacasila bukanlah merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai cultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.  Landasan YuridisPendidikan Pancasila di pendidikan tinggi didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003  tentang system pendidikan nasional. Mata kuliah Pancasila adalah mata kuliah yang memdidik warga negara akan dasar filsafat negaranya.  Landasan FilofisPancasila adalah dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan, konsekuensinya rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.

BUDAYA

Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu.

Budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.

KEJUJURANKejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati

nuraninya. Apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan haruis sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata atau perbuatan. 

Menurut hasil penelitian tahun 2010 di Amerika yang dilakukan oleh NIMH (National Institute of Mental Health) menunjukkan bahwa dalam seminggu, orang berbohong  terhadap 30% orang lain dalam komunitas. Mahasiswa malah menunjukkan angka 38% jumlah orang yang mereka bohongi. Jadi kira-kira, dari 100 orang yang diajak berinteraksi dalam seminggu, maka ada 38 orang yang telah dibohongi.

Dalam ruang lingkup akademis pada hakikatnya muntuk membangun sebuah karakter disiplin dan penempaan moral yang lebih baik, meliputi salah satunya adalah penanaman sikap kejujuran di lingkup akademis. Akan tetapi, nyatanya fenomena ini malah menjadi sebuah dilema yang sudah tidak dapat dipungkiri kembali. Terbukti, diberbagai tingkatan dalam dunia pendidikan sering kita jumpai praktik-praktik ketidakjujuran tersebut. Salah satu bentuk ketidakjujuran yang terdapat di lingkungan dunia pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan tinggi kerap dilakukan oleh mahasiswa.

MAHASISWAMenyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.

Peran dan Fungsi Mahasiswa adalah sebagai mahasiswa berbagai macam label pun disandang, ada beberapa macam label yang melekat pada diri mahasiswa, misalnya:1. Direct Of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung

karena SDMnya yang banyak.2. Leader Of Change, mahasiswa adalah pemimpin dari perubahan,

maksudnya adalah sumber daya manusia untuk melakukan perubahan.3. Iron Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu tidak akan pernah

habis.4. Moral Force, mahasiswa itu kumpulan orang yg memiliki moral yang

baik.5. Social Control, mahasiswa itu pengontrol kehidupan sosial,contoh:

mengontrol kehidupan sosial yg dilakukan masyarakat.

Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting bagi mahasiwa, yaitu :

Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat.

Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.

PEMBAHASAN

Sungguh ironis memang, karena bisa dikatakan sebagian besar

kaum pelajar ataupun mahasiswa di seluruh Indonesia memperoleh

ilmu dengan berbagai ketidakjujuran. Bahkan ketidakjujuran tersebut

dimulai sejak seseorang ingin masuk ke sebuah jenjang pendidikan

yang baru hingga mengakhiri pendidikannnya di jenjang tersebut.

Dan ketika seseorang mengenyam pendidikan di jenjang tersebut,

ada lagi ketidakjujuran yang dilakukkan, seperti menyontek, plagiasi,

dsb. Bahkan di kalangan mahasiswa saat ini sangat terkenal istilah

titip absen. Berikut ini adalah contoh beberapa kasus budaya

ketidakjujuran di kalangan mahasiswa:

BUDAYA MENYONTEK KASUS PERTAMASKANDAL MENCONTEK MASSAL, 60 MAHASISWA HARVARD KENA SKORSINGNOVI CHRISTIASTUTI ADIPUTRI - DETIKNEWS 

KASUS KEDUAANEH BILA PENGUNGKAP KASUS MENCONTEK MASSAL DIMUSUHI EGIR RIVKI - DETIKNEWSKAMIS, 16/06/2011 17:50 WIB

Massachusetts - Sungguh memalukan! Sekitar 60 mahasiswa dari salah satu universitas paling bergengsi di Amerika Serikat (AS), Harvard University ketahuan curang saat ujian akhir. Mahasiswa-mahasiswa ini pun dikenai sanksi skorsing, sementara pihak kampus melakukan penyelidikan.Media kampus setempat, Harvard Crimson, mengutip pernyataan Dekan Fakultas Ilmiah dan Seni, Michael Smith yang mengatakan, sebagian kasus ini telah diselidiki oleh otoritas kampus. Kasus mencontek massal ini disebut-sebut terjadi tahun 2012 lalu.Beberapa mahasiswa yang diduga terlibat disebut-sebut mengambil jurusan Fashion. Pihak Harvard sendiri enggan memberi penjelasan lebih lanjut soal kasus ini. Demikian seperti dilansir AFP, Sabtu (2/2/2013)

Jakarta - Reaksi negatif yang ditampilkan warga menanggapi aksi Ny. Siami mengungkap praktek mencontek massal di SDN Gadel II/577 Tandes, Surabaya, menunjukkan adanya keanehan sosial. Ternyata kecurangan lebih dihargai sepanjang membuat senang atau sejalan terhadap kepentingannya.

"Ini aneh. Rakyat kita suka kebohongan dan kecurangan yang menyenangkan mereka, dalam hal ini agar anaknya lulus," ujar mantan Rektor UGM, Sofian Effendi.

BUDAYA PLAGIASI KASUS PERTAMASEMAKIN BANYAK MAHASISWA DI AUSTRALIA MENJADI PLAGIATJUMAT, 19 APRIL 2013 | 09:16 WIB

KASUS KEDUAKASUS PLAGIASI, ANGGITO DIMINTA MUNDUR DARI DIRJEN HAJIRAKHMATULLOHKAMIS,  20 FEBRUARI 2014  −  16:22 WIB

PERTH, KOMPAS.com - Beberapa universitas di negara bagian Australia Barat berusaha keras untuk menanggulangi masalah dimana para mahasiswa semakin banyak yang berbuat curang dalam menyelesaikan tugas, terutama membuat tulisan. Tindakan plagiarisme ini diduga karena banyaknya situs internet yang menawarkan jasa membuat tulisan, dengan membayar.Menurut laporan The West Australian hari Jumat (19/4/2013), angka yang didapat dari empat universitas di Australia Barat ini menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, 4.000 mahasiswa mendapatkan peringatan ataupun tindakan indisipliner karena memasukkan karya tulis yang bukan buatan mereka sendiri, bekerja -sama ataupun mencontek selama ujian. Angka dari dua tahun sebelumnya hanya 2.000 kasus.

 Sindonews.com - Beberapa hari ini publik dikagetkan dengan kasus penjiplakan atau plagiasi yang dilakukan Direktur Jenderal (Dirjen) urusan Haji Indonesia Kementerian Agama (Kemenag), Anggito Abimanyu.

Bagaimana tidak, seorang akademisi sekaligus pakar kebijakan fiskal itu harus bertanggung jawab secara akademis di depan publik, lantaran menulis artikel yang diketahui buah dari sumber dan tulisan orang lain.

ANALISIS KASUS BUDAYA MENYONTEK

Menyontek merupakan benih kecil dari buah ketidakjujuran

mahasiswa yang di kemudian hari akan memberikan dampak yang

besar. Mengapa? Seperti kita tahu bahwa mahasiswa merupakan unsur

pembangun bangsa, sehingga banyak hal-hal yang perlu diperhatikan

sebagai unsur penting pembentuk kepribadian mahasiswa. Kasus

menyontek memang dianggap sebagai hal yang sudah biasa, maka dari

itu kita harus bisa mengubah mainset yang “biasa” tersebut menjadi

“tidak biasa” seperti yang dilakukan oleh pihak Harvard University

tersebut. Kasus menyontek harus ditanggapi secara tegas agar perilaku

tidak lagi membudaya bahkan mendarah daging di kalangan pelajar

Indonesia.

Faktor utama penyebab mereka melakukan penyontekan secara

massal tersebut adalah kurangnya kepercayaan diri dari para pelajar

Indonesia akan kemampuan yang ada pada dirinya. Lalu, bagaimana

cara untuk menumbuh kepercayaan diri tersebut? Lingkungan sosial-

lah yang berperan besar dalam hal ini utamanya adalah keluarga

sebagai lembaga utama dan terpenting dalam hal pembentuk

kepribadian. Seharusnya sejak kecil, seorang anak harus dituntut

untuk berpikir kritis dan berani mengemukakan pendapat. Nah,

keluarga harus merespon dengan baik hasil dari berpikir kritis anak

tersebut. Sehingga ketika dia menginjak usia pendidikan sekolah, dia

sudah diberi bekal kepercayaan diri yang kuat.

ANALISIS KASUS BUDAYA PLAGIASI

Plagiasi dengan seiring perkembangan zaman, menjadi semakin marak diperbincanngkan. Karena kasus plagiasi ini terkadang tidak disadari oleh para pelakunya. Karya-karya tulis memang sangat identik dengan tugas-tugas mahasiswa, sehingga mahasiswa menjadi subjek yang paling diperhatikan dalam masalah plagiasi ini. Dalam hal ini, internet menjadi salh satu faktor penting yang mempunyai daya tarik mahasiswa untuk melakukan sebuah tindakan plagiasi.

Dalam kasus pertama disebutkan beberapa indikator mengapa mahasiswwa melakukan tindakan plagiasi, diantaranya adalah kemudahan akses internet dan adanya jasa pembuatan karya tulis. Dari kemudahan-kemudahan tersebut, membuat mahasiswa menjadi malas berpikir dan tidak mau direpotkan dengan masalah tugas perkuliahan sehingga memilih jalan pintas yang cepat dan mudah.

DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI BUDAYA KETIDAKJUJURAN

Anggapan yang begitu biasa dan sepele terhadap budaya

ketidakjujuran menjadi masalah yang serius di kemudian hari.

Padahal kasus-kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan hasil

atas budaya ketidakjujuran tersebut. Sejak dari usia SD, pelajar

sudah dikenalkan dengan kebiasaan menyontek tanpa dikenai sanksi

tegas dan jera sehingga kebiasaan tersebut terus menerus dilakukan

yang akhirnya membentuk sebuah budaya negatif.

Korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah menjadi masalah

yang mengakar, sulit untuk diberantas dan diberikan solusi yang

sesuai sebagai tindakan pencegahannya. Korupsi hanya bisa

diberantas apabila moral masyarakat bisa diperbaiki.

Begitu pula dengan kolusi dan nepotisme, para kaum pelajar

biasanya dikenalkan dengan fenomena ini ketika ingin

memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Fenomena ini

sering kita jumpai, banyak pelajar yang masuk sebuah

lembaga pendidikan formal yang lebih tinggi dengan

memberikan uang pelicin ataupun masuk dengan mudah

karena mempunyai teman akrab atau saudara pada lembaga

pendidikan tersebut. Tentunya hal ini sangat tidak menjunjung

tinggi kemanusiaan dan keadilan.

SOLUSI ATAS PERMASALAHAN

Masyarakat Indonesia membutuhkan sebuah pembentuk moral dan kepribadian yang bisa menanamkan budaya kejujuran. Lalu apa itu? Jawabannya adalah Pendidikan Pancasila. Mengapa? Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan integritas pembentuk moral dan kepribadian yang penting. Pendidikan Pancasila harus diutamakan dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran kepada pelajar maupun mahasiswa di Indonesia. Pendidikan Pancasila diharapkan bisa menjadi pendidikan integritas yang mampu membangun karakter dan menciptakan kondisi belajar yang selalu menjunjung tinggi kejujuran.

Seperti yang kita tahu dalam Pembukaan UUD 1945 yang disebutkan

bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Begitu juga yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem

Pendidikan Nasional dimana dinyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi diri peserta didik dengan dilandasi oleh kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan. Dengan demikian, pendidikan terutama

Pendidikan Pancasila berperan penting membentuk karakter mahasiswa

yang dilandasi sekaligus terus mengamalkan nilai-nilai yang ada pada sila-

sila Pancasila sehingga bisa membentuk karakter dan kepribadian

mahasiswa yang berbudaya jujur.

KESIMPULAN 1. Fenomena ketidakjujuran di dunia pendidikan saat ini sudah sangat

memprihatinkan.Ketidakjujuran sudah mengakar kuat bahkan

mendarah daging dalam pribadi bangsa ini.Yang sangat ironis tentu

saja ketidakjujuran tumbuh sejak pertama kali seseorang mengeyam

bangku pendidikan.

2. Banyak sekali dampak dari ketidakjujuran,misalnya adalah

korupsi,kolusi,dan nepotisme.

3. Pengaruh Pendidikan Pancasila sebagai pembentuk budaya kejujuran

mahasiswa sangat besar,karena Pendidikan Pancasila bisa menjadi

pendidikan integritas yang mampu membangun karakter bangsa dan

menciptakan kondisi belajar yang selalu menjujung tinggi kejujuran.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Makalah. 2012. Pengertian Budaya dan Kebudayaan. http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.htmldiakses tanggal 31 Maret 2014 pukul 10:00.Anne Ahira.2013. Pendidikan Pancasila.http://www.anneahira.com/pendidikan-pancasila.htm diakses tanggal 14 Maret 2014 pukul 10:30Budi Santosa.2012.Definisi Peran dan Fungsi Mahasiswa. http://pamuncar.blogspot.com/2012/06/definisi-peran-dan-fungsi-mahasiswa.htmldiakses tanggal 14 Maret 2014 pukul 11:00Dewi Kusmiyati.2013. Nilai Kejujuran dalam Perspektif Mahasiswa.http://edukasi.kompasiana.com/ 2013/08/19/nilai-kejujuran-dalam-perspektif-mahasiswa-585242.htmldiakses tanggal 14 Maret 2014 pukul 11:26Edi Nur. Konsep Kebudayaan. http://kuliah.dinus.ac.id/edi-nur/mbbi/bab3.htmldiakses tanggal 14 Maret 2014 pukul 10:00Hardiyanti. Pentingnya Pendidikan Pancasila. http://blogmhs.uki.ac.id/hardianti/mata-kuliah-2/pancasila/pentingnya-pendidikan-pancasila-di-perguruan-tinggi/diakses tanggal 14 Maret 2014 pukul 10:30http://internasional.kompas.com/read/2013/04/19/09161797/Semakin.Banyak.Mahasiswa.di.Australia.Menjadi.Plagiatdiakses pada tanggal 29 Maret 2013.http://news.detik.com/read/2011/06/16/175048/1662010/10/aneh-bila-pengungkap-kasus-mencontek-massal-dimusuhidiakses pada tanggal 29 Maret 2013.http://news.detik.com/read/2013/02/02/140123/2159488/1148/skandal-mencontek-massal-60-mahasiswa-harvard-kena-skorsingdiakses pada tanggal 29 Maret 2013.http://nasional.sindonews.com/read/2014/02/20/15/837653/kasus-plagiasi-anggito-diminta-mundur-dari-dirjen-hajidiakses pada tanggal 29 Maret 2013.

TERIMAKASIH