PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

23
An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021) Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 67 ) PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI KONSEP MERDEKA BELAJAR DALAM MENYAMBUT BONUS DEMOGRAFI Aris Armeth Daud Al Kahar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado e-mail: [email protected] Abstrak Pendidikan karakter bangsa adalah satu langkah persiapan yang harus dilakukan untuk menyambut bonus demografi. Untuk menjadikan bangsa berkarakter, diperlukan adanya langkah yang strategis guna membangun bangsa yang lebih beradab. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan kajian literatur. Hasil dari penelitian ini adalah merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan peserta didik dalam menentukan sistem pembelajaran. Tujuan dari merdeka belajar, yakni menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia pada saat ini akan dihadapkan dengan bonus demografi di mana masyarakat Indonesia yang berusia produktif akan lebih banyak. Bonus demogafi adalah suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan suatu negara karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedangkan proporsi untuk usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut sedikit. Pendidikan karakter multidimensi hadir sebagai langkah mempersiapkan masyarakat indonesia yang tidak hanya produktif melainkan juga berkarakter melalui pendidikan di setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia baik pada jalur formal, informal, maupun nonformal. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Merdeka Belajar, Bonus Demografi Abstract National character education is a preparatory step that must be taken to facing the demographic devidend. To make a nation with character, it requires strategic steps to build a more civilized nation. This research belongs to the type of descriptive qualitative research with literature review. The results of this study are independent learning is an idea that frees teachers and students to determine the learning system. The goal of independent learning is to create education that is fun for students and teachers because so far education in Indonesia has emphasized the knowledge aspect rather than the skill aspect. Freedom of learning also emphasizes aspects of character development in accordance with the values of the Indonesian nation. In addition, Indonesia at this time will be faced with a demographic bonus in which there will be more Indonesian people who are of productive age. Demogafi devidend is An-Nur: Jurnal Studi Islam P-ISSN 1829-8753 - E-ISSN 2502-0587 Vol. 13 No. 1 (January – June 2021) Available at: https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur

Transcript of PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 67 )

PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI KONSEP MERDEKA BELAJAR DALAM

MENYAMBUT BONUS DEMOGRAFI

Aris Armeth Daud Al Kahar

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

e-mail: [email protected]

Abstrak

Pendidikan karakter bangsa adalah satu langkah persiapan yang harus dilakukan untuk menyambut bonus demografi. Untuk menjadikan bangsa berkarakter, diperlukan adanya langkah yang strategis guna membangun bangsa yang lebih beradab. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan kajian literatur. Hasil dari penelitian ini adalah merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan peserta didik dalam menentukan sistem pembelajaran. Tujuan dari merdeka belajar, yakni menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia pada saat ini akan dihadapkan dengan bonus demografi di mana masyarakat Indonesia yang berusia produktif akan lebih banyak. Bonus demogafi adalah suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan suatu negara karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedangkan proporsi untuk usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut sedikit. Pendidikan karakter multidimensi hadir sebagai langkah mempersiapkan masyarakat indonesia yang tidak hanya produktif melainkan juga berkarakter melalui pendidikan di setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia baik pada jalur formal, informal, maupun nonformal. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Merdeka Belajar, Bonus Demografi

Abstract

National character education is a preparatory step that must be taken to facing the demographic devidend. To make a nation with character, it requires strategic steps to build a more civilized nation. This research belongs to the type of descriptive qualitative research with literature review. The results of this study are independent learning is an idea that frees teachers and students to determine the learning system. The goal of independent learning is to create education that is fun for students and teachers because so far education in Indonesia has emphasized the knowledge aspect rather than the skill aspect. Freedom of learning also emphasizes aspects of character development in accordance with the values of the Indonesian nation. In addition, Indonesia at this time will be faced with a demographic bonus in which there will be more Indonesian people who are of productive age. Demogafi devidend is

An-Nur: Jurnal Studi Islam P-ISSN 1829-8753 - E-ISSN 2502-0587 Vol. 13 No. 1 (January – June 2021) Available at: https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 68 )

a phenomenon in which the population structure is very beneficial in terms of the development of a country because the population of productive age is very large, while the proportion for young people is getting smaller and the proportion of elderly people is small. Multidimensional character education is present as a step to prepare Indonesian people who are not only productive but also have character through education in every line of Indonesian society's life, both on formal, informal and non-formal channels.

Keywords: Character Education, Independent Learning, Demographic Bonus

A. Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk

mengembangkan sumber dayanya, apalagi ditambah dengan beberapa tahun

terakhir ini Indonesia akan dihadapkan dengan bonus demografi. Bonus demografi

adalah peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari

besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi

kependudukan yang dialaminya.1 Bonus demografi akan menjadi pilar peningkatan

produktifitas suatu Negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui

pemanfaatan SDM yang produktif dalam arti bahwa penduduk usia produktif

tersebut.

Hal ini akan mampu dicapai jika pemerintah bersama masyarakat Indonesia

dapat memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan akan dimulai pada tahun

2020. Tentu saja, ada prasyarat yang harus dipenuhi untuk bisa memanfaatkan

bonus demografi tersebut, salah satunya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Indonesia harus sudah memadai dan mampu memberikan kontribusi terhadap

peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional, dan bukan

menjadi pengangguran yang membebani perekonomian nasional.

Kualitas SDM adalah tonggak utama dalam memanfaatkan datangnya

bonus demografi. Potensi bonus demografi ini menuntut sumber daya manusia

untuk lebih produktif, profesional, dan berkualitas. Masyarakat Indonesia dituntut

untuk ikut serta dalam pembangunan nasional, sehingga mampu menghasilkan

1 Kemendikbud RI, Peta Jalan Generasi Emas Indonesia 2045 (Jakarta: Kemendikbud, 2017), 7

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 69 )

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan memiliki tabungan yang

dapat menjadi investasi ke depan.

Adanya potensi besar yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia akan

sejalan dengan tantangan besar yang juga akan dihadapi. Hal ini menjadi bumerang

tersendiri bagi Indonesia.2 Masyarakat dituntut harus produktif dan fokus pada

kegiatan usahanya akan berpotensi mengesampingkan karakter dan moral.

Orientasi pada produktifitas akan memicu meningkatnya sifat individualisme yang

akan menggerus nilai-nilai dan karakter bangsa. Ketika masyarakat merayakan

kebebasan individual dan sekolah-sekolah tetap bersikap netral dalam persoalan

nilai dan karakter, maka awan gelap akan muncul di atas horizon moralitas. Hal ini

dapat dilihat adanya bukti-bukti adanya penurunan moralitas, diawali dari

masyarakat secara luas dan selanjutnya di kalangan remaja. Sejenak, ada kesan

seolah-olah kemapanan adalah sumber dari semua kejahatan. Skandal-skandal

institusional tanpa sungkan terus menerus merusak. Pejabat-pejabat publik dengan

seringnya terpampang dimedia ditangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK). Penyuapan, penggelapan dana masyarakat, dan pencucian uang

adalah jalan bagi para oknum pemburu kemapanan.

Jika kita berkaca pada negara Amerika serikat, Economic Policy Institute merilis

studi yang menunjukkan bahwa pada dekade terakhir kaum kaya Amerika

mengalami peningkatan yang signifikan sedangkan kaum miskin justru semakin

miskin. Tidak mengherankan jika pencarian kemakmuran pribadi ini dibarengi

dengan menurunnya tanggung jawab dan karakter sebagai warga negara.3

Dihadapkan dari persoalan semacam itu, Indonesia harus kembali menoleh

pada sistem pendidikan. Ketika masyarakat Indonesia berdiri di awal abad 21 dan

menghadapi bonus demografi, paling tidak ada beberapa alasan mengapa harus

membuat komitmen dengan pikiran jernih dan sepenuh hati untuk mengajarkan

nilai-nilai moral dan membangun karakter yang paripurna. Pendidikan karakter

2 Nur Falikhah, “Bonus Demografi Peluang dan Tantangan bagi Indonesia”, Alhadharah; Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.16, No.32, 2017, 7.

3 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, (Bandung: Nusa Media, 2013). 12

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 70 )

multidimensi adalah suatu pembentukan karakter dengan menyeluruh, dan

berkaitan di setiap unsur-unsurnya. Dengan pembentukan karakter yang

menyeluruh ini, bangsa Indonesia akan menyambut bonus demografi dengan

produktif berkarakter melalui pendidikan karakter multidimensi.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan

kajian literatur.4 Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat dan

sesuai dengan sifat karakter alamiah data itu sendiri. Data yang dianalisis, yaitu

pendidikan karakter multidimensi, konsep Merdeka Belajar dari Kemendikbud.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi

dengan teknik baca dan catat.5

C. Hasil dan Pembahasan

1. Merdeka Belajar

Nadiem Anwar Makariem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayan

dalam pidatonya memperingati Hari Guru Nasional menjelaskan bahwa konsep

“Merdeka Belajar” merupakan kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi.

Esensi utama kemerdekaan berpikir, yaitu berada pada pendidik. Tanpa terjadi pada

pendidik, maka tidak mungkin terjadi pada peserta didik. Selama ini, peserta didik

belajar di dalam kelas, di tahun-tahun mendatang peserta didik dapat belajar di luar

kelas atau outing class, sehingga peserta didik dapat berdikusi dengan guru tidak

hanya mendengarkan ceramah dari guru, namun mendorong peserta didik menjadi

lebih berani tampil di depan umum, cerdik dalam bergaul, kreatif, dan inovatif.

Merdeka belajar memfokuskan pada kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan

kreatif. Guru juga diharapkan menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang

4 Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2019), 6

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 220

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 71 )

muaranya memberikan hal yang terbaik untuk peserta didik, serta guru diharapkan

mengutamakan peserta didik di atas kepentingan karirnya.6

Selain itu, Nadiem telah menetapkan beberapa hal terkait dengan

pendidikan di Indonesia sebagai upaya menghasilkan sumber daya manusia yang

bermutu dan berkualitas. Artinya, sistem pembelajaran akan berganti, dari yang

awalnya tatap muka di dalam kelas akan menjadi di luar kelas (out door). Suasana

pembelajaran akan berjalan lebih rileks, karena peserta didik dapat mendiskusikan

materi bersama guru, belajar dengan outing class, peserta didik tidak hanya sekedar

mendengarkan penjelasan materi guru, pembentukan karakter peserta didik yang

berani, mandiri, berakhlak, kompetisi, dan tidak hanya mengandalkan sistem

ranking. Pada kenyataannya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasan yang

berbeda-beda sesuai dengan bakat dan minatnya.7

Terdapat empat poin yang terkandung dalam kebijakan Merdeka Belajar.

Pertama, Ujian Nasional (UN) yang akan diganti dalam bentuk lain seperti asesmen

kompetensi minimum dan survei karakter. Kedua, sekolah akan diberikan

kewenangan untuk menyelenggarakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN),

sekolah diberikan hak prerogratif dalam menentukan penilaian, seperti portofolio,

tugas proyek, karya tulis, atau bentuk penugasan lain. Ketiga, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) disederhanakan menjadi satu lembar, sehingga guru dapat

lebih fokus dalam membimbing dan mamantau perkembangan belajar pada peserta

didik. Keempat, penerimaan peserta didik baru menggunakan sistem zonasi yang

diperluas.8

Kemendikbud menyatakan perlu adanya kerjasama yang sinergis antara

program pendidikan yang dilakukan dengan lingkungan keluarga. Hal ini menjadi

pedoman adalah Tri Sentra Pendidikan yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara.

6 Direktorat Jenderal Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Merdeka Belajar, (Jakarta: Kemendikbud, 2019).

7 Siti Mustaghfiroh, “Konsep Merdeka Belajar Perspektif Aliran Progresivisme John Dewey.” Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, Vol. 3, No. 1, 2020, 146.

8 Firda Wahdani, & Hamam Burhanuddin, “Pendidikan Keluarga di Era Merdeka Belajar.” Al-Aufa: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman, Vol. 2, No. 1, 2020, 1-10.

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 72 )

Tri Sentra Pendidikan menuntut adanya keselarasan pendidikan pada satuan

pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Masyarakat yang kuat jiwa dan badannya

yang akan sanggup mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Pendidikan karakter di

setiap dimensi merupakan investasi jangka panjang masyarakat untuk melaksanakan

bonus demografi. Dengan pendidikan karakter, diharapkan masyarakat tidak hanya

menjadi produktif melainkan mempunyai kepribadian yang baik, sehingga dapat

menjadikan masyarakat Indonesia lebih bekerja keras, kreatif, inovatif, tangguh,

mandiri, dan bertanggung jawab.

2. Bonus Demografi

Suat Bonus demografi dapat didevinisikan suatu fenomena di mana struktur

penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan suatu negara karena

jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedangkan proporsi untuk usia muda

sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut sedikit. Kondisi seperti ini tidak

mudah terjadi atau bahkan bisa dikatakan hanya memiliki kesempatannya satu kali.

Di Indonesia, kondisi ini merupakan wujud dari keberhasilan program kontrol

kelahiran bayi yang dicanangkan secara intensif pada tahun 1960-1970an yaitu

Program Keluarga Berencana oleh Pemerintah Orde Baru, karena moment

kemunculannya yang sangat langka, maka bonus demografi harus dapat

dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan nasional

melalui investasi sumber daya manusia dalam upaya peningkatan kualitasnya.9

Bonus demografi terjadi jika rasio angka ketergantungan berada pada titik

terendah, atau dengan kata lain, penduduk usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih

tinggi dibandingkan penduduk usia non produktif (di bawah15 dan diatas 64 tahun)

dalam rentang waktu tertentu. Populasi usia produktif ini yang nantinya akan

menjadi “Golden Generation” dalam meghadapi bonus demografi mulai tahun 2010

dan puncak bonus demografi yang di Indonesia akan terjadi pada tahun 2045.

Dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan ekonomi yang harus

diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia anak-anak (di bawah

9 Sri Maryati, “Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Demografi di

Indonesia”, Journal of Economic and Economic Education, Vol.3, No.2, 2015, 124-136.

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 73 )

15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih ringan. Kemudian muncul

parameter yang disebut rasio ketergantungan (dependency ratio), yaitu rasio yang

menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif.

Rasio ini sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang

hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah angka

rasio ketergantungan suatu negara, maka negara tersebut makin berpeluang

mendapatkan bonus demografi.

Hasil sensus penduduk tahun 2010 juga menunjukkan hasil positif pada

penduduk usia produktif (15-64 tahun), di mana pada tahun 2010 porsinya

mencapai 66 persen dari total penduduk yang jumlahnya mencapai 157 juta jiwa.

Sedangkan jumlah penduduk usia muda (15-24 tahun) mencapai 26,8 persen atau

64 juta jiwa. Kenaikan angka usia produktif kerja tersebut menyebabkan semakin

kecilnya nilai angka ketergantungan menjadi 51. Hal ini berarti 100 penduduk usia

produktif menanggung 51 orang penduduk tidak produktif (di bawah 15 tahun dan

di atas 64 tahun). Menurut United Nations transisi demografi yang terjadi pada

beberapa dekade terakhir di Indonesia akan membuka peluang bagi Indonesia

untuk menikmati bonus demografi (demographic devident) pada periode tahun 2020-

2030.10

Bonus demografi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, jika potensi

masyarakat produktif dimanfaatkan dengan baik maka akan membantu

mengembangkan perekonomian negara menjadi maju. Namun disisi, lain jika

ledakan masyarakat produktif tidak terdayagunakan akan terjadi ledakan

pengangguran yang begitu besar. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

adalah faktor utama dalam memanfaatkan peluang ini. Masyarakat yang kuat jiwa

dan badannya yang akan sanggup mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Pendidikan karakter di setiap dimensi merupakan investasi jangka panjang

masyarakat untuk melaksanakan bonus demografi. Pendidikan karakter diharapkan

kepada masyarakat agar tidak hanya menjadi produktif melainkan mempunyai

10 Sri Maryati, “Dinamika Pengangguran Terdidik…., 124-136.

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 74 )

kepribadian yang baik, sehingga dapat menjadikan masyarakat Indonesia lebih

bekerja keras, kreatif, inovatif, tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab.

3. Pendidikan Karakter Multidimensi

a. Pendidikan karakter

Karakter itu adalah gambaran siapa diri sesungguhnya yang

menunjukkan identitas yang dimiliki seseorang atau sesuatu itu berbeda dengan

yang lainnya. Banyak para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang

karakter tetapi mempunyai arti atau makna yang sama. Seperti karakter menurut

Erich Fromm yang dikutip oleh Soedarsono dirumuskan sebagai alasan-alasan

yang disadari ataupun yang tidak disadari mengapa seseorang melakukan

tindakan-tindakan tetertentu.11 Selain itu, dia juga menambahkan pengertian

lain yang dikutip oleh Djumhana, yaitu karakter sebagai “ the relative permanent

from in wich human enrgy is canalized in the process of assimilation and socialization).12

(Bentuk permanen yang relatif, tempat energi manusia tersalurkan dalam proses

asimilasi dan sosialisasi).

Karakter ini meliputi serangkaian sikap seperti keinginan untuk

melakukan yang terbaik; kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan integritas

moral; seperti jujur dan bertanggung jawab; mempertahankan prinsip-prinsip

moral dalam situasi penuh ketidakadilan kecakapan interpersonal dan emosional

yang memungkinkan sesorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai

keadaan; dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan

masyarakat.13 Dalam hal ini, karakter merupakan istilah yang menunjukkan pada

aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku. Walaupun istilah karakter

dapat menunjuk kepada karakter baik dan buruk, namun dalam aplikasinya

11 Soemarno Soedarsono, Membentuk Watak, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), 50. 12 Hanna Djumhan, Integrasi Psikologi Dengan Islam, ( Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001), 104. 13 Tuhana Taufik Ardianto, Mengembangkan Karakter Suksse Anak di Era Cyber, (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2011), 20.

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 75 )

seseorang dapat dikatakan berkarakter jika mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan

dalam perilakunya.14

Orang yang disebut berkarakter ialah orang yang dapat merspon segala

sesuatu secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata

melalui tingkah laku yang baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang yang

didapatkan melalui pendidikan dan pengalaman yang menjadi nilai intrinsik yang

melandasi sikap dan perilakunya.

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki karakter memiliki lima kriteria

sebagaimana yang disebutkan di bawah ini:

1) Jika orang tersebut memegang teguh nilai-nilai kehidupan yang berlaku

universal.

2) Memilki komitmen kuat dengan memegang prinsip-prinsip kebenaran

hakiki.

3) Harus mandiri meski menerima masukan dari luar.

4) Teguh akan pendirian yang benar.

5) Memiliki kesetiaan yang solid.

Dari semua pengertian karakter di atas, penulis menyimpulkan bahwa

karakter berarti segala nilai baik yang ada dalam diri manusia yang mendorong

manusia untuk berperilaku positif, sehingga seseorang dengan mudah

mengembangkan kapasitas intelektual dan integritas moralnya.

Sedangkan pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk menjadikan

masyarakat menjadi beradab baik melalui pendidikan formal, informal, non

formal dan dimensi dimensi lain yang mendukung. Menurut Hill dalam Masnur

Muslich character determines someone’s private thougts and someone’s actions done. Good

character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of

14 Euis Sunarty, Menggali Kekuatan Cerita, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015), 1

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 76 )

behaviur, in every situastion.15 Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara

berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja

bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu untuk

membuat keputuasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

b. Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Konsep Merdeka Belajar

Masalah karakter merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena

kulitas bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas

harus dibentuk sejak dini dan juga harus memanfaatkan semua dimensi yang

ada. Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membentuk karakter yang

berkualitas. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisme

institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga

berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsip dalam pembinaan karakter

bangsa yaitu; (1) pendidikan sebagai arena reaktivasi karakter luhur bangsa

Indonesia, (2) sebagai sarana untuk membangkitkan karakter bangsa yang dapat

mengakselerasi pembangunan, dan (3) sebagai sarana menginternalisasi kedua

aspek di atas.16

Pendidikan karakter multidimensi hadir untuk implementasi konsep

merdeka belajar. Pendidikan karakter di setiap lini kehidupan masyarakat akan

membentuk masyarakat yang tidak hanya produktif tetapi juga pekerja keras,

kreatif, inovatif, tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab. Pemerintah telah

menetapkan 18 nilai karakter yang harus ditanamkan kepada anak yaitu: religius,

jujur, toleran, disiplin, kerja keras, berpikir kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan

tanggung jawab.

15 Masnur Muchlish, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Multidimensional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 38

16 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab …., viii

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 77 )

Penanaman karakter merupakan hal yang kompleks juga harus

dilaksanakan dengan cara yang kompleks pula. Seluruh kegiatan yang

mendukung pendidikan karakter harus ikut turun tangan. Kesemuanya itu akan

membuat pembentukan karakter lebih holistik dan saling berkait serta

berhubungan satu sama lain. Berikut ini adalah gambaran mengenai pendidikan

karakter multidimensi.

Gambar 1. Skema Pendidikan Karakter Multidimensi dalam merdeka belajar

1) Pendidikan Formal

Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan pada jalur pendidikan formal.

Pendidikan karakter di sekolah tidak harus dengan menyusun kurikulum baru,

yaitu kurikulum pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter atau budi pekerti

dapat dimasukkan dalam pokok-pokok pembahasan. Dalam proses

pembelajaran di kelas, peserta didik mengungkap potensi-potensinya. Adanya

pendidikan formal masyarakat akan terdidik secara sistematis dalam ruang dan

waktu tertentu.

Setidaknya ada tiga tujuan dalam pendidikan di sekolah. Pertama,

kompetensi ilmu dan keterampilan. Pada level ini, peserta didik diarahkan

bagaimana supaya mampu meningkatkan status sosial, mendapat lapangan

Intra Kurikuler

Pendidikan karakter

multidimensi

Formal

Informal Non Formal

Ekstra

kurikuler

kokurikuler

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 78 )

pekerjaan. Kedua, penanaman nilai. Pada level ini, peserta didik diharapkan

memiliki kepribadian yang unggul serta karakter yang kuat. Ketiga, kemampiuan

(skill) yang dapat dimanfaatkan di dunia kerja.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK), pendidikan karakter adalah program pendidikan di

sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,

olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara

satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan

Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Pelaksanaan program PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam

sistem pendidikan nasional yakni program kurikulum dan kegiatan yang berbasis

pada kelas, budaya sekolah, dan masyarakat. Penyelenggaraan PPK pada Satuan

Pendidikan jalur pendidikan formal dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan

intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.

a) Kegiatan Intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran untuk

pemenuhan beban belajar dalam kurikulum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan PPK dalam kegiatan

intrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan

penguatan materi pembelajaran, metode pembelajaran sesuai dengan

muatan kurikulum.17

Pelaksanaan PPK pada kegiatan intrakurikuler dilakukan dengan

pengintegrasian nilai-nilai karakter pada mata pelajaran. Pengintegrasian

pendidikan karakter dalam pembelajaran merespon sejumlah kelemahan

dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti (pendidikan

17 Peraturan Menteri Nomor 87 Pasal 1 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 79 )

karakter). Berikut ini adalah upaya inovasi pendidikan karakter di sekolah

adalah:18

1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata

pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke

dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam

setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.

2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan

pembinaan peserta didik.

3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan

pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga

sekolah.

Dari ketiga bentuk inovasi di atas, yang terpenting dan langsung

bersentuhan dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari adalah

pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.

Pengintegrasian pendidikan karakter melalui proses pembelajaran semua

mata pelajaran di sekolah sekarang menjadi salah satu model yang banyak

diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru

adalah pendidik karakter (character educator). Artinya, semua pendidik harus

memiliki sikap jujur dan berkarakter dalam menyampaikan ilmu

pengetahuan (baca: mata pelajaran) secara apa adanya.19 Semua mata

pelajaran juga disasumsikan memiliki misi dalam membentuk karakter mulia

para peserta didik.20

18 Dit PSMP Kemdiknas, Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (Jakarta: Direktorat PSMP Kemdiknas, 2010)

19 Ahmad Shofiyuddin Ichsan, “Revisiting the Value Education in the Field of Primary Education (A Study on Abdurrahman An-Nahlawi’s Perspective)”, Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. 5, No. 2, July-December 2019, 145.

20 H.E. Mulyasa, anajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 59

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 80 )

Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah

dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi

pembelajaran pada semua mata pelajaran. Tahap-tahap ini akan diuraikan

lebih detail berikut ini :

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang mula-mula dilakukan adalah analisis

Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar (SK/KD), pengembangan

silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakter, dan penyiapan bahan

ajar berkarakter. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-

nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD

yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini

tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat

dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Guru

dituntut lebih cermat dalam memunculkan nilai-nilai yang ditargetkan

dalam proses pembelajaran.

2) Tahap Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan,

inti, dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik

mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana

disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning

disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena

prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi

terinternalisasinya nilai-nilai karakter pada peserta didik. Selain itu,

perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model

pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.

Dalam pembelajaran ini, guru harus merancang langkah-

langkah pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik aktif dalam

proses mulai dari pendahuluan, inti, hingga penutup. Guru dituntut

untuk menguasai berbagai metode, model, atau strategi pembelajaran

aktif, sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan mudah disusun

dan dapat dipraktikkan dengan baik dan benar. Dengan proses seperti

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 81 )

ini, guru juga bisa melakukan pengamatan sekaligus melakukan

evaluasi (penilaian) terhadap proses yang terjadi, terutama terhadap

karakter peserta didiknya.

3) Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, evaluasi atau penilaian merupakan bagian yang

sangat penting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan karakter,

penilaian harus dilakukan dengan baik dan benar. Penilaian tidak hanya

menyangkut pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian

afektif dan psikomorotiknya. Penilaian karakter lebih mementingkan

pencapaian afektif dan psikomotorik peserta didik dibandingkan

pencapaian kognitifnya. Agar hasil penilaian yang dilakukan guru bisa

benar dan objektif, guru harus memahami prinsip-prinsip penilaian

yang benar sesuai dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan

oleh para ahli penilaian. Pemerintah (Kemendikbud) sudah menetapkan

Standar Penilaian Pendidikan yang dapat dipedomani oleh guru dalam

melakukan penilaian di sekolah, yakni Permendiknas RI Nomor 20

Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Banyak teknik dan bentuk penilaian yang ditawarkan dalam standar ini

untuk melakukan penilaian, termauk dalam penilaian karakter. Dalam

penilaian karakter, guru hendaknya membuat instrumen penilaian yang

dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk menghindari penilaian yang

subjektif, baik dalam bentuk instrumen penilaian pengamatan (lembar

pengamatan) maupun instrumen penilaian skala sikap (misalnya skala

Likert).

b) Kegiatan Kokurikuler

Menurut Peraturan Presiden No 67 Tahun 2017, kegiatan kokurikuler

adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 82 )

pengayaan kegiatan Intrakurikuler.21 Menurut Winarno Hamiseno, kegiatan

kokurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran, yang dilakukan di sekolah

ataupun di luar sekolah dengan tujuan menunjang pelaksanaan program

intrakurikuler agar peserta didik dapat lebih menghayati bahan yang telah

dipelajarinya serta melatih peserta didik untuk melaksanakan tugas secara

bertanggung jawab.22

Pengertian kokurikuler di atas dapat diambil suatu pengertian

bahwa kegiatan kokurikuler merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan di

luar jam pelajaran, yang dapat menunjang kegiatan intrakurikuler dan

merupakan salah satu jalur pembinaan perilaku peserta didik khususnya di

bidang penghayatan keagamaan serta melatih peserta didik untuk

melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

Adapun bentuk pelaksanaan kegiatan kokurikuler antara lain dapat

berupa pemberian tugas pekerjaan rumah secara kelompok atau perorangan.

Pemberian tugas secara kelompok diarahkan untuk mengembangkan sikap

gotong royong harga menghargai, tenggang rasa, kerjasama, yang akhirnya

dapat membentuk peserta didik menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.

Adapun macam-macam kegiatan yang dapat mengembangkan karakter

peserta didik adalah sebagi berikut:

a) Membuat ihtisar suatu materi pelajaran.

b) Membuat kliping.

c) Menyelesaikan soal-soal pekerjaan rumah.

d) Menyalin ayat atau surat pilihan.

e) Tugas-tugas lain yang dapat membangkitkan gairah peserta didik

agar memiliki sifat bertangung jawab.23

c) Kegiatan Ekstrakurikuler

21 Peraturan Menteri Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. 22 Winarno Hami Seno, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Depdikbud RI 1990),

5. 23 B. Suprapto Brotosiswoyo, Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:

Depdikbud RI, 1986,), 8.

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 83 )

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka

perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan

kemandirian peserta didik secara optimal.

Adapun jenis kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk antara lain (1)

krida, meliputi kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik

(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

(Paskibra), (2) Karya Imiah, meliputi kegiatan ilmiah, kegiatan penguasaan

keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, (3) latihan/olahraga

bakat/prestasi, meliputi pengembangan bakat, olahraga, seni dan budaya, cinta

alam, jurnalistik, keagamaan dan lainnya.

Berikut adalah bentuk kegiatan keagamaan yang dapat menguatkan

karakter peserta didik:

a. Kegaiatan Pesantren Kilat

Pesantren kilat merupakan salah satu wahana dalam rangka penguatan

karakter perta didik. Pesantren kilat sendiri terdiri daru dua kata yaitu kata

pesantren dan kilat. Pesantren berasal dari kata “santri”, yaitu istilah yang

digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Penggunaan istilah

pesantren karena sitem yang sering digunakan cenderung menggunakan ciri

khusus keIslaman dalam mengelola sistem pendidikannya.24 Yaitu suatu

lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat seorang pendidik

atau disebut Kiai. Sedangkan kilat mempunyai makna cepat atau singkat.

Jadi pesantren kilat adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu yang

relatif singkat. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat libur sekolah atau

pada bulan suci ramadhan.25

b. Baca tulis Al-Qur’an

Tujuan pengajaran Al-Quran adalah agar sebagai umat Islam bisa

memahami dan mengamalkan isi kandungan dalam Al-quran dalam

24 Ahmad Shofiyuddin Ichsan, dkk. “Pesantren and Liberating Education: A Case Study at Islamic Boarding School ISC Aswaja Lintang Songo Piyungan Yogyakarta”, DAYAH: Journal of Islamic Education, Vol. 4, No. 1. (2021), 112-127.

25 Departemen Agama, Panduan Pesantren Kilat (Yogyakarta: Depag, 2001), 2

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 84 )

kehidupan sehari-hari, menjaga dan memelihara baik itu dengan

mempelajari dan mengajarkan kepada orang lain sehingga pengajaran dan

pendidikan dapat terlaksana terus menerus dari generasi ke generasi sampai

akhir zaman kelak. Hal ini karena Al-quran adalah pedoman dan petunjuk

bagi umat Islam di dunia.

Pembinaan baca tulis Al-qur’an dilakukan agar setiap orang yang

mempelajarinya mengerti akan kebenaran isi di dalam kandungan Al-

qur’an belajar Al-qur’an harus dimulai. Dalam ilmu pendidikan modern,

Alqur’an bisa dipelajari dengan cara melihat tata bahasa yang berada di

dalamnya dengan cara menafsirkan satu persatu dengan kamus Bahasa

Arab.

2) Pendidikan Keluarga (Informal)

Pendidikan karakter dimulai sejak manusia dilahirkan, karena keluarga

disebut sebagai sekolah pertama yang dimasuki oleh anak. Anak yang diharapkan

memiliki karakter seharusnya terintegrasi dengan pendidikan keluarga yang

kondusif, sehingga tujuan menjadi pemuda Indonesia berakhlak dan berkarakter

tidak terputus di tengah jalan.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia akan belajar jadi penyabar.

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar menjadi percaya diri. Jika

anak diajarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai, jika anak dibesarkan

dengan kasih sayang, ia akan terbiasa berpendirian.26 Kedekatan orang tua

terhadap anak sangat menentukan pertumbuhan karakternya. Beberapa

kebiasaan yang perlu diberikan kepada anak , yaitu:

1) Orangtua mengajak anak mengikuti pertemuan dengan orang dewasa.

2) Menyuruh melaksanakan tugas rumah, melatih mandiri, menghargai

waktu dan keuangan.

3) Membiasakan mengucap salam.

4) Menjenguk anak yang sakit.

26 Siti Musdah Mulia, Karakter Manusia Indonesia (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), 115

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 85 )

5) Memilih teman yang baik.

6) Melatih berdagang.

7) Menghadiri acara yang diisyaratkan.

Generasi Indonesia yang akan terkena dampak bonus demografi adalah

masyarakat Indonesia milenial yang bercirikan selalu menggunakan sosial media

menjadi perhatian utama oleh orang tua. Di sinilah peran orang tua dalam

mendidiknya anaknya. Pendidikan tentang bagaimana cara berkomunikasi yang

baik, menyebarkan informasi positif, dan juga menggunakan gawai/handphone

secara bijak, sehingga ketika anak akan menghadapi bonus demografi akan

menjadi masyarakat yang memiliki karakter yang lebih baik.

3) Pendidikan Non Formal

Pendidikan yang ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan

masyarakat atau pendidikan non formal. Masyarakat memilki peran yang sangat

penting dalam membentuk karakter masyarakat milenial. Jika lingkungan baik,

perilaku anak juga baik. Jika lingkungan buruk perilaku anak juga mengikut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan mencederai stabilitas

pendidikan masyarakat. Pertama, saat ini masyarakat Indonesia sudah terjangkit

budaya individualistik sehingga melahirkan sikap permisif. Dahulu kita

menanggap bahwa anak-anak yang berada di lingkungan yang kita tempati

menjadi tanggung jawab bersama untuk membentuk pendidikan sosial. Namun

karena zaman sudah berubah, banyak masyarakat yang berpikiran bahwa apa

yang telah terjadi pada orang lain bukanlah urusan kita. Kita jarang memberikan

nasihat karena menganggap ustadzlah yang bertanggung jawab pada persoalan

moral. Kedua, budaya massa. Perlu diakui bahwa masih banyak masyarakat yang

belum siap berada di era yang canggih ini sehingga segala perubahan yang terjadi

tidak disaring terlebih dahulu dan ditelan mentah-mentah. Pendidikan non-

formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah dan

atau pelengkap pendidikan formal, yakni mencakup:

1) pendidikan life skill.

2) Pendidikan kepemudaan.

3) Pemberdayaan perempuan.

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 86 )

4) Pendidikan keterampilan.

5) Pendidikan kesetaraan berupa kursus.

6) Kelompok belajar dan sanggar-sanggar.

Oleh karena itu, kesadaran dan kepedulian masyarakat sangat penting dan

dibutuhkan. Karakter generasi bangsa harus dihayati kembali untuk

meningkatkan pendidikan lingkungan. Selayaknya anggota masyarakat memuai

dengan cara menjalin hubungan dengan hangat antar tetangga, meningkatkan

intensitas musyawarah bersama dengan penduduk setempat guna mengevaluasi

keadaan lingkungan, mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan

keterampilan masyarakat, dan membangun religiusitas yang tiggi. Dengan begitu,

lingkungan akan menjadi kondusif dan berkarakter.

4. Harapan Masyarakat Indonesia di 2045

Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan

kontrol diri seseorang. Jika kontrol diri seseorang dapat dikembangkan, maka

akan melahirkan pula generasi yang mandiri, disiplin, kreatif, bertanggung jawab,

dan tangguh dalam menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. Dengan

begitu, ketika pendidikan karakter telah ditanamkan sejak dini, bukan tidak

mungkin generasi muda yang nantinya menjadi usia produktif di Indonesia sudah

telah siap dan dapat menghadapi bonus demografi di tahun 2045 mendatang.

Kemampuan beradaptasi dan berkolaborasi dengan realitas zaman diperkuat

adanya daya saing yang mumpuni menjadi impian dan harapan besar di era tahun

2045 tersebut.27

Indikator karakter yang terwujud dalam perilaku insan berkarakter adalah

iman dan takwa, pengendalian diri, sabar, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggung

jawab, jujur, membela kebenaran, kepatutan, kesopanan, kesantunan, taat pada

peraturan, loyal, demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah, gotong royong,

toleran, tertib, damai, anti kekerasan, hemat, konsisten. Insan yang berperilaku

27 Laila Fajrin, dkk. Pendidikan Ideal untuk Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia (Yogyakarta: Timur Barat, 2020), 7.

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 87 )

berkarakter hendaknya disertai tindakan yang cerdas dan perilaku cerdas

hendaknya pula diisi upaya yang cerdas.

Pendidikan karakter multidimensi hadir untuk menyambut datangnya bonus

demografi indonesia yang semakin dekat. Pendidikan karakter di setiap lini

kehidupan masyarakat akan membentuk masyarakat yang tidak hanya produktif

tetapi juga pekerja keras, kreatif, inovatif, tangguh, mandiri, dan bertanggung

jawab. Pemerintah telah menetapkan 18 nilai karakter yang harus ditanamkan

kepada peserta didik sebagaimana sudah dijelaskan di atas.

Dari penjelasan di atas, kiranya penulis dapat mengilustrasikan masyarakat

Indonesia pada era bonus demografi sebagai berikut:

2018

D. Kesimpulan

Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan

kontrol diri seseorang. Jika kontrol diri seseorang dapat dikembangkan, maka akan

melahirkan pula generasi yang mandiri, disiplin, kreatif, bertanggung jawab dan

tangguh dalam menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. Pendidikan karakter

multidimensi hadir untuk aplikasi merdeka belajar dalam menghadapi bonus

demografi Indonesia. Pendidikan karakter di setiap lini kehidupan masyarakat akan

membentuk masyarakat yang tidak hanya produktif tetapi juga pekerja keras, kreatif,

2018-

2019-2020, ... Masyararakat produktif

berkarakter; religius,

jujur, toleran, disiplin,

kerja keras, berpikir

kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin

tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai

prestasi, bersahabat,

cinta damai, gemar

membaca, peduli

lingkungan, peduli

sosial, dan tanggung

jawab.

Puncak bunus

demografi

2045

Non

formal

formal

informal

Pendidikan

karakter

multidimensi

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 88 )

inovatif, tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pemerintah telah

menetapkan 18 nilai karakter yang harus ditanamkan kepada anak, sehingga 18

karakter tersebut diharapkan mampu membentengi diri dalam mempersiapkan

generasi emas Indonesia di tahun 2045 mendatang.

Daftar Pustaka

Brotosiswoyo, B. Suprapto. (1986). Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Jakarta: Depdikbud RI.

Dit PSMP Kemdiknas. (2010). Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP Kemdiknas.

Djumhan, Hanna. Integrasi Psikologi Dengan Islam. (2001). Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Fajrin, Laila, dkk. (2020). Pendidikan Ideal untuk Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia.

Yogyakarta: Timur Barat.

Falikhah, Nur Falikhah. (2017). “Bonus Demografi Peluang dan Tantangan bagi

Indonesia”. Alhadharah; Jurnal Ilmu Dakwah. Vol. 16 No. 32.

Ichsan, Ahmad Shofiyuddin. (2019). “Revisiting the Value Education in the Field of

Primary Education (A Study on Abdurrahman An-Nahlawi’s Perspective)”.

Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar. Vol. 5 No. 2. July-December.

Ichsan, Ahmad Shofiyuddin; Samsudin; Pranajati, Nindya Rachman. (2021).

“Pesantren and Liberating Education: A Case Study at Islamic Boarding School

ISC Aswaja Lintang Songo Piyungan Yogyakarta”. DAYAH: Journal of Islamic

Education. Vol. 4, No. 1.

Maryati, Sri. (2015). “Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus

Demografi di Indonesia”, Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2.

Masnur Muchlish,. (2014). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Multidimensional.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER MULTIDIMENSI SEBAGAI APLIKASI …

An-Nur: Jurnal Studi Islam, Vol. 13 No. 1 (2021)

Pendidikan Karakter Multidimensi sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar dalam Menyambut Bonus Demografi ( 89 )

Mulia, Siti Musdah. (2013). Karakter Manusia Indonesia. Bandung: Nuansa Cendekia.

Mulyasa, H.E. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Mustaghfiroh, Siti. (2012). Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran Progresivisme John

Dewey.

Rukin. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia

Indonesia.

Soedarsono, Soemarno. (2002). Membentuk Watak, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sunarty, Euis. (2015). Menggali Kekuatan Cerita. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Thomas, Lickona. (2013). Pendidikan Karakter. Bandung: Nusa Media.

Tuhana Taufik Sardianto. (2011). Mengembangkan Karakter Sukse Anak di Era Cyber.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahdani, Firda. & Burhanuddin, Hamam. (2020). “Pendidikan Keluarga di Era

Merdeka Belajar.” Al-Aufa: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman. Vol. 2 No. 1.

Winarno Hami Seno. (1990). Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta,

Depdikbud RI.