PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT...

26
PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN Dibacakan oleh : Arbab Paproeka, SH. No. Anggota : A.-184. ASSALAAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH, SAUDARA PIMPINAN SIDANG YANG KAMI HORMATI, PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI, Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, kami mengajak kepada kita semua yang hadir pada forum yang mulia ini untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanahkan rakyat. Sidang Dewan Yang Kami Hormati Sebagaimana kita ketahui, lahirnya komisi-komisi pada era reformasi, disebabkan, oleh tingginya ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga Negara yang ada. Lembaga Negara selama ini dianggap belum berfungsi secara maksimal khususnya dalam mendukung agenda reformasi. Namun demikian pembentukan komisi-komisi belum didasarkan pada konsepsi yang utuh untuk sebuah sistem ketatanegaraan yang ideal sehingga masih terlihat adanya tumpang tindih kewenangan dengan lembaga-lembaga lain. Harapan besar terhadap eksistensi komisi-komisi belum mampu dipenuhi secara maksimal karena berbagai sebab, antara lain; adanya kendala eksternal yang menghambat pelaksanaan tugas dan kewenangan komisi; masih adanya aparatur penyelenggara negara yang enggan menjalankan rekomendasi atau saran komisi, sehingga konsep perubahan tidak memberi dampak apa-apa. Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan Yang Kami hormati, Setelah lima tahun dibentuknya Komisi Ombudsman melalui Keputusan Presiden No.44 Tahun 2000, keberadaan Komisi Ombudsman belum memberi dampak yang signifikan dalam penegakan hukum. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda yang menuju ke arah pembaruan dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam sistem pemerintahan dan perekonomian. Salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya peran Komisi Ombudsman adalah dukungan politik yang berasal dari lembaga legislative dan eksekutif dalam memperkuat eksistensi Ombudsman. Oleh karena itu, Fraksi Partai Amanat Nasional menyambut balk usulan Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman. Ada beberapa catatan, yang perlu kami sampaikan, yaitu sebagai berikut : Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Transcript of PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT...

Page 1: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

OMBUDSMAN

Dibacakan oleh : Arbab Paproeka, SH. No. Anggota : A.-184. ASSALAAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH, SAUDARA PIMPINAN SIDANG YANG KAMI HORMATI, PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI,

Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, kami mengajak kepada kita semua yang hadir pada forum yang mulia ini untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanahkan rakyat. Sidang Dewan Yang Kami Hormati

Sebagaimana kita ketahui, lahirnya komisi-komisi pada era reformasi, disebabkan, oleh tingginya ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga Negara yang ada. Lembaga Negara selama ini dianggap belum berfungsi secara maksimal khususnya dalam mendukung agenda reformasi. Namun demikian pembentukan komisi-komisi belum didasarkan pada konsepsi yang utuh untuk sebuah sistem ketatanegaraan yang ideal sehingga masih terlihat adanya tumpang tindih kewenangan dengan lembaga-lembaga lain.

Harapan besar terhadap eksistensi komisi-komisi belum mampu dipenuhi secara maksimal karena berbagai sebab, antara lain; adanya kendala eksternal yang menghambat pelaksanaan tugas dan kewenangan komisi; masih adanya aparatur penyelenggara negara yang enggan menjalankan rekomendasi atau saran komisi, sehingga konsep perubahan tidak memberi dampak apa-apa. Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan Yang Kami hormati,

Setelah lima tahun dibentuknya Komisi Ombudsman melalui Keputusan Presiden No.44 Tahun 2000, keberadaan Komisi Ombudsman belum memberi dampak yang signifikan dalam penegakan hukum. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda yang menuju ke arah pembaruan dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam sistem pemerintahan dan perekonomian.

Salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya peran Komisi Ombudsman adalah dukungan politik yang berasal dari lembaga legislative dan eksekutif dalam memperkuat eksistensi Ombudsman. Oleh karena itu, Fraksi Partai Amanat Nasional menyambut balk usulan Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman. Ada beberapa catatan, yang perlu kami sampaikan, yaitu sebagai berikut :

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 2: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Pertama, Kedudukan Ombudsman Selama ini kedudukan lembaga independen yang dibentuk negara termasuk

Ombudsman tidak mempunyai status dan kedudukan yang jelas. Lembaga semacam ini sekedar dinyatakan sebagai lembaga negara, tetapi ironinya dalam menjalankan fungsi dan kewenangannya tidak mempunyai bargaining yang jelas dan tidak mempunyai alur keterkaitan dengan lembaga negara yang lain termasuk dengan pemerintah. Fraksi Partai Amanat Nasional mengharapkan agar Rancangan Undang-Undang ini memberikan kejelasan tentang status, kedudukan dan wewenang dan efektifitas Ombudsman sehingga tidak menjadi suatu lembaga yang bersifat asesoris semata.

Kedua, Fungsi Ombudsman Komisi Ombudsman di Indonesia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No.44/2000

yang diterbitkan pada tanggal 10 Maret 2000. Setelah lima tahun berjalan, keberadaan lembaga tersebut masih sebatas sebagai lembaga yang mengakomodasi berbagai pengaduan dari masyarakat. Pengaduan tersebut belum mampu ditindaklanjuiti secara efektif sehingga masyarakat belum mampu merasakan manfaat keberadaan Komisi Ombudsman secara nyata.

Dengan RUU ini, kami mengharapkan keberadaan Ombudsman akan semakin produktif, efektif dan membawa daya guna bagi penciptaan keadilan masyarakat. Ombudsman hendaknya diberikan kewenangan yang jelas dalam menerima pengaduan/keluhan masyarakat berkaitan dengan lembaga pemerintahan (government departments) dan melakukan investigasi serta memberikan rekomendasi terhadap proses penyelesainnya.

Ketiga, Koordinasi dengan lembaga publik yang lain. Dalam rangka menciptakan sistem penegakan hukum yang sinergis antara satu lembaga

dengan lembaga yang lain, Rancangan Undang-Undang Ombudsman harus memberikan yang jelas tentang mekanisme dan prosedur hubungan dengan lembaga yang lain. Lembaga hukum seperti Mahkamah Agung, Kehakiman, Kejaksaan dan Kepolisian harus mempunyai keterkaitan dengan Ombudsman dan diwajibakan untuk merespon secara positif terhadap rekomendasi-rekomendasi yang diberikan Ombudsman.

Keempat, Ombudsman Daerah Seiring dengan meningkatnya dinamika masyarakat di daerah dan dalam rangka

membantu peningkatan pengawasan di daerah, Ombudsman hendaknya juga dibentuk di daerah-daerah. Pembentukan Ombudsman daerah merupakan tuntutan desentralisasi kekuasaan atau otonomi daerah. Kewajiban membentuk ombudsman daerah hendaknya secara eskplisit dicantumkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Ombudsman dengan memperhatikan prinsip-prinsip ombudsman yang bersifat universal.

Kelima, Fungsi Ombudsman untuk pemberantasan korupsi Salah satu titik krusial penyebab perilaku koruptif adalah pada sector pelayanan umum.

Pengawasan atas pelayanan umum dan penyusunan standar pelayanan untuk unit pelayanan umum pada instansi pemerintah menjadi sangat penting dalam rangka pencegahan korupsi.

Dalam hal pemberantasan korupsi, Ombudsman mempunyai fungsi untuk melakukan perbaikan administrasi guna memastikan bahwa sistem-sistem itu membatasi sampai tingkat minimum, yakni penyelenggaraan administrasi yang transparan, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Berkaitan dengan fungsi pemberantasan korupsi, RUU ini hendaknya memberikan pengaturan yang jelas terhadap proses peninjauan kebijakan publik, memberi peran Iangsung untuk meningkatkan peran masyarakat dalam mengontrol pemerintahan agar lebih akuntabel dan tranparan sehingga tercipta good governance. SAUDARA PIMPINAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 3: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Demikian Pendapat Fraksi Partai Amanat Nasional terhadap Usul Inisiatif Anggota DPR-RI mengenai Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim seraya mengharapkan ridlo Allah SWT, Fraksi Partai Amanat Nasional menyetujui Rancangan Undang-undang tersebut untuk dijadikan Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR. Dan selanjutnya mengusulkan pembahasannya diserahkan pada Komisi III sesuai dengan pembidangan serta mitra kerjanya. Wabillahi taufik walhidayah. Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 14 Juni 2005

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 4: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI

TERHADAP 2 (DUA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG

USUL INISIATIF ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TENTANG OMBUDSMAN

DAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN -------------------------------------------------------

disampaikan oleh H. NURSYAMSI NURLAN, SH - Anggota No.A-03

Bismillahirrohmaanirrohim Assalamu'alaikum Wr. Wb. Saudara ketua, Saudara Wakil-wakil Ketua, serta para Anggota Dewan Yth.

Dengan senantiasa mengharapkan limpahan Taufik dan Hidayah dari Allah swt, izinkan pula kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan sidang yang telah memberikan kesempatan kepada kami dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi untuk menyampaikan pendapat melalui forum yang terhormat ini atas 2 (dua) Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI yaitu, pertanzd tentang Ombudsman dan kedua tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 1. Pendapat Tentang RUU Ombudsman

Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional melalui Pasal 4 huruf d, menyatakan bahwa salah satu tugas Komisi Ombudsman Nasional adalah mempersiapkan konsep Rancangan-Undang-undang. tentang Ombudsman. Agar Ombudsman Nasional dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, tentunya kita perlu menimba pengalaman-pengalarnan positif dari berbagai negara yang telah memiliki Ombudsman. Sejak berdirinya Ombudsman pertama pada tahun 1809 di Swedia, lembaga ini telah berkembang begitu pesat sehingga kini lebih dari seratus negara telah memiliki Ombudsman dengan berbagai nama, kewenangan serta struktur yang berbeda-beda.

Seperti halnya di negara-negara lain, lembaga Ombudsman yang akan dibentuk berdasarkan Rancangan Undang-Undang ini hendaknya diberi kewenangan memeriksa semua kejanggalan administratif atau pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur negara maupun lembaga peradilan. Dengan demikian Ombudsman secara efektif dapat mengupayakan pembersihan dan peningkatan efektivitas, baik terhadap aparatur negara dan pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan.

Berbeda dengan lembaga yudikatif, lembaga Ombudsman tidak berwenang mengadili atau mengeluarkan putusan yang mengikat secara hukum (legally binding). Ombudsman hanya dapat menerima keluhan dari pihak yang merasa dirinya dilecehkan oleh pejabat pemerintah atau lembaga peradilan, atau diperlakukan secara tidak patut, atau tidak mendapatkan pelayanan yang sernestinya dari instansi yang wajib memberikan pelayanan, atau is diperlakukan secara melawan hukum oleh instansi pemerintah atau lembaga peradilan.

Lembaga Ombudsman juga dapat meminta klarifikasi secara tertulis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada instansi-instansi yang bersangkutan yang oleh Ombudsman dianggap penting untuk dapat menyelesaikan segala keluhan yang dihadapinya dan mengirim

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 5: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

rekomendasi mengenai langkah atau tindak lanjut yang perlu diambil oleh pejabat instansi yang berkaitan dengan kasus yang sedang diperiksa.

Oleh karena itu, pemeriksaan perkara oleh Ombudsman tidak hanya bersifat yuridis, apalagi sekedar bersifat yuridis-formal berdasarkan rumusan peraturan perundang-undangan saja, akan tetapi lebih pada meneliti aspek kewajaran, keseimbangan serta ketelitian pejabat pemerintah atau lembaga peradilan, sehingga diharapkan proses ini menghasilkan aparat pemerintahan yang tidak hanya melayani masyarakat secara efektif, efisien, adil dan bersih (good governance), tetapi juga bersifat ramah, demokratis dan santun sesuai dengan kehidupan yang diharapkan di dalam negara yang demokratis yang menjunjung tinggi supremasi hukum. 2. Pendapat Tentang RUU Perlindunngan Saksi dan Korban. Saudara ketua, Saudara Wakil-wakil Ketua, serta para Anggota Dewan Yth.

Pada beberapa negara maju telah diberlakukan ketentuan mengenai perlindungan saksi dan korban, tidak saja dalam perkara pelanggaran hak asasi manusia, tetapi juga dalam perkara pidana. Di Indonesia belum ada ketentuan perundang-undangan yang memberikan perlindungan kepadaa saksi dan korban. Yang baru ada adalah perlindungan saksi dan korban dalam perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat sebagaimana diatur dalam Pasal 34 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM Berat.

Mengenai saksi - yang mungkin juga berstatus sebagai korban¬sebenarnya telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, yaitu dalam Pasal 1 butir 26, Pasa198, Pasal 117 ayat (1), Pasal 118, Pasal 159 ayat (2), Pasal 166, Pasal 177, Pasal 178 dan Pasal 184. Akan tetapi bentuk perlindungan apa yang dapat diberikan kepada saksi (saksi korban) dalam proses peradilan belum diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Menurut UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, pada prinsipnya memberikan kesaksian merupakan kewajiban hukum bagi setiap warga negara dalam membela kepentingan umum (Penjelasan ayat (2) Pasal 159 KUHAP), dan saksi merupakan salah satu alat bukti yang penting (Pasal 184 KUHAP), sehingga diharapkan pada saat memberikan kesaksiannya, seorang saksi (saksi korban) harus memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Untuk itu dalam menghadapi proses peradilan harus diupayakan : 1. memberikan rasa aman kepada saksi (saksi korban) dan bebas dari segala bentuk

ancaman (fear of threat) serta intimidasi dari pihak lain, baik pada tingkat penyidikan (Pasal 117 ayat (1) KUHAP) maupun pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan (Pasal 173 KUHAP);

2. menenamkan kepercayaan kepada saksi (saksi korban) bahwa pengadilan adalah lembaga yang berwibawa dan dapat dipercaya, seerta mampu memberikan perlindungan, baik sebelum, pada saat maupun setelah memberikan kesaksian. Jika kedua pendekatan di atas diterapkan dalam proses peradilan, maka peran saksi

akan sangat membantu, baik pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan akan menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam menjalankan tugasnya menjatuhkan putusan yang adil dan objektif, karena didasarkan pada keterangan-keterangan yang sesungguhnya yang dialami oleh. saksi (saksi korban) dan fakta-fakta hukum yang benar.

Di samping sebagai salah satu alat bukti, saksi - yang mungkin berstatus sebagai korban akan berperan pula sebagai pengerak utama dalam sistern peradilan pidana (criminal justice system). Dengan adanya laporan/pengaduan dari saksi (saksi korban) akan dapat menggambarkan kuantitas dan kualitas kejahatan secara keseluruhan melalui statistik kejahatan. Sebaliknya, keengganan saksi (saksi korban) untuk melaporkan setiap bentuk kejahatan yang terjadi akan menyebabkan "the dark number of crime" akan semakin tinggi dan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 6: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

hal itu merupakan kendala yang cukup menyulitkan untuk melakukan strategi pencegahan kejahatan (prevention of crime). Saudara ketua, Saudara Wakil-wakil Ketua, serta para Anggota Dewan Yth.

Dari uraian yang kami kemukakan di atas mengenai pendapat terhadap dua Rancangan Undang-Undang di atas, dengan ini kami menyampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dengan tetap memperhatikan pentingnya membentuk pemerintahan yang bersih dan

berwibawa, pembahasan tentang konsep regulasi untuk pembentukkan Ombudsman sudah sangat mendesak dan dibutuhkan.

2. Kamipun menyadari perlunya perlindungan terhadap saksi dan korban yang dituangkan dalam peraturan perundangan sebagai bahagian dari perlindungan hak asasi manusia, dan sekaligus sebagai upaya untuk mewujudkan peradilan yang bersih dan berwibawa. Oleh karenanya, melalui forum yang terhormat ini kami dari Fraksi Bintang Pelopor

Demoki:asi menyatakan mendukung dan menyetujui kedua, RUU Usul Inisiatif Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Ombudsman dan Perlindungan Saksi dan Korban.

Demikian pendapat dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi, semoga Allah swt akan senantiasa memberkahi rencana yang mulia ini. Kamipun tak lupa mengucapkan terima kasih atas segala perhatian dan kerjasama segenap pihak. Billahittaufik wal hidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Juni 2005

PIMPINAN FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI

DPR-RI, Ketua, Sekretaris,

ttd ttd

JAMALUDDIN KARIM, SH DRS. IDEALISMAN DACHI

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 7: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRAT

MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA Juru Bicara : Dr. H. ACHMAD FAUZI, SH

Nomor Anggota : A- 115 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat Pimpinan Rapat Paripurna Yang terhormat Para Anggota DPR-RI dan hadirin yang kami hormati.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang hadir dalam Sidang Paripurna DPR-RI ini, sehingga kita dapat melaksanakan tugas dan kewajiban yang diamanatkan kepada kita semua.

Perkenankanlah kami, Fraksi Partai Demokrat, memberikan tanggapan dan pendapat terhadap Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI ini untuk menjadi Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR-RI, sesuai dengan Pasal 128 ayat (6) jo ayat (5) Peraturan Tata Tertib, berupa Rancangan Undang-udang Tentang Ombudsman Republik Indonesia. Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami muliakan

Dalam kehidupan bernegara yang didasarkan pada pemerintahan yang demokratis dan berlandaskan hukum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan keadilan bagi seluruh Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjadi tugas dan kewajiban Negara yang dibebankan kepada penyelenggara pemerintahan, antara lain, memberikan pelayanan kepada masyarakat sebaik-baiknya.

Upaya pelayanan kepada masyarakat termasuk penegakan hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan efisien, meningkatkan kesejahteraan secara merata kepada masyarakat , dan menciptakan keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu mutlak diperlukan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance) melalui upaya penegakan azas-azas pemerintahan yang baik pada khususnya dan penegakan hukum pada umumnya. Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami muliakan.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 8: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Dalam rangka menegakkan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan lembaga pengawas yang secara efektif mampu mengontrol penyelenggaraan tugas aparat penyelenggara Negara.

Pemberdayaan pengawasan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan Negara merupakan implementasi demokrasi yang perlu dikembangkan dan diaplikasikan agar penyalahgunaan kekuasaan dapat dihapuskan. Pimpinan Sidang yang kami muliakan.

Pengawasan secara intern yang dilakukan oleh pemerintah sendiri dalam pelaksanaannya kurang memenuhi harapan masyarakat dari. sisi obyektivitas dan akuntabilitas.

Oleh sebab itu, dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 dibentuk Komisi Ombudsman Nasional, yang antara lain bertujuan melalui peran serta masyarakat membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam pemberantasan KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme), serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat. Untuk memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara adil, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN.

Sejak berdirinya pada tahun 2000 hingga kini, Komisi Ombudsman. Nasional dalam melaksanakan kewenangannya sering terbentur pada masalah legalitas yang ada, karena hanya dibentuk dengan sebuah Keputusan Presiden Republik Indonesia, sedangkan keberadaannya sangat diperlukan dan untuk itu perlu diberi landasan hukum yang kuat berupa Undang-undang. Pimpinan Sidang dan Hadirin yang kami muliakan,

Berdasarkan pertimbangan dan pendapat sebagaimana tersebut di atas, dengan ini Fraksi Partal Demokrat "menyetujui Usul Inisiatif Anggota DPR-RI terhadap Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia menjadi Usul Inisiatif DPR-RI"; Pembahasannya akan dilakukan oleh Komisi III. Pimpinan Sidang dan Hadirin yang kami muliakan.

Demikianlah Pendapat Fraksi Partai Demokrat pada Rapat Paripurna ini, semoga Tuhan

Yang Maha Esa memberikan petunjuk dan ridho-Nya kepada kita semua. Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Juni 2005 PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR-RI

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 9: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TERHADAP USUL INISIATIF RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 14 Juni 2005 Disampaikan Oleh : Nadrah Izahari, SH Anggota nomor : A-354 Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Bagi Kita Semua. Yang Terhormat Saudara Ketua Dan Para Wakil Ketua; Yang Terhormat Saudara Pengusul; Saudara Anggota Dewan dan Sidang Dewan Yang Kami Muliakan MERDEKA !!! Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang senantiasa memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya, kepada, kita bersama segenap masyarakat Bangsa Indonesia, terlebih lagi bagi kita Anggota Dewan sehingga kita pada hari ini dapat bertemu dan melaksanakan Sidang paripurna Dewan yang mulia ini, dengan agenda penyampaian Pendapat Fraksi Atas RUU Inisiatif tentang RUU Ombudsman Republik Indonesia. Traksi PDI Perjuangan menyampaikan sambutan baik dan hangat terhadap segala usaha untuk memberikan dasar hukum bagi lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang diperlukan dalam rangka penegakan hukum dengan tujuan untuk mencapai supremasi hukum. Sambutan yang baik dan hangat ini patut disampaikan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI terhadap usul Inisiatif RUU tersebut dikarenakan adanya beberapa alasan, yaitu: 1. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Oleh karena itu, segala

tindakan, baik yang dilakukan oleh warga masyarakat maupun pejabat negara, harus tetap berdasar dan berlandaskan pada aturan hukum yang ada. Dalam konteks negara hukum, tidak ada satu orangpun yang berada di atas hukum. Tidak terkecuali aparat penegak hukum itu sendiri. Oleh karena itu budaya hukum dan kesadaran hukum masyarakat merupakan unsur yang esensial, sehingga merupakan tugas kita bersama untuk menciptakannya.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 10: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

2. Dalam konteks negara hukum, tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata serta menciptakan keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, keseweangan dan penyalahgunaan kekuasaan dengan bebagai bentuknya harus dihapuskan.

3. Untuk mencapai itu semua, diperlukan lembaga yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh instansi atau lembaga penyelenggara negara kepada masyarakat, agar penyelenggaraan berjalan secara jujur, lancar, transparan serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan, Yang Terhormat, Mendasarkan pada hal-hal di atas, Fraksi PDI-Perjuangan DPR-RI menyatakan mendukung sepenuhnya usulan untuk melakukan pembahasan terhadap RUU Ombudsman Republik Indonesia, dengan catatan bahwa: 1. RUU Ombudsman harus dibahas secara komprehensif dengan memperhatikan

sinkronisasi tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga. Sebagai Iembaga yang memiliki fungsi untuk menciptakan budaya hukum dan kesadaran hukum masyarakat, Ombudsman harus pula memiliki keberpihakan untuk menciptakan keadilan dan seteraan bagi masyarakat yang lemah.

2. RUU ini --kelak setelah menjadi UU-- harus memberikan dasar hukum yang kuat agar Iembaga Ombudsman dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu diperlukan ketentuan-ketentuan dasar yang memberikan upaya bagi Ombudsman dalam melaksanakan pengawasannya.

3. Ombudsman Republik Indonesia, harus memiliki mekanisme yang kuat untuk dapat menindak lanjuti hasil pengawasan yang telah dilakukannya, sehingga apa yang telah dilakukan Ombudsman tidak berhenti, tanpa adanya kepastian yang jelas.

Demikian Pendapat Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI atas RUU Inisiatif tentang Ombudsman Republik Indonesia. Atas nama Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat Pimpinan dan Para Anggota Dewan, dan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI berharap agar kita semua bertekad sama-sama membahas dan mewujudkan Rancangan Undang-Undang ini menjadi Undang-Undang Inisiatif yang fungsinya sangat strategis dalam upaya menciptakan keadilan, kejujuran, dan kebersihan dikalangan penyelenggara negara sehingga kesejahteraan masyarakat, sebagai cita-cita kita bersama, dapat segera diwujudkan. Wassalamualaikum Wr.Wb. MERDEKA !!!

PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRASI PERJUANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT – RI

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 11: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 12: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT

FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TERHADAP USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI

TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG

OMBUDSMAN Disampaikan Oleh : St. Drs. JANSEN HUTASOIT, SE, MM Nomor Anggota : A-410

"Salam Damai Sejahtera, Shalom" Yang Terhormat : Pimpinan DPR RI dan Peserta Sidang Paripurna, Rekan-rekan Wartawan yang kami cintai Dalam kesempatan yang berbahagia ini, pertama-tama marilah kita bersama-sama menyampaikan puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang maha Kuasa, karena atas kasih dan karunia-Nya pada hari ini kita bisa berkumpul kembali dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Menanggapi usul Inisiatif Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentang Ombudsman bersama Rancangan Penjelasannya, Maka Fraksi Partai Damai Sejahtera berpendapat, sebagai berikut : 1. PERANAN PENEGAK HUKUM DAN KOMISI OMBUDSMAN DALAM MEWUJUDKAN

PENEGAKAN HUKUM. Aparat pemerintah sebagal penyelenggara pemerintahan dan perekonomian nasional perlu diberikan pelayanan dan perlindungan sebaik-baiknya kepada anggota masyarakat oleh aparatur pemerintah, peradilan, lembaga-lembaga negara lainnya sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang baik dan benar menurut hukum yang demokratis dan berintikan keadilan. Pembersihan dan reformasi institusi hukum adalah conditio sine quanon untuk meningkatkan peranan penegak hukum dalam penegakan hukum (law enforcement). Alhasil penegakan hukum tidak akan dapat dilakukan kalau aparat penegak hukum itu sendiri korup dan tidak ada kemauan untuk menegakkan hukum. Jadi unsur manusia (SDM) disini sangat penting untuk mensukseskan pemberantasan korupsi. Kelambanan pemberantasan korupsi di Indonesia antara lain disebabkan faktor manusia c.q. penegak hukum.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 13: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Sebagai contoh dalam praktik sering kali ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum aparat penegak hukum. Misalnya dalam tubuh aparat kejaksaan ditemukan penyimpangan yang dilakukan oleh beberapa oknum jaksa yang nakal, antara lain adanya seorang jaksa penuntut umum yang menuntut seorang terdakwa dalam dua jenis perkara yang berbeda tetapi berkaitan antara yang satu dengan lainnya, "diperjualbelikan" Surat Perintah Penghentian Penuntutan (SP3) dalam kasus-kasus yang bernuansa politis, dan lain-lain. Dalam lingkungan peradilan contohnya, sering ditemukan adanya permainan dari oknum pegawai pengadilan dan oknum panitera yang dengan sengaja mempersulit proses administrasi, umpamanya suatu penetapan pengadilan yang seharusnya dapat diperoleh dalam waktu dua atau tiga hari diperlama menjadi berminggu-minggu untuk memperolehnya, dan mengakibatkan kesulitan bagi pihak yang ingin mengajukan upaya hukum padahal batas waktu untuk mengajukan upaya hukum tersebut sudah lewat sehingga pembuatan memori banding atau kasasi didasarkan putusan pada pengadilan yang tidak resmi, oknum pegawai pengadilan yang memberikan masukan-masukan yang bukan merupakan kewenangannya kepada salah satu pihak dengan tujuan untuk mempermudah jalan bagi pihak yang telah memberikan "upeti". Selain itu di dalam tubuh aparat kepolisian ditemukan adanya oknum pollsi yang mau memproses laporan dari masyarakat apabila diberi sejumlah uang, dan apabila tidak diberi uang maka laporan tidak akan diproses, pelaksanaan upaya paksa yang dilakukan di luar kewenangannya, ditambah dengan penggunaan kekerasan, dan lain-lain penyelewengan. Tindakan cacat administrasi (mal-administration) yang dilakukan oleh aparat penegak hukum disebabkan dari adanya campur tangan dari oknum advokat yang dikenal sebagai "calo perkara" dalam pengadilan, yang berperan sebagai penghubung antara klien dengan aparat penegak hukum dalam "memperjualbelikan perkara", ditambah lagi dengan melakukan perbuatan di luar prosedur, melawan hukum, licik, suap, penghilangan bukti-bukti, memalsu bukti, dan tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan sebagai judicial corruption. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia juga diakibatkan oleh belum adanya keinginan dari aparat penegak hukum sendiri untuk melakukan perubahan internal, dimana telah bergesernya nilal-nilai yang dianut pengembang profesi hukum dan degradasi kualitas penegak hukum sendiri, dan belum adanya Nat untuk melakukan pembaruan (reform) terhadap instansinya masing-masing. Pelayanan kepada masyarakat dan penegakan hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan efisien, meningkatkan kesejahteraan secara merata kepada masyarakat dan menciptakan keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh warga negara dan penduduk Indonesia. Pemberdayaan pengawasan oleh masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan negara merupakan implementasi demokrasi yang perlu dikembangkan serta diaplikasikan agar penyalahgunaan kekuasaan, wewenang atau jabatan oleh aparatur dapat dihapuskan. Dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat agar penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat senantiasa berlangsung secara adil, patut dan benar, cepat dan tepat perlu dibentuk lembaga Ombudsman Republik Indonesia yang mandiri.

Pimpinan DPR RI dan Peserta Sidang Paripurna yang Kami Hormati,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 14: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komisi Ombudsman Nasional fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini sudah banyak laporan-laporan yang masuk dari masyarakat mengenai penyimpangan administrasi (mal-administrasi) yang dilakukan oleh pejabat publik. Dalam laporan tahunan tahun 2001 ditemukan sebanyak 511 laporan, tahun 2002 sebanyak 396 laporan, tahun 2003 periode Januari sampai April sebanyak 244 laporan, dan tahun 2004 periode yang sama sebanyak 137 laporan (Laporan tahunan Komisi Ombudsman nasional Tahun 2001, 2002, dan 2004). Dari jumlah laporan tersebut dapat dilihat dimana Komisi Ombudsman Nasional telah melaksanakan mandatnya secara efektif, walaupun berdasarkan data yang ada setiap tahunnya terjadi penurunan jumlah pelapor. Dengan adanya jumlah laporan yang cukup signifikan, maka kehadiran dari Komisi Ombudsman Nasional telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Lembaga Ombudsman Republik Indonesia mengemban fungsi melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan negara agar pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih lancar, jujur, bersih, transparan serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; maka berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu membentuk Undang-Undang tentang Ombudsman Republik Indonesia.

2. HAL YANG MEN YEBABKAN TUMPULNYA PENEGAKAN HUKUM.

Faktor yang menyebabkan tumpulnya penegakan hukum juga disebabkan oleh sulitnya menemukan formula yang ampuh dalam memberantas korupsi yang sudah membudaya. Hal ini disebabkan karena korupsi sudah bersifat endemik dan sistemik. Pengertian dari endemik adalah dimana korupsi sudah menyebar secara luas (widespread) ke seluruh lapisan birokrasi, khususnya ke lembaga peradilan (judicial corruption), dan definisi dari sistemik adalah korupsi sudah masuk ke seluruh sistem pemerintahan dan perekonomian negara Indonesia. Oleh karena itu berlaku pepatah tidak mungkin membersihkan lantai yang kotor dengan sapu yang kotor. Terlepas. dari semua masukan yang ada selama ini dalam menegakkan penegakan hukum yang berkeadilan, dan memberantas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, maka hal ini tidak mungkin terwujud apabila hanya dibebankan kepada lembaga penegak hukum saja, tetapi harus ada suatu kerja sama yang solid dari semua pihak yang melibatkan legislatif, eksekutif, yudikatif, lembaga pengawasan, dan terutama masyarakat sendiri. Tanpa dukungan itu sulit dibayangkan penegakan hukum di Republik Indonesia bisa berhasil dan sukses.

Pimpinan DPR RI dan Peserta Sidang Paripurna yang Kami Hormati, Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, Fraksi Partai Damai Sejahtera berpendapat dan memutuskan mendukung sepenuhnya RUU Ombudsman dan segera membahas clan mensyahkan menjadi Undang-Undang Tentang Ombudsman. Dengan harapan bahwa Undang-Undang ini akan bermanfaat sepenuhnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan dengan catatan bahwa materi/isi Undang-Undang tersebut harus dikaji secara mendalam dan holistik, demi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Demikian pendapat dan keputusan Fraksi Partai Damai Sejahtera ini kami sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati kita semua.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 15: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Damal Negeriku, Sejahtera Bangsaku,

Jakarta, 14 Juni 2005 PIMPINAN

FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 16: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARMA DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

USUL INISIATIF ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI TENTANG

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DAN

USUL INISIATIF ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI TENTANG

OMBUDSMAN

Disampaikan oleh M. AZIS SYAMSUDDIN

Anggota FPG DPR RI No. A - 446

Jakarta, 14 Juni 2005

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 17: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR RI

ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR RI TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR RI TENTANG OMBUDSMAN

Disampaikan oleh : M. AZIZ SYAMSUDDIN Anggota DPR-RI : A-446

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera untuk Kita Semua Yang Terhormat Pimpinan Sidang Paripurna, Yang Terhormat Para Anggota Dewan, Serta Hadirin Yang Berbahagia.

Sebagai rasa syukur, marilah kita panjatkan puji dan puja kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan, rahmat dan karunia-Nyalah, kita sernua dalam keadaan sehat wal’afiat, sehingga dapat menyelenggarakan dan menghadiri Rapat Paripurna Dewan, dalam rangka memberikan sumbangsih bagi pembangunan bangsa kita.

Pada Sidang Paripurna Dewan yang Mulia ini, perkenankanlah kami, Fraksi Partai Golkar memberikan Pendapat Fraksi, sebagai berikut: I Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Usul Inisitaif Anggota Komisi III

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Pimpinan Sidang dan Hadirin Yang Kami Hormati

Sistem Peradilan Pidana kita telah menempatkan saksi dan korban pada posisi yang strategis, namun perlindungan terhadap mereka dirasakan masih kurang mendapat perhdtian. Hal ini menimbulkan kemungkinan bagi saksi dan/atau korban untuk mengalami tekanan atau intimidasi, yang akhirnya merugikan proses peradilan dalam menegakkan keadilan. Tidak jarang akibat tekanan atau intimidasi dari pihak ketiga, saksi dan/atau korban tidak berani memberikkan keterangan secara jujur sebagaimana mestinya. Tekanan atau intimidasi tersebut, dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan dan jaringan yang kuat dari pelaku kejahatan. Bahkan, intimidasi juga dapat dilakukan oleh pejabat publik, yang memiliki keterkaitan dengan kasus yang sedang dalam proses peradilan.

Terkadang, proses peradilan tidak memberikan keputusan yang adil, bahkan tidak jarang proses peradilan tidak dapat dilaksanakan, karena tidak adanya saksi sebagai salah satu unsur dalam pembuktian. Terlebih lagi, balk saksi dan atau korban maupun keluarga dari saksi dan atau korban tersebut dapat mengalami berbagai bentuk kerugian akibat intimidasi, baik secara material maupun secara psikis. Kondisi tersebut mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap proses penegakan hukum. Pimpinan dan Saudara-saudaraku yang Saya Muliakan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 18: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Gambaran fakta hukum diatas, mendorong Fraksi Partai Golkar untuk menyetujui Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Perlindungan Saksi dan Korban menjadi Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR RI, dengan terus melakukan kajian dan pembahasan secara komprehensif untuk menyempurnakannya. II Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Usul Inisiatif Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Ombudsman. Pimpinan dan Saudara-saudaraku yang Saya Muliakan

Pada kesempatan ini, karni, Fraksi Partai Golkar akan menyampaikan pendapat atas Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman. Pembahasan rancangan tersebut merupakan hal yang penting bagi kita sebagai bangsa untuk memiliki sebuah Komisi Ombudsman yang melakukan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dalam memberikan pelayanan mal-administrasi kepada publik.

Kehadiran Ombudsman diharapkan menjadi bagian integral dalam menegakkan keadilan dan kepastian hokum bagi masyarakat. Ombudsman tersebut, akan merijadi dengan balk dan cermat bagian dah sistem Pengawasan terhadap struktur dan kinerjaa pemerintahan secara ekstemal. Sistem pengawasan ekstemal ini akan,. melibatkan unsur masyarakat, sebagai upaya menciptakan sistem pemerintahan yang efektif dan efisien. Keterlibatan unsur masyarakat dalam lembaga Ombudsman merupakan keharusan, karena masyarakat merupakan pihak yang paling berkepentingan dalam pelayanan pemerintah yang tersebar melalui hierarki dari tingkat nasional sampai ke tingkat daerah.

Keterlibatan unsur masyarakat dalam Komisi Ombudsman Nasional dan Daerah, akan menciptakan sistem pengawasan yang mencegah terjadinya mal-administrasi sejak awal. Kinerja dan keberadaan Komisi Ombudsman sangat diharapkan menjadi. pilar tegaknya prinsip etik good governance bagi pengelolaan Negara yang terbuka, bertanggunggung jawab dan prosesnya dapat diterima secara wajar. Pimpinan Sidang Paripurna dan Anggota Dewan serta Hadirin Sekalian

Berdasarkan fakta hukum diatas, Fraksi Partai Golkar DPR RI, menyetujui Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Ombudsman dijadikan sebagai Rancangan Undang-undang Inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Saudara Pimpinan Sidang Paripurna dan Para Anggota Dewan Yang Terhormat, Serta Hadirin Yang Berbahagia. Pada kesempatan ini, Fraksi Partai Golkar memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para anggota Dewan yang tergabung dalam Komisi III, yang telah membahas Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan tekun sehingga melahirkan sebuah Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Usul Inisiatif Anggota Komisi III Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Demikian pula, Fraksi kami memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Badan Legislasi yang telah mengusulkan serta membahas dengan baik dan cermat sebuah Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Ombudsman. Saudara Pimpinan Sidang Paripurna yang terhormat dan hadirin yang berbahagia ,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 19: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Demikian pendapat fraksi Partai Golkar, untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembahasan selanjutnya. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan ridho-Nya dalam perjuangan kita semua. Amin. Wassalamu'alaikum wr. Wb.

Jakarta, 14 Juni 2005

PIMPINAN FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 20: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

PENDAPAT

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP

RUU USUL INISIATIF ANGGOTA DPR RI TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

SERTA RUU TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan oleh Juru Bicara F-KB DPR RI:Saifullah Ma'shum

Anggota Nomor: A .221

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang Terhormat Saudara Pimpinan Sidang, Yang Terhormat Saudara Anggota Dewan, Serta Hadirin yang Berbahagia, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas perkenan, rahmat, taufik, dan inayat-Nya kita bersama pada hari yang berbahagia ini, Selasa, 14 Juni 2005, dapat melaksanakan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam rangka penyampaian Pendapat Fraksi-Fraksi terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban, serta Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia. Juga marilah kita haturkan sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi keteladanan kepada umat manusia untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran, memegang teguh kejujuran serta menegakkan keadilan. Amien. Selanjutnya perkenankanlah Fraksi Kebangkitan Bangsa menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan Sidang yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyampaikan Pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap atas 2 (dua) Rancangan Undang-undang ini. I Pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa tentang RUU Perlindungan Saksi Dan

Korban Saudara Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan serta Hadirin yang terhormat, Sebagaimana telah kita sepakati bersama, demokrasi yang hendak kita bangun adalah demokrasi yang berdasarkan hukum, keadilan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 21: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

manusia.Salah satu pilar perwujudan demokrasi berdasarkan hukum ( rule of law) itu adalah adanya peradilan yang fair dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan hak-hak asasai manusia. Sayangnya selama ini sistim peradilan kita khususnya sistim peradilan pidana kita lebih banyak memberikan perlindungan terhadap pelaku kejahatan atau tersangka dengan sederat hak yang dimiliki sebagaimana dapat kita baca dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Sementara itu sangat sedikit untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali perlindungan yang diberikan kepada saksi dan korban kejahatan. Padahal kita mengetahui bahwa hanya karena laporan saksi dan korbanlah sebuah kejahatan dapat terungkap.namun dalam proses peradilan selanjutnya para saksi dan korban ini ditinggalkan begitu begitu saja bahkan ketika mendapat ancaman ataupun kemudian menjadi tersangka atas laporan yang diberikannya, tak satupun orang atan lembaga yang mempedulikan nasibnya.Apalagi dengan nasib para korban, alih-alih mendapat perlindungan atau pun mendapat kompensasi dari penderitaan yang dialaminya, informasi yang menyangkut perkaranyapun sering tidak diperolehnya. Minimnya perlindungan hukum kepada saksi dan korban sering membuat perkara-perkara pidana kandas di tengah jalan. Dalam banyak perkara para penegak hukum sulit sekali memperoleh keterangan yang diperlukannya untuk membawa kejahatan yang terjadi terutama kejahatan-kejahatan karena penyalahgunaan kekuasaan ( abuse of power), pelanggaran berat hak asasi manusia dan atau kejahatan korupsi yang telah dianggap sebagai extra ordinary crimes serta kejahatan-kejahatan terorganisir ( organized crime) lainnya seperti misalnya penyelundupan termasuk penyelundupan senjata, perdagangan manusia dan terutama perempuan dan anak, pencucian uang, perdagangan narkotika dan lain-lain. Dalam perspektif pengalaman perempuan, pengungkapan kasus-kasus yang termasuk dalam kategori gender based violence mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena pengaruh budaya patria'rki yang mengharuskan perempuan untuk selalu menjungjung tinggi kehormatan keluarga dan dirinya yang kemudian diartikan untuk menyimpan dalam-dalam kejahatan ( seksual) yang dialaminya karena kalau tidak akan dianggap sebagai membuka aib keluarga. Kegagalan pengungkapan kasus perkosaan massal pada bulan Mei 1998, antara lain juga karena ketakutan yang dialami korban tidak saja atas beban untuk menutup aib keluarga tapi juga demi keselamatan diri dan keluarganya. Mengingat bahwa peristiwa tersebut terkait dengan politik kekerasan yang dijalankan oleh Orde Baru selama ini untuk melestarikan kekuasaannya. Banyaknya kasus-kasus dimana seorang saksi berubah menjadi tersangka adalah contoh lain betapa bahayanya kedudukan seorang saksi yang pada gilirannya mengancam perwujudan keadilan dan kebenaran yang menjadi tujuan dari sebuah proses peradilan. Kegagalan untuk mencari alat bukti berupa saksi dan alat bukti lainnya tentu akan menghambat terwujudnya keadilan dan perlindungan hak asasi manusia di Negara kita. Dengan argumentasi diatas Fraksi Kebangkitan Bangsa hendak menegaakan bahwa keberhasilan suatu proses peradilan khususnya peradilan pidana sangat tergantung dari adanya keterangan dari saksi dan korban sebagai bukti kunci atas terjadinya peristiwa pidana yang terjadi.Oleh karena itu sebuah UU yang bisa, menjamin bahwa seorang saksi atau korban kejahatan dapat memberikan keterangan yang berfungsi sebagai alat bukti yang otentik berdasarkan apa yang is dengar dengar, lihat dan alami. sendiri sangat penting kedudukannya dalam upaya mengungkap berbagai bentuk kejahatan yang mengancam keselamatan, kesejahteraan dan kepentingan umum. Begitu pentingnyan kedudukan saksi dan ini di dalam menegakkan hukum dan keadilan dan dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia maka PBB juga telah mengeluarkan Deklarasi untuk Perlindungan Korban Kekerasan dan Penyalahgunaan Kekuasaan yang memberikan perlindungan, rehabilitasi dan kompensasi bagi para korban kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan.Pada intinya Deklarasi ini mewajibkan kepada negara untuk memberikan perlindungan dan kompensasi terhadap para korban ( yang juga berkedudukani sebagai saksi) kejahatan.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 22: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Oleh karena itu, makna perlindungan saksi dan korban menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa harus dipahami sebagai upaya sadar dan sengaja dari negara untuk melindungi dan menjamin hak-hak yang dimiliki oleh warga masyarakat atas keikutsertaannya di dalam pelaksanaan dan penegakan hukum dan hak asai manusia. Saudara pimpinan sidang, para anggota dewan dan hadirin yang terhormat. Terhadap RUU tentang Perlindungan Saksi dan Korban, maka menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Perlindungan Saksi dan Korban berasaskan pada penghargaan atas harkat dan martabat

manusia, rasa aman dan keadilan sebagaimana tertuang didalam pasal 3 RUU ini, hendaknya ditambah dengan asas kerahasiaan, kepastian hukum, non diskriminasi dan perlakuan khusus atau affirmative policy kepada pihak-pihak yang rentan di dalam keluarga dan masyarakat seperti perempuan dan anak-anak dan asas keadilan dan kesetaraan gender. Hal ini penting disebabkan hukum itu bukanlah bangunan peraturan semata, melainkan juga bangunan nilai-nilai moral dan agama yang pada intinya memuliakan manusia sebagai ciptaanNya.Oleh karena itu sudah pada tempatnyalah apabila sebuah undang-undang - apapun undang-undang tersebut - harus nilai-nilai agama dan moral dan asas-asas tersebut diatas,

2. Adanya 12 (dua belas) hale yang diberikan kepada saksi dan korban, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (1) RUU ini, hendakya diikuti dengan adanya jaminan dari negara atas hak-hak yang dimiliki sebelum saksi dan atau korban memberikan kesaksiannya, seperti ; pekeijaan (jabatan dan penghasilan), pendidikan dan lingkungan sosial yang memungkinkan saksi atau korban menjalani kehidupannya seperti semula. Sedangkan untuk pemberian hak perlindungan bagi keluarga saksi dan atau korban pada kasus-kasus tertentu sebagaimana diatur pada pasal 5 ayat (2) RUU ini, hendaknya diatur secara jelas dan rinci dalam RUU ini dan tidak diserahkan kepada keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Hal ini untuk menghindari ketidaksamaan pandangan antara Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban di satu daerah dengan daerah lainnya dalam menentukan jenis kasus apa saja yang memungkinkan pernberian perlindungan bagi keluarga saksi dan korban sehingga dapat merugikan hak-hak saksi dan korban serta keluarganya.

3. Karena RUU ini belum mengatur secara rinci siapa yang berwenang mcmbentuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), maka Fraksi Kebangkitan Bangsa mengusulkan agar LPSK tingkat Nasional, calon anggotanya dipilih oleh DPR RI berdasarkan usulan dan masukan dari masyarakat dan penetapannya dilakukan oleh Presiden. Untuk LPSK tingkat Propinsi, calon anggota diusulkan dan dibahas oleh DPRD dan Pemerintah Propinsi berdasarkan masukan dari masyarakat dan penetapannya dilakukan oleh Presiden, begitu juga LPSK tingkat Kabupaten/Kota, calon anggotanya diusulkan dan dibahas oleh DPRD dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan masukan dari masyarakat dan penetapannya dilakukan oleh Presiden.

4. Keanggotaan LPSK selain berasal dari Kepolisian, Kejaksaan, Komnas HAM, Departemen Hukum dan HAM, Akademisi dan LSM, FKB mengusulkan agar dipertimbangkan juga seorang social worker termasuk para pendamping korban dan saksi.

II Pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa tentang RUU Ombudsman Republik

Indonesia. Saudara Pimpinan Sidang, Para anggota dewan dan hadirin yang terhormat. Berkenaan dengan RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia, Fraksi Kebangkitan Bangsa berpandangan bahwa Ombudsman Republik Indonesia telah menjadi salah satu prasyarat bagi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 23: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

negara yang ingin menegakkan prinsip-prinsip pernerintahan yang bersih dan baik, menegakkan hukum dan dernokrasi serta mengembangkan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) serta khususnya memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme serta mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh birokrasi. Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia ini juga merupakan upaya pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.Peran serta masyarakat ini akan berperanan besar untuk lebih menjamin penyelenggaraan pemerintahan negara yang adil, jujur, bersih, transparan, bebas KKN. Jika selama ini masyarakat hanya menjadi penonton, menjadi obyek dari kebijakan-kebijakan dan tindakan pemerintah dan bahkan tak bisa berbuat' apapun terhadap tindakan-tindakan yang merugikan mereka maka dengan adanya Ombudsman Republik Indonesia ini diharapkan agar dapat menghilangkan tindakan-tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh aparat pemerintah/birokrasi tapi juga dapat menghilangkan perilaku aparat pemerintah yang koruptif. Masyarakat Indonesia adalah pemilik sah negara ini dan sudah selayaknya merekalah yang paling berhak untuk menikmati kesejahteraan dan keadilan dan bukan sebaliknya menjadi obyek serta korban ketidak-adilan. Negaralah dan salah satunya melalui komisi Ombudsman yang seharusnya menjadi pelindung rakyat agar setiap orang terutama masyarakat golongan lemah dan miskin, secara terus menerus tidak menjadi, korban penyalalgunaan wewenang/jabatan. Pengawasan oleh Ombudsman republik Indonesia adalah pengawasan riel, yaitu pengawasan untuk memperoleh pelayanan sebaik-baiknya bagi masyarakat dari aparatur pemerintahan. Masyarakat berhak mengawasi dan menilai apakah mandat yang diberikan kepada pemerintahnya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan bersih serta memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya telah dilaksanakan secara baik atau belum. Penyelenggara Negara, khususnya penyelengara pemerintahan, tanpa disertai kontrol oleh masyarakat, akan cenderung represif dan koruptif sehingga dalam jangka panjang bukan saja merugikan kepentingan masyarakat tapi menempatkan negara kita tetap dalam rangking tertinggi sebagai negara terkorup di dunia. Berkaitan dengan RUU Ombudsman, pertanyaannya adalah bagaimana kita mengupayakan agar Ombudsman Republik Indonesia yang telah kita bentuk sejak tahun 2000 dapat berkembang dengan baik dan efektif dalam melakukan pengawasan ? Efektifitas Ombudsman Republik Indonesia dapat diukur dari kepatuhan birokrasi pemerintahan untuk mengambil tindakan serta memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang merugikan masyarakat. Namun kedudukan Ombudsman Republik Indonesia saat ini dengan dasar pembentukannya melalui Keppres No.44 Tahun 2000 menunjukkan bahwa komisi ini adalah merupakan bagian dari eksekutif, yang diragukan "kehadirannya" dalam rangka mengawasi pemerintah itu sendiri. Oleh sebab itu Fraksi Kebangkitan Bangsa berpandangan bahwa masyarakat sudah sangat mengharapkan kehadiran Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia dan berharap agar RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia ini bisa selesai dalam waktu yang singlcat pembahasannya di Dewan Perwakilan Rakyat. Terkait dengan keberhasilan tugas Ombudsman Nasional dimasa mendatang, pada kesempatan yang baik ini seyogyanya pembahasan RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia segera diikuti dengan Pembahasan RUU tentang Kebebasan Mcmperoleh Informasi. Saudara Pinipinan Sidang, Para Anggota Dewan dan Hadirin yang terhormat.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 24: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Terhadap RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia, maka menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Bahwa Pasal 38 RUU ini yang mengatur laporan berkala dan tahunan Ombudsman

Republik Indonesia kepada DPR dengan tembusan kepada Presiden hendaknya perlu disempurnakan dengan adanya pengaturan tentang mekanisme bagaimana masyarakat memiliki hak untuk memberikan fanggapan dan penilaian terhadap laporan berkala dan tahunan Ombudsman Republik Indonesia. Tidak cukup bahwa masyarakat atau publik hanya mendapat informasi atas semua itu melalui media massa tanpa memiliki hak untuk memberi tanggapan dan penilaian mengingat ide dasar lahirnya Komisi Ombudsman Nasional adalah dalam rangka meningkatkan partisipasi dan kontrol masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2. Bahwa karena ide dasar lahirnya Ombudsman Republik Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan partisipasi dan kontrol masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka perlu pengaturan yang lebih rinci dan detail mengenai mckanisme dan prosedur partisipasi dan kontrol masyarakat didalam RUU Ombudsman ini, agar masyarakat merasa mudah menyampaikan dan mengadukan keluhan-keluhannya atas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah serta tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh eksekutif ataupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk "memandulkan" kinerja Ombudsman Republik Indonesia dikemudian hari, maka PKB berpendapat bahwa Pasal 21 ayat (1) butir c. haruslah dirobah dan disempurnakan, karena dari kalimat "sudah menempuh semua upaya hukum atau upaya administrasi yang tersedia" menjadikan Ombudsman Republik Indonesia belum bisa menindaklanjuti laporan dan atau pengaduan masyarakat karena adanya Pasal 21 ayat (1) butir c ini.

Saudara Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan serta Hadirin yang kami mulyakan, Demikian pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap 2 (dua) Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Rancangan Undang-undang tentang Komisi Ombudsman Nasional Republik Indonesia. Dengan memohon ridlo dan pertolongan Allah SWT, dengan mengueap Bismillahirrahmanirrakhim, Fraksi Kebangkitan Bangsa menyatakan persetujuannya agar kedua RUU ini dapat dijadikan usul inisiatif DPR RI, dan selanjutuya siap melakukan pembahasan di Komisi III DPR RI guna dilakukan perubahan-perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan sebagaimana mestinya. Atas perhatian Saudara Pimpinan, para anggota Dewan, Rekan-Rekan Wartawan dan Hadirin kami ucapkan banyak terimakasih. Mohon ma'af jika segala kekhilafan dan kesalahan. Wallahul Muwaffiq ilaa Aqwamiththorieq. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 14 Juni 2005

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 25: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

TANGGAPAN

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI TERTIADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG MENGENAI

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh Juru Bicara Fraksi PPP DPR-RI:: H. Maiyasyak Johan, SH, MH

Anggota DPR-RI Nomor : A-17 Pada Rapat Paripurna DPR-RI, Selasa 14 Juni 2005

Assalamu'alaikum Wr, Wb. Yang terhormat Pimpinan Sidang. Yang terhormat Rekan-rekan Anggota Dewan. Dan hadirin yang berbahagia. Puji syukur mari kita persembahkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin dan ridha-Nya kita dapat menghadiri Rapat Paripurna Dewan untuk mendengarkan Tanggapan Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia. Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada Rasul Allah penutup zaman, Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya yang tak kenal lelah berjuang mengangkat harkat dan martabat manusia untuk menjadi makhluk yang paripurna dengan menegakan nilai-nilai kebenaran dan, keadilan. Semoga kita sebagai pengilcutnya yang setia dapat mewarisi nilai-nilai perjuangan beliau, serta kelak mendapat syafa'atnya dihari akhir. Sidang dewan yang berbahagia. Diajukannya RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia merupakan salah satu undang-undang yang diperintahkan oleh TAP MPR-RI Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN. Ketetapan MPR ini merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari TAP MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN. Dalam hubungan ini diantara arah kebijakan dimaksud adalah "Merevisi semua peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan korupsi sehingga sinkron dan konsisten satu dengan yang lainnya. Salah satu dari implementasi TAP MPR-RI Nomor VIII/MPR/2001 tersebut adalah lahirnya Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi yang telah mensinkronkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999, walaupun telah diprotes dengan minderheids nota karena tidak memanfaatkan anggota IUKPN yang telah menunjuhkan kinerja yang cukup baik untuk menjadi modal SDM dalam KPR yang akan dibentuk.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 26: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/05/RUU-Ombudsman-Pendapat...dan korupsi makin menyebar Was ke seluruh aspek kehidupan dan sudah masuk ke dalam

www.parlemen.net

Dalam hubungan ini, Ombudsman yang dibentuk dengan Keppres Nomor 44 Tahun 2000 yang dalam RUU tentang Ombudsman RI ini diberikan kesempatan melanjutkan tugasnya dalam Ombudsman RI yang nantinya akan diperkuat oleh Undang-undang. Karena Komisi Ombudsman yang ada sekarang telah pula menunjukkan kinerja yang baik walaupun selama ini telah bekerja hanya atas dasar Keputusan Presiden. Dengan dibentuknya Ombudsman RI melalui RUU ini diharapkan, Pertama, dapat meningkatnan partisipasi masyarakat melakukan kontrol secara terlembaga terhadap kegiatan pemerintahan, sehingga dapat mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean goverment). Kedua, meningkatnya fungsi pelayanan aparat (public service) terhadap berbagai kebutuhan dan tuntutan masyarakat, berarti kinerja pemerintahan berjalan semakin baik, dan kepercayaan masyarakat terhadap aparat terus meningkat. Pimpinan Sidang yang terhormat, Rekan-rekan Anggota Dewan yang terhormat, Dan hadirin sekalian yang berbahagia Akhirnya, berdasarkan catatan dan harapan yang telah kami kemukakan di atas, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahiem, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan memberikan persetujuannya RUU Inisiatif Komisi III DPR-RI Mengenai RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia menjadi RUU Inisiatif DPR-RL Semoga dalam pembahasannya dapat berjalan dengan demokratis, sesuai jadwal dan mengakomodir aspirasi yang berkembang di masyarakat. Demikianlah Tanggapan Fraksi PPP atas RUU Ombudsman RI disampaikan. Atas perhatian dan kesabaran rekan-rekan Anggota Dewan dan saudara-saudara sekalian dalam mendengarkan tanggapan kami, diucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr. Wb.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net