Berbeda pendapat dalam islam
-
Upload
muhammad-hidayat -
Category
Documents
-
view
517 -
download
3
Transcript of Berbeda pendapat dalam islam
MEMAHAMI PERBEDAAN PENDAPAT DALAM ISLAM
IBNU AZIZ FATHONI
/ 3صحيح البخاري - )ج (499ص
ر' إ%ال# د, ال(ع'ص( ل1ي'ن# أ'ح' ال' ي3ص'ي(ظ'ة' ر' ف%ي ب'ن%ي ق3
"Janganlah seseorang shalat Ashar kecuali di (perkampungan) Bani Quraizhah."
[Muttafaqun 'alaih]
ISLAM, tanda tanya?
• Islam itu satu, Allah itu esa, Nabi satu yaitu Muhammad SAW dan sebagai Nabi terakhir, dan Qur'an pun satu, lantas mengapa harus ada banyak perbedaan pendapat?.
• Semestinya jika mau kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis niscaya tidak akan ada lagi perbedaan pendapat itu!
• Muncul sikap curiga dan pesimis … • Jangan-jangan berbeda pendapat karena ada
"pesanan" atau malah "tekanan“ …• Islam tidak kompak … dll
SEBAB-SEBAB PERBEDAAN
• Perbedaan dalam memahami al-Qur'an.• Berbeda dalam memahami dan
memandang kedudukan suatu hadis.• Perbedaan dalam metode ijtihad
Perbedaan dalam memahami al-Qur'an
• Ada sebagian lafaz al-Qur'an yang mengandung lebih dari satu arti (musytarak).
�ة� • ث �ال� ه�ن� ث ف�س� �ن �أ �ص ن� ب ب �ر� �ت �ق�ات� ي م�ط�ل وء� و�ال �ه�ن� ق�ر� �ح�ل! ل و�ال� يح�ام�ه�ن�… ]البقرة/ ر
� �ه� ف�ي أ ل�ق� الل �م ن� م�ا خ� ت �ك ن ي� [228أ
• Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya…
• Sebagian sahabat (Ibnu Mas'ud dan Umar) memandang bahwa manakala perempuan itu sudah mandi dari haidnya yg ketiga, maka baru selesai iddahnya. Zaid bin Tsabit, sahabat nabi yg lain, memandang bahwa dengan datangnya masa haid yang ketiga perempuan itu selesai haidnya (meskipun belum mandi).
• Susunan ayat Al-Qur'an membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat Huruf "fa", "waw", "aw", "illa", "hatta" dan lainnya mengandung banyak fungsi tergantung konteksnya.
• �ه�ر �ش �ع�ة� أ ب ر� !ص� أ ب �ر� �ه�م ت ائ �س� �ون� م�ن ن �ؤ ل �ذ�ين� ي �ل ل
م�وا ف� �ن ع�ز� ح�يمE .و�إ �ه� غ�ف�ورE ر� �ن� الل �ن ف�اء�وا ف�إ إ�يمE ]البقرة/ م�يعE ع�ل �ه� س� �ن� الل ق� ف�إ ، 226الط�ال�
227]• Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan
(lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka ber`azam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
• Sebagian memandang huruf "FA" itu berfungsi "li tartib dzikri" (susunan dalam tutur kata). Sebagian lagi berpendapat bahwa huruf "FA" dalam ayat di atas berfungsi "li tartib haqiqi" (susunan menurut kenyataan). Walhasil kelompok pertama berpendapat bahwa suami setelah 'ila (melakukan sumpah untuk tidak campur dengan isteri), harus campur dengan isteri sebelum empat bulan, kalau sudah lewat empat bulan maka jatuh talak. Kelompok kedua berpendapat bahwa tuntutan supaya campur dengan isteri (untuk menghindari jatuhnya talaq) itu setelah lewat empat bulan.
• Perbedaan memandang lafaz 'am - khas, mujmal-mubayyan, mutlak-muqayyad, dan nasikh-mansukh.
• Dalam hal lafaz ‘am & khas misalnya (belum persoalan mujmal-mubayyan, mutlak-muqayyad, nasikh-mansukh), para ulama berbeda memandang hal tsb dengan beberapa pendekatan sbb:– lafaz umum dan memang maksudnya untuk umum, atau– lafaz umum tetapi maksudnya untuk khusus; dan– lafaz khusus dan memang maksudnya khusus; atau– lafaz khusus tetapi maksudnya umum.
• �ه�م خ�ذ م�ن م و�ال� �ه�ا و�ص�لO أ Oيه�م ب ك �ز� ه�م و�ت �ط�هOر� ص�د�ق�ةS ت
ه�م … ]التوبة/ �ي [103ع�ل• Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka…
• kata "amwal" (harta) akan tetapi tidak semua harta terkena kewajiban zakat (makna umum harta telah dikhususkan kedalam beberapa jenis harta saja)
• Perbedaan dalam memahami lafaz perintah dan larangan. • Ketika ada suatu lafaz berbentuk "amr" (perintah) para ulama
mengambil tiga kemungkinan:– al-aslu fil amri lil wujub (dasar "perintah" itu adalah wajib untuk
dilakukan)– al-aslu fil amri li an-nadab (dasar "perintah" itu adalah sunnah untuk
dilakukan)– al-aslu fil amri lil ibahah (dasar "perintah" itu adalah mubah untuk
dilakukan)
• Contohnya lafaz "kulluu wasyrabuu" (makan dan minumlah) menggunakan bentuk perintah, tetapi yang dimaksud adalah mubah.
• Contoh lain pada lafaz "fankihuu maa thaba lakum minn nisa'" (nikahilah wanita-wanita yg kamu sukai) juga menggunakan bentuk perintah. Nah, para ulama ada yg memandang bahwa itu adalah wajib (mazhab Zhahiri), dan ada yg memandang sunnah (jumhur ulama).
Berbeda dalam memahami dan memandang kedudukan suatu
hadis.• KEDUDUKAN HADIS• Para ulama sepakat bahwa hadis mutawatir itu merupakan hadis yang
paling tinggi kedudukannya. Hadis mutawatir adalah hadis shahih yang diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak mungkin berbohong.
• Masalahnya, para ulama berbeda dalam memahami "orang banyak" itu. Sebagian berpendapat jumlah "orang banyak" itu adalah dua orang, sebagian lagi mengatakan cukup empat orang, yang lain mengatakan lima orang. Pendapat lain mengatakan sepuluh orang. Ada pula yang mengatakan tujuh puluh orang (M. Taqiy al-Hakim, "Usul al-'Ammah li al-Fiqh al-Muqarin, h. 195).
• Begitu pula halnya dalam memandang kedudukan hadis shahih, ulama berbeda dalam menentukan kriteria Adil.
• Juga jika ditemukan dua hadis yang `bertentangan`, atau seolah bertentangan dengan Al Quran, maka ulama juga berbeda mensikapinya.
• MAKNA SUATU HADIS• Hadis Nabi mengatakan, "La nikaha illa biwaliyyin" (tidak nikah melainkan
dengan wali). • Mazhab Hanafi memandang bahwa huruf "la" dalam hadis diatas itu
bukan berarti tidak sah nikahnya namun tidak sempurna nikahnya. Mereka berpandangan bahwa sesuatu perkara yang ditiadakan oleh syara' dengan perantaraan "la nafiyah", haruslah dipandang bahwa yang ditiadakannya itu adalah sempurnanya; bukan sahnya. Sedangkan mazhab Syafi'i berpendapat adanya huruf "la nafiyah" itu menunjukkan tidak sahnya nikah tanpa wali.
• Hal lain lagi : jika suatu perawi meriwayatkan suatu hadis, namun ia sendiri tidak mengamalkan apa yang diriwayatkannya, apakah hadis itu menjadi tidak shahih ataukah hanya perawinya sendiri yang harus disalahkan. Sebagian ulama memandang bahwa hadis itu langsung cacat, sedangkan sebagian lagi memandang bahwa hadisnya tetap shahih hanya perawinya saja yang bersalah karena tidak mengamalkan hadis yang dia riwayatkan sendiri.
Perbedaan dalam metode ijtihad
PENDAPATSAHABAT
Textual nash secara ketat
(Abi Thalib & Bilal)
Pendekatan rasio & pemahaman luas nash(Umar & Ibnu Mas'ud)
TEMPAT TINGGAL
di Madinah (Banyak Sahabat)
Imam Malik bin Anas
Kufah (Sedikit Sahabat)
Imam Abu Hanifah
ALUL HADIS ALUL RO’YI
1.Berpegang pada dalalatul Qur'an Menolak mafhum
mukhalafah Lafz umum itu statusnya
Qat'i selama belum ditakshiskan
Qiraat Syazzah (bacaan Qur'an yang tidak mutawatir) dapat dijadikan dalil
2.Berpegang pada hadis Nabi Hanya menerima hadis
mutawatir dan masyhur (menolak hadis ahad kecuali diriwayatkan oleh ahli fiqh))
Tidak hanya berpegang pada sanad hadis, tetapi juga melihat matan-nya
3.Berpegang pada qaulus shahabi (ucapan atau fatwa sahabat)
4.Berpegang pada Qiyas mendahulukan Qiyas dari
hadis ahad5.Berpegang pada istihsan
1.Nash (Kitabullah dan Sunnah yang mutawatir) zhahir Nash menerima mafhum
mukhalafah2.Berpegang pada amal
perbuatan penduduk Madinah
3.Berpegang pada Hadis ahad (jadi, beliau mendahulukan amal penduduk Madinah daripada hadis ahad)
4.Qaulus shahabi5.Qiyas6.Istihsan7.Mashalih al-Mursalah
1.Qur'an dan Sunnah (artinya, beliau menaruh kedudukan Qur'an dan Sunnah secara sejajar, karena baginya Sunnah itu merupakan wahyu ghairu matluw). Inilah salah satu alasan yang membuat Syafi'i digelari "Nashirus Sunnah". Konsekuensinya, menurut Syafi'i, hukum dalam teks hadis boleh jadi menasakh hukum dalam teks Al-Qur'an dalam kasus tertentu)
2.Ijma'3.Hadis ahad (jadi, Imam Syafi'i
lebih mendahulukan ijma' daripada hadis ahad)
4.Qiyas (berbeda dg Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i mendahulukan hadis ahad daripada Qiyas)
5.Beliau tidak menggunakan fatwa sahabat, istihsan dan amal penduduk Madinah sebagai dasar ijtihadnya
1.An-Nushush (yaitu Qur'an dan hadis. Artinya, beliau mengikuti Imam Syafi'i yang tidak menaruh Hadis dibawah al-Qur'an)• menolak ijma' yang
berlawanan dengan hadis Ahad (kebalikan dari Imam Syafi'i)
• menolak Qiyas yang berlawanan dengan hadis ahad (kebalikan dari Imam Abu Hanifah)
2.Berpegang pada Qaulus shahabi (fatwa sahabat)
3.Ijma'4.Qiyas
Imam Abu Hanifah
Imam Malik bin Anas
Imam Syafi'i Imam Ahmad bin Hanbal
Bedakan masalah yang Qath‘i danZhanni, Ushuly dan faru‘iy
• Imam Asy-Syafi’i berkata: “Perbedaan pendapat ada dua macam: Ada yang diharamkan dan ada yang tidak, yang diharamkan adalah segala hal telah Allah SWT berikan hujjah-NYA baik dalam kitab-kitab-NYA atau melalui lisan nabi-NYA secara jelas dan tegas maka hal ini tidak boleh berbeda pendapat bagi yang mengetahuinya. Maka Allah melarang perbedaan pendapat pada masalah yang telah dijelaskan secara tegas dalam nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.” (Ar-Risalah lisy Syafi’i, hal-560)
• Jaga selalu keikhlasan hati, berprasangka baik, jauhi perdebatan sengit dan berdialoglah dengan agumentatif dan santun.