PENGARUH REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN, … · 2018. 2. 11. · penjelas, pendapat wajar...
Transcript of PENGARUH REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN, … · 2018. 2. 11. · penjelas, pendapat wajar...
PENGARUH REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS,
FINANCIAL DISTRESS DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Pada Perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2014)
NASKAH PUBLIKASI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Akuntansi Falkutas Ekonomi dan Bisnis
oleh :
WIDHY HASTORO BAYU PRASETYO
B 200 120 141
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan
saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 10 Agustus 2016
Yang Menyatakan
WIDHY HASTORO BAYU PRASETYO
B200120141
1
PENGARUH REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS,
FINANCIAL DISTRESS DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Pada Perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2014)
WIDHY HASTORO BAYU PRASETYO
B 200 120 141
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email:
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor, ukuran
perusahaan, likuiditas, financial distress dan opini audit tahun sebelumnya terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Melalui teknik
analisis regresi logistik jumlah sampel dari penelitian ini sebanyak 24 perusahaan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.data yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI yahun 2010-2014.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya
secara signifikan berpengaruh positif pada penerimaan opini audit going concern. Sedangkan
untuk variable reputasi auditor, ukuran perusahaan, likuiditas, dan financial distress tidak
berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci: Reputasi auditor, Ukuran perusahaan, Likuiditas, Financial distress, Opini
Audit Tahun Sebelumnya dan Opini Audit Going Concern.
ABSTRACT
Going concern auditing opinion could become one thing to be considered by the
financial repport users to make decisions before making investment. Going concern
auditing opinion accepted by a company indicates the auditor’s scepticism occurs about
the life sustainability of the company. The purpose of the study is to determine the impact
of audit tenure, growth’s company, opinion shopping and prior year’s opinion on
receiving a going concern audit opinion. This research was conducted at the property and
real estate and consumption industry companies listed in Indonesia Stock Exchange 2010-
2014.
The samples are selected by purposive sampling method. Amount of this sample
research is 33 companies with a purposive sampling method. Data analysis techniques used
in this research is logistic regression analysis.
Based on the result, prove that the prior year’s opinion variables significantly
positive on receiving a going concern audit opinion. As for the variable audit tenure,
growth of the company and opinion shopping where not significantly impact on receiving a
going concern audit opinion.
Keywords: audit tenure, corporate growth, opinion shopping, prior year’s opinion and
Going concern audit opinion.
2
1. PENDAHULUAN
Dalam dunia usaha salah satu tujuan utama dari sebuah keberadaan entitas ketika
didirikan adalah untuk menghasilkan laba yang optimal berdasarkan pada prinsip akuntan
yang berlaku merupakan tujuan jangka panjang perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern. Auditor mempunyai tanggung jawab
untuk menilai apakah terdapat kesangsian terhadap kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui opini audit going concern.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor karena terdapat
keraguan yang besar tentang kemampuan perusahaan untuk terus going concern. opini audit
going concern dapat meliputi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat
tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat selama terkait penjelasan going concern.
Pengeluaran opini audit going concern ini tentu sangat berguna bagi pemegang saham
maupun pengguna laporan keuangan lainnya membutuhkan informasi tentang kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan usahanya melalui opini auditor. Hal ini dikarenakan auditor
independen memiliki akses untuk mengetahui operasi perusahaan dan rencana yang akan
datang. Opini audit going concern membantu investor untuk memutuskan akan berinvestasi
atau tidak ke dalam perusahaan auditee yang terkena opini audit going concern.
2. KAJIAN LITERASI
a. Teori agensi
Teori keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal)
meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal
yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Jika
kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas
mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan
terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen maka prinsipal merancang kontrak
sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak keagenan.
Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan umumnya memiliki
informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan prinsipal
sebagai pemilik perusahaan sehingga menimbulkan terjadinyaasimetri informasi, sehingga,
dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal
dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitori perilaku manajer (agen) apakah sudah
bertindak sesuai dengan peraturan yang ada
Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak
prinsipal (shareholders) dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan
perusahaan Setiawan (2006) dalam Susanto (2009). Auditor melakukan fungsi monitoring
pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah
memberikan opini atas laporan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya. Selain itu,
auditor saat ini juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
3. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hubungan antara reputasi auditor dan opini audit going concern
3
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi
yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Auditor yang bereputasi baik cenderung akan
menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern
perusahaan. Menurut krisdiantuti dan Rasmini (2016) KAP big four dalam memberikan opini
audit going concern lebih berhati-hati karena pihak. KAP ingin memberikan hasil yang
terbaik untuk perusahaan tersebut. Auditor yang berasal dari KAP besar memiliki reputasi
yang baik sehingga kualitas audit dan pemberian opini akan sesuai dengan kondisi
perusahaan.
H1 : Reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Hubungan antara ukuran perusahaan dan opini audit going concern
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan
total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sari (2011) menemukan bukti
bahwa KAP berpengaruh terhadap ukuran perusahaan yang mungkin memberikan fee yang
lebih besar dibandingkan perusahaan yang kecil.Setiap aset yang dimiliki oleh perusahaan
(hasil dari keputusan investasi) mampu mendukung usaha perusahaan dalam memperoleh
penghasilan yang menguntungkan. Laba yang diperoleh pada akhirnya dapat digunakan
untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan merupakan sumber pendanaan bagi
usaha ekspansi perusahaan di masa datang sehingga memiliki sedikit kemungkinan untuk
gagal dalam melangsungkan usahanya.
H2 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Hubungan antara likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern
Kemampuan perusahaan dengan penggunaan aktiva lancar dalam penyelesaian
kewajiban jangka pendeknya ditunjukan dengan likuiditas. Data laporan keuangan yang
berisi kewajiban dan aktiva lancar ini bisa saja di manipulasi oleh pihak agen yang
hanya focus untuk kepentingannya saja. Sehingga jika data tersebut dimanipulasi maka
hasilnya pun akan tidak sesuai dengan kondisi keuangan dan investor akan dalam
pengambilan keputusan investasinya. Dalam penelitian sebelumnya, Kristiana (2012)
menemukan bukti bahwa semakin besar likuiditas maka perusahaan dinilai mampu untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga auditor tidak memiliki keraguan terhadap
kelangsungan hidup perusahaan.
H3 : Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Hubungan antara financial distress terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Financial distress merupakan faktor perusahaan yang banyak dipakai untuk
memprediksi going concern atau keberlangsungan hidup perusahaan dan kebangkrutan yang
akan terjadi. Dewayanto (2011) menemukan bukti bahwa semakin baik kondisi keuangan
perusahaan maka semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit
going concern. Seorang auditor akan sangat memperhatikan kondisi keuangan perusahaan
dalam menerbitkan opini audit going concern. Perusahaan yang tidak mempunyai
permasalahan yang serius kemungkinan besar tidak akan menerima opini audit going
concern. Berbeda dengan perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan secara terus-
4
menerus yang mengakibatkan nilai rasio Z Score rendah sehingga akan berpeluang besar
untuk menerima opini audit going concern.
H4 : financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Hubungan antara opini audit going concern dan penerimaan opini audit going
concern.
Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan
dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan
bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Perusahaan
yang bermasalah akan mengalami permasalahan seperti, hilangnya kepercayaan publik
sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk mengatasi kesulitan yang
ada. Santoso dan Wedari (2008) menemukan bukti bahwa pada perusahaan yang mengalami
peningkatan kondisi keuangan auditor yang semula memberikan ke opini audit going concern
mengubah opini yang diberikan ditahun berikutnya menjadi tidak memberikan opini going
concern.
H5 : opini audit tahun sebelumnyaberpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern
4. METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014. Jumlah perusahaan yang mempengaruhi kriteria
untuk menjadi sampel dalam penelitian ini yang ditentukan dengan metode purposive
sampling adalah 24 perusahaan. Data yang digunakan berupa anual report, laporan keuangan
tahunan dan laporan auditor independen.
4.1 Variabel dependen
Opini audit going concern
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam
pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas
kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya di masa mendatang. Opini
audit going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern
diberi kode 1, apabila auditor menemukan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
suatu perusahaan dengan menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan pernyatan tidak
memberikan pendapat. Sedangkan, opini audit non going concern diberi kode 0, apabila
auditor tidak menemukan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan
dengan menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.
4.2 Variabel Independen
Reputasi auditor
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Dimana KAP yang
mengaudit laporan keuangan perusahaan dinilai berdasarkan reputasi KAP tersebut. Peneliti
memberikan nilai 1 jika KAP tersebut termasuk dalam the big four, dan 0 jika tidak termasuk
dalam big four accounting firm. Dimana yang termasuk dalam kategori KAP The Big Four,
yaitu:
5
1). KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja dan KAP KAP Purwantono, Suherman &
Surja -- affiliate of Ernst & Young.
2). KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Deloitte.
3). KAP Sidharta, dan Widjaja – affiliate of KPMG.
4). KAP Haryanto Sahari & Rekan dan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan – affiliate
of Price Waterhouse Cooper (PwC).
Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar, menengah atau
kecilnya perusahaan sampel. Pengukuran variabel diukur melalui natural logaritma dari total
asset ( Ln total aktiva ). Karena total asset perusahaan bernilai milyaran rupiah maka hal ini
disederhanakan dengan mentransformaikan ke dalam logaritma natural.
UP = LogNatural (Nilai Buku Total Aset Pada Akhir Periode)
Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di
dalam memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo segera (kewajiban jangka pendek).
Sebagai parameter dari rasio likuiditas, penulis menggunakan Current Ratio yang
dirumuskan sebagai berikut :
Current Ratio : Aktiva lancar
Hutang lancer
Financial distress
Financial distress diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Revised
Altman, yang terkenal dengan istilah Z score. Z score yang merupakan suatu formula yang
dikembangkan oleh Altman untuk pendeteksi kebangkrutan perusahaan pada beberapa
perioda sebelum terjadinya kebangkrutan formulanya adalah :
Z’ = 0.717Z1 +0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4+ 0.998Z5
Dalam hal ini :
Z1 = net working capital / total asset
Z2 = retained earnings / total asset
Z3 = earning before interest and taxes / total asset
Z4 = book value of equity/ book value of debt
Z5 =sales/total asset
Opini audit tahun sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh
auditee pada tahun sebelumnya, yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu
diberikan kode 1 apabila auditee menerima mendapat opini audit going concern pada tahun
6
sebelumnya. Sedangkan, apabila auditee menerima tidak menerima opini audit going concern
pada hasil audit tahun sebelumnya diberikan kode 0.
5. Metode analisis data
Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Logistik. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logistic
regression) yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara kontinyu (metrik) dan
kategorikal (non metrik) Regresi Logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya).
Persamaan model regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Log
= α + β1RA + β2SIZE + β3LKD +β4FD + β5OTS + e
Keterangan :
DGC = Variabel Dummy opini audit,
α = Konstanta
β1 – β5 = Koefisien Regresi
RA = Reputasi Auditor
SIZE = Ukuran perusahaan
LKD = Likuiditas
FD = Finansial distress
DPO = Opini audit tahun sebelumnya ( Varisbel dummy, 1 jika
mendapatkan opini audit going concern pada tahun
sebelumnya, 0 jika tidak mendapatkan opini audit going
concern pada tahun sebelumnya)
e = Kesalahan Residual
6. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif diperoleh nilai minimum reputasi
auditor adalah 0,000; nilai maksimum adalah 1,00;standart deviasi adalah 0,45644 dan rata
rata adalah 0,2917; Sehingga dapat diketahui bahwa rata rata perusahaan sector manufaktur
di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 mendapatkan opini going concern oleh auditor
yang besar.variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 23,08; nilai
maksimum adalah 30,79; standar deviasi adalah 1,35474 dan rata-rata adalah 27,6768;
sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata perusahaan sector manufaktur di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2014 merupakan perusahaan sampel dalam penelitian lebih banyak
yang ukuranya tergolong besar. Variabel likuiditas memiliki nilai minimum likuiditas sebesar
0,11; nilai maksimum adalah 464,98; standart deviasi adalah 47,73879 dan rata rata adalah
7,5681 ; sehingga dapat diketahui rata rata perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2014 berada dalam keadaan likuid. Variabel finansial distress memiliki
nilai minimum pertumbuhan perusahaan perusahaan adalah -2,66; nilai maksimum sebesar
13,10; standar deviasi adalah 2,00334 dan rata-rata adalah 2,0839; sehingga dapat diketahui
7
bahwa rata-rata perusahaan sector manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014
merupakan perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan.variabel opini audit going
concern memiliki nilai minimum sebesar 0,00; nilai maksimum adalah 1,00; standar deviasi
adalah 0,21886 dan rata-rata adalah ; 2,0839, sehingga dapat diketahui bahwa 20,8 %
perusahaan sektor manfaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2014 menerima opini audit going concern.
Variabel B Wald Sig
Reputasi auditor
Ukuran perusahaan
Likuiditas
Financial distress
Opini tahun sebelumnya
-20,701
1,461
-1,287
-1,278
2,982
0,000
2,917
1,258
2,305
5,892
0,997
0,088
0,262
0,129
0,015
Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien 1 adalah -20,207 dengan parameter
negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin terjadi peningkatan pada Reputasi auditor,
maka potensi terjadinya opini audit going concern semakin menurun. Nilai koefisien 2
adalah sebesar 1,461 dengan parameter positif, hal ini menunjukkan bahwa semakin terjadi
peningkatan pada ukuran perusahaan, maka potensi perusahaan menerima opini audit going
concern akan semakin meningkat.
Nilai koefisien 3 adalah sebesar -1,287 dengan parameter negatif, hal ini
menunjukkan bahwa semakin terjadi peningkatan pada likuiditas, maka potensi perusahaan
menerima opini audit going concern akan semakin menurun. Nilai koefisien 4 adalah
sebesar -1,278 dengan parameter negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin terjadi
peningkatan pada financial distress, maka potensi perusahaan menerima opini audit going
concern akan semakin mengalami penurunan. Nilai koefisien 5 adalah 2,982 dengan
parameter positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila pada tahun sebelumnya perusahaan
mendapatkan opini audit going concern, maka potensi perusahaan menerima opini audit
going concern akan semakin meningkat.
7. PEMBAHASAN
Pengaruh reputasi auditor terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Berdasarkan analisis di atas nilai Wald untuk variabel reputasi auditor sebesar 0,000
dengan signifikansi 0,997, lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini berarti reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Jadi semakin baik reputasi KAP
belum tentu mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan klien yang mengalami
masalah keuangan. Tidak berpengaruhnya reputasi auditor terhadap opini audit going
concern ini dimungkinkan Hal ini dikarenakan sikap obyektif harus dimiliki oleh setiap
auditor tanpa melihat auditor tersebut bekerja pada big four maupun non big four. Justru
reputasi KAP akan menjadi tidak baik bila tidak dapat memberikan opini yang
seharusnya terhadap laporan keuangan yang diaudit.
8
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern
Berdasarkan analisis di atas nilai Wald untuk variabel ukuran perusahaan sebesar
2,917 dengan signifikansi 0,88, lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini berarti bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, hal ini
dikarenakan auditor bersikap objektif dalam memberikan opini auditor going concern tidak
hanya melihat dari besar kecilnya perusahaan, melainkan cenderung lebih melihat kondisi
perusahaan secara keseluruhan. Selain itu perusahaan besar dengan total aktiva yang besar
juga belum tentu dapat meningkatkan saldo labanya, dari pengamatan ada beberapa
perusahaan dengan total aktiva besar tetapi mengalami saldo laba negatif dalam beberapa
tahun.
Pengaruh likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern
Berdasarkan analisis di atas nilai Wald untuk variabel likuiditas sebesar 1,258 dengan
signifikansi 0,262, lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini berarti bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Perusahaan yang memiliki nilai
likuiditas yang besar belum tentu dapat menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya,
sehingga auditor memiliki keraguan dalam memberi opini audit going concern. Hal ini
disebabkan karena auditor tidak hanya melihat kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, tetapi melihat kemampuan perusahaan secara keseluruhan.
Pengaruh Financial distress terhadap penerimaan opini audit going concern
Berdasarkan analisis di atas nilai Wald untuk variabel financial distress sebesar 2,305
dengan signifikansi 0,129, lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini berarti financial distress tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.Dalam penelitian ini kondisi
financial distress tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern oleh
auditor disebabkan karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas auditee
memiliki financial distress yang rendah atau digolongkan kedalam perusahaan bangkrut
namun terdapat beberapa auditee diantaranya yang justru tidak mendapatkan opini audit
going concern dan terdapat auditee yang memiliki kondisi keuangan yang tinggi atau
dikategorikan sehat tetapi mendapatkan opini audit going concern sehingga memperjelas
hasil penelitian ini bahwa kondisi keuangan tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
pemberian opini audit going concern. Alasan kedua, financial distress yang tinggi belum
tentu menjamin bahwa auditor tidak akan memberikan opini audit going concern karena
meskipun financial distress perusahaan tinggi apabila terdapat hal-hal atau kondisi lain yang
jika dipertimbangkan oleh auditor menimbulkan keraguan mengenai kelangsungan hidup
perusahaan maka auditor akan menerbitkan opini audit going concern.
Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going
concern
Berdasarkan analisis di atas nilai Wald untuk variabel opini tahun sebelumnya sebesar
5,892 dengan signifikansi 0,015, lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini berarti opini tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Auditee yang
menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah
kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk
mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam
Dewayanto (2011) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini
audit going concern, dengan menggunakan discriminant analysis yang memasukkan tipe
opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi paling tinggi, yaitu 89,9%.
9
Apabila tahun sebelumnya perusahaan mendapat opini audit going concern, maka tahun
berikutnya kemungkinan auditor memberi opini audit going concern akan lebih besar
8. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Ardiyos. (2010). Kamus Besar Akuntansi. Jakarta: Citra Harta Prima.
Arens, Alvin A., dan James K. Lobbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu (Auditing
An Integrated Approach), Jilid 1. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Carcello, J.V and Neal, T.L. 2000. Audit commitee Composition and Auditor Reporting. The
Accounting Review. Volume 75 No. 4. 453-467
DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting
and Economics. Vol. 3: 183-199.
Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Vol. 6. No. : 81-104.
Endri. 2009. Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola perubahan
lingkungan bisnis. Analisis model Altman Z -Score. Perbanas Quarterly Review. Vol.
2, No. 1. Maret 2009.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ikatan Akuntan Indonesia Tahun 2011. Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Satuan
Usaha Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya, PSA No. 30, Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta: Salemba Empat.
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono, 2010, Faktor Non Keuagan pada Opini Going Concern, SNA
XIII, Purwokerto.
Kartika,Andi. 2012. Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan
Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, vol 1 No 1. Mei 2012, Hal 25-40
Krissdiantuti, Monica dan Rasmini, NI Ketut 2016. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Opini
Audit Going Concern. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 2303-1018.
Vol.14. 1 januari 2016: 451-481
Kristiana,Ira 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berkala ilmiah mahasiswa akuntansi, Vol.1,
No.1, Januari 2012
Mulyadi.(2002). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
10
Praptitorini, M. D., dan Januarti I. 2007. Analisis Pengaruh kualitas audit, debt default dan
opinion shopping terhadap penerimaan opini going concern. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makasar.
Praptitorini, M. D., dan Januarti I. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default,
dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia.Volume 8 – No.1. Hal 78-93.
Rahayu, Ayu Wilujeng dan Pratiwi, Caecilia Widi 2011. Pengaruh Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage dan Reputasi Auditor Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern.Vol. 4 oktober 2011, ISSN: 1858-2559
Rahman, Abdul., dan Baldric Siregar. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi
15 Banjarmasin
Ramadhany Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial
Distries di Bursa Efek Jakarta. Tesis Strata-2. Program Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro. Semarang
Ross, Westerfield, Jaffe. 2005. Corporate Finance. McGraw-Hill, Irwin.
Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2008. Opini Audit Going Concern:
Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,
Leverage, dan Reputasi Auditor
Santosa, Arga Fajar dan Linda K, Wedari. 2007. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI, Vol. 11, No. 2,
Desember 2007:141-158.
Sari, Mardiyah Ria dan Soetikno, Idjang (2010). Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Going Concern.
Setiawan, Santy. 2006 Jurnal opini going concern dan prediksi kebangkrutan perusahaan.
Ilmiah Akuntansi Volume V No. 1, Mei 2006. 59-67.
Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit
Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol.11, No.3, Desember : 155-173. STIE Trisakti.
Warnida. 2011. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going
Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di BEI). Jurnal Akuntansi &
Manajemen, vol 6, no 1, 30-43.
Wulandari, Soliyah 2014, Analisis Faktor Faktor Yang mempengaruhi Auditor Dalam
Memberikan Opini Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
6.3 (2014) : 531-558.