PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf...

27
www.parlemen.net PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Dibacakan oleh : Arbab Paproeka, SH. No. Anggota : A.-184. ASSALAAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH, SAUDARA PIMPINAN SIDANG YANG KAMI HORMATI, PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI, Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, kami mengajak kepada kita semua yang hadir pada forum yang mulia ini untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanahkan rakyat. Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan Yang Kami hormati, Bagi sebagian masyarakat Indonesia, hukum dirasakan belum memberikan rasa keadilan, kesetaraan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia khususnya terhadap masyarakat kecil dan tidak mampu. Penegakan hukum dan kepastian hukum masih melihat status sosial seseorang, demikian pula pelaksanaan putusan pengadilan seringkali hanya memihak pada pihak yang kuat. Hukum dalam pengadilan hanya sekedar diberlakukan sebagai aturan-aturan tertulis yang sangat Ionggar penafsiran tergantung dari hakim yang memeriksa serta siapa yang menjadi terdakwa dalam suatu perkara. Pengadilan nyaris tanpa kepastian hukum karena penafsiran aturan yang bisa bias karena berbagaii faktor diluar hukum. Dalam sebuah proses peradilan pidana, salah satu alat bukti untuk memperoleh kebenaran materiil adalah saksi. Saksi pada dasarnya adalah seseorang yang cakap bertindak dimuka hukum yang mempunyai pengetahuan sendiri berdasarkan apa yang dialaminya, dilihatnya, dan/atau didengarnya berkenaan dengan dugaan terjadinya suatu tindak pidana. Saksi diharapkan dapat menjelaskan rangkaian kejadian yang berkaitan dengan sebuah peristiwa yang menjadi obyek pemeriksaan di muka persidangan, sehingga dapat membantu Hakim dalam merumuskan unsur-unsur pidana yang terjadi dan selanjutnya menjatuhkan putusan yang adil dan obyektif berdasarkan fakta-fakta hukum. Pada saat memberikan keterangannya, saksi harus dapat memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Karena pada hakekatnya seorang terdakwa dinyatakan bersalah atau tidak bersalah sangat tergantung dari seberapa besar penuntut umum dapat membuktikan dakwaannya di depan persidangan, dan untuk itu alat bukti yang sangat menentukan adalah keterangan saksi. Secara demikian, saksi harus mendapat jaminan untuk bebas memberikan keterangan, jaminan akan rasa aman karena perlindungan yang diberikan oleh negara bagi diri dan Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Transcript of PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf...

Page 1: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Dibacakan oleh : Arbab Paproeka, SH. No. Anggota : A.-184. ASSALAAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH, SAUDARA PIMPINAN SIDANG YANG KAMI HORMATI, PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI,

Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, kami mengajak kepada kita semua yang hadir pada forum yang mulia ini untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanahkan rakyat. Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan Yang Kami hormati,

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, hukum dirasakan belum memberikan rasa keadilan, kesetaraan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia khususnya terhadap masyarakat kecil dan tidak mampu. Penegakan hukum dan kepastian hukum masih melihat status sosial seseorang, demikian pula pelaksanaan putusan pengadilan seringkali hanya memihak pada pihak yang kuat. Hukum dalam pengadilan hanya sekedar diberlakukan sebagai aturan-aturan tertulis yang sangat Ionggar penafsiran tergantung dari hakim yang memeriksa serta siapa yang menjadi terdakwa dalam suatu perkara. Pengadilan nyaris tanpa kepastian hukum karena penafsiran aturan yang bisa bias karena berbagaii faktor diluar hukum.

Dalam sebuah proses peradilan pidana, salah satu alat bukti untuk memperoleh kebenaran materiil adalah saksi. Saksi pada dasarnya adalah seseorang yang cakap bertindak dimuka hukum yang mempunyai pengetahuan sendiri berdasarkan apa yang dialaminya, dilihatnya, dan/atau didengarnya berkenaan dengan dugaan terjadinya suatu tindak pidana. Saksi diharapkan dapat menjelaskan rangkaian kejadian yang berkaitan dengan sebuah peristiwa yang menjadi obyek pemeriksaan di muka persidangan, sehingga dapat membantu Hakim dalam merumuskan unsur-unsur pidana yang terjadi dan selanjutnya menjatuhkan putusan yang adil dan obyektif berdasarkan fakta-fakta hukum.

Pada saat memberikan keterangannya, saksi harus dapat memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Karena pada hakekatnya seorang terdakwa dinyatakan bersalah atau tidak bersalah sangat tergantung dari seberapa besar penuntut umum dapat membuktikan dakwaannya di depan persidangan, dan untuk itu alat bukti yang sangat menentukan adalah keterangan saksi.

Secara demikian, saksi harus mendapat jaminan untuk bebas memberikan keterangan, jaminan akan rasa aman karena perlindungan yang diberikan oleh negara bagi diri dan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 2: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

keluarganya, sebelum, selama dan setelah pengadilan menjatuhkan putusan. Saksi tidak boleh ragu-ragu menjelaskan peristiwa sebenarnya, dan harus terbebas dari rasa takut atau khawatir akan dampak dari keterangan yang diberikan.

Selama ini, tidak sedikit kasus-kasus seperti kejahatan korupsi atau kejahatan narkoba yang melibatkan sebuah sindikat, atau kasus-kasus kekerasan berbasis gender menjadi contoh kasus yang seringkali tidak dapat diproses karena tidak ada saksi yang mau dan berani memberikan keterangan yang sebenarnya. Akibatnya dalam banyak kasus, kita sangat sulit menemukan proses peradilan yang bersih dan jujur serta memenuhi rasa keadilan, tetapi justru sering terjadi adalah pelanggaran hak-hak asasi individual, menetapkan seseorang sebagai tersangka dan harus bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.

Acapkali kita menemukan perbuatan pidana yang hanya ada korban sementara pelaku dalam berbagai perannya tidak ditemukan; aparat hukum sulit menemukan jejak pelaku dan terasa cukup menutupi kelemahan profesionalitas penyelidikan serta penyidikan dengan bersembunyi dibalik argumentasi "tidak ada yang bersedia menjadi saksi" , terkadang, ditambah argumentasi bahwa karena tidak ada Undang-Undang Perlindungan saksi

Dengan demikian, mekanisme perlindungan saksi dan korban menjadi sangat penting untuk menjamin diperolehnya kebenaran»materiil sekaligus untuk memenuhi rasa keadilan bagi semua, termasuk bagi saksi dan keluarganya serta korban dan/atau pihak lain yang terkait. Saudara pimpinan dan para anggota Dewan yang kami hormati,

Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan beberapa pendapat terhadap Rancangan Undang-undang Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, sebagai berikut

Pertama, arti penting Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban. Adanya Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban merupakan suatu keharusan

yang wajib dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah. Undang-undang ini merupakan bagian dari beberapa undang-undang yang terkait dalam proses pemberantasan korupsi. Selama ini, pengaturan masalah perlindungan saksi dan korban diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomer 2 tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan Saksi dan Korban Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat. Ketentuan dalam PP tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yaitu; pertama, dalam pendekatan hirarkhis perundang-undangan, kedudukan hukum yang terkandung di dalamnya lemah karena berada di bawah Undang-undang; kedua, materinya hanya menyangkut masalah saksi dalam mekanisme peradilan; ketiga, materinya terbatas pada masalah perlindungan saksi dan korban pelanggaran HAM yang berat.

Fraksi PAN menegaskan agar Undang-undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban dapat mengatasi kelemahan tersebut dan sekaligus mendukung pemberantasan korupsi dalam rangka mewujudkan clean government dan good governance.

Kedua, dua komponen penting perlindungan saksi dan korban Perlindungan saksi dan korban terdapat dua komponen penting, yaitu perlindungan saksi

dan korban dan pelembagaan dari perlindungan saksi dan korban. Pengaturan perlindungan saksi dan korban hendaknya tidak boleh memutuskan saksi dan korban dalam kehidupan sosialnya, akan tetapi justru menjadi kerangka normatif dan politis terhadap saksi dan korban untuk bisa memberikan penjelasan sebagaimana mestinya.

Ketiga, penghormatan terhadap hak-hak individu Pemberian perlindungan kepada saksi dan korban hendaknya diberikan secara

proporsional dan tidak terialu berlebihan, karena dengan adanya perlindungan saksi dan korban yang berlebihan, justru akan bertentangan dengan kebutuhan saksi dan korban yang pada gilirannya nanti akan menempatkan saksi dan korban pada wilayah kehidupan yang kaku dan tidak memiliki kebebasan untuk mengemukakan keteranan yang sebenar-benarnya.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 3: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Keempat, perlindungan saksi dan korban harus ditempatkan sebagai suatu kebijakan

yang otomatis diberikan oleh aparat penegak hukum dan tidak boleh ditempatkan sebagai sesuatu yang voluntary atau perlindungan saksi dan korban atas permintaan korban dan saksi. Aspek perlindungan yang diberikan kepada saksi dan korban yang diberikan atas permintaan yang bersangkutan, hanya menyangkut masalah model dan bentuk perlindungan, karena pihak saksi dan korban-lah yang mengetahui bentuk-bentuk perlindungan yang diharapkan.

Kelima, efektivitas perlindungan saksl dan korban Untuk menjamin efektivitas perlindungan saksi dan korban, dalam RUU inii hendaknya

juga memberikan alokasi dana yang memadai untuk memberikan perlindungan saksi dan korban. Adanya kesulitan untuk menghadirkan saksi-saksi karena tempatnya yang berjauhan dan terhalang persoalan keterbatasan dana hendaknya dapat diantisipasi dalam Undang-undang ini, karena tanpa kehadiran saksi mata atau saksi korban yang bisa menjadi kunci terungkapnya persoalan yang sebenarnya, hakim akan menghadapi kesulitan untuk memberikan putusan yang sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, karena terbatasnya informasi yang dimiliki. Untuk itu, dalam rangka memenuhi rasa keadilan masyarakat, hakim harus mendapatkan keterangan yang utuh dari para saksi dan korban tanpa harus menghadapi kendala-kendala teknis termasuk persoalan dana. Selain itu, Ketentuan dalam RUU harus betul-betul memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk menegakkan hukum dan menempatkan perlindungan saksi dan korban dalam konteks sosial secara keseluruhan dan jangan sampai masalah perlindungan saksi dan korban sebagai problem hukum semata.

Diharapkan pula bahwa dengan adanya undang-undang perlindungan saksi, ada ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan posis saksi dalam pemahaman yang lebih apresiatif dari negara terhadap posisi saksi dalam kasus yang boleh jadi, saksi adalah sesungguhnya juga menjadi tersangka. Pengaturan ini menjadi begitu pentingan mengingat karakteristik perbuatan pidana tertentu hanya bisa terjadi manakala dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa pelaku.

Adalah sangat sulit mengharapkan seorang saksi memberikan keterangan yang sebenarnya manakala dengan keterangannya itu posisinya menajadi semakin terpojok dalam jerat hukum yang dialaminya. Sebaliknya manakala ada perangkat hukum yang jelas, yang memberi apresiasi atas kejujuran seorang saksi dalam mengungkap suatu perbuatan pidana dan karena kejujurannya itu ia terbebas dari posisi sebagai tersangka dan/atau terdakwa maka akan menjadi sangat mudah bagi aparat penegak hukum untuk menjerat para pelaku kejahatan teramasuk dalam hal ini pelaku korupsi yang sangat sulit tersentuh hukum.

Dalam upaya pemberantasan korupsi dan kejahatan jaringan mafia narkoba, boleh jadi akan sangat mudah terungkap oleh aparat penagak hukum manakala Undang-Undang Perlindungan saksi dan Korban dapat mengatur perlindungan saksi tidak saja dari aspek adanya jaminan rasa aman tetapi juga memberi apresiasi dalam kedudukan hukum seorang saksi berkenaan kasus yang tengah dihadapi. Hanya dengan demikian, sasaran yang diinginkan oleh kebanyakan orang tentang perlu adanya undang-Undang Perlindungan saksi dan Korban dapat memenuhi harapan; dan agar tidak lagi ada argumentasi dari aparat penegak hukum yang gagal mengungkap suatu kasus pidana karena sebenarnya kurang dan atau tidak profesional, bersembunyi pada alasan karena tidak ada yang bersedia menjadi saksi. SAUDARA PIMPINAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI,

Demikian Pendapat Fraksi Partai Amanat Nasional terhadap Usul Inisiatif Anggota DPR-RI mengenai Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim seraya mengharapkan ridlo Allah SWT, Fraksi Partai Amanat Nasional menyetujui Rancangan Undang-undang tersebut untuk dijadikan Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR. Dan selanjutnya mengusulkan pembahasannya diserahkan pada Komisi III sesuai dengan pembidangan serta mitra kerjanya.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 4: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Wabillahi taufik walhidayah. Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 5: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI

TERHADAP 2 (DUA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG

USUL INISIATIF ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TENTANG OMBUDSMAN

DAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN -------------------------------------------------------

disampaikan oleh H. NURSYAMSI NURLAN, SH - Anggota No.A-03

Bismillahirrohmaanirrohim Assalamu'alaikum Wr. Wb. Saudara ketua, Saudara Wakil-wakil Ketua, serta para Anggota Dewan Yth.

Dengan senantiasa mengharapkan limpahan Taufik dan Hidayah dari Allah swt, izinkan pula kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan sidang yang telah memberikan kesempatan kepada kami dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi untuk menyampaikan pendapat melalui forum yang terhormat ini atas 2 (dua) Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota DPR-RI yaitu, pertanzd tentang Ombudsman dan kedua tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 1. Pendapat Tentang RUU Ombudsman

Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional melalui Pasal 4 huruf d, menyatakan bahwa salah satu tugas Komisi Ombudsman Nasional adalah mempersiapkan konsep Rancangan-Undang-undang. tentang Ombudsman. Agar Ombudsman Nasional dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, tentunya kita perlu menimba pengalaman-pengalarnan positif dari berbagai negara yang telah memiliki Ombudsman. Sejak berdirinya Ombudsman pertama pada tahun 1809 di Swedia, lembaga ini telah berkembang begitu pesat sehingga kini lebih dari seratus negara telah memiliki Ombudsman dengan berbagai nama, kewenangan serta struktur yang berbeda-beda.

Seperti halnya di negara-negara lain, lembaga Ombudsman yang akan dibentuk berdasarkan Rancangan Undang-Undang ini hendaknya diberi kewenangan memeriksa semua kejanggalan administratif atau pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur negara maupun lembaga peradilan. Dengan demikian Ombudsman secara efektif dapat mengupayakan pembersihan dan peningkatan efektivitas, baik terhadap aparatur negara dan pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan.

Berbeda dengan lembaga yudikatif, lembaga Ombudsman tidak berwenang mengadili atau mengeluarkan putusan yang mengikat secara hukum (legally binding). Ombudsman hanya dapat menerima keluhan dari pihak yang merasa dirinya dilecehkan oleh pejabat pemerintah atau lembaga peradilan, atau diperlakukan secara tidak patut, atau tidak mendapatkan pelayanan yang sernestinya dari instansi yang wajib memberikan pelayanan, atau is diperlakukan secara melawan hukum oleh instansi pemerintah atau lembaga peradilan.

Lembaga Ombudsman juga dapat meminta klarifikasi secara tertulis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada instansi-instansi yang bersangkutan yang oleh Ombudsman dianggap penting untuk dapat menyelesaikan segala keluhan yang dihadapinya dan mengirim

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 6: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

rekomendasi mengenai langkah atau tindak lanjut yang perlu diambil oleh pejabat instansi yang berkaitan dengan kasus yang sedang diperiksa.

Oleh karena itu, pemeriksaan perkara oleh Ombudsman tidak hanya bersifat yuridis, apalagi sekedar bersifat yuridis-formal berdasarkan rumusan peraturan perundang-undangan saja, akan tetapi lebih pada meneliti aspek kewajaran, keseimbangan serta ketelitian pejabat pemerintah atau lembaga peradilan, sehingga diharapkan proses ini menghasilkan aparat pemerintahan yang tidak hanya melayani masyarakat secara efektif, efisien, adil dan bersih (good governance), tetapi juga bersifat ramah, demokratis dan santun sesuai dengan kehidupan yang diharapkan di dalam negara yang demokratis yang menjunjung tinggi supremasi hukum. 2. Pendapat Tentang RUU Perlindunngan Saksi dan Korban. Saudara ketua, Saudara Wakil-wakil Ketua, serta para Anggota Dewan Yth.

Pada beberapa negara maju telah diberlakukan ketentuan mengenai perlindungan saksi dan korban, tidak saja dalam perkara pelanggaran hak asasi manusia, tetapi juga dalam perkara pidana. Di Indonesia belum ada ketentuan perundang-undangan yang memberikan perlindungan kepadaa saksi dan korban. Yang baru ada adalah perlindungan saksi dan korban dalam perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat sebagaimana diatur dalam Pasal 34 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM Berat.

Mengenai saksi - yang mungkin juga berstatus sebagai korban¬sebenarnya telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, yaitu dalam Pasal 1 butir 26, Pasa198, Pasal 117 ayat (1), Pasal 118, Pasal 159 ayat (2), Pasal 166, Pasal 177, Pasal 178 dan Pasal 184. Akan tetapi bentuk perlindungan apa yang dapat diberikan kepada saksi (saksi korban) dalam proses peradilan belum diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Menurut UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, pada prinsipnya memberikan kesaksian merupakan kewajiban hukum bagi setiap warga negara dalam membela kepentingan umum (Penjelasan ayat (2) Pasal 159 KUHAP), dan saksi merupakan salah satu alat bukti yang penting (Pasal 184 KUHAP), sehingga diharapkan pada saat memberikan kesaksiannya, seorang saksi (saksi korban) harus memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Untuk itu dalam menghadapi proses peradilan harus diupayakan : 1. memberikan rasa aman kepada saksi (saksi korban) dan bebas dari segala bentuk

ancaman (fear of threat) serta intimidasi dari pihak lain, baik pada tingkat penyidikan (Pasal 117 ayat (1) KUHAP) maupun pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan (Pasal 173 KUHAP);

2. menenamkan kepercayaan kepada saksi (saksi korban) bahwa pengadilan adalah lembaga yang berwibawa dan dapat dipercaya, seerta mampu memberikan perlindungan, baik sebelum, pada saat maupun setelah memberikan kesaksian. Jika kedua pendekatan di atas diterapkan dalam proses peradilan, maka peran saksi

akan sangat membantu, baik pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan akan menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam menjalankan tugasnya menjatuhkan putusan yang adil dan objektif, karena didasarkan pada keterangan-keterangan yang sesungguhnya yang dialami oleh. saksi (saksi korban) dan fakta-fakta hukum yang benar.

Di samping sebagai salah satu alat bukti, saksi - yang mungkin berstatus sebagai korban akan berperan pula sebagai pengerak utama dalam sistern peradilan pidana (criminal justice system). Dengan adanya laporan/pengaduan dari saksi (saksi korban) akan dapat menggambarkan kuantitas dan kualitas kejahatan secara keseluruhan melalui statistik kejahatan. Sebaliknya, keengganan saksi (saksi korban) untuk melaporkan setiap bentuk kejahatan yang terjadi akan menyebabkan "the dark number of crime" akan semakin tinggi dan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 7: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

hal itu merupakan kendala yang cukup menyulitkan untuk melakukan strategi pencegahan kejahatan (prevention of crime). Saudara ketua, Saudara Wakil-wakil Ketua, serta para Anggota Dewan Yth.

Dari uraian yang kami kemukakan di atas mengenai pendapat terhadap dua Rancangan Undang-Undang di atas, dengan ini kami menyampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dengan tetap memperhatikan pentingnya membentuk pemerintahan yang bersih dan

berwibawa, pembahasan tentang konsep regulasi untuk pembentukkan Ombudsman sudah sangat mendesak dan dibutuhkan.

2. Kamipun menyadari perlunya perlindungan terhadap saksi dan korban yang dituangkan dalam peraturan perundangan sebagai bahagian dari perlindungan hak asasi manusia, dan sekaligus sebagai upaya untuk mewujudkan peradilan yang bersih dan berwibawa. Oleh karenanya, melalui forum yang terhormat ini kami dari Fraksi Bintang Pelopor

Demoki:asi menyatakan mendukung dan menyetujui kedua, RUU Usul Inisiatif Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Ombudsman dan Perlindungan Saksi dan Korban.

Demikian pendapat dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi, semoga Allah swt akan senantiasa memberkahi rencana yang mulia ini. Kamipun tak lupa mengucapkan terima kasih atas segala perhatian dan kerjasama segenap pihak. Billahittaufik wal hidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Juni 2005

PIMPINAN FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI

DPR-RI, Ketua, Sekretaris,

ttd ttd

JAMALUDDIN KARIM, SH DRS. IDEALISMAN DACHI

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 8: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRAT

MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Juru Bicara : Dr. H. ACHMAD FAUZI, SH

Nomor Anggota : A-115 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat Saudara Pimpinan Rapat Paripurna, Yang terhormat Para Anggota DPR-RI dan hadirin yang kami hormati.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang hadir dalam Sidang Paripurna DPR-RI in, sehingga kita dapat melaksanakan tugas dan kewajiban yang diamanatkan kepada kita semua.

Perkenankanlah kami, Fraksi Partai Demokrat, memberikan tanggapan dan pendapat terhadap Rancangan Undang-undang Usul Inislatif Anggota DPR-RI untuk menjadi Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR-RI, sesuai dengan Pasal 128 ayat (6) jo ayat (5) Peraturan Tata Tertib DPR-RI, berupa Rancangan Undang-Udang tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

Dalam proses persidangan, terutama yang berkenaan dengan saksi dan korban, tidak sedikit kasus yang kandas di tengah jalan disebabkan ketiadaan saksi dan korban. Keberadaan saksi dan korban merupakan suatu unsur yang sangat menentukan dalam suatu proses peradilan, pidana. Adanya kasus-kasus yang tidak terungkap dan tidak terselesaikan disebabkan oleh karena keengganan saksl dan korban untuk memberikan kesaksian kepada penegak hukum, karena tidak ada jaminan yang memadai terutama jaminan atas perlindungan tertentu ataupun mekanisme tertentu untuk bersaksi.

Pemberian perlindungan saksi dan korban bertujuan untuk memberikan rasa aman dan keadilan kepada saksi dan korban dalam memberikan keterangan pada saat proses penyelesaian perkara pidana. Perlindungan pada saksi dan korban diberikan dalam semua tahap proses peradilan pidana dan pasca peradilan dalam peradilan umum dan peradilan militer. Perlindungan diberikan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabat manusia rasa aman, keadilan, kepastian hukum, kerahasiaan, non diskriminatif., perhatian khusus kepada pihak-pihak yang rentan, dan perspektif gender.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

Pembentukan Undang-Undang diwaktu yang lalu sepertinya Iebih memfokuskan pada perlindungan hukum bagi pelaku tindak pidana yang bersangkutan, sedangkan perlindungan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 9: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

saksi dan korban terabaikan, padaha tanpa saksi dan korban, penegakan hukum tidak akan berjalan lancar dan berkeadilan. Oleh karena itu: keberadaan Undang-undang yang melindungi saksi dan korban sangat dibutuhkan agar ada kepastian hukum.

Saksi termasuk saksi korban dan pelapor, bahkan sering kali mengalami kriminalisasi atau tuntutan hukum atas kesaksian atau laporan yang diberikannya dan saksi akhirnya menjadi tersangka atau bahkan terpidana. Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati.

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang juga mengatur saksi termasuk saksi korban, tidak cukup memberikan perlindungan jika dibandingkan dengan perlindungan terhadap hak-hak tersangka ataupun terdakwa. KUHAP lebih melihat saksi hanya sebagai bagian dari alat bukti dan kurang mengatur tentang saksi sebagai pihak yang dilindungi dan terutama korban dipulihkan dari hak-haknya.

Dengan bersandarkan asas kesamaan dalam hukum -equality before the law - yang menjadi salah satu prasyarat dalam suatu negara hukum, saksi dalam proses peradilan pidana harus pula diberi perangkat hukum untuk menjamin perlindungan oleh negara terhadap dirinya. Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami muliakan,

Berdasarkan pertimbangan dan pendapat sebagaimana tersebut di atas, dengan ini Fraksi Partai Demokrat "menyetujui Usul Inisiatif, Anggota DPR-RI terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban menjadi Usui Inisiatif DPR-RI'; Pembahasannya akan dilakukan oleh Komisi III. Pimpinan Sidang dan Hadirin yang kami muliakan,

Demikianlah Pendapat Fraksi Partai Demokrat pada Rapat Paripurna ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk dan ridho-Nya kepada kita semua. Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Juni 2005

PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR-RI

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 10: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ATAS PENJELASAN PENGUSUL MENGENAI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Disampaikan Oleh : Nadrath Izahari, SH Anggota Nonuor : A-354 Assalamualaikum Wr.Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yang Terhormat Saudara Ketua Dan Para Wakil Ketua; Yang Terhormat Saudara Pengusul; Saudara Anggota Dewan dan Sidang Dewan Yang Kami Muliakan MERDEKA !!! Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang senantiasa memberikan berkah rahmat dan karunia-Nya, kepada kita bersama segenap masyarakat Bangsa Indonesia, terlebih lagi bagi kita Anggota Dewan sehingga kita pada hari ini dapat bertemu dan melaksanakan Sidang Dewan yang mulia ini, dengan agenda penyampaian Pendapat Fraksi atas Fraksi PDI Perjuangan menyambut baik dan hangat terhadap segala usaha dan upaya untuk melakukan pembenahan-pembenahan dalam perundang-undangan di segala bidang, Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhomat, Ada sejumlah argumen prrtimbangan mendasar yang melatarbelakangi tanggapan kami dari Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI terhadap penjelasan usul inisiatif ini, yaitu : 1. Kelancaran dan keberhasilan proses peradilan, khususnya peradilan pidana, sangat

bergantung pada pemeriksaan alat bukti, di mana salah satunya adalah pemeriksaan terhadap saksi dan korban. Dengan demikian, peranan saksi dan korban sangat penting dalam mengungkapkan suatu kasus.

2. Pemeriksaan saksi dan korban, seringkali mengabaikan hak-hak mereka serta perlindungan terhadap mereka, yang pada akhirnya akan menimbulkan keengganan untuk memberikan keterangan di depan persidangan. Hal ini sangat berbeda dengan perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku, baik dalam proses pemeriksaan awal maupun setelah dijatuhinya putusan hakim.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 11: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

3. Intimidasi dalam berbagai bentuk, sering dialami oleh saksi dan korban, tanpa mendapatkan perhatian yang memandai dan aparat yang berwenang. Dalam kasus-kasus besar terutama kasus-kasus korupsi skala besar dan kasus-kasus pelanggaran HAM, yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan, keberadaan saksi dan korban menjadi sangat riskan dengan berbagai ancaman dan intimidasi.

4. Merupakan tanggung jawab negara untuk memberikan perlidungan terhadap setiap warga negaranya tanpa terkecuali. Demikian pula halnya dengan Saksi dan korban. Negaralah yang harus menjamin keselamatan mereka data berbagai bentuk ancaman atau intimidasi yang mungkin timbul dalam rangka memberikan keterangan di depan persidangan.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat, Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI dengan ini menyampaikan sikap dan pendirian untuk mendukung sepenuhnya usul inisiatif ini untuk diambiI keputusan menjadi RUU Inisiatif DPR-RI. Melalui dukungan ini, terdapat beberapa catatan penting yang merupakan tanggapan kami yaitu: 1. Negara melalui aparatnya memiliki kewajiban untuk melindungi saksi dan korban dari

segala ancaman dan intimidasi yang mungkin akan terjadi. Kewajiban negara melalui aparatnya haruslah dapat dilakukan secara efektif serta disertai sanksi bagi aparat yang mengabaikan kewajiban tersebut.

2. Hak-hak yang diberikan UU terhadap saksi dan korban, merupakan hak yang harus dibarengi dengan kewajiban dari aparat untuk melaksanakan hak-hak tersebut. Tanpa disertai kewajiban bagi aparat, hak-hak yang dimiliki saksi dan korban akan menjadi sia-sia.

3. RUU ini hendaknya dapat mengadopsi semua Persoalan yang berkaitan dengan saksi dan korban dalam setiap kasus, sehingga RUU ini kelak akan menjadi RUU yang utuh tanpa dikecualikan. Dengan demikian, Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2001 tentang Tata Cara Perlindungan Terhadap Korban dan Saksi dalam pelanggaran HAM harus diadopsi dalam RUU ini.

4. Pemberian ganti rugi terhadap saksi dan korban yang tidak mendapatkan perlindungan dari pihak yang berwenang menjadi sangat signifikan. Proses penuntutan dan pemberian ganti rugi inipun selayaknya tidak dipersulit.

Demikian Pendapat Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI mengenai RUU tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. Atas nama Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat Pimpinan dan Para Anggota Dewan, dan kepada yang terhomat Saudara-saudara Para Pengusul, disertai dengan harapan agar kita samua bertekad bersama-sama membahas dan menyempurnakan Rancangan Undang-Undang ini, yang sangat berguna bagi kepentingan bangsa dan Rakyat Indonesia. Wassalamualaikum Wr.Wb. MERDEKA !!!

Jakarta, 14 Juni 2005

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 12: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 13: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT

FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I

DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TERHADAP USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI RANCANGAN UNDANG UNDANG

TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Disampaikan Oleh : St. Drs. JANSEN HUTASOIT, SE, MM Nomor Anggota : A-410

"Salam Damai Sejahtera, Shalom"

Yang terhormat, Pimpinan DPR RI, Anggota DPR-RI dan Peserta Sidang Paripurna, Yang terhormat dan yang kami cintai rekan-rekan wartawan. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, pertama-tama marilah kita bersama-sama menyampaikan puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan karunia-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul kernbali dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Menanggapi usul inisiatif Anggota DPR-RI terhadap pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban bersama Rancangan Penjelasannya, maka Fraksi Partai Damal Sejahtera berpendapat sebagai berikut : Saat ini pengaturan tentang perlindungan terhadap saksi masih terpisah-pisah sesuai dengan masalahnya masing-masing. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang juga mengatur tentang saksi - termasuk saksi korban- tidak cukup memberikan perlindungan jika dibandingkan dengan perlindungan terhadap hak-hak tersangka ataupun terdakwa. KUHAP Iebih melihat saksi hanya sebagai bagian dari alat bukti dan kurang mengatur tentang saksi sebagal pihak yang perlu dilindungi dan - terutama korban - dipulihkan hak-haknya. Lemahnya pengaturan dan perlindungan yuridis terhadap saksi tersebut, menjadikan pihak-pihak yang seharusnya menjadi saksi enggan untuk menjadi saksi. Persoalan yang utama adalah banyaknya saksi yang tidak bersedia menjadi saksi ataupun tidak berani mengungkapkan kesaksian yang sebenarnya karena tidak ada jaminan yang memadai terutama jaminan atas perlindungan tertentu ataupun mekanisme tertentu untuk bersaksi. Saksi - termasuk pelapor - bahkan seringkali mengalami ancaman atau tuntutan hukum atas kesaksian atau laporan yang diberikannya, serta tidak sedikit pula saksi akhirnya menjadi tersangka atau bahkan terpidana, walaupun dalam kenyataannya, saksi atau pelapor sama

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 14: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

sekali tidak terkait dengan perbuatan melawan hukum, dan dewasa IN terdapat kecenderungan bagi yang merasa berkuasa menuntut saksi atau pelapor dengan tuduhan pencemaran nama baik. Keengganan saksi untuk memberikan keterangan di sidang pengadilan seringkali terjadi terutama untuk kasus-kasus seperti kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, korupsi, kejahatan terorganisir dan pelanggaran HAM yang berat. Pimpinan DPR RI dan Peserta Sidang Paripurna yang Kami Hormati Kesaksian seorang saksi di pengadilan diatur dalam Pasal 184 UU Np. 8 Tahun 1981 atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Ketentuan tersebut menyatakan, keterangan saksi di pengadilan menjadi salah satu alat bukti yang sah. Selanjutnya Pasal 185 ayat (2) KUHAP menyatakan keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. Ayat ke-3 dari pasal yang;: sama berbunyl, "Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan slat bukti yang sah lainnya." Dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa keterangan lebih dari satu orang saksi saja tanpa disertai alat bukti lainnya, dapat dianggap cukup untuk membuktikan apakah seorang terdakwa bersalah atau tidak. Meskipun demikian, keterangan seorang saksi saja tanpa disertai saksi atau alat bukti lain menjadi tidak berharga di hadapan pengadilan. Mengingat keterangan saksi merupakan salah satu bukti utama dalam persidangan, maka jika hanya ada sedikit saksi yang bersedia memberikan kesaksiannya di depan pengadilan, terdakwa bisa dengan mudah dinyatakan tidak bersalah oleh hakim. Sebab dalam proses pemeriksaan, alat bukti perkara tersebut terlalu minim dan sulit untuk dipergunakan untuk membuktikan dakwaan. Fakta bahwa sebuah kesaksian dapat menentukan hasil akhir dari suatu perkara, menyebabkan banyak tekanan balk yang sifatnya fisik maupun mental seeing ditujukan kepada para saksi atau keluarga saksl ataupun orang terdekat saksi. Tujuannya, agar saksi memberikan kesaksian yang berbeda dari seharusnya atau bahkan membatalkan kesaksiannya. Pimpinan DPR RI dan Peserta Sidang Paripurna yang Kami Hormati Perlindungan terhadap saksi dalam KUHAP diatur dalam Pasal 116-120 dan Pasal 159-179, akan tetapi Mekanisme perlindungan yang ada dalam KUHAP tersebut dalam perkembangannya sangat tidak memadai dalam upaya mendukung proses penegakan hukum dan keadilan. Ketika kemudian Undang-Undang. No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM disahkan dan berlaku, atas desakan dari banyak pihak, pemerintah kemudian mengeluarkan PP No. 2/2002 tanggal 13 Maret 2002, tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran HAM Berat, yang diharapkan mampu mendorong terwujudnya proses peradilan HAM yang adil dan mampu mengungkapkan kebenaran materiil. Bentuk pengaturan yang dikeluarkan dalam bentuk PP No. 2 /2002 tanggal 13 Maret 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran HAM Berat,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 15: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

berimplikasi pada kekuatan memaksa yang tidak cukup besar. Dan dari sisi substansi, PP tersebut tidak mengatur secara rinci bentuk¬bentuk perlindungan yang dapat diberikan. Selain diatur dalam KUHAP, UU Pengadilan HAM, serta PP No. 2 /2002 tanggal 13 Maret 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran HAM Berat, perangkat hukum lainnya yang mengatur mengenai perlindungan terhadap saksi dan korban adalah UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Melihat pengaturan yang terpisah-pisah dan belum memadainya berbagai perangkat hukum yang mampu memberikan perlindungan terhadap saksi dan korban tersebut maka Undang-undang Perlindungan saksi dan korban sudah semakin mendesak keberadaannya. Pimpinan DPR RI dan Peserta Sidang Paripurna yang Kami Hormati Sejalan dengan Ketetapan MPR No. VIII Tahun 2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka Fraksl Partai Damai Sejahtera berpendapat bahwa mekanisme perlindungan saksi dan korban harus segera diatur dalam dalam sebuah undang-undang. Tujuannya bukan hanya semata-mata untuk mendukung proses peradilan dan penyelesaian perkara secara Iebih adil dan kompeten tetapi juga menunjukkan tanggung jawab negara terhadap warga negara yang telah mengalami berbagai tindak pelanggaran hukum. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, Fraksi Partai Damai Sejahtera berpendapat bahwa mendukung sepenuhnya untuk segera membahas RUU Tentang Perlindungan Saksi dan Korban untuk disahkan menjadi Undang-Undang. Dengan harapan bahwa Undang-Undang ini akan bermanfaat sepenuhnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan dengan catatan bahwa materi/isi Undang-Undang tersebut harus dikaji secara mendalam dan holistik, demi keamanan, keadalian dan penegakkan hukum bagi seluruh rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian pandangan dan sikap Fraksi Partal Damai Sejahtera ini kami sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkahi kita semua. Damai Negeriku, Sejahtera Bangsaku,

Jakarta, 14 Juni 2005

PIMPINAN FRAKSI PARTAI DAMAI SE5AHTERA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 16: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARMA DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

USUL INISIATIF ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI TENTANG

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DAN

USUL INISIATIF ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI TENTANG

OMBUDSMAN

Disampaikan oleh M. AZIS SYAMSUDDIN

Anggota FPG DPR RI No. A - 446

Jakarta, 14 Juni 2005

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 17: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR RI

ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR RI TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR RI TENTANG OMBUDSMAN

Disampaikan oleh : M. AZIZ SYAMSUDDIN Anggota DPR-RI : A-446

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera untuk Kita Semua Yang Terhormat Pimpinan Sidang Paripurna, Yang Terhormat Para Anggota Dewan, Serta Hadirin Yang Berbahagia.

Sebagai rasa syukur, marilah kita panjatkan puji dan puja kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan, rahmat dan karunia-Nyalah, kita sernua dalam keadaan sehat wal’afiat, sehingga dapat menyelenggarakan dan menghadiri Rapat Paripurna Dewan, dalam rangka memberikan sumbangsih bagi pembangunan bangsa kita.

Pada Sidang Paripurna Dewan yang Mulia ini, perkenankanlah kami, Fraksi Partai Golkar memberikan Pendapat Fraksi, sebagai berikut: I Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Usul Inisitaif Anggota Komisi III

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Pimpinan Sidang dan Hadirin Yang Kami Hormati

Sistem Peradilan Pidana kita telah menempatkan saksi dan korban pada posisi yang strategis, namun perlindungan terhadap mereka dirasakan masih kurang mendapat perhdtian. Hal ini menimbulkan kemungkinan bagi saksi dan/atau korban untuk mengalami tekanan atau intimidasi, yang akhirnya merugikan proses peradilan dalam menegakkan keadilan. Tidak jarang akibat tekanan atau intimidasi dari pihak ketiga, saksi dan/atau korban tidak berani memberikkan keterangan secara jujur sebagaimana mestinya. Tekanan atau intimidasi tersebut, dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan dan jaringan yang kuat dari pelaku kejahatan. Bahkan, intimidasi juga dapat dilakukan oleh pejabat publik, yang memiliki keterkaitan dengan kasus yang sedang dalam proses peradilan.

Terkadang, proses peradilan tidak memberikan keputusan yang adil, bahkan tidak jarang proses peradilan tidak dapat dilaksanakan, karena tidak adanya saksi sebagai salah satu unsur dalam pembuktian. Terlebih lagi, balk saksi dan atau korban maupun keluarga dari saksi dan atau korban tersebut dapat mengalami berbagai bentuk kerugian akibat intimidasi, baik secara material maupun secara psikis. Kondisi tersebut mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap proses penegakan hukum. Pimpinan dan Saudara-saudaraku yang Saya Muliakan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 18: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Gambaran fakta hukum diatas, mendorong Fraksi Partai Golkar untuk menyetujui Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Perlindungan Saksi dan Korban menjadi Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif DPR RI, dengan terus melakukan kajian dan pembahasan secara komprehensif untuk menyempurnakannya. II Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Usul Inisiatif Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Ombudsman. Pimpinan dan Saudara-saudaraku yang Saya Muliakan

Pada kesempatan ini, karni, Fraksi Partai Golkar akan menyampaikan pendapat atas Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman. Pembahasan rancangan tersebut merupakan hal yang penting bagi kita sebagai bangsa untuk memiliki sebuah Komisi Ombudsman yang melakukan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dalam memberikan pelayanan mal-administrasi kepada publik.

Kehadiran Ombudsman diharapkan menjadi bagian integral dalam menegakkan keadilan dan kepastian hokum bagi masyarakat. Ombudsman tersebut, akan merijadi dengan balk dan cermat bagian dah sistem Pengawasan terhadap struktur dan kinerjaa pemerintahan secara ekstemal. Sistem pengawasan ekstemal ini akan,. melibatkan unsur masyarakat, sebagai upaya menciptakan sistem pemerintahan yang efektif dan efisien. Keterlibatan unsur masyarakat dalam lembaga Ombudsman merupakan keharusan, karena masyarakat merupakan pihak yang paling berkepentingan dalam pelayanan pemerintah yang tersebar melalui hierarki dari tingkat nasional sampai ke tingkat daerah.

Keterlibatan unsur masyarakat dalam Komisi Ombudsman Nasional dan Daerah, akan menciptakan sistem pengawasan yang mencegah terjadinya mal-administrasi sejak awal. Kinerja dan keberadaan Komisi Ombudsman sangat diharapkan menjadi. pilar tegaknya prinsip etik good governance bagi pengelolaan Negara yang terbuka, bertanggunggung jawab dan prosesnya dapat diterima secara wajar. Pimpinan Sidang Paripurna dan Anggota Dewan serta Hadirin Sekalian

Berdasarkan fakta hukum diatas, Fraksi Partai Golkar DPR RI, menyetujui Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Ombudsman dijadikan sebagai Rancangan Undang-undang Inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Saudara Pimpinan Sidang Paripurna dan Para Anggota Dewan Yang Terhormat, Serta Hadirin Yang Berbahagia. Pada kesempatan ini, Fraksi Partai Golkar memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para anggota Dewan yang tergabung dalam Komisi III, yang telah membahas Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Anggota Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan tekun sehingga melahirkan sebuah Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Usul Inisiatif Anggota Komisi III Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Demikian pula, Fraksi kami memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Badan Legislasi yang telah mengusulkan serta membahas dengan baik dan cermat sebuah Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Ombudsman. Saudara Pimpinan Sidang Paripurna yang terhormat dan hadirin yang berbahagia ,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 19: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Demikian pendapat fraksi Partai Golkar, untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembahasan selanjutnya. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan ridho-Nya dalam perjuangan kita semua. Amin. Wassalamu'alaikum wr. Wb.

Jakarta, 14 Juni 2005

PIMPINAN FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 20: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

PENDAPAT

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP

RUU USUL INISIATIF ANGGOTA DPR RI TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

SERTA RUU TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan oleh Juru Bicara F-KB DPR RI:Saifullah Ma'shum

Anggota Nomor: A .221

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang Terhormat Saudara Pimpinan Sidang, Yang Terhormat Saudara Anggota Dewan, Serta Hadirin yang Berbahagia, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas perkenan, rahmat, taufik, dan inayat-Nya kita bersama pada hari yang berbahagia ini, Selasa, 14 Juni 2005, dapat melaksanakan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam rangka penyampaian Pendapat Fraksi-Fraksi terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban, serta Rancangan Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia. Juga marilah kita haturkan sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi keteladanan kepada umat manusia untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran, memegang teguh kejujuran serta menegakkan keadilan. Amien. Selanjutnya perkenankanlah Fraksi Kebangkitan Bangsa menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan Sidang yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyampaikan Pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap atas 2 (dua) Rancangan Undang-undang ini. I Pendapat Fraksi Kcbangkitan Bangsa tentang RUU Perlindungan Saksi Dan

Korban Saudara Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan scrta Hadirin yang terhormat, Sebagaimana telah kita sepakati bersama, demokrasi yang hendak kita bangun adalah demokrasi yang berdasarkan hukum, keadilan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 21: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

manusia.Salah satu pilar perwujudan demokrasi berdasarkan hukum ( rule of law) itu adalah adanya peradilan yang fair dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan hak-hak asasai manusia. Sayangnya selama ini sistim peradilan kita khususnya sistim peradilan pidana kita lebih banyak memberikan perlindungan terhadap pelaku kejahatan atau tersangka dengan sederat hak yang dimiliki sebagaimana dapat kita baca dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Sementara itu sangat sedikit untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali perlindungan yang diberikan kepada saksi dan korban kejahatan. Padahal kita mengetahui bahwa hanya karena laporan saksi dan korbanlah sebuah kejahatan dapat terungkap.namun dalam proses peradilan selanjutnya para saksi dan korban ini ditinggalkan begitu begitu saja bahkan ketika mendapat ancaman ataupun kemudian menjadi tersangka atas laporan yang diberikannya, tak satupun orang atan lembaga yang mempedulikan nasibnya.Apalagi dengan nasib para korban, alih-alih mendapat perlindungan atau pun mendapat kompensasi dari penderitaan yang dialaminya, informasi yang menyangkut perkaranyapun sering tidak diperolehnya. Minimnya perlindungan hukum kepada saksi dan korban sering membuat perkara-perkara pidana kandas di tengah jalan. Dalam banyak perkara para penegak hukum sulit sekali memperoleh keterangan yang diperlukannya untuk membawa kejahatan yang terjadi terutama kejahatan-kejahatan karena penyalahgunaan kekuasaan ( abuse of power), pelanggaran berat hak asasi manusia dan atau kejahatan korupsi yang telah dianggap sebagai extra ordinary crimes serta kejahatan-kejahatan terorganisir ( organized crime) lainnya seperti misalnya penyelundupan termasuk penyelundupan senjata, perdagangan manusia dan terutama perempuan dan anak, pencucian uang, perdagangan narkotika dan lain-lain. Dalam perspektif pengalaman perempuan, pengungkapan kasus-kasus yang termasuk dalam kategori gender based violence mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena pengaruh budaya patria'rki yang mengharuskan perempuan untuk selalu menjungjung tinggi kehormatan keluarga dan dirinya yang kemudian diartikan untuk menyimpan dalam-dalam kejahatan ( seksual) yang dialaminya karena kalau tidak akan dianggap sebagai membuka aib keluarga. Kegagalan pengungkapan kasus perkosaan massal pada bulan Mei 1998, antara lain juga karena ketakutan yang dialami korban tidak saja atas beban untuk menutup aib keluarga tapi juga demi keselamatan diri dan keluarganya. Mengingat bahwa peristiwa tersebut terkait dengan politik kekerasan yang dijalankan oleh Orde Baru selama ini untuk melestarikan kekuasaannya. Banyaknya kasus-kasus dimana seorang saksi berubah menjadi tersangka adalah contoh lain betapa bahayanya kedudukan seorang saksi yang pada gilirannya mengancam perwujudan keadilan dan kebenaran yang menjadi tujuan dari sebuah proses peradilan. Kegagalan untuk mencari alat bukti berupa saksi dan alat bukti lainnya tentu akan menghambat terwujudnya keadilan dan perlindungan hak asasi manusia di Negara kita. Dengan argumentasi diatas Fraksi Kebangkitan Bangsa hendak menegaakan bahwa keberhasilan suatu proses peradilan khususnya peradilan pidana sangat tergantung dari adanya keterangan dari saksi dan korban sebagai bukti kunci atas terjadinya peristiwa pidana yang terjadi.Oleh karena itu sebuah UU yang bisa, menjamin bahwa seorang saksi atau korban kejahatan dapat memberikan keterangan yang berfungsi sebagai alat bukti yang otentik berdasarkan apa yang is dengar dengar, lihat dan alami. sendiri sangat penting kedudukannya dalam upaya mengungkap berbagai bentuk kejahatan yang mengancam keselamatan, kesejahteraan dan kepentingan umum. Begitu pentingnyan kedudukan saksi dan ini di dalam menegakkan hukum dan keadilan dan dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia maka PBB juga telah mengeluarkan Deklarasi untuk Perlindungan Korban Kekerasan dan Penyalahgunaan Kekuasaan yang memberikan perlindungan, rehabilitasi dan kompensasi bagi para korban kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan.Pada intinya Deklarasi ini mewajibkan kepada negara untuk memberikan perlindungan dan kompensasi terhadap para korban ( yang juga berkedudukani sebagai saksi) kejahatan.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 22: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Oleh karena itu, makna perlindungan saksi dan korban menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa harus dipahami sebagai upaya sadar dan sengaja dari negara untuk melindungi dan menjamin hak-hak yang dimiliki oleh warga masyarakat atas keikutsertaannya di dalam pelaksanaan dan penegakan hukum dan hak asai manusia. Saudara pimpinan sidang, para anggota dewan dan hadirin yang terhormat. Terhadap RUU tentang Perlindungan Saksi dan Korban, maka menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Perlindungan Saksi dan Korban berasaskan pada penghargaan atas harkat dan martabat

manusia, rasa aman dan keadilan sebagaimana tertuang didalam pasal 3 RUU ini, hendaknya ditambah dengan asas kerahasiaan, kepastian hukum, non diskriminasi dan perlakuan khusus atau affirmative policy kepada pihak-pihak yang rentan di dalam keluarga dan masyarakat seperti perempuan dan anak-anak dan asas keadilan dan kesetaraan gender. Hal ini penting disebabkan hukum itu bukanlah bangunan peraturan semata, melainkan juga bangunan nilai-nilai moral dan agama yang pada intinya memuliakan manusia sebagai ciptaanNya.Oleh karena itu sudah pada tempatnyalah apabila sebuah undang-undang - apapun undang-undang tersebut - harus nilai-nilai agama dan moral dan asas-asas tersebut diatas,

2. Adanya 12 (dua belas) hale yang diberikan kepada saksi dan korban, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (1) RUU ini, hendakya diikuti dengan adanya jaminan dari negara atas hak-hak yang dimiliki sebelum saksi dan atau korban memberikan kesaksiannya, seperti ; pekeijaan (jabatan dan penghasilan), pendidikan dan lingkungan sosial yang memungkinkan saksi atau korban menjalani kehidupannya seperti semula. Sedangkan untuk pemberian hak perlindungan bagi keluarga saksi dan atau korban pada kasus-kasus tertentu sebagaimana diatur pada pasal 5 ayat (2) RUU ini, hendaknya diatur secara jelas dan rinci dalam RUU ini dan tidak diserahkan kepada keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Hal ini untuk menghindari ketidaksamaan pandangan antara Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban di satu daerah dengan daerah lainnya dalam menentukan jenis kasus apa saja yang memungkinkan pernberian perlindungan bagi keluarga saksi dan korban sehingga dapat merugikan hak-hak saksi dan korban serta keluarganya.

3. Karena RUU ini belum mengatur secara rinci siapa yang berwenang mcmbentuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), maka Fraksi Kebangkitan Bangsa mengusulkan agar LPSK tingkat Nasional, calon anggotanya dipilih oleh DPR RI berdasarkan usulan dan masukan dari masyarakat dan penetapannya dilakukan oleh Presiden. Untuk LPSK tingkat Propinsi, calon anggota diusulkan dan dibahas oleh DPRD dan Pemerintah Propinsi berdasarkan masukan dari masyarakat dan penetapannya dilakukan oleh Presiden, begitu juga LPSK tingkat Kabupaten/Kota, calon anggotanya diusulkan dan dibahas oleh DPRD dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan masukan dari masyarakat dan penetapannya dilakukan oleh Presiden.

4. Keanggotaan LPSK selain berasal dari Kepolisian, Kejaksaan, Komnas HAM, Departemen Hukum dan HAM, Akademisi dan LSM, FKB mengusulkan agar dipertimbangkan juga seorang social worker termasuk para pendamping korban dan saksi.

II Pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa tentang RUU Ombudsman Republik

Indonesia. Saudara Pimpinan Sidang, Para anggota dewan dan hadirin yang terhormat. Berkenaan dengan RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia, Fraksi Kebangkitan Bangsa berpandangan bahwa Ombudsman Republik Indonesia telah menjadi salah satu prasyarat bagi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 23: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

negara yang ingin menegakkan prinsip-prinsip pernerintahan yang bersih dan baik, menegakkan hukum dan dernokrasi serta mengembangkan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) serta khususnya memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme serta mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh birokrasi. Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia ini juga merupakan upaya pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.Peran serta masyarakat ini akan berperanan besar untuk lebih menjamin penyelenggaraan pemerintahan negara yang adil, jujur, bersih, transparan, bebas KKN. Jika selama ini masyarakat hanya menjadi penonton, menjadi obyek dari kebijakan-kebijakan dan tindakan pemerintah dan bahkan tak bisa berbuat' apapun terhadap tindakan-tindakan yang merugikan mereka maka dengan adanya Ombudsman Republik Indonesia ini diharapkan agar dapat menghilangkan tindakan-tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh aparat pemerintah/birokrasi tapi juga dapat menghilangkan perilaku aparat pemerintah yang koruptif. Masyarakat Indonesia adalah pemilik sah negara ini dan sudah selayaknya merekalah yang paling berhak untuk menikmati kesejahteraan dan keadilan dan bukan sebaliknya menjadi obyek serta korban ketidak-adilan. Negaralah dan salah satunya melalui komisi Ombudsman yang seharusnya menjadi pelindung rakyat agar setiap orang terutama masyarakat golongan lemah dan miskin, secara terus menerus tidak menjadi, korban penyalalgunaan wewenang/jabatan. Pengawasan oleh Ombudsman republik Indonesia adalah pengawasan riel, yaitu pengawasan untuk memperoleh pelayanan sebaik-baiknya bagi masyarakat dari aparatur pemerintahan. Masyarakat berhak mengawasi dan menilai apakah mandat yang diberikan kepada pemerintahnya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan bersih serta memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya telah dilaksanakan secara baik atau belum. Penyelenggara Negara, khususnya penyelengara pemerintahan, tanpa disertai kontrol oleh masyarakat, akan cenderung represif dan koruptif sehingga dalam jangka panjang bukan saja merugikan kepentingan masyarakat tapi menempatkan negara kita tetap dalam rangking tertinggi sebagai negara terkorup di dunia. Berkaitan dengan RUU Ombudsman, pertanyaannya adalah bagaimana kita mengupayakan agar Ombudsman Republik Indonesia yang telah kita bentuk sejak tahun 2000 dapat berkembang dengan baik dan efektif dalam melakukan pengawasan ? Efektifitas Ombudsman Republik Indonesia dapat diukur dari kepatuhan birokrasi pemerintahan untuk mengambil tindakan serta memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang merugikan masyarakat. Namun kedudukan Ombudsman Republik Indonesia saat ini dengan dasar pembentukannya melalui Keppres No.44 Tahun 2000 menunjukkan bahwa komisi ini adalah merupakan bagian dari eksekutif, yang diragukan "kehadirannya" dalam rangka mengawasi pemerintah itu sendiri. Oleh sebab itu Fraksi Kebangkitan Bangsa berpandangan bahwa masyarakat sudah sangat mengharapkan kehadiran Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia dan berharap agar RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia ini bisa selesai dalam waktu yang singlcat pembahasannya di Dewan Perwakilan Rakyat. Terkait dengan keberhasilan tugas Ombudsman Nasional dimasa mendatang, pada kesempatan yang baik ini seyogyanya pembahasan RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia segera diikuti dengan Pembahasan RUU tentang Kebebasan Mcmperoleh Informasi. Saudara Pinipinan Sidang, Para Anggota Dewan dan Hadirin yang terhormat.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 24: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Terhadap RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia, maka menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Bahwa Pasal 38 RUU ini yang mengatur laporan berkala dan tahunan Ombudsman

Republik Indonesia kepada DPR dengan tembusan kepada Presiden hendaknya perlu disempurnakan dengan adanya pengaturan tentang mekanisme bagaimana masyarakat memiliki hak untuk memberikan fanggapan dan penilaian terhadap laporan berkala dan tahunan Ombudsman Republik Indonesia. Tidak cukup bahwa masyarakat atau publik hanya mendapat informasi atas semua itu melalui media massa tanpa memiliki hak untuk memberi tanggapan dan penilaian mengingat ide dasar lahirnya Komisi Ombudsman Nasional adalah dalam rangka meningkatkan partisipasi dan kontrol masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2. Bahwa karena ide dasar lahirnya Ombudsman Republik Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan partisipasi dan kontrol masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka perlu pengaturan yang lebih rinci dan detail mengenai mckanisme dan prosedur partisipasi dan kontrol masyarakat didalam RUU Ombudsman ini, agar masyarakat merasa mudah menyampaikan dan mengadukan keluhan-keluhannya atas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah serta tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh eksekutif ataupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk "memandulkan" kinerja Ombudsman Republik Indonesia dikemudian hari, maka PKB berpendapat bahwa Pasal 21 ayat (1) butir c. haruslah dirobah dan disempurnakan, karena dari kalimat "sudah menempuh selnua upaya hukum atau upaya administrasi yang tersedia" menjadikan Ombudsman Republik Indonesia belum bisa menindaklanjuti laporan dan atau pengaduan masyarakat karena adanya Pasal 21 ayat (1) butir c ini.

Saudara Pimpinan Sidang, Para Anggota Dewan serta Hadirin yang kami mulyakan, Demikian pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap 2 (dua) Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Rancangan Undang-undang tentang Komisi Ombudsman Nasional Republik Indonesia. Dengan memohon ridlo dan pertolongan Allah SWT, dengan mengueap Bismillahirrahmanirrakhim, Fraksi Kebangkitan Bangsa menyatakan persetujuannya agar kedua RUU ini dapat dijadikan usul inisiatif DPR RI, dan selanjutuya siap melakukan pembahasan di Komisi III DPR RI guna dilakukan perubahan-perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan sebagaimana mestinya. Atas perhatian Saudara Pimpinan, para anggota Dewan, Rekan-Rekan Wartawan dan Hadirin kami ucapkan banyak terimakasih. Mohon ma'af jika segala kekhilafan dan kesalahan. Wallahul Muwaffiq ilaa Aqwamiththorieq. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 14 Juni 2005

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 25: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

TANGGAPAN

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG MENGENAI

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Disampaikan Oleh Juru Bicara Fraksi PPP DPR-RI : H. Maiyasyak Johan, SH, MH

Anggota DPR-RI Nomor : A-17 Pada Rapat Paripurna DPR-RI, Selasa 34 Juni 2005

Assalamu'alaikum Wr, Wb. Yang terhormat Pimpinan Sidang. Yang terhormat Rekan-rekan Anggota Dewan. Dan hadirin yang berbahagia. Sembari menadahkan tangan dan menundukan kepala, marilallkita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karuniaNYA pada kesempatan ini, kita dapat bertemu di forum yang terhormat ini, dalam rangka menjalankan tugas konstitusional mendengarkan Tanggapan Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasul akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya, yang selalu istiqomah,.dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Semoga kita sebagai ummatnya senantiasa dapat mewarisi dan mengaktualisasikan nilai-nilai perjuangannya, serta di hari akhir kelak mendapatkan syafa'atnya. Amin. Sidang dewan yang berbahagia. Jika kita mencermati situasi mutakhir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, problematika. terbesar yang tengah kita hadapi dan menjadi tantangan bagi pemerintahan saat ini adalah penegakan hukum dalan memberantas tindak pidana korupsi. Korupsi oleh banyak pihak telahf nenjadi budaya bagi masyarakat kita dan telah merusak sendi-sendi perekonomian negara, karena lebih dari tigadasawarsa bangsa ini terperangkap dalam suatu tata pemerintahan yang permisif terhadap tindakan KKN. Pada sisi lain, dalam rangka mempertahankan stabilitas politik, dimasa lalu berbagai tindakan intimidasi, teror dan kekerasan secara teroganisir kerap kali dilakukan dalam rangka menutupi kejahatan-kejahatan tersebut. Hingga saat ini, upaya memerangi tindak pidana korupsi dan berbagai kejahatan struktural lainnya masih belum menemukan formatnya. Namun hal itu bukan berarti kita berhenti. Setidaknya semangat dan upaya untuk mengungkapkan berbagai kasus korupsi dan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 26: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

pelanggaran HAM berat masih terus berlangsung, walaupun belum sebagaimana diharapkan. Upaya kita dalam memberantas korupsi dan mengungkapkan kejahatan struktural seolah-olah membentur tembok yang sulit untuk ditembus. Karena itulah menurut hemat Fraksi PPP pengajuan RUU Perlindungan Saksi dan Korban menjadi salah satu alternatif untuk menembus tembok tersebut. Perlindungan terhadap Saksi dan Korban sangat penting agar dapat mengungkapkan berbagai tindakan kejahatan yang sangat merugikan negara dan masyarakat tersebut. Tanpa adanya UU tentang Perlindungan Saksi maka berbagai upaya yang sedang berlangsung diyakini akan menghadapi masalah yang sama dari waktu ke waktu yakni kesulitan pembuktian. Sidang dewan yang terhormat. Sejalan dengan pikiran di atas, terutama agar kita tidak berjalan ditempat .atau sekedar berhenti pada retorika, maka sudah saatnya kita mewujudkan RUU Perlindungan Saksi dan Korban menjadi UU dalam masa persidangan ini . Hal ini sesuai dengan pesan konstitusi dimana dalam perubahan Kedua Amandemen UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) disebutkan bahwa "Setiap prang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum." Kemudian pada Pasal 28G Pasal (1) secara rinci dijelaskan bahwa,"Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga dan kehormatan, martabat, dan harta benda yang berada di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi." Dari amanat konstitusi tersebut dengan tegas kita dapat melihat bahwa pemerintahan negara Republik Indonesia diwajibkan melindungi dan memberikan jaminan hukum bagi setiap warga negara dari rasa takut, rasa tidak aman atau ancaman dari pihak manapun, karena hal ini merupakan.hak asasi. Apalagi bagi warga negara yang karena suatu keadaan tertentu ia melaksanakan kewajiban hukumnya yakni menjadi Saksi atau Korban dari peristiwa tindak pidana penyalahgunaan wewenang, maka menjadi suatu keniscayaan baginya memperoleh perlindungan hukum. Pimpinan Sidang yang terhormat. Fraksi PPP menyambut baik usulan RUU ini, karena menjadi salah satu RUU yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan pada masa persidangan ini, mengingat sifatnya yang urgen dan mendesak dalam rangka meningkatkan kinerja penegakkan hukum. Dengan adanya RUU Perlindungan Saksi dan Korban diharapkan akan mendorong setiap warga negara membantu proses penegakkan hukum dengan kesediaan menjadi saksi khususnya terkait dengan 3 (tiga) agenda utama yang harus serius ditangani aparat penegak hukum adalah : Pertama, yaitu pemberantasan tindak pidana korupsi hingga saat ini belum menunjukan hasil yang kita harapkan. Kedua, masalah pengungkapan kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang masih jalan di tempat. Dan Ketiga, pemberantasan terorisme yang masih tersendat-sendat. Beberapa hal yang menjadi catatan kami terhadap RUU ini adalah: Pertama; mengingat wilayah Indonesia yang begitu luas, perlu dirumuskan mekanisme perlindungan bagi warga masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil, apakah melalui instansi terkait di daerah. Jika memang demikian, perlu juga ditegaskan kewenangan lembaga ini untuk melakukan koordinasi dengan instansi-instansi yang terkait dalam memberikan perlindungan kepada Saksi dan Korban.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Page 27: PENDAPAT FRAKSI PARTAI AMANAT …parlemen.net/wp-content/uploads/2016/04/PS_PF_1406_2005.pdf pendapat fraksi partai amanat nasional dewan perwakilan rakyat republik indonesia terhadap

www.parlemen.net

Kedua; dalam penyusunan tata cara pemberian perlindungan hendaknya dibuat sederhana, mudah, cepat dan efisien. Sehingga seorang Saksi atau Korban atau keluarganya yang benar-benar terancam jiwanya karena akan memberikan kesaksian dapat segera mendapatkan perlindungan. Sidang dewan yang terhormat, Rekan-rekan Anggota Dewan, Dan hadirin sekalian, Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang kami uraikan diatas, serta memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Fraksi PPP dapat menyetujui RUU tentang Perlindungan Saksi dan Korban ini untuk ditetapkan menjadi RUU DPR-RI. Demikianlah Tanggapan Fraksi PPP atas Usul Inisiatif Anggota DPR mengenai RUU Perlindungan Saksi dan Korban. Atas perhatian dan kesabaran rekan¬rekan Anggota Dewan dan saudara-saudara sekalian dalarn men;dengarkan tanggapan kami, diucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr. Wb.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net