rancangan sistem voip sebagai alternative komunikasi kampus ...
PENDAHULUAN · Web viewDisitu kita harus memikirkan jalan alternative atau jalan pilihan kedua...
Transcript of PENDAHULUAN · Web viewDisitu kita harus memikirkan jalan alternative atau jalan pilihan kedua...
1
Daftar IsiPENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Situasi Negosiasi Distributif.....................................................................................4
2.1.1 Strategi-strategi fundamental.............................................................................5
2.2 Tugas-tugas Taktis...................................................................................................6
2.2.1 Menaksir Titik Target, Titik Resistensi, dan Biaya Penghentian Negosiasi Pihak Lain..................................................................................................................6
2.2.2 Mengelola Impresi Pihak lain............................................................................7
2.2.3 Memodifikasi Persepsi Pihak Lain....................................................................7
2.2.4 Memanipulasi Biaya Aktual Penundaan atau penghentian................................8
2.3 Posisi-Posisi yang Diambil Selama Negosiasi..........................................................8
2.3.1 Penawaran Pembuka..........................................................................................9
2.3.2 Sikap Pembuka..................................................................................................9
2.3.3 Penawaran Akhir.............................................................................................11
2.4 Komitmen..............................................................................................................12
2.4.1 Pertimbangan Taktis dalam Menggunakan Komitmen....................................13
2.5 Menutup Kesepakatan............................................................................................13
2.6 Taktik Hardball......................................................................................................15
2.6.1 Menangani Tipikal Taktik Hardball................................................................15
2.6.2 Tipikal Taktik hardball....................................................................................16
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan............................................................................................................20
3.2 Saran......................................................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negosiasi adalah keadaan untuk menyelesaikan sebuah konflik yang
terjadi antara dua belah pihak dalam mencapai tujuan tertentunya, sehingga
kemungkinan terjadi salah satu pihak akan diuntungkan dan pihak lainya akan
merasa dirugikan dalam negosiasi terbagi dalam dua macam, (1) Negosiasi
Distributif, (2) negosiasi integratif dua taktik negosiasi in i akan mengakibatkan
hal yang berbeda pada negosiasi distributif salah satu pihak saja yang akan merasa
diuntungan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan diejelaskan bagaimana
mengenai taktik negosiasi distributif agar tidak mengakibatkan konflik baru
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan situasi negosiasi bisnis?
2. Bagaimana tugas taktis seorang negosiator untuk melaksanakan negosiasi
distributif ?
3. Bagaimana seseorang mengambil posisi selama proses negosiasi?
3
4. Apakah seorang negosiator memerlukan komitmen?
5. Bagaimana sesorang negosiator mengakhiri sebuah kesepakatan?
6. Bagaimana mengetahui hardball tactics?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hal yang sangat diperhatikan dalam negosiasi distributif.
2. untuk mengetahui tugas-tugas taktis antara kedua belah pihak negosiator.
3. Untuk mengetahui posisi bagaiamanakah yang harus dilakukan oleh seorang
negosiator.
4.Untuk mengetahui komitmen apa yang harus digunakan saat proses negosiasi.
5. Untuk mengetahui tindakan yang benar yang harus dilakukan negosiator untuk
mengakhiri negosiasi.
6. Untuk mengetahui tentang hardball tactis
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Situasi Negosiasi Distributif
situasi negosiasi distributif adalah keadaan dimana kedua belah pihak yang
bernegosiasi harus menentukan titik awal, titik target, dan titik resistensinya
sebelum memulai negosiasi. Pada titik awal terdapat beberapa pernyatan
(misalkan, daftar harga penjual, dan harga penawaran pertama dari pembeli). Titik
target( titik dimana negosiator ingin mentup negosiasi atau tujuan optinalnya)
biasanya diketahui dan disimpulkan seiring dengan berjalannya negosiasi. Titik
resistensi ( harga maksimal yang dibayarkan sebagai negosiator pembeli), bagi
penjual jumlah tersebut adalah harga terendah yang diterima). Dan dimana
seseorang tidak melanjutkan negosiasi dan cenderung menghentikan negosiasi.
Selain tawaran pembuka ( titik awal), titik target, dan titikresistensi,
terdapat faktor keempat dalam negosiasi adalah hasil alternatif. Hasil alternatif ini
diperoleh dengan menyelelesaikan kesepakatan dengan orang lain. Pihak-pihak
yang terlibat hanya akan memiliki dua pilihan mendasar: (1) mencapai
kesepakatan dengan pihak lain atau, (2) tidak mencapai kesepakatan sama sekali.
Titik alternatif dapat saja menyerupai titik resistensi, walaupun keduanya tidak
harus sama.
Titik kesepakatan dalam proses negosiasi distributif adalah mencapai
kesepakatan mencapai rentang tawar menawar seluas mungkin bagi kedua belah
pihak. Yaitu mencapai kesepakatan sedekat mungkin dengan titik resistesi pihak
lain. Agar terjadi kesepakatan kedua belah pihak harus yakin bahwa , walaupun
mungkin kecil dari yang mereka inginkan, kesepakatan tersebut adalah
kesepakatan yang terbaik yang dapat mereka capai. Apabila negosiator tidak yakin
dengan kesepakatan yang terbaik atau yang yakin bahwa mereka merugi dalam
5
kesepakatan tersebut , nantinya akan berusaha nantinya akan berusaha untuk
keluar dari kesepakatan atau mencari cara lain untuk meuntupi kerugian mereka.
2.1.1 Strategi-strategi fundamental
Tujuan utama dalam negosiasi distributif adalah memaksimalkan nilai
kesepakatan , pembeli memiliki empat strategi fundamental:
1. Mendorong kesepakatan sedekat mungkin dengan titik resistensi
penjual, sehingga menghasilkan bagian terbesar rentang kesepakatan
bagi pembeli.
2. Meyakinkan penjual untuk mengubah titik resistensi dengan
memengaruhi keyakinan penjual.
3. Jika terdapat rentang kesepakatan negatif, umtuk meyakinkan penjual
dalam mengurangi titik resistansinya atau mengubah titik resistansinya
untuk menciptakan rentang kesepakatan positif.
4. Untuk membuat penjual yakin bahwa ini adalah kesepakatan terbaik.
6
2.2 Tugas-tugas Taktis
Dalam strategi dasar negosiasi distributif, terdapat empat tugas taktis yang
penting yang harus dipertimbangkan negosiator terkait dengan titik target, titik
resistensi, dan biaya penghentian negosiasi.
2.2.1 Menaksir Titik Target, Titik Resistensi, dan Biaya Penghentian
Negosiasi Pihak Lain.
Langkah pertama yang penting bagi seorang negosiator adalah
mendapatkan informasi mengeneai tiga hal tersebut . dalam hal ini seorang
negosiator dapt menggunakan dua carauntuk mencapai tujuan ini: mendapatkan
informasi secara tidak langsung mengenai faktor yang menjadi latar belakang isu (
penaksiran tidak langsung) atau mendapatkan informasi mengenai titik target dan
titik resistansi dari pihak lain secara langsung ( penaksiran langsung). Dimana:
1. Penaksiran Tidak Langsung
Seseorang menetapkan titik resistansinya berdasarkan banyak faktor
potensial, beragam sumber informasi dapat digunakan untuk menaksir titik
resistansi pihak lain.
2. Penaksiran Langsung
Dalam negosiasi, pihak lain biasanya tidak mengemukakan informasi yang
akurat dan tepat mengenai titik target, titik resistansi, dan ekspetasinya. Namun,
terkadang pihak lain akan memberikan informasi yang akurat dalam keadaan
ditekan untuk memerlukan kesepakatan cepat. Pihak lain akan menjelaskan fakta-
faktanya dengan jelas.
7
2.2.2 Mengelola Impresi Pihak lain
Tugas taktis penting bagi negosiator adalah mengontrol informasi yang
diberikan kepada pihak lain yang berkaitan dengan titik target dan titik resistansi,
sekaligus menuntunya untuk membentuk impresi yang diinginkan. Negosiator
perlu menyaring informasi yang berkaitan dengan posisi dan
mempresentasikannya agar pihak lain percaya.
Untuk mengelola impresi diperlukan beberapa aktivitas untuk meyakinkan
pihak lain, yaitu dengan cara:
1. Aktivitas Perahasiaan. Cara yang paling sederhana untuk
merahasiakan posisi adalah dengan bertindak dan berkata sedikit
mungkin. Sikap diam mengurangi kemungkinan untuk membuat
kesalahan.
2. Tindakan Langsung Setelah Impresi. Negosiator dapat mengambil
banyak tindakan untuk memberikan fakta-fakta yang secara langsung
akan meningkatakan posisinya. Salah satu metode yang paling jelas
adalah presentasi selektif, dimana negosiator hanya menunjukan fakta-
fakta yang diperlukan untuk mendukung kasus mereka.
2.2.3 Memodifikasi Persepsi Pihak Lain
Seorang negosiator dapat dapat mengubah impresi pihak lain terhadap
tujuannya dengan membuat hasilnya tampak tidak menarik atau dengan membuat
biaya untuk memperoleh hasil tersebut tampak lebih tinggi. Negosiator harus
mencoba untuk membuat tuntutan dan posisi tampak lebih menarik bagi pihak
lain.
Terdapat beberapa pendekatan untuk memodifikasi persepsi pihak lain,
salah satunya adalah mengintrepretasikan kepada pihak lain apa yang akan
diperoleh dari proposalnya.
8
2.2.4 Memanipulasi Biaya Aktual Penundaan atau penghentian
Negosiator memiliki tenggang waktu, kontrak akan berakhir. Kesepakatan
harus tercapai sebelum rapat penting diadakan. Ada tiga cara untuk memanipulasi
biaya penundaan dalam negosiasi: (1) merencanakan tindakan disruptif, (2)
menbentuk aliansidengan pihak luar, (3) memanipulasi jadwal negosiasi.
1. Tindakan Disruptif . salah satu cara untuk mendorong kesepakatan
adalah meningkatkan biaya karena tidak mencapai kesepakatan melalui
tindakan disruptif.
2. Aliansi dengan Pihak Luar. Cara lain untuk meningkatkan biaya
penundaan atau penghentian negosiasi adalah melibatkan pihak lain
yang dapat memengaruhi hasil dalam proses negosiasi.
3. Manipulasi Jadwal. Proses penjadwalan negosiasi sering kali
membuat satu pihak berada pada keadaan yang tidak
menguntungkan, dan jadwal negosiasi dapat digunakan untuk
meningkatkan tekanan waktu pada negosiator.
2.3 Posisi-Posisi yang Diambil Selama Negosiasi
Pelaku tawar-menawar distributif yang efektif harus memahami proese
pengambilan posisi selama tawar-menawar, termasuk pentingnya penawaran dan
sikap pembuka, dan peranan pembuatan konsesi selama proses negosiasi (lihat
Tutzauer, 1992). Di awal negosiasi, masing-masing pihak mengambil posisi.
Biasanya, salah satu pihak akan mengubah posisinya sebagai respons terhadap
informasi dari pihak lain atau sebagai responsterhadap perilaku pihak lain. Posisi
pihak lain juga akan berubah selama tawar-menawar. Perubahan posisi biasanya
disertai informasi baru yang berkaitan dengan maksud atau niat pihak lain, nilai
9
hasil, dan zona kesepakatan.Negosiasi bersifat berulang-ulang. Negosiasi
memberikan peluang bagi kedua belah pihak untuk mengomunikasikan informasi
mengenai posisi mereka yang dapat mengarah pada perubahan posisi-posisi
tersebut.
2.3.1 Penawaran Pembuka
Ketika negosiasi dimulai, negosiator dihadapkan dengan masalah yang
membingungkan. Penelitian Adam Galinsky dan Thomas Mussweiler (2001)
menunjukan bahwa melakukan penawaran pertama dalam negosiasi memberikan
keutungan bagi negosiator yang membuat penawaran tersebut. Secara umum,
negosiator pemilik BATNA yang lebih baik cenderung memberikan penawaran
pertama (Magee dkk., 2007). Namun, negosiator perlu berhati-hati ketika mereka
mengetahui BATNA pihak lain karena terdapat kecenderungan untuk membuat
tawaran pertama yang lebih konservatif ketika BATNA pihak lain diketahui
(Buelens dan Van Poucke, 2004).
2.3.2 Sikap Pembuka
Keputusan kedua yang harus diambil oleh negosiator di awal tawar
menawar distributif berkaitan dengan sikap yang di adopsi selama negosiasi.
Negosiator harus mempertimbangkan pesan yang ingin mereka sampaikan dengan
sikap pembuka dan konsesi selanjutnya karena terdapat kecenderungan negosiator
untuk memperbaiki respons “baik” terhadap taktik distributif dalam negosiasi
(Weingart, Prietula, Hyder, dan Genovese, 1999).
Untuk berkomunikasi secara efektif, negosiator harus mencoba untuk
mengirimkan pesan yang konsisten melalui penawaran dan sikap pembuka
(Eyuboglu dan Buja,1993). Posisi tawar menawar yang masuk akal biasanya
disertai dengan sikap ramah, dan posisi tawar menawar yang berlebihan biasanya
10
disertai dengan sikap yang lebih keras serta lebih kompetitif. Ketika pesan yang
dikirimkan oleh penawaran dan sikap pembuka yang berkonflik, pihak lain akan
kebingungan dalam menginterpretasikan dan menjawabnya. Pemilihan waktu juga
berpengaruh.
1. Konsesi Awal
Penawaran pembuka biasanya dibalas dengan penawaran balasan,
dan kedua tawaran ini menjelaskan rentang tawar-menawar awal.
Penawaran pembuka, sikap pembuka, dan konsesi awal adalah elemen-
elemen dalam memulai negosiasi yang dapat digunakan oleh kedua
pihak dalam mengomunikasikan cara bernegosiasi. Penawaran
pembuka yang berlebihan, sikap pembuka yang tegas, dan konsesi
awal yang kecil menandakan posisi yang tegas ; penawaran pembuka
yang moderat, sikap pembuka yang masuk akal dan kooperatif, dan
konsesi awal yang masuk akal mengomunikasikan sikap dasar yang
fleksibel. Secara paradoks, ketegasan dapat memperpendek negosiasi
(Gosh, 1996).
2. Peran Konsesi
Konsesi adalah sentral bagi negosiasi. Tanpa konsesi, negosiasi
tidak akan ada. Jika satu pihak tidak siap memberikan konsesi, pihak
lain pasti menyerah atau negosiasi akan menemukan kebuntuan.
Negosiator kurang puas ketika negosiasi berakhir dengan diterimanya
penawaran pertama, kemungkinan karena mereka merasa bahwa
mereka dapat berusaha lebih baik (Gallinsky, Seiden, Kim, dan
Medvec, 2002). Konsesi langsung dipandang kurang bernilai
dibandingkan konsesi gradual dan bertahap yang dapat meningkatkan
nilai konsesi yang dirasakan (Kwon dan Weingart, 2004). Pelaku
tawar–menawar distributif yang baik tidak akan memulai negosiasi
dengan penawaran pembuka yang terlalu dekat dengan titik resistensi
11
mereka. Namun, hal tersebut akan memastikan bahwa terdapat cukup
ruang dalam rentang negosiasi untuk membuat konsesi.
3. Pola Pembuatan Konsesi
Pola pembuatan konsesi yang dibuat seorang negosiator
mengandung informasi berharga, tetapi tidak selalu mudah untuk
ditasirkan. Ketika konsesi yang suksesif mengecil, pesan yang jelas
adalah bahwa posisi pembuatan konsesi semakin kuat dan titik
perlawanan sedang diraih. Generalisasi ini harus ditunggu, dengan
mencatat bahwa konsesi yang terlambat dalam negosiasi mungkin juga
mengindikasikan bahwa terdapat sedikit ruang tersisa untuk bergerak.
Ketika tawaran atau tawaran balasan telah bergerak mendekati titik
target negosiator, memberikan konsesi yang sama dengan sebelumnya
mungkin akan membawa negosiator melewati titik perlawanan.
Seorang negosiator tidak dapat selalu membicarakan perbandingan
mekanis tersebut dalam memberikan atau menafsirkan konsesi dimana
terjadinya dalam proses negosiasi.
2.3.3 Penawaran Akhir
Pada akhirnya, seorang negosiator ingin menyampaikan pesan bahwa tidak
ada ruang pergerakan yang lebih jauh–bahwa penawaran saat ini adalah yang
terakhir. Seorang negosiator mungkin akan membiarkan keberadaan konsesi lebih
jauh untuk menyampaian pesan dari pada memaksakan dari pihak lain. Pihak lain
mungkin pada awalnya tidak akan mengenali penawaran terakhir merupakan final
dan mungkin bersukarela untuk konsesi lebih jauh untuk mendapat respons dari
pihak lain. Mendapati bahwa tidak ada konsesi lanjut yang terjadi,pihak lain
mungkin merasa dikhianati dan merasa bahwa pola konsesi –konsesi balasan
12
dilanggar. Konflik yang diakibatkan mungkin dapat membuat negosiasi menjadi
rumit.
2.4 Komitmen
Konsep kunci dalam menciptakan posisi penawaran adalah komitmen. Definisi
komitmen adalah pengambilan posisi penawaran dengan beberapa perjanjian
ekplisit atau implisit berdasarkan tindakan dalam kondisi yang akan datang
( Walton dan McKersie, 1965). Tujuan dari komitmen adalah untuk
menghilangkan ambiguitas tentang tujuan tindakan negosiator.
Sebuah komitmen sering ditafsirkan oleh pihak lain sebagai ancaman – jika
pihak lain tidak menyesuaikan atau mematuhinya, beberapa konsekuensi negatif
akan terjadi. Komitmen dapat juga melibatkan janji masa depan. Karena
pembawaannya , komitmen adalah pernyataan yang biasanya membutuhkan
respons dalam tindakan. Ketika negosiator membuat komitmen, maka terdapat
motivasi kuat untuk berpegang. Karena pihak lain kemungkinan akan
memahaminya, sebuah komitmen, sekali disetujui, sering kali akan memiliki efek
yang kuat terhadap apa yang dianggap mungkin oleh pihak lain (Pruitt, 1981).
2.4.1 Pertimbangan Taktis dalam Menggunakan Komitmen
Seperti banyak alat, komitmen memiliki mata ganda. Mereka mungkin
digunakan untuk meraih keuntungan yang digambarkan sebelumnya, tetapi
13
mereka mungkin juga memperbaiki seorang negosiator ke posisi atau titik
tertentu. Komitmen bertukar secara fleksibel untuk kepastian tindakan, tetapi hal
tersebut menimbulkan kesulitan jika salah satu ingin pindah keposisi yang baru.
Supaya komitmen awal efektif, rencana kemungkinan harus bersifat rahasia.
Komitmen mungkin akan berguna bagi seorang negosiator,tetapi akan
mendapatkan keuntungan untuk mencegah pihak lain dari komitmen. Lebih jauh,
jika pihak lain harus mengambil posisi yang berkomitmen, maka ini merupakan
keuntungan Anda untuk tetap membuka satu jalan atau lebih baginya agar dapat
keluar dari komitmen.
2.5 Menutup Kesepakatan
Setelah bernegosiasi dalam sebuah periode waktu, dan belajar tentang
kebutuhan pihak lain, posisi, dan terkadang titik perlawanan, tantangan berikutnya
untuk negosiator adalah untuk menutup kesepakatan. Berikut ini adalah cara
memilih taktik terbaik untuk negosiasi :
1. Menyediakan alternative
Dalam sebuah perdebatan tentu banyak masalah tau kendala untuk
mencari jalan keluar. Disitu kita harus memikirkan jalan alternative atau
jalan pilihan kedua dalam istilahnya. Negosiator dapat menyiapkan dua
atau tiga paket alternative untuk pihak lain yang lebih atau kurang setara
dalam nilai. Teknik ini juga dapat digunakan ketika pemberi tugas tidak
dapat digunakan ketika pemberi tugas tidak dapat memutuskan
rekomendasi mana yang akan dipakai untuk atasan.
2. Mengamsusikan Penutupan
Dalam berbisnis atau berjualan, penjual sering menggunakan
metode ini. Penjual biasanya mulai dengan bertanya-tanya nama dan
alamat pembeli sebelum bergerak ke titik yang lebih serius (harga, model).
14
Ketika menggunakan model ini, negosiator tidak menanyakan pada pihak
lain apakah ia akan melakukan pembelian. Tetapi, mereka mungkin akan
bertanya, “Haruskah saya mulai mengerjakan dokumen?” dan bersikap
seolah keputusan untuk membeli sesuatu telah dibuat.
3. Memisahkan Perbedaan
Taktik ini merupakan taktik yang juga popular. Negosiator yang
menggunakan taktik ini biasanya akan memberikan rangkuman singkat
negosiasi (“Kamiberdua menghabiskan banyak waktu bersama, membuat
banyak konsesi, dan lain-lain.”) dan lalu beranggapan bahwa karena semua
hal begitu dekat, “Kenapa tidak kita pisahkan perbedaan?” Sementara
dapat menjadi taktik penutup yang efektif, hal ini menganggap bahwa
pihak-pihak memulai dengan penawaran pembuka yang adil.
4. Meledaknya Penawaran
Penawaran yang meledak mengandung batas waktu yang sangat
ketat untuk menekan pihak lain agar segera menyutujui dan merupakan
versi ekstern dalam memanipulasi jadwal negosiasi. Tujuan dari
meledakkan tawaran adalah untuk meyakinkan pihak lain untuk menerima
penyelesaian dan berhenti memikirkan alternative untuk membuat
penawaran menarik di awal negosiasi untuk mencegah pihak lain terus
mencari tawaran superior potensial.
5. Pemanis
Ini adalah taktik terakhir dalam menutup kesepakatan. Negosiator
yang lain diberi tahu, “Saya akan member Anda X jika Anda setuju
dengan kesepakatan ini.
15
2.6 Taktik Hardball
Dalam taktik ini, merupakan taktik popular menggunakan taktik negosiasi
hardball untuk mengalahkan pihak lain. Taktik seperti itu dirancang untuk
menekan negosiator untuk melakukan hal yang tidak ingin mereka lakukan
sebaliknya, dan tekanan mereka biasanya menyamarkan kepatuhan pengguna
terhadap pendekatan penawaran distributive. Taktik ini juga dapat menyerang dan
terdapat bukti bahwa negosiator yang bersifat memusuhi bukanlah negosiator
yang efektif. Banyak orang mendapati taktik hardball bersifat menyerang dan
digerakkan oleh balas dendam ketika taktik tersebut digunakan terhadap mereka.
Mereka lebih sulit untuk ditetapkan daripada dibaca dan setiap taktik melibatkan
risiko untuk orang yang menggunakannya, termasuk membahayakan reputasi
kehilangan kesepakatan, publikasi negative, dan konsekuensi balas dendam dari
pihak lain. Hal ini penting bahwa negosiator memahami taktik hardball dan
bagaimana mereka bekerja, sehingga mereka dapat mengenalinya dan
memahaminya jika taktik hardball digunakan pada mereka.
2.6.1 Menangani Tipikal Taktik Hardball
Negosiator berurusan dengan pihak yang menggunakan taktik hardball
memiliki bebrapa pilihan untuk menanggapi. Respons dan strategi yang baik
terhadap taktik ini mengharuskan negosiator untuk mengidentifikasi taktik dengan
cepat dan memahami taktik tersebut dengan cara kerjanya. Taktik ini dirancang
baik untuk meningkatkan kehadiran posisi penwaran dari orang yang
16
menggunakan taktik atau untuk menurunkan pilihan yang tersedia untuk pihak
lain.
a. Abaikan taktik
Walaupun mengabaikan taktik hardball tampak seperti respon yang
lemah, kenyataannya hal tersebut dapat menjadi sangat kuat. Untuk
membahas taktik hardball ini, menggunakan energy untuk permainan ini.
Fisher, Ury, Patton beranggapan bahwa cara yang baik untuk menangani
taktik hardball adalah dengan mendiskusikannya. Bekerja Sama dengan
pihak lain. Ada juga cara lain untuk menghadapi negosiator yang diketahui
menggunakan taktik hardball adalah dengan mencoba berteman dengan
mereka sebelum mereka menggunakan taktinya pada kita.
2.6.2 Tipikal Taktik hardball
Tipikal ini biasanya membicarakan kelemahan-kelemahan dari taktik
hardball
a. Polisi baik/polisi jahat
Taktik ini memiliki banyak kelemahan. Taktik ini dapat diatasi
dengan menyatakan secara terbuka apa yang dilakukan oleh negosiator.
Taktik polisi baik/atau polisi jahat juga lebih sulit untuk diterapkan
daripada untuk dibaca.
b. Lowball/Highball
Negosiator yang menggunakan taktik ini mulai dengan penawaran
pembuka yang rendah (atau tinggi). Resiko dalam menggunakan taktik
ini adalah bahwa pihak lain akan berpikir bahwa bernegosiasi akan
membuang waktu dan menghentikan prosesnya. Bahkan, jika pihak lain
melanjutkan negosiasi setelah menerima tawaran yang rendah atau
17
(tinggi), dibutuhkan negosiator yang sangat mumpuni agar dapat
membenarkan tawaran pembuka yang ekstrem dan untuk menyiasati
negosiasi kembali ke titik dimana pihak lain akan bersedia untuk
membuat konsesi besar terhadap tawaran yang tidak masuk akal. Cara
terbaik untuk menangani taktik ini adalah dengan tidak membuat usul
balasan, tetapi meminta tawaran pembuka yang lebih logis dari pihak lain
c. Bogey
Negosiator yang memakai teknik bogey berpura-pura bahwa
sebuah permasalahan kecil yang tidak penting adalah penting untuk
mereka. Permasalahan tersebut dapat digunakan untuk konsesi besar pada
isu yang cukup penting untuk ini paling efektif ketika negosiator
mengindentifikasi sebuah isu yang cukup penting untuk pihak lain, tetapi
bernilai kecil bagi mereka. Secara fundamental, taktik ini bersifat menipu
dan taktik ini dapat menjadi taktik yang sulit untuk ditetapkan.
d. Penggigit (The Nibble)
Negosiator yang menggunakan taktik penggigit (the nibble)
meminta konensi kecil yang proposional. Dalam konteks bisnis, taktik
seperti ini. Hal ini merupakan taktik utama dalam taktik menggigit—
banyak orang merasa bahwa pihak yang menggunakan taktik ini tidak
melakukan penawaran dengan baik (sebagai bagian dari proses negosiasi,
semua item yang dibahas selama negosiasi harus disertakan dalam
agenda sejak awal). Pihak yang telah menggigit tidak akan merasa
nyaman tentang proses tersebut dan akan terdorong untuk melakukan
balas dendam dalam negosiasi selanjutnya.
e. Pengecut
Taktik pengecut (chicken) diberi nama berdasarkan tantangan di
era 1950. Negosiator yang menggunakan taktik ini menggabungkan
gertakan dan perilaku terancam untuk membuat pihak lain menjadi
18
pengecut dan memberi apa yang mereka inginkan. Kelemahan dari taktik
ini adalah bahwa taktik membuat negosiasi menjadi permainan serius
dimana satu atau kedua belah pihak merasa kesulitan untuk membedakan
kenyataan dari posisi negosiasi yang disikapi. Taktik ini sangat sulit
untuk dipertahankan oleh negosiator.
f. Intimidasi
Banyak taktik dapat dikumpulan dibawah label intimidasi.
Kesamaan mereka adalah bahwa mereka berusaha untuk memaksa pihak
lain untuk menyetujui melalui cara emosional, biasanya kemerahan atau
ketakutan.
Taktik intimidasi dirancang untuk membuat intimidator merasa lebih
berkuasa daripada pihak yang lain dan untuk mengarahkan orang untuk
membuat konsesi untuk hal emosional daripada alasan objektif (missal,
sebuah fakta baru.
g. Perilaku Agresif
Taktik ini serupa dengan apa yang digambarkan di intimidasi.
Taktik ini meliputi berbagai cara untuk bersikap agresif untuk menekan
posisi kita atau menyerang posisi orang lain. kesepakatan.
h. Pekerjaan Salju
Taktik pekerjaan salju terjadi ketika negosiator melebih-lebihkan
informasi kepada pihak lain bahwa ia bermasalah dalam menentukan
fakta mana yang benar atau penting dan mana yang disertakan semata-
mata untuk distraksi. Negosiator yang mencoba membalas taktik ini
dapat memilih salah satu dari beberapa respons alternative.
Mereka tidak boleh takut untuk bertanya sampai
mendapatkan jawaban yang dimengerti
Jika pada kenyataannya masalah yang sedang didiskusikan
sangat tinggi secara teknis, maka negosiator dapat
19
menyarankan para ahli teknis untuk bersama-sama
membahas isu teknis
Negosiator harus mendengarkan pihak lain dengan seksama
dan mengindentifikasi informasi yang konsisten yang tidak
konsisten
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negosiasi distributif adalah kegiatan negosiasi dengan menguntungkan
salah satu pihak negosiator yang didalamnya terdapat beberapa taktis yang pada
umumnya lebih menguntungkan salah satu pihak
3.2 Saran
Negosiasi adalah sebuah keadaan untuk memperoleh hasil kesepakatan
jadi untuk bernegosiasi yang benar seharusnya kedua belah pihak negosiator
hendaknya bersifat adil. Dan juga untuk memperoleh hasil kesepakatan yang baik
hendaknya tidak melakukan kecurangan dalam bernegosiasi.
21