Pendahuluan Laporan PL Dedi F

24
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapang merupakan kegiatan wajib yang harus ditempuh oleh oleh mahasiswa Strata 1 (S1) pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Adanya pelaksanaan Praktek Lapang adalah dimaksudkan untuk membantu mahasiswa untuk lebih mengenal dunia keprofesiannya, mengetahui kondisi lingkungan kerja dengan mengamati dan ikut serta secara langsung yaitu pada bidang teknologi dan proses pangan khususnya dalam bidang industri, sehingga akan meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan teori ilmu yang diperoleh. Perkembangan penduduk yang semakin pesat saat ini, mendorong masyarakat untuk membutuhkan makanan atau minuman yang memadai untuk kesehatan tubuh baik yang pokok maupun penunjang lainnya seperti sumber energi, penunjang aktivitas dan gaya hidup. Minuman sebagai sumber mineral untuk memenuhi keseimbangan daya tahan tubuh salah satunya adalah minuman rasa jenis Coca-Cola yang mengandung komposisi air berkarbonasi, gula, lemak total, protein, natrium, dan konsentrat Coca-Cola termasuk karamel, yang tidak memakai bahan pengawet dan memiliki rasa yang sangat digemari oleh hampir semua kalangan, khususnya kalangan muda baik di dalam negeri maupun diluar

description

Berisi pendahuluan dalam membuat laporan praktek lapang yang berhubungan tentang warehouse dan storage

Transcript of Pendahuluan Laporan PL Dedi F

Page 1: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapang merupakan kegiatan wajib yang harus ditempuh

oleh oleh mahasiswa Strata 1 (S1) pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Syiah Kuala. Adanya pelaksanaan Praktek Lapang adalah dimaksudkan untuk

membantu mahasiswa untuk lebih mengenal dunia keprofesiannya, mengetahui kondisi

lingkungan kerja dengan mengamati dan ikut serta secara langsung yaitu pada bidang

teknologi dan proses pangan khususnya dalam bidang industri, sehingga akan meningkatkan

kemampuan dalam mengaplikasikan teori ilmu yang diperoleh.

Perkembangan penduduk yang semakin pesat saat ini, mendorong masyarakat untuk

membutuhkan makanan atau minuman yang memadai untuk kesehatan tubuh baik yang pokok

maupun penunjang lainnya seperti sumber energi, penunjang aktivitas dan gaya hidup.

Minuman sebagai sumber mineral untuk memenuhi keseimbangan daya tahan tubuh salah

satunya adalah minuman rasa jenis Coca-Cola yang mengandung komposisi air berkarbonasi,

gula, lemak total, protein, natrium, dan konsentrat Coca-Cola termasuk karamel, yang tidak

memakai bahan pengawet dan memiliki rasa yang sangat digemari oleh hampir semua

kalangan, khususnya kalangan muda baik di dalam negeri maupun diluar negeri dimana

biasanya mereka dengan meminum minuman jenis Coca-Cola tersebut memiliki energi yang

tinggi dan merupakan gaya hidup yang modern.

Minuman ringan (Soft Drink) Coca-Cola diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton,

seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan

Mei 1886. Kemudian mencampurkan suatu ramuan khusus dengan gula murni menjadi sirup

yang beraroma segar dan berwarna karamel, kemudian diaduk bersama air murni. Minuman

ini kemudian dikenal dengan nama Coca-Cola. Pada awalnya penjualan minuman ini

dilakukan dengan menempatkan minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar

yang diletakkan ditempat-tempat strategis.Namun adanya peningkatan jumlah pembelian

menyebabkan penggunaan guci tersebut digantikan dengan kemasan botol yang lebih praktis.

Page 2: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

The Coca-Cola Company didirikan tahun 1892 oleh Asa G. Chandler di Atlanta, yang

juga mempatenkan merek dagang Coca-Cola. Perusahaan ini merupakan induk dari semua

perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca-Cola diseluruh Negara didunia

dengan menyediakan bahan baku konsentratnya. Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company

membangun pabrik sirupnya diluar Atlanta.

Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert W. Woudruff, merupakan

orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman Coca-Cola tersebut dapat

dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh

bangsa di dunia. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The

Coca-Cola Export Cooperation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman

keseluruh pelosok negeri di dunia dengan cirri mutu, rasa, dan kesegaran yang sama.

Di Indonesia, Coca-Cola mulai dikenal pada tahun 1927 melalui De Nederland

Indische Mineral Water Fabrieck yang membotolkan nya untuk pertama kali di Batavia.

Selanjutnya perusahaan tersebut diambil alih oleh pedagang Indonesia dan berubah nama

menjadi The Indonesian Bottles Ltd. N. V. (IBL) yang berstatus perusahaan nasional (Putri,

2012).

  Pada pabrik Coca-Cola Botling Indonesia, penyimpanan dilakukan di dalam sebuah

gudang yang biasa disebut pergudangan. Dimana gudang merupakan tempat penyimpanan

produk sementara, sedangkan pergudangan adalah segala proses penyimpanan dan

pengeluaran barang atau produk pada gudang. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian

dalam rangka penyimpanan bahan pangan adalah keadaan tempat, keamanan dan

pemeliharaan. Tempat penyimpanan atau gudang harus memenuhi persyarataan-persyaratan

tertentu, demikian pula keamanan produk, baik dari pencurian maupun dari cuaca harus

mendapat perhatian. Demikian pula pemeliharaan yang memerlukan alat, biaya dan tenaga

pelaksanaan tidak boleh dilupakan.

 Dalam sistem dan proses pergudangan diperlukan saluran distribusi yang baik dari

proses produksi sampai barang disimpan di dalam gudang. Untuk dapat menyimpan barang di

dalam gudang perusahaan harus dapat memilih tipe gudang yang digunakan, peralatan yang

digunakan dalam gudang, tata letak dan lokasi yang tepat dan sistem persediaan.

Page 3: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

Sistem dan proses pergudangan merupakan hal yang sangat penting bagi PT. Coca-

Cola Bottling Indonesia dalam hal keluar masuk barang, sehingga itu merupakan mata rantai

utama yang menghubungkan produsen dengan konsumen. Dari mulai materi bahan baku ke

proses awal menuju ke pabrik dan ke persediaan produk jadi dan kemudian didistribusikan

kepada gudang kemudian ke ritel.

I.2.Tujuan

Praktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung

sistem dan proses pergudangan serta mendapatkan pengalaman kerja dan pengalaman teknis

dilapangan pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jl. Medan Belawan Km. 14 Simpang

Martubung, Medan - Sumatera Utara.

I.3. Metode

Praktek lapang akan dilaksanakan dengan menggunakan metode data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara

langsung dengan pimpinan serta para karyawan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jl. Medan

Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. Adapun data sekunder

diperoleh dari laporan instansi dan pihak-pihak terkait, studi kepustakaan, artikel serta buku-

buku bacaan lainnya yang dapat mendukung penulisan laporan dan memudahkan dalam

pembahasan dan pengambilan keputusan.

I.4. Lokasi Dan Waktu

Kegiatan praktek lapang dilaksanakan di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan

berada di Jalan Medan Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara.

Praktek Lapang dilaksanakan selama, mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 1 Agustus 2013.

Page 4: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

I.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan praktek lapang pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jl.

Medan Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan – Sumetara Utara 30 hari kerja,

meliputi :

1. Pengamatan  dan tata letak gudang

2. Pengamatan proses penggudangan bahan baku

3. Pengamatan proses penggudangan produk

4. Pengamatan karantina produk

5.Pengamatan transportasi produk

6.Pemasaran

I.6. Tabel Rencana Kegiatan

Kegiatan Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

1. Pengamatan dan tata letak gudang

2. Pengamatan proses penggudangan bahan baku

3. Pengamatan penggudangan produk

4. Pengamatan karantina produk

5. Pengamatan transportasi produk

6. Pemasaran

Page 5: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Gudang adalah sebagai fasilitas khusus yang bersifat tetap, yang dirancang untuk

membantu mencapai target tingkat pelayanan yang baik dengan total biaya yang paling

rendah. Gudang dikenal juga sebagai sistem logistik dari sebuah perusahaan yang berfungsi

untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi

material/produk yang disimpan dalam gudang sehingga informasi tersebut selalu up-to-date

dan mudah diakses oleh siapapun.

Pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi penerimaan,

penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan, serta pelaporan

material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin (Badan Nasional Penanggulangan

Bencana, 2009).

Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan yang mampu memanfaatkan

ruang untuk penyimpanan secara efektif agar dapat meningkatkan utilitas ruang serta

meminimalisasi biaya material handling. Kurangnya pemanfaatan ruang serta penyimpanan

yang kurang efektif akan menyebabkan banyaknya produk yang tidak tertampung dalam

gudang dan biaya material handling yang tinggi (Heragu,1997).

2.2. Fungsi Gudang

Dalam melakukan kegiatannya, pergudangan memiliki fungsi sebagai berikut :

a. (Receiving)

Penerimaan merupakan operasi menerima barang di gudang, biasanya dari truk,

kapal, atau kapal terbang yang kemudian dimasukkan ke dalam gudang dengan

tenaga mausia atau mekanik.

b. (Put away)

Penyimpanan barang pada tempatnya, pada rack yang sesuai dengan jenis barangnya

masing-masing.

Page 6: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

c. (Storage)

Penyimpanan barang sampai barang itu diambil lagi dari rack masing-masing dan

siap untuk di kemas.

d. (Packing)

Pembungkusan merupakan salah satu kegiatan membungkus barang atau muatan,

yang bilamana barang tidak dibungkus akan mengalami kerusakan.

e. (Sortation)

Proses pemilihan barang sesuai dengan keinginan konsumen, atau proses pemilihan

barang sesai alamat yang dituju.

f. (Delivery)

Proses pengiriman barang yang telah dituju dengan menggunakan alat angkut seperti

mobil, truck, motor, dan lain-lain (Ardiansa, 2009).

2.3. Operasi Pergudangan

Operasi gudang adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh gudang dan lapangan

penumpukan. Kegiatan tersebut terdiri dari penerimaan muatan (receiving),

penumpukan/penyimpanan dan pengeluaran/penyerahan (delivery). Kegiatan ini dilaksanakan

untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap kapal dan kelancaran arus barang.

a. Penerimaan barang di gudang.

Dalam melakukan penerimaan barang di gudang, pabrik memiliki tujuan untuk

mendapatkan barang sesuai dengan pesanan atau kontrak yang tercantum. Hal-hal yang

berhubungan dengan penerimaan barang di gudang diantara lain pengadaan barang

yang tiba di gudang, penerimaan di gudang dan lapangan, pengecekan barang yang

masuk ke gudang, membuat berita acara pemeriksaan barang, persetujuan pembayaran

dengan pihak supplier dan penyimpanan barang yang masuk (Ardiansa, 2009).

b. Kegiatan penyimpanan (storage)

Aspek – aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan penumpukan :

Page 7: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

Tujuan penyimpanan adalah menghindarkan barang dari kerusakan dan kehilangan

sehingga siap diberikan kepada pemakainya jika diperlukan. Sementara itu tugas

pokok penyimpanan ialah :

1. Menerima barang dari pemasok sesuai prosedur dan mengadministrasikannya.

2. Menyimpan barang sehingga terhindar dari kerusakan dan kehilangan.

3. Memberikan barang kepada pemakai dan mengaministrasikannya.

Untuk penumpukan barang-barang di gudang itu sendiri harus memperhatikan:

1. Aturan umum

2. Petugas

3. Ruangan penumpukan

4. Muatan

5. Rencana penumpukan

6. Cara penumpukan

7. Penyusunan penumpukan

8. Pengawasan operasi penumpukan (Ardiansa, 2009).

c. Pengeluaran barang dari gudang

Tujuannya menjamin pengeluaran barang sesuai dengan permintaan pemakainya

(user) baik jenis maupun jumlahnya. Dengan mekanisme :

1. Nota permintaan barang dicocokan dengan status persediaan.

2. Kemudian transaksi pengeluaran barang.

3. Kemudian barang siap dikirimkan sesuai dengan pesanan (Ardiansa, 2009).

2.4. Syarat-syarat Gudang

Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus memenuhi

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan obat yang baik (CPOB),

diantaranya:

2.4.1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja bagian gudang

termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan barang, penyimpanan,

dan distribusi barang atau produk.

Page 8: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

2.4.2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering,

bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.

2.4.3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau

mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut organik).

2.4.4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status ‘karantina’ dan ‘ditolak’.

2.4.5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room) dengan kualitas

ruangan seperti ruang produksi (grey area).

2.4.6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) atau FEFO

(First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).

2.5. Bangunan

Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi penyimpanan yang baik

sebagai berikut:

a. Kebersihan dan hygiene.

b. Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%).

c. Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-250C).

d. Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai.

e. Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.

f. Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat (United Arab Emirates

Ministry of Health Drug Control Department, 2006).

2.6. Tata Letak Gudang

Gudang harus mempunyai tata letak ruang yang baik untuk memudahkan penerimaan,

penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan, pencarian, pendistribusian dan pengawasan material

dan peralatan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak gudang adalah sebagai

berikut:

1. Untuk kemudahan bergerak, gudang jangan disekat-sekat, kecuali jika diperlukan.

Perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.

Page 9: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan peralatan, tata letak ruang

gudang perlu memiliki lorong yang ditata berdasarkan sistem:

a. Arah garis lurus.

b. Arah huruf U.

c. Arah huruf L.

3. Pengaturan sirkulasi udara.

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang

cukup di dalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban udara dan pengaturan

pencahayaan.

4. Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan sirkulasi udara, perlindungan

terhadap banjir, serangan hama, kelembaban dan efisiensi penanganan (Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, 2009).

2.7. Pembagian Area Gudang

Gudang di industri pangan dan farmasi terbagi dalam beberapa area antara lain:

1. Area penyimpanan

Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi

dan teratur. Bahan-bahan yang disimpan dalam gudang antara lain bahan awal, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina,

produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk

yang ditarik dari peredaran.

Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah pencemaran,

campur baur dan pencemaran silang. Area penyimpanan diberikan pencahayaan yang

memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman.

2. Area penerimaan dan pengiriman

Area penerimaan dan pengiriman barang harus dapat memberikan perlindungan terhadap

bahan dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan harus didesain dan dilengkapi

dengan peralatan untuk pembersihan wadah barang. Suhu penyimpanan pada area ini sesuai

dengan suhu kamar (≤30oC).

Page 10: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

3. Area karantina

Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan yang jelas berupa label kuning

untuk produk karantina dan label hijau untuk produk yang diluluskan dan hanya boleh

diakses oleh personil yang berwenang.

4. Area pengambilan sampel

Area pengambilan sampel dibuat terpisah dengan lingkungan yang dikendalikan dan

dipantau untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang dan tersedia prosedur

pembersihan yang memadai untuk ruang pengambilan sampel.

5. Area bahan dan produk yang ditolak

Bahan dan produk yang ditolak disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai

penandaan yang jelas berupa label merah dan hanya boleh diakses oleh personil yang

berwenang.

6. Area bahan dan produk yang ditarik

Produk yang ditarik kembali dari peredaran karena rusak atau kadaluarsa harus disimpan

dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai penandaan yang jelas dan hanya boleh

diakses oleh personil yang berwenang.

7. Area penyimpanan produk berpotensi tinggi

Bahan yang berpotensi tinggi, narkotika, psikotropika, dan bahan yang mudah terbakar atau

meledak disimpan di daerah yang terjamin keamanannya.

8. Area bahan pengemas

Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk.

Bahan label disimpan di tempat terkunci (BPOM, 2006).

2.8. Spesifikasi Gudang

Gudang di industri farmasi mempunyai spesifikasi antara lain:

1. Lantai:

a. Terbuat dari beton padat dengan hardener, bersifat menahan debu dan tidak tahan

terhadap tumpahan larutan bahan kimia.

Page 11: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

b. Terbuat dari beton dilapisi ubin keramik berwarna putih dengan kriteria harus tahan

terhadap bahan kimia dan goresan, mudah diperbaiki, memerlukan penutupan celah,

keras, dan licin bila basah.

2. Pencahayaan: 200 Lux (satuan kekuatan cahaya) (BPOM, 2009).

2.9. Pembagian Gudang

Gudang di industri farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Suhu Penyimpanan, yaitu:

a. Gudang suhu kamar (≤30oC).

b. Gudang ber-AC (≤25oC).

c. Gudang dingin (2-8oC).

d. Gudang beku (<0oC).

2. Berdasarkan Jenis, yaitu:

a. Gudang bahan baku: gudang bahan padat dan bahan cair.

b. Gudang bahan pengemas.

c. Gudang bahan beracun.

d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (Gudang api).

e. Gudang bahan yang ditolak (BPOM, 2009).

2.10. Kapasitas Gudang

Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu gudang adalah kapasitas

gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas gudang, maka keadaan yang harus

dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang mencapai keadaan maksimum pada saat

bahan pengemas belum dipakai, terjadi keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan

datang lebih cepat (Lachman, 2008).

Untuk menghitung besarnya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka diperlukan data

tentang:

1. Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu yang dilakukan.

2. Banyaknya bahan pengemas yang dibutuhkan.

Page 12: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

3. Variasi lead time.

4. Fluktuasi pemakaian (Lachman, 2008).

2.11. Peralatan

Peralatan yang terdapat di area penyimpanan hanya boleh digunakan untuk tujuan tertentu dan

untuk kegiatan yang diperbolehkan dengan izin yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan

Obat dan Makanan. Semua peralatan harus dikalibrasi dan divalidasi secara berkala termasuk

alat pengatur suhu, kelembaban dan timbangan (United Arab Emirates Ministry of Health

Drug Control Department, 2006).

Sarana penunjang yang harus ada di gudang, antara lain: pallet, forklift, rak, pengatur udara

(AC, ventilator, kipas angin), timbangan, kulkas/lemari pendingin, troli, Pest control, Pengatur 

kelembaban,   termometer,   komputer,   generator,lemari,  fire extinguisher (tabung   pemadam 

kebakaran), alarm kebakaran (Anonim, 2010 dan BPOM, 2006).

2.12. Manajemen Pergudangan

Manajemen Pergudangan memiliki cakupan antara lain:

1. Mengatur orang atau petugas (SDM).

2. Mengatur penerimaan barang.

3. Mengatur penataan atau penyimpanan barang.

4. Mengatur pelayanan akan permintaan barang (Priyambodo, 2007).

Adapun sasaran pengelolaan gudang (manajemen pergudangan) adalah:

1. Fasilitas

a. Penyediaan serta pengaturan yang baik terhadap fasilitas /perlengkapan/peralatan yang

dibutuhkan dalam gudang.

b. Pemakaian ruang seefektif mungkin.

c. Memungkinkan pemeliharaan yang baik dan mudah untuk semua fasilitas gudang.

d. Fleksibilitas terhadap perubahan.

2. Tenaga Kerja

Page 13: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

a. Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin.

b. Mengurangi risiko kecelakaan.

c. Memungkinkan pengawasan yang baik.

3. Barang

a. Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempengaruhi kualitasnya.

b. Menghindari terjadinya kehilangan barang.

c. Mengatur letak agar hemat tempat atau ruang.

d. Pengaturan aliran keluar masuknya barang (Priyambodo, 2007).

2.13. Administrasi Gudang

Administrasi gudang diperlukan untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian

perbekalan farmasi yang meliputi:

1. Buku Induk.

2. Kartu Stok.

3. Buku Harian Penerimaan Barang.

4. Buku Harian Pengeluaran Barang.

5. Surat Bukti Barang Masuk (SBBM).

6. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).

2.14. Mekanisme Pergudangan

Mekanisme pergudangan meliputi proses sebagai berikut:

1. Penerimaan

Penerimaan merupakan proses penyerahan dan penerimaan material dan peralatan di

gudang. Dalam proses penyerahan dan penerimaan ini dilakukan:

a. Pendataan jumlah dan mutu material dan peralatan harus sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Pencatatan administratif sebagai dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan oleh

petugas yang bersangkutan.

2. Penyimpanan

Page 14: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

Penyimpanan merupakan proses kegiatan penyimpanan material dan peralatan di gudang

dengan cara menempatkan material dan peralatan yang diterima:

a. Penempatan sesuai dengan denah.

b. Aman dari pencurian.

c. Aman dari gangguan fisik.

d. Aman dari pencemaran secara kimia dan biologi yang dapat merusak kualitas dan

kuantitas.

e. Aman dari kebakaran.

f. Penataan sesuai dengan standar pergudangan.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan material dan peralatan agar kondisi tetap

terjamin dan siap pakai untuk digunakan secara efektif, efisien dan dapat diterapkan,

melalui prinsip material dan peralatan disusun di atas pallet secara rapi dan teratur, sesuai

dengan ketentuan.

4. Pendistribusian

Pendistribusian merupakan proses kegiatan pengeluaran dan penyaluran material dan

peralatan dari gudang untuk diserahkan kepada yang berhak, melalui suatu proses serah

terima yang dapat dipertanggungjawabkan, disertai dengan bukti serah terima. Hal ini

dilakukan berdasarkan permintaan sesuai kebutuhan.

5. Pengendalian

Pengendalian merupakan proses kegiatan pengawasan atas pergerakan masuk keluarnya

material dan peralatan dari dan ke gudang agar persediaan dan penempatan dapat diketahui

secara cepat, tepat, dan akurat serta dapat diterapkan.

6. Penghapusan

a. Penghapusan merupakan rangkaian kegiatan pemusnahan material dan peralatan dalam

rangka pembebasan milik/kekayaan negara dari tanggung jawab berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Tujuan penghapusan adalah sebagai berikut:

1) Penghapusan merupakan bentuk pertanggungjawaban administrasi petugas terhadap

material dan peralatan yang dikelola, yang sudah ditetapkan untuk

dihapuskan/dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 15: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

2) Menghindari pembiayaan (biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan, dan lain-

lain) atau barang yang sudah tidak layak untuk dipelihara.

3) Menjaga keselamatan agar terhindar dari pencemaran lingkungan.

c. Kegiatan penghapusan adalah sebagai berikut:

1) Membuat daftar material dan peralatan yang akan dihapuskan beserta alasan-alasannya.

2) Pisahkan material dan peralatan yang kadaluarsa/rusak pada tempat tertentu sampai

pelaksanaan pemusnahan.

3) Melaporkan kepada atasan mengenai material dan peralatan yang akan dihapuskan.

4) Membentuk panitia pencelaan dan penghapusan material dan peralatan melalui Surat

Keputusan dari pejabat yang berwenang.

5) Membuat berita acara hasil pencelaan dan penghapusan material dan peralatan yang akan

dihapuskan.

6) Melaporkan hasil pencelaan dan penghapusan kepada pejabat yang berwenang.

7) Melaksanakan penghapusan dan pemusnahan setelah ada keputusan dari pejabat yang

berwenang (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).

2.15 Pengelolaan Stok

Aktivitas pengelolaan stok meliputi:

1. Pengecekan pada saat penerimaan produk.

Saat penerimaan barang dilakukan pengecekan antara lain kemasannya tidak rusak, jumlah

yang diantar, label produk, nama dan alamat pemasok, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2. Pengawasan stok.

Sistem pergudangan harus dibuat sistematis, misalnya ruang untuk pergerakan barang atau

petugas gudang agar mudah bergerak, kemudian proses pengecekan barang, dan juga

penggunaan kartu stok untuk mengawasi pergerakan barang. Penggunaan label diperlukan

untuk mengetahui kondisi produk baik, rusak, atau masih dalam pengecekan dan secara

rutin dilakukan perhitungan stok.

3. Pengeluaran produk.

Page 16: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

Pengeluaran produk mengikuti mekanisme FEFO (First Expired First Out) artinya produk

yang memiliki masa kadaluarsa yang lebih dekat harus diprioritaskan untuk dikeluarkan

terlebih dahulu.

4. Pemusnahan produk.

Pemusnahan produk diatur dalam prosedur tertulis. Setiap pabrikan produk dan dari

pemerintah mengeluarkan aturan mengenai tata cara pemusnahan untuk menghindari

penyalahgunaan ataupun dampak yang diakibatkan dari pemusnahan produk (Anonim,

2010).

Alur Penerimaan Barang Di Gudang

Sumber : Priyambodo, B. 2007

2.17. Standarisasi Gudang Berdasarkan ISO 22000

ISO 22000 mengambil seluruh pendekatan rantai keamanan makanan, memberikan

suatu standar yang bukan hanya untuk pemroses makanan, tetapi juga seluruh aspek dari

makanan yang belum diolah hingga makanan yang siap dihidangkan termasuk pengemasan

dan supplier bahan, juru masak, gudang, dan fasilitas distribusi, pabrik kimia dan mesin dan

dapat diaplikasikan pada para produsen utama seperti pertanian. Standar ISO 22000

merupakan program terakreditasi ISO/PDTS22003 yang dirancang untuk memastikan rantai

suplai keamanan makanan ke seluruh dunia.

ISO 22000 memperluas pendekatan system manajemen ISO 9001:2000 yang

merupakan standar system manajemen yang berhasil diimplementasikan secara luas pada

Page 17: Pendahuluan Laporan PL Dedi F

semua sektor tetapi tidak secara khusus menuju pada keamanan makanan dengan memadukan

prinsip-prinsip Codex HACCP. Pengembangan ISO 22000 didasarkan pada asumsi system

keamanan makanan paling efektif yang dirancang, dioperasikan dan dikembangkan secara

berkesinambungan dalam kerangka kerja suatu sistem manajemen terstruktur, terintegrasi ke

dalam seluruh kegiatan manajemen yang ada pada organisasi (Ikhwansyah, 2011).