Pendahuluan Infeksi Virus

6
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .............................................................. ......................... 1 BAB I PENDAHULUAN .................................................. ............................. 2 BAB II INFEKSI VIRUS .............................................................. .....................4 2.1 Herpes Primer ....................................................... .................................4 2.2 Herpes Simpleks Sekunder ..................................................... ...............7 2.3 Herpes Zoster ....................................................... ..................................9

description

pendahuluan infeksi virus

Transcript of Pendahuluan Infeksi Virus

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................... 1BAB IPENDAHULUAN ............................................................................... 2BAB II INFEKSI VIRUS ...................................................................................42.1Herpes Primer ........................................................................................42.2Herpes Simpleks Sekunder ....................................................................72.3Herpes Zoster .........................................................................................92.4Varicella ................................................................................................122.5Mumps ...................................................................................................162.6Cat-Scratch Disease ................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................22

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh manusia secara terus menerus terekspos oleh berbagai macam mikroorganisme, dengan berbagai tujuan dan pengaruhnya masing-masing. Salah satu jenis mikroorganisme yanga menginvasi tubuh manusia adalah virus. Virus merupakan mikroorganisme terkecil, memiliki ukuran diameter antara 20 sampai 200 nanometer. Virus bersifat parasitik intraseluar obligat, mempunyai kemampuan mengcoding sel host untuk memproduksi virion generasi baru dengan memasukkan asam nukleat virus. Virus memiliki pusat inti yang terdiri dari DNA atau RNA, yang ditutupi oleh kapsid yang dibentuk dari protein (Tandon,2001). DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Pada beberapa virus, kapsidnya ditutupi oleh suatu lapisan (semacam amplop atau disebut envelope protein) yang biasanya terdiri atas beberapa kombinasi lipid, protein, dan karbohidrat. Ketika virus berkontak dengan sel yang rentan infeksi, virus terabsorpsi ke permukaan sel reseptor spesifik dan selanjutnya bergabung dengan sel host melalui proses pinositosis. Selama proses ini, envelope protein dan kapsid terlepas dari tubuh virus bersamaan dengan dilepaskannya asam nukleat virus. Asam nukleat virus ini kemudian mengcoding nukleus sel host untuk menghasilkan produk viral(Tandon,2001).Rongga mulut manusia memiliki kecenderungan untuk mendapatkan berbagai macam lesi. Pada beberapa kasus lesi ini hanya terbentuk di rongga mulut, sedangkan pada bagian tubuh lain memberikan gambaran manifestasi awal berupa gejala atau gangguan sistemik yang lebih kompleks. Dokter gigi mungkin akan menemui keadaan bahwa dialah yang pertama kali menemukan lesi ini sebagai manifestasi dari suatu penyakit infeksi. Insidensi kondisi patologis jaringan rongga mulut dan perioral pada anak-anak berbeda dibandingkan dengan pada orang dewasa, sehingga penanganannya pada anak-anak pun berbeda dengan pada orang dewasa. Tumbuh kembang pada anak mungkin akan terpengaruh baik yang disebabkan oleh penyakitnya, maupun yang disebabkan oleh pengobatannya (Stewart, 1982). 22

Secara umum penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen ditandai dengan adanya periode inkubasi antara invasi organisme dan perkembangan karakteristik manifestasi klinis. Penyakit infeksi cenderung dimanifestasikan dengan tanda-tanda dan gejala sistemis nonspesifik tertentu, misalnya malaise, peningkatan fatigability, sakit dan nyeri, demam, menggigil, berkeringat, dan dalam kasus yang lebih parah dapat sampai tak berdaya (Stewart, 1982).Beberapa organisme yang menghasilkan eksotoksin kuat yang dibawa melalui darah ke semua jaringan dan organ-organ tubuh yang menyebabkan gejala-gejala umum; yang lainnya menghasilkan endotoksin, di mana kerusakan jaringan ditempatkan pada daerah infeksi. Tanda-tanda klinis dan gejala sistemik mungkin ditimbulkan oleh patogen yang menghasilkan endotoksin atau dengan pelepasan endotoksin dari lisis organisme yang menyebabkan reaksi lebih luas (Stewart, 1982).Secara umum penyakit infeksi dimulai dengan adanya reaksi inflamasi lokal di daerah masuknya organisme ke dalam tubuh. Kelenjar getah bening regional juga hampir selalu terlibat dalam semua penyakit infeksi. Tingkat keparahan keterlibatan kelenjar getah bening dan distribusi dari nodus-nodus yang terkena tergantung pada toksisitas dan invasi organisme. Organisme dengan toksisitas rendah menimbulkan suatu respon inflamasi hanya pada kelenjar getah bening regional untuk mengosongkan pintu masuk; semakin patogen suatu organisme maka semakin besar penyebaran responnya (Stewart, 1982).Makalah ini akan membahas tentang tanda-tanda dan gejala klinis di wilayah orofasial yang menyertai berbagai jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.