Pendahuluan FISTUM I
Click here to load reader
Transcript of Pendahuluan FISTUM I
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman
yang diikuti oleh peningkatan berat kering. Proses pertumbuhan tanaman terdiri
dari pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel. Pada umumnya
keberadaan garam-garam terlarut dalam medium dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dengan dua cara. Pertama konsentrasi tinggi ion-ion
tertentu dapat meracuni dan menginduksi gangguan fisiologis (misal Na+, borat),
kedua garam-garam terlarut menekan potensi air dari medium dan berakibat
terbatasnya penyerapan air oleh akar. Konsentrasi garam yang lebih tinggi di
medium, cenderung meningkatkan penyerapan ion dan menurunkan potensial air
dalam akar tanaman yang akan menstimulir penyerapan air dan akan
meningkatkan turgor sel dan turgiditas jaringan tanaman. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga keseimbangan air yang dikenal dengan penyesuaian osmotik.
Stress merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Stress garam merupakan salah-satu
dari antara enam bentuk stres tanaman yaitu stres suhu, stres air, stres radiasi, stres
bahan kimia dan stres angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam termasuk
stres bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida, insektisida dan
lain sebagainya. Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi
garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya
terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat
mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stres
tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam
air. Dalam larutan tanah, garam-garam ini mempengaruhi pH dan daya hantar
listrik. Tanah salin memiliki pH < 8,5 dengan daya hantar listrik > 4 mmhos/cm.
Pada kebanyakan spesies, pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas
terhadap tumbuhan tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total garam.
Salinitas tidak ditentukan oleh garam Na Cl saja tetapi oleh berbagai jenis garam
yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman. Dalam konteks ini
1
tanaman mengalami stres garam bila konsentrasi garam yang berlebih cukup
tinggi sehingga menurunkan potensial air sebesar 0,05 – 0,1 Mpa. Stres garam ini
berbeda dengan stres ion yang tidak begitu menekan potensial air.
Pada praktikum kali ini varietas cabai yang digunakan adalah jenis cabai
rawit (Capsicum frutescent). Beberapa tanaman mengembangkan mekanisme
untuk mengatasi cekaman tersebut di samping ada pula yang menjadi teradaptasi.
Mayoritas tanaman budidaya rentan dan tidak dapat bertahan pada kondisi
salinitas tinggi; atau sekalipun dapat bertahan tetapi dengan hasil panen yang
berkurang. Tanaman yang toleran terhadap cekaman garam Na disebut tanaman
natrofilik (halophyta), sedangkan yang tidak toleran disebut tanaman natrofobik
(glycophyta).
Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi
sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah.
Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi
produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan
meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-
unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke
dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah
persediaan air dalam tanaman. Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl-
diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan
tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi
fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+
oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan
pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid
tanah. Salinitas akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, yaitu:
1. Tekanan osmotik yang meningkat
2. Peningkatan potensi ionisasi
3. Infiltrasi tanah yang menjadi buruk
4. Kerusakan dan terganggunya struktur tanah
5. Permeabilitas tanah yang buruk
6. Penurunan konduktivitas.
2
Salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi akan
menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman.
Salinitas dapat berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman dengan
dua cara yaitu :
a. Dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu.
b. Dengan membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi
pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses.
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang
tertekan dan perubahan secara perlahan.
B. Tujuan
1. Memahami bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal (lingkungan).
2. Memahami bahwa kondisi lingkungan yang ekstrim (cekaman)
merupakan kondisi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman.
3. Menentukan konsentrasi garam yang masih dapat ditoleransi oleh
tanaman cabai (Capsicum frutescent).
4. Menjelaskan perubahan-perubahan fisiologi dan anatomi tanaman
cabai (Capsicum frutescent) akibat cekaman garam tinggi.
3
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, timbangan analitik, oven,
mikroskop, gelas ukur, gelas beaker, mortar dan pestle, gunting, object glass dan
cover glass, penggaris, kertas label, kamera, dan kertas bujur sangkar.
Bahan yang digunakan adalah tanaman cabai (Capsicum frutescent),
larutan NaCl (konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50), akuades dan aseton 80%.
B. Metode
1. Cara Kerja
Pengukuran Luas Daun
1. Data luas daun diperoleh dengan cara mengukur luas daun ke dua (fully
expanded leaf) dan dinyatakan dalam cm2
2. Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode gravimetric
a) Dengan menggunakan kertas HVS 70 gram, dibuat kotak bujur sangkar
berukuran 4 x 4 cm.
b) Kertas bujusangkar ditimbang dengan timbangan analitik
c) Dibuat pola daun kedua tanaman sampel. Kertas bujursangkar dipotong
sesuai pola yang dibuat, untuk kemudian ditimbang dengan timbangan
analitik .
3. Luas daun ke-2 dihitung dengan rumus :
Luas daun= AC/B cm2
A : Luas kertas bujur sangkar
B : Berat kertas bujur sangkar
C : Berat pola sampel daun
Pengukuran Tinggi Tanaman
1. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi
tanaman mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh apical tanaman.
2. Pertambahan tinggi tanaman dihitung dengan rumus (Δh= ht-ht-1).
Pengukuran Berat Basah dan Berat Kering4
1. Memisahkan media dari akar tanaman, dilakukan dengan cara menyobek
polybag .
2. Memotong/ memisahkan bagian akar, batang, dan daun tanaman.
3. Menimbang masing-masing bagian tanaman dan hasilnya sebagi berat
basah.
4. Mengkeringkan masing-masing bagian tanaman dengan cara mengoven
sampai dengan diperoleh berat yang konstan sebagai berat kering.
Pengukuran Kandungan Klorofil
1. Memotong daun segar dengan ukuran 1 x 1 cm dan dilumatkan dalam
mortal dengan pelarut aseton sampai semua pigmen terlarut.
2. Setelah daun lumat, pigmen terlarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan sisa daun disaring dengan kertas penyaring.
3. Dengan menggunakan spektrofotometer, baca absorbansi filtrat pada
panjang gelombang 470 nm, 646 nm, dan 663 nm.
2.Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan dasar Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan pola perlakuan petak terpisah (split plot design).
Petak utama yang dicobakan adalah cabai (Capsicum frutescent) yang diduga
tidak tahan cekaman lingkungan abiotik. Sebagai anak petak adalah konsentrasi
garam NaCl yang diberikan yaitu 0 mM, 10 mM, 20 mM, 30 mM, 40 mM dan 50
mM. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang paling sedikit 3 kali.
5