PENDAHULUAN -...

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran media baru (new media) menjadi isu penting dalam berbagai bidang termasuk public relations. Penggunaan media baru untuk organisasi bukan tanpa alasan. Menurut Internet World Stats pada Juni 2012, tercatat 2.405.518.376 pengguna internet didunia dan sejumlah 1.076.681.059 berada di Asia dan 55.000.000 diantaranya berada di Indonesia. Media baru memiliki kelebihan dibandingkan dengan media lama, yaitu menyediakan fasilitas interaksi antar pengguna yang bersifat tekstual, audio, dan audio visual, serta menembus batas ruang dan waktu. Kelebihan dan nilai tambah yang dimiliki media baru tersebut kemudian digunakan organisasi-organisasi untuk menyelenggarakan program dan kegiatannya. Organisasi-organisasi pemerintah maupun swasta secara umum telah banyak yang memiliki website organisasi. Bahkan beberapa organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan sejenisnya. Tantangan bagi organisasi di dalam era media baru adalah beradaptasi dengan lingkungan. Beradaptasi pengertiannya tidak sekedar menyesuaikan dengan lingkungan sosial yang dapat dijangkau secara fisik, namun juga dengan lingkungan yang bersifat virtual. Lingkungan yang bersifat virtual memiliki arti penting karena ini menjadi penghubung pada realitas fisik. Pengaduan permasalahan melalui media baru merupakan contoh bahwa realitas virtual menjadi instrumen penghubung realitas nyata. Organisasi dihadapkan pada pilihan untuk memilih sistem terbuka atau tertutup dengan segala konsekuensi. Sistem tertutup membuat organisasi tidak dapat beradaptasi dengan dinamika lingkungan. Dalam lingkungan virtual, penyebaran pesan menjadi tidak terkendali sehingga mustahil bagi organisasi mengendalikan pergerakan pesan. Organisasi dapat memilih sitem terbuka dengan konsekuensi harus mampu menyiapkan diri untuk berkomunikasi dua arah dengan publik.

Transcript of PENDAHULUAN -...

Page 1: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran media baru (new media) menjadi isu penting dalam berbagai

bidang termasuk public relations. Penggunaan media baru untuk organisasi

bukan tanpa alasan. Menurut Internet World Stats pada Juni 2012, tercatat

2.405.518.376 pengguna internet didunia dan sejumlah 1.076.681.059 berada di

Asia dan 55.000.000 diantaranya berada di Indonesia. Media baru memiliki

kelebihan dibandingkan dengan media lama, yaitu menyediakan fasilitas interaksi

antar pengguna yang bersifat tekstual, audio, dan audio visual, serta menembus

batas ruang dan waktu. Kelebihan dan nilai tambah yang dimiliki media baru

tersebut kemudian digunakan organisasi-organisasi untuk menyelenggarakan

program dan kegiatannya. Organisasi-organisasi pemerintah maupun swasta

secara umum telah banyak yang memiliki website organisasi. Bahkan beberapa

organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

sejenisnya.

Tantangan bagi organisasi di dalam era media baru adalah beradaptasi

dengan lingkungan. Beradaptasi pengertiannya tidak sekedar menyesuaikan

dengan lingkungan sosial yang dapat dijangkau secara fisik, namun juga dengan

lingkungan yang bersifat virtual. Lingkungan yang bersifat virtual memiliki arti

penting karena ini menjadi penghubung pada realitas fisik. Pengaduan

permasalahan melalui media baru merupakan contoh bahwa realitas virtual

menjadi instrumen penghubung realitas nyata.

Organisasi dihadapkan pada pilihan untuk memilih sistem terbuka atau

tertutup dengan segala konsekuensi. Sistem tertutup membuat organisasi tidak

dapat beradaptasi dengan dinamika lingkungan. Dalam lingkungan virtual,

penyebaran pesan menjadi tidak terkendali sehingga mustahil bagi organisasi

mengendalikan pergerakan pesan. Organisasi dapat memilih sitem terbuka dengan

konsekuensi harus mampu menyiapkan diri untuk berkomunikasi dua arah dengan

publik.

Page 2: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

2

Konsekuensi mengikuti sistem terbuka adalah tidak mudah. Organisasi

harus mampu menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur yang

menopangnya. Hal tersebut perlu dilakukan karenakarakteristik media baru

berbeda dengan media massa. Karakteristik media baru sebagaimana dijelaskan

Rogers (1986) memiliki 3 ciri, yaitu interactivity, demassification, dan

asynchronous. Interactivity memiliki makna terjadi komunikasi dua arah dimana

masing-masing pengguna dapat berperan sebagai pengirim dan penerima pesan

dan menembus batas ruang dan waktu. Demassification memiliki makna kontrol

pesan berada pada individu pengguna. Asynchronous memiliki makna pesan dapat

dipertukarkan dengan cepat.

Media baru memiliki kelebihan dibandingkan dengan media lama, yaitu

menyediakan fasilitas komunikasi dua arah, baik secara tekstual, maupun audio

visual dengan jangkauan seluruh dunia yang terhubung dengan internet, dengan

waktu yang relatif cepat sesuai kapasitas kecepatan jaringan. Bentuk media baru

sebagaimana dikemukakan Flew (2005) memiliki tiga bentuk, yaitu teknologi

informasi dan komputer, jaringan komunikasi, dan digitalisasi media dan konten

informasi. Fasilitas yang canggih tersebut dapat diadopsi organsisasi terutama

untuk pengembangan dan optimalisasi fungsi-fungsi tertentu, misalnya pelayanan

publik, pemasaran, mengembangkan hubungan dengan publik, dan transaparansi

organisasi.

Media baru (new media) dapat dikategorikan berdasarkan kesamaan

saluran dan kedekatan tipe penggunaan, konten, dan konteks sebagai

interpersonal communication media, interactive play media, information search

media, dan collective participatory media (McQuail, 2005). Sebagai media

komunikasi interpersonal, media baru memberikan akses kepada individu untuk

berkomunikasi dengan individu yang lain melalui ponsel (mobile phone), dan

berkirim surat via email.

Dalam konteks sebagai interactive play media, media baru memiliki basis

pada komputer, video games, dan perangkat-perangkat virtual (virtual reality

device). Media baru menyediakan fasilitas interaktif terutama melalui permainan-

permainan online. Dalam konteks sebagai information search media, media baru

Page 3: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

3

memberikan akses seluas-luasnya kepada individu untuk mengakses informasi

dalam format teks, audio, audio visual, bahkan animasi. Dalam konteks sebagai

collective participatory media, media baru memberikan ruang untuk individu

berbagi dan bertukar informasi, ide-ide, pengalaman, dan menjalin hubungan

(relationship) secara personal.

Perbedaan mendasar media baru dan media lama menurut Mcquail (2005)

dilihat dari perspektif pengguna sebagai berikut:

a. Media baru memiliki interactivity, yaitu komunikasi dua arah antar

pengguna.

b. Media baru memberikan fasilitas social presence meskipun bersifat

virtual.

c. Media baru dalam konteks media richness dapat menjembatani perbedaan

kerangka referensi, mengurangi ambiguitas, menyediakan lebih banyak

tanda (cues) melibatkan kepekaan dan lebih personal.

d. Media baru memberikan autonomy, yaitu pengguna dapat mengendalikan

isi dan penggunaan, dan independen terhadap sumber.

e. Media baru menawarkan aspek playfulness yaitu unsur hiburan dan

kesenangan, tidak sekedar penggunaan instrumen (alat).

f. Media baru memberikan privacy kepada pengguna untuk menggunakan

jenis konten tertentu.

g. Media baru menawarkan personalization yaitu konten dan penggunaan

media yang bersifat personal.

Organisasi profit maupun non profit baik swasta maupun pemerintah

secara umum telah menggunakan media baru sesuai dengan kepentingan masing-

masing. Hal ini ditandai dengan pemanfaatan web site dan media sosial yang

semakin meningkat di seluruh dunia. Hal yang menimbulkan pertanyaan adalah

apakah penggunaan media baru dalam aktivitas public relations telah

menggunakan cara yang baru (new ways) atau masih menggunakan cara lama

(oldways) seperti saat menggunakan media lama?

Page 4: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

4

Media baru memiliki potensi untuk digunakan secara searah (one way) dan

dua arah (two way). Jika penggunaan media baru masih menggunakan pola searah

maka tidak berbeda dengan penggunaan media lama. Hal ini dapat dilihat dari

karakter media lama seperti radio, televisi, suratkabar, majalah yang cenderung

berpola searah dalam proses komunikasi. Karakter ideal media baru lebih dekat

dengan karakter ideal public relations model dua arah (two way) terutama dua

arah yang simetris (two way symmetric).

Teknologi media baru mengalami perkembangan, dari yang menopang

komunikasi searah menjadi dua arah. Namun hal tersebut tidak serta merta dapat

diaplikasikan oleh organisasi. Media baru dapat menampung segala keluhan atau

permasalahan dari publik, namun jika tidak diimbangi kemampuan untuk

menjawab persoalan dengan cepat maka komunikasi dua arah tidak dapat

berlangsung dengan optimal. Penggunaan media baru dalam aktivitas public

relations dengan pola dua arah juga memerlukan intensitas waktu yang

terjadwal/rutin. Hal ini karena interaktivitas antara organisasi dan publik

memerlukan intensitas waktu yang cukup. Penggunaan media baru secara tidak

terjadwal menunjukan ketidakseriusan dalam menggunakan media baru. Hal

tersebut juga dimungkinkan karena ketidaksiapan sumber daya manusia, dan

ketiaksiapan manajemen mengelola media baru dengan model komunikasi dua

arah. Komunikasi searah dalam media baru menjadi lebih mudah karena dapat

diaplikasikan tanpa ada situasi “deadline” seperti media massa.

Media baru memiliki beberapa variasi jenis, namun yang lebih dikenal

penggunaannya untuk organisasi yaitu media sosial dan web site organisasi, dan

email. Media sosial sendiri memiliki variasi yaitu yang sering dipakai organisasi

dan atau personal. Situs jejaring sosial (social networking site) seperti facebook

dan twitter merupakan media sosial yang biasa dipakai untuk kepetingan individu

maupun organisasi. Dalam facebook dan twitter memungkinkan penggunanya

menggunakan akun organisasi maupun akun individu. Sedangkan media sosial

yang berbasis ponsel pintar (smartphone) seperti Blackberry Messenger dan

Whatsapp menggunakan akun atau PIN individu.

Page 5: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

5

Setiap perusahaan/organisasi pada umumnya telah banyak yang memiliki

web site organisasi dengan berbagai variasi penggunaannya. Web site pada

mulanya bersifat statis yang diperbaharui secara berkala sehingga hanya untuk

menyebarkan informasi berupa profil perusahaan. Dalam perkembangannya,

teknologi web memungkinkan untuk komunikasi dua arah secara interaktif sesuai

kapasitas yang dimiliki. Namun demikian tidak setiap organisasi/perusahaan

menggunakan web site secara interaktif. Pandangan bahwa web site sebagai

pelengkap menjadikan web site organisasi tetap bersifat statis. Selain itu, budaya

birokrasi organisasi yang tidak siap menghadapi interaktivitas media baru yang

cepat, menyebabkan keluhan-keluhan publik yang disampaikan melalui web site

organisasi menjadi tidak terjawab dan tertangani dengan cepat.

B. Rumusan Masalah

Sejauhmana praktisi-praktisi public relations di organisasi profit dan non profit di

Yogyakarta menggunakan media baru di lingkungan organisasinya?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk menemukan apakah ada perbedaan penggunaan media baru yaitu

website, facebook, twitter, dan email, google, dan yahoo yang bersifat terjadwal

dan tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non

profit di Yogyakarta.

2. Untuk menemukan sejauhmana penggunaan media website, facebook, twitter,

dan email yang memiliki pola searah dan dua arah.

D. Manfaat penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan bagi praktek penggunaan

media baru dalam aktivitas public relations pada organisasi-organisasi.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah penelitian-

penelitian mengenai penggunaan media baru dalam organisasi yang sudah ada.

Page 6: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

6

E. Kerangka Pemikiran

Penggunaan media baru dalam kegiatan public relations organisasi

dimungkinkan berbeda satu dengan lainya. Hal ini tidak semata-mata persoalan

teknis, tetapi memiliki relevansi dengan pendekatan public relations yang

dijalankan oleh masing-masing organisasi.

1. Pendekatan dalam Memahami Praktik Public Relations Organisasi

Untuk memahami praktek public relations dalam organisasi, terdapat dua

pendekatan yang dapat digunakan (Grunig, 2009), yaitu pendekatan tradisional

yang berbasis pada simbolik-interpretatif dan pendekatan perilaku yang berbasis

pada manajemen stratejik. Pendekatan tradisional memandang bahwa public

relations adalah pengiriman pesan, publisitas, penyediaan informasi, dan media

relations. Paradigma ini menjalakan fungsi komunikasi yang cenderung searah

(one way) dan asimetris.

Praktisi public relations yang menjalankan pendekatan tradisional

(simbolik-interpretatif) menekankan pada kegiatan publikasi, berita, komunikasi

kampanye, dan kontak dengan media. Public relations dalam pandangan

simbolik-interpretatif dianggap sebagai fungsi yang mendukung komunikasi

pemasaran melalui publisitas atau program yang terintegrasi dengan periklanan

yang lebih dikenal dengan integrated marketing communication.

Dalam pandangan paradigma tradisional, praktisi dipandang mampu

mengontrol informasi yang ditujukan pada audience. Pesan disampaikan melalui

komunikasi persuasif yang bersifat asimetris. Melalui pesan persuasif tersebut

praktisi berharap dapat mengubah kognisi, afeksi, dan perilaku audience. Namun

paradigma simbolik-interpretatif memiliki bias berkaitan dengan kedudukan

publik dan audience. Publik berbeda dengan audience, publik memiliki

konsekuensi dengan organisasi dan sebaliknya. Namun audience lebih relevan

dengan konsep marketing yang menempatkan audience sebagai target konsumen.

Page 7: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

7

Dalam konteks paradigma simbolik-interpretatif public relations memiliki

fungsi untuk mempublikasikan informasi-informasi yang ditujukan untuk

masyarakat melalui media baru seperti web site organisasi. Publisitas organisasi

dalam media baru digunakan untuk mendukung fungsi marketing. Sedangkan

penyediaan informasi bagi masyarakat merupakan bagian dari pelayanan publik.

Penggunaan media baru dalam paradigma simbolik-interpretatif mengutamakan

fungsi komunikasi (fungsi teknis) dibandingkan fungsi manajemen.

Berbeda dengan paradigma tradisional yang bersifat simbolik-interpretatif,

paradigma perilaku yang berbasis pada manajemen stratejik lebih sesuai untuk

menjalankan fungsi manajemen. Paradigma ini memandang public relations

sebagai pihak yang memiliki partisipasi dalam pembuatan keputusan/kebijakan

organisasi. Paradigma manajemen stratejik menekankankan komunikasi dua arah

yang bersifat simetris antara organisasi dan publik. Public relations dipandang

mampu melakukan riset sebagai mekanisme mendengar dan belajar. Tujuan

public relations dalam paradigma ini adalah untuk membantu semua fungsi

manajemen (tidak hanya marketing) dalam mengembangkan hubungan dengan

publik melalui program-program komunikasi yang sesuai dengan fungsi

manajemen masing-masing. Publik dalam pandangan paradigma manajemen

stratejik memiliki konsekuensi terhadap organisasi dan sebaliknya. Paradigma ini

memandang publik sebagai pihak yang lebih penting dibandingkan dengan

audience. Audience dipandang tidak memiliki konsekuensi terhadap organisasi

sepanjang tidak berkembang menjadi publik yang aktif. Oleh karena itu, audience

dalam pandangan manajemen stratejik dipandang sebagai konsumen dan tidak

menjadi perhatian utama.

Penggunaan media baru dalam pandangan paradigma manajemen stratejik

tidak sekedar untuk menjalankan aktivitas teknis misalnya publikasi. Aktivitas

public relations dikembangkan untuk menangani persoalan stratejik melalui media

baru.

Page 8: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

8

2. Peran Public Relations dalam Organisasi

Peran adalah abstraksi pola perilaku individu-individu dalam organisasi

(Dozier, 1992). Peran merupakan kunci untuk memahami fungsi public relations

dan komunikasi organisasi. Peran praktisi public relations menurut Broom dan

Dozier (2006) dibedakan atas dua dikotomi, yaitu peran manajerial dan peran

teknisi. Peran manajerial meliputi expert prescriber, problem-solving process

facilitator, dan communication fasilitator. Peran teknisi yaitu communication

technician. Peran expert prescriber memposisikan praktisi public relations untuk

mendefinisikan masalah, mengembangkan program, dan bertanggungjawab atas

penerapannya. Dalam peran ini, praktisi public relations bertugas seperti

konsultan untuk masalah yang dihadapi organisasi sementara manajemen bersifat

pasif dan menyerahkan penyelesaian masalah kepada praktisi public relations.

Peran problem-solving process facilitator menurut Broom (Dozier, 1992)

memposisikan praktisi public relations membantu manajemen untuk berpikir

secara sistematis melalui komunikasi organisasi dan menghubungkan masalah

pada solusi. Manajemen dan praktisi public relations bersama-sama mencari

pemecahan masalah tahap demi tahap. Peran manajerial ketiga yaitu

communication fasilitator yang memposisikan public relations menjadi fasilitator

bertemunya manajemen dan publik. Peran ini memiliki perhatian pada proses

dimana kualitas dan kuantitas informasi mengalir diantara manajemen dan publik.

Peran teknisi komunikasi menempatkan praktisi public relations sebagai

pihak yang memproduksi informasi dan mengkomunikasikan ke pihak luar sesuai

arahan manajemen. Peran ini dalam pandangan Broom dipandang sebagai

journalist in resident karena menggunakan praktisi yang memiliki keahlian dan

pengalaman bekerja di media. Peran public relations dalam organisasi secara

struktural ditentukan oleh pemegang kekuasaan.

Menurut Grunig (Putra, 1999), faktor yang mempengaruhi praktek public

relations dalam organisasi yaitu pengendalian kekuasaan (power control).

Pemegang kekuasan dalam organisasi adalah pihak yang menentukan praktek

public relations melalui keputusan-keputusan yang dikeluarkan. Sedangkan

Page 9: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

9

keputusan-keputusan tersebut dipengaruhi budaya perusahaan, potensi yang

dimiliki bagian public relations, dan pemahaman para pemegang kekuasaan

organisasi terhadap public relations.

Dalam konteks kompleksitas organisasi, peran public relations memiliki

kaitan dengan tipe organisasi. Menurut Schneider (1985) terdapat kaitan antara

peran public relations dan tipe organisasi. Tipe organisasi yang bersifat tradisional

tidak memiliki kebutuhan yang penting terhadap public relations. Tipe organisasi

yang berskala besar tapi bersifat mekanis tidak memiliki kompleksitas strukur

yang rumit sehingga tidak memerlukan peran dan fungsi public relations yang

kompleks. Sedangkan organisasi yang bersifat organik, meskipun memiliki skala

yang kecil tetapi memiliki kompleksitas struktur yang tinggi sehingga

memerlukan peran dan fungsi public relations yang memadai.

Tipe organisasi yang bersifat campuran antara mekanik dan organik

memerlukan kebutuhan peran dan fungsi public relations yang profesional. Hal

ini mengingat organisasi yang bersifat campuran organik dan mekanik memiliki

skala yang besar, mempekerjakan banyak pekerja, dan memiliki struktur

organisasi yang kompleks. Sehingga peran dan fungsi public relations yang

profesional diharapkan muncul dalam organisasi tersebut.

Kontribusi public relations dalam organisasi dapat diukur berdasarkan

peran yang dijalankan. Menurut Broom dan Dozier (2006) terdapat 4 tipe peran

public relations, yaitu penasehat ahli (expert prescriber), fasilitator proses

pemecahan masalah (problem solving process facilitator), fasilitator komunikasi

(communication facilitator) dan teknisi komunikasi (communication technician).

Tiga peran pertama dikenal sebagai peran manajer, sedangkan peran keempat

disebut peran teknisi.

Konsep peran public relations versi Broom memiliki persoalan ketika

berhadapan dengan media baru. Sejauhmana peran public relations tersebut dapat

relevan dalam era media baru. Apakah peran penasehat ahli (expert prescriber)

yang dimiliki praktisi akan terbantu dengan penggunaan media baru. Misalnya

mengidentifikasi permasalahan berdasarkan yang disampaikan publik melalui web

site organisasi, email dan media sosial. Pencarian isu-isu yang terkait organisasi

Page 10: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

10

dan scanning lingkungan dapat terbantu dengan mesin pencari informasi seperti

Google dan Yahoo.

Peran yang stratejik memungkinkan penggunaan media baru secara

stratejik. Oleh karena itu praktisi public relations yang memiliki peran stratejik

memiliki potensi untuk menggunakan media baru secara stratejik. Peran

penasehat ahli (expert prescriber) yang dimiliki praktisi akan terbantu dengan

penggunaan media baru. Misalnya mengidentifikasi permasalahan berdasarkan

yang disampaikan publik melalui web site organisasi, email dan media sosial.

Pencarian isu-isu yang terkait organisasi dan scanning lingkungan dapat terbantu

dengan mesin pencari informasi seperti Google dan Yahoo.

2. Peran Public Relations dalam Media Baru

Penggunaan media baru merupakan tema penting dalam penelitian public

relatons. Hal ini mengingat terdapat kompleksitas fenomena penggunaan media

baru pada praktisi public relations. Penggunaan analisis peran praktisi public

relations menjadi perhatian dari peneliti. Sha dan dozier pada tahun 2012 (Lee,

2013) mengadakan penelitian mengenai penggunaan media sosial yang dikaitkan

dengan peran praktisi public relations dengan instrumen peran public relations

versi Broom. Mendasarkan pada peran public relations versi Broom, Sha dan

Dozier mengkaitkan penggunaan media baru untuk scanning lingkungan pada

responden manajer. Untuk praktisi, diteliti penggunaan media sosial untuk

penyebaran pesan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa item-item

dalam sosial media disebabkan faktor ketiga diluar ukuran-ukuran peran manajer

dan teknisi. Sha dan Dozier (Lee, 2013) menyimpulkan bahwa peran public

relations dalam menggunakan media sosial menurut Dozier tidak dapat dipandang

sebagai role enacetment, tetapi merupakan konsekuensi dari role enactment.

Dalam konteks ini penggunaan media tidak terkait langsung dengan peran

yang melekat pada status praktisi, tetapi lebih pada konsekuensi dari peran

tersebut. Konsekuensi tidak bisa dikatakan mutlak, karena tergantung dari

implementasi dan sesuai konteksnya. Para manajer memiliki peluang

Page 11: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

11

menggunakan konsekuensi perannya maupun tidak. Demikian pula para staf dapat

menggunakan kosekuensinya atau tidak, tergantung pada situasi dan kondisi yang

sesuai pada masing-masing organisasi.

Lee (2013) dalam penelitiannya, mencoba menggunakan 4 tipologi peran

praktisi dalam media sosial. Menurut Lee (2013) terdapat 4 kategori peran dalam

media sosial yaitu yaitu: social media for one-way message dissemination, social

media for non-Aligned Purposes, dialogic social media, dan utilization social

media for organizational change.

Peran social media for one-way message dissemination memiliki makna

yaitu praktisi yang berperan menyebarkan pesan secara searah. Peran ini

meskipun dalam konteks media baru masih memiliki relevansi dengan model

searah (one way) Grunig yaitu press agentry atau model publisitas. Peran kedua

yaitu social media for non-Aligned Purposes. Peran dalam hal ini memiliki

makna yaitu ketika praktik media sosial dan tujuan tidak terhubung maka

organisasi akan hadir dalam media sosial. Peran ketiga yaitu dialogic social

media yaitu penggunaan media sosial untuk memfasilitasi percakapan yang

terbuka antara organisasi dan publik sebagaimana antar publik. Peran keempat

yaitu peran praktisi media sosial untuk perubahan organisasi dalam upaya untuk

menginformasikan pembuatan keputusan yang stratejik.

4. Fungsi Public Relations

Fungsi public relations menurut Cutlip, Center, dan Broom (Putra, 1999)

dibedakan atas 2 jenis, yaitu fungsi manajemen dan fungsi komunikasi. Praktisi

yang menjalankan fungsi manajemen bertugas menyusun kebijakan, dan

bertanggungjawab terhadap konsekuensi yang muncul. Dalam konteks fungsi

manajemen menurut Putra (1999), praktisi public relations berperan menjadi

penasehat manajemen dalam mengambil kebijakan yang tepat dan diterima

publik. Dalam konteks fungsi komunikasi, public relations menurut Putra

(1999) adalah staf khusus yang melayani para pemimpin organisasi, khususnya

membantu dalam berkomunikasi dengan publik.

Page 12: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

12

Penggunaan media baru sebagai pelaksanaan fungsi public relations dapat

dilihat pada dua perspektif. Pertama, melihat penggunaan media baru sebagai

pelaksanaan fungsi public relations (tidak menjadi subordinasi fungsi manajemen

yang lain). Kedua, melihat penggunaan media baru sebagai pelaksanaan fungsi

public relations yang mendukung fungsi manajemen yang lain misalnya

marketing. Integrasi marketing dan public relations dapat dilihat pada beberapa

bagian dari pola-pola relasi marketing dan public relations yang dikemukakan

oleh Kotler and Mindak (Grunig dkk: 2002) sebagai berikut:

1) Public relations dan marketing dipisahkan tetapi memiliki fungsi yang

setara. Public relations dan Marketing memiliki fungsi, perspektif, dan

kapabilitas yang berbeda.

2) Public relations dan marketing setara namun memiliki fungsi yang

tumpang tindih. Pada satu sisi keduanya berbagi area kerja misalnya

untuk publisitas produk dan hubungan dengan pelanggan. Pada sisi yang

lain public relations berperan sebagai watchdog pada konteks tanggung

jawab sosial dari marketing.

3) Marketing sebagai fungsi yang dominan. Fungsi public relations menjadi

bagian dari marketing. Marketing mengelola hubungan dengan semua

publik sebagaimana mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

4) Public relations sebagai fungsi yang dominan. Public relations

mengembangkan hubungan dengan semua publik dan mengembangkan

hubungan dengan pelanggan. Marketing menjadi subordinasi public

relations.

5) Marketing dan public relations memiliki fungsi yang sama. Marketing dan

public relations menyatu dalam konsep dan metodologi dan berada pada

satu departemen untuk mengatur urusan eksternal organisasi.

Page 13: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

13

5. Model Public Relations

Model public relations dikemukakan oleh Grunig dan Hunt (1984), yaitu

model press agentry, public information, two way asymmetrics, dan two way

symmetrics. Model press agentry sebagaimana dijelaskan oleh Putra (1999)

menekankan pada tujuan-tujuan memperoleh publisitas media massa yang

menguntungkan organisasi. Pada era media baru, publisitas dapat menggunakan

media on-line. Organisasi dapat mempublikasikan melalui laman-laman web

berkonten berita, blog, media sosial, maupun web site organisasi.

Model public information menurut Grunig dan Hunt (Putra, 1999)

menekankan penyebaran informasi kepada publik. Model ini sering dijuluki

jurnalist in residence. Grunig dan Hunt (1992) menyatakan bahwa model

informasi publik lebih menekankan pada penulisan hal-hal yang bagus tentang

organisasi, namun kurang memperhatikan sisi kebenaran dan akurasi. Model press

agentry dan public informations cenderung bersifat searah, yaitu penyampaian

informasi dari organisasi ke publik.

Model public relations berikutnya bersifat dua arah, yaitu two way

asymmetrics, dan two way symmetric. Model dua arah asimetris Menurut Putra

(1999) menekankan penggunaan riset untuk pengembangan pesan-pesan persuasi

dalam mempengaruhi publik agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai harapan

organisasi. Model dua arah asimetris dikenal juga sebagai persuasi ilmiah.

Model two way symmetric menurut Putra (1999) menggunakan penelitian

dan komunikasi untuk mengelola konflik dan meningkatkan pemahaman terhadap

publik stratejik. Model ini menekankan perubahan perilaku organisasi untuk

merespon tuntutan publik. Model dua arah simetris menekankan prinsip obyektif

daripada persuasi.

Menurut Grunig (2009), media baru memiliki perangkat-perangkat yang

bersifat dialogic, interaktif, dan global yang mendukung paradigma manajemen

stratejik public relations. Namun penggunaan media baru yang masih

menggunakan cara lama menjadikan penggunaan media baru menjadi belum

Page 14: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

14

optimal. Misalnya penggunaan media baru seperti web site, dan email untuk

menampung dan menyebarkan informasi (Grunig, 2009).

Penggunaan media baru dapat dijelaskan dalam model public relations

(Grunig, 2009), misalnya web site organisasi yang menggunakan model statis

cenderung pada model propaganda (press agentry). Web site yang diperbaharui

kontennya secara berkala cenderung pada model informasi publik. Blog yang

difasilitasi perangkat untuk berkomentar cenderung pada model two-way

asymmetric. Situs media sosial yang terbuka dan komunitas online interaktif lebih

cenderung pada model two way symmetric.

6. Penggunaan Media Baru dalam Public relations

Personal praktisi public relations dalam organisasi dimungkinkan memiliki

posisi struktural yang berbeda. Secara umum praktisi dibedakan menjadi dua,

yaitu manajer dan staf. Penggunaan media baru baik pada manajer dan staf

(teknisi) dimungkinkan memiliki perbedaan mengingat posisi strukturalnya yang

berbeda. Namun dalam beberapa penelitian berikut, manajer dan staf memiliki

frekuensi dan intensitas yang tidak berbeda secara signifikan dalam penggunaan

media baru.

Kelleher (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa penggunaan

email pada manajer dan teknisi yang diteliti tidak menunjukan perbedaan yang

signifikan. Diga dan Kelleher (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa

praktisi public relations baik manajer maupun teknisi tidak memiliki perbedaan

yang signifikan mengenai frekuensi penggunaan situs jejaring sosial dan media

sosial. Melalui penggunaan situs jejaring sosial praktisi yang diteliti merasa

mendapatkan structural power, expert power, dan prestige power.

Penggunaan media baru di kalangan praktisi manajer dan staf tidak

terbatas pada penggunaan yang bersifat teknis saja. Penggunaan media baru

memungkinkan manajer public relations menggunakan perannya. Salah satu cara

yang bisa digunakan yaitu menggunakan cyberbridging. Kornegay dan Grunig

(1998) mengemukakan dengan menggunakan website organisasi, manajer public

Page 15: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

15

relations dapat melakukan scanning lingkungan, memperoleh kekuasaan,

berhubungan dengan pemegang kekusaan yang diistilahkan koalisi dominan, dan

memiliki andil dalam proses pengambilan keputusan.

Penggunaan media baru yang bersifat stratejik yang pernah diteliti yaitu

penggunaan web site organisasi untuk menjembatani komunikasi organisasi dan

publik dan penyediaan informasi bagi publik (Galih, 2013; Yazid, 2012). Melalui

web site organisasi, publik dapat menyampaikan keluhan atau permasalahan

kemudian public relations meneruskannya kepada pihak yang bertanggungjawab

terhadap masalah tersebut. Setelah ada pemecahan masalah, praktisi public

relations menyampaikan jawaban permasalahan melalui web site organisasi.

Penggunaan media baru seperti web site dalam aktivitas public relations tersebut

masih didominasi untuk kepentingan teknis terutama untuk menjalankan peran

teknisi komunikasi.

Penggunaan media baru dalam aktivitas public relations memiliki orientasi

berdasarkan model public relations yang dikembangkan dalam organisasi. Setiap

implementasi model public relations pada media baru memiliki konsekuensi yang

berbeda. Penggunaan media baru dapat dijelaskan dalam model public relations

(Grunig, 2009), misalnya web site organisasi yang menggunakan model statis

cenderung pada model propaganda (press agentry). Web site yang diperbaharui

kontennya secara berkala cenderung pada model informasi publik. Blog yang

difasilitasi perangkat untuk berkomentar cenderung pada model two-way

asymmetric. Situs media sosial yang terbuka dan komunitas online interaktif lebih

cenderung pada model two way symmetric.

Setiap praktisi public relations organisasi secara umum dapat

mengaplikasikan 4 model public relations ketika menggunakan media baru.

Namun aplikasi model public relations melalui penggunaan media baru memiliki

konsekuensi bagi kepentingan organisasi dan publik. Dalam konteks untuk

mendapatkan publisitas dan penyediaan informasi yang optimal, media baru dapat

digunakan untuk menyebarkan dan menyediakan informasi. Dalam konteks

mencapai kualitas hubungan organisasi dan publik, maka model public relations

Page 16: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

16

yang sesuai untuk diaplikasikan melalui media baru yaitu model komunikasi dua

arah, terutama yang bersifat simetris.

Strategi pengembangan hubungan melalui media baru dapat dilakukan

dengan model dua arah dan dialogis. Hal ini menyangkut strategi pengembangan

organisasi dan publik yang dapat dilakukan melaui media baru atau internet (Men,

2012) yaitu: pertama, strategi keterbukaan (disclosure/openness); Kedua,

diseminasi informasi; Ketiga, yaitu interaktivitas dan keterlibatan. Keterbukaan

memiliki substansi yaitu kemauan organisasi untuk berhubungan secara langsung

dan membuka dialog dengan publik. Keterbukaan dalam media baru dapat

ditampilkan dengan memberikan deskripsi mengenai profil organisasi.

Diseminasi informasi dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan minat

publik mengenai informasi organisasi. Sedangkan interaktivitas dan keterlibatan

menyangkut bagaimana publik dapat mudah berinteraksi secara online dan terlibat

dalam mengomentari sebuah isu dan berdialog melalui media baru dengan

organisasi.

Seo, Kim, dan Yang (2009) dalam penelitianya tentang penggunaan media

baru pada organisasi-organisasi non pemerintah (NGO) transnasional menemukan

bahwa fungsi media baru (new media) yang siginifikan bagi NGO adalah

mempromosikan image organisasi dan penggalangan dana. Dalam penelitian

tersebut tujuan organisasi dan kapasitas organisasi dalam menggunakan media

baru dapat diprediksi secara signifikan. Organisasi menggunakan web site untuk

mempromosikan image organisasi dan penggalangan dana, serta menggunakan

blog untuk melakukan advokasi terhadap organisasi. Penggunaan web site tersebut

lebih sesuai dengan model dua arah asimetris.

Dalam penelitiannya Jo dan Jung (2005) menyatakan bahwa hasil

penelitian mengenai web site perusahaan di Amerika Serikat dan Korea Selatan

menunjukkan hal yang sama yaitu cenderung mendekati model press agentry.

Selain itu Perusahaan Amerika serikat menggunakan model public information

dibandingkan perusahaan Korea Selatan. Untuk model dua arah perusahaan

Amerika serikat dan Korea sama-sama tidak ditemukan hal yang signifikan.

Page 17: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

17

Menurut Grunig (2009), media baru memiliki perangkat-perangkat yang

bersifat dialogic, interaktif, dan global yang mendukung pendekatan manajemen

stratejik public relations. Namun penggunaan media baru yang masih

menggunakan cara lama menjadikan penggunaan media baru menjadi belum

optimal. Misalnya penggunaan media baru seperti web site, dan email untuk

menampung dan menyebarkan informasi (Grunig, 2009).

Kehadiran media baru memiliki relevansi dengan munculnya konsep

public relations 2.0. Media baru yang pada awal kehadirannya hanya cenderung

menggunakan pola komunikasi searah, saat ini telah menyediakan fasilitas

komunikasi dua arah. Kegiatan public relations yang bersifat dua arah dapat

dilakukan dengan berbagai macam pilihan media, yaitu melalui website

organisasi, situs jejaring sosial, blog, dan email.

Web site dapat digunakan sebagai media bagi organisasi untuk

membangun hubungan dengan publik (Vorvoreanu, 2008:54). Website juga dapat

digunakan organisasi untuk membangun dialog dengan publik. Kent dan Taylor

(1998) berpendapat bahwa web site dapat digunakan untuk menciptakan dan

memperbaiki hubungan organisasi dan publik melalui dialog. Melalui website,

organisasi dan publik dapat berdiskusi mengenai isu sosial yang terkait. Menurut

Heath (1998) isu sosial yang terjadi dapat menimbulkan hubungan yang tidak

menguntungkan antara organisasi dan aktivis. Oleh karena itu web site organisasi

dapat menjadi media bagi perusahaan/organisasi untuk berdialog dengan publik.

Dalam penelitian Jo dan Kim (2003) menunjukkan bahwa web site organisasi

dapat mempengaruhi persepsi mengenai hubungan organisasi dan publik.

Page 18: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

18

F. Hipotesis

Hipotesis penggunaan media baru sebagai berikut:

1. Ha : Ada perbedaan penggunaan website organisasi yang bersifat

terjadwal dan tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi

profit dan non profit Yogyakarta

H0: Tidak ada perbedaaan penggunaan website organisasi yang bersifat

terjadwal dan tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi

profit dan non profit Yogyakarta

2. Ha : Ada perbedaan penggunaan facebook yang bersifat terjadwal dan

tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non

profit Yogyakarta

H0: Tidak ada perbedaaan penggunaan facebook yang bersifat terjadwal

dan tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan

non profit Yogyakarta

3. Ha : Ada perbedaan penggunaan Twitter yang bersifat terjadwal dan tidak

terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non profit

Yogyakarta

H0: Tidak ada perbedaaan penggunaan Twitter yang bersifat terjadwal dan

tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non

profit Yogyakarta

4. Ha : Ada perbedaan penggunaan email yang bersifat terjadwal dan tidak

terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non profit

Yogyakarta

H0: Tidak ada perbedaaan penggunaan email yang bersifat terjadwal dan

tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non

profit Yogyakarta

Page 19: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

19

5. Ha : Ada perbedaan penggunaan Google yang bersifat terjadwal pada

praktisi public relations di organisasi profit dan non profit Yogyakarta

H0: Tidak ada perbedaaan Google yang bersifat terjadwal dan tidak

terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non profit

Yogyakarta

6. Ha : Ada perbedaan penggunaan Yahoo yang bersifat terjadwal dan tidak

terjadwal pada praktisi public relations di organisasi profit dan non profit

Yogyakarta

H0: Tidak ada perbedaaan perbedaan penggunaan Yahoo yang bersifat

terjadwal dan tidak terjadwal pada praktisi public relations di organisasi

profit dan non profit Yogyakarta

G. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi dalam penelitian ini menyangkut bagaimana konsep

penggunaan media baru dalam public relations diuraikan secara empiris. Konsep

penggunaan media baru yang digunakan yaitu konsep pola penggunaan media

baru dan dimensi stratejik yang digunakan. Operasionalisasi juga mencakup tipe

media baru yang digunakan, dan penentuan organisasi yang menjadi unit kerja

praktisi public relations.

1. Pola Penggunaan media

Dalam penelitian ini pola penggunaan media baru menggunakan

pendekatan searah dan dua arah. Pendekatan searah dan dua arah memiliki akar

pada model public relations (grunig dan Hunt, 1984). Dalam penggunaan media

baru, Kelleher (2007) menggunakan konsep tersebut untuk menjelaskan

penggunaan media baru yang bersifat searah dan dua arah. Penggunaan searah

dalam media baru memiliki pengertian yaitu penggunaan media untuk

kepentingan komunikasi searah. Dalam konteks public relations, model public

Page 20: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

20

relations yang menggunakan pola komunikasi searah yaitu model press agentry

dan model public informations. Model press agentry menyangkut penggunaan

media untuk publikasi dan propaganda. Sedangkan model public informations

menyangkut penyediaan dan penyampaian informasi untuk kepentingan publik.

Penggunaan media baru yang bersifat searah memiliki pengertian yaitu

penggunaan yang mengikuti pola komunikasi searah. Dalam pola komunikasi

searah, komunikasi berawal dari sumber (komunikator) yang menyampaikan

pesan kepada komunikan. Dalam komunikasi searah, komunikasi ditujukan untuk

menyampaikan pesan kepada penerima pesan.

Penggunaan media baru yang bersifat dua arah mengikuti model public

relations dua arah (Kelleher, 2006). Model dua arah memiliki dua tipe yaitu two

way asymmetrics, dan two way symmetrics (Grunig dan Hunt, 184). Dalam model

dua arah (two way), komunikasi berlangsung secara dua arah. Individu dalam

komunikasi dua arah dapat berperan sebagai komunikator maupun sebagai

komunikan.

a. operasionaliasi penggunaan media baru yang bersifat searah

Pola penggunaan media yang bersifat searah dikategorikan dalam

aktivitas-aktivitas berikut:

1). Menyampaikan informasi mengenai kegiatan organisasi

Aktivitas menyampaikan informasi memiliki batasan yaitu kegiatan

menggunakan media baru yang bertujuan menyampaikan informasi yang

berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas organisasi kepada publik.

2). Menyampaikan informasi produk dan layanan sebagai promosi

Aktivitas ini memiliki batasan yaitu kegiatan menggunakan baru untuk

menginformasikan atau menyampaikan informasi mengenai produk dan layanan

sebagai bentuk promosi.

3). Menyampaikan isu-isu yang menguntungkan organisasi

Aktivitas ini memiliki batasan yaitu sebagai kegiatan menggunakan media

baru menyampaikan isu-isu penting yang dapat memberikan benefit bagi

Page 21: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

21

organisasi. Benefit disini dibatasi pengertiannya sebagai publisitas yang memiliki

nilai positif bagi organisasi.

4). Memantau isu-isu publik yang berkaitan dengan organisasi

Memantau isu-isu publik memiliki batasan sebagai aktivitas menggunakan

media baru untuk mengikuti isu-isu yang sedang berkembang menjadi tema-tema

utama dalam isu-isu publik.

5).Mengikuti (following) publik stratejik yang memiliki posisi penting bagi

organisasi

Aktivitas mengikuti publik stratejik dibatasi sebagai aktivitas penggunaan

media baru untuk mengikuti perkembangan opini orang-orang yang punya

pengaruh penting terhadap organisasi.

6). Menyampaikan kuesioner penelitian

Aktivitas ini dibatasi sebagai aktivitas yang menggunakan media baru

untuk menyampaikan kueisoner penelitian.

7) . Menyampaikan press release kepada wartawan

Aktivitas ini daibatasi sebagai penggunaan media baru untuk

menyamapaikan materi press release kepada wartawan.

b. operasionaliasasi penggunaan media baru yang bersifat dua arah

1). Mengidentifikasi persoalan yang disampaikan publik

Aktivitas ini dibatasi sebagai kegiatan mengidentifikasi persoalan yang

disampaikan oleh publik melalui media baru. Identifikasi disini memiliki batasan

pengertian sebagai mengenali persoalan dan mampu mengkategorikan jenis

permasalahan untuk disampaikan kepada bidang yang sesuai.

2) Menyampaikan jawaban terhadap persoalan yang disampaikan publik

Page 22: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

22

Menyampaikan jawaban memiliki batasan sebagai kegiatan

menyampaikan jawaban melalui media baru yang berkaitan persoalan yang

ditanyakan publik.

3) Mengembangkan dialog dengan publik

Mengembangkan dialog memiliki pengertian sebagai aktivitas

menggunakan media baru untuk mengembangkan dialog dengan publik dengan

berbagai tema yang dianggap penting bagi organisasi dan publik. Dialog disini

memiliki pengertian bertukar pikiran dan pendapat.

4) Menerima reservasi layanan

Menerima reservasi layanan memiliki batasan sebagai kegiatan yang

menggunakan media baru untuk memberikan pelayanan kepada publik.

2. Penggunaan Media baru berdasarkan variabel terjadwal dan tidak

terjadwal

Penggunaan media baru yang terjadwal memiliki pengertian penggunaan

media baru yang direncanakan dan diimplementasikan secara terjadwal/rutin dan

teratur. Sedangkan penggunaan yang tidak terjadwal memiliki pengertian yaitu

penggunaan yang tidak direncanakan dan tidak teratur secara sistematis.

3. Operasionalisasi penggunaan Yahoo dan Google

1). Mencari informasi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan organisasi

Kegiatan ini dibatasi sebagai kegiatan penggunaan mesin pencari untuk

mencari informasi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan organisasi.

2. Mencari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan organisasi yang

disampaikan publik melalui internet.

Kegiatan ini dibatasi sebagai kegiatan penggunaan mesin pencari untuk

mencari informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

organisasi.

Page 23: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

23

3). Mengggunakan search engine optimization (SEO) untuk mengecek efektifitas

publikasi produk dan layanan organisasi.

Kegiatan ini dibatasi sebagai kegiatan penggunaan untuk menemukan

tingkat optimalisasi pencarian informasi (SEO) yang berkaitan dengan publikasi

produk dan layanan organisasi dalam mesin pencari.

4). Untuk menemukan pemberitaan media mengenai organisasi

Kegiatan ini dibatasi sebagai kegiatan yang menggunakan mesin pencari

untuk menemukan pemberitaan media mengenai organisasi.

5).Untuk menemukan komplain publik/konsumen terhadap layanan atau produk

Kegiatan ini dibatasi pada penggunaan mesin pencari untuk menemukan

komplain publik/konsumen terhadap layanan dan produk

4. Implementasi penggunaan media baru yang bersifat searah dan dua arah

diturunkan dalam indikator-indikator sebagai berikut:

a) Penggunaan web site organisasi

Penggunaan web site organisasi dikategorikan sebagai berikut:

1) Mengunggah (upload) informasi mengenai aktivitas/kegiatan organisasi

2) Mengunggah (upload) informasi mengenai produk dan layanan sebagai

bentuk promosi

3) Mengidentifikasi permasalahan yang disampaikan publik melalui web site

untuk disampaikan pada bagian/divisi yang menangani.

4) Menyampaikan jawaban terhadap masalah-masalah yang disampaikan

publik melalui web site organisasi.

5) Untuk mempublikasikan isu-isu yang menguntungkan organisasi.

6) Menerima reservasi layanan

7) Mengembangkan dialog dengan publik

Page 24: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

24

b) . Penggunaan Facebook dikategorikan sebagai berikut

1) Memperbaharui status mengenai aktivitas/kegiatan organisasi

2) Mempromosikan produk dan layanan kepada pengguna facebook yang

lain

3) Menemukan masalah yang disampaikan publik melalui facebook untuk

disampaikan pada bagian/divisi yang menangani

4) Menyampaikan jawaban terhadap masalah-masalah yang disampaikan

publik melalui facebook.

5) Memantau isu-isu publik yang berkaitan dengan organisasi

6) Untuk menyampaikan isu-isu yang menguntungkan organisiasi.

7) Mengembangkan dialog dengan publik

c. Penggunaan Twitter dikategorikan sebagai berikut:

1) Memperbaharui status mengenai aktivitas organisasi

2) Mempromosikan produk dan layanan kepada anggota twitter yang

menjadi pengikut.

3) Untuk mengikuti (follow) publik stratejik yang memiliki posisi

penting bagi organisasi.

4) Mengidentifikasi masalah yang disampaikan publik melalui twitter

untuk disampaikan pada bagian/divisi yang menangani

5) Memantau isu-isu publik yang berkaitan dengan organisasi

6) Untuk menyampaikan isu-isu yang menguntungkan organsiasi.

7) Mengembangkan dialog dengan publik

d. Penggunaan email dikategorikan sebagai berikut:

1) Mempromosikan produk dan layanan kepada konsumen

2) Mengidentifikasi masalah yang disampaikan publik melalui e-mail untuk

disampaikan pada bagian/divisi yang menangani

3) Menyampaikan jawaban terhadap masalah-masalah yang disampaikan

publik melalui e-mail

4) Menyampaikan kuesioner penelitian kepada responden melalui e-mail

Page 25: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

25

5) Menyampaikan materi press release kepada media/wartawan

6) Untuk menyampaikan isu-isu yang menguntungkan organsiasi.

7) Menerima reservasi layanan

e. Penggunaan Mesin Pencari Yahoo dan Google

1) Mencari informasi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan organisasi

2) Mencari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan organisasi

yang disampaikan publik melalui internet.

3) Mengggunakan search engine optimization (SEO) untuk mengecek

efektifitas publikasi produk dan layanan organisasi.

4) Untuk menemukan pemberitaan media mengenai organisasi

5) Untuk menemukan komplain publik/konsumen terhadap layanan atau

produk

2. Praktisi Public Relations

Praktisi public relations artinya orang yang bekerja di bidang public

relations dalam organisasi. Praktisi terdiri dari 2 tipe yaitu manajer dan staf.

Manajer dalam organisasi pengertiannya dibatasi sebagai person yang

menjalankan kegiatan manajerial dan secara umum membawahi staf-staf.

Sedangkan staf adalah person yang bekerja dibawah koordinasi manajer.

3. Organisasi Non Profit dan Profit

Organisasi profit secara umum dapat dibatasi sebagai organisasi yang

memiliki kegiatan usaha untuk mendapatkan profit bagi kepentingan pemilik dan

pemimpin perusahaan. Konsep organisasi non profit dibatasi dalam klasifikasi

yang disampaikan oleh Nurcin Coskun (2007 ) memiliki dua tipe yaitu organisasi

non profit yang bersifat publik (Public non-profit organisations) dan organisasi

non profit yang bersifat privat ( private non-profit organisations). Dalam

penelitian ini praktisi public relations yang menjadi obyek penelitian

menggunakan kategori pertama yaitu organisasi non profit yang bersifat publik.

Page 26: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

26

Organisasi non profit yang bersifat publik memiliki ciri yaitu memiliki peran

dalam mendukung pelayanan publik atau organisasi yang dibentuk untuk menarik

dana dari masyarakat untuk kepentingan publik seperti sekolah, perguruan

tinggi, rumah sakit, dan unit pemerintah.

H. Skema Berpikir

Bagan 1. Skema berpikir

TerjadwalTidak Terjadwal

Praktisi PR organisasiProfit dan non profit

Penggunaan

1. website

2. Facebook

3. Twitter

4. Email

5. Google

6. Yahoo

Page 27: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

27

I. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan

menggambarkan sejauhmana penggunaan media baru di kalangan praktisi public

relations pada organisasi profit dan non profit. Penelitian dilakukan Bulan

Nopember 2013 sampai dengan tanggal 15 Januari 2014.

1. Metode Penelitian

Menurut De vaus (Rahayu, 2008), metode survei dipandang sesuai untuk

menggambarkan karakteristik atau deskripsi atas fenomena. Survei dapat

menjelaskan jumlah responden yang terlibat dan karakteristiknya. Metode survei

dipandang mampu menjelaskan sejauhmana penggunaan media dalam aktivitas

public relations pada organisasi profit dan non profit.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah praktisi-praktisi public

relations pada organisasi/perusahaan di Yogyakarta. Praktisi yang dimaksud

terdiri dari dua kategori, yaitu manajer/kepala public relations dan staf public

relations. Manajer/kepala public relations secara umum memiliki dapat

digambarkan sebagai personal yang memimpin bidang/divisi public relations

dalam organisasi dan memiliki bawahan yaitu staf public relations. Sedangkan

Staf public relations secara umum digambarkan sebagai personal yang memegang

bidang/divisi public relations dan dibawah kendali manajer/kepala.

3. Teknik Pengambilan sampel

Sampel penelitian diambil berdasarkan teknik non-probabilitas yaitu

teknik purposif. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan; pertama, bahwa tidak ada

kerangka sampel yang tersedia yaitu nama-nama praktisi public relations di

Yogyakarta. Kedua, tidak setiap organisasi/perusahaan/instansi memiliki praktisi

public relations atau setidaknya peran dan fungsi public relations yang dirangkap

bidang tertentu

Page 28: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

28

4. Metode pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif sehingga

pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut:

a. Pemberian kusioner kepada praktisi public relations.

Kuesioner merupakan instrumen utama dalam penelitian ini. Kuesioner

menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup untuk mengetahui

sejauhmana penggunaan media baru di kalangan praktisi public relations pada

organisasi profit dan non profit. Pada setiap organisasi/perusahaan/instansi,

kuesioner diberikan kepada dua orang, yaitu manajer dan staf public relations.

Namun mengingat tidak setiap organisasi memiliki manajer public relations, maka

kuesioner diberikan disesuaikan dengan kondisi organisasi. Misalnya public

relations dalam organisasi hanya memiliki staf maka staf ini menjadi sampel.

Oleh karena itu setiap organisasi tidak memiliki jumlah sampel yang sama. Jika

peran dan fungsi public relations dijalankan oleh pihak tertentu dalam organisasi

dan bukan bernama divisi/bagian public relations (humas) maka pihak tersebut

dianggap layak menjadi sampel penelitian. Meskipun yang bersangkutan tidak

memiliki jabatan secara formal sebagai manajer atau staf public relations.

b. Wawancara dengan praktisi public relations.

Wawancara merupakan instrumen tambahan atau pelengkap. Wawancara

dilakukan dengan praktisi-praktisi public relations untuk mengklarifikasi unsur-

unsur yang diteliti dan melengkapi data yang diperoleh lewat kuesioner.

5. Validitas Instrumen

a. Validitas Konstruk

Dalam konteks ini validitas konstruk diperoleh dengan mencari dan

menggunakan konsep yang berkaitan dengan tema penelitian. Validitas

penggunaan media baru diperoleh dengan mencari konsep penggunaan media baru

melalui literatur yang relevan.

b. Validitas isi

Validitas isi merupakan gambaran sejauh mana alat ukur mewakili semua

aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Singarimbun dan Effendi,

Page 29: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

29

2008). Studi literatur digunakan untuk melihat apakah konsep-konsep yang

digunakan telah diperasionalkan dengan tepat pada instrumen kuesioner sehingga

variabel yang digunakan dapat sesuai dengan data yang diharapkan. Validitas juga

dilakukan dengan menanyakan kepada praktisi-praktis mengenai sejauhmana

penggunaan media baru dalam organisasi yang bersangkutan.

Berdasarkan uji validitas dengan prosesdur statistik, diperoleh nilai r >

nilai r tabel untuk semua item. Hal ini menunjukkan angka yang valid untuk item-

item variabel penggunaan website, facebook, twitter, emal, google dan yahoo.

6. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menyangkut hasil pengukuran relatif konsisten jika diulang

dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 2008). Berdasarkan uji validitas

dengan prosesdur statistik, diperoleh koefisien alfa (crobranch) > nilai r tabel

untuk semua penggunaan media baru yang diteliti. Hal ini menunjukkan angka

yang reliabel untuk penggunaan website, facebook, twitter, emal, google dan

yahoo.

7. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dua tahap. Tahap pertama, data dikelompokkan

berdasarkan kelompok organisasi dan media baru yang digunakan. Statistik

deskriptif dapat digunakan untuk menyusun distribusi frekuensi penggunaan

media baru. Melalui penyusunan distribusi frekuensi akan diperoleh data nominal

penggunaan media baru dalam aktivitas public relations. Pada tahap kedua, data

tersebut kemudian diuji dengan chi square untuk menguji hipotesis. Melalui uji

chi square dapat diketahui ada tidaknya perbedaan penggunaan media baru yang

bersifat terjadwal dan tidak terjadwal di kalangan praktisi public relations pada

organisasi profit dan non profit. Pemilihan teknik chi square karena data yang

diperoleh berbentuk nominal. Sehingga penggunakan statistik non parametrik

lebih sesuai.

Page 30: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68873/potongan/S2-2014...organisasi sudah menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan

30

11. Limitasi Penelitian

Cakupan dalam penelitian ini yaitu aktivitas penggunaan media baru yang

bersifat terjadwal dan tidak terjadwal memiliki keterbatasan pada data yang

bersifat temporal. Setiap organisasi dapat berubah kondisi dengan cepat sehingga

penggunaan yang sebelumnya tidak terjadwal dapat berubah menjadi terjadwal

dan sebaliknya. Selain itu, penelitian ini tidak membahas konten media baru,

sehingga tidak menilai kualitas atau kuantitas konten.