Pendahuluan - Copy

download Pendahuluan - Copy

of 46

Transcript of Pendahuluan - Copy

PENDAHULUANTingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 19901. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan2. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pasca bedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan Penyakit Tumor paru adalah penyakit pertumbuhan sel- sel ganas yang tidak terkontrol yang dapat mengenai satu paru atau kedua paru atau pada percabangan trakeo- bronkhial. Tumor Paru dapat dibagi dua, Tumor Jinak dan Tumor Ganas. Selama beberapa dasawarsa yang lalu, Tumor ganas (karsinoma) paru telah meningkat ke peringkat pertama insiden neoplasma ganas pada pria dan wanita. Tetapi karena pria mulai merokok sigaret maka insiden kanker paru terus meningkat sehingga pada tahun 1996 kanker paru pada wanita melebihi kanker payudara dan kanker utero-ovarium. Sekarang kanker ini bertanggung jawab terhadap 1/3 dari semua tumor ganas dalam pria dan sekitar 1/5 dalam wanita. 1

Kejadian tumor yang menyebabkan kematian pada negara Inggris dan Wales terjadi kurang lebih 35.000 kasus/ tahun. Kejadian ini pada pria merupakan yang nomor satu, sedangkan kejadian pada wanita setelah kanker payudara, colon, kulit tetapi kejadian ini terus meningkat. Kematian lebih sering pada orang yang lebih tua, tetapi juga meningkatpada usia remaja karena semakin seringnya konsumsi merokok pada usia dini. Rokok adalah yang bertanggung jawab dari kejadian endemic dari penyakit ini tetapi selain itu ada faktor lain dan faktor predisposisi. Yanng tersering adalah buruh yang berkerja di industri logam, nikel, arsenic dan lain- lain. Banyak pula kanker yang berasal dari tempat lain yang bermetastasis ke paru- paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rectum, testis dan tulang. Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Penemuan sinar X oleh Prof. Willem Conrad Roentgen pada penghujung tahun 1895 telah membuka cakrawala kedokteran dan dianggap sebagai salah satu tonggak sejarah yang paling penting untuk saat itu. Berbasis dengan penemuan ini segera saja ilmu radiologi berkembang pesat ke seluruh dunia. Berbagai pemeriksaan dengan menggunakan sinar pengion ini telah berhasil menguak berbagai jenis penyakit yang saat itu dianggap masih merupakan sinar X misteri. ini bukan Perkembangan hanya selanjutnya untuk membuktikan bahwa bermanfaat

mendiagnosis penyakit (disebut radiodiagnostik, yang kemudian menjadi diagnosis imeging) tetapi juga dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit kanker (radioterapi, onkologi radiasi). Dengan perkembangan teknologi maka saat ini diagnosis imejing mencakup pemeriksaan dengan 2

sinar X konvensional seperti pemeriksaan paru (toraks), tulang, ginjal dan saluran kemih, saluran cerna dan sebagainya; kemudian pemeriksaan intervensional untuk mendeteksi kelainan organ melalui penilaian pembuluh darah yang dimasuki bahan kontras seperti angiografi otak, hati, jantung dan sebagainya, serta mielografi untuk menilai keadaan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Memasuki era komputer maka pemeriksaan tadi, terutama yang sifatnya invasif, segera saja dilengkapi oleh pemeriksaan non-invasif seperti CT scan (Computerized Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Ini bukan berarti kedua metode pemeriksaan terakhir ini mengambil instrumen alih bukan pemeriksaan pengion pemeriksaan radiografi yang konvensional lainnya. Tercatat pula perkembangan di bidang radiologi ini penggunaan seperti ultrasonografi menggunakan gelombang suara, MRI yang menggunakan enersi magnet. PET scan merupakan pemeriksaan pencitraan (imejing) menggunakan radionuklida (radioisotop) yang diberikan kepada pasien. Radionuklida ini akan diakumulasi pada jaringan tubuh yang tidak normal. Adanya akumulasi radionuklida ini akan mengakibatkan peningkatan kenaikan aktifitas radiasi yang dapat ditangkap dengan alat monitor. Kenaikan aktifitas radionuklida ini berkaitan dengan perbedaan aktifitas metabolisme dibandingkan dengan jaringan normal sekitarnya. Perkembangan metode radiasi ini banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, baik dari segi mekanik, elektronik dan terutama komputer. Perkembangan metode radiasi telah sampai pada cara untuk mendeteksi kanker paru-paru sebelum mulai menyebar. Salah satu metode skrining yang menunjukkan kanker paru-paru dan mendeteksi sebelum telah menyebar adalah spiral computerized tomography atau CT spiral. Spiral CT dapat memindai paru-paru dari leher ke diafragma dalam waktu kurang dari 20 detik, atau napas terus-tunggal. Studi awal menunjukkan bahwa metode baru ini dapat membantu dokter menemukan tumor kecil . Pada musim panas tahun 2002, National Cancer Institute meluncurkan uji $ 200.000.000 disebut Trial Lung National Screening untuk 3

menentukan apakah spiral CT adalah lebih baik dari pada konvensional x-ray di menemukan kanker paru-paru berbahaya dan membedakan antara kanker dan non-kanker perubahan di paru-paru . Yang terpenting, penelitian harus dapat menentukan apakah menemukan perubahan ini dapat menyelamatkan nyawa.

TINJAUAN PUSTAKAI. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir anatara lain sel sel darah merah untuk dibawa ke selsel sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisasisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru pada saat membuang napas. Karena fungsinya itu dapat dipahami bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang diisap termasuk asap rokok yang dihisap dengan penuh kesengajaan itu. Berbagai kelainan dapat menganggu sistem pernapasan itu, antara lain

4

udara berpolusi sehingga kadar O2 sedikit, gangguan di saluran napas/paru, jantung atau gangguan pada darah. Secara khusus dikatakan paru adalah tempat tubuh mengambil darah bersih (kaya O2) dan tempat pencucian darah yang berasal dari seluruh tubuh( banyak mengandung CO2) sebelum ke jantung untuk kembali diedarkan ke seluruh tubuh. Anatomi Paru Manusia Paruparu adalah organ berbentuk spons yang terdapat di dada. Paruparu kanan memiliki 3 lobus, sedangkan paruparu kiri memiliki 2 lobus. Paruparu kiri lebih kecil, karena jantung membutuhkan ruang yang lebih pada sisi tubuh ini. Paruparu membawa udara masuk dan keluar dari tubuh, mengambil oksigen dan menyingkirkan gas karbon dioksida (zat residu pernafasan).

Lapisan di sekitar paruparu disebut pleura, membantu melindungi paru- paru dan memungkinkan mereka untuk bergerak saat bernafas.

5

Batang tenggorokan (trakea) membawa udara ke dalam paruparu. Trakea terbagi ke dalam tabung yang disebut bronkus, yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lebih kecil yang disebut bronkiol. Pada akhir dari cabang- cabang kecil inilah terdapat kantung udara kecil yang disebut alveoli. Di bawah paruparu, terdapat otot yang disebut diafragma yang memisahkan dada dari perut (abdomen). Bila Anda bernapas, diafragma bergerak naik dan turun, memaksa udara masuk dan keluar dari paruparu. Itulah peranan penting paruparu. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran bebas di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paruparu.

6

Secara umum gangguan pada pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada jalan napas (obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat berkembang secara sempurna (restriktif). Misalnya, tumor yang besar di paru dapat menyebabkan sebagian paru dan/saluran napas kolaps, sedangkan tumor yang terdapat dalam saluran napas dapat menyebabkan sumbatan pada saluran napas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan kerusakan/destruksi tulang dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan di rongga pleura yang sering ditemukan pada kanker paru juga menganggu fungsi Paru. Fisiologi Paru Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Price,1994) Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Price,1994) Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan 7

parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Price,1994) Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama (Rab,1996). 2. 2. Sistem Pertahanan Paru Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh. Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas(Rab,1996) : 1. Filtrasi udara Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan : - Yang berdiameter 5-7 akan tertahan di orofaring. - Yang berdiameter 0,5-5 akan masuk sampai ke paru-paru - Yang berdiameter 0,5 dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di keluarkan bersama sekresi. 8

2. Mukosilia Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan digerakkan oleh silia keluar ini menuju laring. Keberhasilan mucus, dalam luas mengeluarkan mucus tergantung pada kekentalan

permukaan bronkus dan aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok, hipoksemia maupun hiperkapnia. 3. Sekresi Humoral Lokal zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari : - Lisozim, suatu enzim yang dapat me-lisis bakteri Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik - Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan dalam membunuh virus. - Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah terjadinya infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru yang berulang. 4. Fagositosis Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen. Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah : - Gerakan mukosiliar. - Faktor humoral lokal. - Reaksi sel. - Virulensi dari kuman yang masuk. 9

- Reaksi imunologis yang terjadi.

II. DEFINISI TUMOR PARUPenyakit Tumor paru adalah penyakit pertumbuhan sel- sel ganas yang tidak terkontrol yang dapat mengenai satu paru atau kedua paru atau pada percabangan trakeo- bronkhial. Tumor Paru dapat dibagi dua, Tumor Primer (Jinak dan Ganas) dan Tumor Sekunder (Metastasis).

INSIDENSI :Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan- perempuan. Selama beberapa dasawarsa yang lalu, Tumor ganas (karsinoma) paru telah meningkat ke peringkat pertama insiden neoplasma ganas pada pria dan wanita. Tetapi karena pria mulai merokok sigaret maka insiden kanker paru terus meningkat sehingga pada tahun 1996 kanker paru pada wanita melebihi kanker payudara dan kanker utero-ovarium. Sekarang kanker ini bertanggung jawab terhadap 1/3 dari semua tumor ganas dalam pria dan sekitar 1/5 dalam wanita. Dalam tahun 1933, Graham melakukan Pneumonektomi dalam satu tahap yang pertama kali berhasil untuk karsinoma paru. Pasien pertama yang disembuhkan dari penyakit ini, hidup bertahun- tahun tanpa kekambuhan. Kejadian tumor yang menyebabkan kematian pada negara Inggris dan Wales terjadi kurang lebih 35.000 kasus/ tahun. Kejadian ini pada pria merupakan yang nomor satu, sedangkan kejadian pada wanita setelah kanker payudara, colon, kulit tetapi kejadian ini terus meningkat. Kematian lebih sering pada orang yang lebih tua, tetapi juga meningkatpada usia remaja karena semakin seringnya konsumsi merokok pada usia dini. Roko adalah yang bertanggung jawab dari kejadian endemic dari penyakit ini 10

tetapi selain itu ada faktor lain dan faktor predisposisi. Yanng tersering adalah buruh yang berkerja di industri logam, nikel, arsenic dan lain- lain. Lebih dari 90% keganasan paru- paru berawal dari bronkus, ini disebut karsinoma bronkogenik , Kalsifikasi Leebow yang terdiri dari : Epideroid (squamous cell Ca) : 40 60 % Adenokarcinoma : 15 % Karsinoma anaplastik : 30 % Campuran (mixed)

ETIOLOGI TUMOR PARUSebagaimana diketahui asap rokok adalah penyebab utama kanker paru (tipe kasinoma), karena mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana 50 jenisnya bersifat karsinogen dan beracun. Statistik membuktikan bahwa sekitar 90% penderita kanker paru adalah perokok aktif atau mantan perokok. Agensi Perlindungan Alam Sekitar US (US Environmental Protection Agency) (EPA) pada tahun 1993 memutuskan bahawa 3,000 kematian berkait tumor paru-paru disebabkan oleh perokok pasif setiap tahun, namun kaitannya masih diperdebatkan dan diteliti di kalangan pakar sains. Asbestos merupakan karsinogen lain yang popular diketahui terutamanya bagi mesothelioma (menyerang lapisan mesothelium paruparu, abdomen atau jantung). Seringkali faktor resiko ini berlaku kepada mereka yang tidak dapat dielakkan kerana kerja mereka. Radon adalah gas tanpa warna atau bau yang terhasil dari penguraian bahan radioaktif radium, yang merupakan bahan dalam penguraian uranium, yang terdapat dalam kerak bumi. Ia merupakan penyebab kedua utama tumor paru-paru selepas merokok. Radiasi ini mengion bahan genetik, menyebabkan mutasi yang kadang-kala menjadi tumor (kanker). Gas radon berbeza bergantung lokasi anda tinggal. Di kawasan seperti Cornwall di United Kingdom, gas radon merupakan masalah utama, dan kipas perlu dipasang untuk menyingkir gas. Di Amerika Syarikat

11

EPA menganggarkan bahawa 1 dalam 15 rumah mengandungi gas radon melebihi piawaian yang dicadangkan. Gen onkogen dipercayai menjadikan seseorang lebih cenderung mendapat tumor. Proto-onkogen dipercayai bertukar menjadi onkogen apabila terpapar kepada karsinogen tertentu. Virus dipercayai menyebabkan tumor pada manusia, kerana kaitan ini telah dibuktikan pada hewan. Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah 1. Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti : a. Asbestosis b. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium c. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida 2. Polusi Udara : Pasien kanker paru banyak di daerah urban dibandingkan yang tinggal di daerah rural. 3. Genetik : terdapat perubahan / mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni : Proto onkogen, Tumor suppressor gene, Gene encoding enzyme Teori onkogenesisi : Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen supresor tumor dalam genom ( onkogen). Adanya isisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/ del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya. Perubahan tampilan khusus ini menyebabkan pertumbuhan sel paru autonom. berubah menjadi sel kanker dengan Rokok selain selain sebagai inisiator sifat juga

merupakan promoter atau progresor, dan rokok diketahui sanggat berkaitan dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaannya terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain. 12

4. Diet : Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

FAKTOR RESIKO Lakilaki yang Usia lebih dari 40 tahun karsinogenik Pengguna tembakau (perokok lingkungan kerja putih, kretek atau cerutu) Hidup dalam lingkungan asap kanker tembakau (perokok pasif), radon dan asbes Faktor Genetik tertentu Riwayat pernah mendapat Paparan industri/ mengandung zat Tinggal/ berkerja di lingkungan

PATOGENESISPerkembangan genetika molekuler menunjukkan bahwa pada kanker paru terjadi perubahan pada system genetikanya. Perubahan ini dapat berupa rusaknya sel DNA atau terjadi mutasi gen sehingga fungsi normal berubah menjadi ganas. Pertumbuhan sel normal dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal melalui aktivasi atau gen penghambat pertumbuhan berbentuk protein yang akan mengendalikan proses proliferasi,diferensiasi, fungsi dan kematian sel. Karsinogen merupakan poses bertahap dimana sel somatik berubah sifat melalui onkogen dengan penghambat tumor. Proto onkogen adalah gen sel normal yang dirancang untuk berproliferasi. Gen penghambat tumor juga merupakan bagian dari sel normal yang mempunyai sifat menghambat proliferasi. Langkah karsinogenesis ditandai dengan akumulasi kerusakan genetik pada sel yang sensitive dan berkembang secara selektif tumbuh menjadi ganas. Proses karsinogenesis terjadi melalui 4 tahap yaitu : 1. Inisiasi 2. Promosi 13

3. Konversi ganas 4. Progresif Inisiasi merupakan langkah pertama karsinogenesis yang muncul karena kerusakan genetic yang irreversible disebabkan oleh zat kimia, fisika, atau karsinogen mikroba. Inisiasi terjadi sebelum atau selama fase S. Promosi merupakan proses proliferasi sel menjadi lebih aktif. Kelompok ini merupakan kelompok sel yang telah melalui proses inisiasi. Konversi ganas merupakan perubahan sel neoplastik, sel inisiasi menjadi fenotip yang ganas. Tumor jinak dapat menjadi ganas bila terpajan kembali oleh inisiator dengan frekuensi tinggi. Progresif merupakan proses yang terjadi secara genetic melalui over ekspresi atau aktivasi onkogen dan delesi gen penghambat tumor.

KLASIFIKASI TUMOR PARUKanker paruparu berasal dari jaringan paruparu, biasanya dari lapisan sel di saluran udara. Kanker paru seperti halnya juga kanker yang lain, yaitu merupakan hasil dari pertumbuhan abnormal sel tubuh.

14

Pada orang normal, pertumbuhan dan kematian sel diatur sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan seimbang. Bila mekanisme ini terganggu maka sel akan tumbuh dengan semena mena sehingga sel tersebut membesar dengan tidak terkontrol yang kemudian dikenal dengan nama tumor. Tumor paru, dibagi 2 : Jinak Hamartoma Kista Paru Ganas (Carcinoma) Klasifikasi tumor ganas paru menurut Leebow : Tumor ganas Epitelial ( Primary malignant Epithelial Tumors) A. Karsinoma Bronkogen 1. Epidermoid (squamous cell ca) 45- 60 % 2. Adenokarsinoma : 15 % 15

3. Karsinoma Anaplastik : 30 % 4. Campuran (mixed) B. Karsinoma Bronkiolar (Alveolar Cell Carsinoma/ Pulmonary Adenomatosis) C. Adenoma Bronkial Sarkoma A. Differntiated spindle cell sarcoma B. Diffrentiated sarcoma C. Limfosarkoma primer Mixed Epithelial and Sarcomatous tumor (Carcinosarcoma) Neoplasma asal sistem retikuloendothelial (RES) dalam paru Metastasis pada paru

16

17

II.1 TUMOR JINAK Tumor jinak umumnya terlokalisir dan tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tumor jenis ini mudah untuk dihilangkan atau disembuhkan dengan tuntas, jarang dijumpai, hanya sekitar 2 % dari seluruh tumor paru, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena tumor jinak jarang memberi keluhan dan tumbuh sangat lambat sekali. Tumor jinak paru yang sering dijumpai adalh hamartoma. Jenis tumor jinak lainya yang lebih jarang adalah fibroma, kondroma, lipoma, hemangioma, tumor neurogenik, papiloma, dan lain- lain. 2.1.a Hemartoma Hemartoma merupakan tumor jinak paru yang pertambahan besarnya berlangsung dengan sangat lambat, jarang ditemukan pada anakanak, biasanya > 40 tahun.

18

Sebagian besar (90%) ditemukan di perifer paru dan sebagian lagi di sentral (endobronkial) dan sering terdapat di beberapa bagian paru (multiple). Bentuk tumor ini bulat atau bergelombang (globulated) derngan batas tegas. Biasanya ukuran kurang dari 4 cm dan sering mengandung kalsifikasi berbentuk bercak- bercak garis atau gambaran pop corn. Kalsifikasi ini akan bertambah dengan bertambah besarnya tumor. Pembentukan kavitas tidak pernah terjadi. Penyebab paling umum ketiga nodul paru soliter. (Bukti hamartoma paru terlihat pada gambar di bawah.) Posteroanterior (PA) radiograf dada pada pria

Posteroanterior radiograf dada (PA) pada seorang pria menunjukkan lesi dari bagian aksesori di zona tengah kanan dengan kalsifikasi fitur popcorn. Mewakili 75% dari semua tumor jinak paru-paru, hamartomas terdiri dari jaringan biasanya hadir dalam paru-paru, lemak, jaringan epitel, jaringan berserat dan tulang rawan. Namun, menunjukkan pertumbuhan yang tidak teratur. Hemartoma dapat dibagi tipe parenkim dan sentral. Prognosis sangat baik.

19

Hamartomas paru tumbuh perlahan-lahan, dan kebanyakan dari mereka lebih kecil dari 4 cm, meskipun mereka dapat mencapai 10 cm dengan diameter . Tumor ini biasanya soliter, endobronkhial yang membuat gejala batuk, hemoptisis, dispnea dan pneumonia yang berulang Tipikal gambaran CT scan adalah nodul/ masa soliter yang batsnya tegas dengan sedikit lobular yang ukurannya < 4 cm terletak di perifer di dalam paru. Klasifikasi dilaporkan sampai 50%, adanya pop corn kalsifikasi adalah signifikan untuk hamartoma. Nilai attenuasi di CT berkisar 40- 120 HU terjadi pada lebih 50 % kasus.

Gambar. 1.-58-tahun wanita yang menderita batuk kronis dan hemoptisis intermiten selama 2 tahun. Sebuah, CT scan diperoleh setelah injeksi IV dari media kontras menunjukkan massa rendah-pelemahan endobronkial (-10,2 8,2 H) memblokir intermedius bronkus (panah besar). Perhatikan juga berisi lobus kanan bawah atelectatic bronki membesar dan abses rongga (panah kecil). B, Aksial memotong permukaan paru-paru resected spedmen pada tingkat distal bronkus intermedius menunjukkan massa endobronkial putih kekuningan terutama terdiri dari lemak memblokir bronkus kanan dan bronkus lobaris intermedius menengah (panah). Bronkus lobus tengah kanan dan bawah lebar (panah) dan diisi dengan sumbat lendir.

20

Gambar 2. Positron emission tomography (PET) dan computed tomography (CT) terhadap kasus yang sama seperti dalam Gambar 1. (A) gambar PET dan (B) PET / CT menyatu gambar dalam lesi lobus kanan. [18F]-fluorodeoxyglucose serapan jelas dalam nodul yang sama tingkat dalam mediastinum (nilai-nilai serapan standar dinormalisasi dengan berat badan 2.3). Temuan itu dianggap sebagai tersangka. Ann Thorac Surg 2008 gambar dari paru-paru hamartoma De Cicco ET AL 1770 UMUM 86:1769-73 Thoracic Download dari ats.ctsnetjournals.org oleh November 7, 2011

21

II.2 TUMOR GANAS Tumor ganas atau lebih dikenal dengan sebutan kanker. Tumor ganas (kanker) dapat tumbuh dan membesar dengan cepat, bersifat merusak organ di sekitarnya serta dapat mengalami metastase atau menyebar ke organ tubuh yang lain.

22

Sebagian besar (45-60 %) tumor ganas paru termasuk karsinoma bronkogen adalah jenis

epidermoid. Dikatakan insiden karsinoma

epidermoid ditemukan terutama pada laki- laki dengan rasio 10-20 banding satu dengan golongan usia terbanyak pada 60 tahun-nan. Karsinoma epidermoid dapat mengalami nekrosis dan membentuk kavitas. Tumor jenis ini dapat menjalar melalui hematogen pada stadium lanjut.

Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Tipikalnya adalah lesi di sentral bronkus yang sering bermanifestasi sebagai pneumonia post obstruktif atau atelektasis. Sekitar 1/3 squamous cell carcinoma terjadi dibawah segmen bronkus dan biasanya ukurannya berkisar 1- 10 cm. Bentuknya lebih menyerupai suatu kavitas dibandingkan tipe yang lain. Kavitas terjadi pada 1030 % kasus dan lebih sering pada masa perifer yang besar dan tumor berdeferensiasi buruk. Kavitas tipikalnya letak eksentrik, dinding tebal, ireguler. Pertumbuhan tumor ini lambat dan sering terjadi metastase ke extratorakal dalam waktu yang lambat. Patofisiologi tumor ini, Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus verterbrai. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini 23

menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian Distal, adanya pembentukan intercellular bridge.

Seorang wanita 45-y-tua dengan karsinoma sel skuamosa epidermoid dari lobus kiri atas. (A) CT scan menunjukkan tumor primer (panah ganda) dan pembesaran kelenjar getah bening paraaortic (panah tunggal). (B) 99mTc-Tetrofosmin SPECT dalam pandangan transaxial menunjukkan area yang abnormal serapan meningkat sesuai dengan tumor primer (panah ganda) tetapi tidak ada

24

akumulasi dalam mediastinum. Metastasis dikeluarkan pada histologi dalam getah bening mediastinum positif pada operasi CT.

Pancoast Tumor sering menginvasi pleura dan kostae sehinggamenyebabkan nyeri bahu dan sering diobati sebagai nyeri muskuloskeletal. Tumor ini dapat menyebar ke ganglion dan menyebabkan sindrom horner, yang bermanefestasi sebagai enolphtalmus, miosis, ptosis parsial dan anhidrosis. Secara CT scan akan terlihat masa di apek paru disertai destruksi dari kosta pertama

25

Pancoast Tumor seen on MRI

Adenokarsinoma insidennya meningkat dan sekarang merupakantipe sel yang paling banyak muncul sekitar 25-30% dari seluruh kanker paru. Tipikal tumor ini adalah nodul soliter paru, diperifer dengan tepi yang ireguler atau spiculated sebagai akibat adanya invasi ke parenkim dan disertai dengan respon fibrosisLebih sering ditemukan pada wanita, kadangkadang di sentral, Metastasenya ke intratorakal adalah ke kelenjar limfe hilus dan mediastinum sekitar 18- 40 % dan lebih sering terjadi dengan lokasi adenocarcinoma yang lebih sentral sekitar 2- 27 %. perkembngan tumor jenis ini sangat cepat .

Foto toraks: Kanker paru-paru dapat dilihat x-ray dada sebagai nodul paru soliter atau massa. Sebanyak 80% dari nodul paru soliter ( 20 mm 2. Spiculated 3. Adanya kalsifikasi punctate yang eksentrik 4. Dinding kavitasnya tebal > 10 mm 5. Lesinya cepat tumbuh 6. Dengan kontras akan enchancement lebih dari 15 HU Kavitas sering dijumpai pada nodul yang maligna tapi suatu lesi yang jinak dan fokal seperti abses dapat juga membentuk kavitas. Sedangkan karakteristik gambaran lesi jinak meliputi : 1. Ukuran lesi yang stabil selama paling sedikit 2 tahun dilihat dari foto thorak 2. Ukuran lesi < 20 mm 3. tepinya halus/ rata 4. Nodul dengan kalsifikasi di sentral, difus, lakunar atau pop corn 5. Tebal dinding kavitas < 10 mm 6. dengan kontras akan enhancement antara 10- 15 HU Secara CT scan maka gambaran malignansi meliputi : 1. Ukuran Lesi yang lebih dari 3 cm 2. Batas tidak tegas 3. dengan enchancement ring yang irreguler 4. invasi ke struktur yang berdekatan

34

35

c. Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.

Pemeriksaan khususPemeriksaan Sitologi Sekitar 50% pasien karsinoma paru primer menderita lesi endobroncus yang jelas sewaktu dibuat biopsi dan bronkoskopi. a. Bronkoskopi Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau k erokan bronkus. b. Biopsi aspirasi jarum transtoraks perkutis Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif. Karena biopsi jarum sangat bermanfaat mendapatkan sel- sel untuk diagnosis karsinoma bronkogenik. Dalam satu

36

seri besar neoplasma intrathoraks ganas, aspirat jarum memperlihatkan selsel ganas dalam 96%. Diagnosis sitologi palsu hanya ada dalam 2 pasien. c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal. d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan. e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB) Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CTscan. f. Biopsi lain (Biopsi Nodi Limfatisi Skalenus) Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura. g. Torakoskopi medik

37

Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi. h. Sitologi sputum Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalamformalin 4%.

Pemeriksaan invasif lain Pada kasus kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti Torakoskopi dan tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis / patologis tidak dapat ditegakkan. Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan : 1. Jenis histologis. 2. Derajat (staging). 3 . Tampilan (tingkat tampil, "performance status"). Sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita. Pemeriksaan lain a. Petanda Petanda Tumor 38

Sel- sel neoplastik tertentu melepaskan senyawa yang berhubungan dengan jenis normalnya. Dalam masa baru- baru ini , tumor spesifik telah ditemukan menghasilkan senyawa seperti kalsitonin dengan adanya karsinoma meduler thyroidea. Karsinoma primer paru bisa disertai dengan penanda tumor CEA, Hormon adrenokortikotropik (ACTH) maupun ADH dihasilkan oleh karsinoma sel kecil untuk beberapa senyawa biokimia tak spesifik dan enolase spesifik neuron tampak berhubungan dengan adanya metastasis parenkim dan selaput otak., juga Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan. b. Pemeriksaan biologi molekuler Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit.

Jenis histologis Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1999 (Lampiran 1), tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya dapat diketahui : 1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid) 2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma) 3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma) 4 . Karsinoma sel besar (large Cell carcinoma) Berbagai keterbatasan sering menyebabkan dokter specialis Patologi Anatomi mengalami kesulitan menetapkan jenis sitologi/histologis yang tepat. Karena itu, untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal harusditetapkan, apakah termasuk kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK

39

atau small cell lung cancer, SCLC) atau kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK, nonsmall cell lung cancer, NSCLC). Penderajatan (Staging) Kanker Paru Penderajatan untuk KPKBSK ditentukan menurut International System For Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM (Lampiran. 2). Pengertian T adalah tumor yang dikatagorikan atas Tx, To s/d T4, N untuk keterlibatan kelenjar getah bening (KGB) yang dikategorikan atas Nx, No s/d N3, sedangkan M adalah menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh

40

Tampilan Tampilan penderita kanker paru berdasarkan keluhan subyektif dan obyektif yang dapat dinilai oleh dokter. Ada beberapa skala international untuk menilai tampilan ini, antara lain berdasarkan Karnofsky Scale yang banyak dipakai di Indonesia, tetapi juga dapat dipakai skala tampilan WHO. Tampilan inilah yang sering jadi penentu dapat tidak nya kemoterapi atau radioterapi kuratif diberikan.

41

PENGOBATAN Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan. 1. Pembedahan Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror berat. Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.

42

Hal penting lain yang penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui toleransipenderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas darah (AGD) : Syarat untuk reseksi paru . Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik, VEP1>60% . Risiko sedang pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%, VEP1 > 60% 2. Radioterapi Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor : 1. Staging penyakit 2. Status tampilan 3 . Fungsi paru Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui : - Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan - Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA) Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah : 1. Hb > 10 g% 2. Trombosit > 100.000/mm3 43

3 . Leukosit > 3000/dl Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni : 1. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan. 2. Fungsi paru buruk. 3. Kemoterapi Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah: 1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) 2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15% 3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO 4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi tumor progresif. Evaluasi hasil pengobatan Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 sikius/sekuen, bila penderita menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (sikius) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian. Evaluasi dilakukan terhadap - Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal - Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan - Respons obyektif - Efek samping obat

44

PENGOBATAN PALIATIF DAN REHABILITASI Pengobatan Paliatif Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner, ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non metastasis dan ekstratorasik metastasis. Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan. Rehabilitasi Medik Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal terutama akibat metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi. Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak. - Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif. - Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif. Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan 45

kemampuan fungsional penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah).

PrognosisSecara keseluruhan prognosis bagi pasien dengan karsinoma bronkogenik adalah buruk. Kelangsungan hidup 5 tahun hanya 5%. Dengan demikian penekanan harus diberikan pada pencegahan.

46