pendahuluan alat orto

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengutip Asosiasi America Ortodontis 1 memaparkan sejarah singkat behel atau kawat gigi bahwa; behel telah ditemukan sejak zaman mumi purba, yang dilanjutkan pada sekitar tahun 400-500 SM dimana Hippocrates dan Aristoteles telah memikirkan cara-cara untuk meluruskan gigi atau memperbaiki susunan geligi, Demikian pula telah ditemukan bukti bahwa pada zaman Golden Age, orang Roma telah menguburkan mayat dengan peralatan agar gigi yang digunakan pada waktu hidup tidak copot. Berlanjut ke era modern, Presiden Amerika Serikat, George Washington, telah menggunakan gigi palsu yang terbuat dari kayu, dan akhirnya pada tahun 1729 dimana Pierre Fauchard, salah seorang ahli gigi Prancis menerbitkan 1 Sejarah behel dan perkembangannya. di kutip dari; http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=6327254 pada tanggal 18 juni 2012 U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 1

description

ortodontic

Transcript of pendahuluan alat orto

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengutip Asosiasi America Ortodontis memaparkan sejarah singkat behel atau kawat gigi bahwa; behel telah ditemukan sejak zaman mumi purba, yang dilanjutkan pada sekitar tahun 400-500 SM dimana Hippocrates dan Aristoteles telah memikirkan cara-cara untuk meluruskan gigi atau memperbaiki susunan geligi, Demikian pula telah ditemukan bukti bahwa pada zaman Golden Age, orang Roma telah menguburkan mayat dengan peralatan agar gigi yang digunakan pada waktu hidup tidak copot. Berlanjut ke era modern, Presiden Amerika Serikat, George Washington, telah menggunakan gigi palsu yang terbuat dari kayu, dan akhirnya pada tahun 1729 dimana Pierre Fauchard, salah seorang ahli gigi Prancis menerbitkan sebuah buku berjudul The Surgeon Dentist dengan pokok pembahasan tentang cara-cara untuk meluruskan gigi dengan menggunakan sebuah alat yang disebut bandeau; sepotong plat berbentuk tapal kuda terbuat dari logam mulia yang dapat membantu memperluas lengkungan rahang. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh Ettienne Bourdet, seorang dokter gigi kerajaan Perancis yang terkenal dengan teori penumbuhan rahang, dalam karyanya yang berjudul The Dentist Art (1757). Sejarah penggunaan behel dan kawat gigi kemudian berlanjut hingga abad 19 dimana Delaberre memperkenalkan boks kawat gigi yang sekaligus menjadi pertanda lahirnya orthodonsi kontemporer, yang dilanjutkan pada abad setelahnya dimana para ahli gigi menggunakan emas, platinum, perak, baja, karet, vulcanite, dan terkadang pula menggunakan kayu, gading, seng dan tembaga, untuk membentuk badan kawat gigi.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa behel telah dikenal sejak lama. Hanya saja terdapat perbedaan antara behel dimasa itu dan di masa kini. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang digunakan dalam pembuatan kawat gigi yang menggunakan bahan-bahan tidak berbahaya dan steril, proses pemasangan yang lebih akurat dengan berdasar pada kajian ilmiah, hingga perawatan yang lebih mutakhir.

Dengan dukungan sistem informasi yang juga semakin pesat, pengetahuan masyarakat tentang fungsi behel pun berubah, tetapi tidak berarti meninggalkan fungsi lamanya, yang sebagaimana penjelasan di atas digunakan dalam konteks kesehatan. Perubahan yang dimaksud dalam kondisi kekinian adalah trend atau style, atau sebatas gaya hidup semata. Meski demikian, tidak dapat difahami jika perubahan fungsi dari kesehatan menuju fungsi style tersebut bertujuan agar penampilan menjadi lebih menarik sebab, keduanya tentu mengarah pada penampilan.

Banyak dari pengguna behel adalah remaja. Hal ini disebabkan karena penggunaan behel hanya dapat dilakukan pada saat seseorang masih dalam proses pertumbuhan. Tetapi dalam keseharian, ditemukan tidak sedikit dari pengguna telah berumur atau tidak lagi berada pada masa pertumbuhan. Tentu saja mereka memiliki alasan tersendiri mengenai penggunaannya. Tingginya tingkat penggunaan behel boleh jadi disebabkan kemudahan mendapat; memasang dan perawatan. Melalui akses internet, seseorang kini telah mudah mendapatkan behel dengan berbagai macam warna dan bentuk bantalan, disamping bahan tersebut telah dijual secara bebas pada apotik bahkan pada toko umum. Tidak hanya itu, trend behel dapat dilihat pada anak sekolah; tingkat kanak-kanak dan Sekolah Dasar, yang seakan-akan menjadikan kawat gigi layaknya mainan. Mereka dengan mudah mendapatkan kawat gigi palsu dari penjual mainan keliling di sekolah mereka, atau penjual kosmetik di pasar (seperti yang saya temukan di Pasar Sentral Makassar). Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa kawat gigi sedang menjadi trend atau gaya hidup masyarakat Kota Makassar, yang tidak dibatasi oleh umur dan juga jenis kelamin. Secara medis, behel tergolong dalam kosmetik kesehatan yang tidak difungsikan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Meski demikian behel tetap masuk dalam kategori kesehatan dengan fungsi pencegahan atas ketidak-normalan susunan geligi, seperti; ginsul atau tonggos (boneng). Pengaturan dilakukan dengan mengikat gigi agar kembali tersusun rapih, untuk menghindari atau mengurangi kesan wajah jelek dan menambah kenyamanan atau kecantikan wajah. Dengan kata lain, penggunaan behel berimplikasi pada penampilan. Lebih jauh, seperti halnya teknologi kosmetik kesehatan lainnya; operasi plastik di wajah, pemasangan silikon pada payudara, dan lainnya, behel bisa saja berhubungan dengan tingkatan status sosial seseorang.Berdasarkan atas penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui latar belakang, atau alasan-alasan seorang remaja menggunakan behel atau kawat gigi sebab; (1) behel secara medis difungsikan untuk mengatur susunan geligi dan pertumbuhan gusi, tetapi pada kenyataannya, menurut pengamatan saya, para pengguna behel memiliki susunan geligi dan pertumbuhan gusi yang terlihat baik; (2) ketersediaan bahan dan jumlah praktisi yang bergerak dibidang kesehatan mulut dan gigi, serta pesatnya informasi sebagaimana penjelasan diatas dapat menimbulkan alasan penggunaan behel bagi remaja, yang berkaitan erat dengan citra diri, atau penggambaran tentang diri; cantik, jelek, atau ganteng. Kedua alasan ini terangkum dalam penelitian yang berjudul; Behel; Studi Antropologi Tentang Citra Diri Remaja Pengguna Kawat Gigi di Kota Makassar. B. Masalah Penelitian Penggunaan behel di kalangan remaja tampaknya tidak hanya berorientasi pada perbaikan gigi, tetapi juga berorientasi bagi gaya hidup. Atas fakta itu maka penelitian ini difokuskan pada alasan-alasan yang melatarbelakangi remaja menggunakan behel.

Fokus penelitian Citra diri remaja pengguna behel tersebut dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan remaja tentang fungsi behel? 2. Sumber pengetahuan remaja tentang behel? 3. Bagaimana citra diri remaja pengguna Behel.C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:a. Menggambarkan mengenai pengetahuan remaja tentang fungsi behel b. Menggambarkan proses dan mekanisme pembentukan pengetahuan remaja tentang behelc. Menjelaskan mengenai Citra diri remaja pengguna behel

2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini tidak saja sebagai bahan bacaan atau diskusi pada Jurusan Antropologi, Jurusan Sosiologi, atau Fakultas Kesehatan Masyarakat, tetapi juga kepada orang tua dan para remaja pengguna behel, selain pemerintah terkait; Dinas Kesehatan.

D. Metode Penelitian 1. Jenis dan Tipe Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian yang lazim dalam ilmu Antropologi yaitu metode kualitatif dengan tipe deskriftif. Untuk memperoleh data yang relevan dengan tema penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kotamadya Makassar dengan alasan tunggal; aksesibilitas. Seperti yang kita ketahui bahwa kota tidak saja menjadi pusat perekonomian tetapi juga pusat perawatan kesehatan modern. Hal ini tentu saja memudahkan bagi para remaja untuk menemukan bentuk perawatan kesehatan mulut dan gigi. Aksesibilitas yang dimaksud termasuk lokasi para remaja sering berkumpul seperti; pada beberapa kafe-kafe atau tempat belanja didalam Mall Panakukang (MP), Mall Makassar Town Square (M-Tos), dan Mall Ratu Indah (MARI), kampus, dan sarana umum lainnya seperti kafe pinggiran pantai. Tentu saja lokasi ini dapat memudahkan dalam proses pengumpulan data dalam arti pengamatan secara langsung. 3.Penentuan Informan

Sebagai sumber data dalam penelitian, tentu saja informan sangat penting dalam penelitian. Berdasar penjelasan sebelumnya, secara jelas informan dalam penelitian ini adalah para remaja, yang karena itu dibatasi umur dan tentu saja menggunakan behel (kawat gigi). Kriteria umur remaja berdasar ketetapan pemerintah adalah antara umur 17 tahun (atau sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Umum) hingga sekitar umur 22 tahun atau sedang duduk di bangku perkuliahan. Dasar umur ini yang mejadi patokan dalam penentuan informan selain menggunakan behel (kawat gigi). Mengenai lama waktu yang telah dilalui dalam penggunaan behel tidak menjadi persoalan. Sebab seseorang, sebagai permisalan, baru seminggu menggunakan behel dan menjadi informan, tentu saja memiliki alasan-alasan tersendiri terlebih jika informan tersebut telah menggunakan behel sejak lama. Penekanan dalam hal ini tidak lain pengalaman yang didapatkan saat menggunakan behel dan dalam interaksi keseharian masing-masing. Selain informan biasa, dalam penelitian saya juga menggunakan informan spesialis gigi atau seorang yang mengetahui pasti mengenai fungsi, cara pemasangan, dan perawatan kawat gigi. Informan spesialis yang saya maksudkan adalah dokter gigi atau spesialis gigi resmi yang darinya saya berharap akan mendapatkan penjelasan mengenai fungsi behel bagi kesehatan, untuk dijadikan bahan analisa atas data yang didapatkan dari pelaku (fungsi bagi pengguna behel).4.Metode Pengumpulan Data

Gaya penelitian yang saya lakukan adalah etnografi, sebagai khas gaya penelitian antropologi. Seperti yang kita ketahui bahwa etnografi sebagai metode penelitian merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Maksud dari teknik penelitian yang bermacam-macam adalah gabungan dari beberapa teknik pengumpulan data, tetapi yang paling umum digunakan dan saya gunakan pula dalam penelitian adalah teknik pengamatan dan wawancara. Selain itu, saya juga mengumpulkan bahan-bahan dari internet, majalah, koran, tabloid, sebagai metode kajian literatur.

a. Pengamatan (Observasi)

Lexy J. Moleong dalam bukunya menjelaskan bahwa pengamatan diklasifikasikan melalui dua cara, salah satunya adalah pengamat berperan-serta yang menuntut peneliti selain selaku pengamat juga menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Dalam kaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, bergabung bersama para pengguna behel (kawat gigi) untuk memahami interaksi mereka adalah hal yang penting. Lebih jauh, sebagaimana Moleong yang mengutip Buford Junker dalam Patton membagi empat tipe pengamatan. Jika pada proposal saya memilih tipe pemeranserta sebagai pengamat; peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan, maka dalam penelitian lapangan saya akhirnya memutuskan untuk menggunakan pengamatan penuh atau sempurna. Hal ini saya lakukan untuk lebih memahami apa yang dirasakan saat menggunakan behel.

Berdasar pembahasan singkat diatas, maka nantinya saya akan mengamati remaja pengguna behel tentang; bagaimana interaksi mereka antar sesama pengguna behel dan antar pengguna dengan bukan pengguna behel. Dari hal tersebut saya berharap menemukan data berkenaan masalah pertama, yang akan saya gunakan untuk mencari data pada rumusan masalah kedua dan ketiga. b. Wawancara (Interview) James P. Spradley mengemukakan bahwa ketika mempelajari wawancara etnografis sebagai peristiwa percakapan, kita akan menemukan banyak ciri yang sama dengan ciri-ciri dari percakapan persahabatan. Hal tersebut jelas terjadi pada saat seorang peneliti telah membangun hubungan antara dia dan informannya dengan sangat baik, atau termuat dalam istilah rapport. Cara tersebut akan saya gunakan dalam penelitian nantinya, yakni membangun hubungan pertemanan dengan informan dengan ikut bergabung dalam keseharian mereka (sebagaimana tipe pengamatan diatas). Hal yang akan saya wawancarakan adalah proses bagaimana para pengguna tertarik dan akhirnya menggunakan behel, apa yang mereka rasakan pada proses awal penggunaannya, bagaimana pendapat mereka sebelum dan sesudah menggunakan behel, terutama yang berhubungan dengan penampilan. Kemudian, bagaimana seorang pemakai behel mempresepsikan diri di lingkungan sekitar, yang diarahkan untuk mengetahui implikasi penggunaan behel pada interaksi sehari-hari. c. Studi Literatur

Selain kedua teknik pengumpulan data diatas, saya juga menggunakan studi literatur yang bersumber dari buku, tabloid, majalah, dan internet berkenaan dengan topik penelitian. Hal-hal tersebut mengarah pada sejarah singkat behel, jenis-jenis behel, fungsi dan perawatan behel, serta hal terkait lainnya untuk tinjauan pustaka.

E. Tinjauan Konseptual 1. Teknologi Kosmetik Kesehatan

Sediaan/panduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan; epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar, serta gigi dan rongga mulut untuk; membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.

Kutipan diatas berdasar pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang teknologi kosmetik. Berdasar kutipan tersebut, maka behel atau kawat gigi termasuk didalamnya, dengan fungsi yakni memperbaiki agar susunan geligi dalam keadaan baik. Fungsi tersebut tentunya dapat diterapkan kepada mereka yang susunan geliginya tidak tersusun dengan rapi atau tidak sempurna seperti; ginsu atau bersusun, tonggos atau boneng, dan juga langkara atau jarang.

Dari kutipan diatas telah jelas bahwa penggunaan kosmetik kesehatan tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Dengan demikian, menyambung dengan pernyataan sebelumnya, maka behel atau kawat gigi diperuntukkan bagi mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan (sebab fungsi utamanya adalah memperbaiki susunan geligi), yang mana susunan geligi yang tidak sempurna bukanlah sebuah penyakit atau hal yang harus disembuhkan, melainkan agar dapat terlihat lebih rapi, atau mengarah pada penampilan.

Behel

Behel adalah kata benda yang mengacu pada kawat gigi, atau pengikat gigi, dengan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas. Bagian behel yang menempel atau melekat dengan gigi adalah bracket, yang memiliki fungsi estetis, atau lebih pada penampilan dengan pilihan beragam, dan beberapa bersifat permanen (dapat dilepas dalam kurun waktu tertentu) dan ada yang bersifat bisa dilepas.

Cara kerja behel yakni mengatur, mendorong, dan menahan pergerakan gigi, agar dapat memperbaiki fungsi bicara, estetis muka, sudut bibir, rahang, dan senyum. Adapun jenis-jenis behel atau kawat gigi yakni;

1) Kawat gigi dari logam. Terbuat dari baja tahan karat (stainless steel), ini adalah jenis tertua yang telah digunakan selama puluhan tahun dan paling murah. Kawat logam dapat meninggalkan noda di permukaan gigi sehingga banyak dihindari orang. 2) Kawat gigi keramik atau plastik transparan. Jenis ini tidak begitu terlihat dan tampak lebih alami daripada kawat logam karena membaur dengan gigi. Kawat keramik tidak meninggalkan noda dan sama kuatnya dengan logam, namun membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama dan lebih mahal. Pada beberapa kasus, kawat keramik atau plastik menjadi kotor dan berubah warna di akhir perawatan. 3) Kawat gigi emas. Sama seperti kawat gigi logam tradisional, tapi terbuat dari baja berlapis emas. Tidak ada kelebihan jenis kawat emas ini dibandingkan baja, kecuali terlihat lebih wah secara kosmetik. 4) Kawat gigi lingual. Kawat gigi ini ditempatkan di bagian dalam gigi sehingga tidak terlihat dari luar. Kelemahan terbesar kawat gigi lingual adalah tidak nyaman dan dapat mengakibatkan luka di gusi dan lidah Anda. Anda mungkin juga akan kesulitan berbicara pada awalnya. Berdasar penjelasan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing jenis kawat gigi memiliki fungsi khusus yakni diluar fungsi umum yaitu; merapikan susunan geligi. 2. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah;

Sebuah mode kehidupan yang mengidentifikasikan tentang bagaimana seseorang menghabiskan waktunya (aktifitas), apa yang menurut mereka penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka fikir tentang dirinya dan dunia sekitarnya (pendapat).

Berdasar definisi tersebut maka dapat kita fahami ketertarikan antara gaya hidup dengan konsep kebudayaan dalam antropologi, yakni; keseluhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dengan demikian antara konsep kebudayaan dan konsep gaya hidup (lifestyle) terdapat keterkaitan.

Kebudayaan bersifat dinamis tanpa adanya gangguan yang kemudian disebabkan oleh unsur budaya asing sekalipun suatu kebudayaan dalam masyarakat tertentu. Dalam perputaran waktu, kebudayaan akan berubah baik secara lambat maupun cepat. Meski demikian kebudayaan merupakan pola dari kehidupan sosial, sebagaimana tersirat dalam definisi kebudayaan diatas. Perubahan tersebut terjadi dalam interaksi dimana intensitas pertukaran informasi dapat mendukung seberapa cepat perubahan tersebut akan terjadi. Demikian pula dengan behel atau kawat gigi, dimana persebaran informasi membuatnya menjadi trend atau populer kembali, setelah sekian lama menghilang.

Hal lain yang terjadi akibat dari pertukaran informasi adalah citra diri atau gambaran diri. Dalam informasi tersebut tergambar atau memberi gambaran tentang yang mana dikateogorikan jelek, kurang baik, baik, dan baik sekali. Berkaitan dengan behel atau kawat gigi, susunan geligi termasuk hal yang dinilai untuk menggambarkan atau citra tersebut.

Citra Diri/Citra Tubuh

Citra diri (self image) merupakan kesadaran identitas diri sebagai produk dari cara orang lain berfikir tentang kita, yang memiliki kesamaan arti dengan konsep citra tubuh; merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang atau keyakinan seseorang akan penampilan mereka dihadapan orang lain. Konsep ini berada dalam konsep besar, yaitu; konsep diri, yang memiliki arti; persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun moral.

Dari penjelasan kedua konsep tersebut maka citra diri dan citra tubuh memiliki kesamaan, yakni menekankan pada kepercayaan diri seseorang sebagai hasil dari pandangan atau persepsi seseorang terhadap dirinya. Gambaran tentang konsep ini dapat kita lihat pada dunia artis, dimana seringkali mereka menggunakan benda-benda, baik mengacu pada kosmetik kesehatan maupun hanya sekedar aksesoris, yang kemudian ditiru oleh para penggemarnya (karena menurut fans si artis terlihat cantik, dan sebaliknya artis merasa lebih percaya diri sebagai akibat dari peniruan penggemarnya). F. Sistematika Penulisan Tulisan ini disusun secara sistematis dalam lima bab yang mana setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab dan sub-sub bab. Adapun sistematika penulisan disusun sebagai berikut;

Bab I ; Memuat bab pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II ; Memuat tentang studi pustaka yang berkenaan dengan penelitian; gaya hidup, citra diri, dan konsumerisme.

Bab III ; Memuat tentang gambaran umum lokasi; mengenai lokasi-lokasi pemasangan dan perawatan behel atau kawat gigi, serta lokasi penjualan bahan-bahan tersebut.

Bab IV ; Memuat data tentang fungsi behel dalam pengetahuan informan spesialis gigi (dokter gigi) dan remaja, remaja dan behel; asal mula pengetahuan remaja tentang behel dan aplikasi pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan behel berdasar bentuk dan warna, pendapat remaja yang tidak menggunakan behel terhadap remaja yang menggunakan behel, dan citra diri pengguna behel.

Bab V ; Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran berdasarhasilpenelitian.

Sejarah behel dan perkembangannya. di kutip dari; HYPERLINK "http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=6327254"http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=6327254 pada tanggal 18 juni 2012

Dikutip dari HYPERLINK "http://id.wikipedia.or/wiki/Remaja"http://id.wikipedia.or/wiki/Remaja, pada tanggal 21 Januari 2012

James P. Spradley. 2007:13. Metode Etnografi. Diterjemahkan dari judul asli The Ethnographic Interview oleh Muhammad Yahya. Cetakan Ketiga. Penerbit Tiara Wacana.

Lexy J. Moleng. 1993:126-127. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Keempat. Penerbit PT. Rosdakarya. Bandung.

Ibid

James P. Spradley. Op.Cit

Dikutip dari;

HYPERLINK "http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/8d4d6399f3e99dc5c8edad2ff9eacf93ececd912.pdf"http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/8d4d6399f3e99dc5c8edad2ff9eacf93ececd912.pdf, pada tanggal 21 Januari 2012 .

Dikutip dari HYPERLINK "http://www.audydental.com/berbagai-jenis-behel-yang-ada-saat-ini/"http://www.audydental.com/berbagai-jenis-behel-yang-ada-saat-ini/, diunduh pada tanggal 21 Januari 2012.

Hendry Assael dalam HYPERLINK "http://membuatblog.web.id/2010/04/pengertian-gaya-hidup.html"http://membuatblog.web.id/2010/04/pengertian-gaya-hidup.html, diunduh pada tanggal 21 Januari 2012.

Koentjaraningrat. 1996:73-74. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan Kedelapan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Pip Jones. 2010:143. Pengantar Teori-teori Sosial; Dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-Modernisme. Cetakan Kedua. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Papalia, Olds, dan Feldman. 2008:27. Psikologi Perkembangan. Diterjemahkan dari judul asli; Human Development. Edisi Kesembilan. Penerbit Kencana. Jakarta.

Dacey dan Kenny dalam Kinanti Indika. 2009:15. Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas. Skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.

A. Grinder dalam Alia Saptarini. 2007:25. Konsep Diri Mahasiswi Yang Berperan Ganda Sebagai Ayam Kampus; Studi Kasus Terhadap Lima Orang Mahasiswi Di Kota Makassar. Skripsi untuk mendapatkan gelar di bidang komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Tidak Dipublikasikan.

U n i v e r s i t a s H a s a n u d d i n | 1