Status Pasien Orto Dinda

32
Laporan Kasus Orthopedi OPEN FRACTURE METATARSAL Pembimbing : Dr. Johan Bastian, Sp.OT Disusun oleh : Dinda Kartika D 2061210024 LABORATORIUM ILMU PENYAKIT BEDAH SUBBAGIAN ORTHOPEDI 1

Transcript of Status Pasien Orto Dinda

Page 1: Status Pasien Orto Dinda

Laporan Kasus Orthopedi

OPEN FRACTURE METATARSAL

Pembimbing :

Dr. Johan Bastian, Sp.OT

Disusun oleh :

Dinda Kartika D

2061210024

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT BEDAH SUBBAGIAN ORTHOPEDI

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2011

STATUS PASIEN

1

Page 2: Status Pasien Orto Dinda

Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “ Open fracture

metatarsal” tepat pada waktunya.

Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit

Orthopaedi, untuk menambah wawasan mengenai penyakit orthopaedi. Penulis menyadari bahwa

dalam laporan ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran untuk penyempurnaan semoga

telaah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Kepanjen, April 2012

Penulis

2

Page 3: Status Pasien Orto Dinda

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fraktur yang terjadi pada anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan anatomi, biomekanik, serta fisiologi tulang pada anak-anak.

Dengan mobilitas yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia

sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat

menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan

rumah tangga.

Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak, fraktur

yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius

distal,dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai

faktur type green-stick. Daerah metafisis pada anak relatif masih lemah sehingga fraktur

banyak terjadi pada daerah ini, selebihnya dapat mengenai suprakondiler humeri

(transkondiler humeri) diafisis femur dan klavikula, sedangkan yang lainnya jarang.

Terjadinya fraktur akan berpengaruh besar terhadap aktifitas penderita khusunya

yang berhubungan dengan gerak dan fungsi anggota yang mengalami cidera akibat

fraktur. Berbagai tingkat gangguan akan terjadi sebagai suatu dampak dari jaringan yang

cedera, baik yang disebabkan karena patah tulangnya maupun dikarenakan kerusakan

jaringan lunak disekitar fraktur atau karena luka bekas infeksi saat dilakukan

pembedahan.

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang

yang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis. Sehingga penanganan

yang tepat akan sangat membantu penyembuhan pasien

B. RUMUSAN MASALAH

3

Page 4: Status Pasien Orto Dinda

Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan Open fracture metatarsal ?

C. TUJUAN

Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan Open fracture metatarsal.

D. MANFAAT

1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya Open fracture

metatarsal

2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah orthopedi.

4

Page 5: Status Pasien Orto Dinda

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. H

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan Ayah : Buruh tani

Pekerjaan Ibu : Buruh tani

Agama : Islam

Alamat : Tumpang

Tanggal masuk : 12 april 2012

Tanggal Pemeriksaan : 16 april 2012

No. RM : 286850

II. ANAMNESIS

Anamnesis diperoleh dari auto anamnesis dari penderita sendiri tanggal 16 april 2012.

1. Keluhan Utama : luka pada punggung kaki kanan

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluhan luka pada punggung kaki kanan dirasakan sejak tanggal 12 April 2012.

Sebelumnya sekitar satu setangah jam yang lalu pasien mengalami kecelakaan sepeda

motor. Saat itu pasien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 60 km/jam,

kemudian dari arah berlawanan sebuah mobil melaju dengan kecepatan kurang lebih

70 km/jam yang sedang menyalip mobil lainnya sehingga memakan jalan pasien

sehingga pasien membanting kearah bahu jalan dan terjatuh. Kaki pasien sebelah

kanan tertindih sepeda motor, akibatnya punggung kaki kanan bawah pasien

mengalami luka terbuka dan dari luka tersebut dapat terlihat tulang kakinya. Namun

5

Page 6: Status Pasien Orto Dinda

saat kejadian pasien masih sadar. Setengah jam dari kejadian kemudian pasien di

bawa oleh warga di sekitar tempat kejadian ke puskesmas tumpang, dan mendapatkan

perawatan luka saja, satu jam kemudian pasien dirujuk ke UGD RSUD kanjuruhan

pada tanggal 12 April 2012.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

4. Riwayat pengobatan

Selama sakit pasien tdak mengkonsumsi obat-obatan

penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama tidak ditemukan

5. Riwayat operasi

Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

6. Riwayat keluarga

Tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. PRIMARY SURVEY

Airway : tidak ada gangguan jalan nafas

Breathing : Pernafasan 18 x/mnt

Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 82 x/mnt

Disability : GCS E4 V5 M6, pupil isokor

Exposure : Suhu 36,6oC

B. SECONDARY SURVEY

Status Lokalis : Regio pedis

• Look :  Tampak luka lecet, tampak luka terbuka ,ukuran ± 2x3 cm,  hiperemis (+),

oedem (+), deformitas (-) , angulasi (-), tak tampak sianosis pada bagian

distal lesi.

6

Page 7: Status Pasien Orto Dinda

• Feel :  Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (-), sensibilitas (+), suhu rabaan

normal, kapiler refil time <2 detik, arteri dorsalis pedis teraba (+) kuat.

•Move        :  Gerakan aktif dan pasif tidak terhambat, gerakan dorsoflexi dan plantar

flexi tidak terhambat, sakit bila digunakan berjalan (+)

IV. RESUME

Sdr H, laki-laki umur 20 tahun datang dengan keluhan luka pada punggung kaki

kanan bawah setelah mengalami kecelakaan, dan 1 jam setelah kecelakaan, pasien sempat

dibawa ke puskesmas tumpang dan mendapat perawatan luka. Kemudian ±30 menit

kemudian pasien dirujuk ke UGD RSUD kanjuruhan kepanjen.

Pada pemeriksaan fisik, pada regio metacarpal II dan III dextra didapatkan luka

terbuka (+) ± 2x3 cm,  nyeri tekan setempat (+), edema (+), hiperemis (+), suhu teraba

normal, kapilary refil < 2 detik, sensibilitas (+), gerakan aktif dan pasif tidak terhambat,

sakit bila digunakan berjalan.

V. DIAGNOSA KERJA

Suspect Open fraktur metatarsal

VI. PLANNING DIAGNOSA

• Planning pemeriksaan

– Foto rontgen regio pedis dextra AP, Lateral

– Lab : DL, CT, BT

• Planning Terapi

1. Non operatif

a. Medikamentosa

Analgetik

Antibiotik

ATS

b. Non medikamentosa

Edukasi pasien tentang sakit yang dialami pasien

2. Operatif

Reposisi terbuka dan debridement

7

Page 8: Status Pasien Orto Dinda

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Regio Pedis

Skeleton Pedis terdiri dari tiga bagian : tarus, metatatarsus dan phalanges. Metatarsus

terdiri atas lima buah tulang disebut mulai dari sisi medial, dengan os metatarsale I, II, III, IV

dan V; os metatarsal merupakan os longum, yang masing-masing tulang dapat dibedakan atas

basis, corpus dan caput.

Os metatarsale I atau os metatarsal dari hallux, menarik perhatian oleh karena tebal dan

pendek diantara tulang metatarsal lainnya. Corpusnya seperti prisma, kuat; pada basisnya

memperlihatkan faset non artikuler pada sisi-sisinya, tetapi pada sisi lateralnya terdapat faset

oval untuk bersendi dengan os metatarsale II.

Os metatarsal II merupakan os metatarsale yang terpanjang, menjorok ke proximal sesuai

dengan cekungan yang dibentuk oleh ketiga ossa cuneiformia. Basisnya membesar ke dorsal,

sempit dan kasar.

Os metatarsale III pada bagian proximalnya terdapat facies articularis berbentuk

triangular untuk bersendi dengan sisi os cuneiforme laterale; di sisi medial terdapat dua facies

articularis untuk bersendi dengan os metatarsale II, dan di sisi lateralnya terdapat facies

articularis tunggal untuk bersendi dengan os metatarsale IV; facies articularis terakhir ini

terdapat di sudut dorsal basis.

8

Page 9: Status Pasien Orto Dinda

Os metatarsale IV lebih kecil disbanding dengan os metatarsale terdahulu; pada basisnya

terdapat facies articularis berbentuk quadrilateral untuk bersendi dengan os cuboideum; facies

articularis halus di sisi medial dibagi oleh rigi menjadi bagian anterior untuk bersendi dengan os

metatarsale III.

Os metatrasale V mempunyai tonjolan yang kasar disebut tuberositas ossis metatarsalis

V, yang terletak di sebelah lateral basis. Basisnya akan bersendi kea rah posterior dengan os

cuboideum, dan ke sisi mediale dengan os metatarsale IV.

3.2. Fraktur

3.2.1 Definisi Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan

yang disebabkan karena rudapaksa (Jong&Sjamsuhodajat,2005)

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh

tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam

derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah

9

Page 10: Status Pasien Orto Dinda

dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan

tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung,

apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan

tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan

lunak tetap utuh.

Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma

yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada

ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula.

3.2.2 Penyebab Fraktur

Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:

1. Peristiwa trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat

berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena

kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti

rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang

jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur

mungkin tidak ada.

2. Fraktur kelelahan atau tekanan

Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada

atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.

3. Fraktur patologik 

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)

atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).

 Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang

berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada

tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus

kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda

motor adalah penyebab yang paling lazim.

10

Page 11: Status Pasien Orto Dinda

Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya

berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak. Tscherne (1984) menekankan

pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak:

C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa

C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam

C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat

C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma kompartemen.

3.2.3 Klasifikasi fraktur tulang

1) Klasifikasi klinis 

a. fraktur tertutup

disebut juga closed fracture. Tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan lingkungan luar.

b. fraktur terbuka

disebut juga compound fracture. Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai

hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk

from within (dari dalam) atau from without (dari luar). Klasifikasi fraktur terbuka

menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990):

Grade I

- Panjang luka < 1 cm

- Biasanya berupa tusukan dari dalam kulit menembus ke luar

- Kerusakan jaringan lunak sedikit

- Fraktur biasanya berupa fraktur simpel, transversal, oblik pendek atau

sedikit komunitif

Grade II

- Laserasi kulit > 1 cm

- Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit

- Kerusakan jaringan sedang

- Sedikit kontaminasi dari fraktur

Grade III

- Kerusakan jaringan lunak hebat

11

Page 12: Status Pasien Orto Dinda

- Kontaminasi hebat

- Dibadi menjadi 3 subtipe:

IIIA : Jaringan lunak cukup untuk menutup fraktur , Fraktur bersifat segmental

atau komunitif hebat

IIIB: Trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan, pendorongan

periosteum, tulang terbuka, kontaminasi hebat , Fraktur bersifat komunitif

hebat

IIIC: Fraktur terbuka yang disertai kerusakan arteri dan saraf tanpa

memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

c. Fraktur dengan komplikasi

Fraktur yang disertai komplikasi seperti infeksi, mal-union, delayed union, non-union.

2) Klasifikasi Radiologis

a. Berdasarkan Lokasi

Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis,

epifisis, atau intra artikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi,

maka dinamakan fraktur dislokasi.

b. Berdasarkan konfigurasi

Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal(mendatar), oblik (miring),

atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih darisatu garis fraktur, maka dinamakan

kominutif.

3.2.4 Fraktur metatarsal

Fraktur Metatarsal merupakan kasus yang sering didapatkan. Kecelakaan kendaraan

bermotor dan kecelakaan kerja yang semakin meningkat juga mempunyai peranan pada semakin

meningkatnya jumlah kasus fraktur metatarsal. Kelima metatarsal pada kaki mempunyai fungsi

yang berbeda sehingga membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda pula. Metatarsal dibagi

menjadi tiga bagian Metatarsal 1,metatarsal 5 dan metatarsal 2-4.

Mekanisme yang paling sering didapatkan adalah trauma langsung seperti crush injury

Atau twisting dan juga akibat gaya langsung yang bersifat kronis sehingga menyebabkan Stress

fracture.

12

Page 13: Status Pasien Orto Dinda

OTA mengklasifikasi fraktur metatarsal secara detail mengenai bentuk frakturnya tetapi

tidak berdasarkan stabilitas ataupun penatalaksanaannya Identifikasi huruf untuk menunjukan

metatarsalyang terkena, yaitu

T = Metatarsal 1 

N = Metatarsal 2 

M = Metatarsal 3 

R = Metatarsal 4 

L= Metatarsal 5

Lalu dilanjutkan dengan kompleksitas dari fraktur  

A = diafiseal fraktur simpel dan bentuk baji

B = Parsial artikular dan diafiseal bentuk baji

C= Fraktur intraartikular yang kompleks

Diikuti dengan area yang terkena 

1 = metafisis proksimal

2 = diafiseal

3 = metafisis distal

Kemudian diikuti dengan nomor yang sesuai dengan bentuk fraktur dan tergantung pada

grup dari nomor yang pertama. Penatalaksanaan untuk fraktur metatarsal adalah non operatif dan

operatif . Penatalaksanaan disesuaikan dengan tipe fraktur yang didapatkan, bila didapatkan tipe

fraktur yang cenderung tidak stabil, gagal dalam reduksi tertutup, maka disarankan untuk reduksi

terbuka dan pemasangan fiksasi internal (ORIF).

3.2.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan

melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan

denganmelakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan

danmenilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.

A. Anamnesa

Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat maupun

trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak.

Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah

13

Page 14: Status Pasien Orto Dinda

trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu

lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa

benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga.

Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,

deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

B. Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

Syok, anemia atau perdarahan.

Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau

organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.

Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget). 

Pada pemeriksaan fisik dilakukan:

Look (Inspeksi)

Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi

(rotasi,perpendekan atau perpanjangan). 

Bengkak atau kebiruan.

Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak). 

Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting

adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan

fraktur, cedera itu terbuka (compound).

Feel (palpasi)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan: 

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh kerusakan

jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.

14

Page 15: Status Pasien Orto Dinda

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri

dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.

Refilling (pengisian) arteri pada kuku.

Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.

Move (pergerakan)

Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat

sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

3. Pemeriksaan Penunjang

Sinar -X

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun

demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta

eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak

selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen

untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya.

Untuk mengetahui teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing.

 Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan ´Rules of Two´:

Dua pandangan

15

Page 16: Status Pasien Orto Dinda

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan

sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP &

Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau

angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain

juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di

bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto

pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat.

Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto

sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,

sebagai akibatresorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian

dapat memudahkan diagnosis.

Pencitraan Khusus

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan

apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya,

apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigurasi

fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya

penyembuhan fraktur transversal lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang

kurang. Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X

biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur kondilus tibia. CT

atau MRI mungkin merupakan satu-satunya cara yang dapat membantu,

sesungguhnya potret transeksional sangat penting untuk visualisasi fraktur secara

tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis

fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.

16

Page 17: Status Pasien Orto Dinda

3.2.6 Teknik Penanganan

Penatalaksanaan Fraktur :

Non Operatif

1. Reduksi

Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan atau traksi.

2. Imobilisasi

Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam 7-10 hari,

atau dibiarkan selama 3-4 minggu.

3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan

Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8

minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle, memperkuat otot

kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi normal

Operatif

Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

a. Absolut

- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam

penyembuhan dan perawatan lukanya.

- Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya darah di

tungkai.

- Fraktur dengan sindroma kompartemen.

- Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga mengurangi

nyeri.

b. Relatif, jika adanya:

- Pemendekan

- Fraktur tibia dengan fibula intak

- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Fiksasi eksternal

a. Standar

17

Page 18: Status Pasien Orto Dinda

Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang

hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka

terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih kecil, sehingga

menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan

penyembuhan. Di bawah ini merupakan gambar dari fiksasi eksternal tipe standar.

b. Ring Fixators

Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan

kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke

arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di

bawah ini merupakan gambar pemasangan ring fixators pada fraktur diafisis tibia.

c. Open reduction with internal fixation (ORIF)

18

Page 19: Status Pasien Orto Dinda

Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis.

Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih

stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada penyembuhan luka

operasi. Berikut ini merupakan gambar penatalaksanaan fraktur dengan ORIF.

d. Intramedullary nailing

Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup.

Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan

menghindarkan trauma pada jaringan lunak. Di bawah ini adalah gambar dari penggunaan

intramedullary nailing.

19

Page 20: Status Pasien Orto Dinda

2. Amputasi

Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia dan pada

crush injury dari tibia.

3.2.6 Komplikasi

1) Infeksi

Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal fiksasi yang

dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka yang tidak steril.

2) Delayed union

Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi terhambat

yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran darah ke fragmen.

3) Non union

Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan mungkin

disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan pada tempat fraktur.

4) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi suplay

darah.

5) Mal union

Terjadi pnyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti adanya

angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.

6) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.

7) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.

Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.

3.2.7 Prognosis

Menurut Soeharso (1993), fraktur dapat disembuhkan atau disatukan kembali fragmen-

fragmen tulangnya melalui operasi. Namun ada sebagian jenis fraktur yang sulit disatukan

kembali fragmen-fragmen yaitu fraktur pada tulang ulna, tulang radius, tulang fibula dan tulang

tibia. Fraktur pada daerah elbow, caput femur dan cruris dapat menyebabkan kematian karena

pada daerah tersebut dilewati saraf besar yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang.

Prognosis fraktur tergantung dari jenis fraktur, usia penderita, letak, derajat keparahan, cepat dan

20

Page 21: Status Pasien Orto Dinda

tidaknya penanganan. Prognosis pada pasca operasi fraktur cruris 1/3 tengah tergantung pada

jenis dan bentuk fraktur, bagaimana operasinya, dan peran dari fisioterapi.

Prognosis dikatakan baik jika penderita secepat mungkin dibawa ke rumah sakit sesaat

setelah terjadi trauma, kemudian jenis fraktur yang diderita ringan, bentuk dan jenis perpatahan

simple, kondisis umum pasien baik, usia pasien relative

muda, tidak terdapat infeksi pada fraktur dan peredaran darah lancar. Penanganan yang diberikan

seperti operasi dan pemberian internal fiksasi juga sangat mempengaruhi terutama dalam

memperbaiki struktur tulang yang patah. Setelah operasi dengan pemberian internal fiksasi

berupa plate and screw, diperlukan terapi latihan untuk mengembalikan aktivitas fungsionalnya.

Pemberian terapi latihan yang tepat akan memberikan prognosis yang baik bilamana (1) quo ad

vitam baik jika pada kasus ini tidak mengancam jiwa pasien, (2) quo ad sanam baik jika jenis

perpatahan ringan, usia pasien relative muda dan tidak ada infeksi pada fraktur, (3) quo ad

fungsionam baik jika pasien dapat melakukan aktivitas fungsional, (4) quo ad cosmeticam yang

disebut juga dengan proses remodeling baik jika tidak terjadi deformitas tulang. Dalam proses

rehabilitasi, peran fisioterapi sangat penting terutama dalam mencegah komplikasi dan melatih

aktivitas fungsionalnya.

21

Page 22: Status Pasien Orto Dinda

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. J, 1992; Outline of Fracture Including Joint Injuries; Tenth edition, Churchill

Livingstone.

Appley, A. Graham, Louis Solomon, 1995; Terjemahan Ortopedi, dan Fraktur Sistem Appley;

Edisi Ketujuh, Widya Medika, Jakarta.

Anonymous. Fraktur Tibia Fibula. http://www.docstoc.com/docs/54980966/Case-Bedah-Fraktur-

Tibia-Fibula-FK-UNSRI. Diakses pada tanggal 7 November 2011.

Basmajian, John, 1978; Therapeutic Exercise.; Third edition, The William and Wilkins, London.

Chusid, JG, 1993; Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Edisi empat, Gajah

Mada University Press, Yogyakarta.

De Wolf, A,N, 1994; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Cetakan Kedua, Hauten

Zeventen.

Data RSO Dr. Soeharso Surakarta, 2005; Jurnal Penderita Fraktur Cruris; RSO Dr.Soeharso

Surakarta.

Bucholz R.W.HJD, Brown C.C.Rockwood and Green's Fractures In Adults 6ed. Early JS,

editor.Philadelphia: Lippicott Williams and Wilkins;2006

Veillette C.Metatarsal Fracture - 1st and 5th.Orthopaedia;2010[updatedJune 06,2010; cited

20109/29/2010]

Sarrafian.Anatomy of the Foot and Ankle.Philadelphia: JB Lippincott;; 1993

22

Page 23: Status Pasien Orto Dinda

Schenck R.H.Fractures and dislocations of the forefoot: operative and nonoperative treatment.J

Am Acad OrthopSurg.1995;3:70-8

Solomon W, Nayagam.Injuries of the Ankle and Foot.In: Bowyer.G, editor. Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures.London: Hachette UKCompany;2010.p.907-35

Saraiya MJ.First Metatarsal Fracture.PubMed.1995;12(4):749-58

Salter R.B., 1982.Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal

System.Baltimore :Williams & Wilkins

Miller, Mark D. 2004.Section2Upper and Lower Extremities Injuries.Review of rthopaedics

4thed.Philadelphia: Saunders

23