case orto 2

38
BAB I PENDAHULUAN Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. 1 Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteporosis pascamenopause. Fraktur kolum femur dapat berupa fraktur subkapital, transvervikal, dan basal, yang semuanya terletak didalam simpai sendi panggul (intrakapsuler) Fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler, patah tulang intrakapsular umumnya sukar mengalami pertautan (union) dan cenderung terjadi nekrosis avaskular kaput femur. Patah tulang kolum femur yang terletak intra-artikuler sukar sembuh karena pendarahan pada bagian proksimal sangat terbatas sehingga memerlukan fikasi kokoh untuk waktu yang cukup lama. 2 Fraktur neck femur biasanya di klasifikasikan menjadi 3 yaitu fraktur yang berhubungan dengan capsul, kasus sesuai lokasi, dan radiologis, ada pula beberapa klasifikasi menurut garden yang terbagi menjadi 4 yaitu

description

good

Transcript of case orto 2

BAB I PENDAHULUAN Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. 1 Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteporosis pascamenopause. Fraktur kolum femur dapat berupa fraktur subkapital, transvervikal, dan basal, yang semuanya terletak didalam simpai sendi panggul (intrakapsuler) Fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler, patah tulang intrakapsular umumnya sukar mengalami pertautan (union) dan cenderung terjadi nekrosis avaskular kaput femur. Patah tulang kolum femur yang terletak intra-artikuler sukar sembuh karena pendarahan pada bagian proksimal sangat terbatas sehingga memerlukan fikasi kokoh untuk waktu yang cukup lama. 2Fraktur neck femur biasanya di klasifikasikan menjadi 3 yaitu fraktur yang berhubungan dengan capsul, kasus sesuai lokasi, dan radiologis, ada pula beberapa klasifikasi menurut garden yang terbagi menjadi 4 yaitu yang berhubungan dengan jenis patahan, dan pembagian menurut pauwel yang pembagian tersebut dibagi menurut sudut inklinasi. 1Pemeriksaan yang dilakukan pada fraktur neck femur ialah pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisis lengkap, serta pemeriksaan radiologis. 1Pengobatan pada fraktur neck femur dapat berupa konservatif, dpat pula bersifat operatif yang berupa pemasangan PIN dan Screwing dan dapat pula dilakukan hemiartroplasti.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI

Gambar 1 4

Gambar 2 4

Gambar 3 4

Gambar 4 4MEKANISME TRAUMA Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu 6 :A. Cedera traumatik 1.Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 6 2.Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan. 6 3.Fraktur yang disebabkan akibat kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. 6

B. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut 6 : 1.Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. 6 2.Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 6 3.Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. 6C.Secara spontan Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. 6GAMBARAN KLINIS Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri panggul, tungkai pasien terletak pada exorotasi, dan kaki tampak pendek, tetapi hati-hati, tidak semua fracture panggul demikian jelas, pada fracture yang terimpaksi pasien mungkin masih dapat berjalan dan pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin tidak mengeluh sekalipun mengalami fracture bilateral.7Selain itu juga pasien biasanya berusia lanjut dengan riwayat jatuh dan ketidakmampuan untuk berjalan, pada inspeksi gambaran luka terletak pada posisi exorotasi dan ada pemendekan dari kaki, perlekatan kapsul ke fragmen distal mencegah exorotasi yang berlebihan pada kaki, pada palpasi terdapat nyeri tekan di sekitar otot panggul bagian anterior dan lateral, trochanter mayor terevelasi pada tempat luka, semua pergerakan menyebabkan nyeri kecuali pada kasus yang sangat jarang dari fracture impaksi. 7Pada pemeriksaan foto X-Ray, biasanya patahan itu jelas, tetapi fracture yang terimpaksi dapat terlewatkan bila tidak hati-hati. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada caput femoris dan ujung Collum femur. 7Penilaian ini penting karena fracture yang terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan II Garden) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fracture yang displaced sering mengalami non-union dan nekrosis avaskular. 7KLASIFIKASI Klasifikasi fraktur neck femur dibagi menjadi beberapa bagian yaitu 1. Klasifikasi menurut garden Klasifikasi fracture collum femur yang banyak digunakan ialah klasifikasi menurut Garden yang dikemukakan pada tahun 1961, Garden mengklasifikasikan fracture intracapsular ini secara simple dan logis berdasarkan berbagai stadium dari displacement yang terlihat pada foto x-ray sebelum tereduksi. Fracture collum femur dibagi menjadi 4 stadium berdasarkan derajat displacement dari fragmen fracture. 7Klasifikasi ini juga memberikan informasi yang jelas tentang derajat kehancuran korteks posterior dan inferior dan apakah retinakulum posterior masih menempel atau tidak (stuktur dimana pembuluh darah utama menuju ke caput femoris) dan membantu dalam menentukan prognosis dari setiap stadium fracture yang terjadi.7 Stadium I : Fracture incomplete atau fracture impaksi valgus (valgus malalignment) tanpa displaced tulang Stadium II : Fracture complete tanpa displaced tulang StadiumIII :Fracture complete dengan displaced sebagian dari fragmen-fragmen tulang yang mengalami fracture Stadium IV : Fracture complete dengan displaced total atau seluruh fragmen-fragmen tulang yang mengalami fracture

Gambar 9 72. Klasifikasi menurut PauwellKlasifikasi Pauwell telah digunakan sejak tahun 1935, berdasarkan besarnya sudut yang dibentuk oleh garis fracture dengan sumbu horizontal pada corpus femur, Pauwell mengklasifikasikan fracturecollum femur, sebagai berikut 7 Tipe I :Garis fracture membentuk sudut 70o dari sumbu horizontal.

Gambar 10 7PEMERIKSAAN 1. InspeksiPemeriksaan dimulai dengan observasi pasien,Wajah yang menyeringai menahan sakit atau gaja berjalan seorang pasien tentunya membuat pola tertentu. Pasien dengan displaced fracture collum femur biasanya tidak dapat berdiri atau biasanya dibawa dengan tempat tidur, perhatikan pucak iliaca apakah ada perbedaan tinggi antara kiri dan kanan, sehingga dapat ditentukan apakah tinggi dan fungsi dari kaki kiri dan kanan berbeda, Alignment dan panjang dari ekstremitas biasanya normal Namun, gejala klasik pasien dengan displaced fracture adalah ekstremitas yang memendek dan dari luar tampak terputar, pemeriksaan setiap otot yang atrofi ataupun tidak simetris juga merupakan suatu hal yang penting. 72.PalpasiMenentukan setiap titik nyeri tekan di regio panggul dan inguinal bagian depan, tanda fisik yang paling sering ditemukan pada stress fracture pada umumnya adalah nyeri tekan tulang setempat Namun, biasanya collum femur letaknya dalam dan nyeri tulang atau nyeri tekan biasanya tidak ditemukan.Palpasi pada trochanter dengan nyeri tekan biasanya mengindikasikan bursitis pada trochanter. 73.Range of MotionMenentukan range of motion dari panggul dengan memflexi, extensi, abduksi, adduksi, endorotasi serta eksternal dan flexi dan extensi dari lutut.Penemuannya seperti nyeri dan keterbatasan gerak pasif pada panggul. Melakukan passive straight-leg raise, Thomas, dan rectus femoris stretch test. Memeriksa iliotibial band dengan tes Ober, sebagai tambahan pemeriksaan untuk range of motion pada panggul, dapat dilakukan pemeriksaan tulang belakang (spine) dan sendi pada extremitas inferior lainnya karena pola nyeri alih dapat membingungkan. Pemeriksaan kedua low back,baik aktif maupun pasif, dengan melihat flexi ke depan, side bending, dan extensi, lakukan juga straight-leg raise test dan Tes Laseque dan Bragard sign. Pasien dengan nyeri di regio femoralis anterior dan lutut bisa mempunyai patologi di sendi panggulnya.Nyeri yang dihasilkan pada pasien dengan endorotasi, exorotasi, atau manuver provokasi lainnya dapat menyingkirkan patologi panggul akibat gangguan tulang belakang (spine). 7Range of Motion pada Sendi PanggulGerakanROM

Flexi120o

Extensi30o

Abduksi45 50o

Adduksi20 30o

Endorotasi35 45o

Exorotasi35 45o

4.Tes Passive Straight Leg Raise Tujuan : memeriksa low back pain akibat herniasi diskus Langkah-langkah pemeriksaan: Pasien berbaring supine, kedua tungkai dalam posisi lurus. Pemeriksa meletakkan salah satu tangan di bawah lutut dan tangan lainnya untuk mengangkat tungkai hingga pasien merasakan nyeri.5. Tes Thomas Tujuan : memeriksa hip flexion contracture Langkah-langkah pemeriksaan: Pasien berbaring dalam posisi supine, menekuk salah satu tungkai ke arah dada dan tungkai lainnya tetap dalam keadaan extensi. Hasil tes positif jika pasien tidak dapat mempertahankan tungkai dalam posisi tersebut. 76.Tes Ober Tujuan : memeriksa kontraktur pada iliotibial band Langkah-langkah pemeriksaan: Pasien berbaring miring ke arah tungkai yang sehat sehingga tungkai sehat berada di bawah dalam keadaan ditekuk dan tungkai yang bermasalah di bagian atas dalam keadaan lurus. 7 Pemeriksa meletakkan tangan di krista iliaka superior untuk stabilisasi, kemudian angkat kaki yang atas, lakukan extensi, dan arahkan ke bagian belakang kaki sehat. Lihat apakah kaki tersebut bisa beradduksi ke bawah dan belakang meja periksa. 7 Hasil test positif jika pasien tidak dapat adduksi melewati meja periksa. 7

7.Muscle Strength (Kekuatan Otot)Penentuan kekuatan otot secara manual sangatlah penting untuk dilakukan apakah terdapat kelemahan ataukah lokasi kelemahan itu berhubungan dengan cedera saraf.Sebagai tambahan, pengevaluasian stabilitas dinamis dari pelvis, termasuk otot-otot fleksor, ekstensor, dan abduktor panggul, gaya berjalan Trendelenburg menandakan kelemahan abduksi dari panggul, tes flexi panggung (L2, L3), extensi (L5, S1, S2), abduksi (L4, L5, S1), dan adduksi (L3, L4). 78.Pemeriksaan SensorisSelama dilakukan pemeriksaan sensoris, penurunan atau hilangnya sensibilitas dapat mengindikasikan atau menyingkirkan kerusakan saraf yang spesifik, refleks otot-otot sangat membantu untuk mengevaluasi pasien dengan nyeri panggul, refleks yang abnormal menandakan abnormalitas fleksus saraf, refleks yang asimetris adalah hal yang sangat signifikan, sehingga, refleks dari pasien harus dibandingkan antara kiri dan kanan. 79. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium biasanya tidak begitu diperlukan untuk mendiagnosis fracture collum femur, pemeriksaan ini dilakukan lebih untuk menilai kondisi pasien secara sistemik. 710. Foto X-RayFoto polos biasa merupakan foto yang sering digunakan sebagai tindakan awal pada fracture panggul karena ini merupakan alat yang universal dan terdapat dimana-mana. Tujuan utama pembuatan foto X-Ray adalah untuk menyingkirkan fracture dan mengindentifikasi letak dan luasnya fracture. 7Foto polos mempunyai sensitivitas yang rendah. Adanya formasi tulang periosteal, sklerosis, kalus, atau garis fracture memberi petunjuk terjadinya stress fracture walaupun demikian, pemeriksaan radiologi foto polos dapat memberikan gambaran normal pada pasien dengan fracture collum femur, dan perubahan radiografi tidak akan pernah berubah. 7Tension fracture harus dibedakan dari compression fracture, dimana biasanya terletak pada aspek inferior collum femur, pemeriksaan radiografi dapat menunjukkan garis fracture pada aspek superior dari collum femur, yang merupakan lokasi terjadinya tension fracture. 7Pemeriksaan radiologi standar pada panggul meliputi foto AP (Antero-Posterior) dari panggul dan pelvis dan Foto Lateral. Posisi frog-leg lateral tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan displacedfracture. Bila fracturecollum femur dicurigai, foto endorotasi dari panggul dapat membantu mengindentifikasi fracture yang non-displaced atau fracture impaksi. Bila dicurigai adanya fracture panggul tetapi tidak terlihat pada pemeriksaan X-ray standar, scanning tulang atau MRI harus dilakukan, kadang-kadang, foto polos ini mempunyai kekurangan, spiral fracture sangat sulit dilihat dari 1 sudut saja. Comminutif juga tidak mudah diidentifikasi seperti pada CT-Scan. Beberapa stress fracture adalah fracture simple dan tidak terlihat pada foto polos, dengan demikian, foto polos tidak selalu dapat mendeteksi fracturecollum femur tetapi diperlukan pemeriksaan radiologi lain yang dapat menunjang diagnosis dari fracture ini. 7Pada foto X-ray mungkin didapatkan hasil positif palsu atau negative palsu.Beberapa fracturecollum femur tidak terlihat pada foto polos yang diambil selama evaluasi awal. Bila kecurigaan klinis kuat, kasus ini dapat di evaluasi lebih lanjut dengan MRI, yang dapat menunjukkan edema sumsum tulang, atau nuclear medicine bone scanning, yang dapat memperlihatkan peningkatan tracer uptake. Pemeriksaan nuclear medicine bone scanning ini harganya lebih mahal dari pemeriksaan MRI dan sangat sensitif, pencitraan ini dilakukan pada 48-72 jam setelah trauma, dimana sensitivitasnya dibawah MRI. 7

Gambar 10 8

Gambar 11 9

PENGOBATAN Penatalaksanaan fracture collum femur harus dimulai secepat mungkin setelah terjadinya trauma. Cegah semua pergerakan tungkai dan lakukan imobilisasi, Hal ini sangat penting karena apabila kita mengangkat pasien dalam posisi yang tidak tepat, maka dapat mengubah fracture simpel undisplaced menjadi fracture complete dan displaced. 9Segera lakukan foto x-ray dengan posisi antero-posterior (AP) dan lateral. Ketika hal ini dilakukan, asisten membuat traksi pada tungkai untuk mencegah trauma yang lebih jauh pada sisi fracture. Hasil x-ray akan dijadikan sebagai patokan atau acuan untuk menentukan kualitas dan menentukan apa yang akan dilakukan terhadap fracture yang terjadi, bila memungkinkan, lakukan reduksi dan fiksasi pada fracture pada 12 jam pertama dan tidak melebihi 24 jam perlu diingat bahwa insidensi nonunion akan lebih rendah jika pasien dioperasi dalam 12 jam pertama daripada yang dioperasi setelah 48 jam. 91. Terapi Konservatif Pada semua kasus fracture, penatalaksanaan nyeri harus diutamakan, analgetik seperti acetaminophen atau NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)dapat diberikan pada fase akut dari fracture, walaupun demikian, penambahan penghilang nyeri mungkin diperlukan bila nyeri pasien tidak hilang hanya dengan pemberian acetaminophen atau NSAID, pada kasus seperti ini, golongan opiate mungkin dapat digunakan, khususnya untuk mengatasi rasa nyeri yang hebat, penyesuaian terhadap rasa nyeri harus dilakukan, terutama pada fase akut. 7 A. AnalgetikKontrol terhadap rasa nyeri sangat penting pada pasien. Analgetik akan membuat pasien nyaman, napas yang tenang, dan mempunyai efek sedatif, yang bermanfaat bagi pasien dengan nyeri yang terus-menerus. Beberapa jenis analgetik yang dapat digunakan, antara lain 7 :a. Acetaminophenb. Ibuprofenc. Oxycodone B.Skintraction

2. Terapi OperatifTerapi operatif lebih disukai dan dipilih pada penanganan fracture collum femurm, tipe sfesifik dari terapi operatif yang akan digunakan tergantung dari usia pasien dan karakteristik dari fracture, seperti lokasi, displaced atau nondisplaced, dan derajat comminution. 9Pilihan terapi antara internal fixation dan arthroplasty setelah fracture collum femur harus berdasarkan atas perfusi dan viabilitas dari caput femoris Saat ini, hal ini biasanya ditentukan berdasarkan klasifikasi Garden atau menurut usia pasien. 9Pada pasien usia muda, diperlukan reduksi dari fracture collum femur secepat mungkin untuk menurunkan resiko terjadinya nekrosis avaskular, reduksi anatomik dan fiksasi adalah tujuan utama dari dilakukannya tindakan operatif Pasien usia muda biasanya dilakukan dengan reduksi tertutup atau terbuka dengan peletakan percutaneus 3 canul paralel dari lag screw, prosedur ini dilakukan dalam posisi supine di meja fracture. Canulasi paralel lag screw membuat kompresi ada lokasi fracture dan mempertahankan reduksi ketika fracture menyembuh. 9Pada pasien lanjut usia dengan klasifikasi fracture Garden I atau II juga dapat dilakukan parallel cannulated screw fixation, walaupun hal ini biasanya dilakukan secara in situ. Hemiarthroplasty merupakan prosedur yang dipilih pada pasien usia lanjut dengan displaced fracture collum femur. Level aktivitas pasien sebelumnya juga sangat penting dalam menentukan tipe hemiarthroplasty yang akan dilakukan. 9Independent ambulator berguna pada cemented hemiarthroplasty, karena nyeri setelah operasi dan hilangnya komponen sangat minimal pada pendekatan ini, Hemiarthroplasty merupakan pendekatan yang paling sering dilakukan pada pasien dengan posisi lateral dekubitus, setelah insisi dibuat dan terlihat otot, caput femorus diekstrasi dan collum femur dipotong untuk penempatan protesisnya.Ada berbagai macam prostetik yang dapat digunakan, dari alat yang unipolar (Austin-Moore Protesis) sampai bipolar. Kebanyakan dari protesis ini disemen; walupun demikian, pada pasien lanjut usia, yang biasanya mempunyai penyakit kardiopulmonal, penekanan yang berlebihan dari semen haruslah dihindari untuk mencegah komplikasi metabolik dan mekanik lebih lanjut. 9Total Hip Replacement Total Hip Replacement adalah prosedur operasi dimana tulang dan kartilago persendian panggul yang rusak diganti dengan sendi artifisal.Sendi artifisial ini disebut sebagai prostesis dan difiksasi dengan semen tulang yang dikenal sebagai methylmethacrilate. Jenis prostesis yang lain tidak memerlukan semen tapi memiliki pori-pori mikroskopis yang memungkinkan pertumbuhan tulang normal ke dalam prostesis. 7Keuntungan dan Kerugian Total Hip Replacement Keuntungan THRKeuntungan THR adalah berkurangnya nyeri dan kembalinya fungsi normal sendi. Terapi operatif akan menghilangkan nyeri yang sudah tidak memberikan respon terhadap terapi non-operatif. Selain itu, operasi akan mengembalikan stabilitas sendi sehingga memungkinkan penderita berdiri dan berjalan secara lebih mudah. Dengan THR, deformitas sendi juga diperbaiki sehingga fungsi sendi dapat diperbaiki. 7 Kerugian THRKerugian THR adalah lamanya waktu pemulihan dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan.Setelah operasi terdapat berbagai latihan yang harus diikuti.Untuk itu diperlukan komitmen dan kemauan yang keras dari penderita.Selain itu biaya juga harus menjadi pertimbangan.Besarnya biaya bervariasi tergantung pada jenis pembedahan, terapi dan medikasi lain, pemeriksaan penunjang yang dilakukan, dan dukungan asuransi. 7KomplikasiPersentase

Dislokasi2-5 %

Infeksi1-2 %

Leg Length Discrepancy4 % (> 2 cm)

Deep Vein Thrombosis (DVT)3 %

Emboli Pulmonal1-8 %Angka kematian : 0.3 - 3.4 %

Skiatik dan Femoral Nerve Palsy1 %

Fracture atau penetrasi tulang1-2 %

Kematian0.3 %

Austin Moore ProthesisAustin Moore Prothesis adalah operasi dengan mengganti atau memindahkan hanya satu dari permukaan sendi dengan bentuk yang sama, sedangkan pada fraktur collum femur yang diganti adalah caput femur. Dengan cara memasukkan batang protese kedalam saluran tulang sumsum (medularycanal) dari tulang femur, biasanya juga menggunakan semen sebagai fiksasi sehingga permukaan sendi yang normal tidak terganggu. 10

Indikasi Pemasangan Austin-Moore Prothesis

1. Kondisi Lokal a. Trauma akut seperti: Fraktur sub capital b. Trauma terdahulu (fraktur, dislokasi yang tidak direduksi atau reposisi ) c. Infeksi arthritis (Pyogenic)d. Artritis seperti remathoid dan osteoartrosise. Tuberculosis sendi Hipf. Tumor Jaringan lunak sebagaimana atau menyeluruh Indikasi yang mutlak seperti : a. Kekakuan kedua sendi Hip b. Keterbatasan salah satu fungsi tungkai karena nyeri dan kaku pada sebagaimana atau seluruh sendi (multiple stiff Joint)

2. Kondisi Umum Luasnya nyeri, gerak dan keterbatasan fungsi atau mungkin ketiganya dan salah satunya menjadi pertimbangan operasi. 10 Kontra Indikasi Operasi Austin-Moore ProtheseSepsis yang tersembunyi atau laten adalah kontra indikasi utama terhadap pergantian sendi. Arthroplasti yang terinfeksi merupakan bencana. Pasien dibawah usia 60 Tahun dipertimbangkan hanya kalau operasi lain tidak dapat dilakukan. 10KOMPLIKASIA.Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. 5b.Kompartement SyndromKomplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. 5C. Fat Embolism SyndromMerupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie. 5D.Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban. 5E.OsteomyelitisAdalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar. 5

PROGNOSIS Tergantung pada sifat fracturenya, seorang atlet dapat kembali ke keadaan sebelum terjadinya fracture tersebut.Displacedstress fracture pada fracturecollum femur dapat mengakibatkan kelumpuhan walaupun diterapi dengan baik. Diagnosis dan penatalaksanaan awal dapat mencegah terjadinya displaced pada fracture dan memperbaiki prognosis yang akan terjadi. 7

BAB IIIDISKUSI KASUSIdentitas Pasien Nama : Ny.H Umur : 70 Tahun Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Alamat: Ampibabo Agama : Islam Status: menikah Ruangan : Teratai RSUD Undata PaluAnamnesis 1. Keluhan Utama Nyeri pada Pinggang Kiri 2. Riwayat Trauma Nyeri awal muncul setelah pasien terjatuh dari pohon kelor 4 bulan saat mengambil daun kelor, pasien jatuh terduduk dari ketinggian pohon yang tidak diketahui, setelah kejadian itu pasien beberapa kali pergi berobat ke Tukang urut sebelum akhirnya ke RSUD Undata Palu.

3. Riwayat Penyakit lainnya Diabetes Mellitus-Hipertensi - Penyakit Jantung-Penyakit Paru -Pemeriksaan Fisis 1. Status Generalisata Sakit Sedang, Gizi Cukup 2. Tanda Vital Tekanan Darah 130/70 Nadi86 x/Menit Pernafasan 22 x/Menit Suhu 36 C 3. Kepala Normocephal Anemis -/- Ikterus -/- Pucat -/-

4. Leher Pemebesaran KGB -/- Pembesaran Tiroid -/- 5. Thorax Paru Inspeksi Pengembangan dada simetris, Retraksi intercosta -/- Palpasi Vocal fremitus sama kiri & kanan Perkusi Sonor pada kedua paru Auskultasi Bronkhovesikuler , Rh -/-, Wh -/- Jantung Inspeksi Ictus Cordis Tidak Nampak Palpasi Ictus Cordis Tidak Teraba Perkusi Batas Atas ICS II Linea Parasternalis Sinistra Batas Kiri ICS V Linea Parasternalis Sinistra Batas Kanan ICS IV Linea Parasternalis Dextra Auskultasi Bunyi Jantung I/II Murni Reguler Abdomen Inspeksi Cembung Auskultasi Peristaltik Normal Palpasi Tidak ada Nyeri Tekan, Hepatomegaly Perkusi Timpani

Status Lokalis Regio Pelvic Sinistra Inpeksi Tampak deformitas, eksorotasi, sedikit Fleksi,edema, shortening Palpasi Nyeri Tekan +ROM Gerakan aktif dan pasif pada hip join sinistra terbatas karena nyeriNVD Arteri Dorsalis Pedis teraba, CRT < 2 detik Resume Seorang wanita usia 70 tahun masuk dengan keluhan nyeri pada pinggang sebelah kiri sejak 4 bulan lalu akibat jatuh dari pohon kelor, dan pasien sempat dibawa ke tukang urut sebelum masuk ke RSUD Undata Palu.Diagnosis Awal : Suspect Fracture Femur Sinistra +Dislokasi Hip Joint + Osteoporosis

Pemeriksaan Penunjang 1.Pemeriksaan Xray Hip Joint AP Gambar 12 2. Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan Persiapan Operasi 1. EKG 2. Elektrolit Darah Diagnosis Akhir: Fracture Neck Femur + Osteoporosis Tatalaksana 1. Medikamentosa Inj.Ranitidin 1 Amp/8 jam/ivInj.Ketorolac 1 Amp/8 jam/iv 2. Non Medikamentosa Skin TractionArthoplasty 3. Prosedur TindakanPrognosis Bonam

Daftar Pustaka1.Wim D.J. Buku ajar ilmu bedah. 3 ed . Penerbit buku kedokteran. EGC .2014 : Jakarta ; Indonesia2. Pengantar Orthopedi 3. Nurhidayah . A. Karakteristik Fraktur pada tulang femur. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2012 ; Sumatera Utara : Indonesia 4. Netter FH, Thompson JC. Netters concise atlas of orthopaedic anatomy. 2st ed. 2009. Philadelphia : Elsevier Saunders.5.Sari. M . Penangan yang dapat dilakukan pada fraktur. Jakarta. 2013 ; Jakarta : Indonesia 6. Jesian .A. Jenis-Jenis Fraktur. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2013 ; Sumatera Utara : Indonesia 7. Subagyo H. Fracture Collum Femuris Dewasa. Klinik Jakarta Orthopedic Traumatology and Sports Medicine. Jakkarta. 2013 ; Jakarta : Indonesia 8. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys system of orthopaedics and fractures. 9th ed. UK: Hodder Arnold; 2010.9. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley and Solomons concise system of orthopaedics and Trauma. 4th ed. UK: Hodder Arnold; 2010.10. Kurniawan d. Fraktur collum femur dengan austin-moore prosthesis dan contoh kasus. Klinik Prosehat Phsiotherapy. Jakarta. 2013 ; Jakarta : Indonesia